bab ii tinjauan pustaka a. balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/meviana rizki...

24
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1. Pengertian Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris, 2006). Menurut Sutomo (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Anak usia 1-3 tahun disebut dengan balita, sedangkan 3-5 tahun disebut prasekolah. Keduanya merupakan istilah umum dari balita, dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat bergantung pada orang tuanya (Sutomo, 2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia (Supartini, 2004). Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Upload: donhu

Post on 14-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun

atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun

(Muaris, 2006). Menurut Sutomo (2010), Balita adalah istilah umum bagi

anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia

balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan

kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan

berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain

masih terbatas.

Anak usia 1-3 tahun disebut dengan balita, sedangkan 3-5 tahun

disebut prasekolah. Keduanya merupakan istilah umum dari balita,

dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat

bergantung pada orang tuanya (Sutomo, 2010).

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat

pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang

akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan

berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia

(Supartini, 2004).

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

14

2. Karakteristik Balita

Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi

duayaitu:

a. Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak

menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan

usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah

makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah

makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila

dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola

makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensisering.

b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai

memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas

lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang

disediakan orangtuanya.

c. Pertumbuhan danPerkembangan

Pertumbuhan bersifat kuantitatif seperti pertambahan sel,

pertambahan tinggi, dan berat badan. Sedangkan perkembangan

bersifat kualitatif dan kuantitatif, contohnya adalah kematangan suatu

organ tubuh (Soetjiningsih,2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak di

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

15

antaranya adalah keturunan dan lingkungan. Keturunan akan

berpengaruh pada kematangan struktur dan fungsi yang optimal,

sedangkan lingkungan akan menentukan bagaimana potensi anak akan

terpenuhi (Dodge et al, 2010).

B. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

1. Pengertian ISPA

ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau

lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli)

termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura (DepKes RI, 2009)

ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme di

struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas,

termasuk rongga hidung, faring, dan laring, yang dikenal dengan ISPA

antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laringitis, dan influenza

tanpa komplikasi. Semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan

inflamasi sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang

terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi mukus

yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongesti atau hidung tersumbat,

sputum berlebihan, dan rabas hidung (pilek). Sakit kepala, demam ringan

dan malaise juga dapat terjadi akibat reaksi inflamasi. (Corwin, 2009).

Menurut WHO (2007), ISPA merupakan penyakit yang

menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan. Penyebabnya adalah agen

infeksius yang ditularkan dari satu manusia ke manusia yang lain.

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

16

2. Klasifikasi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut diklasifikasikan dalam beberapa

diantaranya pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia (MTBS,

2008).Menurut pengklasifikasian IDAI (2014), penyakit infeksi akut pada

saluran pernafasan atas hingga parenkim paru diantaranya sebagai berikut

:

1) Rinitis / Commoncold

Penyakit rinitis ini merupakan golongan infeksi akut ringan pada

pernafasan. Namun, penyakit ini sangat mudah penularannya. Pada

daerah tropis sering terjadi pada pergantian musim bahkan pada musim

hujan. Ditandai dengan hidung tersumpat dan adanya sekret hidung

dikarenakan oleh virus. Pada masa bayi maupun balita pilek bisa

menimbulkan pneumonia.

2) Faringitis, tonsilitis, dan tonsilifaringitisakut

Faringitis merupakan infeksi yang menyerang jaringan mukosa faring

dan jaringan disekitarnya seperti tonsil dan hidung sehingga faringitis

memiliki beberapa pengertian yaitu tonsilitis, nasofaringitis, dan

tonsilifaringitis. Penyakit ini ditandai dengan sakit tenggorokan yang

disebabkan oleh virus maupunbakteri.

3) Otitismedia

Otitis media adalah salah satu infeksi yang menyerang telinga bagian

tengah karena terjadinya penumpukan cairan.

