bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori agency theoryeprints.umm.ac.id/38410/3/bab ii.pdf · adalah...

13
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Agency Theory Penelitian ini menggunakan teori dasar yaitu teori keagenan atau agency theory. Agency theory adalah teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen & Meckling, 1976 dalam Chasbiandani & Martani, 2012). Agency theory menjelaskan hubungan antara prinsipal yaitu pemegang saham dan agen yaitu manajemen perusahaan. Pemegang saham tidak terlibat langsung dalam aktivitas operasional perusahaan, dengan kata lain prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan dijalankan oleh pihak manajemen.Pihak manajemen berkewajiban mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan dan juga berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.Pemegang saham tentunya berharap manajemen dapat mengambil kebijakan dan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, namun pada kenyataannya manajemen selalu bertindak sesuai dengan kepentingan manajemen karena manajemen pasti memiliki kepentingan pribadi (Shapiro, 2005 dalam Brian & Martani, 2014). Dalam teori keagenan, perencanaan pajak dapat memfasilitasi managerialrent extractionyaitu pembenaran atas perilaku oportunistik manajer untuk melakukan manipulasi laba atau penempatan sumber daya yang tidak sesuai karena aktivitas perencanaan pajak (tax avoidance) memunculkan kesempatan bagi manajemen dalam melakukan aktivitas yang didesain untuk menutupi berita buruk yang menyesatkan investor atau manajer kurang transparan dalam menjalankan operasional perusahaan (Desai & Dharmapala, 2006). Aktivitas perencanaan dapat dilakukan melalui tax avoidance yaitu dengan melakukan pengurangan pajak secara eksplisit (Hanlon, 2010).

Upload: hoanghuong

Post on 18-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Agency Theory

Penelitian ini menggunakan teori dasar yaitu teori keagenan atau agency

theory. Agency theory adalah teori yang muncul karena adanya konflik

kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen & Meckling, 1976 dalam

Chasbiandani & Martani, 2012). Agency theory menjelaskan hubungan antara

prinsipal yaitu pemegang saham dan agen yaitu manajemen perusahaan.

Pemegang saham tidak terlibat langsung dalam aktivitas operasional perusahaan,

dengan kata lain prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi

perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan dijalankan oleh pihak

manajemen.Pihak manajemen berkewajiban mengelola sumber daya yang dimiliki

perusahaan dan juga berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan tugas yang

dibebankan kepadanya.Pemegang saham tentunya berharap manajemen dapat

mengambil kebijakan dan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham,

namun pada kenyataannya manajemen selalu bertindak sesuai dengan kepentingan

manajemen karena manajemen pasti memiliki kepentingan pribadi (Shapiro, 2005

dalam Brian & Martani, 2014).

Dalam teori keagenan, perencanaan pajak dapat memfasilitasi managerialrent

extractionyaitu pembenaran atas perilaku oportunistik manajer untuk melakukan

manipulasi laba atau penempatan sumber daya yang tidak sesuai karena aktivitas

perencanaan pajak (tax avoidance) memunculkan kesempatan bagi manajemen

dalam melakukan aktivitas yang didesain untuk menutupi berita buruk yang

menyesatkan investor atau manajer kurang transparan dalam menjalankan

operasional perusahaan (Desai & Dharmapala, 2006). Aktivitas perencanaan dapat

dilakukan melalui tax avoidance yaitu dengan melakukan pengurangan pajak

secara eksplisit (Hanlon, 2010).

7

Tax Avoidance

Tax Avoidance merupakan tindakan penghematan pajak yang masih dalam

koridor perundang – undangan (lawful fashion). Dalam teori tradisional tax

avoidance dianggap sebagai aktivitas untuk mentransfer kesejahteraan dari negara

kepada pemegang saham (Kim et. al.; 2011 dalam Chasbiandani & Martani,

2012). Oleh karena itu pemisahan atas kepemilikan dan control menjadi hal yang

penting. Pemilik saham yang risk – neutral akan menerima manajer bertindak atas

nama mereka untuk mencapai profit maksimal, termasuk mengurangi kewajiban

pajak selama keuntungan yang diharapkan masih berada di atas biaya yang

diperkirakan.

