urgensi keberlanjutan ekonomi berlandaskan tauhid

90
URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID MENURUT TINJAUAN PEMIKIRAN MASUDUL ALAM CHOUDHURY SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: WILDAN ABDILLAH NIM : 1110046100207 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015M/1436H

Upload: lyquynh

Post on 12-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

MENURUT TINJAUAN PEMIKIRAN MASUDUL ALAM CHOUDHURY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

WILDAN ABDILLAH

NIM : 1110046100207

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015M/1436H

Page 2: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

ii

URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

MENURUT TINJAUAN PEMIKIRAN MASUDUL ALAM CHOUDHURY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

WILDAN ABDILLAH

NIM 1110046100207

Pembimbing

Dr. Dede Abdul Fatah, SHI., M.Si

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436H/2015

Page 3: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI

BERLANDASKAN TAUHID MENURUT TINJAUAN PEMIKIRAN

MASUDUL ALAM CHOUDHURY” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 24 Februari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi

Muamalat (Ekonomi Islam).

Page 4: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan merupakan hasil karya saya

atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Februari 2015

Wildan Abdillah

Page 5: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

v

ABSTRAK

Wildan Abdillah. NIM 1110046100207. Urgensi Keberlanjutan Ekonomi

Berlandaskan Tauhid Menurut Tinjauan Pemikiran Masudul Alam Choudhury.

Konsentrasi Perbankan Syari‟ah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syari‟ah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015, ix +

82 hlm.

Skripsi ini bertujuan untuk memberikan sebuah khazanah keilmuan

berdasarkan perspektif pemikiran ilmuan Islam bernama Masudul Alam

Choudhury yang solutif dan mendasar dalam perilaku ekonomi manusia terkait

pengembangan ekonomi Islam dan pembangunan secara berkelanjutan secara

umum, dengan dilandasi tauhid sebagai prinsip utama yang ditawarkan ekonomi

Islam, yang lahir bukan hanya sebagai konsep nilai saja tetapi juga dapat di

implementasikan dalam kehidupan manusia, khususnya dalam lingkup kegiatan

ekonomi yang terkait lingkup operasional dan fungsi perbankan syari‟ah dalam

masyarakat. Karena pada saat ini penulis melihat kurangnya penerapan konsep

tauhid dalam upaya menciptakan keberlanjutan ekonomi dan juga belum adanya

kesadaran bagi para pelaku ekonomi dan pemangku kebijakan bahwa begitu

pentingnya landasan tauhid bagi terwujudnya keberlanjutan ekonomi yang

optimal.

Penelitian skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)

dengan data dan cara analisa kualitatif, mendeskripsikan dan menganalisa objek

penelitian dengan membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan

dengan pemikiran Masudul Alam Choudhury dalam konsep tauhid dan

hubungannya dengan keberlanjutan ekonomi.

Dari penelitian ini penulis memperoleh kesimpulan bahwa urgensi

keberlanjutan ekonomi berlandaskan tauhid sangat mendesak dibutuhkan

pelaksanaannya demi menciptakan keberlanjutan kesejahteraan dunia-akhirat

(falah) yang menjadi hakikat tujuan ekonomi Islam yang sebenarnya.

Kata kunci:, tauhid, Masudul Alam Choudhury, keberlanjutan, ekonomi, urgensi,

landasan, ekonomi Islam, moral, etika.

Pembimbing : Dr. Dede Abdul Fatah, SHI., M.Si

Daftar Pustaka : Tahun 1970 s.d. tahun 2012.

Page 6: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala, atas

segala rahmat, hidayat juga „inayat-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Syari‟ah.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan mulia

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan seluruh sahabatnya dan juga kita

selaku umatnya yang senantiasa berusaha terus mengikuti dan mengamalkan

sunnahnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak sekali

bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan rasa hormat yang

setinggi-tingginya dan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala bentuk

kepedulian mereka yang telah memberi bantuan baik berupa moril, materiil, kritik,

motivasi, semangat, juga dukungan finansial maupun sumbangan tenaga dan

pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis menghaturkan ucapan rasa terima kasih ini kepada :

1. Bapak H. JM. Muslimin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum periode 2014-2015.

2. Bapak H. AzharuddinLathif, M.Ag, M.H., selaku Ketua Program Studi

Muamalat beserta sekretaris, staff dan seluruh jajarannya.

Page 7: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

vii

3. Bapak Dr.Dede Abdul Fatah, SHI., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi atas

segala bimbingan dan masukan yang diberikan kepada penulis, serta

persetujuan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Ibu Dr.EuisAmalia, M.Ag.,selaku Dosen Pembimbing Akademis.

5. Mama dan Almarhum Bapak tercinta atas motivasi, pengorbanan, kasih sayang

dan perhatian, sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan sarjana.

6. Bapak dan Ibu, serta keluarga besar Joko T. Sunaryo di Cibubur yang

senantiasa memberikan dukungan pengembangan diri bagi penulis di awal

hingga pertengahan masa kuliah.

7. Kakak tercinta Rahmawati beserta suami atas dukungan moral dan juga

materiil yang telah diberikan kepada penulis hingga saat ini.

8. Adik-adik tersayang yang selalu menguatkan dan memberi semangat perbaikan

kepada penulis untuk menjadi lebih baik.

9. Teman seperjuangan penulis, Rahadian, Eko, Fadel, Alfian, Iqbal, Farid, Qori

dan seluruh keluarga besar PS E Angkatan 2010 juga rekan KKN TRUST 2013

yang telah mewarnai perjalanan semasa kuliah dengan penuh semangat dan

kenangan yang tak terlupakan.

10. Serta kepada seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Jakarta, 24 Februari 2015

WildanAbdillah

Page 8: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Perumusan Masalah

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum tentang Teori Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Ekonomi

1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

dan Keberlanjutan Ekonomi

2. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

B. Pandangan Umum tentang Sistem Ekonomi Islam

dan Perbedaannya dengan Konvensional

1. Pengertian Sistem Ekonomi Islam

2. Landasan dan Prinsip-Prinsip Sistem Ekonomi Islam

3. Perbedaan Paradigma Sistem Ekonomi Islam Secara

Filosofis

C. Pengertian Umum tentang Konsep Tauhid sebagai

Landasan Sistem Ekonomi Islam

1. Pengertian Konsep Tauhid Secara Umum

2. Pengertian Konsep Tauhid dalam Ekonomi

3. Dasar dan Tujuan Konsep Tauhid dalam Islam

D. Review Studi Terdahulu

1

8

8

9

10

11

14

16

16

20

25

25

28

38

42

42

44

48

54

Page 9: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

ix

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sekilas Tentang Masudul Alam Choudhury

1. Biografi Masudul Alam Choudhury

2. Karya-karya dan Pemikiran Choudhury tentang

Ekonomi Islam

3. Konsep Tauhid dan Pendekatannya Dalam Ekonomi

Menurut Choudhury

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Urgensi Keberlanjutan Ekonomi Berlandaskan Tauhid

Menurut Tinjauan Pemikiran Masudul Alam Choudhury

B. Implementasi Konsep Tauhid dalam Upaya

Mengoptimalkan Keberlanjutan Ekonomi Berlandaskan

Tauhid

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

56

56

59

60

62

68

76

77

79

Page 10: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini dunia mengalami multi krisis dan selalu dihantui oleh ancaman

krisis ekonomi global. Tidak hanya itu, peradaban dunia juga menghadapi dilema

yang serius terkait dengan pola perilaku ekonomi umat manusia tak ramah

lingkungan dalam mengeksploitasi sumber daya alam tak terbarukan yang terus

memperburuk degradasi sumber alam, sumber daya energi, lingkungan dan

sumber daya pangan. Ancaman perubahan iklim dan pemanasan global kian

mengurangi sustainabilitas bumi dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan

umat manusia.1

Perubahan perilaku manusia sangat penting untuk mencapai sustainabilitas

tersebut. Ekonomi merupakan alat penting dalam pembuatan kebijakan sosial

serta perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Ekonomi juga merupakan alat untuk memberikan informasi tentang pilihan biaya

dan manfaat dari berbagai tindakan yang diputuskan beserta pengukuran hasilnya.

Untuk itu diperlukan suatu paradigma ilmu ekonomi baru yang lebih peduli

dengan keberlanjutan berlangsungnya hidup manusia mulai dari sekarang dan

yang akan datang untuk anak cucu kita, demi peningkatan kualitas kehidupan

manusia.

1 Hayu S. Prabowo, “Pengembangan Pemikiran Ekonomi Islam dalam Perlindungan

Lingkungan Hidup: Adopsi Pemikiran Green Economy”: 28 Paper Confrence The 1st

Islamic Economics and Finance Research Forum: New Era of Indonesian Islamic Economics and Finance, 21-22 November 2012 (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2012), h.51.

Page 11: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

2

Allah SWT berfirman:

Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu

berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. Al-Baqarah

[2]:60)

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah

kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (QS al-

Syuara’ [26]:183)

Ayat di atas menyatakan bahwa dalam mencari dan menjalankan

kehidupan kita dilarang merusak lingkungan yang merugikan orang lain.

Sayangnya, dalam perkembangannya kajian ekonomi yang didasarkan pada

persaingan telah menyebabkan percepatan kerusakan lingkungan serta

mengakibatkan melebarnya kesenjangan antara kaya dan miskin yang

menimbulkan ketegangan dan konflik sosial. Ekonomi neoklasik ―merasa‖ telah

mampu mengatasi kelangkaan sumberdaya alam dengan kemajuan teknologi yang

terus menerus. Tetapi suka atau tidak, sistem ekonomi tidak akan pernah mampu

keluar dari ekosistem. Aturan yang mengatur dinamika ekosistem, dimana

berlangsungnya aktivitas manusia, pada akhirnya merupakan fungsi dari hukum

biologi, bukan fungsi dari sistem ekonomi yang diciptakan manusia.2

Lingkungan hidup mempunyai keterbatasan daya dukung dan daya

tampung yang harus terus menerus dijaga agar dapat menjaga keberlangsungan

kehidupan. Sistem ekonomi yang diinginkan adalah dapat menjaga keseimbangan

aspek "pelestarian lingkungan‖ dan ―pertumbuhan ekonomi‖, yaitu (i) model

pendekatan pembangunan ekonomi yang tidak lagi berbasis eksploitasi sumber

2 Ibid., h.52.

Page 12: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

3

daya alam dan lingkungan hidup yang berlebihan, (ii) meninggalkan praktik-

praktik ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek dengan

menggerakkan perekonomian yang rendah karbon dan (iii) menjawab

ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem serta dampak negatif akibat

aktivitas ekonomi termasuk perubahan iklim dan pemanasan global.3

Umat muslim Indonesia sebagai potensi terbesar bangsa yang seharusnya

menjadi subyek sekaligus obyek gerakan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dan sumber daya alam demi keberlanjutan ekonomi itu sendiri,

justru masih kurang sadar akan hak serta kewajibannya. Oleh karena itu, ekonomi

Islam harus dikembangkan agar dapat berperan dalam menghadapi dan menangani

permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan sekaligus.

Seiring dengan perkembangan masyarakat maka kebutuhan akan sumber

daya alam untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi manusia semakin meningkat.

Keberadaan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi manusia ini

bukan saja menjadi terbatas karena memang kurangnya inovasi manusia dalam

mengolah sumber daya yang bersifat alternatif tetapi juga adanya perilaku

ekslploitasi manusia yang berlebihan dan tidak menghiraukan aturan moral etika,

sehingga penggunaan sumberdaya yang ada tidak terkontrol dengan baik dan

cenderung mengakibatkan kerugian bagi manusia itu sendiri.

Pembangunan ekonomi ―tidak harus bermakna‖ mengejar pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan dapat saja merupakan keharusan tetapi tidak cukup.

Informasi GNP atau GDP hanya menangkap barang dan jasa yang ada pasarnya,

3 Ibid., h.53.

Page 13: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

4

sedangkan banyak barang dan jasa yang sangat menentukan kesejahteraan

manusia tidak terdaftar di pasar. Pembangunan berkepentingan dengan

pemerataan dan perubahan struktur yang tidak mungkin teratasi hanya dengan

memanipulasi pertumbuhan. Sisi lain, indikator pertumbuhan ekonomi seperti

GNP atau GDP, dan tingkat inflasi tidak diiringi dengan informasi tentang nilai

susutnya sumber daya alam (deplesi) dan rusaknya serta tercemarnya lingkungan

(degradasi)4.

Ismawan mengutip ―Willem Hogendijk telah menunjukkan kesalahan fatal

mengenai terminologi ―pertumbuhan ekonomi‖ (economic growth).‖ Menurut

pemikiran Hogendijk, istilah ―pertumuhan ekonomi‖ seperti yang dinomorsatukan

oleh kebanyakan rezim di dunia, sebetulnya dalah ―pertumbuhan produksi‖.

Dengan aktivitas produksi, perekonomian sesungguhnya tidak sedang

berkembang, sebab sumber daya alam yang bersifat langka di bumi ini kian

menyusut. Padahal besarnya penyusutan atau depresiasi terhadap persediaan

barang-barang langka tersebut tidak dicatat dalam neraca pertumbuhan ekonomi. 5

Pertumbuhan ekonomi hanya terjadi apabila kita berhasil memenuhi lebih

banyak kebutuhan (needs) kebutuhan masyarakat – bukan keinginan (wants) dari

pemilik modal – melalui penyediaan barang langka sesuai dengan periode

sebelumnya. Dengan logika pemikiran ini, mungkin saja ―pertumbuhan produksi‖

meningkat, akan tetapi pertumbuhan ekonomi justru menurun. Di titik inilah

4 LPPM UGM, "Pentingnya Green Economy di Tengah Ancaman Krisis Ekonomi Global",

artikel di akses pada 18 agustus 2014 dari http://lppm.ugm.ac.id/lppm-highlights/212. 5 Ismawan I, "Resiko Ekologis di Balik Pertumbuhan Ekonomi", dalam Hayu S. Prabowo,

Pengembangan Pemikiran Ekonomi Islam dalam Perlindungan Lingkungan Hidup (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2012), h.58.

Page 14: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

5

konsep pertumbuhan yang berkelanjutan – atau yang populer dengan istilah

sustainable growth – terjebak dalam jaring kenihilan.

Soedomo menjelaskan definisi umum tentang pembangunan berkelanjutan

yaitu sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa

mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Pembangunan berkelanjutan dapat dibagi dua sebagai

berikut:

1. Keberkelanjutan lemah: Jika pembangunan tidak mengalami penurunan dari

generasi ke generasi. Substitusibilitas antara kapital alam dan kapital buatan

dianggap dapat berlangsung sempurna. Saat ini, penafsiran keberlanjutan

lemah ini merupakan penafsiran keberlanjutan yang dominan.