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

17

4) Rinosinuitis

Para ahli sepakat dengan penyakit rinosinuitis ataupun

rinosinobronkhitis karena infeksi maupun inflamasi pada rinitis (radang

pada mukosa hidung), sinuitis (radang pada salah satu sinus di

paranasal), dan bronkhitis (radang pada bronkus) sering terjadi

bersamaan dengan pertimbangan penyakit ini menyerang saluran

pernafasan atas (hidung, laring, trakea) dan saluran pernafasan

bawah(bronkus).

5) Epiglotitis

Infeksi yang terjadi pada epiglotis sangat berbahaya jika dibiarkan. Hal

ini ditandai dengan sesak nafas berat dan bunyi nafas stridor.

Penyebabnya adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib). Setelah ada

vaksin Hib, epiglotitis jarang terjadi.

6) Laringo trakeobronkhitis akut(CROUP)

Sindrom CROUP ini merupakan penyakit heterogen yang menyerang

laring, subglotis, trakea dan bronkus. Berawal dari laringitis yang

menyebar hingga trakea disebut laringotrakeitis, dan saat menyebar

hingga bronkus maka terjadilah laringo trakeobronkhitis. Diakibatkan

oleh beberapa organisme virulen.

7) Bronkhitis akut

Proses inflamasi yang terjadi pada trakea, bronkus utama dan

menengah yang ditandai dengan batuk berdahak. Bronkhitis disebabkan

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

18

oleh virus maupun bakteri. Pada beberapa kasus, bronkhitis akan

membaik dalam 2 minggu tanpa pengobatan apapun.

8) Bronkiolitis

Bronkiolitis merupakan proses inflamasi pada saluran pernafasan

bagian bawah yang menyerang bronkiolus. Biasanya terjadi dengan

gejala ISPA pada umumnya hingga nafas wheezing pada bayi.

9) Pneumonia

Infeksi yang menyerang parenkim paru ini merupakan angka tertinggi

penyebab morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. Terjadi

karena pada awalnya

disebabkan oleh infeksi virus hingga menyebabkan komplikasi infeksi

bakteri.

3. Etiologi

Penyakit ISPA terjadi disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus

terbanyak yang menyebabkan ISPA di antaranya adalah Rhinovirus,

Adenovirus, RSV (Respiratory Syncytia Virus), virus Influenza, virus

Parainfluenza. Pada klasifikasi khusus seperti bronkhitis akut ditemukan

virus rubeola dan paramyxavirus. Sedangkan pada bronkiolitis ditemukan

virus Mycoplasma. Virus-virus tersebut paling banyak ditemukan pada

kasus ISPA. Selain virus, penyebab infeksi pada pernafasan akut juga

disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyerang seperti bakteri

Streptococcus, pada kasus penyakit faringitis, tonsilitis dan

tonsilofaringitis adalah bakteri Strepcoccus beta hemolitikus grup A dan

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

19

Streptococcus grup A. Golongan Streptococcus lainnya yang biasanya

menyebabkan infeksi adalah Streptococcus pnemuoniae dan

Streptococcus Pyogenes. Bakteri lain seperti Hemophilus influenzae

(beberapa di ataranya tipe B), Staphylococcus aereus, dan Mycoplasma

pneumoniae (Naning dkk,2014).

4. Patofisiologi

Sebagian ISPA disebabkan oleh bakteri dan virus yang membuat

infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah (Akhmadi,2008).

Penyebab tersebut membuat perjalanan penyakit dengan cara kontak

antara virus atau bakteri sehingga organ pada pernafasan akan terserang

sehingga akan menimbulkan respon inflamasi atau membuat infeksi pada

organ tersebut. Saat infeksi akan terjadi vasodilatasi dan peningkatan

permeabilitas kapiler, hal tersebut akan membuat manifestasi klinik pada

penderita (Naning dkk, 2014).

