bab ii tinjauan pustaka a. pengertianrepository.ump.ac.id/2329/3/dyas destiana bab ii.pdf · ambang...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Persepsi adalah Proses penginterpretasian terhadap rangsangan yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang
berarti dan merupakan aktivitas yang di intergrasikan dalam diri individu
Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).
Proses persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera atau reseptor, dimana proses ini dinamakan proses
kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh
saraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologi kemudian
terjadi suatu proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari
sesuatu yang diterima dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus
yang diterima. Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang
dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi
adalah individu menyadari tentang sesuatu yang diterima melalui alat
indera atau reseptor (Sunaryo, 2004).
Gangguan sensori persepsi merupakan gejala umum dari skizofrenia
terdapat dua jenis utama masalah perseptual yaitu Halusinasi dan Ilusi
yang didefinisikan sebagai pengalaman atau kesan sensori yang salah
terhadap stimulasi sensori (Rasmun, 2009).
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indra dan berasal
dari stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan kedalam
pengalaman (Brooker, 2008).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengarkan
suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono,
2010).
Menurut Sunaryo (2004) tipe halusinasi ataupun jenis halusinasi
meliputi halusinasi penglihatan (halusinasi optik), halusinasi auditif
(halusinasi pendengaran), halusinasi penciuman (halusiansi olfaktorik),
halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap), halusinasi taktil (halusinasi
peraba), halusinasi kinestik (halusinasi gerak).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Halusinasi pendengaran adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat
( yang diprakarsai secara eksternal dan internal ) disertai dengan suatu
pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespons terhadap
setiap stimulus (Towsend, 2005).
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah persepsi klien salah satu terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang
sesuatu tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya
kemampuan manusia untuk membedakan rangsangan internal pikiran dan
rangsangan eksternal ( dunia luar ).
A. Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor Predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Luka
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stresor.
Menurut Rawlins dan Hancokck (1993, dalam Yosep, 2010 ) penyebab
halusianasi dapat dilihat dari lima dimensi berikut :
1) Dimensi Fisik
Halusinasi ditimbukan oleh beberapa kondisi fisik, seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat – obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menetang perintah tesebut, sehingga klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting.
Klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah – olah
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
control diri dan harga diri yang tidak dapat dalam dunia nyata.
5) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
B. Tanda dan Gejala
Menurut Towsend (2005) karakteristik perilaku yang dapat ditunjukan
klien dan kondisi halusinasi berupa :
Data Subyektif :
Klien mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat
gambaran tanpa stimulus yang nyata, mencium nyata stimulus yang
nyata, merasa makan sesuatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya,
takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya, ingin memukul
dan melempar barang.
Data Obyektif :
Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
terkadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata
dan yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain,
disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi
menurun, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi waajah
tegang, muka merah dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas
mandiri dan kurang bisa mengontrol diri, menunjukan perilaku,
merusak diri dan lingkungan.
C. Proses Terjadinya Masalah
Menurut Stuart (2007) halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu
sebagai berikut :
a) Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,
atau bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal – hal yang
menyenangkan, cara ini menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa tidak sesuai, menggerakan
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat
jika sedang asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b) Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming yaitu halusinasi menjadi
menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Karakteristik : pengalaman sensori yang menjijikan dan menakutkan
kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan.
Mulai ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu
dan dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : tanda – tanda system saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
c) Fase Ketiga
Adalah fase controlling yaitu pengalaman sensori menjadi kuasa.
Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
lainnya beberapa menit dan detik. Tanda – tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
d) Fase Keempat
Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien kabur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinya berubah menjadi mengancam, memerintah
dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
di lingkungan.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, atau katatonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.
D. Psikopatologi
Menurut Stuart (2007) pada model stres dan adaptasi dalam keperawatan
jiwa terjadi halusinasi disebabkan oleh faktor berikut ini antara lain faktor
predisposisi, stresor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping,
mekanisme koping, dan rentang respon.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Faktor Predisposisi
Bio Psiko Sosiokultular
Stressor Presipitasi
Sifat Asal Waktu Jumlah
Penilaian terhadap sressor
Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial
Sumber – sumber Koping
Kemampuan dukungan personal Aset materi
Mekanisme Koping
Regresi Proyeksi Menarik diri
Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladatif
Gambar II.1 Patopsikologis Gangguan sensori perspesi : halusinasi
pendengaran.
Sumber : Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5 Stuart (2007).
E. Rentang respons neurobiologis
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Respon prilaku klien dapat di identifikasi sepanjang rentang respons
yang berhubungan dengan fungsi neurologi. Perilaku yang dapat diamati
dan mungkin menunjukan adanya halusinasi disajikan didalam tabel :
Respon Adaptif Respon Maladatif
Pikiran Logis Distorsi Pikiran Waham
Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisten Menarik diri Sulit Berespon
Perilaku sesuai Reaksi emosi >/< Perilaku disorganisasi
Hubungan sosial Perilaku tidak biasa Isolasi sosial
Sumber : Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5 Stuart (2007).