Pemisahan kepemilikan dan manajemen mengarahkan keputusan pajak

perusahaan mencerminkan kepentingan pribadi manajer. Pemisahan kepemilakan

dan pengawasan ini menunjukkan bahwa tax avoidance merupakan aktivitas yang

penting, sehingga pemilik perlu merancang insentif dan pengawasan yang tepat

bagi manajemen agar manajer mengambil keputusan pajak yang efektif dan

efisien, yaitu ketika biaya yang harus dikeluarkan masih lebih kecil daripada

benefit yang akan diterima. Dalam literatur keagenan, tax avoidance dapat

memfasilitasi kesempatan manajerial untuk melakukan manipulasi laba atau

penempatan sumber daya yang tidak sesuai.

Hanlon (2010) mendefinisikan Tax avoidance sebagai pengurangan pajak

secara eksplisit. Tax avoidance menggambarkan sebuah kelanjutan dari strategi

perencanaan perpajakan perusahaan. Aktivitas tax avoidance memunculkan

kesempatan bagi menejemen dalam melakukan aktivitas yang didesain untuk

menutupi berita buruk atau menyesatkan investor (Desai dan Dharmapala, 2006

dalam Astuti dan Aryani, 2016). Manajer dapat membenarkan transaksi atas tax

avoidance dengan mengklaim bahwa kompeksitas dan ketidaktauan menjadi hal

yang penting dalam meminimalkan terdeteksinya aktivitas tax avoidance

pemeriksa pajak.Terdapat tiga karkteristik tax avoidance menurut Komite Urusan

Fiskal dari OECD, yaitu:

a. Adanya unsure artificial dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di

dalamnya padahal tidak, dan dilakukan karena ketiadaan factor pajak.

8

b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang atau

menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan.

c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para

konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan tax avoidance dengan

syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin.

Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan

modal sendiri. Investor jangka panjang sangat berkepentingan terhadap analisis

profitabilitas untuk mengevaluasi kinerja suatu perusahaan (Dodo, 2012 dalam

Dianawati dan Fuadati, 2016). Sedangkan menurut Wahidahwati (2009:89 dalam

Dianawati dan Fuadati, 2016) profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja

manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai

macam seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva,

dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik.

Profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan ukuran ROE.

Menurut Hanafi dan Halim (2008:115) dikutip dari penelitian Susilowati (2011)

menyatakan bahwa ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang

pemegang saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah

menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Profitabilitas

adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen

untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program

tanggung jawab sosial secara lebih luas (Devina et al., 2010:56 dalam Susilowati

2011).

Ada dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi

suatu pusat laba, sama halnya seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara

keseluruhan. Pertama adalah pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki

fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk

perencanaan (planning), koordinasi (coordinating), dan pengendalian (controlling)

kegiatan sehari-hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk memberikan motivasi

9

yang tepat bagi para manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang

memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.

Tedapat beberapa rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau

kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis

akuntansi keuangan antara lain :

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Marjin Laba Kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase

laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Diguakan untuk

mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin

besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan

yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales)

yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang

baik dalam melakukan kegiatan operasional.

Gros Profit Margin =Penjualan – Harga Pokok Penjualan

Penjualan

b. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Net Profit Margin atau Marjin Laba Bersih merupakan rasio profitabilitas

untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak

terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Marjin Laba Bersih ini

disebut juga Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Rasio ini mengukur laba

bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit

margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Net Profit Margin =Laba bersih setelah pajak

Penjualan

c. Return on Assets (ROA)

Tingkat Pengembalian Aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai

persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau

total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa

terlihat dari persentase rasio ini.

10

ROA =Laba bersih setelah pajak

Total Aset

d. Return on Equity (ROE)

Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham

perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Return on

equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net

worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau

pemegang saham perusahaan.

ROE =Laba bersih

Modal

e. Return on Sales (ROS)

Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat

keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti

upah pekerja, bahan baku dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio

ini menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan

yang juga disebut Marjin Operasional (Operating Margin) atau Marjin Pendapatan

Operasional (Operating Income Marjin).

