bab ii tinjauan pustaka a. guru · 2019. 1. 9. · 9 bab ii tinjauan pustaka a. guru 1. pengertian...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GURU
1. Pengertian Guru
Berikut ini adalah uraian mengenai pengertian guru yang di kutip dari
Peraturan Perundang-undangan dan dari pendapat ahli :
a. Berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1
b. Menurut Ahli
Husnul Chotimah, Guru dalam pegertian sederhana adalah orang
yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar
ke peserta didik.2
Berdasarkan dua pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa guru adalah seseorang yang memberikan suatu fasilitas yang bersifat
mendidik untuk mendorong terbentuknya faktor-faktor tertentu melalui
bimbingan. Pendorongan motifasi melalui media-media pembelajaran dan
tidak mengekang suatu murid untuk hanya memfokuskan pada suatu titik
kajian sesuai dengan kemampuan, agar murid bisa menerjemahkan apa yang
pengajar inginkan dan dapat mengambil manfaat dari pembelajaran tersebut.
1Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. 2Dodik Heru Setyawan,”Pengertian Guru”,(Online), http://zonain fosemua. Blogspot
.co.id / 2014/03/pengertian-guru-menurut-pakarpendidikan.html/diakses 12 februari 2017).
10
2. Syarat Guru
Supaya tercapai tujuan pendidikan, maka seorang guru harus memiliki
syarat-syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah:
a. Syarat syakhiah (Memiliki kepribadian yang dapat diandalkan).
b. Syarat ilmiah (mengetahui, menghayati dan menyelami manusia yang di
hadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak
didik menuju tujuan yang ditetapkan).3
3. Jenis Guru
Kelompok atau jenis guru secara garis besar terbagi menjadi 3 (tiga)
yaitu: Guru Non Formal, Guru Non PNS dan Guru PNS. Uraian nya sebagai
berikut:
a. Guru Non Formal
Selain guru yang mengajar di sekolah formal (TK, SD, SMP, SLB,
SMA dan SMK) ada juga guru yang mengajar di sekolah non formal.
Seperti di Taman Penitipan Anak (TPA), detail, maka sejak Agustus
2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal (Ditjen
PAUDNI) saat ini berubah menjadi Dirjen PAUD dan PM, membuat
program pendataan PTK PAUD dan Pendidikan Masyarakat dengan
memberikan NPTK (Nomor Induk Pendidik dan Tenaga
Kependidikan).
Guru kategori ini sebagian besar belum mengalami kesejahteraan.
Nasib mereka masih perlu diperhatikan dan diperjuangkan Kelompok
3Muhamad Nurdin,”Kiat Menjadi Guru Profesional”, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2008),
halaman 129.
11
Bermain (KB), Satuan PAUD Sejenis (SPS), Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), tutor Keaksaraan dan Kursus, PKBM, TBM, TLD, FDI
dan sekolah keagamaan dan komunitas yang ada di masyarakat.
b. Guru PNS
Pengertian guru PNS adalah guru Pegawai Negeri Sipil yang
dijamin oleh Pemerintah. Guru ini dibagi menjadi PNS, PNS Depag
(Departemen Agama/Kementerian Agama) dan PNS DPK (PNS Dinas
yang dipekerjakan pada sekolah swasta).
Berdasarkan data Kemendikbud pada BPSDMPK, jumlah guru
PNS di seluruh Indonesia mencapai 1.330.512 guru. Terdiri dari Guru
PNS (1.297.670 orang), PNS Depag (6.819 orang) dan PNS DPK
(26.023 orang). Guru PNS saat ini adalah kategori guru yang cukup
sejahtera dengan segala tunjangan dan jaminan hidup yang mereka
dapatkan dibandingkan dengan yang lain.
Selanjutnya adalah kategori guru Non PNS, kelompok ini memiliki
jenis dan sebutkan yang lebih banyak.Untuk Guru Non PNS memiliki
beberapa istilah atau pengelompokan lagi, kategori Non PNS memiliki
jenis dan jumlah yang lebih banyak dari setiap jenisnya. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengkategorikan status Guru Non
Pegawai Negeri Sipil (NON PNS) adalah termasuk di dalamnya guru
yang berstatus Guru Bantu, Guru Honor Daerah (GHD), Guru Tetap
Yayasan (GTY) dan Guru Tidak Tetap (GTT). Nasib dan jaminan
kehidupan mereka masih sangat jauh dari sejahtera. Terkadang mereka
harus berjuang sendiri untuk kesejahteraan mereka. Nasib dan
12
keterjaminan masa depan mereka juga membutuhkan perhatian dan
tindakan yang tegas dari pemerintah. Guru Non PNS di antaranya
adalah:
1) Guru Bantu
Terhitung per 1 Januari 2016, Pemerintah akan memutus
perjanjian dengan Guru Bantu, dalam artian per Januari 2016 Guru
Bantu sudah dianggap tidak ada alias dihapus. Status guru bantu
berakhir pada 31 Desember 2015. Hal ini tertuang dalam Peraturan
menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 141 tahun 2014
tentang Penghentian Perjanjian Kerja Sama Guru Bantu.