F. Penatalaksanaan medis
Terapi dalam jiwa bukan meliputi pengobatan dan farmakologi, tetapi juga
pemberian psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan gejala
atau penyakit klien yang akan mendukung penyembuhan klien jiwa. Pada
terapi tersebut juga harus dengan dukungan keluarga dan sosial akan
memberikan peningkatan penyembuhan karena klien akan merasa berguna
dalam masyarakat dan tidak merasa diasingkan dengan penyakit yang
dialaminya (Kusumawati & Hartono, 2010).
Menurut Stuart (2007) Terapi di Bidang Psikiatri meliputi :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
1. Psikofarmakologis
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat.
Obat yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan
psikofarmaka atau psikotropika atau phrenotropika. Terapi gangguan
jiwa dengan menggunakan obat – obatan disebut dengan
psikofarmakoterapi atau medikasi psikotropika yaitu obat yang
mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental penderita
karena kerjanya pada otak / sistem saraf pusat.
2. Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladatif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditunjukan
pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik
klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien. Jenis terapi somatic
adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi , dan fototerapi.
a. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk
melindungi cedera fisik pada klien sendiri atau orang lain.
b. Terapi Kejang Listrik/ Elektro Convulsive Therapy ( ECT )
Adalah bentuk terapi pada klien dengan menimbulkan kejang
(Grandmal) dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah ( 2
– 3 joule ) melalui elektroda yang ditempelkan beberapa detik
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
pada pelipis kiri / kanan (Lobus Frontalis) klien.
c. Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menetapkan klien sendiri
diruangan tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan
melindungi klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya
potensial yang mungkin terjadi. Akan tetapi tidak dianjurkan pada
klien dengan risiko bunuh diri, klien dengan agitasi yang disertai
dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat, serta
perilaku yang menyimpang.
d. Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien
pada sinar terang 5 - 20x lebih terang daripada sinar ruangan
dengan posisi klien duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5 meter
didepan klien diletakan lampu setinggi mata. Terapi ini
bermanfaat dan menimbulkan efek positif, serta 75% dapat
menurunkan gejala depresi dengan efek samping ketegangan pada
mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual,
mata menjadi kering, serta keluar sekresi dari hidung dan sinus.
3. Terapi Modalitas
Terapi Modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dan perilaku yang
maladatif menjadi perilaku adaptif. Jenis terapi modalitas meliputi
Psikoanalisis Psikoterapi, Terapi Modifikasi Perilaku, Terapi
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Kelompok, Terapi Keluarga, Terapi Rehabilitasi, Terapi Psikodrama,
Terapi Lingkungan.
G. Pohon Masalah
Masalah keperawatan untuk kasus gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran dapat digambarkan dalam pohon masalah berikut :
Akibat Risiko perilaku mencederai diri
Penyebab Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Gambar II.2 Pohon masalah gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran
Sumber : Keperawatan Kesehatan Jiwa Keliat (2005)
H. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat (2005) adalah
1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
2. Risiko perilaku mencederai diri
3. Isolasi sosial
4. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
I. Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran
TUM : Klien dapat mengontrol halusinasinya
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24
jam diharapkan :
- Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, klien mau
menyebutkan nama, ada kontak mata, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat dan memperkenalkan diri
dengan sopan.
b. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
- Sapa klien dengan ramah
- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien
TUK II : Klien dapat mengenal halusinasinya
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya
halusinasi
- Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi
b. Tindakan Keperawatan
- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku halusinasi dan tanda-
tandanya
- Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap
- Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan
dengan halusinasinya
- Terima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien dan tidak nyata
bagi perawat
- Identifikasi bersama klien tentang waktu, munculnya
halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika
halusinasi muncul
- Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi
halusinasi
- Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaannya.
TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya
- Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol
halusinasi
- Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya
- Klien dapat memilih cara mengendalikan halusinasinya
b. Tindakan Keperawatan
- Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi.
- Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian
kepada klien.
- Diskusikan cara lain untuk memutus atau mengontrol
timbulnya halusinasi.
- Bantu klien melatih cara memutus halusinasi.
- Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih, evaluasi
hasil dan beri pujian jika berhasil.
- Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
- Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika
mengalami halusinasi.
TUK IV : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan baik
- Klien mendapat informasi tentang manfaat, efek samping obat
dan akibat berhenti minum obat
- Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat.
b. Tindakan Keperawatan
- Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat
minum obat
- Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
- Anjurkan klien bicara dengan perawat tentang manfaat dan
efek samping
- Diskusikan akibat berhenti minum obat
- Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
- Berikan pujian positif.
