bab ii tinjauan pustaka a. - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/46187/3/bab ii.pdfbukunya seperti,...

16
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Hak Cipta A.1. Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta A.1.1. Pengertian Hak Cipta Dalam Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) terdapat suatu prinsip utama, yaitu hasil kreasi yang memakai kemampuan intelektual, pribadi yang menghasilkannya mendapatkan kepemilikan. Kepemilikan bukan terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya, antara lain berupa ide. HaKI baru ada apabila kemampuan intelektual manusia tersebut telah membentuk sesuatu atau digunakan secara praktis. Mengenai istilah padanan dari Intelectual Property Right belum ada keseragaman. Hal ini dapat dilihat dari pendapat para ahli yang dikemukakan dalam beberapa bukunya seperti, Sudargo Gautama, Muhammad Djumhana dan beberapa makalah lain di bidang HaKI yang masih terlihat Intelectual Property Right dipadankan dengan istilah Hak Milik Intelektual, sedankan di dalam istilah HaKI akhir-akhir ini telah dipakai istilah HaKI. HaKI di Indonesia untuk padanan Intelectual Property Right lebih cenderung kepada Hak atas Kekayaan Intelektual dari pada Hak Milik terlihat dari penggantian

Upload: ngonga

Post on 12-Jun-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Hak Cipta

A.1. Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

A.1.1. Pengertian Hak Cipta

Dalam Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) terdapat suatu prinsip utama, yaitu

hasil kreasi yang memakai kemampuan intelektual, pribadi yang menghasilkannya

mendapatkan kepemilikan. Kepemilikan bukan terhadap barangnya melainkan

terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya, antara lain berupa ide. HaKI baru

ada apabila kemampuan intelektual manusia tersebut telah membentuk sesuatu atau

digunakan secara praktis.

Mengenai istilah padanan dari Intelectual Property Right belum ada keseragaman.

Hal ini dapat dilihat dari pendapat para ahli yang dikemukakan dalam beberapa

bukunya seperti, Sudargo Gautama, Muhammad Djumhana dan beberapa makalah

lain di bidang HaKI yang masih terlihat Intelectual Property Right dipadankan

dengan istilah Hak Milik Intelektual, sedankan di dalam istilah HaKI akhir-akhir ini

telah dipakai istilah HaKI.

HaKI di Indonesia untuk padanan Intelectual Property Right lebih cenderung

kepada Hak atas Kekayaan Intelektual dari pada Hak Milik terlihat dari penggantian

13

nama Direktorat Hak Cipta, Paten dan Merek menjadi Direktorat Jendral Hak atas

Kekayaan Intelektual yakni sejak tanggal 15 September 1998.

Dalam Kamus istilah Hukum Belanda Indonesia dapat ditemukan bahwa istilah

HaKI merupakan terjemahan dari Intelectual Property Right yang diartikan sebagai

hak khusus yang dimiliki manusia atas hasil buah pikirannya.12

Seorang pencipta mungkin telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk

menciptakan atau menemukan suatu karya cipta yang akan memperkaya kehidupan

manusia (misalnya, karya sastra klasik, pahatan atau desain arsitek yang

revolusioner), oleh karena itu Ada 4 prinsip dasar dalam sistem HaKI untuk

menyeimbangkan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat:13

a. Prinsip Keadilan: Para investor berhak mendapatkan imbalan berupa materi

maupun imateri atas karyanya berdasarkan kemampuan intelektualnya.

b. Prinsip Ekonomi: HaKI yang dituangkan dalam berbagai bentuk kepada publik

memiliki manfaat dan nilai ekonomi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

c. Prinsip Kebudayaan: Perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat

besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia.

12 Fockema Andrea, Kamus Istilah hukum Belanda Indonesia, Penerjemah Saleh Adiwinata, Binacipta, Jakarta,

1983, Hlm. 115.

13 Beranda hukum, prinsip dasar HaKI, http://www.berandahukum.com, akses tanggal 1 April 2018

14

d. Prinsip Sosial: Hukum berfungsi menyeimbangkan kepentingan individu dengan

masyarakat, terlebih dalam dunia global yang memandang bahwa seluruh

komunitas manusia di seluruh belahan dunia adalah satu masyarakat.