2. Keberkelanjutan kuat: Substitusibilitas antara kapital alam dan kapital buatan

adalah terbatas. Kedua kapital dipandang sebagai komplemen – keduanya

harus digunakan bersama agar produktif. Pendekatan keberkelanjutan kuat

berimplikasi pada batas skala ekonomi makro. Sistem ekonomi tidak dapat

tumbuh di luar batas yang ditetapkan oleh kapasitas regenerasi dan

penyerapan limbah oleh ekosistem.6

Perilaku manusia dalam menjalankan aktivitas ekonominya di dunia ini

cenderung bersifat rakus dan merusak sumber daya yang tersedia di alam dengan

hanya menuruti nafsu pemenuhan kebutuhan ekonomi berdasarkan keuntungan-

keuntungan yang bersifat individual ataupun kelompok saja tanpa menghiraukan

6 Soedomo, S, "Ekonomi Hijau: Pendekatan Sosial, Kultural, dan Teknologi." dalam Hayu

S. Prabowo, Pengembangan Pemikiran Ekonomi Islam dalam Perlindungan Lingkungan Hidup (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2012), h.58-59.

Page 15: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

6

dampaknya terhadap kondisi alam itu sendiri dan juga tentunya keberlangsungan

hidup generasi manusia selanjutnya di masa sekarang dan yang akan datang.

Hal tersebut berlangsung secara terus-menerus sampai saat sekarang ini,

tanpa disertai adanya kesadaran individual maupun institusional untuk

meminimalisir perilaku buruk tersebut dalam menjalankan aktivitas ekonominya

baik dalam lingkup ekonomi rumah tangga atau perusahaan, mikro ataupun

makro, dalam segi kegiatan produksi, distribusi maupun konsumsi. Sehingga

dapat terwujudkan suatu optimalisasi ekonomi yang seimbang dan merata serta

memiliki tingkat keberlanjutan (sustainabilitas) yang tinggi tanpa dikhawatirkan

lagi adanya krisis-krisis lain yang disebabkan oleh kurangnya sumber daya yang

tersedia, karena perilaku manusia itu sendiri yang cenderung mengeksploitasi dan

kurang memaksimalkan inovasi terhadap penggunaan sumberdaya lain yang

bersifat alternatif sebagai upaya untuk penghematan bagi keberlangsungan

ekonomi manusia secara jangka panjang selama hidup di dunia ini.

Keberlanjutan ekonomi (sustainabilitas) sangat urgen bagi proses

keberlangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Kebutuhan manusia akan

pangan, sandang maupun papan terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga

dibutuhkan adanya kontrol yang sifatnya menyeluruh terhadap segala proses

pengelolaan, penyaluran dan penggunaan sumber daya ekonomi manusia tersebut

agar tidak terjadi ketimpangan dan kerusakan yang merugikan manusia sendiri.

Kesadaran akan setiap individu merupakan dasar paling penting bagi

terbentuknya sistem ekonomi yang berkelanjutan, dan tentu saja kesadaran untuk

membangun sistem yang berkelanjutan itu hanya dapat diciptakan oleh adanya

Page 16: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

7

suatu keyakinan dan pola pikir yang meresap dalam setiap individu manusia serta

teraplikasikan dengan baik dalam kehidupan.

Islam dalam ajarannya telah menawarkan suatu sistem yang sangat

paripurna bagi keberlangsungan hidup manusia di dunia juga bahkan kehidupan

setelahnya di akhirat. Adanya doktrin akan keyakinan manusia terhadap adanya

Allah SWT sebagai tuhan manusia yang satu harus senantiasa tertanam dalam hati

sanubari untuk kemudian dapat meresap dalam jiwa masing-masing individu

untuk dapat terus taat dan patuh terhadap aturan-aturan baik perintah maupun

larangan-Nya sehingga tumbuh rasa takut dalam diri manusia terhadap keesaan

tuhannya yang kemudian istilah ini dalam islam dikenal dengan istilah tauhid.

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tauhid merupakan kata

benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.

Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada-yuwahhidu.

Secara etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah

SWT adalah esa, tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid

yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu ―keesaan Allah‖ mentauhidkan

berarti ―mengakui akan keesaan Allah, mengesakan Allah‖.7

Tauhid merupakan unsur utama yang mengikat manusia dengan tuhannya

agar menjadi pribadi yang sesuai dengan kodrat penciptaannya. Implikasinya

adalah timbulnya perilaku (moral dan etika) manusia yang hanya patuh dan takut

kepada keesaan Allah SWT yang merupakan satu-satunya pencipta alam semesta

dimana di dalamnya terdapat sumber-sumber ekonomi dan kekayaan bagi

7 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.1.

Page 17: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

8

manusia, yang mana dapat diketahui bahwa Sang Penciptalah yang mengetahui

kebaikan dan kesesuaian bagi apa saja yang diciptakan-Nya termasuk manusia

dan segala sumber daya untuk pemenuhan kebutuhannya di dunia termasuk

kebutuhan akan ekonomi dalam kehidupan.

Merujuk pada uraian di atas, maka dalam penelitin ini penulis akan

meneliti tentang ―Urgensi Keberlanjutan Ekonomi Berlandaskan Tauhid Menurut

Pemikiran Choudhury.‖

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai

berikut:

1. Kurangnya penerapan konsep keberlanjutan ekonomi berlandaskan tauhid

(moral dan etika) yang telah ada sejak zaman dahulu dan menjadi dasar

pijakan sistem ekonomi islam.

2. Belum adanya kesadaran bagi para pelaku dan pemangku kepentingan di

bidang ekonomi bahwa pentingnya landasan tauhid bagi terwujudnya

keberlanjutan ekonomi yang optimal.

C. Pembatasan Masalah

Konsep berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana namun

kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multi-dimensi dan multi-

interpretasi. Karena adanya multi-dimensi dan multi-interpretasi ini, para ahli

sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh

Page 18: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

9

Komisi Brundtland yang menyatakan bahwa ―pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka‖ (Fauzi,

2004). Namun dari uraian tersebut penulis membatasi konsep keberlanjutan lebih

kepada konsep keberlanjutan ekonomi.

Keberlanjutan ekonomi yang dalam hal ini diartikan sebagai pembangunan

yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara

keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan

sektoral, memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi

sumberdaya alam dan fungsi sistem yang mampu mencapai kesetaraan dan

pemerataan di bidang ekonomi (Haris:2000 dalam Fauzi:2004 ).

Dari beberapa permasalahan yang ada terkait keberlanjutan ekonomi ini

penulis melihat ada beberapa solusi yang ditawarkan Islam dan telah dijelaskan

oleh ulama dan cendekiawan muslim berupa konsep tauhid yang mencakup moral

dan etika yang dapat mengendalikan dan mengawasi pola perilaku manusia yang

merupakan pelaku utama dalam kegiatan ekonomi dalam kehidupan.

Agar penelitian ini lebih terarah dan fokus, maka masalah-masalah dalam

penelitian ini dibatasi hanya pada masalah keberlanjutan ekonomi dan landasan

tauhid (moral dan etika) berdasarkan tinjauan pemikiran Choudhury.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

Page 19: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

10

1. Bagaimana tingkat Urgensi Keberlanjutan ekonomi berlandaskan tauhid (moral

dan Etika) berdasarkan tinjauan pemikiran Choudhury?

2. Bagaimana penerapan konsep tauhid dalam menciptakan optimalisasi

keberlanjutan ekonomi berdasarkan tinjauan pemikiran Choudhury?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menawarkan konsep tauhid (moral dan etika)

menurut tinjauan pemikiran Choudhury sebagai strategi bagi keberlanjutan

ekonomi, yaitu dalam rangka memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka

di masa yang akan datang. Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat

menambah khazanah keilmuan terkait pengembangan ekonomi islam dan dapat

diimplementasikan dalam kehidupan manusia, khususnya dalam lingkup kegiatan

ekonomi terkait penghimpunan dan penyaluran dana pada dunia perbankan

syariah. Sehingga terlaksananya tujuan dasar ekonomi islam yaitu yang bersumber

pada tauhid dan terciptanya keseimbangan, kesejahteraan juga pemerataan

ekonomi dari generasi ke generasi secara berkelanjutan.

Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai tinjauan Ekonomi

Islam terhadap konsep keberlanjutan ekonomi (sustainable economy) serta

dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat untuk

menindaklanjuti hasil penelitian ini.

Page 20: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

11

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

serta menjadi bahan masukan bagi para pelaku ekonomi khususnya para

pengambil kebijakan untuk selalu mempertimbangkan aspek moral dan etika

yang tercakup di dalam konsep tauhid setiap kali mengambil keputusan.

3. Bagi penulis pribadi, hasil penelitian ini selain dapat memenuhi persyaratan

untuk meraih gelar sarjana ekonomi syariah juga sebagai sarana menambah

wawasan dalam konsep pendidikan ekonomi islam juga tauhid yang berguna

dalam kehidupan nantinya.

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:8

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis library research yaitu mengumpulkan

bahan dengan membaca buku-buku, jurnal dan bentuk-bentuk bahan lain atau

yang lazim disebut dengan penyelidikan kepustakaan (library research) adalah

salah satu jenis penelitian melalui perpustakaan.9 Dengan data dan cara analisa

kualitatif, dengan mendeskripsikan dan menganalisa objek penelitian yaitu

membaca dan menelaah berbagai sumber yang relevan dan berkaitan dengan

topik. Untuk kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan

yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

8 Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian atau metodologi research adalah ilmu

yang memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, cet. 5, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991), h. 24.

9 Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h.42.

Page 21: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

12

2. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif yang

diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer dan sumber

sekunder. Dalam penulisan ini sumber data primer yang digunakan adalah

beberapa karya Masudul Alam Choudhury seperti buku-buku, jurnal, artikel

ilmiah dan pendapat-pendapatnya terkait tema yang penulis bahas.

Sedangkan sumber data sekundernya adalah berbagai tulisan yang

berkaitan dengan penulisan ini, baik langsung maupun tidak langsung yaitu dari

beberapa kitab atau buku yang relevan dengan judul tulisan ini.

3. Teknik Pengambilan Data

Di dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan

dengan menggunakan teknik studi pustaka, yang dalam hal ini adalah buku, jurnal

dan artikel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa teknik

dokumentasi atau studi dokumenter,10

yaitu dengan meneliti sejumlah

kepustakaan (library research), kemudian memilah-milahnya dengan

memprioritaskan karya-karya yang telah teruji kebenarannya.

10

Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. 12, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 206.

Page 22: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

13

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, 11

peneliti menggunakan analisis data kualitatif,

yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.12

Sebagai pendekatannya, digunakan metode deskriptif analisis, yaitu

menggambarkan dan menganalisis pandangan pemikiran MA. Choudhury tentang

landasan ekonomi yang ditawarkan Islam berdasarkan konsep tauhid, dan

aktualisasi pendapat Choudhury terhadap keberlanjutan ekonomi berdasarkan

konsep tauhid yang mengandung nilai moral, etika dan spiritual. Oleh karena studi

tokoh, maka digunakan pula metode content analysis yaitu teknik mengumpulkan

dan menganalisis isi suatu teks. Content menjelaskan arti, lambang, gambar, ide,

tema atau apapun pesan yang dapat dikomunikasikan.13

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini merujuk pada buku pedoman penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan

oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012.14

11

Menurut Moh. Nazir, Analisa adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cet. 4, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 419.

12 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Cet. 3, (Jakarta: PT. Raja Grrafindo

Persada, 1995), h.134. Lihat juga Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 14, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h.2. Lihat juga Koencaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet.14, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1970), h. 269.

13 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1991), h. 69. 14

Tim Penyusun FSH, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet. Ke-1, (Jakarta: UIN Press, 2012).

Page 23: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

14

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan, penulis membagi skripsi ini menjadi

beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub bab yang masing-masing

menampakkan karakteristik yang berbeda namun tetap dalam satu kesatuan tak

terpisah.

Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum dari

keseluruhan penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

review studi terdahulu, kajian pustaka dan kerangka teori, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab kedua berisi tinjauan umum tentang teori pembangunan berkelanjutan

dan keberlanjutan di bidang ekonomi, pengertian, prinsip-prinsip, sistem ekonomi

islam dan konsep tauhid, perbedaan antara pandangan konvensional dan Islam

dalam sistem ekonomi.

Bab ketiga berisi pendapat-pendapat Choudhury terkait sisem ekonomi

dan keberlanjutan ekonomi yang meliputi biografi MA. Choudhury, pendidikan

dan karya-karyanya, pendapatnya tentang sistem ekonomi dan juga mencapai

keberlanjutan ekonomi berdasarkan konsep tauhid (prinsip dasar ajaran ekonomi

islam berdasarkan konsep tauhid, landasan ekonomi tauhid, pembentukan karakter

pelaku ekonomi berdasarkan tauhid.

Bab keempat berisi analisis pendapat Choudhury tentang tingkat urgensi

hubungan ekonomi yang berlandaskan tauhid dalam mencapai optimalisasi

Page 24: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

15

keberlanjutan bidang ekonomi dan aktualisasinya dengan keadaan ekonomi

Indonesia dan dunia saat ini

Bab kelima berisi penutup, kesimpulan dan saran yang relevan dengan

penelitian ini.

Page 25: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum tentang Teori Pembangunan Berkelanjutan bidang

Ekonomi

1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan dan Keberlanjutan Ekonomi

Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim, 1990) bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi

manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk

mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa

mendatang. Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih

berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria

yaitu: (1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of

natural resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3)

Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable

resource.

Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran

pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:

a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi

(intergeneration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya

alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas

Page 26: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

17

yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta

diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan

serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

b. Safe guarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam

dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan

ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi

generasi yang akan datang.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam semata untuk

kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan

pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar

generasi.

d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan

baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal)

e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya

alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang

ataupun lestari antar generasi.

f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai

dengan habitatnya.15

Dari sisi ekonomi Fauzi (2004) setidaknya ada tiga alasan utama mengapa

pembangunan ekonomi harus berkelanjutan. Pertama menyangkut alasan moral,

15

Sutamihardja, “Perubahan Lingkungan Global”, dalam Askar Jaya, ed., Konsep Pembangunan Berkelanjutan: Pengantar Falsafah Sains Program S3 (Bogor: IPB, 2004), h.3.

Page 27: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

18

generasi kini menikmati barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam

dan lingkungan sehingga secara moral perlu untuk memperhatikan ketersediaan

sumber daya alam tersebut untuk generasi mendatang. Kewajiban moral tersebut

mencakup tidak mengekstraksi sumberdaya alam yang dapat merusak lingkungan,

yang dapat menghilangkan kesempatan bagi generasi mendatang untuk menikmati

layanan yang sama. Kedua, menyangkut alasan ekologi, keanekaragaman hayati

misalnya, memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas

ekonomi semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam

dan lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi.

Faktor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatikan aspek keberlanjutan

adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi

perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau

belum memenuhi kriteria keberlanjutan, seperti kita ketahui, bahwa dimensi

ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek

keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan

antargenerasi (intergeneration welfare maximization).16

Sutamihardja (2004), dalam konsep pembangunan berkelanjutan, tabrakan

kebijakan yang mungkin dapat terjadi antara kebutuhan menggali sumberdaya

alam untuk memerangi kemiskinan dan kebutuhan mencegah terjadinya degradasi

lingkungan perlu dihindari serta sejauh mungkin dapat berjalan secara berimbang.

