bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori 1. perjuangan 2...

66
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan Perjuangan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam sebuah perjuangan terdapat berbagai macam hambatan. Semakin mendapat berbagai masalah maka semakin kuat pula orang tersebut. Perjuangan juga diartikan sebagai segala usaha dan kerja keras dalam meraih hal yang baik sebagai kunci menuju kesuksesan. 2. Prestasi Olahraga Prestasi olahraga menurut UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal I Nomor 17 bahwa prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalam kegiatan olahraga. Prestasi olahraga adalah tindakan yang sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor, kondisi dan pengaruh-pengaruh lain (Hidayatullah, 1995:5). Prestasi olahraga merupakan aktualisasi dari akumulasi hasil proses latihan yang ditampilkan olahragwan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Sukadiyanto, 2005:4). Tingkat atau mutu prestasi yang sebelumnya sangat sulit untuk dibayangkan, sekarang telah menjadi hal yang sudah biasa dan dari hasil sejumlah prestasi para olahragawan terkenal kini terus meningkat secara kontinyu (Bompa, 1994:1). Prestasi Atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang telah dicapai atlet dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya (Sudarwati, 2007:8). Prestasi merupakan parameter kemajuan perkembangan olahraga di suatu Negara. Prestasi olahraga adalah salah satu hal penting yang saat ini selalu menjadi persoalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, Pembina olahraga, para pelatih dan tentunya para atlet itu sendiri. Prestasi tersebut dapat diwujudkan dalam proses yang panjang. Proses tersebut dilaksanakan dalam system latihan. Sistem ini sangat kompleks dan saling berhubungan satu samalain.

Upload: tranthuan

Post on 08-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Perjuangan

Perjuangan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan. Dalam sebuah perjuangan terdapat berbagai macam hambatan. Semakin

mendapat berbagai masalah maka semakin kuat pula orang tersebut. Perjuangan

juga diartikan sebagai segala usaha dan kerja keras dalam meraih hal yang baik

sebagai kunci menuju kesuksesan.

2. Prestasi Olahraga

Prestasi olahraga menurut UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional Bab I pasal I Nomor 17 bahwa prestasi adalah hasil upaya

maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalam

kegiatan olahraga. Prestasi olahraga adalah tindakan yang sangat kompleks yang

tergantung kepada banyak faktor, kondisi dan pengaruh-pengaruh lain

(Hidayatullah, 1995:5). Prestasi olahraga merupakan aktualisasi dari akumulasi

hasil proses latihan yang ditampilkan olahragwan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki (Sukadiyanto, 2005:4). Tingkat atau mutu prestasi yang sebelumnya

sangat sulit untuk dibayangkan, sekarang telah menjadi hal yang sudah biasa dan

dari hasil sejumlah prestasi para olahragawan terkenal kini terus meningkat secara

kontinyu (Bompa, 1994:1). Prestasi Atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang

telah dicapai atlet dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya

(Sudarwati, 2007:8).

Prestasi merupakan parameter kemajuan perkembangan olahraga di suatu

Negara. Prestasi olahraga adalah salah satu hal penting yang saat ini selalu

menjadi persoalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, Pembina

olahraga, para pelatih dan tentunya para atlet itu sendiri. Prestasi tersebut dapat

diwujudkan dalam proses yang panjang. Proses tersebut dilaksanakan dalam

system latihan. Sistem ini sangat kompleks dan saling berhubungan satu samalain.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

7

Proses latihan didasari oleh banyak bidang ilmu pengetahuan yang mendasari

keberadaan manusia secara khusus yang disebut dengan olahragawan atau atlet

(Bompa, 1994:1).

Hasil evaluasi dan analisis mengenai juara-juara dunia menunjukkan

bahwa atlet – atlet yang mampu menghasilkan prestasi yang intensif hanyalah

atlet yang : a) memiliki fisik yang prima, b) menguasai teknik yang sempurna, c)

memiliki karakteristik psikologis dan moral yang diperlukan oleh cabang olahraga

yang ditekuninya, d) cocok untuk cabang olahraga yang dilakukannya, e) sudah

berpengalaman berlatih dan bertanding bertahun-tahun.

Beberapa kendala yang biasa dijumpai dalam olahraga prestasi adalah : a)

masalah manajemen keolahragaan nasional, b) organisasi induk olahraga belum

melaksanakan program pembinaan jangka panjang secara konsisten dan

berkesinambungan, c) penyerapan dan pendekatan ilmiah dan teknologi dalam

olahraga masih terbatas, d) adanya kesenjangan yang cukup lebar antara pemain-

pemain top dengan pemain-pemain kader dalam kemampuan dan prestasinya, e)

sistem pemanduan bakat selama ini dilakukan secara alamiah, terasa kurang

memperlihatkan hasil yang memadai, dan f) kelemahan proses pembinaan di

tingkat dasar atau pemula (Husdarta, 2010:75).

3. Karakterisik Anak SD, SMP, dan SMA

Karakteristik anak SD, SMP, dan SMA dalam hal ini ditinjau dari segi

jasmani, psikis atau mental, dan sosial dan emosional. Berikut penjelasannya :

a. Karakteristik Anak SD

Karakteristik anak Sekolah Dasar menurut Sukintaka (1992:42) adalah

sebagai berikut :

1. Karakteristik Jasmani

a) Pertumbuhan otot lengan dan tungkai makin bertambah

b) Ada kesadaran mengenai badannya

c) Anak laki-laki lebih menguasai permainan kasar

d) Pertumbuhan tinggi dan berat tidak baik

e) Kekuatan otot tidak menunjang pertumbuhan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

8

f) Waktu reaksi makin baik

g) Perbedaan akibat jenis kelamin makin baik

h) Koordinasi makin baik

i) Badan lebih sehat dan kuat

j) Tungkai mengalami masa pertumbuhan yang lebih kuat bila

dibandingkan dengan anggota bagian atas.

2. Karakteristik Psikis atau Mental

a) Kesenangan pada permainan bola makin bertambah

b) Menaruh perhatian kepada permainan yang terorganisasi

c) Sifat kepahlawanan kuat

d) Belum mengetahui problem masyarakat

e) Perhatian pada teman kelompok makin kuat

f) Perhatian pada bentuk makin bertambah

g) Beberapa anak mudah menjadi putus asa dan akan berusaha bangkit

apabila tidak sukses

h) Mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjadi dewasa

i) Berusaha untuk mendapatkan guru yang membenarkannya

j) Mulai mengerti tentang waktu

k) Kemampuan membaca mulai berbeda

3. Karakteristik Sosial dan Emosional

a) Pengantaran emosinya tidak tetap dalam proses kematangan jasmani

b) Menginginkan masuk ke dalam teman sebaya

c) Mudah dibangkitkan

d) Anak putri menaruh perhatian pada laki-laki

e) Ledakan emosi biasa saja

f) Rasa kasih sayang seperti orang dewasa

g) Senang sekali memuji

h) Suka mengkritik orang dewasa

i) Laki-laki membenci putri, sedang putri membenci laki-laki yang lebih

tua

j) Rasa bangga berkembang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

9

k) Ingin mengetahui segalanya

Tingkat perkembangan motor yang harus dicapai pada tahap ini adalah:

1) Memperbaiki kekuatan otot lengan, bahu, punggung, tungkai

2) Koreksi kekurangan dan kelebihan pada otot dengan latihan yang benar

3) Mengkoreksi bentuk tubuh lebih diperkuat lewat kebiasaan sehari-hari

4) Memperbaiki semua kekurangan pada kesegaran jasmani.

b. Karakteristik Anak SMP

Karakteristik anak SMP menurut Sukintaka (1992:45) adalah sebagai

berikut :

1) Jasmani

a) Laki-laki ataupun putri ada pertumbumbuhan memanjang.

b) Membutuhkan pengaturan istirahat yang baik.

c) Sering menampilkan kecanggungan dan koordinasi yang kurang baik sering

diperlihatkan.

d) Merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi tak terbatas.

e) Mudah lelah, tetapi tidak dihiraukan.

f) Mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat.

g) Anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot yang lebih baik

daripada putri.

h) Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain menjadi baik.

2) Psikis atau mental

a) Banyak mengeluarkan energi untuk fantasinya.

b) Ingin menentukan pandangan hidupnya.

c) Mudah gelisah karena keadaan yang remeh.

3) Sosial

a) Ingin tetap disukai kelompoknya.

b) Mengetahui moral dan etik dari kebudayaannya.

c) Persekawanan yang tetap makin berkurang.

c. Karakteristik Anak SMA

Menurut Sukintaka (1992:45) karakteristik anak SMA antara lain :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

10

1) Jasmani

a) Kekuatan otot dan daya tahan otot berkembang baik.

b) Senang pada ketrampilan yang baik, bahkan mengarah pada gerak

akrobatik.

c) Anak laki-laki keadaan jasmaninya sudah cukup matang.

d) Anak perempuan posisi tubuhnya akan menjadi baik.

e) Mampu menggunakan energi dengan baik.

f) Mampu membangun kemauan dengan semangat mengagumkan.

2) Psikis atau Mental

a) Banyak memikirkan dirinya sendiri.

b) Mental menjadi stabil dan matang.

c) Membutuhkan pengalaman dari segala segi.

d) Sangat senang terhadap hal-hal yang ideal dan senang sekali bila

memutuskan masalah-masalah sebagai berikut : a)Pendidikan, b)pekerjaan,

c)perkawinan, d)pariwisata dan politik, dan e)kepercayaan.

3) Sosial

a) Sadar dan peka terhadap lawan jenis.

b) Lebih bebas.

c) Berusaha lepas dari lindungan orang dewasa atau pendidik.

d) Senang pada perkembangan sosial.

e) Senang pada masalah kebebasan diri dan berpetualang.

f) Sadar untuk berpenampilan dengan baik dan cara berpakaian rapi dan baik.

g) Tidak senang dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kedua

orang tua.

h) Pandangan kelompoknya sangat menentukan sikap pribadinya.

4) Perkembangan Motor

Anak akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan pada masa

dewasanya, keadaan tubuhnya pun akan menjadi lebih kuat dan lebih baik,

maka kemampuan motor dan keadaan psikisnya juga telah siap menerima

latihan-latihan peningkatan ketrampilan gerak menuju prestasi olahraga yang

lebih.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

11

4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga

a. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi prestasi olahraga adalah faktor yang

ada dalam diri atau tubuh seseoranqg yang berpengaruh terhadap prestasi orang

tersebut. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi olahraga adalah

kepribadian, bakat, motivasi, mental, fisik, gerak.

1) Kepribadian

Kepribadian adalah seperangkat ciri atau karakteristik yang relatif menetap

dan terorganisasikan dalam diri individu, yang mempengaruhi tingkah laku

tersebut. (Maksum, 2008:39).

Kepribadian sering dikaitkan dengan penilaian terhadap seseorang.

Misalnya karena seseorang suka membantu orang lain dan berhati baik, maka ia

disebut memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, apabila seseorang suka

menunjukkan tingkah laku yang tidak menyenangkan, maka ia disebut memiliki

kepribadian yang jelek.

Maksum (2008:43) melakukan penelitian terhadap 10 atlet Indonesia yang

telah meiliki prestasi internasional seperti Rudy Hartono, Icuk Sugiarto, Susy

Susanti, dan Taufik Hidayat. Dari mereka ditemukan 7 sifat yang dominan pada

mereka, yaitu :

1. Ambisi Prestatif

2. Kerja Keras

3. Gigih

4. Komitmen

5. Mandiri

6. Cerdas

7. Swakendali

a) Pengaruh Kepribadian dalam Olahraga

Sejumlah penelitian telah dilakukan tentang pengaruh kepribadian dalam

olahraga. Penelitian umumnya diarahkan pada upaya mendeskripsikan

kepribadian dari para atlet yang berhasil atau memprediksi keberhasilan atlet

berdasarkan ciri-ciri tertentu.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

12

Morgan (1980) dalam Ali Maksum (2008:43) melakukan studi tentang

kepribadian atlet. Dari studinya, Morgan menemukan bahwa atlet yang berhasil

menunjukkan kondisi mental yang lebih sehat dibanding atlet yang kurang

berhasil.

Maksum (2005) melakukan penelitian terhadap 10 atlet Indonesia yang

telah memiliki prestasi internasional seperti Rudy Hartono, Icuk Sugiarto, Susi

Susanti dan Taufik Hidayat. Dari mereka ditemukan tujuh sifat dominan pada

mereka, yaitu :

1. Ambisi Prestatif

Ciri Kepribadian ini merujuk pada adanya keinginan yang kuat

untuk meraih keberhasilan. Atlet yang memiliki ambisi prestatif tidak

cepat puas terhadap penampilan yang dilakukan. Ia selalu menginginkan

perbaikan, optimis terhadap apa yang dilakukan, selalu ingin bersaing,

dominan, dan mengorientasikan target.

2. Kerja Keras

Ciri kepribadian ini merujuk pada adanya kesungguhan atas usaha

yang dilakukan untuk mewujudkan ambisi prestatifnya. Atlet yang

memiliki ciri kepribadian ini tidak hanya sekedar menjalankan program

pelatih atau menghabiskan waktu latihan, tetapi ia selalu berusaha

melakukan program tersebut dengan penuh kesungguhan dan intensitas

yang tinggi. Ia juga proaktif, agresif, dan menyukai tantangan.

3. Gigih

Ciri kepribadian ini merujuk pada adanya kesanggupan untuk

melakukan usaha secara konsisten dan terus menerus. Atlet dengan ciri

kepribadian ini tidak cepat putus asa dalam melakukan usaha dan memiliki

daya tahan atas ketidaknyamanan. Kegigihan nampak dari frekuensi usaha

dan lamanya waktu yang dicurahkan untuk melakukan aktivitas.

4. Komitmen

Ciri kepribadian ini merujuk pada adanya kesediaan atlet untuk

mengikuti dan memegang teguh ketentuan-ketentuan, baik yang datang

dari dalam diri atlet sendiri maupun yang datang dari luar. Atlet yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

13

memiliki komitmen adalah atlet yang mencintai profesinya, fokus tehadap

tugas, disiplin, dan tanggung jawab terhadap tugas, serta rela

mengorbankan kepentingan lain demi profesi yang telah dipilihnya.

5. Mandiri

Ciri kepribadian ini merujuk pada adanya kesediaan atlet untuk

melakukan sesuatu secara sendiri dan bertanggung jawab. Atlet yang

mandiri adalah atlet yang tidak hanya berlatih ketika ada program dari

pelatih, tetapi juga secara autodidak melakukan latihan sendiri. Pribadi

mandiri adalah pribadi yang independen dan menyukai tanggung jawab

pribadi. Ia seringkali juga mengambil inisiatif dan mampu mengelola

dirinya sendiri secara bertanggung jawab.

6. Cerdas

Ciri kepribadian ini merujuk pada adanya kesanggupan untuk

berfikir secara rasional, bertindak secara terarah, dan efektif menghadapi

lingkungan. Atlet yang cerdas adalah atlet yang mampu mengambil

keputusan disaat sulit, misalnya merubah taktik dan strategi bermain

secara cepat dan efektif. Ia juga sebagai pembelajar yang tanggap, mampu

menganalisis bertindak cermat, serta kreatif memunculkan ide-ide atau

teknik-teknik yang unik dalam bermain.

7. Swakendali

Ciri kepribadian ini merujuk pada adanya kesanggupan untuk

mengendalikan perasaan, pikiran, dan tingkah laku secara efektif. Atlet

yang memiliki swakendali adalah atlet yang mampu mengendalikan

keinginan – keinginan yang destruktif terhadap prestasi. Ia juga memiliki

stabilitas emosi, yakni mampu mengendalikan perasaan cemas, marah, dan

keinginan mengakhiri pertandingan dengan cepat. Selain itu, ia juga sportif

terhadap apa yang telah diusahakan dan dihasilkan.