TUK V : Klien dapat mendapat dukungan keluarga atau
memanfaatkan sistem pendukung untuk mengendalikan
halusinasinya.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Keluarga dapat saling percaya dengan perawat
- Keluarga dapat menjelaskan perasaannya
- Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien halusinasi
- Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan klien
halusianasi dirumah
- Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien halusinasi
b. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Akibat yang akan terjadi apabila perilaku halusinasi tidak
ditanggapi
2) Cara keluarga merawat klien halusinasi
3) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk mengontrol halusinasinya
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu minggu sekali
- Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang
telah dicapai keluarga.
2. Diagnosa keperawatan II : Risiko perilaku kekerasan
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24
jam diharapkan :
- Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat
- Ada kontak mata
- Klien dapat menerima kehadiran perawat
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau menjawab salam
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau berdampingan dengan perawat
- Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
b. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
- Sapa klien dengan ramah
- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klen apa adanya
- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien.
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab kekerasan
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien mengungkapkan perasaannya
- Klien dapat mengungkapkan penyebab marahnya.
b. Tindakan Keperawatan
- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
- Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab marah
- Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan
dirasakan saat marah.
TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien dapat mengungkapakan tanda-tanda marah
- Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah
b. Tindakan Keperawatan
- Anjurkan klien mengungkapakan yang dialami soal marah
- Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
- Simpulkan bersama klien tanda-tanda marah
TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien dapat mengungkapkan periliaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien
- Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
bisa dilakukan
- Klien menegetahui cara yang dapat menyelesaikan masalah.
b. Tindakan Keperawatan
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien
- Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
- Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai
TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat kekerasan
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien
b. Tindakan Keperawatan
- Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan
- Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien
- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan
secara konstruktif.
b. Tindakan Keperawatan
- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat.
- Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
TUK VII : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
1) Fisik : tarik nafas dalam, olahraga, menyiram
tanaman.
2) Verbal : mengatakan langsung dengan tidak menyakiti.
3) Spiritual : sholat, berdoa dan ibadah lainnya.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Tindakan Keperawatan
- Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
- Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
- Bantu klien menstimulus cara tersebut
- Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulus
cara tersebut.
- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari
saat marah.
TUK VIII : Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol
perilaku kekerasan.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Keluarga klien dapat :
1) Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku
kekerasan.
2) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.
b. Tindakan Keperawatan
- Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
- Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
- Jelaskan cara-cara merawat klien
- Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi.
TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien dapat menyebutkan obat-obatan yang diminum dan
kegunaannya.
- Klien dapat minum obat sesuai program terapi.
b. Tindakan Keperawatan
- Jelaskan jeins-jenis obat yang diminum klien
- Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian jika berhenti
minum obat tanpa seijin dokter.
- Jelaskan prinsip lima benar minum obat
- Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
3. Diagnosa keperawatan III : Isolasi Sosial
TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24
jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Wajah klien cerah, tersenyum, klien mau berkenalan, ada
kontak mata, klien bersedia menceritakan perasaannya.
b. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
- Sapa klien dengan ramah
- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klen apa adanya
- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien.
TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien dapat menyebutkan isolasi sosial : menarik diri berasal
dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Tindakan Keperawatan
- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
menarik diri.
- Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda
– tanda serta penyebab yang muncul.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan
perasaannya.
TUK III : Klien dapat menyebutkan manfaat hubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
b. Tindakan Keperawatan
- Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
manfaat berhubungan dengan orang lain.
- Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain.
- Berikan reinforcement positif tentang kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain.
- Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
4. Diagnosa keperawatan IV : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal dan mampu meningkatkan harga dirinya.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24
jam diharapkan :
- Klien mau tersenyum.
- Klien mau berjabatan tangan.
- Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
b. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
- Sapa klien dengan ramah
- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klen apa adanya
- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien.
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang
dimiliki.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang
positif keluarga, lingkungan yang disekitar klien.
b. Tindakan Keperawatan
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif dengan klien.
- Setiap bertemu klien dihindarkan dari penilaian negatif.
- Utamakan member pujian yang realistik.
TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x
24 jam diharapkan :
- Klien mampu menilai kemampuan yang digunakan.
b. Tindakan Keperawatan
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit.
TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki dan klien dapat melakukan
kegiatan sesuai dengan kondisi sakit.
a. Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24
jam diharapkan :
- Klien dapat membuat rencana kegiatan sehari – hari.
- Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Tindakan Keperawatan
- Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
- Tingkatkan kegiatan yang sesuai kondisi klien.
- Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
- Beri kesempatan untuk mencoba kegiatan.
- Beri pujian atas keberhasilan klien.
Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013