16

Fauzi. A., “Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi”, dalam Askar Jaya, ed., Konsep Pembangunan Berkelanjutan: Pengantar Falsafah Sains Program S3 (Bogor: IPB, 2004), h.3.

Page 28: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

19

Pembangunan berkelanjutan juga mengharuskan pemenuhan kebutuhan

dasar bagi masyarakat dan adanya kesempatan yang luas kepada warga

masyarakat untuk mengejar cita-cita akan kehidupan yang lebih baik dengan tanpa

mengorbankan generasi yang akan datang.

Pengembangan konsep pembangunan yang berkelanjutan perlu

mempertimbangkan kebutuhan yang wajar secara sosial dan kultural,

menyebarluaskan nilai-nilai yang menciptakan standar konsumsi yang berbeda

dalam batas kemampuan lingkungan, serta secara wajar semua orang mampu

mencita-citakannya. Namun demikian ada kecenderungan bahwa pemenuhan

kebutuhan tersebut akan tergantung pada kebutuhan dalam mewujudkan

pertumbuhan ekonomi ataupun kebutuhan produksi pada skala maksimum.

Pembangunan berkelanjutan jelas mensyaratkan pertumbuhan ekonomi di

tempat yang kebutuhan utamanya belum bisa konsisten dengan pertumbuhan

ekonomi, asalkan isi pertumbuhan mencerminkan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Akan tetapi kenyataannya aktivitas produksi yang tinggi dapat saja terjadi

bersamaan dengan kemelaratan yang tersebar luas. Kondisi ini dapat

membahayakan lingkungan, jadi pembangunan berkelanjutan masyarakat akan

terpenuhi kebutuhannya dengan cara meningkatkan potensi produksi mereka dan

sekaligus menjamin kesempatan yang sama semua orang.17

Bagaimana cara hal ini dapat dilakukan? Pemerintah tentunya memerlukan

suatu strategi kebijakan yang realistis dan dapat dilaksanakan disertai dengan

17

Askar Jaya, Konsep Pembangunan Berkelanjutan, Makalah Program S3 Pengantar Falsafah Sains (Bogor: IPB, 2004), h.4.

Page 29: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

20

sistem pengendalian yang tepat. Eksploitasi sumber daya alam disarankan

sebaiknya pada sumber daya alam yang replaceable atau tergantikan sehingga

ekosistem atau sistem lingkungan dapat dipertahankan.

2. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Memang diakui bahwa konsep keberlanjutan merupakan konsep yang

sederhana namun kompleks, sehingga pengertian keberlanjutanpun sangat

multidimensi dan multi-interpretasi. Menurut Heal (Fauzi, 2004) konsep

keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi: Pertama adalah dimensi

waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa

yang akan datang. Kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan

sistem sumberdaya alam dan lingkungan.18

Pezzey (1992) melihat aspek keberlanjutan dari sisi yang berbeda. Dia

melihat bahwa keberlanjutan memiliki pengertian statik dan dinamik.

Keberlanjutan dari sisi statik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam

terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dari sisi

dinamik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan

dengan tingkat teknologi yang terus berubah.

Karena adanya multidimensi dan multi-interpretasi ini, maka para ahli

sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh komisi

Brundtland yang menyatakan bahwa ―Pembangunan berkelanjutan adalah

18

Ibid., h.4.

Page 30: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

21

pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.‖

Ada dua hal yang secara implisit menjadi perhatian dalam konsep

Brundtland tersebut. Pertama, menyangkut pentingnya memperhatikan kendala

sumberdaya alam dan lingkungan terhadap pola pembangunan dan konsumsi.

Kedua, menyangkut perhatian pada kesejahteraan (well being) generasi

mendatang. Hall (1998) menyatakan bahwa asumsi keberlanjutan paling tidak

terletak pada tiga aksioma dasar; (1) Perlakuan masa kini dan masa mendatang

yang menempatkan nilai positif dalam jangka panjang; (2) Menyadari bahwa aset

lingkungan memberikan kontribusi terhadap economic well-being, (3)

Mengetahui kendala akibat implikasi yang timbul pada asset lingkungan.

Konsep ini dirasakan masih sangat normatif sehingga aspek operasional

dari konsep keberlanjutan ini pun banyak mengalami kendala. Perman et.al,

(1997) mencoba mengelaborasikan lebih lanjut konsep keberlanjutan ini dengan

mengajukaan lima alternatif pengertian : (1) Suatu kondisi dikatakan

keberlanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh masyarakat tidak

berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun sepanjang waktu (non-

declining consumption), (2) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya

alam dikelola sedemikian rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa

mendatang, (3) Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam (natural

capital stock) tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining) (4) Keberlanjutan

adalah kondisi di mana sumber daya alam dikelola untuk mempertahankan

Page 31: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

22

produksi jasa sumber daya alam, dan (5) Keberlanjutan adalah adanya kondisi

keseimbangan dan daya tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.

Senada dengan pemahaman di atas, Daly (1990) menambahkan beberapa

aspek mengenai definisi operasional pembangunan berkelanjutan, antara lain:

- Untuk sumber daya alam yang terbarukan : laju pemanenan harus sama

dengan laju generasi (produksi lestari)

- Untuk masalah lingkungan: laju pembuangan limbah harus setara dengan

kapasitas asimilasi lingkungan.

- Sumber energi yang tidak terbarukan harus di eksploitasi secara

quasisustainable, yakni mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan

energi substitusi.

Selain definisi operasional di atas, Haris (2000) melihat bahwa konsep

keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, (1) keberlanjutan

ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang

dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan

menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi

pertanian dan industri. (2) keberlanjutan lingkungan: Sistem keberlanjutan secara

lingkungan harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari

eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga

menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara dan

fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.

(3) Keberlanjutan sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang

Page 32: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

23

mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan,

pendidikan, gender dan akuntabilitas politik.

a. Strategi Pembangunan Berkelanjutan

Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari

setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen

yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi

dan perspektif jangka panjang.19

1) Pembangunan Yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial

Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus

dilandasi hal-hal seperti: meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi,

meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai

dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal

yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan

tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan

adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin

semakin melebar, walaupun pemerataan di banyak negara sudah meningkat.

Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan

berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat

dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan

generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam

memenuhi kebutuhannya.

19

Ibid., h.5.

Page 33: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

24

2) Pembangunan Yang Menghargai Keanekaragaman

Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan

bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan

masa datang. Keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan

ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan

yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi

berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

3) Pembangunan Yang Menggunakan Pendekatan Integratif

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia

dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau

merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang kompleksnya

keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan

pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan

konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan

tantangan utama dalam kelembagaan.

4) Pembangunan Yang Meminta Perspektif Jangka Panjang

Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi

pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini.

Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda

dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang

adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka

Page 34: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

25

jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh

karena itu perlu dipertimbangkan.20

B. Pandangan Umum tentang Sistem Ekonomi Islam dan Perbedaannya

dengan Konvensional

1. Pengertian Sistem Ekonomi Islam

Sistem ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam

praktek (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga,

kelompok masyarakat maupun pemerintah/penguasa dalam rangka

mengorganisasi faktor produksi, distribusi dan pemanfaatan barang dan jasa yang

dihasilkan tunduk dalam peraturan/perundang-undangan Islam (Sunnatullah).21

Apabila dalam ekonomi konvensional motif aktivitas ekonominya lebih

kepada pemenuhan keinginan (wants) individu manusia yang tak terbatas dengan

menggunakan faktor-faktor produksi yang terbatas. Akibatnya, masalah utama

ekonomi konvensional adalah kelangkaan (scarcity) dan pilihan (choices). Maka

dalam sistem ekonomi Islam, motif aktivitas ekonomi lebih diarahkan pada

pemenuhan kebutuhan dasar (needs) yang tentu ada batasnya, meskipun bersifat

dinamis sesuai tingkat ekonomi masyarakat pada saat itu.22

Sementara itu, dari berbagai ayat Al-Qur‘an (seperti pada surat

Lukman:20, An-Nahl:5 dan 11, dan An Najm:48), ditegaskan bahwa segala yang

20

Ibid., h.6 21

Sahrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h.14 22

Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), h.4.

Page 35: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

26

ada di langit dan di bumi akan dapat mencukupi kebutuhan manusia. Selain itu,

kepuasan dalam Islam tidak hanya terbatas pada benda-benda konkrit (materi),

tetapi juga tergantung pada sesuatu yang bersifat abstrak, seperti amal saleh yang

dilakukan manusia. Oleh karena itu, perilaku ekonomi dalam Islam tidak

didominasi oleh nilai alami yang dimiliki oleh setiap individu manusia, tetapi ada

nilai di luar diri manusia yang kemudian membentuk perilaku ekonomi mereka,

yaitu Islam itu sendiri yang diyakini sebagai tuntunan utama dalam hidup dan

kehidupan manusia. Jadi, perilaku ekonomi dalam Islam cenderung mendorong

keinginan pelaku ekonomi sama dengan kebutuhannya, yang dapat direalisasi

dengan adanya nilai dan norma dalam akidah dan akhlak Islam.

Dengan demikian, ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari

segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan

memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia-akhirat). Perilaku manusia

di sini berkaitan dengan landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku

dan kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal tersebut

berinteraksi dengan porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah

mekanisme ekonomi yang khas dengan dasar-dasar nilai ilahiah. Akibatnya,

masalah ekonomi dalam Islam adalah masalah menjamin berputarnya harta di

antara manusia agar dapat memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah

untuk mencapai falah di dunia dan akhirat (hereafter). Hal ini berarti bahwa

aktivitas ekonomi dalam Islam adalah aktifitas kolektif, bukan individual.23

23

Ibid., h.5.

Page 36: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

27

Selanjutnya, prinsip-prinsip ekonomi Islam yang sering disebut dalam

berbagai literatur ekonomi Islam dapat dirangkum menjadi lima hal.

Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah (abstain from wasteful and luxurious

living);

Menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible conduct);

Implementasi Zakat (Implementation of zakat);

Penghapusan/pelarangan Riba (prohibition of riba); dan

Pelarangan Maysir (judi/spekulasi).

Berdasarkan penjelasan di atas sistem ekonomi Islam berbeda dengan

sistem ekonomi konvensional. Sesuai dengan paradigma ini, ekonomi dalam

Islam tak lebih dari sebuah aktivitas Ibadah dari rangkaian ibadah pada setiap

jenis aktivitas hidup manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketika ada istilah

ekonomi Islam, yang berarti beraktivitas ekonomi menggunakan aturan dan

prinsip Islam, dalam aktivitas ekonomi manusia, maka ia merupakan ibadah

manusia dalam berekonomi. Dalam Islam tidak ada sisi kehidupan manusia yang

tidak ada nilai ibadahnya, sehingga tidak ada sisi hidup dan kehidupan manusia

yang tidak diatur dalam Islam.24

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku..”(Adz Dzariyat: 56)

24

Ibid., h.6.

Page 37: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

28

2. Landasan dan Prinsip-Prinsip Sistem Ekonomi Islam

Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada

ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu

Al-Qur‘an, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini

merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam yang komprehensif dan

telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran yang sempurna sebagaimana firman

Allah dalam Al-qur‘an surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-

cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.

Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-maidah:

3).”

Walaupun pemikiran para pakar tentang ekonomi islami terbagi-bagi ke

dalam tiga mazhab tersebut, namun pada dasarnya mereka setuju dengan prinsip-

prinsip umum yang mendasarinya. Prinsip-prinsip ini membentuk keseluruhan

kerangka ekonomi islami, bangunan ekonomi islami tersebut didasarkan atas lima

nilai universal, yakni: Tauhid (keimanan), ‗Adl (keadilan), Nubuwwah

(kenabian), khilafah (pemerintahan), dan Ma‘ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi

dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi

islami.25

Namun, teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi sistem, akan

menjadikan ekonomi islami hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa memberi

dampak pada kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, dari kelima nilai-nilai

25

Ibid., h.6-7.

Page 38: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

29

universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri dan

cikal, akan menjadikan ekonomi islami hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa

memberi dampak pada kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, dari kelima nilai-

nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri

dan cikal bakal sistem ekonomi islami. Ketiga prinsip derivatif itu adalah

multitype ownership, freedom to act, dan social justice.

Di atas semua nilai dan prinsip yang telah diuraikan di atas, dibangunlah

bakal sistem ekonomi islami. Ketiga prinsip derivatif itu adalah multitype

ownership, freedom to act, dan social justice.

Di atas semua nilai dan prinsip yang telah diuraikan di atas, dibangunlah

konsep konsep yang memayungi kesemuanya, yakni konsep yang memayungi

kesemuanya, yakni konsep akhlak. Akhlak menempati posisi puncak, karena

inilah yang menjadi tujuan islam dan dakwah para Nabi, yakni untuk

menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi panduan para

pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.

a. Tauhid (Keesaan Tuhan)

Tauhid merupakan fondasi ajaran islam. Dengan tauhid, manusia

menyaksikan bahwa ―tiada sesuatupun yang layak disembah selain Allah‖, dan

―tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah‖26

karena Allah

adalah pencipta alam semesta dan isinya27

dan sekaligus pemiliknya, termasuk

26

QS 2:107, 5:17,120, 24:33 27

QS 6:1-3

Page 39: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

30

pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada. Oleh karena itu, Allah adalah

pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk ―memiliki‖ untuk sementara

waktu, sebagai ujian bagi mereka. Dalam islam, segala sesuatu yang ada tidak

diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.28

Tujuan diciptakannya manusia

adalah untuk beribadah kepada-Nya.29

Karena itu segala aktivitas manusia dalam

hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia (mu‘amalah) dibingkai

dengan kerangka hubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya kita akan

mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, termasuk aktivitas ekonomi dan

bisnis.

b. ‘Adl (Keadilan)

Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil.

Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara zalim.

Manusia sebagai khalifah di muka bumi30

harus memelihara hukum Allah di

bumi, dan menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya diarahkan untuk

kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya secara adil

dan baik.

Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil.31

Dalam Islam adil didefinisikan sebagai ―tidak menzalimi dan tidak dizalimi.‖

Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan

untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau

28

QS 23:115 29

QS 51:56 30

QS 2:30 31

QS 49:9, 60:8, 5:42, 31:17, 3:104, 8:73, 8:25

Page 40: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

31

merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkelompok-kelompok dalam

berbagai golongan. Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain,

sehingga terjadi eksploitasi manusia atas manusia.32

Masing-masing berusaha

mendapatkan hasil yang lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya karena

kerakusannya.33

c. Nubuwwah (Kenabian)

Karena rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan

begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu diutuslah para nabi

dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang

bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk

kembali (taubah) ke asal-muasal segala, Allah. Fungsi rasul adalah untuk menjadi

model terbaik yang harus diteladani manusia agar mendapat keselamatan di dunia

dan akhirat.34

Untuk umat muslim, Allah telah mengirimkan ―manusia model‖

yang terakhir dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, Nabi

Muhammad Saw. Sifat-sifat utama sang model yang harus diteladani oleh

manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya, adalah

sebagai berikut:

Siddiq (benar, jujur)

Amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas)

Fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualita)

32

QS 25:20 33

QS 89:20 34

QS 33:21, 59:7, 60:4.