Hingga saat ini guru bantu masih tersisa sebanyak 5.257
orang di seluruh Indonesia. Guru Bantu sendiri sudah ada sejak
tahun 2003 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 034/U/2003 tentang Guru Bantu. Lalu bagaimana nasib
Guru bantu selanjutnya. Dengan penghapusan perjanjian Guru
bantu pada 1 Januari 2016 dengan otomatis honorarium Guru bantu
akan dihentikan mulai 2016.
Namun kita berharap seperti yang tertuang di dalam Pasal
2 ayat (1) Permendikbud 141 Tahun 2014 disebutkan agar
Pemerintah Daerah dapat memaksimalkan peran guru bantu. Yaitu
untuk yang masih mengabdi di sekolah negeri dapat diangkat
menjadi PNS dan yang mengabdi di sekolah swasta dapat diangkat
menjadi Guru Tetap Yayasan (GTY). Honorium Guru
13
Bantusebelumnya diambil dari APBN (Permendiknas Nomor 7
tahun 2011).
2) Guru Honor Daerah (GHD)
Guru yang mengajar di sekolah negeri yang diangkat dan
mendapatkan SK rata-rata hanya dari Kepala Sekolah. Guru
Honorer Daerah (GHD) disebut juga sebagai Guru Honorer, Guru
Sukarelawan (Sukwan) dan Guru Wiyata Bhakti. Namun, beberapa
daerah GHD adalah Guru TKK (Tenaga Kerja Kontrak) yang
sudah mendapatkan gaji langsung dari Pemerintah Daerah. Sejak
tahun 2013 dan 2014 kemaren GHD yang mengabdi minimal per 1
Januari 2005 ke bawah telah banyak yang diangkat menjadi PNS.
Sisa GHD yang mencapai 107.614 orang tersebut kemungkinan
adalah guru yang didominasi pada pengabdian diatas tahun 2005.
GHD ini menjadi perhatian serius bagi Pemerintah.
Mengingat, honor dan gaji mereka yang sangat minim, karena
hanya dianggarkan dari dana BOS sebesar 15% dari alokasi BOS
tiap sekolah. GHD ini masih banyak yang digaji ala kadarnya
antara Rp. 150.000 - Rp. 600.000 per bulannya. Memang ada juga
daerah yang telah mengalokasikan dananya untuk menambah
kesejahteraan GHD.
3) Guru Tetap Yayasan (GTY)
Guru tetap yang mengabdi pada sekolah swasta. Pemberian
honor dan gaji sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah yang
bersangkutan. Namun, bagi yang sudah bersertifikat pendidik
14
sudah mendapatkan tambahan kesejahteraan dari Pemerintah
melalui Tunjangan Sertifikasi Guru (TPG). Beberapa diantaranya
juga mendapatkan tunjangan fungsional (tufung) bagi yang sudah
memiliki NUPTK dan Inpassing.
Saat ini jumlah GTY di seluruh Indonesia yang masuk
dalam binaan Kemendikbud sebanyak 504.155 guru. Di sebagian
daerah misalnya insentif untuk guru swasta atau GTY sudah
dianggarkan oleh Pemerintah Kota melalui APBD, sekalipun
jumlahnya masih tergolong minim. Umumnya, GTY tidak dapat
diangkat menjadi PNS, kecuali guru tersebut melamar lewat jalur
umum.
4) Guru Tidak Tetap (GTT)
Guru Tidak Tetap atau GTT merupakan guru yang
mengajar dan tersebar di sekolah negeri dan swasta. Umumnya
mereka bekerja tidak full time atau hanya paruh waktu saja,
berdasarkan jam pengajar yang ditentukan sesuai dengan perjanjian
kerja antara sekolah dengan guru. Bila guru honor daerah/TKK
umumnya sudah mendapatkan gaji tetap sesuai dengan perjanjian
kerja, lain halnya dengan GTT. Mereka kadang kala hanya
diberikan insentif sesuai dengan kemampuan sekolah atau yayasan
yang menaunginya. GTT ini di daerah biasa disebut juga sebagai
Guru Sukwan, Wiyata Bhakti dan Guru Honorer. Hingga saat ini
GTT di seluruh Indonesia masih cukup banyak mencapai 721.124
guru. Guru Tidak Tetap atau GTT juga salah satu guru yang
15
terganjal dalam proses pengangkatan PNS. Karena mereka selain
mengajar paruh waktu, juga banyak yang bekerja di sekolah
swasta. Khusus untuk GTT yang bekerja pada SMK mereka
mungkin tidak menjadi masalah besar, karena rata-rata perhitungan
gaji dihitung berdasarkan jumlah jam mengajar per bulan.4
Penelitian ini akan di fokuskan pada pengawasan terhadap guru
baik guru PNS, maupun Non PNS.