Pengaruh kepribadian dalam olahraga begitu signifikan terutama pada

olahraga prestasi. Sejumlah hasil penelitian di barat, misalnya Gould (1999);

Williams dan Krane (2001); Bush dan Shalmella (2002); Gould, Dieffenbach dan

Moffet (2002) menyatakan bahwa ciri kepribadian merupakan salah satu prediktor

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

14

keberhasilan atlet meraih prestasi tinggi. Keberhasilan dalam meraih prestasi

tinggi dalam kenyataannya bukanlah sesuatu yang instan, melainkan sebuah

proses yang panjang yang didalamnya lebih banyak “ketidaknyamanan” daripada

“kenyamanan”. Dalam konteks itulah kualitas pribadi atlet menjadi sangat

menentukan. Banyak atlet gagal meraih prestasi tinggi bukan karena kualitas

pribadi yang kurang menunjang. (Maksum, 2008:43).

b) Pengaruh Olahraga terhadap Kepribadian

Olahraga mengajarkan seseorang akan kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak

mudah menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerja

sama, mengerti akan adanya aturan, dan berani mengambil keputusan.

Maksum (2008:48) mengemukakan beberapa hasil riset terkait dengan

pengaruh aktivitas olahraga terhadap beberapa dimensi psikologis.

1. Olahraga dan Konsep Diri

Kebanyakan studi menyatakan bahwa ada hubungan yang positif

antara keterlibatan dalam olahraga dengan perkembangan identias remaja.

Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan olahraga menunjukkan tingkat

kepercayaan diri lebih tinggi dibanding mereka yang tidak terlibat. Ketika

para remaja terlibat dalam olahraga kompetitif, ternyata mereka

menunjukkan konsep diri yang lebih positif dibanding mereka yang tidak

terlibat dalam olahraga kompetitif. Konsep diri yang tampak tidak hanya

dalam dimensi fisik, tetapi juga sosial dan yang lebih penting adalah

pengaruhnya pada perkembangan intelektual.

2. Kemampuan Mengatasi Stres

Sebagaimana dimaklumi bahwa kehidupan remaja sangalah rentan

terhadap persoalan-persoalan psiko-sosial, seperti godaan terhadap

penggunaan obat-obat terlarang, minuman keras, pergaulan bebas, dan

penyakit sosial lainnya. Hasil studi membuktikan bahwa remaja yang

terlibat dalam aktivitas fisik lebih memiliki ketahanan dan mampu

mengatasi stressor dari lingkungannya (Brinkhoff, 1998) dalam Maksum

(2008:48).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

15

3. Penyimpangan Tingkah Laku Remaja

Hasil studi Biddle, Sallis dan Cavill (1996) dalam Maksum (2008)

menyatakan bahwa remaja yang aktif dalam olahraga penyimpangan

tingkah lakunya lebih kecil dibanding mereka yang tidak berpartisipasi

dalam olahraga. Meskipun demikian, dalam studi tersebut juga

dikemukakan bahwa diantara beberapa cabang olahraga, mereka yang

terjun dalam sepakbola kasus penggunaan obat-obat terlarang lebih tinggi

dibanding cabang olahraga yang lain.

4. Integrasi Sosial

Umumnya anak-anak dan remaja tidak terlalu betah tinggal di

institusi-institusi sosial seperti rumah, sekolah, tetangga, dan tempat

ibadah. Sebagian waktunya dicurahkan bersama teman dan kelompoknya,

sehingga terkesan eksklusif. Kegiatan olahraga memberi kesempatan yang

baik bagi para remaja, baik pria dan wanita untuk terintegrasi dalam

jaringan sosial dan mengembangkan kepercayaan sosial.

2) Bakat

Secara umum bakat dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dimiliki

seseorang saat ia diahirkan. Ia bisa terwujud melalui faktor keturunan dan faktor

pribadi. Faktor keturunan diperoleh dari percampuran antara 2 sel yang berasal

dari ayah dan ibu sesuai dengan hukum genetika (Ali Maksum, 2008:147).

Memunculkan atlet berprestasi adalah suatu proses yang rumit dan

panjang. Selain endapan bakat yang ada pada diri seorang atlet, keberhasilan

seorang atlet juga ditentukan oleh bagaimana potensi atlet tersebut dibina dan

dikembangkan melalui proses pelatihan yang kondusif.

a) Identifikasi Bakat

Identifikasi atlet berbakat harus dimulai dari asumsi dasar bahwa setiap

individu diberi ksempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan olahraga dan mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mencapai

prestasi puncak. Identifikasi dan seleksi harus dilakukan dengan cara-cara yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

16

valid dan reliabel, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memprediksi prstasi

atlet yang diharapkan.

Disadari bahwa memunculkan atlet berprestasi adalah suatu proses yang

rumit dan panjang. Selain endapan bakat yang ada pada diri seorang atlet,

keberhasilan seorang atlet juga ditentukan oleh bagaimana potensi atlet tersebut

dibina dan dikembangkan melalui proses pelatihan yang kondusif. Identifikasi

bakat bertujuan untuk memprediksi dengan peluang sukses yang optimum dalam

rangka mengikuti dan menyelesaikan proses pelatihan hingga mencapai prestasi

puncak tersebut.

Model dan metode identifikasi bakat ternyata telah menjadi prototipe

identifikasi bakat untuk bidang-bidang lain. Hal ini mengingat program

identifikasi anak berbakat dalam olahraga dinilai hampir ideal dengan guru dan

tempat yang telah disediakan khusus latihan sebagian bersifat individual, siswa

berkumpul dengan siswa berbakat lainnya yang saling mendorong dan

menghargai untuk dapat berprestasi sebaik mungkin dan siswa-siswa tersebut

berkompetisi dengan pribadi atau kelompok siswa berbakat lainnya.

b) Model Identifikasi Bakat Olahraga

Identifikaasi calon atlet berbakat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Model alamiah

Model alamiah merupakan seleksi yang dilakukan secara alamiah. Model

ini menganut keyakinan bahwa seorang atlet yang memilih cabang olahraga

tertentu telah sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Keyakinan ini sudah barang

tentu ada kemungkinan benar dan salah. Artinya, bisa jadi atlet tersebut dapat

berprestasi tinggi dan sebaliknya bisa jadi atlet tersebut prestasinya lambat oleh

karena pilihan cabang olahraga yang digelutinya tidak sesuai dengan potensi yang

ada dalam dirinya.

2. Model Ilmiah

Model ilmiah adalah model seleksi calon atlet dengan menerapkan kaidah-

kaidah ilmiah secara komprehensif. Atlet diidentifikasi berdasarkan ukuran-

ukuran yang standar, misalnya ukuran tubuh, kondisi jantung paru-paru, dan

kondisi psikologis, dan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan di

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

17

bidangnya. Penentuan ukuran-ukuran tertentu perlu disesuaikan dengan

spesifikasi cabang olahraga.

Dengan pendekatan ilmiah, persyaratan-persyaratan tersebut kualitasnya dapat

diketahui dan diarahkan untuk jenis olahraga yang sesuai. Identifikasi calon atlet

berbakat dapat dilakukan secara sederhana maupun canggih. Beberapa parameter

yang dapat digunakan untuk melihat kualitas calon atlet berbakat adalah sebagai

berikut.

1. Status Kesehatan. Ini biasanya dilakukan untuk melihat sistem musculoskeletal

dan cardiovascular.

2. Faktor Genetik. Faktor ini menunjuk pada keterkaitan gen antara orang tua

dengan anaknya. Orang tua yang tertarik dengan olahraga akan memberikan

dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan anaknya.

3. Faktor Kedewasaan. Anak yang masa dewasanya lebih awal seringkali lebih

tinggi, besar, dan kuat dibanding teman sebayanya.

4. Kapasitas Fisik. Faktor ini menunjuk pada ukuran-ukuran antropometri seperti

tinggi dan berat badan, dan karakteristik lain seperti kekuatan dan kecepatan.

5. Kapasitas Fungsional. Faktor ini terkait dengan kapasitas fisiologis.

6. Profil Psikologis. Faktor ini menekankan pada kondisi psikologis yang

diperlukan suksesnya prestasi tertentu yang diinginkan seperti stabilitas emosi

dan kepercayaan diri (Maksum, 2008:149).

3) Motivasi

Secara sederhana, motivasi dapat didefinisikan sebagai penggerak atau

pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi memiliki arah dan

intensitas. Arah merujuk pada apakah sesorang mencari, mendekati atau tertarik

pada situasi tertentu. Sedangkan intensitas merujuk pada kesungguhan usaha yang

dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Motivasi merupakan salah satu konsep

psikologi yang paling banyak digunakan dalam olahraga. Faktanya, motivasi

memang menjadi sesuatu yang sangat urgen. Robert N. Singer, seorang tokoh

psikologi olahraga pernah membuat formula : Performance = Learning +

Motivation.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

18

Dari formula di atas, Singer ingin menunjukkan betapa pentingnya

motivasi dalam olahraga. Prestasi akan optimal apabila ada proses pembelajaran

dan didukung oleh motivasi yang kuat. Artinya berlatih saja tidak cukup tanpaa

danya arah dan intensitas usaha yang optimal (Ali Maksum, 2008:50).

Dalam hubungannya dengan olahraga, ada tiga macam motivasi, yaitu :

a) Motivasi Berpartisipasi

Wankel dalam Maksum (2008:51) mengemukakan bahwa orang yang

berpartisipasi dalam aktivitas fisik pada awalnya karena : 1) faktor kesehatan, 2)

mengurangi berat badan, 3) kebugaran, 4) ingin tantangan, 5) merasa lebiih baik.

baru kemudian setelah menjalani beberapa waktu bergeser kepada alasan :

1) kesenangan, 2) pengelolaan kepemimpinan, 3) sebagai aktivitas, 4) karena

faktor sosial. perlu dicatat disini bahwa, Wankel menggunakan istilah aktivitas

fisik, bukan olahraga. Aktivita fisik adalah semua bentuk gerakan dalam keidupan

sehari-hari termasuk didalamnya bekerja, rekreasi, latihan, dan aktivitas olahraga.

Survey BPS tahun 2003, sebagian besar (65,2 %) masyarakat melakukan

olahraga untuk tujuan menjaga kesehatan, dan hanya sebagian kecil saja (7,8 %)

yang untuk tujuan prestasi.

Tabel 2.1 Tujuan Masyarakat Berolahraga Berdasarkan Daerah

Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2003

Daerah Tujuan Berolahraga Tahun 2003 (presentase)

Perkotaan Menjaga Kesehatan

Prestasi

Lainnya

71,3

6,6

22,1

Pedesaan Menjaga Kesehatan

Prestasi

Lainnya

58,0

9,1

32,9

Kota+Desa Menjaga Kesehatan

Prestasi

Lainnya

65,2

7,8

27,0

Sumber: Susenas BPS 2003

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

19

Partisipasi seseorang dalam olahraga mencerminkan minat dan

apresiasinya terhadap kegiatan olahraga. Semakin tinggi tingkat partisipasi

seseorang dalam olahraga menunjukkan semakin tingginya minat dan apresiasinya

terhadap olahraga. (Maksum, 2008:55).

b) Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Dilihat dari sumbernya, ada sua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsic dan

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu

yang bersangkutan. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik akan relatif tetap

melakukan tindakannya karena ia menikmati tingkah lakunya. Motivasi ekstrinsik

adalah motivasi yang berasal dari luar individu. tindakan yang dilakukan

cenderung didasari oleh keinginan untuk memperoleh hadiah dari lingkungan

seperti uang, piala, atau penghargaan lain.

b) Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Dilihat dari sumbernya, ada sua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsic dan

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu

yang bersangkutan. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik akan relatif tetap

melakukan tindakannya karena ia menikmati tingkah lakunya. Motivasi ekstrinsik

adalah motivasi yang berasal dari luar individu. tindakan yang dilakukan

cenderung didasari oleh keinginan untuk memperoleh hadiah dari lingkungan

seperti uang, piala, atau penghargaan lain.

c) Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk meraih kesuksesan.

Kesuksesan bukanlah sesuatu yang instan tapi melalui proses yang panjang.

Dalam proses tersebut sangat boleh banyak tantangan, ketidaknyamanan, dan

bahkan kegagalan.

Kendati demikian, individu yang memiliki motif berprestasi yang kuat

memiliki motif berprestasi yang kuat mempunyai kecenderungan tertentu.

Menurut McClelland dan Atkinson dalam Maksum (2008:56), seseorang yang

memiliki memiliki motivasi berprestasi menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Selalu berorientasi pada perbaikan kinerja

2. Senang terhadap tugas yang menantang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

20

3. Gigih, tidak gampang menyerah

4. Menyukai tanggung jawab pribadi

5. Bertindak efisien

6. Menyukai umpan balik atas pekerjaan yang dilakukan

7. Mendapat kepuasan dari melakukan sesuatu yang lebih baik.

Lebih jauh, McCelland dan Atkinson dalam Maksum (2008) menjelaskan

motivasi berprestasi melalui teori yang mereka sebut sebagai Need Achievement

Theory (Teori Kebutuhan Prestasi). Dalam teori tersebut terdapat lima komponen

yang berkaitan, yaitu faktor kepribadian, situasi, kecenderungan hasil, reaksi

emosi, dan tingkah laku berprestasi.

a) Faktor Kepribadian.

Setiap individu memiliki kecenderungan untuk meraih kesuksesan

dan menghindari kegagalan. Tingkah laku individu, menurut teori ini,

dipengaruhi oleh keseimbangan keduanya. Individuyang berprestasi tinggi

akan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih kesuksesan dan relatif

tidak takut gagal. Sebaliknya, individu yang berprestasi rendah, memiliki

motivasi yang rendah untuk meraih keberhasilan dan sangat takut gagal.

b) Pengaruh Situasi

Terkait dengan situasi, ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu

peluang sukses dan intensif sukses. Dalam olahraga, peluang sukses

tergantung pada siapa lawan kita dan tingkat kesulitan tugas. Sementara itu

insentif sukses bertalian dengan nilai kepuasan yang diperoleh.

c) Kecenderungan Hasil

Faktor ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor sebelumnya, yaitu

tingkat motivasi dan situasi sukses. Hasil terbaik, menurut teori ini, bila

terjadi peluang keberhasilan 50:50. Orang berprestasi tinggi merasa

tertantang untuk melakukan itu, sementara itu orang berprestasi rendah

justru menghindari tantangan tersebut.

d) Reaksi Emosional

Terdapat dua reaksi emosional yang terjadi, yaitu bangga akan

kesuksesan dan malu atas kegagalan. Orang berprestasi tinggi cenderung

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

21

fokus pada kebanggaan, sementara orang berprestasi rendah cenderung

fokus pada perasaan malu dan cemas.

e) Tingkah laku Berprestasi

Empat komponen sebelumnya secara bersama-sama berinteraksi

mempengaruhi tingkah laku. Orang berprestasi tinggi lebih memilih tugas

yang menantang, menyukai resiko menengah, dan tampil baik dalam

situasi kompetitif. Sebaliknya, orang berprestasi rendah menghindari tugas

dengan resiko menengah, tampil jelek dalam situasi kompetitif, dan

menghindari tugas yang menantang.