Page 41: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

32

Tabligh (Komunikasi, keterbukaan, pemasaran)

d. Khilafah (Pemerintahan)

Dalam Alquran, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi

khalifah di bumi,35

artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Oleh

karena itu, pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin. Nabi bersabda:

―Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban

terhadap yang dipimpinnya.‖ Ini berlaku bagi semua manusia, baik dia sebagai

individu, kepala keluarga, pemimpin masyarakat atau kepala negara. Nilai ini

mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam islam (siapa memimpin

siapa). Fungsi utamanya adalah agar menjaga keteraturan interaksi (mu‘amalah)

antarkelompok—termasuk dalam bidang ekonomi—agar kekacauan dan keributan

dapat dihilangkan, atau dikurangi. Dalam Alquran: (yaitu) orang-orang yang jika

Kami kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka menyuruh berbuat baik

dan mencegah dari perbuatan jahat.36

Dalam hadits lainnya Nabi bersabda: ―Berakhlaklah kalian seperti akhlak

Allah!‖ akhlak Allah diajarkan kepada manusia lewat al-asma al-husna-Nya

(nama-nam-Nya yang terbaik). Jadi misalnya jika Allah bersifat al-Waliy, maka

implikasi ekonomi dari berakhlak seperti waliy adalah mengelola dan memelihara

sumber daya dengan baik supaya bermanfaat bagi manusia generasi kini sampai

generasi-generasi selanjutnya. Implikasi ekonomi dari berakhlak seperti al-Razzaq

adalah menjamin kecukupan hidup (kebutuhan dasar) bagi semua manusia.

35

QS 2:30. 36

QS 22:41.

Page 42: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

33

Implikasi dari al-Fattah: membuka kesempatan berkarya, menciptakan iklim

bisnis yang sehat, membuka akses manusia terhadap ilmu untuk meningkatkan

kualitas manusia. Implikasi dari al-Wahhab; membangun sistem jaminan sosial

yang tangguh, pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi

masyarakat, pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai bagi masyarakat.

Implikasi sifat al-Malik al-Mulk: menginvestasikan sumber daya secara bijak

supaya membawa manfaat sebesar-besarnya bagi semua. Ini semua merupakan

tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh negara//pemerintah.

Dalam islam, pemerintah memainkan peranan yang kecil, tetapi sangat

penting dalam perekonomian. Peran utamanya adalah untuk menjamin

perekonomian agar berjalan sesuai syariah, dan untuk memastikan supaya tidak

terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia. Semua ini dalam kerangka

mencapai maqashid al-shari‘ah (tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam Al-

Ghazali adalah untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan

melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan manusia.

e. Ma’ad (Hasil)

Walaupun sering kali diterjemahkan sebagai ―kebangkitan‖, tetapi secara

harfiah ma‘ad berarti ―kembali.‖ Karena kita semua akan kembali kepada Allah.37

Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus berlanjut hingga alam setelah

dunia (akhirat). Pandangan dunia yang khas dari seorang muslim tentang dunia

dan akhirat dapat dirumuskan sebagai: ―Dunia adalah ladang akhirat.‖ Artinya,

37

QS 96:8, 86:4, 2:156, 21:93, 23:60.

Page 43: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

34

dunia adalah wahana bagi manusia untuk bekerja dan beraktivitas (beramal saleh).

Namun demikian, akhirat lebih baik daripada dunia,38

karena itu Allah melarang

kita untuk terikat pada dunia,39

sebab jika dibandingkan dengan kesenangan

akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa.40

Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk berjuang.41

Perjuangan ini akan mendapatkan ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat.

Perbuatan baik dibalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat, perbuatan jahat

dibalas dengan hukuman yang setimpal. Karena itu, ma‘ad dartikan juga sebagai

imbalan/ganjaran. Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis

misalnya, diformulasikan oleh Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa

motivasi para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan laba

akhirat. Karena itu konsep profit mendapatkan legitimasi dalam islam.

Prinsip-prinsip Derivatif: Ciri-ciri Sistem Ekonomi Islam

Kelima nilai yang telah diuraikan di atas menjadi dasar inspirasi untuk

menyusun teori-teori dan proposisi ekonomi islami. Seperti sudah dibicarakan di

muka, dari kelima nilai ini kita dapat menurunkan tiga prinsip derivatif yang

menjadi ciri-ciri sistem ekonomi islami. Prinsip derivatif tersebut uraiannya

adalah sebagai berikut.

38

QS 87:17, 13:26, 4:77, 17:21. 39

QS 31:33, 3:185, 6:32, 13:26. 40

QS 9:38, 13:26. 41

QS 90:4.

Page 44: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

35

f. Multitype Ownership (Kepemilikan Multijenis)

Nilai tauhid dan nilai adil melahirkan konsep multitype ownership. Dalam

sistem kapitalis, prinsip umum kepemilikan yang berlaku adalah kepemilikan

swasta. Dalam sistem sosialis, kepemilikan negara. Sedangkan dalam islam,

berlaku prinsip kepemilikan multi jenis, yakni mengakui bermacam-macam

bentuk kepemilikan, baik oleh swasta, negara atau campuran.

Prinsip ini adalah terjemahan dari nilai tauhid: pemilik primer langit, bumi

dan seisinya adalah Allah, sedangkan manusia diberi amanah untuk

mengelolanya. Jadi manusia dianggap sebagai pemilik sekunder. Dengan

demikian, konsep kepemilikan swasta diakui. Namun, untuk menjamin keadilan,

yakni supaya tidak ada proses penzaliman segolongan orang terhadap segolongan

yang lain, maka cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara. Dengan demikian, kepemilikan negara dan

nasionalisasi juga diakui. Sistem kepemilikan campuran juga mendapat tempat

dalam islam, baik campuran swasta-negara, swasta domestik-asing, atau negara-

asing. Semua konsep ini berasal dari filosofi, norma dan nilai-nilai islam.

g. Freedom to act (Kebebasan Bertindak/Berusaha)

Ketika menjelaskan nilai nubuwwah, kita sudah sampai pada kesimpulan

bahwa penerapan nilai ini akan melahirkan pribadi-pribadi yang profesional dan

prestatif dalam segala bidang, termasuk bidang ekonomi dan bisnis. Pelaku-pelaku

ekonomi dan bisnis menjadikan nabi sebagai teladan dan model dalam melakukan

aktivitasnya. Sifat-sifat nabi yang dijadikan model tersebut terrangkum ke dalam

Page 45: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

36

empat sifat utama, yakni siddiq, amanah, fathanah, dan tabligh. Sedapat mungkin

setiap muslim harus dapat menyerap sifat-sifat ini agar menjadi bagian

perilakunya sehari-hari dalam segala aspek kehidupan.

Keempat nilai-nilai nubuwwah ini bila digabungkan dengan nilai keadilan

dan nilai khilafah (good governance) akan melahirkan prinsip freedom to act pada

setiap muslim, khususnya pelaku bisnis dan ekonomi. Freedom to act bagi setiap

individu akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian. Karena itu,

mekanisme pasar adalah keharusan dalam islam, dengan syarat tidak ada distorsi

(proses penzaliman). Potensi distorsi dikurangi dengan penghayatan nilai

keadilan. Penegakan nilai keadilan dalam ekonomi dilakukan dengan melarang

semua mafsadah (segala yang merusak), riba (tambahan yang didapat secara

zalim), gharar (uncertainty, ketdakpastian), tadlis (penipuan), dan maysir

(perjudian, zero sum game: orang mendapat keuntungan dengan merugikan orang

lain). Negara bertugas menyingkirkan atau paling tidak mengurangi market

distortion ini. Dengan demikian, negara /pemerintah bertindak sebagai wasit yang

mengawasi interaksi (mu‘amalah) pelaku-pelaku ekonomi dan bisnis dalam

wilayah kekuasaannya untuk menjamin tidak dilanggarnya syariah, supaya tidak

ada pihak-pihak yang zalim atau terzalimi, sehingga tercipta iklim ekonomi dan

bisnis yang sehat.

h. Social Justice (keadilan sosial)

Gabungan nilai khilafah dan nilai ma‘ad melahirkan prinsip keadilan

sosial. Dalam islam, pemerintah bertanggung jawab menjamin pemenuhan

Page 46: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

37

kebutuhan dasar rakyatnya dan menciptakan keseimbangan sosial antara yang

kaya dan yang miskin.

Semua sistem ekonomi mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan

sistem perekonomian yang adil. Namun tidak semuanya sistem tersebut mampu

dan secara konsisten menciptakan sistem yang adil. Sistem yang baik adalah

sistem yang dengan tegas dan secara konsisten menjalankan prinsip-prinsip

keadilan. Dalam sistem sosialis, keadilan akan terwujud apabila masyarakatnya

dapat menikmati barang dan jasa dengan sama rasa dan sama rata. Sedangkan

dalam sistem kapitalis, adil apabila setiap individu mendapatkan apa yang menjadi

haknya. Dalam kenyataannya, kita sering menemui bahwa dalam sistem sosialis

pun, negara menjadi faktor yang dominan dan dengan dominasinya tersebut para

birokrat dan penguasa menjadi kaum kapitalis di tengah kaum sosialis yang

miskin. Tidak berbeda dengan sistem kapitalis, sistem yang mendasarkan pada

mekanisme pasar ini bercita-cita keadilan dapat ditegakkan, namun kenyataan

mengatakan tidak. Sistem kapitalis justru mendorong terbentuknya industri

korporasi (perekonomian didominasi oleh sebagian kecil orang saja), melegalkan

monopoli (setidaknya sistem kapitalis tidak mempunyai perangkat kebijakan yang

tegas untuk menghilangkan monopoli tersebut) dan sangat mendewakan modal

dengan penghargaan yang berlebihan (cost of fund yang direfleksikan dengan

sistem bunga telah mendorong inefisiensi penggunaan modal; dalam sebuah

Page 47: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

38

survei diketahui bahwa hanya 5% saja sistem keuangan yang disalurkan di sektor

riil).42

Dalam Islam, keadilan diartikan dengan suka sama suka (‗an taraadhiin

minkum) dan satu pihak tidak menzalimi pihak lain (latazlimuna wala tuzlamun).

Islam menganut sistem mekanisme pasar, namun tidak semuanya diserahkan pada

mekanisme harga. Karena segala distorsi yang muncul dalam perekonomian tidak

sepenuhnya dapat diselesaikan, maka islam membolehkan adanya beberapa

intervensi, baik intervensi harga maupun pasar. Selain itu, Islam juga melengkapi

perangkat berupa instrumen kebijakan yang difungsikan untuk mengatasi segala

distorsi yang muncul.43

3. Perbedaan Paradigma Ekonomi Islam Secara Filosofis

Sejauh ini kita telah mengetahui perbedaan-perbedaan yang diametral

antara paradigma yang mendasari ekonomi konvensional dengan paradigma yang

mendasari ekonomi islami. Keduanya tidak mungkin dan tidak akan pernah

mungkin untuk dikompromikan, karena masing-masingnya didasarkan atas

pandangan dunia (weltanschauung) yang berbeda. Ekonomi konvensional melihat

ilmu sebagai sesuatu yang sekuler (berorientasi hanya pada kehidupan duniawi—

kini dan di sini), dan sama sekali tidak memasukkan Tuhan serta tanggung jawab

42

Sebagaimana dikutip dari Justice Muhammad Taqi Usmani, Judgement on Riba Perspectives, (Boston: Kluwe Academic Publishers, 2001), h. 304. Oleh Prof. John Gray (Oxford University) dikatakan bahwa “Most significantly, perhaps transactions on foreign exchange market have now reached the astonishing sum of around $1,2 trillion a day, over fifty time the level of the world trade. Around 95% of this transactions are speculative in nature, many using complex new derivative’s financial instruments based on futures and options”.

43 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara

(Jakarta: Bank Indonesia, 2006), h.8-11.

Page 48: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

39

manusia kepada Tuhan di akhirat dalam bangun pemikirannya. Oleh karena itu,

ilmu ekonomi konvensional menjadi bebas nilai (positivistik). Sementara itu,

ekonomi islami justru dibangun atas, atau paling tidak diwarnai oleh prinsip-

prinsip relijius (berorientasi pada kehidupan dunia—kini dan di sini—dan

sekaligus kehidupan akhirat—nanti dan di sana).

Dalam tataran paradigma seperti ini, ekonom-ekonom muslim tidak

menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun, ketika mereka

diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi islam itu,

mulai muncullah perbedaan pendapat.44

Sampai saat ini, ekonom-ekonom muslim

kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni:

Mazhab Baqir as Sadr, Mazhab Mainstream dan Mazhab Alternatif-Kritis.

Di dalam filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi

Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam

(Mochamad Aziz, 2009).45

Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi

Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai

dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan, dan

alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia,

Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar

penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah Islam.

44

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.29-30. 45

Adiyatna, "Filosofi Ekonomi Islam”, artikel diakses pada 10 Desember 2014 dari https://adiyatnapages.wordpress.com/2011/05/01/filosofi-ekonomi-islam-by-dr-ir-h-roikhan-m-aziz-mm.

Page 49: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

40

QS. Ali-Imran [3]: 19.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada

berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang

pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara

mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka

sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” [Q.S 3:19]

Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang

diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya

juga mengikuti aturan dalam sistem Islam. (Mochamad Aziz, 2009).

Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem

yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi

epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu kafah.

Ekonomi Islam yang kafah muncul sebagai konsep dasar ekonomi dengan batasan

Islam sebagai suatu sistem. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]:

208.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.

Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” [Q.S 2:208]

Page 50: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

41

Konsep Ekonomi Islam yang kafah didukung oleh Quran Surat Al-

Baqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh

orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh atau

kafah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di

dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah.

Kemudian dikembangkan ke berbahai aspek termasuk ekonomi (Mochamad Aziz,

2010).

Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaafah ini

perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro

ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk aksiologi

yaitu keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2 hal misalnya antara

penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan

antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang baik

dan hal yang buruk (Mochamada Aziz, 2010).

QS. Saba [34]: 28.

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” [Q.S 34:28]

Page 51: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

42

C. Pengertian Umum tentang Konsep Tauhid sebagai Landasan Sistem

Ekonomi Islam

1. Pengertian Konsep Tauhid Secara Umum

Islam dalam ajarannya telah menawarkan suatu sistem yang sangat

paripurna bagi keberlangsungan hidup manusia di dunia juga bahkan kehidupan

setelahnya di akhirat. Adanya doktrin akan keyakinan manusia terhadap adanya

Allah SWT sebagai tuhan manusia yang satu harus senantiasa tertanam dalam hati

sanubari untuk kemudian dapat meresap dalam jiwa masing-masing individu

untuk dapat terus taat dan patuh terhadap aturan-aturan baik perintah maupun

larangan-Nya sehingga tumbuh rasa takut dalam diri manusia terhadap keesaan

tuhannya yang kemudian istilah ini dalam islam dikenal dengan istilah tauhid.

