bab ii tinjauan pustaka a. pengertianrepository.ump.ac.id/2329/3/dyas destiana bab ii.pdf · ambang...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi adalah Proses penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang di intergrasikan dalam diri individu Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004). Proses persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, dimana proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologi kemudian terjadi suatu proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang sesuatu yang diterima melalui alat indera atau reseptor (Sunaryo, 2004). Gangguan sensori persepsi merupakan gejala umum dari skizofrenia terdapat dua jenis utama masalah perseptual yaitu Halusinasi dan Ilusi yang didefinisikan sebagai pengalaman atau kesan sensori yang salah terhadap stimulasi sensori (Rasmun, 2009). Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Upload: phungngoc

Post on 01-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Persepsi adalah Proses penginterpretasian terhadap rangsangan yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang

berarti dan merupakan aktivitas yang di intergrasikan dalam diri individu

Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

Proses persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus yang

mengenai alat indera atau reseptor, dimana proses ini dinamakan proses

kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh

saraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologi kemudian

terjadi suatu proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari

sesuatu yang diterima dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus

yang diterima. Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang

dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi

adalah individu menyadari tentang sesuatu yang diterima melalui alat

indera atau reseptor (Sunaryo, 2004).

Gangguan sensori persepsi merupakan gejala umum dari skizofrenia

terdapat dua jenis utama masalah perseptual yaitu Halusinasi dan Ilusi

yang didefinisikan sebagai pengalaman atau kesan sensori yang salah

terhadap stimulasi sensori (Rasmun, 2009).

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indra dan berasal

dari stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan kedalam

pengalaman (Brooker, 2008).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau

rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengarkan

suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono,

2010).

Menurut Sunaryo (2004) tipe halusinasi ataupun jenis halusinasi

meliputi halusinasi penglihatan (halusinasi optik), halusinasi auditif

(halusinasi pendengaran), halusinasi penciuman (halusiansi olfaktorik),

halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap), halusinasi taktil (halusinasi

peraba), halusinasi kinestik (halusinasi gerak).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang

berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien

sehingga berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).

Halusinasi pendengaran adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat

( yang diprakarsai secara eksternal dan internal ) disertai dengan suatu

pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespons terhadap

setiap stimulus (Towsend, 2005).

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

halusinasi adalah persepsi klien salah satu terhadap lingkungan tanpa

stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang

sesuatu tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya

kemampuan manusia untuk membedakan rangsangan internal pikiran dan

rangsangan eksternal ( dunia luar ).

A. Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a. Faktor Predisposisi

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan

dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai

dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan

otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Luka

pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan

dengan perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter

yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor

dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal

menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak

manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian

depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan

anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan

yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah

penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,

bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.

b. Faktor Presipitasi

1. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh

otak untuk diinterpretasikan.

2. Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap

stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

3. Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam

menanggapi stresor.

Menurut Rawlins dan Hancokck (1993, dalam Yosep, 2010 ) penyebab

halusianasi dapat dilihat dari lima dimensi berikut :

1) Dimensi Fisik

Halusinasi ditimbukan oleh beberapa kondisi fisik, seperti kelelahan

yang luar biasa, penggunaan obat – obatan, demam hingga delirium,

intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang

lama.

2) Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat

diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi

dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak

sanggup lagi menetang perintah tesebut, sehingga klien berbuat

sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi Intelektual

Bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan

fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego

sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan

suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil

seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

perilaku klien.

4) Dimensi Sosial

Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting.

Klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat

membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah – olah

merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

control diri dan harga diri yang tidak dapat dalam dunia nyata.

5) Dimensi Spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,

rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang

berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

B. Tanda dan Gejala

Menurut Towsend (2005) karakteristik perilaku yang dapat ditunjukan

klien dan kondisi halusinasi berupa :

Data Subyektif :

Klien mendengar suara atau bunyi tanpa stimulus nyata, melihat

gambaran tanpa stimulus yang nyata, mencium nyata stimulus yang

nyata, merasa makan sesuatu, merasa ada sesuatu pada kulitnya,

takut terhadap suara atau bunyi yang didengarnya, ingin memukul

dan melempar barang.

Data Obyektif :

Klien berbicara, senyum dan tertawa sendiri, pembicaraan kacau dan

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

terkadang tidak masuk akal, tidak dapat membedakan hal yang nyata

dan yang tidak nyata, menarik diri dan menghindar dari orang lain,

disorientasi, tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi

menurun, perasaan curiga, takut, gelisah, bingung, ekspresi waajah

tegang, muka merah dan pucat, tidak mampu melakukan aktifitas

mandiri dan kurang bisa mengontrol diri, menunjukan perilaku,

merusak diri dan lingkungan.

