bab ii tinjauan pustaka a. hasil penelitian terdahulu nama ...repository.ump.ac.id/9981/3/ridho...

41
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Rumusan Masalah Hasil Penelitian Dice Indriani Fatwa Mui No 04 Tahun 2016 Tentang Penghalalan Vaksin Imunisasi Bagi Balita Dalam Perspektif Hukum Islam 1. Bagaimana istimbath hukum penghalalan vaksin imunisasi bagi balita dalam fatwa MUI No 04 tahun 2016 ? 2. Bagaimana bentuk maslahah mursalah dalam fatwa MUI No 04 Tahun2016 tentang kehalalan vaksin imunisasi bagi balita? 1. Untuk mengetahui istimbath hukum penghalalan vaksin imunisasi bagi balita dalam fatwa MUI No 04 Tahun 2016 tentang kehalalan vaksin imunisasi bagi balita. 2. Untuk mengetahui bentuk maslahah ursalah dari fatwa MUI No 04 tahun 2016 tentang kehalalan vaksin imunisasi bagi balita. Fajar Nugroho Euthanasia dalam tinjauan Hukum pidana Islam 1. Bagaimana kedudukan pelaku euthanasia dalam hukum pidana Islam? 2. Bagaimana hubungan eutahanasia dengan jarimah? 3. Bagaimana hukum Islam bagi pasien yang melakukan euthanasia tersebut? 1. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kedudukan pelaku tindakan euthanasia dalam pandangan hukum pidana Islam. Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Rumusan Masalah Hasil Penelitian

Dice

Indriani

Fatwa Mui No 04

Tahun 2016

Tentang

Penghalalan

Vaksin Imunisasi

Bagi Balita

Dalam Perspektif

Hukum Islam

1. Bagaimana

istimbath hukum

penghalalan vaksin

imunisasi bagi

balita dalam fatwa

MUI No 04 tahun

2016 ?

2. Bagaimana bentuk

maslahah mursalah

dalam fatwa MUI

No 04 Tahun2016

tentang kehalalan

vaksin imunisasi

bagi balita?

1. Untuk mengetahui

istimbath hukum

penghalalan vaksin

imunisasi bagi

balita dalam fatwa

MUI No 04 Tahun

2016 tentang

kehalalan vaksin

imunisasi bagi

balita.

2. Untuk mengetahui

bentuk maslahah

ursalah dari fatwa

MUI No 04 tahun

2016 tentang

kehalalan vaksin

imunisasi bagi

balita.

Fajar

Nugroho

Euthanasia dalam

tinjauan Hukum

pidana Islam

1. Bagaimana

kedudukan pelaku

euthanasia dalam

hukum pidana

Islam?

2. Bagaimana

hubungan

eutahanasia dengan

jarimah?

3. Bagaimana hukum

Islam bagi pasien

yang melakukan

euthanasia

tersebut?

1. Tujuan dalam

penelitian ini

adalah untuk

mengetahui

kedudukan pelaku

tindakan

euthanasia dalam

pandangan hukum

pidana Islam.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

10

Dina

Lestari

Tinjauan Hukum

Islam Terhadap

Tindakan Medis

Dalam

Mendapatkan

Jenis Kelamin

Anak

(Studi Di Rumah

Sakit Ibu Dan

Anak Sinta,

Kemiling Bandar

Lampung)

1. Bagaimanakah

proses tindakan

medis di RSIA

SINTA dalam

mendapatkan jenis

kelamin anak?

2. Bagaimanakah

tinjauan hukum

Islam terhadap

tindakan medis

dalam

mendapatkan jenis

kelamin anak?

1. Untuk mengetahui

tindakan medis di

RSIA SINTA dalam

mendapatkan jenis

kelamin anak.

2. Untuk mengetahui

tinjauan hukum

Islam terhadap

tindakan medis

dalam mendapatkan

jenis kelamin anak.

Dari hasil penelitian terdahulu di atas terdapat beberapa persamaan

dan perbedaan dengan tiga penelitian di atas, yaitu :

1. Persamaan yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Dice

Indriani dengan skripsi ini sama-sama membahas tentang imunisasi dalam

perspektif hukum Islam berdasarkan Fatwa MUI. Sedangkan

perbedaannya terdapat pada Fatwa MUI No 04 Tahun 2016 Tentang

Penghalalan Vaksin Imunisasi Bagi Balita dan dalam skripsi yang penulis

ajukan mengenai Fatwa MUI No. 33 tahun 2018 Tentang Penggunaan

Vaksin MR (Measles Rubella) Produk Dari SII (Serum Intitute Of India)

Untuk Imunisasi.

2. Persamaan yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Fajar

Nugroho dengan skripsi ini sama-sama berlandaskan dalam hukum Islam.

Sedangkan perbedaanya terdapat pada materi yang ditulis Fajar Nugroho

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

11

mengenai euthanasia dan dalam skripsi yang penulis mengenain vaksin

MR.

3. Persamaan yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Dina

Lestari dengan skripsi ini sama-sama berlandaskan dalam hukum Islam.

Sedangkan perbedaanya terdapat pada materi yang ditulis oleh Dina

Lestari mengenai tindakan medis dalam mendapatkan jenis kelamin anak

dipandang dari agama Islam dan dalam skripsi yang penulis mengenain

vaksin MR.

B. Landasan Teori

1. Definisi Imunisasi

1.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi yang

dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun. Secara

khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein

racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam

tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat

anti terhadap racun kuman yang disebut dengan antibodi.13

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang

13

Sujono Riyadi & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu. hlm.47

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

12

dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan

ke dalam tubuh melalui suntikan dan melalui mulut.14

Imunisasi menurut Enwonwu, Ilika, Ifeadike, Aniemena, dan

Egeonu. Dalam jurnal Afrimedic Journal yaitu Immunization is the

process whereby a person is made immune or resistant to an

infectious disease, typically by the administration of a vaccine.