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tauhid merupakan kata

benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.

Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada-yuwahhidu.

Secara etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah

SWT adalah esa, tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid

yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu ―keesaan Allah‖ mentauhidkan

berarti ―mengakui akan keesaan Allah, mengesakan Allah‖.46

Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah suatu ilmu yang

membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat

yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib

46

Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.1.

Page 52: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

43

dilenyapkan pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan

kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka dan

apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.47

Sedangkan tauhid menurut Zainuddin, tauhid berasal dari kata ―wahid‖

yang artinya ―satu‖. Dalam istilah agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang

satu atau Esanya Allah, maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya

yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan ilmu

Tauhid.48

Tauhid, dalam Ensiklopedia Islam yang disusun oleh tim IAIN Syarif

Hidayatullah terbagi menjadi dua yakni: tauhid Rububiyah dan tauhid Ubudiyah.49

Sedangkan menurut Ismail Raji Al-Faruqi tauhid terdiri dari tiga macam, yakni

tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, dan tahid Ubudiyah. Semua aktivitas alam

semesta ini tidak terlepas dari kebesaran dari kebesaran dan kekuasaan Allah

sebagai Rabb. Allah tidak membutuhkan bantuan siapapun untuk mengurus alam

ini. Dia inilah yang disebut sebagai tauhid rububiyah.50

Selanjutnya ketauhidan itu tidak hanya pengakuan bahwa Allah satu-

satunya pencipta dan Ilah, namun ketauhidan tersebut harus sejalan dengan semua

aktivitas seorang hamba. Keyakinan tersebut harus diwujudkan melalui ibadah,

amal shaleh yang langsung ditujukan kepada Allah SWT tanpa perantara serta

47

Syeikh Muhammad Abduh dalam Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.2.

48 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.1.

49 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan,

1992), h.934 50

Ismail Raji al-faruqi, Tauhid, Terjemahan Rahmani Astuti, (Bandung: Pustaka, 1988), h.18.

Page 53: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

44

hanya untuk Dialah segala bentuk penyembahan dan pengabdian, inilah tauhid

ubudiyah.

Tauhid uluhiyah sebagaimana dijelaskan oleh Daud Rasyid ialah bahwa

yang berhak dijadikan tempat khudhu‘ atau ketundukan dalam beribadah serta

ketaatan hanyalah Allah SWT yang berhak dipatuhi secara mutlak oleh hambanya

bukan hamba yang berlagak sebagai ―raja‖.51

Ketauhidan ini harus dimiliki oleh setiap muslim. Oleh sebab itu, ia harus

ditanamkan kepada para generasi penerus karena tanpa tauhid semuanya akan

hancur, baik masa depan agama maupun bangsa. Ketauhidan merupakan unsur

utama yang mengikat manusia dengan tuhannya agar menjadi pribadi yang sesuai

dengan kodrat penciptaannya.

Implikasinya adalah timbulnya perilaku (moral dan etika) manusia yang

hanya patuh dan takut kepada keesaan Allah SWT yang merupakan satu-satunya

pencipta alam semesta dimana di dalamnya terdapat sumber-sumber ekonomi dan

kekayaan bagi manusia, yang mana dapat diketahui bahwa Sang Penciptalah yang

mengetahui kebaikan dan kesesuaian bagi apa saja yang diciptakan-Nya termasuk

manusia dan segala sumber daya untuk pemenuhan kebutuhannya di dunia

termasuk kebutuhan akan ekonomi dalam kehidupan.

2. Pengertian Konsep Tauhid dalam Ekonomi

Chapra menjelaskan, bahwa pembangunan ekonomi islam dibangun

berdasarkan prinsip tauhid serta etika mengacu pada tujuan syariah atau maqashid

51

Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.7.

Page 54: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

45

al-syariah. Yaitu memelihara: (1) Iman atau faith. (2) hidup atau life; (3) nalar

atau intellect; (4) keturunan atau posterity; dan (4) kekayaan atau wealth.52

Konsep ini adalah bukti yang menjelaskan bahwa konsep dan sistem

ekonomi islam, hendaknya berawal dari bangunan sebuah keyakinan atau iman

atau faith, dan berakhir dengan kekayaan atau property. Diharapkan pada

gilirannya tidak akan muncul kesenjangan ekonomi atau perilaku ekonomi yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah.

Basis utama sistem ekonomi syariah, adalah terletak pada aspek kerangka

dasarnya yang berlandaskan hukum islam atau syariah. Terutama pada aspek

tujuannya, yaitu mewujudkan suatu tatanan ekonomi masyarakat yang sejahtera

berdasarkan: (1) keadilan; (2) pemerataan; dan (3) keseimbangan.

Atas dasar itulah, pemberdayaan Ekonomi Syariah dilakukan dengan

strategi yang ditujukan bagi perbaikan kehidupan dan ekonomi masyarakat.

Sistem ekonomi Islam memiliki pijakan yag sangat tegas bila dibandingkan

dengan sistem ekonomi liberal. Bahkan bagi yang berpaham sosialis sekalipun.

Dalam sistem ekonomi liberal, menghendaki lebih pada elemen kebebasan

absolute individu. Termasuk di dalam memperoleh keuntungan keadilan non-

distributif. Semisal dalam sistem sosialis-komunis, menekankan kepada aspek

pemerataan ekonomi (keadilan yang merata). Yaitu dengan teknik membenturkan

dua pertentangan kelas sosial, yang terdiri dari: (1) Kelas borjuis; dan (2) kelas

proletar.

52

M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000).

Page 55: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

46

Sementara dalam paham Islam, asas kolektivitas yang sama rata serta sama

rasa, adalah melanggar sunnatullah. Karena pada dasarnya manusia memang

berbeda satu dengan lainnya, agar dapat saling belajar satu dengan lainnya. Sistem

ekonomi Islam menganut asas Equilibrium, yaitu dengan ―menjembatani‖ antara

si kaya dan si miskin. Atau kelompok masyarakat borjuis dengan masyarakat

proletar melalui konsep ZIS (Zakat, Infaq, Sadaqah) serta Wakaf. Sistem ekonomi

Islam mengutamakan aspek hukum serta etika, yaitu berupa adanya keharusan

mengimplementasikan beberapa prinsip hukum serta etika bisnis islami.

a. Prinsip keadilan (al-‘adl)

Prinsip berlaku adil ditujukan kepada setiap orang, tanpa pandang bulu.

Perkataan yang benar mesti disampaikan apa adanya walaupun perkataan itu akan

merugikan kerabat sendiri. Maka dari itu kemestian berlaku adil dalam muamalat

mesti ditegakkan di dalam keluarga dan masyarakat muslim itu sendiri. Bahkan

kepada orang kafir pun umat Islam diperintahkan berlaku adil.

b. Prinsip amar makruf nahi munkar

Prinsip Amar Makruf berarti hukum Islam digerakkan untuk, dan

merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang

dikehendaki dan diridloi Allah. Sedangkan nahi munkar berarti fungsi sosial

kontrolnya.

Page 56: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

47

c. Prinsip Kemerdekaan atau Kebebasan (al-hurriyah)

Dalam prinsip kebebasan ini menghendaki adanya agar dalam

melaksanakan muamalat tidak berdasarkan paksaan. Seperti dalam pernikahan

tidak adanya paksaan akan tetapi setiap orang berhak dan bebas memilih calon

untuk pasangan hidupnya.

d. Prinsip persamaan (al-musawah)

Dalam al-qur‘an surat ke-49, al-hujurat ayat 13, ditujukan kepada seluruh

umat manusia, tidak terbatas bagi kaum muslim saja. Ayat ini menghendaki tidak

ada perbedaan antar sesama manusia dengan alasan apapun. Begitupun manusia

dalam muamalat.

e. Prinsip tolong-menolong (al-ta’awun)

Prinsip ta‘awun dalam mu‘amalat berarti bantu membantu antar sesama

anggota masyarakat. Seperti adanya jual beli, pinjam-meminjam ataupun yang

lainnya.

f. Prinsip Toleransi (tasamuh)

Toleransi yang dikehendaki oleh islam ialah toleransi yang menjamin tidak

terlanggarnya hak-hak islam dan umatnya. Hukum islam mengharuskan umatnya

hidup rukun dan damai di muka bumi ini tanpa memandang ras, dan warna kulit.

3. Dasar dan Tujuan Konsep Tauhid dalam Islam

Page 57: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

48

Pada dasarnya inti pokok ajaran al-Qur‘an adalah tauhid. Nabi Muhammad

SAW adalah tauhid. Nabi Muhammad SAW diutus Allah kepada umat manusia

adalah juga untuk mengajarkan ketauhidan tersebut . karena itu, ajaran tauhid

yang terdapat dalam al-Qur‘an dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah SAW

sebagaimana tercermin dalam hadits-haditsnya.

Sebagaimana dikatakan terdahulu, inti dari tauhid adalah keyakinan bahwa

Allah SWT Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Penegasan Allah SWT dalam

al-Qur‘an yang menyatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa antara lain:

a) Surat Al-Ikhlas ayat 1 sampai dengan 4:

―Katakanlah, ―Dialah Allah, Yang Maha Esa‖. Allah adalah Tuhan

yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Ia tidak beranak dan

tidak diperanakkan. Tak ada seorang pun yang setara dengan-Nya‖.

Ayat di atas tegas sekali menyatakan bahwa Allah itu Esa; Satu Tunggal.

Allah bahkan memberi penegasan khusus bahwa Allah tidak beranak, tidak pula

diperanakkan. Pernyataan ini secara tegas menolak anggapan bahwa Tuhan punya

anak, apalagi kalau Tuhan dilahirkan oleh yang lain.

b) Surat al-Zumar ayat 4:

―Mahasuci Tuhan. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa‖.

c) Surat al-Baqarah ayat 163:

―Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain

Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang‖.

d) Surat an-nisaa ayat 171:

Page 58: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

49

―..Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Janganlah

kamu mengatakan, ―Tuhan itu tiga‖. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu

lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. Maha

Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi

adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara‖

e) Surat al-Maidah ayat 73:

―Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, ―Allah adalah

salah satu dari yang tiga‖. Padahal, sekali-kali tidak ada Tuhan selain

dari Tuhan (Allah) Yang Maha Esa...‖

f) Surat al-Anbiya ayat 22:

―Seandainya pada langit dan bumi itu ada Tuhan selain Allahh, pasti

keduanya akan rusak binasa...‖

Di samping ayat-ayat di atas masih ada beberapa ayat lagi baik secara

eksplisit maupun implisit yang menyebutkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan

Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Dia.

Keesaan Allah SWT tidak hanya keesaan pada zat-Nya, tapi juga esa pada

sifat dan af‘al (perbuatan)-Nya. Yang dimaksud dengan esa pada zat ialah zat

Allah itu tidak tersusun dari beberapa juzu‘ (bagian). Tidak ada sekutu bagi-Nya

dalam memerintah dan menguasai kerajaan-Nya. Esa pada sifat berarti sifat Allah

tidak sama dengan sifat-sifat yang lain dan tak seorangpun yang mempunyai sifat

sebagaimana sifat Allah SWT. Esa pada af‘al (perbuatan) berarti tidak ada

seorang pun yang memiliki perbuatan sebagaimana perbuatan Allah. Ia Maha Esa

Page 59: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

50

dan menyendiri dalam hal menciptakan, membuat, mewujudkan, dan membentuk

sesuatu.53

Ajaran ketauhidan yang tercantum di dalam al-Qur‘an ditanamkan dalam-

dalam oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat dan pengikutnya, baik melalui

ucapan maupun sikap dan kepribadian beliau. Hal-hal yang membawa kepada

syirik atau kekafiran sangat ditentang beliau. Demikian pula hal-hal yang dapat

merusak akidah.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan:

صلي اهلل عليه وسلن قال: اجتنب السبع الووبقات, قيل يارسول عي ابى هريرة رضى اهلل عنه: اى رسول اهلل

,وهاهي؟ قال الشرك باهلل, والسحر, وقتل النفس التي حرم اهلل اال بالحق, واكل هال اليتين, واكل الربا, اهلل

ـ ٣٢׃الوصايا کتابـ ٥٥׃ فى البخارى اخرجه( .والوتولي يوم الزحف وقدف الوحصنات الغافالت الوؤهنات

.)ظلما اموال اليتامى يأكلون الذين ان׃ تعالى قولاهللا باب

Arti Hadits:

Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: “

Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan.”Para sahabat bertanya:

”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu?” Beliau menjawab:

“Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh

Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat

pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita

yang selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk

berzina).‖(HR. Bukhari-Muslim).54

Ada dua hal yang menarik dari hadits di atas dalam hubungannya dengan

tauhid. Pertama, syirik dinyatakan sebagai salah satu dari tujuh hal yang

membinasakan manusia. Ini wajar karena syirik menghancurkan iman seseorang

dan menjerumuskannya ke dalam jurang api neraka. Kedua, syirik ditempatkan

pada urutan pertama. Penempatan ini dapat diartikan bahwa masalah syirik

53

Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, terjemahan Moh. Abdai Rathomy (Bandung: CV.Diponegoro, 1978), h.98

54 Bukhori, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), pasal 55 “Kitab Wasiat” bab.

32 tentang firman Allah SWT (yang artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan aniaya .“

Page 60: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

51

idealnya mendapat perhatian serius dari setiap muslim, melebihi dari tindakan-

tindakan membinasakan lainnya. Hal ini juga wajar karena syirik adalah dosa

yang tidak bisa diampuni Tuhan, sementara dosa-dosa yang lain masih mungkin

diampuni.

Sejarah mencatat, selama Rasulullah SAW berada di Mekkah, di awal

masa kenabiannya, masalah pokok yang diajarkan beliau adalah tauhid atau

keimanan kepada Allah. Beliau sangat giat dan gigih menyeru umat meninggalkan

berhala-berhala dan penyembahan terhadap selain Allah. Beliau mengajak umat

agar hanya menyembah kepada Allah yang Maha Esa. Kegiatan ini beliau lakukan

dengan berbagai cara. Mula-mula dilaksanakan secara diam-diam, kemudian

secara terang-terangan. Dan selama masa itu banyak halangan dan rintangan yang

beliau hadapi. Tekanan, intimidasi, ancaman, bahkan siksaan fisik yang berat

banyak diderita oleh kaum muslimin. Namun karena tauhid yang ditanamkan nabi

ke dalam hati mereka demikian kuat, sekalipun siksaan bertubi-tubi datang,

mereka tak goyah. Mereka tetap beriman kepada Allah SWT. Buah dari keteguhan

iman mereka akhirnya memang dirasakan. Islam berhasil menang dan Mekkah

dapat ditaklukkan. Bahkan, sebelum Nabi wafat, boleh dikata, seluruh jazirah

Arabia sudah berada di bawah kekuasaan Islam.55

Tauhid tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi

lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar. Apabila tauhid telah

dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan baik dan benar, kesadaran seseorang

akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul dengan

55

Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, cet.1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h.15-19.