C. Proses Terjadinya Masalah

Menurut Stuart (2007) halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu

sebagai berikut :

a) Fase Pertama

Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada

tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.

Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,

atau bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat

diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal – hal yang

menyenangkan, cara ini menolong sementara.

Perilaku klien : tersenyum atau tertawa tidak sesuai, menggerakan

bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat

jika sedang asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.

b) Fase Kedua

Disebut dengan fase condemming yaitu halusinasi menjadi

menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Karakteristik : pengalaman sensori yang menjijikan dan menakutkan

kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan.

Mulai ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu

dan dapat mengontrolnya.

Perilaku klien : tanda – tanda system saraf otonom seperti

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan

halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.

c) Fase Ketiga

Adalah fase controlling yaitu pengalaman sensori menjadi kuasa.

Termasuk dalam gangguan psikotik.

Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,

menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak

berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian

lainnya beberapa menit dan detik. Tanda – tanda fisik berupa klien

berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.

d) Fase Keempat

Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien kabur dengan

halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.

Karakteristik : halusinya berubah menjadi mengancam, memerintah

dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang

kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain

di lingkungan.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,

perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, atau katatonik, tidak

mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu

berespon lebih dari satu orang.

D. Psikopatologi

Menurut Stuart (2007) pada model stres dan adaptasi dalam keperawatan

jiwa terjadi halusinasi disebabkan oleh faktor berikut ini antara lain faktor

predisposisi, stresor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping,

mekanisme koping, dan rentang respon.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Faktor Predisposisi

Bio Psiko Sosiokultular

Stressor Presipitasi

Sifat Asal Waktu Jumlah

Penilaian terhadap sressor

Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial

Sumber – sumber Koping

Kemampuan dukungan personal Aset materi

Mekanisme Koping

Regresi Proyeksi Menarik diri

Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladatif

Gambar II.1 Patopsikologis Gangguan sensori perspesi : halusinasi

pendengaran.

Sumber : Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5 Stuart (2007).

E. Rentang respons neurobiologis

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Respon prilaku klien dapat di identifikasi sepanjang rentang respons

yang berhubungan dengan fungsi neurologi. Perilaku yang dapat diamati

dan mungkin menunjukan adanya halusinasi disajikan didalam tabel :

Respon Adaptif Respon Maladatif

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Waham

Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi

Emosi Konsisten Menarik diri Sulit Berespon

Perilaku sesuai Reaksi emosi >/< Perilaku disorganisasi

Hubungan sosial Perilaku tidak biasa Isolasi sosial

Sumber : Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5 Stuart (2007).

F. Penatalaksanaan medis

Terapi dalam jiwa bukan meliputi pengobatan dan farmakologi, tetapi juga

pemberian psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan gejala

atau penyakit klien yang akan mendukung penyembuhan klien jiwa. Pada

terapi tersebut juga harus dengan dukungan keluarga dan sosial akan

memberikan peningkatan penyembuhan karena klien akan merasa berguna

dalam masyarakat dan tidak merasa diasingkan dengan penyakit yang

dialaminya (Kusumawati & Hartono, 2010).

Menurut Stuart (2007) Terapi di Bidang Psikiatri meliputi :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

1. Psikofarmakologis

Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat.

Obat yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan

psikofarmaka atau psikotropika atau phrenotropika. Terapi gangguan

jiwa dengan menggunakan obat – obatan disebut dengan

psikofarmakoterapi atau medikasi psikotropika yaitu obat yang

mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental penderita

karena kerjanya pada otak / sistem saraf pusat.

2. Terapi Somatis

Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladatif

menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditunjukan

pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik

klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien. Jenis terapi somatic

adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi , dan fototerapi.

a. Pengikatan

Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual

untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk

melindungi cedera fisik pada klien sendiri atau orang lain.

b. Terapi Kejang Listrik/ Elektro Convulsive Therapy ( ECT )

Adalah bentuk terapi pada klien dengan menimbulkan kejang

(Grandmal) dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah ( 2

– 3 joule ) melalui elektroda yang ditempelkan beberapa detik

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

pada pelipis kiri / kanan (Lobus Frontalis) klien.

c. Isolasi

Isolasi adalah bentuk terapi dengan menetapkan klien sendiri

diruangan tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan

melindungi klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya

potensial yang mungkin terjadi. Akan tetapi tidak dianjurkan pada

klien dengan risiko bunuh diri, klien dengan agitasi yang disertai

dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat, serta

perilaku yang menyimpang.

d. Fototerapi

Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien

pada sinar terang 5 - 20x lebih terang daripada sinar ruangan

dengan posisi klien duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5 meter

didepan klien diletakan lampu setinggi mata. Terapi ini

bermanfaat dan menimbulkan efek positif, serta 75% dapat

menurunkan gejala depresi dengan efek samping ketegangan pada

mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual,

mata menjadi kering, serta keluar sekresi dari hidung dan sinus.