Menurut Mukono (2008), perjalanan penyakit ISPA berawal dari

saluran pernafasan yang dilapisi oleh mukosa bersilia. Udara yang masuk

melalui hidung akan disaring oleh rambut pada hidung, partikel kecil dari

udara akan menempel pada mukosa. Pada udara yang kotor, partikel udara

akan tertahan pada mukosa sehingga pergerakan silia akan menjadi lambat

yang akan berakibat pada iritasi pada saluran pernafasan. Hal tersebut

membuat peningkatan produksi lendir sehingga saluran pernafasan

menjadi sempit. Akibatnya benda asing akan terarik dan bakteri atau virus

tidak dapat dikeluarkan dari sistem pernafasan.

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

20

5. Kekambuhan ISPA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) kambuh definisikan

sebagaikondisi jatuh sakit lagi yang biasanya lebih parah dari dahulu.

Menurut Eva (2009) dikatakan bahwa angka kekambuhan ISPA termasuk

pneumonia pada balita di negara berkembang 2-10 kali lebih tinggi dari

pada dinegara maju. Dalam satu tahun rata-rata seseorang anak di

pedesaan dapatterserang sampai 3-5 kali, sedangkan di daerah perkotaan

sampai 6-8 kali. Kekambuhan pneumonia atau pneumonia yang terjadi

secara berulang ini terjadipada sebagian besar penderita pneumonia.

Penyebab tingginya kejadian ISPA berulang pada balita terkait

dengan banyaknya faktor yang berhubungan dengan ISPA. Kekambuhan

ini dipengaruhi oleh rendahnya daya tahan tubuh balita dan kondisi

lingkungan yang tidak sehat yang mempengaruhi munculnya penyakit

ISPA kembali (WHO,2008).

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kejadian

penyakit ISPA adalah sebagai berikut:

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

21

1. Faktor Ibu

a. Faktor Pendidikan

Menurut UU Nomor 20. Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional.Pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Setiap warga NegaraIndonesia harus mengikuti wajib

belajar sembilan tahun yaitu jenjang SekolahDasar (SD) ditambah

dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), wajib belajarmerupakan

program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga

NegaraIndonesia atas tanggung jawab pemerintah daerah (Dikti, 2003).

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

dewasa ini. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari sektor formal

(pendidikan dasar, menengah dan tinggi), tetapi dapat diperoleh melalui

pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan, maupun diklat.

Menurut Inpres RI no. 1 tahun 1994, pendidikan dasar atau pendidikan

yang paling rendah dimiliki oleh masyarakat Indonesia yaitu bila tamat

SMP (sederajat) berdasarkan ketentuan pendidikan dasar sembilan

tahun, sedangkan pendidikan tinggi yaitu apabila seseorang

menamatkan pendidikan SMA (sederajat) keatas (Fatah, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Supraptini (2007), menunjukkan

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

22

adanya hubungan antara pendidikan dengan kejadian ISPA pada balita,

dimana ibu dengan pendidikan tidak tamat SD dan SMP lebih berisiko

balitanya terkena ISPA dibandingkan tamat SLTA keatas.

b. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitasorganisme atau

makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku merupakan responatau

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

Perilakukesehatan (health behavior) adalah semua aktifitas atau

kegiatan seseorang baikyang dapat diamati (observable) maupun yang

tidak dapat diamati (unobservable)yang berkaitan dengan pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,2010)

Berdasarkan batasan perilaku menurut Notoatmodjo (2007),

makaperilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulusatau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan,makanan, minuman serta lingkungan.

Respon manusia baik bersifat pasif(pengetahuan, sikap, dan persepsi)

maupun bersifat aktif (tindakan atau praktik).

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, tindakan, proaktif

untuk memeliharadan mencegah risiko terjadinya penyakit (Depkes RI,

2003). Dari batasan ini,perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok:

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintanance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

23

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit danusaha untuk penyembuhan bila mana sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanankesehatan

Sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking

behaviour).Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saatmenderita atau kecelakaan (Notoatmodjo,

2007).

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang

meresponslingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya

dan sebagainya,sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi

kesehatannya. Denganperkataan lain, bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehinggatidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya(Notoatmodjo,

2007).