Page 61: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

52

sendirinya. Hal ini nampak dalam pelaksanaan ibadat, tingkah laku, sikap,

perbuatan, dan perkataannya sehari-hari. Dengan demikian, kepercayaan atau

akidah merupakan pokok dan landasan berpikir bagi umat Islam. Alam pikiran

yang dilandasi akidah akan menimbulkan cita-cita dan kemauan yang pada

gilirannya melahirkan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupan manusia yang

bersangkutan.56

Keyakinan seorang muslim akan eksistensi Tuhan Yang Maha Esa (Allah)

melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Tuhan;

semuanya akan kembali kepada-Nya, dan segala sesuatu berada dalam urusan

Yang Maha Esa itu. Dengan demikian, segala perbuatan sikap, tingkah laku, atau

perkataan seseorang selalu berpokok pada modus ini. Allah SWT berfirman pada

surat al-Dzariyat ayat 56, Al-fatihah ayat 5 dan 6, dan surat al-ikhlas ayat 1-2.

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ketauhidan tidak hanya menyangkut hal-

hal batin, tetapi juga meliputi sikap, tingkah laku, perbuatan dan perkataan.

Kalau tauhid cuma diketahui, tapi tidak dimiliki dan dihayati, ia hanya

menghasilkan keahlian dalam seluk beluk ketuhanan; namun tidak berpengaruh

apa-apa terhadap seseorang. Dirinya akan berada diluar ketauhidan yang

sebenarnya; bahkan mungkin ia berada diluar Islam seperti Prof. Snouck

Hourgronje dan Carlyle. Keduanya ahli dalam soal tauhid, tetapi tidak beriman

kepada Allah SWT. Sebaliknya, jika seseorang hanya memiliki jiwa tauhid, ia

akan menjadi sangat fanatik; bahkan mungkin terlempar ke luar dari ketauhidan

yang sebenarnya. Dengan demikian, maksud dan tujuan tauhid bukanlah sekedar

56

Ibid., h. 5.

Page 62: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

53

mengaku bertauhid saja, tetapi lebih jauh dari itu, sebab tauhid mengandung sifat-

sifat:

a. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.

b. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka

untuk mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan.

c. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan

hidup yang dapat menyesatkan.

d. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.

Dengan demikian, tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat

manusia. Ia tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan

menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh

besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Ia tidak

hanya berfungsi sebagai akidah, tetapi berfungsi pula sebagai falsafah hidup.

Apabila tauhid tertanam kuat dalam jiwa seseorang, ia akan menjadi suatu

kekuatan batin yang tangguh. Kekuatan itu akan melahirkan sikap positif dalam

realitas kehidupannya sehari-hari. Ia akan selalu optimis menghadapi masa depan,

tidak takut terhadap apapun dan siapapun kecuali kepada Tuhan, selalu senang

dan gembira sebab merasa dekat dengan Tuhan dan yakin Tuhan selalu

bersamanya dalam setiap hal, rajin melakukan ibadah dan perbuatan baik, dan

sikap-sikap positif lainnya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tetapi

bermanfaat pula untuk masyarakat dan lingkungannya.

Page 63: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

54

D. Review Kajian Terdahulu

Jurnal Ekonomi Islam ―Tauhid Its Philosophy And Application In Islamic

Banking‖ karya Muhammad M. Said dan Jurnal Ilmiah ―Pendekatan Tauhid

Dalam Ekonomi‖ Oleh Zamri bin Rajab. Kedua jurnal tersebut diterbitkan di

Malaysia dan menggunakan metode kualitatif yang melakukan kajian pendekatan

ekonomi dan kegiatan perbankan berdasarkan dalil-dalil Al-qur‘an dan Hadits dan

prinsip-prinsip nilai yang dikandungnya. Di dalam membahas dasar-dasar prinsip

nilai ekonomi Islam penelitian tersebut mengandung beberapa persamaan dengan

penelitian ini.

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada fokus objek penelitiannya

yang mana penulis lebih menekankan kepada konsep keberlanjutan ekonomi

ditinjau dari pemikiran Choudhury.

Skripsi berjudul ―Konsep Pembangunan Ekonomi: Studi Komparatif

Pemikiran Mubyarto Dan Umer Chapra‖ karya Arif Soleh, Skripsi Ekonomi Islam

yang berjudul ―Pandangan M. Abdul Mannan tentang Sistem Ekonomi Islam

Berdasarkan Konsep Persaudaraan‖ karya M. Sabiq Nairozi. Persamaan kedua

skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah dalam hal tema pembahasan yang

mengangkat konsep pembangunan ekonomi menurut tinjauan sistem ekonomi

Islam.

Dari penelitian yang ada tersebut belum ada yang mengambil konsep

pemikiran Choudhury terkait landasan prinsip tauhid, khususnya keterkaitan dan

implikasinya terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Maka hal ini

Page 64: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

55

menjadi kesempatan bagi penulis untuk mengeksplorasi konsep tauhid yang

ditawarkan oleh ekonomi islam sebagai solusi bagi keberlanjutan ekonomi dalam

rangka mensejahterakan generasi saat ini dan yang akan datang.

Page 65: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

56

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sekilas Tentang Masudul Alam Choudhury

1. Biografi Masudul Alam Choudhury

Masudul alam choudhry adalah professor universitas cape Breton nova

scotia, Canada. beliau telah memberikan kuliah secara luas pada sejumlah

universitas dan institute professional di negara-negara berbeda salah satunya di

universitas-universitas yang ada di Indonesia. Banyak buku yang telah ditulis

olehnya salah satunya kontribusi untuk teori ekonomi islam (Contributions to

Islamic Economic Theory) yang sudah umum di temui di banyak perpustakaan

perguruan tinggi di Indonesia.

Masudul alam choudhury menjelaskan bahwa pendekatan ekonomi Islam

itu perlu menggunakan shuratic process, atau pendekatan syura. Syura itu bukan

demokrasi. Shuratic process adalah metodologi individual digantikan oleh sebuah

konsensus para ahli dan pelaku pasardalam menciptakan keseimbangan ekonomi

dan perilaku pasar.57

57

Refky Fielnanda, “Resume Prinsip Dasar Menurut Masudul Alam Choudhury’, diakses pada 24November 2014 dari http://refkyfielnanda.blogspot.com/2011/03/ekonomi-syariah.html.

Page 66: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

57

a. Kualifikasi dan Spesialisasi Bidang Pendidikan:

Menempuh pendidikan tinggi S1 setingkat Sarjana dengan predikat gelar

B.Sc. Hons. Pure Mathematics, University of Dhaka, 1967.58

Kemudian

melanjutkan bidang studi Master di bidang yang sama dengan mendapatkan gelar

M.Sc. Pure & Applied Mathematics, University of Islamabad, 1968.

Setelah menguasai ilmu Matematika secara mendalam baru setelah itu

beliau mulai tertarik menerapkannya pada bidang studi Statistik dan Ekonomi

dengan mendapat gelar M.Phil. Mathematical Statistics dengan spesialisasi di

bidang Econometrics, University of Islamabad, 1969. Thesis: "Multicollinearity

Problem in Economic Models", Prof. A.H. Baloch. Dan juga meraih gelarnya di

bidang Politik Ekonomi dengan sudut pandang keislamannya dengan gelar

M.A.Political Economy, University of Toronto, 1973.

Major Paper: "Foundations of Islamic Economics", Prof. Samuel Hollander.

Sehingga kemudian beliau mendapatkan gelar Doktornya di Universitas

Toronto pada bidang yang sama dengan gelar Ph.D. Political Economy, University

of Toronto, 1977. Thesis: "Some Aspects of Optimal Human Capital Investment

and Economic Growth: Theoretical and Empirical Study", Prof. M. Handa.

b. Pengalaman Mengajar dan Penelitian :

58

Permeii, “Profil Para Pakar Ekonomi Syariah”, diakses pada 23 Desember 2014 dari http://permeii-indonesia.blogspot.com/2009/11/profil-para-pakar-ekonomi-syariah.html.

Page 67: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

58

Professor of Finance and Economics, College of Industrial Management,

King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran 31261, Saudi Arabia

(on leave from Cape Breton University (CBU)) 1999-2001.

(Full & tenured) Professor of Economics (1992-present), Cape Breton

University (CBU), Sydney, Nova Scotia, B1P 6L2, Canada. Associate Professor

1985-92.

Visiting Professor in Social Economics, Department of Sociology of

Education, Ontario Institute for Studies in Education, 1984-85.

Senior Economist, Economics and Policy Planning Department, the

Islamic Development Bank, 1983-84.

Assistant Professor of Economics, College of Engineering, King Abdulaziz

University, 1979-83.

Adjunct Lecturer in Statistics, University of Regina, 1978-79.

Manpower Planning Officer, Saskatchewan Department of Labour,

Regina, Saskatchewan, 1978-79.

Research Economist, Ontario Ministry of Labour, and Manpower

Economist, Saskatchewan Department of Labour, 1977-79.

Assistant Professor of Statistics, University of Chittagong, 1969-72.

A total of over 30 years of teaching & research experience.59

c. Posisi Yang Diduduki Di Bidang Akademis Hingga Saat Ini :

59

CIEFS, “Prof. DR Masudul Alam Choudhury, PhD”, diakses pada 12 September 2014 dari http://shariaeconomy.blogspot.com/2008/06/prof-dr-masudul-alam-choudhury-phd.html.

Page 68: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

59

Full-Professor, Department of Economics and Finance,Sultan Qaboos

University, Muscat, Sultanate of Oman;

International Chair, Post-Graduate Program in Islamic Economics and

Finance, Trisakti University, Jakarta, Indonesia

Ph.D. field of Political Economy of Education from the Ontario Institute of

Studies in Education, University of Toronto, 1977.60

2. Karya-karya dan Pemikiran MA. Choudhury tentang Ekonomi Islam

Paradigm of Unity of Knowledge (Oneness of God, Tawhid in the Qur’an)

in Socio-scientific Reasoning; Neurocybernetic and System Theory of Socio-

scientific Reasoning in the light of Qur’anic Unity of Knowledge; Islamic

Political Economy and World-System; Money and Real Economy etc.

Science and Epistemology in the Qur’an (5 Volumes, Edwin Mellen,

2006); Explaining the Qur’an (2003); Development Planning in the Sultanate of

Oman (2007); The Islamic World-System, a Study in Polity-Market Interaction

(RoutledgeCurzon, 2004); Computing Reality (in press); The Universal Paradigm

and Islamic World-System (Economy, Society, Ethics and Science) (in press).

Humanomics, an International Journal of Systems and Ethics (Cat. in

Journal of Economic Literature), published and distributed by Emerald

Publishers in the UK.

60

Nabaul Choudhury, “BioChoudhury”, diakses pada 27 Agustus 2014 dari www3edu.nd.edu/.../Choudhury/BioChoudhury.doc.

Page 69: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

60

3. Konsep Tauhid dan Pendekatannya dalam Ekonomi Menurut Choudhury

Sebagai makhluk Allah, manusia mempunyai tugas untuk mengabdi,

menghamba (beribadah) kepada Penciptanya (al-khaliq). Dalam pengabdian ini

terkandung konsep tauhid (pengEsaan) terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid

merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam hubungan

antara manusia, alam dan Allah.

Berdasarkan landasan tauhid tersebut, Choudhury memperkenalkan

gagasan pembangunan sosio-ekonomi berkelanjutan melalui pemahaman

hubungan antara ekonomi dan masyarakat secara terintegrasi antara pemerintahan

dan sistem pasar.61

Pembangunan merupakan teori, proses dan realisasi tujuan

sosial dan ekonomi secara bersamaan. Dalam hal ini, tujuan pemerataan

pendapatan sosial dan efisiensi ekonomi harus dicapai (prinsip pemerataan-

efisiensi) dalam perspektif etika.

Semua etika dalam Islam, berlandaskan padahukum dariwahyu

AllahdansabdaRasulullah. Dengan demikian, dalam Islam, penerimaan dari apa

yang sah dan etis tidak sama dengan pemikiran yang mendasarkan hukum yang

berlandaskanpada filosofi rasionalisme. Choudhury mengkontraskan duafilosofi

ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang, yaitu pertama, filosofi rasionalisme

sebagai sumber pengetahuan dan pengembangan sistem pengetahuan dunia.

Kedua, filosofi Ilahi dimana konsep pengetahuan dan struktur sistem dunia

61

Choudhury, M. A. Comparative Development Studies In Search of the World View (London: The Macmillan Press Ltd, 1993).

Page 70: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

61

bertujuan untuk kemaslahatan umat melalui konseptualisasi, perumusan dan

pengamalan kepentingan dunia dan akhirat.62

Choudhury menggagas pemikiran Tawhidi String Relation (TSR) yaitu

menghubungkan seluruh sumber keilmuan (epistemologi) berdasarkan (i) sumber

dari seluruh ilmu yaitu Al-Quran, (ii) penjabaran dan penerapan Al-Quran pada

kehidupan nyata di dunia oleh Rasulullah (Al-Hadits) dan (iii) Ijtihad yang

merupakan hasil penelitian dan pemikiran para ulama untuk mendapatkan sesuatu

jawaban atas permasalahan yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits

terhadap sesuatu hukum syara‘ (hukum Islam).

62

Choudhury, M. A, The Unicity Precept and the Socio-Scientific Order (Lenham: University Press of America, 1993).

Page 71: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

62

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Urgensi Keberlanjutan Ekonomi Berlandaskan Tauhid Menurut Tinjauan

Pemikiran Masudul Alam Choudhury

Tingkah laku manusia banyak ditentukan oleh satu deret nilai dan

kepercayaan yang diakui secara sosial. Tidak ada studi terhadap tingkah laku

manusia yang dapat benar, bila dipisahkan dari perspektif yang diberikan oleh

nilai-nilai masyarakat. Doktrin yang diterima dalam ilmu ekonomi mengkaji

tingkah laku manusia, tetapi kumpulan nilai yang dipahaminya jarang dibuat

eksplisit.63

Masyarakat Islam mengatur tingkah laku manusia dengan satu tata nilai

tertentu. Sebagian dari nilai-nilai ini mempengaruhi tingkah laku ekonomi

masyarakat secara vital. Dengan ekonomi, kita memasukkan aktivitas-aktivitas

masyarakat yang berhubungan dengan produksi, pertukaran serta konsumsi

barang-barang dan pelayanan. Nilai-nilai ini membentangkan sebuah pola tingkah

laku dambaan yang diakui dan aku manusia dengan satu tata nilai tertentu.

Sebagian dari nilai-nilai ini mempengaruhi tingkah laku ekonomi masyarakat

secara vital. Dengan ekonomi, kita memasukkan aktivitas-aktivitas masyarakat

yang berhubungan dengan produksi, pertukaran serta konsumsi barang-barang dan

63

Muhammad Akram Khan, Ajaran Nabi Muhammad SAW Tentang Ekonomi (Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan tentang Ekonomi) (T.tp: Bank Muamalat, t.th.), h.291.

Page 72: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

63

pelayanan. Nilai-nilai ini membentangkan sebuah pola tingkah laku dambaan

yang diakui dan dibenarkan secara sosial.64

Untuk sebuah kehidupan yang terhormat dalam sebuah masyarakat Islam,

seorang Muslim yang normal akan menyukai terikat kepada pola tingkah laku ini.