4. Tugas Guru
a. Sebagai Fasilitator
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta
didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan
kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik,
agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh
semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara
terbuka.5
b. Sebagai Motifator
Guru di di tuntut untuk membangkitkan nafsu belajar peserta didik.
Pembagkitan nafsu atau selera belajar ini sering juga di sebut motivasi
belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-
sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.6
4Milda,”Setatus”,(Online),(http://www.mildaini.com/2015/11/guru-beda-status-beda-
perla- kuan-beda.html/ diakses 18 Januari 2017). 5Dr.E.Mulyasa,”.Setandar Kompetensi dan Sertifikasi Guru”, (Bandung: Pt.Remaja
Rosdakarya,2009), halaman 53. 6Ibid,halaman 58.
16
c. Pelaksanaan proses belajar-mengajar
Pelaksanaan belajar-mengajar adalah pengalokasian dan
pengaturan sumber-sumber yang ada di sekolah untuk memungkinkan
proses belajar-mengajar itu dapat dilakukan guru dengan seefektif
mungkin.7
B. Hak dan Kewajiban Guru
Berikut adalah uraian mengenai hak dan kewajiban guru berdasarkan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
1. Kewajiban guru Pasal 20 yaitu:
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
a. Merencanakan pembelajaran,melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupukpersatuan dan kesatuan bangsa.
2. Hak Guru Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja.
7Prof. Soecipto,”Profesi keGuruan”,(Jakarta: Rineka Cipta,2009), halaman 159.
17
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual.
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan sanksi kepada peserta didik
sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
perundang-undangan.
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas.
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan.
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi.
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak guru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
(1) Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang
terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
(2) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama. Pasal 16
(1) Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik
yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
(2) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara
dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
18
(3) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 17
(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah.
(2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan subsidi tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) kepada guru
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan subsidi
tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dialokasikan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 18
(1) Pemerintah memberikan tunjangan khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (1) kepada guru yang bertugas di daerah khusus.
(2) Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara
dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
(3) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah di daerah
khusus, berhak atas rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 19
(1) Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan
bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan
putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.
19
(2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
8
` Dalam pasal yang tercantum di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
setelah Guru melakukan kewajiban maka sebaiknya Pemerintah segera
memberikan hak yang seharusnya diterima oleh Guru sesuai dengan perundang-
Undangan yang berlaku .
C. Mekanisme Pengawasan Hak dan Kewajiban Terhadap Guru Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
1. Pengertian pengawasan
Menurut George R. Tery pengertian pengawasan adalah pengawasan
sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksutnya
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, meningkatkan tindakan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang di
tetapkan. Dalam pengawasan juga memiliki fungsi dan dasar sistem yang
berlaku yang terdiri dari :
a. Fungsi pengawasan
a) Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target
sesuai dengan indikator yang di tetapkan.
b) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan
c) Melakukan berbagai alternativ dalam masalah.
8 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
20
b. Dasar – dasar pengawasan
a) Sistem pengawasan
Sistem koperatif adalah mempelajari laporan kemajuan
pekerjaan.
Sistem inspeksi adalah mengecek kebenaran dari
laporan.
Sistem investigasi adalah menitik beratkan pada
penyelidikan permasalahan secara mendalam.
b) Obyek pengawasan
Kuantitas dan kualitas program
Biaya program
Pelaksanaan
Hal-hal yang bersifat khusus
c) Standar operasi prosedur pengawasan.
Tahap penetapan stándar
Tahap penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Tahap pembandingan standart analisa penyimpangan.9
9Risky Pasoa ,” Pengawasan Menurut Para Ahli”,(Online),(Rizkypasoa.blogsport.co.id,
diakses 17 Juni 2017).
21
2. Peran pemerintah
Cara pemerintah supaya terwujudnya pendidikan yang baik dan maju adalah :
a. Menata profesionalisme guru Pengembangan sumber daya manusia saat
ini sedang digiatkan oleh berbagai pihak, baik lembaga-lembaga non
pemerintahan maupun masyarakat luas. Tentu, ketika membicarakan
SDM tidak bisa dipisahkan dari tenaga-tenaga yang menghasilkan SDM
itu sendiri yakni guru.10
b. Permasalahan profesionalisme guru Citra profesi guru masih tersisih
dibandingkan profesilain seperti dokter, insinyur, pegawai swasta. Karena
gaji guru paling rendah dibandingkan gaji profesilainnya. Permasalahan
rendah nya gaji guru dan berbagai persoalan yang membuntutinya
dipastikan berakibat pada lamban dan tidak profesionalnya kinerja guru.