Vaccines stimulate the body‟s own immune system to protect the

person against subsequent infection or disease. It is one of the most

cost-effective health interventions with proven strategies that make

it accessible to even the most hard to reach and vulnerable

populations. Immunization is one of the components of the child

survival strategies. It has clearly defined target groups and can be

delivered effectively through outreach activities and vaccination

does not require any major lifestyle change. It is believed that

immunization is one of the highest achievement of the 20th

century.15

1.2. Tujuan Imunisasi

1.2.1. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,

dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit

tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola.

14

Westim Ratang, Jhon Urasti Blesia, Jonson Nainggolan. 2015. Pengantar Ilmu Kesehatan

Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. hlm.54 15

K.G. Enwonwu, A Ilika, C Ifeadike, C Aniemena, R.O. Egeonu. Perception of childhood

immunization among mothers of under-five children in Onitsha, Anambra State. Afrimedic

Journal. Vol. 6. Issue 1. 2018. hlm. 59

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

13

1.2.2. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini

penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk

rejan (pertusis), cacar (measles), polio, dan tuberkulosis.16

1.2.3. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga

dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta

dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi.17

1.3. Macam-macam Imunisasi

Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh,

imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi

pasif.

1.3.1. Imunisasi Aktif

Adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan

akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh

mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan

menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya

cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh

secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat

empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang

dijelaskan sebagai berikut :

16

I.G.N Ranuh. Dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak

Indonesia. hlm. 10 17

Westim Ratang, Jhon Urasti Blesia, dan Jonson Nainggolan. 2015. Pengantar Ilmu

Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. hlm.54

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

14

1.3.1.1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang

berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya

semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,

toksoid, virus yang dilemahkan atau bakteri yang

dimatikan).

1.3.1.2. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan

kultur jaringan.

1.3.1.3. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna

untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus

untuk stabilisasi antigen.

1.3.1.4. Adjuvans yang terdiri atas garam alumunium yang

berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas

antigen.18

1.3.2. Imunisasi Pasif

Merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu

zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat

berasal dari plasma manusia tau binatang yang digunakan

untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam

tubuh yang terinfeksi.19

1.4. Jenis Imunisasi Dasar

Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada

18

Ibid. hlm.55 19

ibid

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

15

saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu

antara pemberian imunisasi dan status nutrisi terutama kecukupan

protein karena protein diperlukan untuk menyintesis antibodi.

Mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut dapat bergantung

pada berbagai faktor yang mempengaruhinya, sehingga kekebalan

tubuh tersebut dapat diharapkan dari diri anak. Beberapa imunisasi

dasar yang diwajibkan oleh pemerintah (program imunisasi PPI)

sebagai berikut :

1.4.1. Imunisasi BCG.

Imunisasi BCG (basillius calmette guerin) merupakan

imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer

atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan

imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada

selaput otak, TBC miller pada seluruh lapangan paru, atau

TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang

mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin BCG

diberikan melalui intradermal, efek samping pemberian

imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan,

limfadenitis, regionalis, dan reaksi panas.

Imunisasi BCG penting bagi anak balita dalam

pencegahan TBC miller, otak dan tulang karena masih

tingginya kejadian TBC pada anak. Menurut penelitian yang

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

16

dilakukan oleh Muchlastriningsih (2005) terhadap sejumlah

pasien tuberkulosis paru BTA dan tahun 2002 turun menjadi

117 anak. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan karena

pasien balita akan mengalami hambatan pertumbuhan yang

tentu akan memengaruhi perkembangannya. Balita biasanya

tertular dari lingkungan, misalnya keluarga atau tetangga.

Mengingat mobilitas balita belum jauh sehingga dapat

diprediksi ada kasus tuberkulosis disekitarnya.20

1.4.2. Imunisasi Hepatitis B.

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis.

Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan

penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi

hepatitis ini diberikan melalui intramuskular.21

1.4.3. Imunisasi Polio.

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan

untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat

menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksi ini

adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan

melalui oral.22

20

Ibid. hlm 55 21

Ibid. 22

Ibid.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

17

1.4.4. Imunisasi DPT.

Imunisasi DPT (diphteria, pertussis, tetanus) merupakan

imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT merupakan vaksin

yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan

sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan

zat anti (toksoid). Imunisasi DPT diberikan melalui

intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan

atau berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri

pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya

kesadaran menurun, kesakitan kurang lebih empat jam, terjadi

kejang, dan syok.23

1.4.5. Imunisasi Campak.

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan

untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena

termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus

yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui

subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti

terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas.24

1.4.6. Imunisasi MMR.

Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) merupakan

imunisasi yang digunakan dalam memberikan kekebalan

23

Ibid. hlm.56 24

Ibid. hlm.57

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

18

terhadap penyakit campak (measles), gondong,

parotisepidemika (mumps), dan campak Jerman (rubella).

Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus

campak strain edmonson yang dilemahkan. Vaksin ini tidak

dianjurkan untuk bayi usia dibawah 1 tahun karena

dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal

yang masih ada.25

Tanpa imunisasi, rubella adalah penyakit endemik dan

kebanyakan anak akan terjangkit sebelum usia subur. Proporsi

wanita usia subur yang rentan terhadap virus rubella sangat

bervariasi dan sedikit sekali data insiden sindrom rubella

kongenital di negara- negara berkembang. Kebanyakan negara

maju telah memasukkan vaksin rubella pada program

imunisasi, biasanya sebagai vaksin kombinasi campak-

parotitis-rubella (measles-mumps-rubella, MMR).26

1.4.7. Imunisasi Typhus Abdominalis.

Imunisasi Typhus Abdominalis merupakan imunisasi

untuk mencegah terjadinya penyakit typhus abdominalis.