4) Mental

Ketika atlet akan turun dalam perlombaan atau pertandingan, diperlukan

kesiapan mental untuk dapat meraih prestasi yang optimal. Atlet dikatakan siap

mentalnya manakala atlet tersebut tidak merasa tertekan, merasa takut, khawatir,

dan perasaan negatif lainnya. Ia dapat memusatkan pehatian pada tugas yang

dihadapi. Sebagaimana dimensi fisik, seorang atlet seringkali tidak dapat

menyiapkan dirinya sendiri. Ia membutuhkan stimulus dan rangsangan dari

lingkungan dalam bentuk pelatihan. Dengan kata lain, atlet tidak hanya

membutuhkan latihan fisik, tetapi juga mental. Ini mengingat bahwa keberhasilan

seorang atlet pada dasarnya merupakan kombinasi antara dimensi fisik dan

dimensi psikis (Ali Maksum, 2008:115)

Mental didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terpadu dari individu,

suatu kesatuan respons emosional dan intelektual terhadap lingkungannya

(Sudarwati, 2007:103)

Secara luas pengertian mental mencakup pikiran, pandangan, image, dan

sebagainya yang pada intinya adalah pemberdayaan fungsi berfikir sebagai

pengendali tindakan dan respons tubuh (Nasution, 2009:1)

Drever (dalam Setyobroto, 1989:40), menyatakan bahwa mental adalah

keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan yang terorganisasi, baik yang

disadari maupun tidak disadari. Dari pendapat tersebut tersirat bahwa tiap-tiap

unsur kejiwaan akan menentukan kekuatan dan keadaan mental atlet.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

22

Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat dikatakan bahwa mental memang

sangat berpengaruh terhadap prestasi atlet.

Mental hampir mempunyai arti yang sama dengan psikologi. Psikologi

didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku, lingkupnya mencakup

berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan, cara berbicara,

dan perubahan kejiwaan (Kenneth Clark, 1970).

Faktor psikologis sering terungkap dalam ungkapan seperti : adu akal,

taktik, motivasi, tertekan, determinasi, atau yang menghambat, seperti:

kecemasan, ketegangan, hilang konsentrasi dan tidak percaya diri. Faktor

psikologis merupakan struktur fungsi aspek psikis, baik karakterologis (misalnya

emosi, motivasi, dan sebagainya) maupun kognitif (intelektual) yang bisa

menunjang atau menghambat aktualisasi sesuai potensi yang ada dan dilihat pada

prestasi yang dicapai (Sudarwati, 2007:13).

a) Prinsip Dasar Latihan Mental

Menurut Maksum (2008:116) prinsip dasar latihan mental adalah sebagai

berikut :

1. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang saling berinteraksi dan mempengaruhi

satu sama lain.

2. Setiap manusia pasti menghadapi masalah, dan setiap masalah pasti ada

penyelesaiannya.

3. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk berkesadaran, karena itu, tingkah

laku yang ditampilkan dipengaruhi oleh kesadarannya.

4. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertujuan, karena itu, tingkah

laku manusia sebagian besar didorong oleh tujuan yang diinginkan.

5. Manusia pada hakikatnya bersifat aktif, tidak hanya dipengaruhi oleh

lingkungan melainkan juga mempengaruhi lingkungan.

6. Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor keturunan dan

lingkungan.

7. Sebagaimana latihan fisik, latihan mental perlu dilakukan secara teratur,

sistematis dan berkelanjutan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

23

b) Mekanisme Latihan Mental

Langkah pertama yang dilakukan dalam mekanisme latihan mental adalah

melakukan asesmen terhadap atlet secara menyeluruh, baik menyangkut aspek

kognitif maupun afektif. Hal ini penting dilakukan untuk menentukan persoalan

dasar yang akan dicari solusinya. Tanpa adanya asesmen, apa yang dilakukan

hanya sekedar meraba-raba. Dari proses asesmen tersebut kemudian ditentukan

sasaran latihan, yakni aspek psikologis apa yang harus ditanggulangi atau

dikembangkan.

Setelah ditetapkan sasaran, langkah berikutnya adalah menentukan strategi

pencapaian, yakni cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang

diinginkan. Dalam psikologi, ada dua jenis strategi yang bisa dilakukan, yaitu

melakukan konseling dan mental training. Konseling adalah proses konsultasi,

tanya jawab, diskusi, dan arahan – arahan untuk mengatasi persoalan mental yang

muncul. Sedangkan mental training adalah latihan jangka panjang yang dilakukan

secara sistematis dan berkelanjutan untuk membentuk dan mengembangkan

keterampilan mental tertentu. Tujuan akhir dari pembinaan mental adalah

terbentuknya mental juara, yaitu kualitas pribadi atlet yang mencerminkan ciri-ciri

sebagai berikut : memiliki ambisi prestatif, kerja keras, gigih, mandiri,

swakendali, cerdas, dan berkomitmen.

Selain mekanisme di atas, perlu juga diketahui tentang tahapan latihan

mental, yaitu :

1. Tahap Pendidikan

Tahap ini dimaksudkan sebagai upaya memberikan pengetahuan dan

informasi kepada olahragawan bahwa latihan mental memiliki banyak

manfaat bagi pencapaian prestasi dan karena itu perlu dilakukan.

2. Tahap Akuisisi

Tahap ini mengarah pada strategi dan teknik pembelajaran dari berbagai

latihan mental yang berbeda.

3. Tahap Penerapan

Tahap ini merupakan upaya menerapkan latihan mental dalam realitas

yang sesungguhnya. Dalam tahap ini, ada tiga fase yang perlu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

24

diperhatikan, yaitu otomatisasi keterampilan mental, mengintegrasikan

keterampilan mental ke dalam aktivitas fisik, melakukan simulasi

keterampilan mental dalam situasi kompetisi.

5) Fisik

Fisik merupakan penyesuaian dari kemajuan yang terbentuk dari teknik

dan taktik (Bompa, 2009:58). Lebih lanjut Bompa menerangkan bahwa tanpa

pengembangan kemampuan fisik, kemampuan atlet untuk memahami proses

latihan secara signifikan akan terganggu dan mengakibatkan ketidakmampuan

untuk mengembangkan faktor teknik dan taktik. Kondisi fisik adalah suatu

kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu

saja, baik peningkatan maupun pemeliharaanya (Sajoto, 1995:810).

Fisik seorang atlet juga menentukan prestasi atlet seperti yang dikatakan

M. Sajoto (1988:10) bahwa kondisi fisik adalah salah satu syarat yang sangat

diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi atlet, bahkan dapat dikatakan

dasar landasan titik tolak suatu awalan prestasi. Kondisi fisik merupakan satu

kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya maupun

pemeliharaannya, artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka

harus mengembangkan semua komponen tersebut walaupun perlu dilakukan

dengan prioritas. Komponen kondisi fisik yang dimaksud menurut M. Sajoto

(1988:10),ada 10 bagian antara lain : Kekuatan, daya tahan, daya ledak,

kecepatan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, kelincahan, ketetapan dan

reaksi.

Fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi atlet.

Faktor fisik merupakan dasar kemajuan yang diperoleh oleh seorang atlet dalam

proses latihan. Faktor fisik harus terpenuhi untuk mengembangkan faktor yang

mempengaruhi prestasi selanjutnya.

Dengan mengetahui peningkatan pertumbuhan seorang anak dari waktu ke

waktu dapat diketahui pertumbuhan anak normal atau tidak dengan cara

membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh

anak-anak pada umumnya, apabila anak yang bersangkutan memiliki ukuran

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

25

melebihi rata-rata ukuran tubuh pada anak seusianya, pada umumnya

pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil

berarti pertumbuhannya lambat. Berikut adalah uraian mengenai beberapa macam

pengukuran fisik yang penting dan bisa dilakukan untuk memantau pertumbuhan

fisik yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar tubuh, dan lebar

dan panjang ukuran tubuh (Haywood, 1986:20).

a) Tinggi Badan

Salah satu pengukuran pertumbuhan yang sangat berguna dan umum

dilakukan adalah pengukuran tinggi badan. Sampai umur 3 tahun pengukuran

tinggi badan dilakukan dalam posisi tidur, setelah usia 3 tahun pengukuran bisa

dilakukan dalam posisi berdiri tegak dengan menggunakan alat pengukur tinggi

badan yang disebut stadiometer. Individu yang diukur berdiri tegak dengan kedua

kaki rapat, bahu kendor, kedua lengan di samping badan, dan membelakangi skala

pengukuran pada stadiometer. Alat pengukur skala digeser sampai pada titik

tertinggi ari kepala. Maka disitu bisa kita baca berapa tinggi badan individu yang

diukur (Haywood, 1986:21).

b) Berat Badan

Pengukuran berat badan bisa dilakukan bersamaan dengan pengukuran

tinggi badan. Pengukuran menggunakan timbangan berat badan. Individu yang

diukur harus hanya menggunakan pakaian seminim mungkin agar hasil

penimbangannya akurat. Individu yang diukur berdiri tegak pada timbangan; jarum

penunjuk pada skala akan bergerak ke arah kanan. Sesudah jarum penunjuk berhenti

beberapa saat, maka dapat dibaca angka pada skala yang menunjukkan berat badan

(Haywood, 1986:22).

c) Lingkar Tubuh

Ada beberapa bagian tubuh yang bisa diukur. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan meteran pita yang terbuat dari baja. Bagian tubuh dilakukan dengan

mengukur lingkarannya. Bagian tubuh yang diukur lingkarnya adalah pada kepala,

lengan, dada, penggang, paha dan betis. Pengukuran lingkaran kepala cukup

penting untuk memantau pertumbuban bayi dan anak-anak, terutama, dalam

kaitannya dengan pemantauan perkembangan mental. Pada anak yang ternyata

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

26

memiliki lingkaran kepala yang kecil, bisa menjadi petunjuk akan perlunya

pemeriksaan medis yang lebih teliti terhadap anak yang bersangkutan, karena ada

kemungkinan terjadinya hambatan perkembangan mental (Haywood, 1986:27).

d) Lebar dan Panjang bagian Tubuh

Pengukuran lebar bagian-bagian tubuh berguna untuk memantau pertumbuhan

terutama dalam hal bentuk tubuh. Yang paling umum dilakukan adalah

pengukuran terhadap lebar bahu dan lebar panggul. Untuk mengukur lebar bahu

dan panggul bisa digunakan alat yang disebut caliper. Hasil pengukuran bahu

apabila dibagi dengan hasil pengukuran lebar panggul, akan didapat angka rasio

yang bisa untuk memantau proporsi pertumbuhan kedua bagian tubuh tersebut.

Seperti misalnya bisa dilihat proporsi pertumbuhan yang berbeda antara laki-laki dan

perempuan setelah memasuki masa adolesensi. Pengukuran bagian-hagian tubuh

bisa dilakukan terhadap panjang lengan, panjang kaki, dan panjang togok.

Hasil panjang lengan, kaki dan togok bisa digunakan untuk memantau

pertumbuhsn dan bila dilakukan pada usia dewasa bisa digunakan utnuk

mendeteksi irama pencapaian kematangan fisik pada usia pertumbuhan

(Haywood, 1986:28).

e) Tinggi Duduk

Tinggi duduk diukur dari jarak vertical dari permukaan alas duduk sampai

ke ujung atas kepala dengan subjek berada dalam posisi duduk tegak dengan mata

memandang lurus kedepan (http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00085-

TI%20Bab2001).

6) Gerak

Gerak / motor sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak

manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai

perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi gerak (motor) ruang

linkupnya lebih luas dari psikomotor. Pengertian gerak dasar adalah kemampuan

untuk melakukan tugas sehari-hari yang meliputi gerak jalan, lari, lompat, lempar.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

27

Sedangkan menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. saputra (2000:20),

kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna

meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Kemampuan lokomotor, digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat

ke tempat yang lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti lincat dan lompat.

b. Kemampuan non lokomotor, dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang

memadai, contoh mendorong, menarik, dll.

c. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki.

Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif antara lain melempar, memukul,

menendang dan memukul.

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa kemampuan gerak dasar

adalah kemampuan dan kesanggupan untuk dapat melakukan tugas-tugas jalan,

lari, lompat, dan lempar secara efektif dan efesien.

Menurut Fleisman dalam Schmidt (1991) dan Singer (1980) kemampuan

gerak terdiri atas :

1. Kecermatan kontrol (control precision) : terutama melibatkan gerakan-

gerakan yang dikontrol otot besar.

2. Koordinasi anggota badan (multilimb coordination) : koordinasi

bersamaan dari gerakan-gerakan sejumlah anggota badan.

3. Orientasi ruang (response orientation) : pemilihan respons yang benar

(diskriminasi visual), tanpa memperhatikan ketepatan dan koordinasi.

4. Waktu reaksi (reaction time) : kecepatan merespons suatu stimulus.

5. Kontrol kecepatan (rate control) : penyesuaian gerak secara antisipatif

yang terus-menerus pada tanda-tanda keadaan yang berubah-ubah.

6. Kecepatan gerakan lengan (speed arm movement) : kecepatan dimana

ketepatan tidak penting.

7. Ketangkasan manual (manual dexterity) : manipulasi objek-objek kecil

dengan ketepatan dan kontrol.

8. Kestabilan lengan-lengan (arm-hand steadliness) : pengontrolan gerak

lengan dengan tangan, baik ketika tanpa berpindah tempat maupun pada

saat berpindah tempat.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

28

9. Kecepatan pergelangan-jari (wrist-finger speed) : kegiatan mengetuk atau

menepuk.

10. Kepekaan kinestetik (kinesthetic sensitivity) : menyangkut kepekaan untuk

menyadari posisi anggota tubuh dalam hubungannya dengan posisi.

Sedangkan dalam kaitannya dengan penampilan olahraga dan kerja fisik

lainnya, yang diperlukan adalah kemampuan kecakapan tubuh, yang antara lain

disebutnya sebagai : 1) Kekuatan statis, 2) Kekuatan dinamis, 3) Kekuatan torso,

4) Kekuatan eksplosif, 5) Kelentukan yang luas, 6) Kelentukan dinamis, 7)

Koordinasi tubuh, 8) Koordinasi anggota tubuh, dan 9) Stamina (Amung dan

Yudha, 2000:78).

7) Stres

Stres adalah ketidakseimbangan antara tuntutan dengan kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Rasanya tidak mungkin manusia terbebas dari

masalah. Selama manusia masih hidup, tidak akan terlepas dari masalah. Masalah

akan menimbulkan stres. Dengan kata lain, kita seolah tidak bisa mengjhindar dari

situasi stres. Yang penting justru pada bagaimana mengelola stres tersebut. Ada

beberapa langkah yang bisa dilakukan :

1. Sadar adanya stres

2. Analisa apa yang menjadi sumber stres dan tindakan yang mungkin

dilakukan.

3. Berpikir positif.

4. Terapi tingkah laku melalui biofeedback, relaksasi progresif, meditasi,

konseling.

5. Istirahat yang cukup.

6. Mengelola sesuatu dengan lebih baik.

7. Lakukan kegiatan yang bersifat rekreatif.

8. Bantuan pihak lain.

9. Memperkuat kepercayaan kepada Tuhan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

29

a) Sumber Stres

Stresor adalah keadaan, situasi, objek, atau individu yang dapat

menimbulkan stres. Secara umum, stresor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu stresor

fisik, sosial, dan psikologis. Dalam konteks olahraga, menurut Martens (1987)

dalam Maksum (2008:112), ada situasi yang menjadi sumber stres, yaitu :

a. Pentingnya Event

Semakin penting suatu event, semakin menjadi sumber stres bagi atlet.

Situasi berbanding lebih stresful dibanding latihan biasa.

b. Ketidakpastian

Semakin tidak pasti, semakin menimbulkan stres. Misalnya, dalam

pertandingan penting, siapa saja yang akan diturunkan dalam starting

line-ups. Baik pelatih maupun pemain bisa jadi stres, mengingat

menentukan pemain menjadi bagian penting dari strategi keberhasilan.

b) Hubungan Stres dan Prestasi

Adakalanya stres dibutuhkan dalam situasi bertanding. Stres dalam

tingkatan tertentu justru berpengaruh positif terhadap prestasi. Namun stres yang

berlebihan atau terlalu rendah justru merugikan.(Maksum, 2008:113).

8) Pembinaan Disiplin, Percaya Diri, dan Konsep Diri

a) Pembinaan Disiplin

Disiplin sebagai satu bentuk sikap mental mutlak diperlukan dalam proses

mencapai prestasi setinggi-tingginya. Maniprestasi sikap disiplin dapat dilihat dari

kesediaan untuk merespons dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam

bentuk ketentuan, tata tertib, aturan, tatanan hidup, atau kaidah tertentu.