Praktik atau perilaku kesehatan mencakup tindakan sehubungan

denganpenyakit (pencegahan dan penyembuhan penyakit), tindakan

pemeliharaan danpeningkatan kesehatan, dan tindakan kesehatan

lingkungan. Strategi untuk mendapatkan perubahanperilaku pada

masyarakat (Notoatmodjo, 2005):

1. Paksaan atau Tekanan (coercion)

Dilakukan dengan tekanan pada masyarakat agar memelihara

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

24

kesehatanmelalui perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh

masyarakat, dengancara pemaksaan didapatkan hasil yang cepat

tetapi belum tentu dapatberlangsung lama karena tidak berdasarkan

kesadaran masyarakat.

2. Pendidikan (education)

Upaya yang dilakukan agar masyarakat mau secara sadar untuk

merubahtindakannya untuk memelihara dan meningkatkan

kesadarannya dengan carapenyuluhan atau diskusi.

Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama

terhadapfaktor perilaku. Selain faktor perilaku, faktor lingkungan,

pelayanan kesehatandan hereditas juga memerlukan intervensi pendidikan

kesehatan. Pendidikankesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilakumasyarakat yang kondusif untuk kesehatan.

Pendidikan kesehatan berupaya agarmasyarakat menyadari atau mengetahui

bagaimana cara memelihara kesehatanmereka, bagaimana menghindari atau

mencegah hal-hal yang merugikankesehatan mereka dan kesehatan orang

lain, yang tujuan akhirnya adalah agarmasyarakat dapat mempraktikkan

hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagimasyarakat atau masyarakat dapat

berperilaku hidup sehat (healthy life style).(Notoatmodjo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Fidiani (2011) menunjukkan

bahwaterdapat hubungan bermakna antara perilaku keluarga dengan

kejadian ISPA,bahwa balita dengan perilaku keluarga yang kurang baik

berisiko untuk menderitaISPA sebesar 3,38 kali lebih besar disbanding

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

25

dengan perilaku keluarga yangbaik.Pada umumnya Pencemaran udara yang

terjadi di dalam rumahmerupakan hasil dari perilaku manusia atau anggota

keluarga itu sendiri.Pencemaran udara itu terjadi karena prilaku tersebut

dapat menghasilkan partikedebu diameter 2,5.0 (PM2,5) dan partikel debu

diameter 10 μ (PM10) disampingitu, sumber pencemaran kimia juga dapat

meningkatkan risiko terjadinya penyakitISPA yaitu Sulfur Dioksida (SO2),

Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon monoksida(CO), karbon dioksida (CO2)

dan asap rokok (Environmental TobaccoSmoke/ETS). Semua pencemaran

udara tersebut dapat menimbulkan dampak padagangguan sistem

pernapasan atau penyakit ISPA.

c. Sikap

1) Pengertian Sikap

Menurut Randi (dalam Imam 2011) mengungkapkan bahwa

Sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap

dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus

(objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan

yang sesuai denganobjeknya.

Selanjutnya Menurut Ahmadi dalam Aditama (2013) Orang yang

memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka

(like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang

dikatakan memiliki sikap negative terhadap objek psikologi bila tidak

suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi.

2) Ciri-ciri Sikap

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

26

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (2013), adalah :

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalamhubungan dengan

objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat motif-

motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.

c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu

terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan

suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-haltersebut.

e) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan yang dimilikiorang.

3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2013), faktor-faktor yangmempengaruhi

sikap terhadap objek sikap antara lain :

a) Pengalamanpribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

27

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggappenting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruhkebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah

yang memberi corak pengalaman individu masyarakat

asuhannya.

d) Mediamassa

Pemberitaan media masa atau media komunikasi lainnya,sering

kali berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi olehsikap penulisnya, akibatnya

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e) Lembaga pendidikan dan lembagaagama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga agama sangat menentukan

sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika pada gilirannya

konsep tersebut mempengaruhi sikap.

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

28

f) Faktoremosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2. Faktor Balita

a. Riwayat ASI Eksklusif

Menyusui adalah suatu proses alamiah. ASI eksklusif adalah bayi

hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa bahan makanan padat seperti

pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim untuk jangka

waktu 6 bulan (Roesli, 2009).

Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6

bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air

teh, air putih dan tanpa bahan makanan padat seperti pisang, papaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali vitamin, mineral, dan

obat. (Prasetyono, 2009).

ASI selain memiliki nilai gizi yang tinggi, ASI juga memiliki zat

antibody yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai macam infeksi

(Soetjiningsih, 2012).

b. Status Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan

terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

29

seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau

resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan

kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk

terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Adnan,

2011).

Imunisasi memberikan kekebalan individu untuk melindungi

anak dari serangan penyakit menular. Selain mendapat kekebalan

terhadap penyakit pada individu, Imunisasi juga dapat menghambat

perkembangan penyakit dikalangan masyarakat. Vaksin adalah suatu

bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab

penyakit yang bersangkutan, yang telah dilemahkan atau dimatikan,

atau diambil sabagian, atau mungkin tiruan dari kuman penyebab

penyakit, yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang

atau kelompok orang, yang betujuan merangsang timbulnya zat anti

penyakit tertentu pada orang-orang tersebut. Orang yang diberi vaksin

akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan

(Achmadi, 2006).

3. Faktor Lingkungan

Lingkungan manusia memiliki hubungan dengan kesehatan

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan interaksi antara manusia dan

lingkungan tersebut memiliki potensi bahaya kesehatan atau penularan

penyakit. Lingkungan tersebut seperti udara, air, pangan, hewan, dan

manusia itu sendiri. Hampir semua organ tubuh dapat terkena penyakit

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

30

akibat pencemaran lingkungan seperti gangguan fungsi otak dan syaraf

perifer, gangguan sistem pernapasan, gangguan kardiovaskuler, gangguan

jantung, gangguan pembuluh darah, gangguan alat pencernaan, gangguan

ginjal, gangguan otot, gangguan tulang, dan gangguan pembentukan darah

(Achmadi, 2008).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Kesehatan perumahan

merupakan salah satu ruang lingkup dari kesehatan lingkungan

(Notoatmodjo, 2007).

Chandra (2007), menjelaskan bahwa polusi udara mempunyai efek

terhadap kehidupan manusia yang salah satunya berpengaruh terhadap

kesehatan yaitu peningkatan angka kasus kesakitan dan kematian akibat

penyakit saluran pernapasan. Penyakit saluran napas juga dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan yang buruk, keadaan sosial ekonomiyang dapat

menyebabkan penyakit tuberkolosis.

Menurut angka statistik kematian dan kesakitan paling tinggi terjadi

pada orang-orang yang menempati rumah yang tidak memenuhi syarat dan

terletak pada tempat yang tidak sanitary, kondisi lingkungan buruk, derajat

kesehatan akan rendah, begitupula sebaliknya (Yuwono, 2008). Rumah

atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya

penularan penyakit dan gangguan kesehatan. penyakit dan gangguan

kesehatan yang terjadi akibat rumah

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

31

atautempattinggalyangburukadalahinfeksisaluranpernapasan,infeksipada

kulit, infeksi akibat infeksi tikus, arthropoda, kecelakaan dan mental

(Chandra 2007).

Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama

rumah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena umumnya orang

lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam

rumah. Dampaknya bagi kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun

tidak langsung. ISPA merupakan salah satu penyakit yang disebabkan

karena rendahnya kualitas udara baik di dalam maupin di luar rumah.

Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain, bahan bangunan, struktur bangunan, bahan pelapis untuk

furniture serta interior, serta kepadatan hunian, kualitasudara luar rumah,

radiasi dari radon (Rd), formaldehid, debu, dan dipengaruhi oleh

kegiatan dalam rumah seperti penggunaan energi tidak ramah lingkungan,

penggunaan energi yang relative murah seperti batubara dan biomasa,

perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan

kimia pembersih, dan kosmetika. Serta penggunaan bahan bakar padat

sebagai energi untuk memasak dengan tungku/sederhana kompor

tradisional. Keadaan tersebut akan memperburuk kualitas udara dalam

ruang rumah apabila kondisi rumah tidak memenuhi syarat fisik, seperti

ventilasi yang tidak memadai, serta tidak adanya cerobong asap di dapur.