Dalam persediaan khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis

vaksin typhus abdominalis, diantaranya kuman yang

dimatikan, kuman yang dilemahkan, dan antigen capsular Vi

poliysaccharida. Vaksin kuman yang dimatikan dapat

25

Ibid. 26

Wahab Samik dan Julia Madaria. Sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun. 2002.

Jakarta. Penerbit Widya Medika. hlm.63

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

19

diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2

ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml. Pada imunisasi awal dapat

diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudian

penguat setelah 1 tahun kemudian. Vaksin kuman yang

dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric

coated sebelum makan pada hari ke-1,2, dan 5 untuk anak di

atas usia 6 tahun. Antigen kapsular diberikan untuk usia di atas

2 tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun.27

1.4.8. Imunisasi Varicella.

Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan

untuk mencegah terjadinya penyakit cacar air. Vaksin varicella

merupakan virus hidup varicella zoozler stain OKA yang

dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan

suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropis dan bila di

atas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan

interval 4-8 minggu.28

1.4.9. Imunisasi Hepatitis A.

Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A.

pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia di atas 2

tahun.29

27

Westim Ratang, Jhon Urasti Blesia, dan Jonson Nainggolan. 2015. Pengantar Ilmu

Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. hlm.57 28

Ibid. 29

Ibid. hlm.59

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

20

1.4.10. Imunisasi HiB.

Imunisasi HiB (haemophilus influenzae tipe b) merupakan

imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit

influenza tipe b. Vaksin ini adalah bentuk polisakarindamurni

(PRP: purified capsular polysacharide) kuman H.influenzae

tipe b.30

1.5. Penyakit-Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

1.5.1. Radang hati dan kanker hati

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

yang menular melalui darah, suntikan, kulit, atau hubungan

seksual. Virus ini dapat melekat dan bertahan di permukaan

suatu benda selama kurang lebih satu minggu tanpa

kehilangan daya tular. Bila seseorang terkena infeksi hepatitis

B maka ia beresiko untuk mengalami pengerasan hati dan

berlanjut menjadi kanker hati di kemudian hari. Karena itu,

pencegahan terbaik adalah dengan memberikan vaksin

hepatitis B pada 12 jam setelah bayi baru lahir.31

1.5.2. Poliomielitis

Penyakit ini disebabkan oleh virus piliomyelitis yang

masuk melalui makanan , berkembang biak di kelenjar getah

bening saluran cerna, kemudian menyebar melalui darah ke

sistem syaraf, dan mengakibatkan kelumpuhan serta cacar

30

Hadinegoro sri rejeki. Panduan imunisasi anak. 2011. Jakarta. Penerbit Badan Ikatan

Dokter Anak Indonesia. hlm.43 31

Ibid, hlm. 44

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

21

seumur hidup. Kematian akibat polio dapat disebabkan oleh

lumpuhnya otot pernafasan. Sebagian virus polio akan keluar

melalui tinja yang mengandung virus polio dan sangat

menular. Virus polio dapat bertahan di dalam tinja hingga

seratus hari.32

1.5.3. Tuberkulosis

Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan bakteri

tersebut berasal dari dahak pendewasa yang mengandung

kuman. Bila penderita batuk, bersin, dan berbicara, percikan

dahak yang mengandung kuman tuberkulosis akan

disebarkan keudara sehingga bisa terhirup oleh anak atau

dewasa lain di sekitarnya. Pada bayi dan anak, bila

penyebaran kumannya lewat saluran nafas dan aliran darah,

akan menimbulkan radang paru dan radang selaput otak, yang

dapat mengakibatkan kematian atau cacat.33

1.5.4. Difteri

Penyakit difteria disebabkan oleh bakteri

corynebacterium diphteriae, yang mudah menular dan

menyerang saluran nafas bagian atas dengan gejala demam,

pembekakan pada amandel, dan terlihat selaput putih kotor

yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan

32

Ibid, hlm. 45 33

Ibid, hlm. 47

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

22

nafas. Tersumbatnya jalan nafas oleh selaput tersebut

merupakan penyebab kematian utama. Kuman difteri dapat

mengeluarkan racun sehingga merusak otot jantung yang

dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui

udara (batuk/bersin).34

1.5.5. Pertusis

Penyakit ini sering disebut sebagai batuk rejan atau

batuk sereatus hari, berupa saluran nafas yang disebabkan

oleh bakteri Bordetella Pertusis. Penyakit in sangat berbahaya

bagi bayi. Penularan umumnya terjadi melalui udara

(batuk/bersin). Bakteri ini menghasilkan racun yang melekat

pada bulu getar saluran nafas sehingga mengganggu fungsi

selaput lendir pada saluran pernafasan, yang menyebabkan

penumpukan lendir, penyumbatan jalan nafas, dan radang

paru. Gejala khas pertusis yaitu batuk yang terus menerus.

Karena penumpukan lendir di saluran nafas, pada saat batuk

muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah dan kadang-

kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan nafas

panjang dan dalam, berbunyi melengking. Batuk ini bisa

berlangsung sampai sepuluh minggu.35

34

Ibid, hlm. 49 35

Ibid, hlm. 51

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

23

1.5.6. Tetanus

Penyakit tetanus disebabkan oleh racun yang

diproduksi bakteri clostridium tetani yang mengakibatkan

kaku otot rahang, sehingga bayi dan anak tidak bisa makan

dan minum. Selanjutnya terjadi kekakuan otot leher, bahu,

lengan, punggung, tungkai, dad, dan perut, sehingga bayi dan

anak sulit bergerak, bernaas, dan mengakibatkan kematian.

