bab ii tinjauan pustaka a. balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/meviana rizki...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris, 2006). Menurut Sutomo (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia
balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan
berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain
masih terbatas.
Anak usia 1-3 tahun disebut dengan balita, sedangkan 3-5 tahun
disebut prasekolah. Keduanya merupakan istilah umum dari balita,
dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat
bergantung pada orang tuanya (Sutomo, 2010).
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat
pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia
(Supartini, 2004).
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
14
2. Karakteristik Balita
Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi
duayaitu:
a. Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan
usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola
makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensisering.
b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas
lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang
disediakan orangtuanya.
c. Pertumbuhan danPerkembangan
Pertumbuhan bersifat kuantitatif seperti pertambahan sel,
pertambahan tinggi, dan berat badan. Sedangkan perkembangan
bersifat kualitatif dan kuantitatif, contohnya adalah kematangan suatu
organ tubuh (Soetjiningsih,2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak di
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15
antaranya adalah keturunan dan lingkungan. Keturunan akan
berpengaruh pada kematangan struktur dan fungsi yang optimal,
sedangkan lingkungan akan menentukan bagaimana potensi anak akan
terpenuhi (Dodge et al, 2010).
B. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
1. Pengertian ISPA
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau
lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (DepKes RI, 2009)
ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme di
struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas,
termasuk rongga hidung, faring, dan laring, yang dikenal dengan ISPA
antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laringitis, dan influenza
tanpa komplikasi. Semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan
inflamasi sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang
terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi mukus
yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongesti atau hidung tersumbat,
sputum berlebihan, dan rabas hidung (pilek). Sakit kepala, demam ringan
dan malaise juga dapat terjadi akibat reaksi inflamasi. (Corwin, 2009).
Menurut WHO (2007), ISPA merupakan penyakit yang
menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan. Penyebabnya adalah agen
infeksius yang ditularkan dari satu manusia ke manusia yang lain.
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16
2. Klasifikasi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut diklasifikasikan dalam beberapa
diantaranya pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia (MTBS,
2008).Menurut pengklasifikasian IDAI (2014), penyakit infeksi akut pada
saluran pernafasan atas hingga parenkim paru diantaranya sebagai berikut
:
1) Rinitis / Commoncold
Penyakit rinitis ini merupakan golongan infeksi akut ringan pada
pernafasan. Namun, penyakit ini sangat mudah penularannya. Pada
daerah tropis sering terjadi pada pergantian musim bahkan pada musim
hujan. Ditandai dengan hidung tersumpat dan adanya sekret hidung
dikarenakan oleh virus. Pada masa bayi maupun balita pilek bisa
menimbulkan pneumonia.
2) Faringitis, tonsilitis, dan tonsilifaringitisakut
Faringitis merupakan infeksi yang menyerang jaringan mukosa faring
dan jaringan disekitarnya seperti tonsil dan hidung sehingga faringitis
memiliki beberapa pengertian yaitu tonsilitis, nasofaringitis, dan
tonsilifaringitis. Penyakit ini ditandai dengan sakit tenggorokan yang
disebabkan oleh virus maupunbakteri.
3) Otitismedia
Otitis media adalah salah satu infeksi yang menyerang telinga bagian
tengah karena terjadinya penumpukan cairan.
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
4) Rinosinuitis
Para ahli sepakat dengan penyakit rinosinuitis ataupun
rinosinobronkhitis karena infeksi maupun inflamasi pada rinitis (radang
pada mukosa hidung), sinuitis (radang pada salah satu sinus di
paranasal), dan bronkhitis (radang pada bronkus) sering terjadi
bersamaan dengan pertimbangan penyakit ini menyerang saluran
pernafasan atas (hidung, laring, trakea) dan saluran pernafasan
bawah(bronkus).
5) Epiglotitis
Infeksi yang terjadi pada epiglotis sangat berbahaya jika dibiarkan. Hal
ini ditandai dengan sesak nafas berat dan bunyi nafas stridor.
Penyebabnya adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib). Setelah ada
vaksin Hib, epiglotitis jarang terjadi.
6) Laringo trakeobronkhitis akut(CROUP)
Sindrom CROUP ini merupakan penyakit heterogen yang menyerang
laring, subglotis, trakea dan bronkus. Berawal dari laringitis yang
menyebar hingga trakea disebut laringotrakeitis, dan saat menyebar
hingga bronkus maka terjadilah laringo trakeobronkhitis. Diakibatkan
oleh beberapa organisme virulen.