Secara sederhana disiplin berarti kontrol penguasaan diri terhadap impuls

yang tidak diinginkan atau proses mengarahkan impuls kepada suatu cita-cita atau

tujuan tertentu untuk mencapai dampak yang lebih besar.

Disiplin dapat dibedakan menjadi disiplin diri dan disiplin semu. Disiplin

diri adalah disiplin yang ditanamkan atas dasar pemahaman dan kesadaran yang

lebih mendalam untuk menghargai dan mematuhi segala nilai, norma, dan kaidah

yang berlaku, tanpa peduli terhadap ada tidaknya pengawasan, sanksi, hukuman,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

30

atau penghargaan. Disiplin semu adalah disiplin yang ditanamkan dengan

paksaan, karena takut hukuman atau sanksi, karena perintah tanpa disertai

pemahaman dan kesadaran. Disiplin jenis ini tidak akan bertahan lama dan hanya

akan muncul jika diawasi, takut pada ancaman, hukuman, atau sangsi pelatih.

Disiplin dalam banyak hal berhubungan dengan kontrol diri, sikap penuh

rasa tanggung jawab, harga diri, rasa percaya diri, persepsi konsep diri dan yang

lain. Disiplin bukan merupakan sikap mental yang dibawa sejak lahir, tetapi

banyak dipengaruhi oleh pengalaman sekitar, khususnya pengalaman pendidikan,

meskipun sifat-sifat kepribadian yang dibawa sejak lahir juga akan ikut

menentukan. Untuk itu perlu upaya-upaya untuk menanamkan sikap disiplin

sedini mungkin terhadap atlet. Beberapa rekomendasi dalam upaya menanamkan

disiplin antara lain :

a) Meningkatkan kerja sama orang tua, pelatih dan atlet.

b) Pemberian reward and punishment yang tepat.

c) Meningkatkan tindakan persuatif-edukatif.

d) Menciptakan rangkaian acara belajar atau latihan yang padat namun

menarik minat atlet.

b) Pembinaan Percaya Diri

Salah satu modal utama dan syarat mutlak untuk mencapai prestasi

olahraga yang gemilang adalah memiliki rasa percaya diri. Secara sederhana

percaya diri berarti rasa percaya terhadap kemampuan atau kesanggupan diri

untuk mencapai prestasi tertentu.

Over-Confidence atau percaya diri berlebihan dapat berakibat kurang

menguntungkan terhadap atlet karena seiring dengan tumbuhnya over-confidence

muncul pula rasa dan pola pikir meremehkan lawa. Disisi lain over-confidence

dapat menyebabkan seorang atlet mudah mengalami frustasi jika ia dikalahkan

lawannya.

Seperti halnya over confidence, lack confidence atau kurang percaya diri

terhadap kemampuan diri dapat berakibat tidak baik. Seorang atlet yang memiliki

lack confidence tidak akan bisa meraih puncak prestasi, karena sasaran atau target

yang ditetapkan lebih rendah dari kemampuan yang dimilikinya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

31

Untuk mencapai puncak prestasi, atlet harus full confidence, karena sikap

mental seperti ini akan sangat membantu atlet dalam proses adaptasi menghadapi

ketegangan yang berlebihan, memantapkan ketahanan emosionalnya, berusaha

mencapai terget yang ditetapkannya sendiri, dan menghindarkan atlet dari

perasaan frustasi karena kegagalan.

c) Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan atau perasaan kita tentang diri kita. Persepsi

tentang diri ini dapat bersifat psikologis, sosial dan fisik. Konsep diri meliputi

komponen kognitif dan afektif. Komponen kognitif merangkum semua hal tentang

yang dipikirkan dan komponen afektif meliputi segala hal tentang yang dirasakan.

Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri dan komponen

afektif disebut harga diri.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi

interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.

Bila seorang atlet menganggap dirinya sebagai seorang yang rajin, maka ia akan

menghadiri latihan secara teratur, mengikuti latihan dengan sungguh-sungguh,

sehingga menghasilkan progres latihan yang memuaskan. Bila seorang atlet

merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan, maka kesulitan apapun

yang dihadapi ketika bertanding pada akhirnya akan dapat mengatasinya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi olahraga adalah faktor dari

luar diri seseorang yang berpengaruh terhadap prestasi olahraga seseorang. Faktor

tersebut adalah belajar, latihan, lingkungan, kesiapan berolahraga, pelatih.

1) Belajar

Untuk dapat meraih prestasi tinggi dalam olahraga atau untuk menguasai

keterampilan tertentu dalam olahraga, bukan terjadi secara sekejab, melainkan

melalui proses dan tahapan serta berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Kondisi

yang demikian itulah yang kemudian disebut dengan proses pembelajaran.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

32

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman. Tingkah

laku bisa berarti sesuatu yang tampak, seperti berjalan, berlari, berenang,

melakukan shooting, juga berarti sesuatu yang tidak tampak seperti berpikir,

bersikap, dan berperasaaan. Adapun pengalaman bisa berbentuk membaca,

mendengarkan, melihat, melakukan baik secara mandiri maupun bersama orang

lain. Belajar akan lebih efektif apabila terjadi ketika fungsi-fungsi psikis dan

fisiologis masih optimal. Artinya, faktor usia ikut mempengaruhi bagaimana

seseorang dapat belajar dengan baik. Semakin tua usia seseorang, semakin sulit

untuk melakukan proses belajar. Ini mengingat semakin bertambahnya usia,

fungsi-fungsi tubuh semakin menurun (Ali Maksum, 2008:11).

a) Teori – Teori Belajar

Ada lima teori belajar yang dikemukakan dalam Maksum (2008:11).

Teori-teori tersebut adalah sebegai berikut :

1. Pavlov : Belajar adalah Proses Pembiasaan

Inti dari kebiasaan adalah keterulangan, yaitu mengulang sesuatu

hingga menjadi otomatis. Sesuatu yang semula tidak biasa kita lakukan

dan bahkan sesuatu yang tampaknya sulit bisa jadi akan menjadi lebih

mudah kalau sudah menjadi kebiasaan. Sesuatu yang dilakukan secara

berulang-ulang seolah telah terjadi asosiasi yang otomatis antara

rangsangan dan tindakan, antara stimulus dan respons.

2. Thorndike : Hukum Belajar

Dasar dari belajar adalah asosiasi. Artinya proses belajar dapat

dijelaskan dengan memahami hubungan antara stimulus (S) dan respons

(R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa pertama kali organisme belajar

adalah melalui trial and error (coba-salah). Jika seseorang berada dalam

situasi yang bermasalah, maka orang tersebut akan mengeluarkan cara-

cara untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu atau beberapa cara

yang digunakan bisa jadi akan berhasil memecahkan masalah. Karena itu,

lain kali manakala ia menghadapi masalah serupa, orang tersebut sudah

tahu cara mana yang akan diambil.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

33

Temuan lain yang terkait dengan percobaannya, Thorndike

mengemukakan apa yang disebut dengan transfer training, yaitu apa yang

dipelajari terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari kemudian.

Apabila yang dipelajari mempunyai banyak persamaan dengan yang

dipelajari terdahulu, maka akan terjadi transfer positif, hal yang baru

tersebut tidak terlalu sulit untuk dipelajari. Sebaliknya, jika yang dipelajari

terdahulu banyak terjadi perbedaan dengan apa yang akan dipelajari

kemudian, maka akan terjadi transfer negatif.

3. Skinner : Reward and Punishment ( Penghargaan dan Hukuman )

Tingkah laku pada dasarnya merupakan fungsi dari konsekuensi

tingkah laku itu sendiri. Apabila munculnya tingkah laku diikuti dengan

sesuatu yang menyenangkan (reward), maka tingkah laku tersebut

cenderung untuk diulang. Sebaliknya, jika munculnya tingkah laku diikuti

dengan sesuatu tidak menyenangkan (Punishment), maka tingkah laku

tersebut cenderung tidak akan diulang.

4. Bandura : Teori Modeling

Individu belajar dengan cara mengobservasi, baik mengenai

fenomena, tumbuhan, binatang, dan objek lain. Orang dapat belajar

tentang bagaimana berlari cepat dengan cara mengamati berlarinya seekor

kuda atau harimau. Intinya, teori modeling adalah proses belajar melalui

cara mengamati model. Dengan mengamati tingkah laku model serta

konsekuensinya, individu belajar untuk bertingah laku sama seperti model.

Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak serta merta seseorang yang

mengamati sesuatu dapat dipastikan dapat menirukan apa yang dia lihat.

Efektivitas modeling tergantung pada perhatian, ingatan, reproduksi gerak,

dan motivasi.

5. Von Glasersfeld : Teori Konstruktivis

Menurut Glasersfeld, prinsip dasar yang melandasi teori

konstruktivis adalah bahwa semua pengetahuan dibangun berdasarkan

pengalaman individu, dan oleh karenanya bersifat subjektif. Kita tidak

dapat mengamati sesuatu secara objektif, karena kita menjadi bagian dari

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

34

yang kita observasi. Penelitian historis menunjukkan bahwa apa yang

diteliti dan temuan apa yang dihasilkan dipengaruhi oleh keyakinan orang

yang melakukan penelitian itu dan iklim sosial pada saat penelitian

tersebut dilakukan.

2) Latihan

Secara umum latihan merupakan suatu proses yang penting yang harus

dilakukan secara baik dan teratur untuk mencapai prestasi olahraga.

Menurut Suharno (1993:7) latihan adalah suatu proses penyempurnaan

atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-

beban fisik, teknik, taktik dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap

dan berulang-ulang waktunya.

Latihan adalah suatu proses yang sistematis dan kontinyu dari berlatih atau

bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari

kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan (Noer, 1996:6)

Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145) menyatakan bahwa

latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara

berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta

intensitas latihannya.

Berdasarkan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan

(training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis, dan dilakukan

secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat.

Peningkatan beban latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan atlet yang berlatih.

Dalam pelaksanaan, latihan, aspek-aspek yang mendukung terhadap

pencapaian prestasi olahraga harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal.

Aspek-aspek yang perlu dilatih dan dikembangkan untuk mencapai prestasi

meliputi “(1) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan

mental (Rusli lutan dkk.1988:88).

Dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus

memperhatikan prinsip-prinsip latihan.Dengan mempertimbangkan prinsip latihan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

35

tersebut diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dan tidak berakibat

buruk baik pada fisik maupun teknik atlet. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996:8)

prinsip-prinsip latihan dalam bidang olahraga meliputi : (1) Latihan-latihan yang

dilakukan hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang diberikan harus cukup

berat, (3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus

dilakukan secara teratur dan (5) Kemampuan berprestasi.

Latihan setiap kegiatan fisik yang dilakukan seorang atlet, akan mengarah

pada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan

kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai,

jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya

intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih

merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua

aspek yang menjadi komponen latihan tersebut diatas. Semua komponen dibuat

sedemikian dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional

dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan,

pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang

menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah

direncanakan. Cabang olahraga yang banyak menentukan ketrampilan yang tinggi

termasuk permainan sepak bola, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang

sangat diutamakan.

a) Prinsip-Prinsip Latihan

Menurut Russel, Bruce, dan Robert (1993:318), prinsip-prinsip latihan

untuk atlet adalah sebagai berikut :

1. Pembebanan Berlebih

Azas latihan yang sangat mendasar adalah pembebanan berlebih.

Hal itu telah dibuktikan dengan baik bahwa sebagian besar sistem fisiologi

dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang

biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar latihan terdiri

dari sistem fisiologis terbukayang dipilih secara sistematisuntuk

memperoleh intensitas kerja atau fungsi yang melebihi fungsi-fungsi

dimana sistem tersebut telah terbiasa.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

36

2. Konsistensi

Tidak ada pengganti konsistensi dalam suatu program latihan.

Olahragawan yang berhasil hampir tanpa perkecualian, taat pada cara-cara

latihan yang teratur selama beberapa tahun atau lebih. Sebagian besar

sistem fisiologis memerlukan latihan pembebanan berlebih, tiga kali atau

lebih per minggu. Tetapi, harus dicatat bahwa frekuensi latihan yang lebih

disukai tergantung pada musim olahragawan itu sendiri, kegiatan olahraga

dan komponen kebugaran tertentu.

3. Kekhususan

Pengaruh latihan sangatlah khusus. Pengaruh-pengaruh itu khusus

untuk sistem fisiologis tertentu yang mendapat beban lebih pada kelompok

otot yang digunakan, dan tentu saja bagi serabut otot tertentu yang diambil

untuk melakukan kerja. Karena penampilan dalam sebagian besar olahraga

tergantung pada beberapa komponen kesehatan fisik, kebanyakan program

latihan harus meliputi model latihan, dalam banyak hal perlu beberapa

perubahan dari tiap-tiap teknik khusus.

4. Kemajuan

Program latihan yang baik merencanakan tahapan kemajuan yang

konsisten untuk jangka waktu yang panjang. Apabila seorang olahragawan

harus memperbaiki diri sepanjang keikutsertaannya selama beberapa

tahun, program latihannya harus meningkat, sehingga sistem fisiologis

yang berkaitan terus menerus mendapat beban lebih. Tetapi, pada saat

yang sama, perlu dicatat bahwa terlalu cepat tekanan peningkatan latihan

dapat menyebabkan kelelahan dan mengganggu penampilan.

5. Ciri Pribadi

Tidak ada dua orang yang sama dan tidak ada dua orang yang

secara fisiologis benar-benar sama. Dengan demikian, tidak ada dua orang

olahragawan yang diharapkan memberi tanggapan terhadap peraturan

latihan tertentu dengan cara yang sama. Faktor umur, seks, kematangan,

tingkat kebugaran saat itu, lama berlatih, ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

37

sifat-sifat pikologis harus menjadi bahan pertimbangan bagi pelatih dalam

merancang peraturan latihan bagi tiap olahragawan.

6. Keadaan Pelatihan

Tanggapan olahragawan terhadap program latihan sangat

tergantung pada kebugarannya diawal program. Olahragawan yang sudah

berlatih dengan baik biasanya makin berkembang dengan peraturan latihan

yang diterapkan, yang bagi pemula cukup melelahkan. Memang,

olahragawan yang sejak awal berlatih dengan baik mungkin menuntut

program yang agak berat untuk memberi beban berlebih pada sistem

fisiologisnya agar dapat mencapai tingkat kebugaran yang tinggi.

7. Periodisasi

Periodisasi adalah kecenderungan penampilan olahraga yang

berubah-ubah dalam siklus waktu tertentu. Hanya sedikit olahragawan

yang dapat mepertahankan tingkat penampilan puncak lebih dari beberapa

minggu. Dengan demikian, jadwal latihan dan pertandingan perlu disusun

sedemikian rupa sehingga penampilan puncak dapat dicapai pada waktu

yang diharapkan. Latihan dan pertandingan yang keras cenderung

membawa olahragawan menuju tingkat penampilan yang optimal.

Kuncinya tentu saja adalah menghindari tercapainya tingkat ini terlalu dini

dalam masa pertandingan. Idealnya program latihan harus pada intensitas

maksimum 1/2 sampai 2/3 bagian selama masa ini, sehingga penampilan

puncak dicapai selama pertandingan kejuaraan di akhir musim kompetisi.

Masa pemulihan saat akhir musim akan memungkinkan olahragawan

memasuki latihan berat berikutnya dalam kondisi segar baik secara

fisiologis maupun psikologis.

8. Masa Stabil

Kebanyakan penampilan olahragawan cenderung meningkat secara

menanjak, tidak secara pelan. Olahragawan mungkin mengalami

berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun masa stabil

(tanpa kemajuan). Ini dapat menyebabkan frustasi yang perlu

dipertimbangkan dan membutuhkan kesabaran olahragawan serta pelatih.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

38

Apabila semua yang terkait yakin bahwa program latihan telah ditambah

dengan benar, bahwa masalahnya bukan faktor sakit, dan bahwa

olahragawan belum mencapai potensi penampilan terbaiknya, olahragawan

harus gigih dan tetap percaya agar kemajuan yang besar dapat terjadi

setiap saat. Dalam beberapa hal kemajuan dalam penampilan memerlukan

lingkungan persaingan yang ideal dan keadaan seperti itu sangat jarang

terjadi.