ROS =Laba Sebelum Pajak dan Bunga

Penjualan

f. Return on Capital Employed (ROCE)

Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang

mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk

persentase (%). Modal yang dimaksud adalah Ekuitas suatu perusahaan ditambah

kewajiban tidak lancar atau total asset dikurangi kewajiban lancar.

ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan.

Laba sebelum pengurangan pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu

11

Earning Before Interest and Tax. Terdapat 2 rumus Roce yang sering digunakan,

yaitu :

ROCE =Laba Sebelum Pajak dan Bunga

Modal kerja

atau

ROCE =Laba Sebelum Pajak dan Bunga

Total Aset − Kewajiban

g. Return on Investment (ROI)

Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba

bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on investment berguna

untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan

keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan yang tersedia pad

perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi suatu

perusahaan.

ROI =Laba Setelah Pajak

Total Aktiva

h. Earning Per Share (EPS).

Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat

kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan.

Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham

sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan

perusahaan. Rumus earning per share sebagai berikut.

EPS =Laba Bersih Setelah Pajak − Deviden Saham Preferen

Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang

sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).Harga

saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang

12

tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini

namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.

Menurut Dianawati & fuadati dalam penelitian tentang pengaruh CSR dan

GCG terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel Intervening

(2016), nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon

investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Indikator dari nilai perusahaan

adalah harga saham, dan kalau harga saham meningkat maka dapat dikatakan

bahwa keputusan-keputusan manajemen perusahaan itu benar, karena rahasia

manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

merupakan refleksi dari nilai pasar, karena nilai perusahaan dapat memberikan

kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan

meningkat.

Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham

menggunakan rasio yang disebut rasio penilaian. Rasio penilaian memberikan

informasi seberapa besar masyarakat menghargai perusahaan, sehingga

masyarakat tertarik untuk membeli saham dengan harga yang lebih tinggi

dibanding nilai bukunya. Berikut ini beberapa metode yang digunakan untuk

mengukur nilai perusahaan :

a. Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur perubahan kemampuan

laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka

semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat

meningkatkan nilai perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa

besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang

diperoleh oleh para pemegang saham.Kegunaan price earning ratio adalah untuk

melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh

earning per share nya. Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar

saham biasa dengan earning per share.

b. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku yang disingkat

dengan PBV adalah rasio valuasi investasi yang sering digunakan oleh investor

13

untuk membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio

PBV ini menunjukan berapa banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih

perusahaan. Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti

pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga menunjukkan seberapa

jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap

jumlah modal yang diinvestasikan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan

dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa

nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV

semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan

dana yang telah ditanamkan di perusahaan.

c. Tobin’s Q

Tobin’s Q atau yang dikenal juga sebagai Q ratio digunakan untuk mengukur

kesempatan berkembang suatu perusahaan dengan membandingkan market value

dari aset perusahaan dengan replacement value dari aset perusahaan. Pada

dasarnya Tobin’s Q adalah market value dari saham yang beredar dan hutang

perusahaan terhadap replacement cost aset perusahaan.

d. Market to Book Value (MBV)

MBV merupakan perbandingan atau rasio antara nilai pasar dengan nilai

buku. Nilai pasar berarti nilai yang tertera di pasar, sedangkan nilai buku

merupakan perbandingan antara nilai ekuitas dengan jumlah saham

beredar. Dengan rasio ini dapat disimpulkan semakin tinggi MBV atau PBV

berarti semakin mahal nilai saham tersebut. Namun, mahal atau murah juga

bersifat relatif. Karena perlu ada suatu acuan khusus untuk menilai bahwa satu

jenis saham mahal atau murah. Ukuran yang dinilai representatif adalah dengan

menggunakan perbandingan ukuran perusahaan di industri yang sama.

B. Review Penelitian Terdahulu

Dianawati dan Fuadati (2016), meneliti tentang pengaruh csr dan gcg terhadap

nilai perusahaan: profitabilitas sebagai variabel intervening. Peneliti

mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan, khususnya manajemen

14

perusahaan, pemegang saham, investor, kreditor, pemasok, konsumen, regulator

(BEI) dan masyarakat mengenai relevansi dari corporate social responsibility

(CSR) dan good corporate governance (GCG) dalam laporan tahunan perusahaan

terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel intervening

dengan menggunakan data tahun 2010-2014.

Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk

mengidentifikasi variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dan

path analysis untuk mendeteksi pengaruh tidak langsung melalui profitabilitas

(ROE).Hasil tes uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen

menimbulkan dampak yang signifikan terhadap nilai perusahaan melalui

profitabilitas (ROE) sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian.Sedangkan,

hasil uji secara langsung maupun tidak langsung menunjukkan variabel corporate

social responsibility (CSR), good corporate governance (GCG) dan profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kawatu (2009), meneliti mekanisme corporate governance terhadap nilai

perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel intervening. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah mekanisme corporate governance, yang

terdiri kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit berpengaruh

terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan, apakah kualitas laba berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, dan ingin menguji apakah kualitas laba berperan

sebagai variabel pemediasi pada hubungan antara corporate governance dan nilai

perusahaan. Kualitas laba dihitung dengan menggunakan model Jones yang

dimodifi kasi, yaitu Discretionary accruals (DACC) sebagai proksi kualitas laba.

Nilai perusahaan, diproksikan dengan nilai Tobin’s Q yang diberi simbol Q

dihitung dengan menggunakan rasio Tobin’s Q.

Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa: pertama, mekanisme

corporate governance mempengaruhi kualitas laba. Mekanisme corporate

governance tersebut terdiri dari: (1) kepemilikan manajerial secara positif

berpengaruh terhadap kualitas laba, (2) dewan komisaris secara negatif

berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil ini tidak sesuai dengan harapan yang

15

menyatakan bahwa discretionary accrual memiliki hubungan yang negatif dengan

dewan komisaris, (3) Komite audit secara positif berpengaruh terhadap kualitas

laba.Kedua, kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.Ketiga, mekanisme corporate governance secara statistik berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Mekanisme corporate governance yang terdiri dari: (1)

kepemilikan manajerial secara negatif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (2)

dewan komisaris secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan (3)

komite audit secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keempat,

kualitas laba bukan merupakan variabel pemediasi (intervening variable) pada

hubungan antara mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.

Jonathan & Tandean (2016), meneliti tentang pengaruh tax avoidance

terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel

pemoderasi.Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder

dengan observasi dengan mengakses www.idx.co.id dan finance.yahoo.com dan

diolah dengan SPSS 20.0.Pengukuran pada penelitian ini menggunakan current

ETR dan Tobins Q dengan teknik analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan

uji model.Hasil penelitian adalah tax avoidance yang tinggi menunjukkan nilai

perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan

nilai perusahaan semakin meningkat. Semakin rendah effective tax rate (ETR)

sebuah perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaanya.

Ilmiani & Sutrisno (2014), meneliti tentang pengaruh tax avoidance terhadap

nilai perusahan dengan transparansi perusahaan sebagai variabel

moderating.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis efek

penghindaran pajak perusahaan nilai dengan transparansi perusahaansebagai

variabel moderat. Populasi studi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI.Untuk mengukur variabel, penelitian tersebut menggunakan

Tobins Q, Cash ETR dan indeks pengungkapan sukarela. Berdasarkan hasil tes

yang diperoleh informasi bahwa variabel pajak penghindaran adalah efek negatif

yang signifikan pada nilai perusahaan, yang berarti bahwalebih tinggi

penghindaran pajak, semakin rendah nilai perusahaan.Variabel transparansi

16

mampu moderat hubungan antara penghindaran pajak pada nilai perusahaan.

Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat transparansi dalam

penghindaran pajak perusahaan, nilai perusahaan akan meningkat.

Karimah & Taufiq (2016), penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh

penghindaran pajak jangka pendek, penghindaran pajak jangka panjang dan nilai

perusahaan pada perusahaan go public industri barang konsumsi di Bursa Efek

Indonesia selama periode 1998 - 2013.Untuk mengukur variabel, penelitian

tersebut menggunakan Tobins Q, Cash ETR. Teknik analisis yang digunakan

dalam penelitian ini untuk melakukan pengujian hipotesis adalah analisis jalur

(path).Berdasarkan analisis penelitian tersebut hasilnya yaitu tax avoidance

jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance jangka panjang dan

tax avoidance jangka pajang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Chasbiandani &Martani (2012) meneliti tentang pengaruh tax avoidance

jangka panjang terhadap nilai perusahaan pada seluruh perusahaan yang terdaftar

dalam bursa efek Indonesia kecuali untuk sektor perbankan dan keuangan.