Pasalk1kangka 1 Undang-UndangkNomor 28 tahun 2014ktentangkHakkCipta

(UUHC), menjelaskankbahwakHakkCipta adalah hak eksklusifkpencipta yang

timbulksecarakotomatiskberdasarkan prinsipkdeklaratif setelahksuatu ciptaan

diwujudkankdalamkbentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.”14 Berdasarkan pengertian Hak Cipta

menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta,

artikdarikhakkeksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukan bagi

pemegangnya, sehinggaktidakkada pihak lainkyang bolehkmemanfaatkan hak

tersebut tanpakizin pemegangnya.

Berdasarkan definisi Hak Cipta dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC), dapat disimpulkan bahwa Hak Cipta adalah

hak khusus yang diberikan oleh negara kepada pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkannya atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu

dengan tetap memperhatikan batasan-batasan yang telah diberikan di dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

14 Undang-undang No 28 Tahun 2014 tentang hak cipta

15

Adapun Perjanjian Internasional di bidang HaKI/ Trade Related aspects of

Intellectual Property Rights (TRIPs) secara umum berlaku dalam sistem HaKI secara

Internasional dalam kerangka kerjasama perlindungan HaKI, Indonesia saat ini telah

meratifikasi beberapa perjanjian atau konvensi internasional di bidang hak cipta,

diantaranya yaitu:

a. Konvensi Bern (Berne Convention for Protection of Literary and Artistic Works)

tanggal 7 Mei 1997 yang disetujui/diratifikasi melalui Keputusan Presiden

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention for Protection of

Literary and Artistic Works.

b. Konvensi WIPO Copyrights Treaty (WTC) yang disetujui/diratifikasi melalui

Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO

Copyrights Treaty.

c. WIPO Performance and Phonogram Treaty (WPPT) yang disetujui/diratifikasi

melalui keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004 tentang WPPT.

A.1.2. Pengertian Pencipta

Menurut Pasal 1 Ayat (2) UUHC, pencipta adalah seorang atau beberapa orang

secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang

dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Pengertian pemegang hak

cipta dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat (4) UUHC, bahwa pemegang hak cipta adalah

16

pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari

pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut dari pihak yang menerima hak

tersebut.

Pencipta dan kepemilikan adalah pokok utama yang terpenting dalam hak cipta.

Dalam konteks hukum yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang namanya

disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan, juga

orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi.

A.1.3. Syarat Perlindungan Hak Cipta

Pada rezim perlindungan hak cipta, umumnya dikenal sistem perlindungan

otomatis (automatic protection system). Sistem ini menegaskan bahwa sejak proses

fixation selesai dilakukan, sejak saat itu pula penciptanya menikmati perlindungan

hukum, tanpa memerlukan formalitas berupa regristasi atau pendaftaran.

a) Lingkup Hak Perlindungan

Hak cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral

rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas

ciptaan serta produk hak terkait. Dalam hak ekonomi lebih banyak hak yang

dilindungi, adapun jenis hak yang terdapat pada hak cipta sebagai berikut::15

15 Abdulkadir Muhammad, hukum ekonomi hak kekayaan intelektual, (Bandung: Citra Aditya, 2007) hlm. 23

17

i. Hak perbanyakan (penggandaan), yaitu penambahan suatu karya ciptaan

dengan jumlah yang banyak, termasuk mengalihwujudkan ciptaan.

ii. Hak adaptasi (penyesuaian) yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk

lain.

iii. Hak pengumuman (penyiaran), yaitu penyebaran dengan menggunakan

media atau alat apapun yang dimana hasil karya cipta tersebut dapat dilihat.

iv. Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertunjukkan hasil karya cipta

dihadapan orang banyak oleh musisi atau seniman lainnya.

Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang

tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun hak cipta

atau hak terkait telah dialihkan.16 Menurut Intellectual Property Rights Australia

Indonesia Partnership hak-hak moral adalah hak-hak pribadi pencipta untuk

dapat mencegah perubahan atas karyanya dan untuk tetap disebut sebagai

pencipta karya tersebut. Hak-hak ini menggambarkan hidupnya hubungan

berkelanjutan dari si pencipa dengan karyanya walaupun kontrol ekonomi atas

karya tersebut hilang.