9. Tekanan

Tekanan menurut Hans Seyle (1956) dalam Russel, Bruce, dan

Robert (1993) dedefinisikan sebagai reaksi tubuh yang tidak tepat terhadap

penyebab tekanan dari luar. Apabila tubuh dibiarkan berhadapan dengan

penyebab tekanan untuk satu periode waktu yang panjang / lama, akan

dapat menyebabkan tingkat keletihan yang ditandai dengan kelelahan,

sakit dan cedera.Pencegahan kelelahan yang disebabkan oleh tekanan

dapat dilakukan dengan merancang program latihan perorangan secara

tepat, dengan mengamati olahragawan secara berhati-hati untuk

mengetetahui adanya tanda-tanda kelelahan, dan dengan mengurangi

beban latihan apabila olahragawan menghadapi penyebab stres lainnya

yang tidak dapat dihindari.

10. Tekanan dalam Bertanding

Pertandingan, baik secara fisiologis maupun psikologis, lebih

mendatangkan stres daripada latihan dan pertandingan yang berlebihan.

Olahragawan yang bertanding terlalu sering khususnya, mudah

mendapatkan kesulitan yang berhubungan dengan stres sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya. Oleh karena banyak kegiatan olahraga yang

bervariasi dalam tuntutan fisik mereka, tidak mungkin untuk melakukan

suatu generalisasi yang luas yang berkaitan dengan frekuensi pertandingan

yang optimal. Namun demikian, wajar untuk menyimpulkan bahwa

semakin banyak tuntutan kegiatan, seseorang harus semakin mengurangi

keterlibatannya dalam pertandingan.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

39

3) Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang ada diluar diri individu dan

mempengaruhi individu tersebut. Dengan pengertian tersebut, maka istilah

lingkungan tidak hanya merujuk pada keadaan atau ciri-ciri fisik dari suatu

lingkungan, tetapi juga mencakup suasana, iklim, semangat, tradisi dan hubungan-

hubungan yang ada di lingkungan tersebut (Maksum, 2008:28).

Gould, Dieffenbach dan Moffett, dalam Ali Maksum (2008:29)

mengidentifikasi sejumlah factor lingkungan yang mempengaruhi atlet. Dari studi

tersebut dikemukakan bahwa ada tiga lingkungan utama dimana atlet umumnya

berkembang, yaitu: (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan sekolah, (3)

lingkungan olahraga.

a) Lingkungan Keluarga

Menurut Patrikakou (1996) dan Markum (1998) dalam Ali Maksum

mengatakan bahwa dalam banyak studi, lingkungan keluarga sangat berpengaruh

terhadap prestasi yang dicapai individu. Umumnya seorang anak yang memiliki

kebutuhan prestasi tinggi, orang tuanya menentukan standar prestasi yang tinggi

pula kepada anaknya. Seorang anak yang orang tuanya berharap ia menjadi atlet

besar, akan memiliki kesempatan yang lebih tinggi dibanding seorang anak yang

orang tuanya tidak memiliki harapan ke arah itu, sekalipun anak tersebut memiliki

potensi yang sama.

Selain itu, pola kepemimpinan orang tua juga merupakan faktor penting

dalam mempengaruhi munculnya individu berprestasi. Orang tua yang

menerapkan pola kepemimpinan otoritatif, lebih mungkin memunculkan anak

berprestasi dibanding pola kepemimpinan yang lain (Bronstein et all,. 1996;

Steinberg 1999; Markum, 1998) dalam Ali Maksum (2008:31).

b) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah diyakini juga berpengaruh terhadap munculnya atlet

berprestasi. Sekolah merupakan lingkungan pertama seorang anak mengenal

kegiatan olahraga melalui pelajaran pendidikan jasmani atau kegiatan

ekstrakurikuler olahraga. Ini terutama berlaku bagi mereka yang memang bukan

berasal dari keluarga olahragawan. Sekolah dapat memberikan iklim bagi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

40

tumbuhnya minat terhadap olahraga. Pengaruh lingkungan sekolah juga berasal

dari guru pendidikan jasmani dan olahraga, baik melalui pengajaran langsung

dengan menciptakan proses pembelajaran yang menarik, bimbingan terhadap

potensi yang dimiliki anak, maupun polabina yang ditampilkan seorang guru.

c) Lingkungan Olahraga

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi atlet, lingkungan olahraga

menjadi lingkungan utamanya dalam meraih dan meniti karir sebagai atlet yang

berprestasi. Dalam lingkungan olahraga pelatih menjadi figur sentral. Peran

penting pelatih tidak hanya pada bagaimana menyusun dan melaksanakan

program latihannya, tetapi juga pada peran sosial yang ia tampilkan, baik sebagai

orang tua, kakak, bahkan mungkin sebagai sahabat atlet. Karena itu, bagaimana

polabina yang ditampilkan seorang pelatih akan mempengaruhi atlet dalam meraih

prestasi. Selain pelatih, ada pihak lain seperti pembina, psikolog dan teman

sesama atlet yang diyakini mampu mempengaruhi prestasi atlet. Demikian pula

sumberdaya pendukung lainnya seperti sarana dan prasarana.(Ali Maksum,

2008:31).

d) Pengaruh Lingkungan dalam Perkembangan

Perkembangan individu tidaklah beralur tunggal, semata-mata ditentukan

oleh potensi yang ada pada diri individu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh

faktor lingkungan dimana individu tersebut berada (Brown, 2001; Gould,

Dieffenbach & Moffet, 2002) dalam Maksum (2008:28). Banyak atlet pemula

gagal mencapai keberhasilan, misalnya, bukan karena kurangnya potensi yang

dimiliki, melainkan karena lingkungan yang tidak memungkinkan mereka

berprestasi, misalnya : tidak adanya dukungan orang tua atau pelatih yang

berkualitas.

Lingkungan disini diartikan sebagai sesuatu yang ada diluar diri individu

dan mempengaruhi individu tersebut. Dengan pengertian tersebut, maka istilah

lingkungan tidak hanya merujuk pada keadaan atau ciri-ciri fisik dari suatu

lingkungan, tetapi juga mencakup suasana, iklim, semangat, tradisi, dan

hubungan-hubungan yang ada di lingkungan tersebut.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

41

4) Kesiapan Berolahraga

Usia sekolah merupakan masa peka saat dimana anak mulai belajar

berbagai cabang olahraga seperti senam, atletik, dan tenis. Masa peka merujuk

pada pengertian bahwa untuk memberikan rangsangan, perlakuan atau pengaruh

kepada anak perlu mempertimbangkan saat yang tepat kapan rangsangan tersebut

harus diberikan. Jika seseorang telah siap menerima rangsang, maka akan terjadi

hubungan yang positif. Orang tersebut akan bertumbuh dan berkembang secara

optimal. Sebaliknya jika belum siap, misalnya karena umurnya belum sesuai,

maka tidak akan terjadi hubungan apapun, bahkan adakalanya berdampak negatif.

Implementasi jauh dari konsep ini, terutama dalam membina calon atlet

adalah perlunya memperhatikan model pelatihan yang diberikan dengan kesiapan

atlet. Misalnya kapan seorang anak mulai dikenalkan olahraga, kapan spesialisasi

dilakukan, kapan prestasi puncak dapat diraih dan sebagainya. Tanpa perhatian

yang optimal pelatihan tidak hanya kurang berdampak pada prestasi, bahkan pada

tataran tertentu justru akan merusak perkembangan individu anak selanjutnya.

Tabel 2.2 Usia Memulai Latihan, Spesialisasi, dan Prestasi Puncak

menurut Jenis Olahraga

No Jenis Olahraga Mulai Latihan

( dalam tahun )

Mulai

Spesialisasi

Prestasi

Puncak

1 Atletik 10-12 13-14 18-23

2 Bola Basket 7-8 10-12 20-25

3 Tinju 13-14 15-16 20-25

4 Balap Sepeda 14-15 16-17 21-24

5 Senam ( wanita ) 6-7 10-11 14-18

6 Senam ( pria ) 6-7 12-14 18-24

7 Sepakbola 10-12 11-13 18-24

8 Renang 3-7 10-12 16-18

9 Tenis 6-8 12-14 22-25

10 Bolavoli 11-12 14-15 20-25

11 Angkat Berat 11-13 15-16 21-28

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

42

12 Gulat 13-14 15-16 24-28

13 Bulutangkis 6-9 9-12 21-29

Sumber : Bompa ( 1990 ) hasil riset pada atlet Indonesia

a) Tahapan Perkembangan Karir Atlet

Tahapan karir atlet diartikan sebagai periode pertama dimana seseorang

merintis karir sebagai atlet mulai mengenal mengenal cabang olahraga hingga

yang bersangkutan mencapai akhir prestasinya. Tahapan karir dapat digunakan

sebagai guidline dalam melakukan pembinaan kepada atlet atau calon atlet.

Pentahapan dibagi dalam lima fase, yaitu pengenalan, spesialisasi, investasi,

prestasi, prestasi dan menjaga prestasi. Setiap tahap memiliki ciri-ciri sendiri yang

berbeda antara tahap satu dan lainnya. Tahapan yang satu menjadi dasar bagi

tahapan selanjutnya; kegagalan pada tahap yang satu akan berpengaruh pada

pencapaian tahap berikutnya (Maksum, 2008:34).

Tabel 2.3 Tahapan Karir Atlet Berdasarkan Usia ( dalam tahun )

dan Ciri-ciri Pentahapan

No Tahap Pria Wanita Ciri-ciri Pentahapan

1 Pengenalan 6-9 6-8 - Berorientasi pada kesenangan

- Pengembangan gerak umum

- Melakukan berbagai macam olahraga

2 Spesialisasi 9-12 8-11 - Anak memilih olahraga tertentu sebagai

cabor yang disukai

- Mulai memasuki klub

- Latihan lebih terstruktur

- Merupakan periode kritis

3 Investasi 12-17 11-16 - Anak lebih focus ke olahraga tertentu

- Sebagian besar waktu dan tenaga

dicurahkan untuk olahraga tersebut.

- Latihan intensif dan berorientasi pada

peningkatan kemampuan dan

keterampilan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

43

- Rela mengorbankan kepentingan lain

4 Prestasi 17-20 16-19 - Meraih prestasi internasional untuk

pertama kalinya

- Peningkatan prestasi masih sangat

mungkin dilakukan

5 Menjaga Prestasi 20-37 19-35 - Memperbaiki prestasi

- Meraih prestasi puncak

- Mempertahankan prestasi

Tabel 2.4 Ciri Umum Perkembangan Manusia Sepanjang Hayat

Periode Usia Perkembangan Fisik Perkembangan

Kognitif

Perkembangan

Psikososial

Prenatal

(Konsepsi

Lahir)

Konsepsi terjadi.

Interaksi antara faktor

genetik dan lingkungan

dimulai. Struktur tubuh

dan organ terbentuk.

Otak mulai berkembang

dan secara umum

perkembangan fisik

terjadi sangat cepat.

Kemampuan belajar,

mengingat, dan

merespons atas

rangsangan sensorik

mulai berkembang.

Janin merespons suara

ibu dan berkembang

menyukainya.

Bayi-anak

kecil (lahir-3

tahun)

Semua rasa dan sistem

tubuh bekerja. Otak

berkembang lebih

kompleks dan sensitif

terhadap rangsangan.

Perkembangan fisik dan

keterampilan gerak

berkembang cepat.

Kemampuan belajar

dan mengingat

muncul, bahkan

diawal minggu.

Penggunaan symbol

dan kemampuan

memecahkan

masalah menjelang

akhir tahun kedua.

Kasih sayang pada

orangtua dan

oranglain di

sekitarnya. Kesadaran

diri mulai

berkembang.

Perubahan dari

tergantung menuju

otonom terjadi.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

44

Penggunaan bahasa

berkembang dengan

cepat.

Ketertarikan terhadap

anak lain meningkat.

Masa Anak

Awal (3-6

tahun)

Pertumbuhan tetap

berlangsung hanya

dalam tempo yang

melamban. Proporsi

tubuh lebih seimbang

layaknya orang dewasa.

Nafsu makan berkurang

dan persoalan tidur

menjadi gejala umum.

Kecekatan, gerak kasar

dan halus, dan kekuatan

meningkat.

Berpikir agak

egosentrik, tetapi

pemahaman terhadap

orang lain mulai

berkembang.

Kognisi yang belum

matang acapkali

memunculkan ide

yang tidak rasional.

Memori dan bahasa

membaik. Intelegeni

dapat diprediksi.

Aktivitas prasekolah

seperti TK umum

dilakukan.

Konsep diri, harga

diri, dan emosi

tumbuh. Kemandirian,

inisiatif, kontrol diri,

dan kepedulian diri

meningkat. Identitas

jender berkembang.

Bermain lebih

imaginatif, kompleks,

dan lebih sosial. Sifat

mementingkan

kepentingan orang

lain, agresi dan rasa

takut menjadi

fenomena umum.

Keluarga masih

menjadi fokus, tetapi

pada saat yang sama

anak-anak lain

menjadi lebih penting.

Masa Anak

Akhir (6-11

tahun)

Pertumbuhan

melambat. Kekuatan

dan kemampuan

berolahraga membaik.

Penyakit pernafasan

umum terjadi, terjadi

pada tahap ini,

Egosentrik

berkurang. Anak

mulai berpikir logis

tetapi kongkrit.

Memori dan

keterampilan

berbahasa

Konsep diri menjadi

lebih kompleks,

demikian juga harga

diri. Aturan berunah

dari kendali orangtua

kepada anak. Teman

sebayanya menjadi

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

45

kesehatan umumnya

lebih baik disbanding

tahapan yang lain.

meningkat.

Perkembangan

kognitif yang

semakin baik

memungkinkan anak

mendapatkan

keuntungan dari

sekolah formal.

Beberapa anak

menunjukkan

kebutuhan

pendidikan khusus

dan kuat.

penting.

Remaja (11-

20 tahun)

Pertumbuhan fisik dan

perubahan lain terjadi

dengan cepat.

Kematangan reproduksi

terjadi. Resiko

kesehatan muncul

sebagai akibat tingkah

laku seperti

penyalahgunaan obat

terlarang, pola makan

yang salah.

Kemampuan berpikir

abstrak dan

penalaran ilmiah

berkembang.

Berpikir yang belum

matang masih

muncul pada sikap

dan tingkah laku.

Pendidikan

difokuskan pada

persiapan untuk ke

PT atau dunia kerja.

Mencari identitas,

termasuk identitas

seksual menjadi

masalah sentral.

Hubungan denan

orangtua umumnya

baik.. Kelompok

sebaya ikut

mempengaruhi

perkembangan baik

positif maupun

negatif.

Dewasa

Muda (20-40

tahun)

Kondisi fisik

mengalami puncak,

kemudian menurun

secara pelan-pelan.

Pilihan gaya hidup

Kemampuan kognitif

dan penilaian moral

lebih kompleks .

Pilihan pendidikan

dan karir dibuat.

Trait kepribadian dan

gaya-gaya mulai

stabil, tetapi

perubahan masih

mungkin terjadi

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

46

mempengaruhi

kesehatan.

karena fase kehidupan

dan kondisi tertentu.

Keputusan dibuat

terkait dengan

hubungan dekat dan

gaya hidup pribadi.

Pada umumnya

individu menikah dan

menjadi orangtua.

Dewasa (40-

65 tahun)

Terjadi beberapa

kemunduran sensorik,

kemampuan, kesehatan,

stamina, dan

kompetensi. Wanita

mengalami menopause.

Kemampuan mental

dasar menjadi prima.