Pencegahan tetanus dengan imunisasi DPT.36

1.5.7. Campak atau Measles

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang

mudah menular lewat percikan ludah melalui jalan napas

yang mengakibatkan demam tinggi, batuk pilek, mata merah,

dan kulit timbul bercak-bercak merah. Dampak penyakit

campak dikemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat

diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom

radang otak pada anak lebih dari 10 tahun, dan tuberkulosis

paru menjadi lebih parah setelah sakit campak berat.

Penyakit campak ada diseluruh dunia, umumnya terjadi

pada awal musim hujan, mungkin disebabkan kelembaban

yang relatif rendah. Wabah campak terjadi setiap 2 tahun

sekali, yaitu ketika meningkatnya jumlah anak yang belum

diimunisasi campak. Pada awal 1980, cakupan imunisasi

36

Ibid, hlm. 52

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

24

campak global hanya 20%, sehingga didapat lebih dari 90

juta kasus. Pada pertengahan 1990, dengan cakupan

imunisasi 80%, angka tersebut turun tajam hingga 20 juta

kasus. Jadi, dengan cakupan imunisasi 80%, masih sulit

untuk memberantas penyakit campak. World Health

Organization (WHO) dengan programnya The Expanded

Programme on Immunization (EPI) telah merencanakan

target menurunnya kasus campak hingga 90,5% dan kematian

hingga 95,5% dari tingkat sebelum EPI pada 1995. Strategi

untuk eliminasi penyakit campak adalah melakukan

imunisasi masal pada anak umur 9 bulan sampai 12 tahun,

meningkatkan cakupan imunisasi rutin pada bayi umur 9

bulan, melakukan pemantauan secara intensif dan

memberikan imunisasi campak di Sekolah Dasar.

Pencegahannya dengan imunisasi campak.37

1.5.8. Haemophillus Influenza Tipe B

Bakteri haemophillus influenza tipe b dapat

menyebabkan meningitis (radang selaput otak) dengan gejala

demam tinggi, kaku duduk, penurunan kesadaran, kejang, dan

kematian.38

37

Ibid, hlm. 54 38

Ibid, hlm. 55

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

25

1.5.9. Influenza

Influenza adalah penyakit infeksi saluran napas yang

disebabkan oleh virus influenza A dan B. Penularan virus

melalui udara dan percikan ludah kontak langsung dari

seseorang yang terinfeksi. Penularan terjadi 1-2 hari sebelum

gejala timbul hingga 4-5 hari sesudahnya. Penyakit yang

sangat menular ini dapat mengakibatkan komplikasi serius.

Influenza ditandai dengan demam tinggi mendadak (38,4‟C)

sebagai gejala utama yang dapat disertai nyeri kepala, nyeri

otot, lemas, nafsu makan hilang, lelah, muntah, diare, pilek,

hidung tersumbat, dan nyeri menelan. Batuk yang mula-mula

kering berubah menjadi produktif dengan lendir yang banyak,

dan bening kental. Gejala demam dan saluran nafas tersebut

bisa berlangsung selama lima hari, tetapi bisa juga

berlangsung hingga 7-10 hari. Sedangkan rasa lemas dan

batuk bisa menetap sampai 1-2 minggu.39

1.5.10. Rubella

Penyakit rubella disebabkan oleh virus rubella, yang

menyebar melalui udara dan percikan ludah. Gejala klinis

yang mencolok adalah ttimbulnya ruam halus di kulit yang

bersifat sementara sekitar 3 hari, pembengkakan kelenjar di

belakang telinga dan belakang kepala, kadang-kadang disertai

39

Ibid, hlm. 57

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

26

nyeri sendi. Apabila rubella menjangkit ibu hamil, maka

dapat terjadi sindrom rubella kongenital pada bayi yang

dikandungnya.

Tujuan utama imunisasi rubella adalah mencegah

sindrom rubella. Bila terjadi pada awal kehamilan, dapat

menyebabkan kematian janin, kelahiran prematur dan cacat

bawaan. Berat ringannya virus rubella terhadap janin

tergantung pada kapan ineksi ini terjadi. Sekitar 85% bayi

yang terinfeksi pada kehamilan trimester pertama akan

menampakkan gejala setelah lahir. Namun jika infeksi terjadi

setelah kehamilan di atas 20 minggu, jarang ditemukan

kelainan pada bayi lahir. Infeksi rubella pada masa kehamilan

dapat mengenai semua sistem organ bayi. Tuli merupakan

gejala paling sering terjadi dan kadang-kadang merupakan

gejala tunggal infeksi rubella pada kehamilan. Selain itu

dapat terjadi kelainan pada mata berupa katarak (kekeruhan

lensa mata), glukoma (tekanan bola mata meningkat),

retinopati (kelainan retina), dan mikriftamia (ukuran mata

lebih kecil dari normal). Sering disertai kelainan pada jantung

dan retaldasi mental. Pencegahannya dengan imunisasi

MMR.40

40

Ibid, hlm. 61

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

27

1.5.11. Demam Tifoid

Penyakit demam tifoid disebabkan oleh bakteri

salmonella thyphi yang masuk melalui mulut dari makanan

dan minuman yang terkontaminasi. Bakteri menyebar

dikelenjar di usus halus, sehingga menimbulkan peradangan

dan kerusakan usus. Demam tifoid ditandai dengan demam,

nyeri perut, sulit buang air besar, atau diare. Bakteri sebagian

keluar bersama tinja dan urin. Bila tidak diobati, dapat

menyebabkan kematian karena luka robek usus, pendarahan,

dan karena komplikasi lain. Keadaan-keadaan ini terjadi

terutama pada pasien yang datang terlambat.41

1.5.12. Varisela (cacar air)

Penyakit cacar air disebabkan oleh virus varisela zoster

yang masuk melalui percikan ludah. Cacar air awalnya

berupa ruam kemerahan gatal, kemudian berisi gelembung-

gelembung kecil berisi cairan, lalu setelah 4-7 hari

mengering menjadi keropeng. Apabila gelembung sedah

berubah menjadi keropeng atau kerak maka pasien sudah

tidak lagi menularkan penyakit.