7) Bronkhitis akut
Proses inflamasi yang terjadi pada trakea, bronkus utama dan
menengah yang ditandai dengan batuk berdahak. Bronkhitis disebabkan
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
oleh virus maupun bakteri. Pada beberapa kasus, bronkhitis akan
membaik dalam 2 minggu tanpa pengobatan apapun.
8) Bronkiolitis
Bronkiolitis merupakan proses inflamasi pada saluran pernafasan
bagian bawah yang menyerang bronkiolus. Biasanya terjadi dengan
gejala ISPA pada umumnya hingga nafas wheezing pada bayi.
9) Pneumonia
Infeksi yang menyerang parenkim paru ini merupakan angka tertinggi
penyebab morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. Terjadi
karena pada awalnya
disebabkan oleh infeksi virus hingga menyebabkan komplikasi infeksi
bakteri.
3. Etiologi
Penyakit ISPA terjadi disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus
terbanyak yang menyebabkan ISPA di antaranya adalah Rhinovirus,
Adenovirus, RSV (Respiratory Syncytia Virus), virus Influenza, virus
Parainfluenza. Pada klasifikasi khusus seperti bronkhitis akut ditemukan
virus rubeola dan paramyxavirus. Sedangkan pada bronkiolitis ditemukan
virus Mycoplasma. Virus-virus tersebut paling banyak ditemukan pada
kasus ISPA. Selain virus, penyebab infeksi pada pernafasan akut juga
disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyerang seperti bakteri
Streptococcus, pada kasus penyakit faringitis, tonsilitis dan
tonsilofaringitis adalah bakteri Strepcoccus beta hemolitikus grup A dan
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19
Streptococcus grup A. Golongan Streptococcus lainnya yang biasanya
menyebabkan infeksi adalah Streptococcus pnemuoniae dan
Streptococcus Pyogenes. Bakteri lain seperti Hemophilus influenzae
(beberapa di ataranya tipe B), Staphylococcus aereus, dan Mycoplasma
pneumoniae (Naning dkk,2014).
4. Patofisiologi
Sebagian ISPA disebabkan oleh bakteri dan virus yang membuat
infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah (Akhmadi,2008).
Penyebab tersebut membuat perjalanan penyakit dengan cara kontak
antara virus atau bakteri sehingga organ pada pernafasan akan terserang
sehingga akan menimbulkan respon inflamasi atau membuat infeksi pada
organ tersebut. Saat infeksi akan terjadi vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler, hal tersebut akan membuat manifestasi klinik pada
penderita (Naning dkk, 2014).
Menurut Mukono (2008), perjalanan penyakit ISPA berawal dari
saluran pernafasan yang dilapisi oleh mukosa bersilia. Udara yang masuk
melalui hidung akan disaring oleh rambut pada hidung, partikel kecil dari
udara akan menempel pada mukosa. Pada udara yang kotor, partikel udara
akan tertahan pada mukosa sehingga pergerakan silia akan menjadi lambat
yang akan berakibat pada iritasi pada saluran pernafasan. Hal tersebut
membuat peningkatan produksi lendir sehingga saluran pernafasan
menjadi sempit. Akibatnya benda asing akan terarik dan bakteri atau virus
tidak dapat dikeluarkan dari sistem pernafasan.
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20
5. Kekambuhan ISPA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) kambuh definisikan
sebagaikondisi jatuh sakit lagi yang biasanya lebih parah dari dahulu.
Menurut Eva (2009) dikatakan bahwa angka kekambuhan ISPA termasuk
pneumonia pada balita di negara berkembang 2-10 kali lebih tinggi dari
pada dinegara maju. Dalam satu tahun rata-rata seseorang anak di
pedesaan dapatterserang sampai 3-5 kali, sedangkan di daerah perkotaan
sampai 6-8 kali. Kekambuhan pneumonia atau pneumonia yang terjadi
secara berulang ini terjadipada sebagian besar penderita pneumonia.
Penyebab tingginya kejadian ISPA berulang pada balita terkait
dengan banyaknya faktor yang berhubungan dengan ISPA. Kekambuhan
ini dipengaruhi oleh rendahnya daya tahan tubuh balita dan kondisi
lingkungan yang tidak sehat yang mempengaruhi munculnya penyakit
ISPA kembali (WHO,2008).
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kejadian
penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
21
1. Faktor Ibu
a. Faktor Pendidikan
Menurut UU Nomor 20. Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.Pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Setiap warga NegaraIndonesia harus mengikuti wajib
belajar sembilan tahun yaitu jenjang SekolahDasar (SD) ditambah
dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), wajib belajarmerupakan
program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga
NegaraIndonesia atas tanggung jawab pemerintah daerah (Dikti, 2003).