Keahlian dan

keterampilan

menyelesaikan

masalah tinggi.

Kreativitas bisa jadi

menurun tetapi

meningkat dalam

kualitas. Pada

banyak kasus, karir

dan pendapatan

berada di puncak.

Dan pada hal lain

mengalami

kejenuhan atau

perubahan karir

mungkin terjadi.

Identitas terus

berkembang. Tekanan

hidup mungkin terjadi.

Tanggung jawab

ganda, baik kepada

anak dan orangttua

bisa menyebabkan

stress. Anak-anak

mulai meninggalkan

rumah sehingga terasa

kesepian.

Dewasa

Akhir (65

tahun ke

Kebanyakan orang

tampak lebih sehat dan

aktif, meskipun

Sebagian besar

orang mantap secara

mental. Meskipun

Pensiun dari kerja

memungkinkan

orientasi baru

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

47

atas) kesehatan dan

kemapuan fisik

menurun. Waktu reaksi

yang melambat

mempengaruhi fungsi-

fungsi yang lain.

intelegensi dan

memori melemah.

penggunaan waktu.

Orang membutuhkan

cara mengatasi

kemunduran diri dan

menyongsong

kematian. Hubungan

dengan keluarga dan

teman dekat dapat

meberikan dukungan

penting. Pencarian arti

hidup menjadi isu

sentral.

5) Pelatih

Secara umum pelatih dapat dipahami sebagai orang yang dianggap ahli

untuk mempersiapkan orang atau sejumlah orang untuk menguasai keterampilan

tertentu. Dalam dunia olahraga, pelatih tidak sesederhana itu. Dalam

kenyataannya, peran seorang pelatih tidak hanya melatih seorang pelari untuk bisa

berlari cepat, ataupun untuk melatih tim untuk bisa bermain basket dengan baik.

Akan tetapi ia juga mendidik atlet untuk berdisiplin, kerja keras, pantang

menyerah dalam menjalani setiap aktivitas, dan sebagainya. Bahkan ketika atlet

menghadapi masalah pribadi, tidak jarang mereka datang ke pelatih untuk

membantu memecahkannnya. Itu sebabnya, tanggung jawab pelatih pada atlet

tidak sebatas pada persoalan teknis keolahragaan, melainkan juga tanggung jawab

pendidikan dan pengembangan pribadi (Ali Maksum, 2008:64).

a) Pola Kepemimpinan Pelatih

Pola kepemimpinan seorang pelatih dapat diartikan sebagai cara-cara

seorang pelatih bersosialisasi kepada para atlet. Ada tiga pola kepemimpinan

yakni : otoriter, permisif, autoritatif.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

48

Tabel 2.5 Pola Kepemimpinan Pelatih dan Ciri tingkah Lakunya

(menurut Baumrind)

No Pola

Kepemimpinan

Tingkah Laku

Kendali Sikap

Demokratis

Tuntutan

Prestasi

Kasih

Sayang

1 Otoriter Tinggi Rendah Tinggi Rendah

2 Autoritatif Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

3 Permisif Rendah Tinggi Rendah Tinggi

Pola kepemimpinan otoriter dapat terjadi apabila pelatih ingin menguasai

dan mengatur segala hal termasuk atlet. Atlet tidak diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan membela kepentingannya. Pada kepemimpinan

permisif pelatih memberi kebebasan kepada atlet untuk melakukan apa saja, tanpa

ada arahan. Semua diserahkan sepenuhnya kepada atlet. Suasana pelatihan adalah

suasana yang bebas, tidak terkontrol, bahkan dapat dikatakan liar. Sementara itu

pada pola kepemimpinan autoritatif, pelatih bertindak penuh pertimbangan dan

memperhatikan keadaan, perasaan dan pendapat atlet. Pelatih sering berdiskusi

mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil, menerangkan alasan dari

peraturan yang ada dan mendiskusikan setiap ada perselisihan. Pelatih menghargai

atlet sebagai individu dengan memberikan kesempatan kepada atlet untuk

merealisasikan ide-idenya (Ali Maksum, 2008:66).

b) Pelatih sebagai Manajer

Istilah manajer secara fungsional diartikan sebagai orang yang berwenang

dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan

mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran organisasi.

Dalam perspektif manajemen, fungsi pelatih adalah merencanakan,

mengorganisasikan hingga mengontrol program latihan untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Agar dapat berhasil menjalankan fungsi tersebut, pelatih

harus mempunyai kemampuan dan keterampilan manajemen (Ali Maksum,

2008:73).

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

49

Pelatih harus mampu mengendalikan, mengorganisasikan, dan

merencanakan apa yang harus dilakukan atlet dengan tujuan agar prestasi puncak

bisa tercapai.

c) Pelatih sebagai Perencana Program Latihan

Perencanaan adalah upaya mendesain sasaran-sasaran manajemen ke

dalam program jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mencapai tujuan

tertentu. Tanpa perencanaan yang baik, mustahil prestasi puncak dapat dicapai

tepat pada waktunya. Artinya, prestasi puncak bisa jadi akan terjadi justru

sebelum pertandingan yang dianggap penting berlangsung. Itu sebabnya program

latihan perlu di rencanakan dengan baik, prosedurnya harus ilmiah, metodologis,

dan sistematis.

Untuk dapat mebuat perencanaan yang baik dipersyaratkan adanya

kemampuan konsepsional dan berpikir imaginatif. Dalam membuat perencanaan

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Kondisi awal perkembangan organisasi.

2. Sumber-sumber yang dimiliki, seperti sumber daya manusia, material, dan

keuangan.

3. Identifikasi kekuatan, kelemahan, dan peluang baik yang bersifat internal

maupun eksternal.

4. Pemilihan dan penentuan strategi untuk meningkatkan performance

organisasi.

d) Pelatih sebagai Pengorganisasian Pelatihan

Pengorganisasian merupakan kerja administratif seorang manajer dalam

mengatur dan mendayagunakan sumber-sumber organisasi. Mengorganisasikan

berarti membangun struktur atas dasar tujuan organisasi yang ingin dicapai. Untuk

dapt mencapai tujuan tersebut, pelatih perlu mengorganisasikan sumber-sumber

yangdimiliki untuk kemudian mendayagunakan secara optimal. Materi pemain

yang ada, perlengkapan latihan, program latihan termasuk di dalamnya teknologi,

dan berbagai pihak yang memungkinkan membantu tercapainya tujuan perlu

diorganisasikan secara baik.

Selain itu dalam tahap ini juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

50

1. Mekanisme pengambilan keputusan dan pendelegasian kemenangan.

2. Kualifikasi individual untuk menempati suatu jabatan.

3. Kejelasan tugas dan tanggung jawab serta hubungan jabatan/pekerjaan

satu dengan yang lain.

e) Pelatih sebagai Pengendali Latihan

Pengendalian mencakup pengawasan dan evaluasi. Dalam melakukan

pengendalian perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Pemantapan sistem informasi, termasuk didalamnya mencakup bagaimana

cara mendapatkan data, dimana dan kapan.

2. Melakukan kajian terhadap pencapaian tujuan organisasi yakni

membandingkan antara harapan dan kenyataan.

3. Melakukan koreksi, dan jika diperlukan melakukan restrukturisasi dan

rekonstruksi untuk mencapai tujuan secara lebih efektif.

Keberhasilan seorang pelatih dalam mengantarkan atlet binaannya

menggapai prestasi puncak bukanlah sebuah kebetulan atau keberuntungan,

melainkan diperoleh melalui perencanaan yang cermat dan hati-hati, kerja keras,

dan kearifan dalam mengambil keputusan. Efisiensi dan efektivitas dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat bergantung pada bagaimana

seorang pelatih mengelola sumber-sumber yang ada, bisa berupa orang, material,

peralatan, keuangan, dan metode, termasuk didalamnya teknologi. Keberhasilan

manajer, apapun tingkatannya, memahami dengan sungguh-sungguh keseluruhan

proses manajemen, tidak hanya terampil dalam melaksanakan perencanaan

tersebut hinggat tercapai tujuan yang telah ditetapkan (Ali Maksum, 2008:75-76).

Bagaimanapun juga pelatih adalah orang yang paling berpengaruh

terhadap prestasi atlet. Dari segi apapun, atlet akan merasa membutuhkan seorang

pelatih. Pelatih yang baik adalah pelatih yang mampu membimbing,

meningkatkan kemampuan, dan membuat atlet memperoleh prestasi. Kedekatan

atlet dan pelatih sangat penting, hal ini akan sangat berdampak pada peningkatan

kemapuan atlet. Jika atlet tidak dekat dengan pelatih, maka ia akan segan untuk

bertanya tentang sesuatu, ia tidak akan punya semangat untuk berlatih, dan

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

51

kondisi psikologisnya saat bertanding akan berbeda dengan atlet yang dekat

dengan pelatih.

f) Kompetensi Pelatih

Dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan

Nasional, terutama pada pasal 81 dan 83 disebutkan bahwa tenaga keolahragaan-

termasuk didalamnya pelatih harus memenuhi standar kompetensi. Standar

kompetensi yang dimaksud mencakup persyaratan antara lain pendidikan,

kelayakan fisik dan mental serta penataran/pelatihan yang pernah diikuti.

NASPE, sebuah asosiasi nasional untuk olahraga di Amerika Serikat

menerbitkan sebuah buku yang berjudul National Standards of Sport Coaches

(2006). Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa seorang pelatih harus memenuhi

kompetensi yang mencakup 8 domain, yaitu :

1. Domain Filosofi dan Etik : Domain ini terkait dengan bagaimana seorang

pelatih harus menunjukkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur.

Selain itu, dalam proses pelatihan, seorang pelatih juga berupaya untuk

mengoptimalkan manfaat yang positif bagi setiap atlet yang dilatihnya.

2. Domain Keselamatan dan Mencegah Cedera : Domain ini terkait dengan

bagaimana seorang pelatih dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan

bagi atlet yang berlatih. Pelatih juga memiliki pengetahuan dan

keterampilan apabila sewaktu-waktu terjadi kondisi darurat berkaitan

dengan atlet yang dilatihnya.

3. Domain Kondisi Fisik : Domain ini berkaitan dengan sampai sejauh mana

seorang pelatih memiliki pengetahuan dan tanggung jawab dalam fisiologi

latihan, nutrisi, dan menjamin lingkungan pelatihan bebas dari obat-obatan

terlarang.

4. Domain Pertumbuhan dan Perkembangan : Domain ini berhubungan

dengan sampai sejauh mana seorang pelatih memiliki pengertahuan dalam

mendesain pelatihan dan kompetisi dengan memperhatikan karakterisitik

pertumbuhan dan perkembangan atlet. Desain tersebut juga harus

memungkinkan sejumlah karakteristik atlet seperti fisik, emosi, dan sosial

dapat berkembang secara optimal.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

52

5. Domain Pengajaran dan Komunikasi : Domin ini berkaitan dengan sampai

sejauh mana seorang pelatih mampu menampilkan strategi pembelajaran

dan perilaku interpersonal. Menampilkan gaya kepelatihan yang

mendorong atlet belajar secara menyenangkan, memberdayakan

keterampilan komunikasi dan menggunakan manajmen yang baik dalam

mendesain pelatihan.

6. Domain Keterampilan dan Taktik ; Domain ini memfoskuskan paad

sampai sejauh mana seorang pelatih memiliki pengetahuan dan

keterampilan dasar olahraga dan dapat menerapkannya dalam situasi

kompetitif. Selain itu juga mampu menerapkan strategi dan menganalisis

permainan atau pertandingan yang dilakukan.

7. Domain Organisasi dan Administrasi : Domain ini berkaitan dengan

sampai sejauh mana seorang pelatih mampu mengelola dan

mengadministrasikan program olahraga termasuk didalamnya

menggunakan sumber-sumber yang ada, baik menyangkut SDM maupun

keuangan secara efektif.

8. Domain Evaluasi : Domin ini berkaitan dengan sejauh mana seorang

pelatih memiliki keterampilan dalam menilai pelatihan yang efektif. Selain

itu domain ini juga berhubungan dengan bagaimana memilih personil,

menilai kemajuan, dan mengevaluasi program (Ali Maksum, 2008:77).

Kompetensi seorang harus dilihat dari semua sisi yang berpengaruh

terhadap prestasi atlet. Baik dari segi afektif, kognitif, dan yang paling utama,

psikomotor atlet.

5. Tinju

Berikut akan dijelaskan tentang sejarah, pengertian, peraturan,

perlengkapan, teknik dasar olahraga tinju, prestasi tinju, cedera dalam tinju, dan

kecelakaan dalam olahraga tinju ditinjau dari segi hukum negara.

a. Sejarah Olahraga Tinju

Sejak zaman sebelum masehi olahraga pertandingan tinju sudah dikenal

manusia. Pada waktu itu tercatatlah pertandingan-pertandingan tinju, misalnya

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

53

dalam kitab perjanjian lama antara Kain melawan Abel, juga terdapat pada

peninggalan-peninggalan kuno yang terungkap dan diteliti oleh para arkeolog

mengenai relief, patung – patung Mesir, Romawi, dan Yunani.

Pada zaman romawi kuno pertandingan tinju diadakan sebagai

pelaksanaan hokum atau eksekusi terhadap para arapidana maupun tawanan

musuh, dimana mereka disebut dengan nama Gladiator. Gladiator-gladiator

tersebut dipertandingkan untuk pesta perayaan ataupun untuk menghibur para

tamu kerajaan.

Pada tahun 1743 olahraga tinju ini telah dilengkapi dengan peraturan-

peraturan pertandingan. Peraturan-peraturan tersebut diciptakan oleh Jack

Brughton dari Inggris. Peraturan pertandingan ini kemudian dikenal dengan nama

Prize Ring Code. Jack Brughton juga menciptakan muflers yang berarti sarung

tinju yang berguna untuk mencegah cedera para petinju yang bertarung.

Kendatipun sudah dikenal adanya muflers dan London Prize Ring Code, dalam

abad ke 18 belum dikenal peraturan tentang lamanya ronde, lama istirahat, berat

sarung tinju, ukuran ring, bagian-bagian mana yang boleh dipukul dan macamnya

pelanggaran. Sehingga para petinju yang memasuki gelanggang pertandingan

bebas baku hantam sampai salah satu petinju tidak bergerak (Sulistijono,

1985:19).

Kemudian baru pada abad ke 19 yaitu pada tahun 1867 seorang anggota

Amatir Atletic Club Inggris bernama John Graham Chambers memperkenalkan

Queensberry Chambers yaitu peraturan-peraturan pertandingan tinju yang

merupakan sumber dari peraturan pertandingan tinju modern. Queensberry Rules

inilah yang juga merupakan pelopor humanisasi tinju, yang berarti ada suatu rasa

kemanusiaan dalam tinju.

Olahraga tinju mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1954 dengan

didirikannya wadah untuk olahraga tinju, yaitu PERTIGU (Persatuan Tinju dan

Gulat). Akan tetapi organisasi ini terlalu berkiblat semata-mata hanya untuk

mendapatkan uang, bukan prestasi. Kemudian pada tahun 1959 didirikanlah

PERTINA (Persatuan Tinju Amatir Indonesia). Dan pada tahun 1959 PERTINA

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

54

diakui oleh AIBA (Association International de Box Amateur) yang bermarkas di

London.

b. Asosiasi Tinju Nasional dan Internasional

Organisasi-organisasi tinju profesional tingkat dunia atau sering disebut

badan tinju dunia, asosiasi, ataupun federasi tinju dunia, sangat banyak versinya.

Masing-masing badan tinju tersebut mengeluarkan gelar juara menurut versinya,

dan dengan aturan, dan klasifikasi berat badan yang berbeda-beda. Walaupun

untuk peraturan dan klasifikasi kelas (berat badan) sebenarnya hampir sama

dengan badan tinju yang lain, perbedaannya hanya terletak pada nama kelas.

Sedangkan untuk organisasi tinju amatir tingkat dunia, induk organisasinya yaitu

AIBA (Amateur International Boxing Association).