Banyak saja guru yang pagi hari mengajar sore atau malam hari dilakukan
untuk kerja sampingan. Profesionalisme guru yang demikian akan
berdampak negative kepada suasana proses belajar mengajar yang tidak
kondusif. Padahal peran guru sangat berperan serta dalam mempersiapkan
sumber daya manusia (SDM) untuk masa depan Indonesia.11
c. Memperbaiki kualitas dan gaji guru Citra profesi guru haruslah diperbaiki,
guru harus mampu mengembangkan SDM karena guru sebagai seseorang
yang digugu dan ditiru, didengar dan dicontoh. Guru harus mempunyai
keleluasan untuk memberikan materi yang akan diberikan harus sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan tuntutan masyarakat. Guru juga
hlm 14.
10 Eka Prihatin,”Guru Sebagai Fasilitator”, (Bandung : Pt Karsa Mandiri Persada, 2008),
22
harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan
hidup. Bukan proses pembelajaran yang mencekam. Agar mampu
menunjang penguasaan iptek perlu ditanamkan kebiasaan mencari dan
menggali informasi pada para peserta didik.12
Penataan system menejemen
guru yang paling substansial adalah berkaitan dengan pembinaan karir
guru dan perbaikan system imbalan atau kesejahteraan. Sebagai seorang
yang professional, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dijamin
kesejahteraan hidupnya dengan cara memperbaiki system imbalan dan
pengaturan pemenuhan kebutuhan lainnya sampai tingkat kecukupan yang
wajar. Dengan demikian diharapkan para guru dapat mengabdikan diri
secara penuh kepada pelayanan pendidikan.
d. Perbaikan fasilitas pendidikan Sarana fisik sekolah seperti yang kita
ketahui bersama banyak sekolah dasar khususnya dipelosok-pelosok yang
tidak terurus dan tidak tertata serta tidak memiliki sarana yang memadai.
Padahal sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu guna menghadapi
masa depan. Sekolah juga dipercaya sebagai dasar yang baik bagi
pengembangan manusia. Pemerintah memperhatikan fasilitas pendidikan
seperti rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang rusak dan pembangunan
gedung baru yang permanen. Begitu juga ruang belajar dibuat agar anak
didik bisa merasa nyaman dalam belajar.
e. Membangun siswa yang berkualitas Pemberdayaan peserta didik diarahkan
dalam rangka melahirkan siswa ideal yakni siswa yang kreatif, inovatif
dan mandiri. Beasiswa pendidikan ini hendaknya diprioritaskan kepada
12 Drs. H. Hamdan Mansyur,”Pendidikan Kewarga Negaraan”, (Jakatra : Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hlm 36.
13“Peran Pemerintah”,(Online) (http://justclick-everlast.blogspot.co.id/2009/01/peran-
pemerintah-dalam-dunia-pendidikan.html/ diakses 20 Januari 2017.
23
para siswa ekonomi lemah (miskin) namun berpotensi dan cerdas.
Beasiswa pendidikan juga bermakna pemerataan dan perluasan
kesempatan belajar karena masih banyak resistensi sebagian masyarakat
untuk memasukkan anaknya pada lembaga-lembaga pendidikan dasar
karena alasan ekonomi, belum semua masyarakat mendapat layanan
pendidikan dasar secara optimal, khususnya di daerah terpencil, terisolir,
kumuh, dan kawasan konflik. Upaya pemerintah dalam memberdayakan
peserta didiknya, baik melalui perbaikan sarana fisik sekolah, peningkatan
mutu pembelajaran dan beasiswa. Peran serta pemerintah sangat besar
terhadap dunia pendidikan karena pemerintah sedang menginvestasikan
anak-anak kita untuk menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, dan inovatif
yang akan mampu membawa kemajuan bagi bangsanya kelak dikemudian
hari.13
3. Pengawasan Pemerintah
Dalam pengawasan Hak dan Kewajiban guru, peran pemerintah adalah
mengawasi permasalahan melalui survei, pendataan dan aduan yang masuk baik
melalui surat kabar maupun langsung di tujukan ke Dinas Pendidikan setelah
mendapat aduan maka pemerintah dapat mengatisipasinya. Respon pemerintah
terhadap sistem pengawasan tersebut mentukan perlindungan bagi guru yang
telah di atur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 bagian ke tujuh
mengenai perlindungan Pasal 39 di jelaskan sebagai berikut:
14Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
24
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan
satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan
hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja.
(3) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
(4) Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak
wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap
profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas.
(5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
14
Dalam pasal ini pemerintah merespon permasalahan guru yang terdapat di
indonesia bagi permasalahan mengenai hak dan kewajiban ataupun masalah lain
yang di terima guru