Fungsi sesungguhnya dari nilai-nilai ini adalah untuk mempertahankan kerangka

kerja hukum. Hukum dapat dilaksanakan dalam semangatnya yang benar

hanyalah bila terdapat sebuah penyerahan kemauan kepada hukum tersebut.

Penyerahan diri secara sukarela ini didapatkan melalui pendidikan masyarakat

dalam sebuah pola tingkah laku yang diinginkan secara sosial.

Syari‘at telah melembagakan konsep tauhid dan amar ma‘ruf nahi

mungkar. Sebuah kesadaran sosial dibangun melalui lembaga ini untuk berperan

sebagai pengawas masyarakat. Tekanan dilakukan atas seseorang yang

menyimpang dari tingkah laku yang diinginkan. Pegangan restu sosial telah

diperkuat oleh lembaga ‗keluarga‘ yang memasukkan semua hubungan dekat dan

jauh. Setiap keluarga berperan sebagai pemerhati tingkah laku anggota-

anggotanya. Dengan demikian, seseorang dapat mengambil sebuah jalan yang

‗tidak direstui‘ dengan resiko ‗dikucilkan‘ oleh keluarga. Bukan hanya ini, ia

barangkali juga akan terkena tindakan hukum bila ia melanggar suatu hukum.

Namun kekuatan hukum berlaku hanya dalam kasus-kasus yang ekstrim.

Perilaku manusia dalam menjalankan aktivitas ekonominya di dunia ini

cenderung bersifat rakus dan merusak sumber daya yang tersedia di alam dengan

64

Ibid., h.292.

Page 73: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

64

hanya menuruti nafsu pemenuhan kebutuhan ekonomi berdasarkan keuntungan-

keuntungan yang bersifat individual ataupun kelompok saja tanpa menghiraukan

dampaknya terhadap kondisi alam itu sendiri dan juga tentunya keberlangsungan

hidup generasi manusia selanjutnya di masa sekarang dan yang akan datang.

Hal tersebut berlangsung secara terus-menerus sampai saat sekarang ini,

tanpa disertai adanya kesadaran individual maupun institusional untuk

meminimalisir perilaku buruk tersebut dalam menjalankan aktivitas ekonominya

baik dalam lingkup ekonomi rumah tangga atau perusahaan, mikro ataupun

makro, dalam segi kegiatan produksi, distribusi maupun konsumsi. Sehingga

dapat terwujudkan suatu optimalisasi ekonomi yang seimbang dan merata serta

memiliki tingkat keberlanjutan (sustainabilitas) yang tinggi tanpa dikhawatirkan

lagi adanya krisis-krisis lain yang disebabkan oleh kurangnya sumber daya yang

tersedia, karena perilaku manusia itu sendiri yang cenderung mengeksploitasi dan

kurang memaksimalkan inovasi terhadap penggunaan sumberdaya lain yang

bersifat alternatif sebagai upaya untuk penghematan bagi keberlangsungan

ekonomi manusia secara jangka panjang selama hidup di dunia ini.

Keberlanjutan ekonomi (sustainabilitas) sangat urgen bagi proses

keberlangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Kebutuhan manusia akan

pangan, sandang maupun papan terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga

dibutuhkan adanya kontrol yang sifatnya menyeluruh terhadap segala proses

pengelolaan, penyaluran dan penggunaan sumber daya ekonomi manusia tersebut

agar tidak terjadi ketimpangan dan kerusakan yang merugikan manusia sendiri.

Page 74: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

65

Choudhury dan Hossain mendefinisikan keberlanjutan sebagai

kelangsungan keadilan, keseimbangan, moral, etika dan akuisisi materi yang

secara bersama membentuk tatanan sosial manusia, pasar, lembaga, dan ekonomi

politik global.65

Istilah keberlanjutan sosio-ekonomi menyampaikan fakta bahwa

masyarakat dan ekonomi, keuangan, pemerintahan, lembaga dll tidak bisa terpisah

dari nilai-nilai moral dan etika. Istilah sosio-ekonomi digunakan di sini untuk

menekankan bahwa fenomena sosial, memiliki pengertian analitis yang

mendalam, mulai dari dasar-dasar pengetahuan yang merumuskan perilaku serta

dinamika sistem sosial. Karakteristik sistem sosial ini menekankan perubahan

institusional, instrumen dan kebijakan. Kekuatan sosial dan ekonomi dengan

demikian menggabungkan sistem interdisipliner melalui pengalaman manusia dan

metodologi analisis sosial dan ekonomi.66

Bahkan secara khusus Choudhury menggagas pemikiran Tawhidi String

Relation (TSR) yaitu menghubungkan seluruh sumber keilmuan (epistemologi)

berdasarkan (i) sumber dari seluruh ilmu yaitu Al-Quran, (ii) penjabaran dn

penerapan Al-Quran pada kehidupan nyata di dunia oleh Rasulullah (Al-Hadits)

dan (iii) Ijtihad yang merupakan hasil penelitian dan pemikiran para ulama untuk

mendapatkan sesuatu jawaban atas permasalahan yang bersumber dari Al-Quran

dan Al-Hadits terhadap sesuatu hukum syara‘ (hukum Islam).

Kesadaran akan setiap individu merupakan dasar paling penting bagi

terbentuknya sistem ekonomi yang berkelanjutan, dan tentu saja kesadaran untuk

65

Choudhury, M. A., & Hossain, M. S, Computing Reality (Tokyo: Blue Ocean Press,2006). 66

Choudhury, M. A, Tawhidi String Relationship (Jakarta: IEF Trisakti, 2008).

Page 75: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

66

membangun sistem yang berkelanjutan itu hanya dapat diciptakan oleh adanya

suatu keyakinan dan pola pikir yang meresap dalam setiap individu manusia serta

teraplikasikan dengan baik dalam kehidupan.

Sebagai makhluk Allah, manusia mempunyai tugas untuk mengabdi,

menghamba (beribadah) kepada Penciptanya (al-khaliq). Dalam pengabdian ini

terkandung konsep tauhid (peng Esaan) terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid

merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam hubungan

antara manusia, alam dan Allah. Berdasarkan landasan tauhid tersebut,

Choudhurymemperkenalkan gagasan pembangunan sosio-ekonomi berkelanjutan

melalui pemahaman hubungan antara ekonomi dan masyarakat secara terintegrasi

antara pemerintahan dan sistem pasar.67

Pembangunan merupakan teori, proses

dan realisasi tujuan sosial dan ekonomi secara bersamaan. Dalam hal ini, tujuan

pemerataan pendapatan sosial dan efisiensi ekonomi harus dicapai (prinsip

pemerataan-efisiensi) dalam perspektif etika.

Semua etika dalam Islam, berlandaskan pada hukum dari wahyu Allah

dan sabda Rasulullah. Dengan demikian, dalam Islam, penerimaan dari apa yang

sah dan etis tidak sama dengan pemikiran yang mendasarkan hukum yang

berlandaskan pada filosofi rasionalisme. Choudhury mengkontraskan dua filosofi

ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang, yaitu pertama, filosofi rasionalisme

sebagai sumber pengetahuan dan pengembangan sistem pengetahuan dunia.

Kedua, filosofi Ilahi dimana konsep pengetahuan dan struktur sistem dunia

67

Choudhury, M. A, Comparative Development Studies In Search of the World View, (London: The Macmillan Press Ltd, 1993).

Page 76: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

67

bertujuan untuk kemaslahatan umat melalui konseptualisasi, perumusan dan

pengamalan kepentingan dunia dan akhirat.68

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tauhid merupakan kata

benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.

Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada-yuwahhidu.

Secara etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah

SWT adalah esa, tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid

yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu ―keesaan Allah‖ mentauhidkan

berarti ―mengakui akan keesaan Allah, mengesakan Allah‖.69

Tauhid merupakan unsur utama yang mengikat manusia dengan tuhannya

agar menjadi pribadi yang sesuai dengan kodrat penciptaannya. Implikasinya

adalah timbulnya perilaku (moral dan etika) manusia yang hanya patuh dan takut

kepada keesaan Allah SWT yang merupakan satu-satunya pencipta alam semesta

dimana di dalamnya terdapat sumber-sumber ekonomi dan kekayaan bagi

manusia, yang mana dapat diketahui bahwa Sang Penciptalah yang mengetahui

kebaikan dan kesesuaian bagi apa saja yang diciptakan-Nya termasuk manusia

dan segala sumber daya untuk pemenuhan kebutuhannya di dunia termasuk

kebutuhan akan ekonomi dalam kehidupan.

Nilai ekonomi Islam adalah persyaratan penerapan yang berhasil dari

ekonomi Islam. Melalui sebuah proses pendidikan, nilai-nilai ini akan harus

68

Choudhury, M. A, The Unicity Precept and the Socio-Scientific Order (Lenham: University Press of America, 1993).

69 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.1.

Page 77: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

68

ditanamkan dalam masyarakat sebelum usaha-usaha yang sungguh-sungguh

dilakukan untuk melaksanakan ajaran ekonomi Islam.

B. Implementasi Konsep Tauhid dalam Upaya Mengoptimalkan

Keberlanjutan Ekonomi Berlandaskan Tauhid

Ekonomi Islam tidak sependapat dengan sudut pandang analisis ekonomi

konvensional, hal ini dilandasi oleh pokok ajaran utama dalam ekonomi islam

yakni prinsip tauhid dan persaudaraan. Tauhid secara harfiah berarti 'unit', dalam

konteks ekonomi yang berarti bahwa tauhid merangkum inti dari seluruh esensi

ekonomi islam. Dalam hal ini mengajarkan manusia bagaimana berhubungan dan

berurusan dengan manusia lain dalam terang hubungannya dengan Tuhan.70

Choudhury mengatakan bahwa di balik cara kerja ekonomi yang

didasarkan pada pertukaran pasar, alokasi sumber daya, maksimalisasi utilitas dan

keuntungan seperti dalam ekonomi konvensional terdapat kebenaran yang lebih

dalam dan mendasar dari sekedar keadilan sosial.71

Di dalam islam kapasitas untuk memahami dan menggali nilai keadilan

sosial ini bersumber dari pengetahuan dan praktek prinsip-prinsip yang telah

diamanatkan Al-quran. Dengan cara ini prinsip tauhid dan persaudaraan mengatur

dan membatasi tugas atau tanggung jawab antar sesama manusia serta tugasnya

terhadap tuhan. Dalam istilah yang lebih praktis esensi tauhid dan persaudaraan

terletak pada kesetaraan dan kerjasama.

70

Masudul Alam Choudhury, Contributions to Islamic Economic Theory : A Study in Social Economics (New York: St. Martin’s Press, 1986), h.8.

71Ibid., h.8

Page 78: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

69

Kesetaraan yang lebih terang hubungannya dengan tauhid ini erat

hubungannya dengan keadilan secara merata dalam hal kepemilikan kekayaan

sumber daya baik dalam penguasaan modal produksi maupun perolehan

masyarakat dalam hal tingkat konsumsi. Sehingga dibutuhkan adanya langkah-

langkah strategis yang mesti diimplementasikan.

Choudhury mengungkapkan bahwa landasan pembentukan preferensi,

mekanisme pasar dan instrumen penciptaan kekayaan dalam Islam telah diatur

dan dibatasi secara alamiah oleh Allah SWT dalam ayat-ayat Al-qur‘an yang

merupakan sumber hukum moral utama. Tinggal bagaimana keyakinan tersebut,

yang dalam hal ini disebut dengan konsep tauhid berkembang secara keilmuan

lalu berproses secara interaktif, integratif dan evolutif untuk kemudian

membentuk suatu penjelasan secara ilmiah, skematis dan matematis terhadap

kondisi perekonomian serta kebijakan ekonomi seperti apa yang dapat diambil

demi tetap terjaganya maslahah mursalah yang menjadi tujuan (maqashid

syari’ah) di dalam kehidupan manusia.72

1. Penghapusan Riba dan Distribusi Kekayaan Sumber Daya

Dalam rangka membangun prinsip tauhid dan persaudaraan, Islam

membuat aturan mengenai penghapusan riba dan penerapan redistribusi kekayaan

individu dan nasional yang sangat penting. Islam telah menetapkan lembaga untuk

membawa kebijakan ini berlaku. 73

72

Masudul Alam Choudhury, Wealth Creation in Islam (Indianapolis: Indiana University, 2007), h.1-18.

73 Masudul Alam Choudhury, Contributions to Islamic Economic Theory, h.11.

Page 79: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

70

Menurut teori ekonomi neo-klasik, komponen distributif dari total produk

bruto tahunan negara atau suatu usaha digunakan dalam tiga cara: pertama, orang

berusaha mendapatkan masukan modal lebih nyata untuk produksi lebih lanjut;

kedua untuk kepentingan upah; ketiga diambil oleh pengusaha dalam bentuk

keuntungan, bunga dan sewa, pembentukan dengan cara ini dinilai lebih kapitalis.

Kehadiran suku bunga dan pengeluaran awal dari modal yang kemudian

memunculkan akumulasi secara terus menerus dari modal. Dari sistem yang

demikian itu, demi untuk memfasilitasi akumulasi modal di tangan beberapa

kelompok pemilik modal tertentu timbullah pengurangan upah dan pengangguran,

sehingga eksploitasi pada setiap angkatan kerjapun kerap terjadi. Dengan demikan

prinsip kesetaraan dan kerjasama terganggu oleh kehadiran bunga di dalam hal

praktek akumulasi modal. 74

Riba dalam islam tidak berarti bunga atas modal pinjaman saja. Tetapi

juga termasuk ke dalamnya setiap adanya peningkatan klaim individu atau negara

terhadap kekayaan atau kepemilikan yang melampaui batasan keabsahan yang

dibolehkan menurut Islam, yang kemudian batasan tersebut menjadi bahan

pertimbangan pula bagi segala jenis penguasaan terhadap kepemilikan alat-alat

produksi tersebut.

Yang menarik, penghapusan bunga dalam Islam dianggap penting,

sehingga Islam memberikan perhatian pada pelaksanaan hak dari kepemilikan

pribadi. Dengan demikian penghapusan bunga tersebut mampu mengakhiri

terjadinya penindasan dan eksploitasi tenaga kerja, juga berbagai eksploitasi

74

Ibid., h.12.

Page 80: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

71

sumber daya alam yang keluar batas, demi berlangsungnya keberlanjutan ekonomi

yang maksimal dari generasi masa kini kepada generasi yang akan datang

sehingga dapat memperoleh jaminan paling tidak ukuran tingkat konsumsi

minimum yang terjaga dan adanya kepastian suatu sistem harga yang

berlandaskan aturan yang adil secara aspek sosial ekonomi.

2. Pembentukan Tatanan Sosial dalam Ekonomi Kesejahteraan dan Alokasi

Optimal Sumber Daya Menurut Islam.