Badan tinju dunia yang paling populer, dan boleh dikatakan berkelas, serta

cukup lama aktif di kancah tinju profesional dunia, hanya ada empat, yaitu WBA,

WBO, WBC, dan IBF. Selebihnya adalah badan tinju dunia yang tergolong baru

lahir belakangan, ataupun sudah lama, tetapi kurang dikenal oleh masyarakat

penggemar tinju dunia.

a) Asosiasi Tinju Nasional

Ada 4 asosiasi tinju nasional, yaitu :

1. KTI = Komisi Tinju Indonesia

2. KTPI = Komisi Tinju Profesional Indonesia

3. ATI = Asosiasi Tinju Indonesia

4. FTI = Federasi Tinju Indonesia

b) Asosiasi Tinju Internasional

Ada 22 asosiasi tinju internasional, yaitu :

1. WBA = World Boxing Association

2. WBC = World Boxing Council

3. WBO = World Boxing Organization

4. WBF = World Boxing Foundation

5. WBFed. = World Boxing Federation

6. WBU = World Boxing Union

7. WPBF = World Profesional Boxing Federation

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

55

8. WPBO = World Professional Boxing Organization

9. IBF = International Boxing Federation

10. IBO = International Boxing Organization

11. IBA = International Boxing Association

12. IBC = International Boxing Council

13. IBU = International Boxing Union

14. UBA = Universal Boxing Association

15. UBO = Universal Boxing Organization

16. UBF = Universal Boxing Federation

17. UBC = Universal Boxing Council

18. GBC = Global Boxing Council

19. GBU = Global Boxing Union

20. GBO = Global Boxing Organization

21. GBA = Global Boxing Association

22. GBF = Global Boxing Federation

Akan tetapi hanya ada lima asosiasi yang berkelas, atau sudah diakui dunia

tentang atlet yang bisa merebut sabuk dengan nama asosiasinya.

1. WBA ( World Boxing Assosiation )

WBA didirikan pada tahun 1967, diketuai oleh Mendoza. WBA awalnya

didirikan di Amerika Serikat, yang didirikan dengan tujuan untuk melawan

Komite New York State Sports, sebuah lembaga dari Amerika yang mengontrol

dasar dari seluruh pertandingan tinju AS. Lalu WBA mengumumkan bahwa ada

juara dunia tinju tersendiri yang tidak sejalan dengan Dewan Tinju Dunia.

Muhammad Ali, Frazier, Foreman dikenal sebagai "Big Three 70s tinju kelas

berat," adalah juara dunia, mereka mendapatkan sabuk emas diukir dengan kata-

kata WBA.

2. WBC ( World Boxing Council )

WBC didirikan pada tahun 1963 dan berkantor pusat di Mexico City,

Presiden Suleiman. Organisasi ini oleh Amerika Serikat badan pengawas yang

paling nasional dan internasional yang terdiri dan mendapatkan dukungan Komite

New York State Sports, sementara ia menyatukan Eropa Tinju Union, Britania

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

56

Raya Tinju Union, Amerika Latin Tinju Union, Amerika Serikat bagian dari

negara tinju Concord Asia, beberapa negara di Afrika Tinju Union. Hal ini lebih

cenderung kepada sebuah organisasi di seluruh dunia, lebih inklusif. Sebagian

besar dari pendapatan mereka digunakan untuk mempromosikan olahraga tinju,

melindungi atlet dan meningkatkan fasilitas medis. WBC kini telah menjadi

organisasi tinju profesional yang paling terkenal dan paling kuat di dunia. Dalam

dunia profesional kejuaraan tinju, berat kelas meningkat, hasilnya menghasilkan

tingkat yang lebih ringan. Kejuaraan Dunia Tinju Profesional mengalami

perubahan signifikan pada tahun 1982, yaitu, Dewan Tinju Dunia mengumumkan

bahwa organisasi dari semua pertandingan, terpanjang hanya mencapai 12

putaran, dari sebelumnya yang 15 putaran.

3. IBF ( International Boxing Federation )

IBF didirikan pada tahun 1983 dan berkantor pusat di New Jersey,

Amerika Serikat, dipimpin oleh Robert E. Lee. IBF dan WBC adalah organisasi

oposisi, yang didirikan untuk memenangkan penghargaan oleh Amerika Serikat.

Organisasi ini merupakan penerus dari United States Boxing Assosiation (USBA,

didirikan pada tahun 1976), dulu dua organisasi ini berdiri sendiri-sendiri, dan

sekarang kembali bergabung, baik IBF / USBA, sang juara untuk kedua organisasi

memiliki kesamaan.

4. WBO ( World Boxing Organisation )

WBO berdiri pada tahun 1988. WBO bermarkas di Puerto Rico, tapi

kejuaraan diselenggarakan di kota Miami, Florida. Diketuai oleh orang Amerika

Serikat Giotto Fox. Sejauh ini, WBO ada disetiap benua di dunia di hampir 20

negara.

5. WPBF ( World Professional Boxing Federation )

WPBF didirikan pada tahun 1989, oleh Amerika Serikat, Kanada,

Meksiko, Puerto Rico, Panama, Perancis, Jerman, Filipina, Nigeria, Belarus,

Ukraina, Kenya dan perwakilan nasional Afrika Selatan inisiatif, pada tahun 1990,

di Virginia WPBF resmi didirikan. Sejauh ini organisasi WPBF telah diterima dan

diakui di seluruh dunia lebih dari 120 negara anggota, yaitu di Afrika, Asia-

Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Amerika Utara. Pada 20 Oktober 2005, United

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

57

States Boxing Council (USBC) resmi bergabung dengan WPBF (Dunia-

pengetahuan-ensiklopedis.com).

c. Pengertian Tinju

Tinju adalah olahraga dan seni bela diri yang menampilkan dua orang

partisipan dengan berat yang serupa bertanding satu sama lain dengan

menggunakan tinju mereka dalam rangkaian pertandingan berinterval satu atau

tiga menit yang disebut "ronde” (http://petinju.blogspot.com/2010/04/pengertian-

tinju.html). Menurut Jan Oudshoorn, seorang ahli tinju, tinju adalah olahraga

individual yang memungkinkan para petinjunya diklasifikasikan; dan tidak

banyak olahraga yang memiliki kemungkinan demikian.

d. Perlengkapan Tinju

a. Ring

Ring adalah gelanggang tempat pertandingan tinju. Ring dikelilingi pagar

dari tambang. Lantai ring dibuat dari kanvas dilapisi bulu kempa yang didalamnya

diisi karet busa. Bentuk ring persegi dengan ukuran 3,66 meter sampai 4,88 meter,

baik panjang maupun lebar (Hartanto, 1992:3).

b. Pakaian

c. Sepatu

d. Sarung Tinju

Kedua tangan memakai sarung tinju yang diikat dengan baik pada bagian

belakang oleh tali sarung. Sebelumnya tangan dibalut dengan kain perban yang

tidak sampai menutupi bagian jari-jari tangan.

e. Pelindung gigi.

e. Teknik Dasar Tinju

Berikut akan dijelaskan teknik dasar tinju, antara lain sikap siap, cara

menggerakkan kaki, memukul, menangkis, menahan pukulan, dan menghindari

pukulan.

1) Sikap Siap

Berbagai sikap siap bagi seorang petinju mutlak diprlukan, terutama dalam

pertahanan. Namun hal itu tentunya harus sambil melihat taktik dan gaya lawan.

Caranya adalah sebagai berikut :

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

58

a. Kedua tangan ke atas dan siku lengan ke dalam.

b. Sikap siap dengan setengah pertahanan atau pertahanan keamanan.

c. Sikap siap pertahanan dengan lengan menyilang.

d. Sikap siap pertahanan dengan kedua lengan merangkap.

Walaupun bagi tiap petinju nantinya akan mempunyai sikap awal sesuai

dengan pribadi masing-masing, tetapi secara umum perlu juga diperhatikan

ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Siku lengan kiri menekuk sedikit ke belakang sarung tinju dan tangan kiri

dengan ibu jari ke atas. Tekanlah siku lengan itu pada sisi badan dulu,

kemudian digeser sedikit kedepan sampai tidak lagi menyinggung pada badan.

b. Siku lengan kanan menekuk kuat dan ditekankan pada sisi kanan badan dengan

ringan. Bahu lengan diarahkan pada lawan. Selanjutnya letakkanlah sarung

tinju sedemikian rupa, sehingga dapat melindungi dagu.

c. Berat badan terbagi rata pada kedua kaki. Kedua kaki satu sama lain letaknya

jangan terlalu jauh. Kaki kiri menekuk sedikit pada lutut dan menunjuk ke arah

lawan.

d. Kaki kanan menumpuk pada telapak kaki, sehingga tumit agak terangkat dari

lantai. Dan dua kaki harus bertumpu pada telapak kaki.

e. Bahu kiri diputar mengarah lawan dan dagu ditekan pada dada.(Hartanto,

1992:17).

2) Cara Menggerakkan Kaki

Cara menggerakkan kaki yang baik bagi petinju sangatlah penting. Dalam

menggerakkan kaki maju dan mundur maupun ke samping harus memperhatikan

ketentuan-ketentuannya agar tidak terjatuh dan tersandung.

Ada 4 gerakan kaki dalam tinju, yaitu :

a. Menggerakkan kaki ke depan

b. Menggerakkan kaki ke belakang

c. Menggerakkan kaki ke samping

d. Membuat gerak melingkar.

3) Memukul

Sikap memukul bisa dilakukan secara bervariasi, antara lain :

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

59

1. Pukulan kiri lurus

2. Pukulan kanan lurus

3. Pukulan kanan lurus

4. Pukulan kiri menyudut ke kepala

5. Pukulan kanan menyudut ke kepala

6. Pukulan kiri menyudut ke badan

7. Pukulan kanan menyudut ke badan

8. Pukulan kanan mengayun

9. Pukulan kiri mengayun

10. Pukulan mengayun pendek pukulan tolak ke atas.

4) Menahan Pukulan

a. Menahan dengan sarung tinju membuka

b. Menahan dengan lengan

c. Menahan dengan siku lengan.

5) Mengelak atau Menghindari Pukulan

a. Mengelakkan pukulan kiri lurus

b. Mengelak dengan membungkuk

c. Mengelakkan kepala

d. Mengelakkan pukulan kanan lurus

e. Mengelakkan pukulan dengan menyilang kanan

f. Mengelakkan serangan ke depan

g. Mengelakkan pukulan kanan

h. Mengelakkan dengan menyilang

i. Melindungi dengan rapat (Hartanto, 1992:40).

f. Latihan Olahraga Tinju

1) Latihan pertama

Salah satu modal utama yang harus dimiliki oleh seorang petinju adalah

memiliki tubuh yang kokoh dan tangkas. Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang

kokoh dan tangkas tersebut, dapat diawali dengan latihan beban, push up, dips,

jongkok, pull up agar semua otot bisa terbentuk dengan baik. Selain itu, fisik jadi

lebih kuat termasuk ketika mendapat pukulan dari lawan.

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

60

Latihan ini sebaiknya bisa dilakukan di pusat-pusat kebugaran tubuh,

namun yang lebih bagus adalah di tempat terbuka. Tujuannya agar bisa mendapat

pasokan udara yang lebih segar dan alami.

Selain itu, latihan ini juga harus disertai dengan pola makan atau diet,

sehingga pasokan kalori atau nutrisi bisa tercukupi, namun tetap sesuai dengan

kebutuhan. Bukan itu saja, mental harus ikut pula dikontrol sehingga emosi dapat

terkendai. Oleh karena itu, disarankan untuk berlatih jenis olahraga lain, yaitu

yoga atau meditasi.

2) Latihan teknik meninju

Sebelum berlatih dengan sparring partner, sebaiknya berlatih dulu

menggunakan karung tinju. Melalui latihan ini, bisa dilakukan analisis guna

menentukan gaya dan gerakan tinju yang baik sekaligus kuat agar bisa membuat

lawan roboh atau kalah. Paling sedikit latihan ini dilakukan selama sekitar

limabelas menit setiap hari.

Untuk mendapatkan pukulan yang kuat, tidak hanya mengandalkan

kekuatan otot saja, namun juga teknik olah nafas yang baik. Dalam satu tarikan

nafas, diusahakan mampu menghasilkan pukulan keras sebanyak tiga hingga

empat kali. Pukulan tersebut mempunyai urutan dua kali dengan tangan kanan dan

dua kali tangan kiri, atau satu kali kanan satu kali kiri, dua kali kiri dan satu kanan

atau kombinasi antara kiri dan kanan.

Pukulan pertama atau kedua merupakan pukulan pembuka dan pukulan

berikutnya bertujuan untuk melakukan penyelesaian atau merobohkan lawan

(finishing). Latihan membuat pukulan ini harus menerapkan beberapa teknik

sekaligus, seperti pukulan dari bawah, pukulan ke arah depan atau lurus dan

sebagainya.

Setelah memahami teknik olah nafas dan gaya serta metode pukulan yang

baik, latihan dapat dilanjutkan pada pengaturan waktu dan kesabaran. Karena

pukulan dalam olahraga tinju tidak boleh dilakukan tiap waktu meskipun ada

kesempatan. Tujuan dari pengaturan ini adalah agar bisa menghasilkan daya pukul

dan tenaga yang maksimal dan mematikan.

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

61

3) Latihan gerakan tubuh

Selain pukulan, ada teknik dasar lain yang tidak boleh dilupakan yaitu

gerakan kaki. Gerakan kaki ini memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk

menjaga keseimbangan badan, baik ketika menyerang maupun bertahan. Beberapa

jenis gerakan kaki yang perlu dipelajari dalam olahraga tinju adalah crouch, semi

crouch, ofensif dan lainnya.

Setiap petinju dituntut bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitar atau ring pertandingan. Proses adaptasi ini dilakukan dengan

cara menentukan gaya gerakan tubuh dan pukulan yang diarahkan pada lawan.

Latihan ini dinamakan dengan stance atau posisi.

Sementara itu, untuk pukulannya ada beberapa teknik yang perlu dilatih,

misalnya pukulan pendek, jab, salib uppercut, hook dan sebagainya. Tentu saja

untuk mendapatkan hasil yang terbaik harus mendapat bimbingan dari pelatih atau

instruktur.

Disarankan pula, saat mengadakan latihan olahraga tinju selalu

menggunakan alat pengaman, misalnya tutup kepala dan sepatu agar latihan

tersebut tidak menimbulkan cedera. Serta yang paling utama adalah sarung tinju,

harus dipilih dari bahan yang benar-benar berkualitas.

g. Peraturan Pertandingan Tinju

Sebelum pertandingan, masing-masing petinju diberikan sebuah sudut

yang disebut sebagai salah satu sudut merah atau sudut biru. Petinju dan timnya,

yang terdiri dari kepala pelatih petinju, asisten pelatih, bertemu di sudut yang

ditetapkan sebelum pertarungan. Sebuah pertandingan terdiri atas dua atau tiga

menit putaran yang dipisahkan oleh waktu istirahat satu menit. Lonceng

dibunyikan untuk menandai awal setiap putaran. Untuk menandakan bahwa ada

sepuluh detik tersisa di setiap putaran, seorang petugas ring menggunakan palu

untuk memukul meja kayu di sisi ring.

Beberapa petugas akan mengambil bagian dalam mengatur pertarungan.

Tim wasit terdiri dari hakim yang duduk di sisi ring, dan wasit yang di dalam ring

bersama petinju. Hakim bertanggung jawab untuk skor pertarungan. Wasit adalah

satu-satunya orang yang secara resmi dapat menghentikan pertarungan; meskipun,

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

62

profesional medis, sudut petinju, atau petinju sendiri dapat memberi sinyal kepada

wasit bahwa mereka ingin pertarungan harus dihentikan. Tanggung jawab lain

dari wasit meliputi: Memberikan instruksi kepada petinju sebelum pertarungan,

berhenti meraih petinju, menghitung sampai sepuluh untuk petinju jatuh, dan

menentukan kapan pelanggaran harus dikenai sanksi pengurangan poin.

a) Peraturan Standar Internasional :

1. Petinju harus selalu berdiri di atas kaki mereka untuk pukulan pertukaran.

2. Pukulan yang dilontarkan oleh petinju harus mendarat di atas pinggang

lawan.