3. Terapi Modalitas

Terapi Modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi

diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dan perilaku yang

maladatif menjadi perilaku adaptif. Jenis terapi modalitas meliputi

Psikoanalisis Psikoterapi, Terapi Modifikasi Perilaku, Terapi

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Kelompok, Terapi Keluarga, Terapi Rehabilitasi, Terapi Psikodrama,

Terapi Lingkungan.

G. Pohon Masalah

Masalah keperawatan untuk kasus gangguan sensori persepsi : halusinasi

pendengaran dapat digambarkan dalam pohon masalah berikut :

Akibat Risiko perilaku mencederai diri

Penyebab Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gambar II.2 Pohon masalah gangguan sensori persepsi : halusinasi

pendengaran

Sumber : Keperawatan Kesehatan Jiwa Keliat (2005)

H. Diagnosa Keperawatan

Menurut Keliat (2005) adalah

1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran

2. Risiko perilaku mencederai diri

3. Isolasi sosial

4. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

I. Perencanaan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan I : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Pendengaran

TUM : Klien dapat mengontrol halusinasinya

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24

jam diharapkan :

- Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, klien mau

menyebutkan nama, ada kontak mata, klien mau duduk

berdampingan dengan perawat dan memperkenalkan diri

dengan sopan.

b. Tindakan Keperawatan

- Bina hubungan saling percaya

- Sapa klien dengan ramah

- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan

- Jelaskan tujuan pertemuan

- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien

TUK II : Klien dapat mengenal halusinasinya

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya

halusinasi

- Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi

b. Tindakan Keperawatan

- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku halusinasi dan tanda-

tandanya

- Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap

- Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan

dengan halusinasinya

- Terima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien dan tidak nyata

bagi perawat

- Identifikasi bersama klien tentang waktu, munculnya

halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi

- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika

halusinasi muncul

- Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi

halusinasi

- Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam

mengungkapkan perasaannya.

TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan

untuk mengendalikan halusinasinya

- Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol

halusinasi

- Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya

- Klien dapat memilih cara mengendalikan halusinasinya

b. Tindakan Keperawatan

- Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika

terjadi halusinasi.

- Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian

kepada klien.

- Diskusikan cara lain untuk memutus atau mengontrol

timbulnya halusinasi.

- Bantu klien melatih cara memutus halusinasi.

- Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih, evaluasi

hasil dan beri pujian jika berhasil.

- Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.

- Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika

mengalami halusinasi.

TUK IV : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping

- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan baik

- Klien mendapat informasi tentang manfaat, efek samping obat

dan akibat berhenti minum obat

- Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat.

b. Tindakan Keperawatan

- Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat

minum obat

- Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan

manfaatnya

- Anjurkan klien bicara dengan perawat tentang manfaat dan

efek samping

- Diskusikan akibat berhenti minum obat

- Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar

- Berikan pujian positif.

TUK V : Klien dapat mendapat dukungan keluarga atau

memanfaatkan sistem pendukung untuk mengendalikan

halusinasinya.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Keluarga dapat saling percaya dengan perawat

- Keluarga dapat menjelaskan perasaannya

- Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien halusinasi

- Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan klien

halusianasi dirumah

- Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien halusinasi

b. Tindakan Keperawatan

- Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

- Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

1) Akibat yang akan terjadi apabila perilaku halusinasi tidak

ditanggapi

2) Cara keluarga merawat klien halusinasi

3) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan

kepada klien untuk mengontrol halusinasinya

- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian

menjenguk klien minimal satu minggu sekali

- Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang

telah dicapai keluarga.

2. Diagnosa keperawatan II : Risiko perilaku kekerasan

TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24

jam diharapkan :

- Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat

- Ada kontak mata

- Klien dapat menerima kehadiran perawat

- Klien mau berjabat tangan

- Klien mau menjawab salam

- Klien mau menyebutkan nama

- Klien mau berdampingan dengan perawat

- Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi

b. Tindakan Keperawatan

- Bina hubungan saling percaya

- Sapa klien dengan ramah

- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan

- Jelaskan tujuan pertemuan

- Tunjukkan sikap empati dan menerima klen apa adanya

- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien.