(Kemenkes, 2011).

a. Kepadatan Hunian

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

32

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor

polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada

hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari

bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara,

tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor

ini (Prabu,2009).Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mudehir,

2002) menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan presentase

anak balita terkena ISPA yang tinggal di rumah penghuni padat dengan

anak balita di tinggal di rumah penghuni tidak padat. Anak balita yang

tinggal di rumah penghuni padat mempunyai risiko terkena ISPA 3 kali

lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang tinggal dirumah tidak

padat penghuni.

b. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini

berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap

terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2di dalam

rumah dan kadar CO2yang bersifat racun meningkat. Disamping itu

tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di

dalam ruangan naik karena terjadinya proses

penguapancairandarikulitdanpenyerapan.Kelembabaniniakanmerupak

an media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

33

bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua adalah untuk membebaskan

udara ruangan dari bakteri- bakteri, terutama bakteri patogen, karena

selalu terjadi aliran udara yang terus- menerus. Bakteri yang terbawa

oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga

agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humidity) yang

optimum (Notoatmodjo, 2003).Pertukaran udara yang cukup

menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup mengandung oksigen).

Setiap rumah harus memiliki jendela yangmemadai. Luas jendela secara

keseluruhan kurang lebih 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus

sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan

pintu dibuka (Chandra, 2007).

c. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang

dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam

rumah, terutama cahaya matahari dapat merupakan media atau tempat

yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.

Sebaliknya cahaya yang berlebihan akan mengakibatkan silau dan

akhirnya dapat merusak mata. (Notoatmodjo, 2003). Rumah harus

cukup mendapatkan penerangan baik pada siang maupun malam hari.

Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik. Setiap ruang

diupayakan mendapat sinar matahari terutama di pagi hari (Chandra,

2007)

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

34

d. Jenis Atap

Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi

bagian dalam bangunan dari hujan, panas terik matahari, serta

memberikan rasa aman bagi penghuni rumah. (Ilmu sipil, 2011).Atap

rumah berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi

masuknya debu, angin dan air hujan. Atap genteng merupakan hal yang

umum digunakan baik di daerah perkotaan, maupun di pedesaan.

Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis juga dapat

terjangkau oleh masyarakat dan bahkan dapat membuat sendiri. Namun

demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk

menggunakan atap genteng, maka bahan atap rumah mereka terbuat

dari daun rumbai atau daun kelapa. Atap seng ataupun asbes tidak

cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan

suhu panas di dalam rumah (Notoatmodjo, 2007).

C. Kerangka Teori

Faktor predisposing Ibu:

1. Pendidikan

2. Perilaku

3. Sikap

Faktor balita:

1. Riwayat ASI

Eklusif

2. Status imunisasi

Kejadian ISPA

pada balita

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

35

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi dari beberapa Referensi; teori Blum 1974 dalam

Notoatmodjo 2007, Chandra 2007, DepKes RI 2009, Macmud 2006

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Teori

E. Hipotesis

Variabel Bebas

1. Pendidikan

2. Perilaku

3. Sikap

Variabel Terikat

Kejadian kekambuhan ISPA Pada Balita

Faktor lingkungan:

1. Kepadatan hunian

2. Ventilasi

3. Pencahayaan

4. Jenis atap

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8009/3/MEVIANA RIZKI AMALIA BAB II.pdf · dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih

36

Hipotesis adalah suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara

dari suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Ha: Terdapat hubungan faktor predisposing (pendidikan, perilakudan

sikap) dengan kejadian kekambuhan ISPA pada Balita di Puskesmas

Banjarnegara 1”.

Ho: Tidak terdapat hubungan faktor predisposing (pendidikan,

pengetahuan dan sikap) dengan kejadian kekambuhan ISPA pada

Balita di Puskesmas Banjarnegara 1”.

Hubungan Faktor Predisposing..., MEVIANA RIZKI AMALIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018