3. Pukulan adalah satu-satunya cara yang sah untuk memukul lawan.

4. Hanya bagian ruas jari dari sarung tangan yang diperbolehkan membuat

kontak dengan lawan.

5. Pukulan tidak boleh mendarat di bagian belakang lawan, termasuk wilayah

ginjal dan bagian belakang kepala.

6. Seorang petinju yang terkena pukulan rendah yang tidak disengaja

(pukulan di bawah pinggang) memiliki waktu lima menit untuk pulih dan

akan dianggap knocked-out jika ia tidak mampu untuk pulih.

7. Kepala petinju harus selalu berada di atas pinggang lawan.

8. Ketika wasit melerai petinju, kedua petinju harus mengambil langkah

untuk kembali sebelum melempar pukulan.

9. Ketika petinju akan dikalahkan, lawannya dibatasi dari memukul petinju

yang jatuh dan harus pergi ke sudut netral sementara wasit membuat

sepuluh hitungan. Sepuluh hitungan memberikan petinju yang jatuh

kesempatan untuk kembali berdiri dan terus berjuang.

10. Saat petinju berdiri setelah terjatuh, ia harus mendapat persetujuan dari

wasit untuk melanjutkan pertandingan . Jika petinju tidak dapat pulih dari

jatuh tersebut, lawannya akan menang dengan cara Knock Out (KO).

11. Tergelincir tidak dianggap sebuah knockdown, tapi petinju yang telah

tergelincir atau jatuh masih belum bisa terkena pukulan saat jatuh.

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

63

12. Jika petinju tidak dapat melanjutkan karena cedera dari sebuah

pelanggaran yang disengaja, petinju yang melakukan pelanggaran akan

didiskualifikasi.

13. Jika pelanggaran yang disengaja terjadi dan tidak menghentikan

pertarungan, wasit harus mengurangi poin dari petinju yang melakukan

pelanggaran tersebut.

14. Petinju yang melakukan pelanggaran yang tidak disengaja menerima

peringatan dari wasit, yang juga bisa mengurangi poin dari petinju jika

petinju terus melakukan pelanggaran tersebut.

15. Pelanggaran yang tidak disengaja yang mengakhiri pertarungan dapat

mengakibatkan 'no-contest' . Dalam tinju profesional, no-contest akan

terjadi jika kurang dari empat putaran pertandingan telah selesai. Petinju

tidak akan dinyatakan sebagai pemenang. Jika pertarungan telah melewati

empat putaran, maka pemenang akan diumumkan. Pemenang, dalam hal

ini, akan menjadi petinju yang memiliki poin terbanyak pada tahap saat

pertandingan.

16. Pemenang dinyatakan melalui poin menang dengan keputusan teknis. hasil

imbang juga bisa terjadi jika petinju memiliki jumlah poin yang sama.

17. Seorang wasit dapat memilih untuk menghentikan perkelahian pada setiap

titik untuk melindungi petinju dari cedera parah. Petinju akan kalah

dengan 'Technical Knock Out' (TKO). (http://boxing.isport.com/boxing-

guides/boxing-rules-regulations).

b) Pembagian Kelas dalam Tinju

Berat badan dan kelas berdasarkan badan tinju dunia (AIBA) (Hartanto,

1992 : 152).

2.5 Tabel Berat badan dan kelas berdasarkan badan tinju dunia (AIBA)

NO KELAS BERAT BADAN

1. Junior Flyweight (Kelas Terbang Junior) Kurang 49 kg

2. Flyweight (Kelas Terbang) 49-50,8 kg

3. Bantam-weight (Kelas Bantam) 50,8-53,5 kg

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

64

4. Junior Featherweight ( Kelas Bulu Junior ) 53,5-55,3 kg

5. Featherweight ( Kelas Bulu ) 55,3-57,1 kg

6. Junior Lightweight ( Kelas Ringan Junior ) 57,1-58,9 kg

7. Lightweight ( Kelas Ringan ) 58,9-61,2 kg

8.

Junior Welterweight ( Kelas Menengah

Ringan Junior ) 61,2-63,5 kg

9. Welterweight ( Kelas Menengah Ringan ) 63,5-66,6 kg

10.

Junior Middleweight ( Kelas Menengah

Junior ) 66,6-69,8 kg

11. Middleweight ( Kelas Menengah ) 69,8-72,5 kg

12. Light-heavyweight ( Kelas Berat Ringan ) 72,5-79,4 kg

13. Heavyweight ( Kelas Berat ) 79,4-ke atas

h. Prestasi Tinju

Tinju adalah olahraga bela diri. Seni bela diri telah lama ada dan

berkembang dari masa ke masa. Pada dasarnya. manusia mempunyai perasaan

untuk selalu melindungi diri dalam hidupnya. Seorang pemain tinju harus

mempunyai stamina yang tinggi untuk menerima pukulan lawan yang secara

langsung akan sangat mengurangi energi. Jika staminanya rendah, maka ia akan

dengan mudah dijatuhkan lawan, dan kalah karena tidak punya energi untuk

menyeimbangkan tubuhnya setelah terkena pukulan lawan. Atlet tinju juga harus

mempunyai irama gerak kaki yang mana sangat menentukan keseimbangan tubuh

saat pertandingan berlangsung.

Untuk bisa memperoleh prestasi tinju seorang atlet juga harus mempunyai

sepuluh komponen kondisi fisik diantaranya adalah koordinasi, ketepatan,

kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan, daya ledak, kelentukan,

keseimbangan, dan reaksi.

a. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-

macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.

Didalam olahraga tinju, atlet harus mampu mengkoordinasi teknik pukulan dan

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

65

gerak kaki yang benar agar tubuh tetap seimbang saat melakukan gerakan

memukul.

b. Ketepatan

Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-

gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau

suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh. Dalam

tinju atlet harus mempunyai ketepatan pukulan. Karena jika ia salah sasaran

pukulan dan mengenai bagian yang fatal, akan berakibat nilainya dikurangi, selain

itu juga bisa menyebabkan cedera terhadap lawan.

c. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Dalam olahraga tinju, atlet yang mempunyai kecepatan tinggi akan bisa

menghindari pukulan lawan dengan gerakan menghindar, dan intensitas pukulan

yang mengenai lawan akan lebih tinggi dibanding atlet yang mempunyai

kecepatan rendah.

d. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi di arena

tertentu. Seseorang yang mampu merubah posisi yang berbeda dalam kecepatan

tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti ia mempunyai kelincahan yang baik.

Dalam olahraga tinju, atlet yang mempunyai kelincahan yang baik akan mudah

mengantisipasi pukulan lawan dan akan lebih mudah menjatuhkan lawan.

e. Kekuatan

Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja. Dalam olahraga tinju kekuatan atlet sangat berpengaruh terhadap

kemampuan bertinju atlet. Atlet tinju yang mempunyai kekuatan tinggi akan

membuat energi lawan banyak terbuang, dan saat lawan terkena pukulan telak,

besar kemungkinan ia akan terjatuh karena pukulan dengan kekuatan tinggi.

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

66

f. Daya Tahan

Daya tahan dalam hal ini ada dua macam, yaitu daya tahan umum dan

daya tahan otot. Daya tahan umum adalah kemampuan seseorang dalam

mempergunakan sistem jantung dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien

untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi

sejumlah otot – otot dengan intensitas tinggi dalam waktu cukup lama. Sedangkan

daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya

untuk berkontraksi secara terus – menerus dalam waktu yang reaktif lama dengan

beban tertentu. Seorang atlet tinju harus mempunyai daya tahan umum maupun

daya tahan otot. Daya tahan umum dalam tinju berfungsi untuk mempertahankan

seluruh gerakan baik disaat melakukan gerakan memukul maupun menghindar.

Sedangkan daya tahan otot berfungsi untuk mempertahankan kekuatan pukulan

saat memukul, kecepatan tubuh, dan koordinasi tubuh.

g. Daya Ledak

Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan

maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Daya ledak

dalam olahraga tinju dibutuhkan untuk mengkombinasikan suatu gerakan tertentu.

Misalnya saat melakukan pukulan uppercut, ia harus mengkombinasikan

kecepatan, kekuatan, daya ledak, dan ketepatan.

h. Kelentukan

Kelentukan adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk

segala aktifitas persendian pada seluruh tubuh. Kelentukan dalam tinju diperlukan

untuk mempertahankan suatu irama tubuh. Kelentukan sangat berpengaruh

terhadap gerakan atlet saat melakukan seluruh gerakan saat bermain.

i. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan organ-

organ saraf otot. Banyak olahraga yang mengharuskan atlit untuk mempunyai

keseimbangan yang tinggi. Seorang atlet tinju harus mempunyai keseimbangan

untuk mempertahankan irama gerak tubuhnya.

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

67

j. Reaksi

Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya

dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera atau saraf atau

objek yang lain. Reaksi diperlukan atlet tinju untuk melakukan gerakan

menghindar dan memukul.

i. Cedera dalam Olahraga Tinju

Olahraga tinju termasuk dalam kategori olahraga yang sangat keras.

Petinju yang melakukan pertarungan mempunyai resiko yang besar. Selain

berakibat cacat, juga akan berakibat kematian. Tidak sedikit yang sudah

mengalami resiko tersebut, sehingga banyak petinju yang mengalami cacat dan

berhenti bermain tinju. Salah satu contohnya adalah Muhammad Ali, juara tinju

kelas berat yang sangat populer. Dia menderita penyakit parkinson, akibat

banyaknya menerima pukulan di kepalanya saat melakukan pertandingan tinju.

Pada olahraga tinju, atlet bertujuan memukul bagian tubuh lawan di bagian

yang lemah. Berikut adalah beberapa akibat cedera yang bisa dialami atlet saat

bertanding tinju karena pukulan knockout (KO) :

a) KO Satu Pukulan

Hal ini dapat mengakibatkan serangan saraf sementara sebagai akibat otak

tidak dapat menerima darah yang banyak terdapat oksigen secara cepat. Karena

itu petinju dapat kehilangan kesadaran sebentar. Selanjutnya tidak ada akibat yang

merugikan, dan dalam 24 jam petinju akan kembali normal.

b) KO Beberapa Pukulan

Hal ini dapat menyebabkan petinju pingsan lebih lama. Dan bisa

memerlukan waktu lebih dari 24 jam untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan

normal. Dan selama masa penyembuhan tersebut petinju tidak diperbolehkan

berlatih.

c) KO Dagu

KO pada bagian dagu dapat mengakibatkan perpanjangan sumsum dan

pusat saraf yang terdapat didalamnya tertekan sesaat, dan hal akan berdampak

atlet mengalami pingsan sesaat.

d) KO karena Pukulan pada Bagian Samping Leher

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

68

Pukulan ini akan mengakibatkan rangsangan saraf denyut jantung akan

tertahan karena pusat saraf pembuluh nadi leher terkena pukulan, dan akhirnya

otak tidak akan mendapat cukup darah.

e) KO pada Telinga

Pukulan ini dapat mengakibatkan gangguan pada organ keseimbangan,

pusing, dan pingsan, karena organ keseimbangan berada di telinga bagian dalam.

f) KO pada Pelipis

KO pada pelipis akan menyebabkan pingsan sebentar, hal ini disebabkan

oleh pengerutan jantung yang berlebihan.

j. Kecelakaan dalam Olahraga Tinju Ditinjau dari Hukum Negara

Dalam suatu pertandingan, khususnya olahraga tinju, baik level amatir

maupun profesional, keduanya mempunyai resiko yang sama, yaitu akibat yang

timbul dari suatu pertandingan. Banyak petinju yang dipukul sampai jatuh atau

KO diatas ring mengalami luka parah atau cacat seumur hidup, bahkan tidak

jarang pula petinju yang tewas seketika atau tewas setelah pertandingan selesai.

Mati atau luka beratnya seseorang dalam olahraga tinju adalah merupakan

suatu resiko, akan tetapi resiko ini bisa dikurangi apabila persyaratan dan

ketentuan pertandingan dipenuhi dan diperhatikan. Misalnya : medical check up,

penimbangan berat badan, dan perwasitan.

Mati atau luka beratnya seorang petinju disebabkan oleh ketidaksengajaan

dan kesengajaan. Hukuman untuk pelaku pelanggaran dalam olahraga terdapat

dalam pasal 338, 354, dan 360 KUHP. Masing-masing pasal tersebut berbunyi :

1) Pasal 338 KUHP : Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,

karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama

lima belas tahun.

2) Pasal 354 KUHP : 1. Barangsiapa sengaja melukai berat oranglain diancam,

karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana

penjara paling lama delapan tahun.

2. Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah

dikenakan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

69

3) Pasal 360 KUHP : 1. Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain

luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling

lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

2. Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang

lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit

atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau

pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan

pidana penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan

paling lama enam bulan atau denda paling tinggi tiga ratus

rupiah.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang ada hubungannya dengan prestasi olahraga telah banyak

dilakukan, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Gould and Dieffenbach

(2002:172) yang meneliti tentang sepuluh atlet Amerika yang meraih medali emas

Olimpiade. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang seberapa pengaruh

karakteristik psikologis yang dimiliki atlet terhadap prestasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada dua belas karakteristik psikologi atlet yang dimiliki oleh

peraih medali emas olimpiade. Keduabelas karakteristik tersebut adalah

1. Self Control (Pengendalian Diri)

2. Confidence (Percaya Diri)

3. Mental Thoughness (Kekuatan Mental)

4. Focus (Fokus)

5. Sport Intelligence (Kecerdasan Berolahraga)

6. Competitiveness (Daya Saing)

7. Hard-work (Kerja Keras)

8. Goal Setting (Pengaturan Tujuan)

9. Coachability (Kepelatihan)

10. Hope (Harapan)

11. Optimism (Optimis)

12. Adaptive Perfectionism (Kesempurnaan Penyesuaian Diri)

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

70

Perbedaan dalam penelitian Gould and Dieffenbach dengan penelitian ini

terletak pada objek penelitian. Penelitian ini tertuju hanya pada satu atlet yaitu

Yohannes Christian John yang digali secara studi kasus life history tentang

kehidupan dari masa kanak-kanak sampai pada pencapaian prestasi. Adapun

persamaan kedua penelitian tersebut adalah sama-sama membahas tentang

prestasi olahraga.

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Yohannes Christian John adalah seorang mantan juara tinju dunia kelas

bulu World Boxing Association yang mampu mempertahankan gelarnya sebanyak

18 kali. Dari masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa terdapat faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi prestasi seorang atlet. Faktor internal yang

mempengaruhi atlet dalam pencapaian prestasi atlet adalah kepribadian, bakat,

Yohannes

Christian John

Masa Kanak -

Kanak

Masa Remaja Masa Dewasa

Faktor Internal Faktor Eksternal

Juara Tinju

Nasional

Juara Tinju Dunia

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perjuangan 2 ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308027_bab2.pdf · 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Olahraga a. Faktor Internal

71

motivasi, mental, fisik, gerak, stres, serta pembinaan disiplin, percaya diri, dan

konsep diri. Sedangkan faktor eksternalnya adalah belajar, latihan, kesiapan

berolahraga, dan pelatih.

Peneliti akan meneliti tentang bagaimana kehidupan Chris John saat masa

kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Setelah mendapatkan hasil penelitian, peneliti

akan membahas bagaimana masa masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa Chris

John ditinjau dari beberapa sisi. Selanjutnya hasil penelitian tersebut dibahas dan

dihubungkan dengan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi

atlet. Hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberi masukan kepada

pelatih maupun atlet dalam mencapai prestasi olahraga.