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
dewasa ini. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari sektor formal
(pendidikan dasar, menengah dan tinggi), tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan, maupun diklat.
Menurut Inpres RI no. 1 tahun 1994, pendidikan dasar atau pendidikan
yang paling rendah dimiliki oleh masyarakat Indonesia yaitu bila tamat
SMP (sederajat) berdasarkan ketentuan pendidikan dasar sembilan
tahun, sedangkan pendidikan tinggi yaitu apabila seseorang
menamatkan pendidikan SMA (sederajat) keatas (Fatah, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Supraptini (2007), menunjukkan
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22
adanya hubungan antara pendidikan dengan kejadian ISPA pada balita,
dimana ibu dengan pendidikan tidak tamat SD dan SMP lebih berisiko
balitanya terkena ISPA dibandingkan tamat SLTA keatas.
b. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitasorganisme atau
makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku merupakan responatau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Perilakukesehatan (health behavior) adalah semua aktifitas atau
kegiatan seseorang baikyang dapat diamati (observable) maupun yang
tidak dapat diamati (unobservable)yang berkaitan dengan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,2010)
Berdasarkan batasan perilaku menurut Notoatmodjo (2007),
makaperilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulusatau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan,makanan, minuman serta lingkungan.
Respon manusia baik bersifat pasif(pengetahuan, sikap, dan persepsi)
maupun bersifat aktif (tindakan atau praktik).
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, tindakan, proaktif
untuk memeliharadan mencegah risiko terjadinya penyakit (Depkes RI,
2003). Dari batasan ini,perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintanance)
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit danusaha untuk penyembuhan bila mana sakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
pelayanankesehatan
Sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking
behaviour).Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saatmenderita atau kecelakaan (Notoatmodjo,
2007).
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang
meresponslingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya
dan sebagainya,sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi
kesehatannya. Denganperkataan lain, bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehinggatidak mengganggu
kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya(Notoatmodjo,
2007).
Praktik atau perilaku kesehatan mencakup tindakan sehubungan
denganpenyakit (pencegahan dan penyembuhan penyakit), tindakan
pemeliharaan danpeningkatan kesehatan, dan tindakan kesehatan
lingkungan. Strategi untuk mendapatkan perubahanperilaku pada
masyarakat (Notoatmodjo, 2005):
1. Paksaan atau Tekanan (coercion)
Dilakukan dengan tekanan pada masyarakat agar memelihara
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
kesehatanmelalui perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat, dengancara pemaksaan didapatkan hasil yang cepat
tetapi belum tentu dapatberlangsung lama karena tidak berdasarkan
kesadaran masyarakat.
2. Pendidikan (education)
Upaya yang dilakukan agar masyarakat mau secara sadar untuk
merubahtindakannya untuk memelihara dan meningkatkan
kesadarannya dengan carapenyuluhan atau diskusi.
Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama
terhadapfaktor perilaku. Selain faktor perilaku, faktor lingkungan,
pelayanan kesehatandan hereditas juga memerlukan intervensi pendidikan
kesehatan. Pendidikankesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilakumasyarakat yang kondusif untuk kesehatan.
Pendidikan kesehatan berupaya agarmasyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatanmereka, bagaimana menghindari atau
mencegah hal-hal yang merugikankesehatan mereka dan kesehatan orang
lain, yang tujuan akhirnya adalah agarmasyarakat dapat mempraktikkan
hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagimasyarakat atau masyarakat dapat
berperilaku hidup sehat (healthy life style).(Notoatmodjo, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Fidiani (2011) menunjukkan
bahwaterdapat hubungan bermakna antara perilaku keluarga dengan
kejadian ISPA,bahwa balita dengan perilaku keluarga yang kurang baik
berisiko untuk menderitaISPA sebesar 3,38 kali lebih besar disbanding
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25
dengan perilaku keluarga yangbaik.Pada umumnya Pencemaran udara yang
terjadi di dalam rumahmerupakan hasil dari perilaku manusia atau anggota
keluarga itu sendiri.Pencemaran udara itu terjadi karena prilaku tersebut
dapat menghasilkan partikedebu diameter 2,5.0 (PM2,5) dan partikel debu
diameter 10 μ (PM10) disampingitu, sumber pencemaran kimia juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakitISPA yaitu Sulfur Dioksida (SO2),
Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon monoksida(CO), karbon dioksida (CO2)
dan asap rokok (Environmental TobaccoSmoke/ETS). Semua pencemaran
udara tersebut dapat menimbulkan dampak padagangguan sistem
pernapasan atau penyakit ISPA.
c. Sikap
1) Pengertian Sikap
Menurut Randi (dalam Imam 2011) mengungkapkan bahwa
Sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus
(objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan
yang sesuai denganobjeknya.