Kesejahteraan ekonomi adalah studi tentang alokasi sumber daya yang

optimal untuk mencapai kesejahteraan sosial. Pernyataan di mana metodologi

analisis kesejahteraan sosial itu berbasis struktur preferensi dan selera individu

yang terdiri dari masyarakat dan preferensi masyarakat alternatif rasional dibentuk

oleh rasa sakit dan kesenangan hedonistik kalkulus individu. Landasan filosofis

ekonomi kesejahteraan karena itu dilanda oleh selera dan preferensi dari dua kubu

berbeda daripada agen-agen ekonomi, di satu sisi dari individu-individu yang

memiliki selera dan preferensi pra-modal mereka, dan di sisi lain prioritas

masyarakat memesan preferensi, sering Selaras dalam arti tertentu dengan selera

dan preferensi kolektif anggotanya.75

Hubungan sosial tidak bisa dikenakan pada individu, untuk kemudian nilai

analisis kesejahteraan dalam pengaturan pasar akan hilang. akibatnya masalah

alokasi sumber daya yang optimal melalui mekanisme pasar untuk mencapai akhir

dari tujuan sosial tertentu akan berhenti menjadi menarik. Namun, meskipun

75

Masudul Alam Choudhury, An Islamic Social Welfare function (Indianapolis: American Trust Publications, Jan.1983), h. 108.

Page 81: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

72

negara tidak bisa memaksakan preferensi untuk fungsi sosial pada individu adalah

mungkin untuk mengubah pandangan orang, dan melalui proses perubahan politik

dan sosial membawa preferensi individu dekat sesuai dengan tujuan sosial. ketika

keadaan seperti itu tercapai, etika individualistik, nilai-nilai dan preferensi

dikatakan benar terwakili dalam pemesanan preferensi sosial.

Individualisme yang merupakan ide dasar ekonomi konvensional tidak

dapat lagi bertahan, karena tidak mengindahkan adanya distribusi yang tepat,

sehingga terciptalah sebuah jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.76

Menurutnya ada tiga prinsip dasar dalam ekonomi islam yaitu :

a. Prinsip persatuan dan persaudaraan, dalam konteks ekonomi islam perinsip

persatuan dan persaudaraan adalah hal terpenting dari semua hubungan dalam

perekonomian karena di dalamnya diajarkan bagaiman seseorang saling

berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lainnya dengan penuh

kebenaran dan tanggung jawab terhadap Allah

b. Prinsip kerja dan berproduktivitas, prinsip ini terbagi atas gaji individual harus

sebanding dengan jumlah dan kategory pekerjaan yang mereka kerjakan

maksudnya apa yang mereka kerjakan sebanding dengan gaji atau upah yang

mereka terima

c. Prinsip distribusi kekayaan, Distributive justice yaitu menghendaki adanya

keadilan distribusi kekayaan melalui pembayaran zakat, sedekah dan infak

agar tidak merugikan orang lain atau menabung dengan sistem bagi hasil yang

76

Refky Fielnanda, Prinsip Dasar Menurut Masudul Alam Choudhury, Tugas Resume Kuliah Ekonomi Islam (Jambi: IAIN Jambi, 2010), h.1.

Page 82: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

73

mana tujuannya agar tidak terjadi jurang pemisah yang sangat dalam antara

yang kaya dan miskin.77

Konsep Islam menyatakan bahwa kepuasan optimal akan tercipta

manakala pihak lain sudah mencapai kepuasan atau hasil optimal yang diinginkan,

yang juga diikuti dengan kepuasan yang dialami oleh kita. Islam sebenarnya

memandang penting adanya distribusi, kemudian lahirlah zakat sebagai bentuk

dari distribusi itu sendiri.

Dari kerangka tersebut, insyaAllah keberlanjutan ekonomi menurut islam

dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Dan semua itu harus dibungkus oleh

etika dari para pelakunya serta peningkatan kualitas sumber daya manusianya (Al

Harran, 1996).

Utilitas yang optimal akan lahir manakala distribusi dan adanya etika yang

menjadi acuan dalam berperilaku ekonomi. Oleh karena itu semangat untuk

memiliki etika dan perilaku yang ihsan kini harus dikampanyekan kepada seluruh

sumber daya insani dari ekonomi Islam. Agar ekonomi Islam dapat benar-benar

diterapkan dalam kehidupan nyata, yang akan menciptakan keadilan sosial,

kemandirian, dan kesejahteraan masyarakatnya.

Pada akhirnya, laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi dalam Islam

merupakan hal yang alamiyah sebagai hasil dari proses pemanfaatan sumberdaya

secara efisisien dan penuh.

77

Masudul Alam Choudhury, Contributions to Islamic Economic Theory, h.8.

Page 83: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

74

Hal ini disebabkan karena tuntutan untuk mencapai kemakmuran material

dalam islam menghendaki.

Tidak boleh dicapai lewat produksi barang dan jasa yang tidak

sesuai dengan standar moral Islami

Tidak boleh memperlebar kesenjangan sosial antara si kaya dan si

miskin dengan mendorong konsumsi yang mencolok

Tidak boleh menimbulkan bahaya kepada generasi sekarang dan

akan datang dengan merusak lingkungan fisik dan moral mereka.78

78

Refky Fielnanda, Prinsip Dasar Menurut Masudul Alam Choudhury, h.3-4.

Page 84: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa yang telah dilakukan pada bab-bab

terdahulu, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari

perumusan masalah yang telah ditentukan. Kesimpulan tersebut penulis uraikan

sebagai berikut:

1. Definisi keberlanjutan menurut Choudhury adalah suatu kelangsungan

keadilan, keseimbangan, moral, etika dan akuisisi materi yang secara bersama

membentuk tatanan sosial manusia, pasar, lembaga dan ekonomi politik global.

Hal ini menyampaikan fakta bahwa masyarakat dan ekonomi, keuangan,

pemerintahan, lembaga dan yang lainnya tidak bisa terpisah dari nilai-nilai

moral dan etika. Karakteristik yang terbentuk dari moral dan etika ini yang

kemudian menentukan perubahan institusional, instrumen dan kebijakan dalam

bidang ekonomi dan kehidupan manusia.

2. Keberlanjutan ekonomi yang berlandaskan tauhid mutlak dibutuhkan

keberadaannya karena sebagai makhluk Allah, manusia mempunyai tugas

untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada penciptanya (al-khaliq).

Dalam pengabdian ini terkandung konsep tauhid (peng-esaan) terhadap tuhan.

Dengan demikian, tauhid merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama

dan utama dalam hubungan antara manusia, alam dan Allah. Berdasarkan

Page 85: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

76

landasan tauhid tersebut, Choudhury memperkenalkan gagasan pembangunan

sosio-ekonomi berkelanjutan melalui pemahaman hubungan antara ekonomi

dan masyarakat secara terintegrasi antara pemerintahan dan sistem pasar.

Pembangunan merupakan teori, proses dan realisasi tujuan sosial dan ekonomi

secara bersamaan. Dalam hal ini, tujuan pemerataan pendapatan dan efisiensi

ekonomi harus dicapai (prinsip pemerataan-efisiensi) dalam perspektif etika.

3. Dalam implementasinya tauhid dalam ekonomi berfungsi sebagai pusat kendali

seluruh pola perilaku manusia dalam kegiatan ekonomi melalui adanya batasan

agama Islam yang diatur melalui Al-qur‘an, Al-hadits (Sunnah) dan juga

ijtihad yang merupakan hasil penelitian dan pemikiran para ulama untuk

mendapatkan sesuatu jawaban atas permasalahan yang terus berkembang dari

waktu ke waktu namun tetap sesuai dan bersumber dari Al-qur‘an juga hadits

terhadap suatu hukum syara‘. Unsur penghapusan riba yakni menghilangkan

sistem bunga yang ada dan juga pelaksanaan redistribusi kekayaan sumber

daya secara adil merata melalui instrumen zakat dan pengaturan kepemilikan

masih menjadi acuan utama dalam usaha menciptakan kesejahteraan generasi

sekarang dan akan datang sehingga tercipta suatu keberlanjutan ekonomi yang

diharapkan menurut Islam

B. Saran

Sebagai konsep sederhana namun mencakup dimensi yang cukup luas,

pencarian konsep keberlanjutan yang memenuhi harapan semua pihak akan terus

berjalan. Pengembangan konsep dan model-model yang telah ada diharapkan akan

Page 86: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

77

selalu muncul. Oleh karena itu berdasarkan beberapa hal yang telah dibahas dalam

penelitian ini, konsep keberlanjutan yang berlandaskan tauhid sangat penting

untuk terus diteliti dan dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti di masa yang akan

datang sehingga menjadi acuan utama akademisi, pemerintah dan kalangan

praktisi dalam membangun kegiatan ekonomi masyarakat dengan berdasarkan

pokok-pokok ajaran utama Islam yang menghendaki kebahagiaan di dunia dan

akhirat (falah) yang merupakan hakikat konsep keberlanjutan yang sebenarnya.

Page 87: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

78

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Syeikh Muhammad. dalam Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 1993: h.2.

Adiyatna. "Filosofi Ekonomi Islam‖, artikel diakses pada 10 Desember 2014 dari

https://adiyatnapages.wordpress.com/2011/05/01/filosofi-ekonomi-islam-

by-dr-ir-h-roikhan-m-aziz-mm.

Akram Khan, Muhammad, Ed. Ajaran Nabi Muhammad SAW Tentang Ekonomi

(Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan tentang Ekonomi). T.tp: Bank

Muamalat, t.th.

al-faruqi, Ismail Raji. Tauhid. Terjemahan Rahmani Astuti. Bandung: Pustaka,

1988.

Amirin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian, Cet. 3. Jakarta: PT. Raja

Grrafindo Persada, 1995.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. 12.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Ascarya. Akad Dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa

Negara. Jakarta: Bank Indonesia, 2006.

Asmuni, Yusran Ilmu Tauhid. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.

Bukhori, Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987.

Chapra, M. Umer. Islam and Economic Development. terjemah Ikhwan Abidin

Basri. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press dan

Tazkia Institute, 2000.

Choudhury, M. A. Comparative Development Studies In Search of the World

View. London: The Macmillan Press Ltd, 1993.

_________. Comparative Development Studies In Search of the World View.

London: The Macmillan Press Ltd,1993.

_________. Tawhidi String Relationship. Jakarta: IEF Trisakti, 2008.

__________. The Unicity Precept and the Socio-Scientific Order. Lenham:

University Press of America, 1993.

__________. The Unicity Precept and the Socio-Scientific Order. Lenham:

University Press of America, 1993.

Page 88: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

79

__________. An Islamic Social Welfare function. Indianapolis: American Trust

Publications, Jan.1983.

__________. Contributions to Islamic Economic Theory : A Study in Social

Economics. New York: St. Martin‘s Press, 1986.

__________. Wealth Creation in Islam. Indianapolis: Indiana University, 2007.

Choudhury, M. A., & Hossain, M. S. Computing Reality. Tokyo: Blue Ocean

Press, 2006.

Choudhury, Nabaul. ―BioChoudhury‖. diakses pada 27 Agustus 2014 dari

www3edu.nd.edu/.../Choudhury/BioChoudhury.doc.

CIEFS. ―Prof. DR Masudul Alam Choudhury, PhD‖, diakses pada 12 September

2014 dari http://shariaeconomy.blogspot.com/2008/06/prof-dr-masudul-

alam-choudhury-phd.html.

Fauzi, A. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

__________.―Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi‖.

dalam Askar Jaya, ed. Konsep Pembangunan Berkelanjutan: Pengantar

Falsafah Sains Program S3. Bogor: IPB, 2004: h.3.

Fielnanda, Refky. ―Resume Prinsip Dasar Menurut Masudul Alam Choudhury‖.

diakses pada 24November 2014 dari

http://refkyfielnanda.blogspot.com/2011/03/ekonomi-syariah.html.

__________. Prinsip Dasar Menurut Masudul Alam Choudhury, Tugas Resume

Kuliah Ekonomi Islam. Jambi: IAIN Jambi, 2010.

FSH, Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi, Cet. Ke-1. Jakarta: UIN Press,

2012.

Hadi, Sutrisno. Metode Penelitian Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1990.

I, Ismawan. "Resiko Ekologis di Balik Pertumbuhan Ekonomi", dalam Hayu S.

Prabowo, Pengembangan Pemikiran Ekonomi Islam dalam Perlindungan

Lingkungan Hidup. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim,

2012: h.58.

IAIN Syarif Hidayatullah, Tim Penulis. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta:

Djambatan, 1992.

Jaya, Askar. Konsep Pembangunan Berkelanjutan, Makalah Program S3

Pengantar Falsafah Sains. Bogor: IPB, 2004.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Page 89: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

80

Koencaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet.14. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1970).

Lilik, Elang. Kumpulan Makalah Perubahan Lingkungan Global dan Kerjasama

Internasional. Bogor: IPB, 2003.

Lubis, Sahrawardi K. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Moloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 14. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2001.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, cet. 5. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 1991.

Nazir, Moh. Metode Penelitian, Cet. 4. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

Permeii. ―Profil Para Pakar Ekonomi Syariah‖. diakses pada 23 Desember 2014

dari http://permeii-indonesia.blogspot.com/2009/11/profil-para-pakar-

ekonomi-syariah.html.

Prabowo, Hayu S. ―Pengembangan Pemikiran Ekonomi Islam dalam

Perlindungan Lingkungan Hidup: Adopsi Pemikiran Green Economy‖: 28

Paper Confrence The 1st Islamic Economics and Finance Research

Forum: New Era of Indonesian Islamic Economics and Finance, 21-22

November 2012. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim,

2012. h.51-59.

R, Tarumingkeng. Pengantar Falsafah Sains, Semester Ganjil. Bogor:

Pascasarjana IPB, 2004.

Rasyid, Daud. Islam dalam Berbagai Dimensi. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

S, Soedomo. Ekonomi Hijau: Pendekatan Sosial, Kultural, dan Teknologi. Paper

presented at the Konsep Ekonomi Hijau/Pembangunan Ekonomi yang

Berkelanjutan Untuk Indonesia. Jakarta: Bappenas, 2010.

Sabiq, Sayyid. Aqidah Islam, terjemahan Moh. Abdai Rathomy. Bandung:

CV.Diponegoro, 1978.

Sutamihardja. ―Perubahan Lingkungan Global‖. dalam Askar Jaya, ed. Konsep

Pembangunan Berkelanjutan: Pengantar Falsafah Sains Program S3.

Bogor: IPB, 2004: h.3.

__________. Perubahan Lingkungan Global, Program Studi Pengelolaan Sumber

Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana. Bogor: IPB, 2004.

Taqi Usmani, Muhammad, oleh Prof. John Gray, Oxford University. Judgement

on Riba Perspectives. Boston: Kluwe Academic Publishers, 2001.

Page 90: URGENSI KEBERLANJUTAN EKONOMI BERLANDASKAN TAUHID

81

UGM, LPPM. "Pentingnya Green Economy di Tengah Ancaman Krisis Ekonomi

Global". artikel di akses pada 18 agustus 2014 dari

http://lppm.ugm.ac.id/lppm-highlights/212.

UNO. Green Economy: A Transformation to Address Multiple Crises. An

Interagency Statement of the United Nations System. Copenhagen: United

Nation, 2009.

Zainuddin. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.