Pasal 21 UUHC menyatakan bahwa istilah hak moral umumnya berarti hak

si pencipta untuk memberi nama dirinya atas karyanya, atau menunjukan dirinya

16 Adrian sutendi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) hlm. 115

18

sebagai pencipta hasil karyanya dan hak pencipta untuk menghentikan perlakuan

melanggar atau menghina atas hasil karyanya. Karena dari hak moral dapat

terjadinya bentuk-bentuk distorsi suatu karya cipta.17

A.1.4. Konsep Perlindungan Hak Cipta

HaKI yang mendapatkan sebuah perlindungan harus sudah adanya

pendaftaran dan dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat pendaftaran, akan tetapi

juga terdapat hasil karya cipta yang tidak perlu didaftarkan menurut UUHC.18

Pendaftaran dari Hak Cipta bukan hal yang wajib agar mendapatkan perlindungan

Hak Cipta. Sehingga pencipta mendapatkan perlindungan walaupun tidak

didaftarkannya karya ciptaannya, asal ialah pencipta dari karya ciptaannya tersebut.

Jadi pendaftaran hasil karya tidak menjadi jaminan mutlak untuk dilindungi hukum,

Dengan kata lain UUHC melindungi pencipta, terlepas apakah ia mendaftarkan

ciptaannya atau tidak.19

Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki suatu hak yang dinamakan hak

ekonomi sebagai salah satu bentuk perlindungan atas karyanya. Dimana hak ekonomi

tersebut memberikan pencipta untuk melakukan beberapa hal seperti yang terdapat

17 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit

18 Ibid. hlm 155

19 Adrian sutendi. Op.Cit hlm. 118

19

pada pasal 9 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sehingga dengan

adanya pasal tersebut memberikan kenyamanan bagi pencipta atas karya ciptaannya.

Pendaftaran bukanlah semata-mata untuk memberikan bukti yang kuat, tetapi

untuk membuktikan atau meciptakan hak kebendaan. Karena Hak kebendaan itu

muncul apabila sudah dilakukannya pendaftaran. Apabila pendaftaran belum

dilakukan, maka hak hanya terdapat pada para pihak pribadi dan umum dan dianggap

tidak mengetahui perubahan status hukum terhadap hak yang dimaksudkan.

A.1.5. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta

Dalam konteks hak cipta apabila terjadi suatu sengketa dan digunakan jalur

litigasi maka gugatan ditujukan ke pengadilan niaga.

Secara formal, tidak ada ketentuan khusus bahwa kasus HaKI harus diperiksa

atau ditangani oleh hakim yang ahli dalam bidang HaKI. Dalam prakteknya, di

Mahkamah Agung telah dibentuk tim khusus untuk memeriksa dan menangani kasus-

kasus HaKI maupun kasus-kasus perdata lainnya, khususnya kasus-kasus kepailitan.

Untuk kasus HaKI, pernah dibetuk suatu Dewan Hakim Khusus untuk memeriksa dan

menangani kasus-kasus HaKI, akan tetapi Dewan Hakim Khusus tersebut merupakan

cikal bakal “sistem kamar” dalam penanganan perkara, tidak dapat bekerja konsisten

dalam menyelesaikan kasus. Hal ini dikarenakan pendeknya masa kerja seorang

hakim tersebut, dan penggantinya tidak langsung dapat ditunjuk, karena hakim-hakim

lainnya masih terikat pada pekerjaan sebelummnya, selain itu masih terdapat

20

perbedaan pendapat di antara para hakim mengenai penerapan “sistem kamar”,

dimana yang satu mengarah pada spesialisasi dan lain tetap pada sistem bahwa hakim

harus dapat menangani semua perkara. Dalam HIR (Hertz Inlands Reglement), tidak

ada pembatasan jangka waktu mengenai penyelesaian suatu kasus, tetapi dengan

berlakunya Undang-undang HaKI yang baru, khususnya Hak Cipta maka

permohonan kasasi harus diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) bulan, dan hal ini

merupakan kabar baik bagi masyarakat Indonesia.20

a. Pelanggaran Hak Cipta

Pelanggaran yang terjadi pada hak cipta terjadi apabila adanya tindakan yang

semestinya mendapatkan perizinan dahulu dari pencipta. Akan tetapi, izin tersebut

tidak ada. Adanya perizinan tersebut diantara lain dalam hal memperbanyak segala

hal dalam segi aspek teknisnya.

Menurut siaran Ikatan Penerbit Indonesia,21 kejahatan pelanggaran hak cipta

dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

1. Mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukan ke dalam ciptaan sendiri

seolah-olah itu ciptaan sendiri atau mengakui ciptaan orang lain seolah-olah itu

ciptaan sendiri tanpa menyebutkan sumbernya. Perbuatan ini disebut plagiat atau

penjiplakan. Perbuatan ini dapat terjadi antara lain pada buku, lagu dan notasi lagu.