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab kekerasan

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien mengungkapkan perasaannya

- Klien dapat mengungkapkan penyebab marahnya.

b. Tindakan Keperawatan

- Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

- Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab marah

- Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan

dirasakan saat marah.

TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien dapat mengungkapakan tanda-tanda marah

- Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah

b. Tindakan Keperawatan

- Anjurkan klien mengungkapakan yang dialami soal marah

- Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien

- Simpulkan bersama klien tanda-tanda marah

TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien dapat mengungkapkan periliaku kekerasan yang biasa

dilakukan klien

- Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang

bisa dilakukan

- Klien menegetahui cara yang dapat menyelesaikan masalah.

b. Tindakan Keperawatan

- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan klien

- Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

- Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan

masalahnya selesai

TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat kekerasan

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien

b. Tindakan Keperawatan

- Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan

- Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh

klien

- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru

yang sehat.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

berespon terhadap kemarahan.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan

secara konstruktif.

b. Tindakan Keperawatan

- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru

yang sehat.

- Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.

TUK VII : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol

perilaku kekerasan.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan.

1) Fisik : tarik nafas dalam, olahraga, menyiram

tanaman.

2) Verbal : mengatakan langsung dengan tidak menyakiti.

3) Spiritual : sholat, berdoa dan ibadah lainnya.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

b. Tindakan Keperawatan

- Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien

- Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih

- Bantu klien menstimulus cara tersebut

- Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulus

cara tersebut.

- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari

saat marah.

TUK VIII : Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol

perilaku kekerasan.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Keluarga klien dapat :

1) Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku

kekerasan.

2) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.

b. Tindakan Keperawatan

- Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang

telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.

- Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

- Jelaskan cara-cara merawat klien

- Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah

melakukan demonstrasi.

TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien dapat menyebutkan obat-obatan yang diminum dan

kegunaannya.

- Klien dapat minum obat sesuai program terapi.

b. Tindakan Keperawatan

- Jelaskan jeins-jenis obat yang diminum klien

- Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian jika berhenti

minum obat tanpa seijin dokter.

- Jelaskan prinsip lima benar minum obat

- Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.

3. Diagnosa keperawatan III : Isolasi Sosial

TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara

optimal.

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24

jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Wajah klien cerah, tersenyum, klien mau berkenalan, ada

kontak mata, klien bersedia menceritakan perasaannya.

b. Tindakan Keperawatan

- Bina hubungan saling percaya

- Sapa klien dengan ramah

- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan

- Jelaskan tujuan pertemuan

- Tunjukkan sikap empati dan menerima klen apa adanya

- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien dapat menyebutkan isolasi sosial : menarik diri berasal

dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

b. Tindakan Keperawatan

- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.

- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

menarik diri.

- Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda

– tanda serta penyebab yang muncul.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan

perasaannya.

TUK III : Klien dapat menyebutkan manfaat hubungan dengan orang

lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain.

b. Tindakan Keperawatan

- Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

manfaat berhubungan dengan orang lain.

- Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain.

- Berikan reinforcement positif tentang kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain.

- Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

4. Diagnosa keperawatan IV : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara

optimal dan mampu meningkatkan harga dirinya.

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24

jam diharapkan :

- Klien mau tersenyum.

- Klien mau berjabatan tangan.

- Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

b. Tindakan Keperawatan

- Bina hubungan saling percaya

- Sapa klien dengan ramah

- Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan

- Jelaskan tujuan pertemuan

- Tunjukkan sikap empati dan menerima klen apa adanya

- Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien.

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang

dimiliki.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang

positif keluarga, lingkungan yang disekitar klien.

b. Tindakan Keperawatan

- Diskusikan kemampuan dan aspek positif dengan klien.

- Setiap bertemu klien dihindarkan dari penilaian negatif.

- Utamakan member pujian yang realistik.

TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x

24 jam diharapkan :

- Klien mampu menilai kemampuan yang digunakan.

b. Tindakan Keperawatan

- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat

digunakan selama sakit.

TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki dan klien dapat melakukan

kegiatan sesuai dengan kondisi sakit.

a. Kriteria Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa selama 3 x 24

jam diharapkan :

- Klien dapat membuat rencana kegiatan sehari – hari.

- Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

b. Tindakan Keperawatan

- Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan.

- Tingkatkan kegiatan yang sesuai kondisi klien.

- Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

- Beri kesempatan untuk mencoba kegiatan.

- Beri pujian atas keberhasilan klien.

Asuhan Keperawatan Pada.., DYAS DESTIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013