Virus varisela zoster yang tidak aktif bisa menjadi aktif

kembali dan menyebabkan penyakit herpes zoster. Namun

penyakit tersebut jarang terjadi sebelum umur 12 tahun,

41

Ibid, hlm. 63

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

28

umumnya muncul pada usia di atas 40 tahun. Herpes zoster

sering menjadi penyakit serius pada usia lanjut dan individu

dengan kekebalan rendah, sehingga dapat menjadi herpes

zoster menyeluruh yang menyerang organ dalam, susunan

syaraf dan paru.42

1.5.13. Hepatitis A

Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A

yang menyerang hati, berkembang baik di hati, dan keluar

menjadi tinja. Selama 2 minggu sebelum pasien terlihat

menjadi kuning, daya tular sangat tinggi karena konsentrasi

virus di tinja sangat tinggi. Pada waktu pasien terlihat kuning,

konsentrasi virus itu di tinja jauh berkuning tetapi bisa

berlangsung beberapa bulan. Wabah akibat makanan jajanan

yang tidak dimasak sering terjadi. Di beberapa negara

berkembang, kejadian wabah cukup tinggi akibat air kolam

renang yang tercemar.43

1.5.14. Pneumokokus

Pneumokokus adalah bakteri penyebab terpenting

penyakit infeksi saluran nafas pada anak. Diduga di negara

berkembang, setiap tahun sedikitnya 1 juta anak meninggal

karena pneumokokus. Selain karena merupakan penyebab

utama pneumonia, meningitis, infeksi di dalam darah,

42

Ibid, hlm. 64 43

Ibid, hlm. 65

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

29

sinusitis (radang sinus), otitis media (radang telinga tengah),

dan konjungtivitas (radang mata) terutama pada anak

dibawah usia 2 tahun dan lansia.

1.5.15. Meningokokus

Penyakit ini disebabkan oleh neiseria meningitidis yang

mengakibatkan sakit berat, radang selapu otak, dan

pneumonia, sehingga dapat mengakibatkan cacat atau

meninggal. Imunisasi ini terutama diberikan kepada jamaah

haji, karena di Saudi Arabia, Jamaah haji akan bertemu

dengan jamaah yang berasal dari Afrika yang kemungkinan

mempunyai koloni kuman meningokokus dalam

tenggorokannya. Pemerintah Saudi Arabia mewajibkan setiap

jamaah haji untuk imunisasi meningokokus sebelum

berangkat ke Saudi Arabia.44

1.5.16. Human Papiloma Virus (HVP)

Virus HVP dapat menyebabkan kanker leher rahim,

yang merupakan pembunuh nomor satu perempuan

Indonesia. Setiap jam, ada perempuan Indonesia yang

meninggal karena kanker leher rahim dan setiap setengah jam

ada kasus baru kanker leher rahim di Indonesia.45

44

Ibid, hlm. 68 45

Ibid, hlm. 72

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

30

2. Halangan Dalam Pelaksanaan Imunisasi

Memang benar imunisasi pada awalnya diperuntukkan bagi mereka

yang sehat. Namun dengan berbagai bukti yang ada, vaksin tetap dapat

diberikan maupun anak sedang sakit ringan. Pemberian vaksin pada

seorang anak yang sakit ringan terbukti tetap aman dan efektif, saat

seseorang sakit, tubuh akan melawan penyakit itu. Namun sebenarnya

tubuh tetap memiliki kemampuan untuk bereaksi melawan penyakit lain

yang masuk. Saat itu imunisasi yang diberikan akan tetap direspon tubuh

dengan pembentukan antibodi. Pemberian vaksin juga tidak akan

memperberat penyakit ringan seperti infeksi saluran nafas dan diare yang

diderita saat itu.46

Kekuatan pemberian imunisasi terhadap individu ini akan

mengakibatkan terlambatnya jadwal imunisasi dan mengakibatkan tidak

terlindungnya mereka pada saat yang seharusnya sehingga berpotensi

menjadi sumber penularan penyakit ke sekitarnya. Selain itu, penggunaan

antibiotik tidak akan mempengaruhi respon antibodi terhadap vaksin. Hal

lain adalah apabila ditemukan reaksi lokal pada penyuntikan sebelumnya,

bayi atau anak dalam masa penyembuhan dari penyakit yang akut hal ini

juga bukan merupakan halangan memberikan imunisasi.47

Seseorang tidak boleh diimunisasi hanya bila terdapat risiko efek

samping yang berat. Adanya reaksi alergi yang berat (syok anafilaksis)

terhadap suatu vaksin maupun komponen vaksin merupakan halangan

46

Hadinegoro sri rejeki. Panduan imunisasi anak. 2011. Jakarta. Penerbit Badan Ikatan

Dokter Anak Indonesia. hlm. 121 47

Ibid. hlm 122

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

31

(kontra indikasi) absolute imunisasi. Sebaliknya, sakit berat dengan atau

tanpa demam masih diperbolehkan untuk diimunisasi bila memang oleh

dokter dianggap diperlukan.48

Penyakit yang telah direkomendasikan oleh WHO untuk tetap

diberikan imunisasi:

a. Alergi atau asma, kecuali jika diketahui ada alergi terhadap komponen

khusus dan vaksin.