20 Rooseno Harjowidigo, mengenal Hak Cipta Indonesia, (Jakarta: Sinar Harapan, 2000) hlm. 90

21 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 240

21

2. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan sebagai mana

aslinya tanpa mengubah bentuk, isi pencipta ataupun penerbit/perekam. Perbuatan

ini disebut pembajakan. Perbuatan ini banyak dilakukan pada ciptaan berupa buku

ataupun rekaman audio/video seperti kaset lagu, kaset lagu dan gambar.

Adapun mengenai penyelesaian sengketa terhadap Hak Cipta telah jelas diatur

dalam Pasal 95 sampai dengan Pasal 99 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta.

A.2. Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

A.2.1. Pelanggaran Hak Cipta dalam jaringan internet

Pelanggaran HaKI banyak terjadi dalam jaringan internet, terutama

menyangkut Hak Cipta, Paten dan merk. Berbagai bentuk kejahatan terjadi melalui

media internet yang dikenal dengan cyber crime. Berikut adalah bentuk pelanggaran

Hak Cipta yang seringkali terjadi dalam jaringan internet. Banyak situs di internet

yang menyediakan berbagai data yang didalamnya terkandung pelanggaran Hak

Cipta. Situs-situs internet tersebut diantaranya memberikan fasilitas kepada

pengakses untuk mengunduh lagu, film, buku, majalah, dokumen dan sebagainya.

Bisanya pengguna dapat mengunduh secara gratis, namun ada pula situs yang

mewajibkan pengguna untuk melakukan registrasi terlebih dahulu, bahkan terdapat

pula situs yang mewajibkan pengguna untuk membayar data yang hendak diunduh.

22

Pihak pengelola situs sendiri sebenarnya tidak memiliki hak untuk menyebarkan

atau memperbanyak ciptaan tersebut. Mereka memperolehnya dari sumber lain, atau

memperbanyak sendiri dari produk aslinya.22

A.2.2. Perlindungan Hak Cipta dalam media elektronik

HKI sendiri juga diatur dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik. Dimana pada pasal 25 Undang-Undang ITE

dijelaskan:23

“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi

karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya

dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan.”

Selain pasal diatas perlindungan terhadap Hak Cipta juga terdapat pada pasal 32

ayat 1 yang berisi:24

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara

apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,

menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.”

22 Reyfel A. Rantung, ”HAK CIPTA DALAM JARINGAN INTERNET DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA”, Vol.II/No.1/Januari-Maret /2014, 106

23 Ibid. pasal 25

24 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

23

A.3. Digital Millennium Copyright Act

A.3.1. Pengertian Digital Millennium Copyright Act

Digittal Millennium Copyright Actt (DMCA) merupakan aturan Amerika

Serikat yang mengatur tentang hak cipta dimana aturan tersebut bertujuan untuk

membatasi prosedur dalam pengendalian karya cipta. DMCA juga melakukan

pemantauan karya berhak cipta dalam media internet. Selain itu, DMCA juga

memberikan hukuman atas pelanggaran hak cipta atas karya cipta di internet.

Sehingga dengan adanya DMCA dapat membatasi penyedia layanan dalam hal

pencegahan pelanggaran hak cipta yang dilakukan para penggunannya.

A.3.2. Peraturan Hak Cipta dalam Digital Millennium Copyright Act

Digittal Millenium Copyright Act terkait hak ciptaa untuk melindungi konten

video penggunannya melalui. Salah satu cara yang diatur untuk menjaga maupun

mengetahui keotentikan sebuah video terhadap pembajakan dalam ketentuan

tersebut ialah melalui tanda tangan elektronik. DMCA menambahkan bagian baru

512 ke Undang-Undang Hak Cipta untuk membuat empat batasan baru tentang

tanggung jawab atas pelanggaran hak cipta oleh penyedia layanan online.