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan Tobins Q dan cash ETR.

Berdasarkan analisis penelitian tersebut hasilnya yaitu short run tax avoidance

berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance.Long run tax avoidance

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan short run tax avoidance

tidak secara signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal tersebut

mengindikasikan semakin rendah ETR jangka panjang yang dibayarkan oleh

perusahaan, nilai perusahaan akan semakin tinggi.

C. Pengembangan Hipotesis

Pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan

Dalam teori keagenan, perencanaan pajak dapat memfasilitasi managerial rent

extraction yaitu pembenaran atas perilaku oportunistik manajer untuk melakukan

manipulasi laba atau penempatan sumber daya yang tidak sesuai (Desai &

Dharmapala, 2006). Aktivitas perencanaan dapat dilakukan dengan melalui tax

avoidance yaitu dengan melakukan pengurangan pajak secara eksplisit (Hanlon,

17

2010). Dalam perspektif ekonomi dampak penghindaran pajak menimbulkan

biaya bagi manajemen, pemegang saham dan masyarakat luas (Lanis dan

Richardson, 2012 dalam Suprapti, 2017). Bagi pengambil kebijakan informasi

penghindaran pajak yang terefleksi dari besarnya beban pajak yang dilaporkan

dalam laporan keuangan memberikan gambaran kualitas pelaporan pajak

perusahaan (Suprapti,2017). Perilaku penghindaran pajak, secara umum

didefinisikan sebagai strategi manajer untuk mengurangi beban pajak

perusahaannya. Menurut Pohan, (2013) dalam Anggoro dan Septiani ( 2015),

penghindaran pajak adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal

dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan

perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan

kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan

peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang terhutang.

Dari penelitian Ilmiani & Sutrisno (2014) menunjukkan bahwa tax avoidance

berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan yang didukung oleh

penelitian Tarihoran (2016) yang menyatakan bahwa pengindaran pajak tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, menurut penelitian

Tandean & Jonathan (2015) tax avoidance yang tinggi menunjukkan nilai

perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan

nilai perusahaan semakin meningkat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1:tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Pengaruh ROE dalam memediasi tax avoidance terhadap nilai perusahaan

Profitabilitas atau laba secara teoritis mempengaruhi hubungan antara tax

avoidance dengan nilai perusahaan. Laba merupakan komponen laporan keuangan

yang disediakan dengan tujuan membantu menyediakan informasi untuk menilai

kinerja manajemen, mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam

jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit.

18

Dengan menggunakan rasio yang digunakan sebagai proxy dari profitabilitas

perusahaan adalah return on equity (ROE), karena menurut Susilowati (2011),

return on equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sehingga ROE sering disebut

dengan rentabilitas modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan membagi laba

setelah pajak dengan modal sendiri. ROE dapat menunjukkan kinerja perusahaan

semakin baik dan berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan.

Karena dengan adanya laba tersebut sebagai variabel intervening maka secara

tidak langsung tax avoidance dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

H2: ROE berpengaruh tidak langsung secara signifikan dalam memediasi tax

avoidance terhadap nilai perusahaan

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti

mengindikasikan bahwa pajak bagi perusahaan merupakan beban yang akan

mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu menginginkan pembayaran

pajak seminimal mungkin dan karena adanya beban pajak yang memberatkan

perusahaan dan pemiliknya maka ada upaya untuk penghindaran pajak. Dengan

memperhitungkan nilai perusahaan juga, beban pajak menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi besarnya laba bersih yang diterima oleh perusahaan. Oleh

sebab itu, manajemen perusahaan melakukan aktivitas penghindaran pajak (tax

avoidance) untuk meminimalkan besaran beban pajak yang harus dibayar

perusahaan agar laba setelah pajak menjadi lebih tinggi.

H1

H2

Tax Avoidance Nilai

Perusahaan

Profitabilitas