b. Sakit ringan dengan infeksi pernafasan atau diare dengan suhu

dibawah 38,5‟C.

c. Riwayat keluarga tentang peristiwa-peristiwa yang membahayakan

setelah imunisasi.

d. Pengobatan antibiotik.

e. Dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi HIV dengan tidak

menunjukkan tanda-tanda AIDS.

f. Sakit kronis seperti penyakit jantung kronis, paru-paru ginjal atau hati.

g. Kondisi syaraf stabil seperti kelumpuhan otak atau sindrom down.

h. Prematur atau berat lahir rendah.

i. Pembedahan baru atau direncanakan dengan segera.

j. Kurang gizi.

k. Riwayat sakit kuning pada kelahiran.49

Imunisasi dapat tetap dilakukan dalam keadaan sakit ringan.

Pengobatan terhadap sakit ringan dapat tetap diberikan setelah imunisasi

48

Ibid. hlm 123 49

Ibid. hlm. 125

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

32

dan tidak akan mempengaruhi pembentukan antibodi. Namun demikian,

pada akhirnya, dokterlah yang akan menentukan apakah imunisasi dapat

diberikan atau tidak setelah ia memeriksa dengan teliti keadaan anak

sebelumnya.50

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan

3.1. Pasal 1

3.1.1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

3.1.2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,

tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat

kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi

yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan

yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

masyarakat.

3.1.3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

3.1.4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

3.1.5. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau

implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk

50

Ibid. hlm 126

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

33

mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan

penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada

manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki

fungsi tubuh.

3.1.6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

3.1.7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

3.1.8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk

manusia.

3.1.9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian

(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

34

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

3.1.10. Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau

metode yang ditujukan untuk membantu menegakkan

diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan

kesehatan manusia.

3.1.11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan

pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

3.1.12. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih

mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

3.1.13. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan

pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

3.1.14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk

penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat

penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian

kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal

mungkin.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

35

3.1.15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan

serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita

ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai

anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan

masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuannya.

3.1.16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan

perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada

pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris

yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat.

3.1.17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

3.1.18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah.

3.1.19. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang kesehatan.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

36

3.2. Pasal 2

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan

perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,

penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan

nondiskriminatif dan norma-norma agama.

3.3. Pasal 3

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis.

3.4. Pasal 5

3.4.1. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh

akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

3.4.2. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

3.4.3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab

menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan

bagi dirinya.

3.5. Pasal 13

3.5.1. Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan

kesehatan sosial.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

37

3.5.2. Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3.6. Pasal 14

3.6.1. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan

terjangkau oleh masyarakat.

3.6.2. Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dikhususkan pada pelayanan publik.

3.7. Pasal 32

3.7.1. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik

pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan

kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan

kecacatan terlebih dahulu.

3.7.2. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik

pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan

meminta uang muka.

3.8. Pasal 40

3.8.1. Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara

esensial harus tersedia bagi kepentingan masyarakat.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

38

3.8.2. Daftar dan jenis obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditinjau dan disempurnakan paling lama setiap 2 (dua) tahun

sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan teknologi.

3.8.3. Pemerintah menjamin agar obat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tersedia secara merata dan terjangkau oleh

masyarakat.

3.8.4. Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat melakukan

kebijakan khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan

perbekalan kesehatan.

3.8.5. Ketentuan mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) dilakukan dengan mengadakan pengecualian

terhadap ketentuan paten sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang mengatur paten.

3.8.6. Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk

dalam daftar obat esensial nasional harus dijamin

ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga penetapan

harganya dikendalikan oleh Pemerintah.

3.8.7. Ketentuan lebih lanjut mengenai perbekalan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan

Menteri.

3.9. Pasal 62

3.9.1. Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang

dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

39

masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui

kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau

kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.

3.9.2. Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang

dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat untuk menghindari atau mengurangi risiko,

masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.

3.9.3. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin dan

menyediakan fasilitas untuk kelangsungan upaya peningkatan

kesehatan dan pencegahan penyakit.

3.9.4. Ketentuan lebih lanjut tentang upaya peningkatan kesehatan

dan pencegahan penyakit diatur dengan Peraturan Menteri.

3.10. Pasal 132 ayat 3

Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang

dapat dihindari melalui imunisasi.

3.11. Pasal 153

Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman,

bermutu, efektif, terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk

upaya pengendalian penyakit menular melalui imunisasi.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

40

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang

Jaminan Produk Halal

4.1. Pasal 1

4.1.1. Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan

makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk

biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang

dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.

4.1.2. Produk Halal adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai

dengan syariat Islam.

4.1.3. Proses Produk Halal yang selanjutnya disingkat PPH adalah

rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan Produk

mencakup penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan,

pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian

Produk.

4.1.4. Bahan adalah unsur yang digunakan untuk membuat atau

menghasilkan Produk.

4.1.5. Jaminan Produk Halal yang selanjutnya disingkat JPH adalah

kepastian hukum terhadap kehalalan suatu produk yang

dibuktikan dengan sertifikat halal.

4.1.6. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang selanjutnya

disingkat BPJPH adalah badan yang dibentuk oleh Pemerintah

untuk menyelenggarakan JPH.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

41

4.1.7. Majelis Ulama Indonesia yang selanjutnya disingkat MUI

adalah wadah musyawarah para ulama, zuama, dan

cendekiawan muslim.

4.1.8. Lembaga Pemeriksa Halal yang selanjutnya disingkat LPH

adalah lembaga yang melakukan kegiatan pemeriksaan

dan/atau pengujian terhadap kehalalan produk.