Batasan tersebut didasarkan pada empat kategori perilaku berikut oleh suatu

layanan pemberi:

1. Komunikasi transisi;

2. Sistem caching;

24

3. Penyimpanan informasi tentang sistem atau jaringan sesuai arahan pengguna;

dan

4. Alat informasi lokasi.

Bagian 512 baru juga mencakup aturan khusus tentang penerapan ini

keterbatasan institusi pendidikan nirlaba.25

A.3.3. Electronic Frontier Foundation (EFF)

Electroni Frontier Foundation (EFF) merupakan suatu Lembaga nirlaba yang

didirikan pada tahun 1990 yang berawal dari donatur oleh pendirinya. Dimana tujuan

dari Lembaga ini adalah untuk memperjuangkan privasi pengguna, kebebasan

berekspresi, dan inovasi melalui litigasi. EFF bekerja guna memastikan suatu hak dan

kebebasan dalam penggunaan teknologi dapat ditingkatkan dan dilindungi.

EFF saat ini telah menjadi Lembaga yang terkemuka di Amerika Serikat,

dimana saat ini EFF telah menggunakan keahlian dari teknologi terkemuka, aktivis,

dan pengacara dalam upaya untuk mempertahankan kebebasan di media digital,

melawan pengawasan illegal, dan mendukung teknologi yang meningkatkan

kebebasan.

A.4. Menurut World Intellectual Property Organization (WIPO)

A.4.1. Digital Rights Management

25 Digital Millennium Copyright Act.

25

Digital Right Management (DRM) system adalah istilah yang digunakan untuk

mengatur data digital dan memproteksinya dari user yang tidak mempunyai hak

akses. DRM dapat berasal dari banyak bentuk antara lain:

a. Dokumen

b. Gambar

c. Musik

d. Video

e. dan sebagainya

Data digital ini selanjutnya oleh pemiliknya diamankan agar hanya orang-orang

tertentu saja yang dapat mengaksesnya. Penerapan DRM dapat melibatkan banyak

metode bahkan setiap vendor besar seperti Sony, Microsoft, Apple, dan Adobe

mempunyai mekanisme sendiri. Sebagai contoh, Microsoft menerapkan DRM pada

produk Windows Media, Operating System Windows dan Microsoft Office.26

B. Tinjauan Umum Tentang Youtube

B.1. Youtube

26 Agus Kurniawan, e-journal, https://media.neliti.com/media/publications/131004-ID-digital-rights-

management-sebagai-solusi.pdf

26

Youtube merupakan suatu situs video sharing yang terdapat pada internet yang

memberikan berbagai bentuk informasi dalam model visual dan Youtube didirikan oleh

Steve Chen, Chad Hurley , dan Jawed Karim pada 15 Febuari 2005..27

B.2. Karakteristik Youtube

Youtube merupakan suatu media sharing video secara gratis dan dapat di share

melalui internet, Youtube sendiri bersifat umum /public. Didirikan pada bulan februari

2005 oleh 3 orang mantan karyawan PayPal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed

Karim. Di dalam Youtube pada umumnya berisi tentang klip music, film dan video

buatan para pemilik akun Youtube itu sendiri. Youtube memberikan kemudahan untuk

proses mencari informasi dari berbagai negara dan juga Youtube sendiri memberikan

informasi juga dalam bentuk lisan yang memudahkan pengguna.

Layanan Youtube ini, memberikan fasilitas bagi para penggunanya untuk dapat

meng-upload video yang dapat diakses oleh masyarakat dari seluruh dunia secara gratis.

Youtube sendiri telah diakuisisi oleh pihak Google yang kemudian digabungkannya

berbagai layanan Google lainnya.

Youtube juga dapat dimanfaatkan sebagai media hiburan yang dapat diakses secara

bebas dari berbagai negara mulai dari music, film, dan lain-lain.

B.3. Kebijakan Youtube dalam Hak Cipta

27 Youtube, Fungsi dan Manfaat Youtube, diakses tanggal 11 November 2018

27

Dimana suatu karya dilindungi oleh hukum yang kemudian karya tersebut diposting

pada Youtube tanpa adanya izin dari pihak pemilik hak cipta, maka pencipta dapat

mengirimkan sebuah report kepada youtube melalui akun mana yang telah

mempublikasikan karya ciptaannya. Kemudian pihak youtube akan mempertimbangkan

apakah konten tersebut benar telah melanggar hak cipta atau tidak. Pihak youtube juga

menyediakan formulir web guna mempercepat pemberitahuan akan penghapusan konten

yang sudah diklaim melanggar hak cipta. 28

28 Youtube, Hak Cipta Pada Youtube, diakses tanggal 12 februari 2019