Selanjutnya Menurut Ahmadi dalam Aditama (2013) Orang yang
memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka
(like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang
dikatakan memiliki sikap negative terhadap objek psikologi bila tidak
suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi.
2) Ciri-ciri Sikap
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26
Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (2013), adalah :
a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan itu dalamhubungan dengan
objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat motif-
motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.
c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu
terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan
suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-haltersebut.
e) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan yang dimilikiorang.
3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2013), faktor-faktor yangmempengaruhi
sikap terhadap objek sikap antara lain :
a) Pengalamanpribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
27
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b) Pengaruh orang lain yang dianggappenting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
c) Pengaruhkebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah
yang memberi corak pengalaman individu masyarakat
asuhannya.
d) Mediamassa
Pemberitaan media masa atau media komunikasi lainnya,sering
kali berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi olehsikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e) Lembaga pendidikan dan lembagaagama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga agama sangat menentukan
sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
28
f) Faktoremosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2. Faktor Balita
a. Riwayat ASI Eksklusif
Menyusui adalah suatu proses alamiah. ASI eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa bahan makanan padat seperti
pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim untuk jangka
waktu 6 bulan (Roesli, 2009).
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6
bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih dan tanpa bahan makanan padat seperti pisang, papaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali vitamin, mineral, dan
obat. (Prasetyono, 2009).
ASI selain memiliki nilai gizi yang tinggi, ASI juga memiliki zat
antibody yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai macam infeksi
(Soetjiningsih, 2012).
b. Status Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
29
seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau
resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Adnan,
2011).
Imunisasi memberikan kekebalan individu untuk melindungi
anak dari serangan penyakit menular. Selain mendapat kekebalan
terhadap penyakit pada individu, Imunisasi juga dapat menghambat
perkembangan penyakit dikalangan masyarakat. Vaksin adalah suatu
bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab
penyakit yang bersangkutan, yang telah dilemahkan atau dimatikan,
atau diambil sabagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab
penyakit, yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang
atau kelompok orang, yang betujuan merangsang timbulnya zat anti
penyakit tertentu pada orang-orang tersebut. Orang yang diberi vaksin
akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan
(Achmadi, 2006).
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan manusia memiliki hubungan dengan kesehatan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan interaksi antara manusia dan
lingkungan tersebut memiliki potensi bahaya kesehatan atau penularan
penyakit. Lingkungan tersebut seperti udara, air, pangan, hewan, dan
manusia itu sendiri. Hampir semua organ tubuh dapat terkena penyakit
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
30
akibat pencemaran lingkungan seperti gangguan fungsi otak dan syaraf
perifer, gangguan sistem pernapasan, gangguan kardiovaskuler, gangguan
jantung, gangguan pembuluh darah, gangguan alat pencernaan, gangguan
ginjal, gangguan otot, gangguan tulang, dan gangguan pembentukan darah
(Achmadi, 2008).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Kesehatan perumahan
merupakan salah satu ruang lingkup dari kesehatan lingkungan
(Notoatmodjo, 2007).
Chandra (2007), menjelaskan bahwa polusi udara mempunyai efek
terhadap kehidupan manusia yang salah satunya berpengaruh terhadap
kesehatan yaitu peningkatan angka kasus kesakitan dan kematian akibat
penyakit saluran pernapasan. Penyakit saluran napas juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan yang buruk, keadaan sosial ekonomiyang dapat
menyebabkan penyakit tuberkolosis.
Menurut angka statistik kematian dan kesakitan paling tinggi terjadi
pada orang-orang yang menempati rumah yang tidak memenuhi syarat dan
terletak pada tempat yang tidak sanitary, kondisi lingkungan buruk, derajat
kesehatan akan rendah, begitupula sebaliknya (Yuwono, 2008). Rumah
atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya
penularan penyakit dan gangguan kesehatan. penyakit dan gangguan
kesehatan yang terjadi akibat rumah
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
31
atautempattinggalyangburukadalahinfeksisaluranpernapasan,infeksipada
kulit, infeksi akibat infeksi tikus, arthropoda, kecelakaan dan mental
(Chandra 2007).
Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama
rumah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena umumnya orang
lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam
rumah. Dampaknya bagi kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. ISPA merupakan salah satu penyakit yang disebabkan
karena rendahnya kualitas udara baik di dalam maupin di luar rumah.
Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain, bahan bangunan, struktur bangunan, bahan pelapis untuk
furniture serta interior, serta kepadatan hunian, kualitasudara luar rumah,
radiasi dari radon (Rd), formaldehid, debu, dan dipengaruhi oleh
kegiatan dalam rumah seperti penggunaan energi tidak ramah lingkungan,
penggunaan energi yang relative murah seperti batubara dan biomasa,
perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan
kimia pembersih, dan kosmetika. Serta penggunaan bahan bakar padat
sebagai energi untuk memasak dengan tungku/sederhana kompor
tradisional. Keadaan tersebut akan memperburuk kualitas udara dalam
ruang rumah apabila kondisi rumah tidak memenuhi syarat fisik, seperti
ventilasi yang tidak memadai, serta tidak adanya cerobong asap di dapur.
(Kemenkes, 2011).
a. Kepadatan Hunian
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
32
Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor
polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari
bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara,
tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor
ini (Prabu,2009).Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mudehir,
2002) menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan presentase
anak balita terkena ISPA yang tinggal di rumah penghuni padat dengan
anak balita di tinggal di rumah penghuni tidak padat. Anak balita yang
tinggal di rumah penghuni padat mempunyai risiko terkena ISPA 3 kali
lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang tinggal dirumah tidak
padat penghuni.
b. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2di dalam
rumah dan kadar CO2yang bersifat racun meningkat. Disamping itu
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di
dalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapancairandarikulitdanpenyerapan.Kelembabaniniakanmerupak
an media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
33
bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua adalah untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri- bakteri, terutama bakteri patogen, karena
selalu terjadi aliran udara yang terus- menerus. Bakteri yang terbawa
oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga
agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humidity) yang
optimum (Notoatmodjo, 2003).Pertukaran udara yang cukup
menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup mengandung oksigen).
Setiap rumah harus memiliki jendela yangmemadai. Luas jendela secara
keseluruhan kurang lebih 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus
sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan
pintu dibuka (Chandra, 2007).
c. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam
rumah, terutama cahaya matahari dapat merupakan media atau tempat
yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya cahaya yang berlebihan akan mengakibatkan silau dan
akhirnya dapat merusak mata. (Notoatmodjo, 2003). Rumah harus
cukup mendapatkan penerangan baik pada siang maupun malam hari.
Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik. Setiap ruang
diupayakan mendapat sinar matahari terutama di pagi hari (Chandra,
2007)
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
34
d. Jenis Atap
Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi
bagian dalam bangunan dari hujan, panas terik matahari, serta
memberikan rasa aman bagi penghuni rumah. (Ilmu sipil, 2011).Atap
rumah berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi
masuknya debu, angin dan air hujan. Atap genteng merupakan hal yang
umum digunakan baik di daerah perkotaan, maupun di pedesaan.
Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan dapat membuat sendiri. Namun
demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk
menggunakan atap genteng, maka bahan atap rumah mereka terbuat
dari daun rumbai atau daun kelapa. Atap seng ataupun asbes tidak
cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan
suhu panas di dalam rumah (Notoatmodjo, 2007).
C. Kerangka Teori
Faktor predisposing Ibu:
1. Pendidikan
2. Perilaku
3. Sikap
Faktor balita:
1. Riwayat ASI
Eklusif
2. Status imunisasi
Kejadian ISPA
pada balita
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
35
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari beberapa Referensi; teori Blum 1974 dalam
Notoatmodjo 2007, Chandra 2007, DepKes RI 2009, Macmud 2006
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Teori
E. Hipotesis
Variabel Bebas
1. Pendidikan
2. Perilaku
3. Sikap
Variabel Terikat
Kejadian kekambuhan ISPA Pada Balita
Faktor lingkungan:
1. Kepadatan hunian
2. Ventilasi
3. Pencahayaan
4. Jenis atap
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
36
Hipotesis adalah suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara
dari suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Ha: Terdapat hubungan faktor predisposing (pendidikan, perilakudan
sikap) dengan kejadian kekambuhan ISPA pada Balita di Puskesmas
Banjarnegara 1”.
Ho: Tidak terdapat hubungan faktor predisposing (pendidikan,
pengetahuan dan sikap) dengan kejadian kekambuhan ISPA pada
Balita di Puskesmas Banjarnegara 1”.
Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018