4.1.9. Auditor halal adalah orang yang memiliki kemampuan

melakukan pemeriksaan kehalalan produk.

4.1.10. Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan suatu produk

yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis

yang dikeluarkan oleh MUI.

4.1.11. Label halal adalah tanda kehalalan suatu produk.

4.1.12. Pelaku usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha

berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang

menyelenggarakan kegiatan usaha di wilayah Indonesia.

4.1.13. Penyelia halal adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap PPH.

4.1.14. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

4.1.15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang agama.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

42

4.2. Pasal 3 huruf a

memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian

ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan

menggunakan Produk

4.3. Pasal 4

Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah

Indonesia wajib bersertifikat halal.

4.5. Pasal 6

4.5.1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH.

4.5.2. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH.

4.5.3. Menerbitkan dan mencabut sertifikat halal dan label halal pada

produk.

4.5.4. Melakukan registrasi sertifikat halal pada produk luar negeri.

4.5.5. Melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi produk halal.

4.5.6. Melakukan akreditasi terhadap LPH.

4.5.7. Melakukan registrasi auditor halal.

4.5.8. Melakukan pengawasan terhadap JPH.

4.5.9. Melakukan pembinaan auditor halal.

4.5.10. Melakukan kerja sama dengan lembaga dalam dan luar

negeri di bidang penyelenggaraan JPH.

4.6. Pasal 7

Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

6, BPJPH bekerja sama dengan:

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

43

4.6.1. Kementerian dan/atau lembaga terkait.

4.6.2. LPH.

4.6.3. MUI.

4.7. Pasal 10

4.7.1. Kerja sama BPJPH dengan MUI sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 huruf c dilakukan dalam bentuk:

4.7.1.1. Sertifikasi auditor halal.

4.7.1.2. Penetapan kehalalan produk.

4.7.1.3. Akreditasi LPH.

4.7.2. Penetapan kehalalan produk sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b dikeluarkan MUI dalam bentuk Keputusan

Penetapan Halal Produk.

4.8. Pasal 17

4.8.1. Bahan yang digunakan dalam PPH terdiri atas bahan baku,

bahan olahan, bahan tambahan, dan bahan penolong.

4.8.2. Bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:

4.8.2.1. Hewan.

4.8.2.2. Tumbuhan.

4.8.2.3. Mikroba, atau

4.8.2.4. Bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses

biologi, atau proses rekayasa genetik.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

44

4.8.3. Bahan yang berasal dari hewan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a pada dasarnya halal, kecuali yang diharamkan

menurut syariat.

4.9. Pasal 18

4.9.1. Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) meliputi:

4.9.1.1. Bangkai.

4.9.1.2. Darah.

4.9.1.3. Babi.

4.9.1.4. Hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat.

4.9.2. Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri

berdasarkan fatwa MUI.

4.10. Pasal 21

4.10.1. Lokasi, tempat, dan alat PPH wajib dipisahkan dengan lokasi,

tempat, dan alat penyembelihan, pengolahan, penyimpanan,

pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk

tidak halal.

4.10.2. Lokasi, tempat, dan alat PPH sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib:

4.10.2.1. Dijaga kebersihan dan higienitasnya.

4.10.2.2. Bebas dari najis.

4.10.2.3. Bebas dari bahan tidak halal.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

45

4.10.3. Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi, tempat, dan alat PPH

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

5. Hukum Islam

Pengertian hukum Islam atau syariat Islam adalah sistem kaidah-

kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT. dan Sunnah Rasul

mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani

kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua

pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh

Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah berarti

hukum-hukum yang diperintahkan Allah SWT. untuk umatNya yang

dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan

(aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah.51

Menurut Amir Syarifuddin, yang dimaksud dengaan hukum Islam

adalah seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah swt. dan sunnah

rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini

berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.52

Sedangkan menurut Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy yang dimaksud

dengan hukum Islam yaitu hasil daya upaya para fuqaha dalam

menerapkan syarat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hukum

Islam itu adalah hukum yang terus hidup, sesuai dengan dinamika

51

Iryani, Eva. Hukum Islam Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Ilmiah Universitas

Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. hlm. 24 52

Abdul Halim Barkatullah & Teguh Prasetyo. Hukum Islam: Menjawab Tantangan Zaman

yang Terus Berkembang. Yogyakaerta:Pustaka Pelajar.2006. hlm.3

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

46

masyarakat. Dia mempunyai gerak yang tetap dan perkembangan yang

terus menerus. Karenanya hukum Islam itu selalu berkembang dan

perkembangannya itu merupakan tabi‟at hukum Islam yang selalu

berkembang. Oleh karena itu menurut Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,

ijtihad dan qiyas wajib dipergunakan karena tidak setiap kejadian

mempunyai nash, dan nash-nash itu ada batasnya, sedang peristiwa dan

kejadian senantiasa tumbuh dan berkesudahan. Penggunaan ijtihad dan

qiyas agar setiap kejadian mempunyai hukum.53

6. Maslahah Mursalah Dalam Hukum Islam

Hukum Islam mengenal istilah maslahah mursalah dan dlarurat.

Ummat Islam meyakini adanya kehidupan dunia dan kehidupan akhirat,

maka standar dalam menilai maslahah dan mafsadat

(kerusakan) tidak hanya ditentukan oleh manfaat yang dirasakan di dunia

namun juga untuk maslahah kehidupan akhirat. Untuk mengetahui

maslahah hakiki, harus dilihat petunjuk syariah. Dengan demikian,

penentuan apakah sesuatu layak disebut maslahah tidak dapat diserahkan

kepada penilaian akal semata tetapi selanjutnya menggunakan penilaian

berdasarkan dalil-dalil syariah. Oleh sebab itu, seluruh hukum yang

berlaku pada seorang muslim yang sudah dapat dikenai hukum yang

berasal dari Allah swt mengandung maslahah baik berupa perintah

53

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Filsafat Hukum Islam. Semarang:

PT.Pustaka Rizki Putra.2001. hlm.29

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

47

maupun larangan, sebab hukum Islam selalu sejalan dengan akal manusia

dan akal manusia selalu sejalan dengan hukum Islam.54

Maslahah mursalah adalah menurut bahasa, kata maslahah berasal

dari Bahasa Arab dan telah dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia

menjadi kata maslahah, yang berarti mendatangkan kebaikan atau yang

membawa kemanfaatan dan menolak kerusakan55

. Menurut bahasa

aslinya kata maslahah berasal dari kata salahu, yasluhu, salahan, artinya

sesuatu yang baik, patut, dan bermanfaat.56

Sedang kata mursalah artinya

terlepas bebas, tidak terikat dengan dalil agama (al-Qur‟an dan al-Hadits)

yang membolehkan atau yang melarangnya.57

Landasan hukum mengenai maslahah mursalah pada al-qur‟an

Surat Yunus ayat 57 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah

datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi

penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat

bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57)58

Dalam membatasi keadaan dlarurat, al-qurtubi berkata, “keadaan

terpaksa tidak lepas dari dua kemungkinan, yaitu karena adanya paksaan

dari orang yang menganiaya atau karena lapar dalam musim paceklik.

Al-Fakhr al-razi mengatakan dlarurat ada dua sebabnya, pertama adalah

54

Asriaty. Penerapan Mashlahah Mursalahdalam Isu-Isu Kontemporer. Jurnal madania.Vol.

19, No.1. Juni 2015. hlm.120 55

Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah, Semarang: Bulan

Bintang,1955, hlm.43 56

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan

Penerjemah dan Penafsir al-Qur‟an, 1973, hlm. 219. 57

Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah, Semarang: Bulan

Bintang,1955, hlm.45 58

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Asy-Syifa‟,

1984, hlm. 659

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

48

lapar yang berlebihan dan sementara yang halal tidak didapatkan dan

yang kedua dipaksa oleh seseorang yang memaksa. Menurut Ibn al-

Arabi, keadaan terpaksa bisa terjadi karena adanya paksaan dari

seseorang yang aniaya atau karena kelaparan di musim paceklik atau

karena kefakiran dimana seseorang tidak mendapatkan makanan selain

yang haram. Dengan demikian, dlarurat bagi mereka ada tiga macam

yaitu paksaan, kelaparan, dan kefakiran.59

7. Pengertian Fatwa

Fatwa adalah jawaban resmi terhadap pertanyaan dan persoalan

yang menyangkut masalah hukum. Fatwa berasal dari kata bahasa arab

al-ifta‟, al-fatwa yang secara sederhana berarti pemberian keputusan.

Fatwa bukanlah sebuah keputusan hukum yang dibuat dengan gampang,

atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa dasar.60

59

Wahbah az-Zuhaili. Konseo Dlarurat Dalam Hukum Islam. (Jakarta: Terjemahan Gaya

Media Pratama. 1997. hlm.79 60

Ahyar A. Gayo. 2011. Kedudukan Fatwa MUI Dalam Upaya Mendorong Pelaksanaan

Ekonomi Syariah. Penelitian Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum

Dan HAM Ri. hlm.13

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019

49

Rumusan Masalah

1. Bagaimana imunisasi

vaksin MR. dalam

prespektif hukum Islam

berdasarkan Fatwa MUI

No 33 tahun 2018?

2. Apa hambatan pelaksanaan

Fatwa MUI No 33 tahun

2018 tentang penggunaan

vaksin MR?

1. Imunisasi vaksin MR dalam fatwa MUI no 33 tahun 2018 dianalisis

menggunakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, surat Al-

Baqarah ayat 173 dan ayat 195, dan maslahah mursalah dalam hukum

Islam.

2. Hambatan pelaksanaan fatwa MUI no 33 tahun 2018 dianalisis

menggunakan hadist riwayat Abu Daud, hadist riwayat Al- Tirmidzi,

dan mengambil data dalam seminar imunisasi yang dikemukakakan

oleh ustad dr. Raehanul Bahrain untuk melengkapi data sekunder

sebagai narasumber.

C. Kerangka Pemikiran

Landasan Teori

1. Definisi Imunisasi

1.1. Pengertian Imunisasi

1.2. Tujuan Imunisasi

1.3. Macam-macam Imunisasi

1.4. Jenis Imunisasi Dasar

1.5. Penyakit-Penyakit Yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi

2. Halangan Dalam Pelaksanaan

Imunisasi

3. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan

4. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 33 Tahun 2014

Tentang Jaminan Produk Halal

5. Hukum Islam

6. Maslahah Mursalah Dalam Hukum

Islam

7. Pengertian Fatwa MUI

Peraturan Perundang-undangan

1. UUD 1945.

2. Fatwa MUI No 33 Tahun 2018.

3. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan.

4. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 33 Tahun 2014

Tentang Jaminan Produk Halal

Latar Belakang

Imunisasi merupakan reaksi

antara antigen dan antibodi,

yang dalam bidang ilmu

imunologi merupakan

kuman atau racun (toxin

disebut antigen). Secara

khusus antigen merupakan

bagian dari protein kuman

atau protein racunnya. Bila

antigen untuk pertama

kalinya masuk ke dalam

tubuh manusia, maka

sebagai reaksinya tubuh

akan membentuk zat anti

terhadap racun kuman yang

disebut dengan antibodi.

Imunisasi Vaksin MR…, Ridho Hilmansyah, Fakultas Hukum UMP, 2019