bab ii tinjauan pustaka a. asertivitas pada remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/bab...

15
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1. Pengertian Asertivitas Asertivitas berasal dari bahasa inggris yaitu to assert yang artinya sebuah ungkapan positif yang tegas dan terus terang ( Miasari, 2012). Asertivitas adalah kemampuan untuk bertindak untuk kepentingan terbaik diri sendiri, untuk membela diri tanpa kecemasan yang tidak diperlukan, untuk mengugkapkan perasaan secara jujur dan nyaman, untuk menggunakan hak pribadi namun tetap menghargai hak-hak orang lain serta dapat meningkatkan kualitas hubungan sesama manusia (Alberti & Emmons, 2001). Menurut Miasari (2012) asertivitas suatu kemampuan dalam berkomunikasi yang dapat dengan jelas, spesifik, peka terhadap kebutuhan orang lain sekaligus reaksi dalam suatu peristiwa. Asertivitas adalah kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu yang dimiliki seseorang mengenai hal yang dipikirkan, dirasakan atau dialami diri sendiri secara langsung, jujur dan jelas serta mampu mempertahankan haknya namun tetap menghormati hak orang lain (Hati, 2015). Asertivitas adalah kemampuan untuk menyampaikan isi pikiran, perasaan dan keinginan kepada orang lain, tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain (Ningsih, 2008). Menurut Hartley (dalam silean, 2015), asertivitas adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengekspresikan apa yang dipikirkan dan

Upload: others

Post on 30-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asertivitas pada Remaja

1. Pengertian Asertivitas

Asertivitas berasal dari bahasa inggris yaitu to assert yang artinya sebuah

ungkapan positif yang tegas dan terus terang ( Miasari, 2012). Asertivitas adalah

kemampuan untuk bertindak untuk kepentingan terbaik diri sendiri, untuk

membela diri tanpa kecemasan yang tidak diperlukan, untuk mengugkapkan

perasaan secara jujur dan nyaman, untuk menggunakan hak pribadi namun tetap

menghargai hak-hak orang lain serta dapat meningkatkan kualitas hubungan

sesama manusia (Alberti & Emmons, 2001). Menurut Miasari (2012) asertivitas

suatu kemampuan dalam berkomunikasi yang dapat dengan jelas, spesifik, peka

terhadap kebutuhan orang lain sekaligus reaksi dalam suatu peristiwa.

Asertivitas adalah kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu yang

dimiliki seseorang mengenai hal yang dipikirkan, dirasakan atau dialami diri

sendiri secara langsung, jujur dan jelas serta mampu mempertahankan haknya

namun tetap menghormati hak orang lain (Hati, 2015). Asertivitas adalah

kemampuan untuk menyampaikan isi pikiran, perasaan dan keinginan kepada

orang lain, tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain (Ningsih, 2008).

Menurut Hartley (dalam silean, 2015), asertivitas adalah suatu kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang dalam mengekspresikan apa yang dipikirkan dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

14

dirasakan secara jujur dan jelas namun tetap mengahargai hak-hak dan perasaan

orang lain.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa asertivitas

adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan

dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menghargai hak-hak serta perasaan

diri sendiri dan orang lain.

2. Aspek – aspek Asertivitas

Aspek-aspek asertivitas menurut Alberti & Emmons (2002) antara lain:

a. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia

Mampu menempatkan kedua belah pihak secara setara, memulihkan

keseimbangan kekuatan dengan cara memberikan kekuatan pribadi terhadap

yang lemah serta memungkinkan untuk menjadikan setiap orang untuk

menang atau tidak ada yang merugi.

b. Bertindak menurut kepentingan diri sendiri

Hal ini mengacu pada kesanggupan seseorang dalam mengatur hidupnya

dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri, termasuk dalam hal karir,

hubungan, gaya hidup dan jadwal. Selain itu untuk menetapkan tujuan dan

berusaha untuk meraih tujuan, untuk meminta pertolongan dari orang lain,

dan berpartisipasi dalam pergaulan.

c. Membela diri sendiri.

Menandakan bahwa seseorang memiliki hak sepenuhnya untuk

menentukan batasan bagi dirinya sendiri, dan berhak untuk berkata “tidak”

apabila tidak sesuai dengan dirinya, menanggapi sebuah kritik atau hinaan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

15

atau amarah dan mengekspresikan sebuah pembelaan terhadap suatu

pendapat.

d. Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman

Menandakan kesanggupan untuk merasa kurang setuju, menunjukkan

amarah, memperlihatkan kasih sayang atau persahabatan, megakui rasa takut

atau cemas yang dirasakan, mengekspresikan persetujuan atau dukungan, dan

bersikap spontan tanpa rasa cemas yang menyakitkan.

e. Menetapkan hak-hak pribadi

Berhubungan dengan kesanggupan sebagai warga negara, sebagai anggota

dari sebuah organisasi atau sekolah atau kelompok kerja untuk

mengekspresikan opini atau pendapat dan untuk menanggapi pelanggaran

dari hak seseorang atau orang lain.

f. Tidak menyangkali hak-hak orang lain

Sebuah ekspresi pribadi atas sebuah kritikan atau pendapat yang

diutarakan terhadap orang lain yang tidak menyakitkan, mengintimidasi,

manipulasi dan tidak terdapat sebuah ancaman.

Menurut Muskita (2017), bahwa ada 3 aspek asertivitas, yaitu:

a. Menghormati hak-hak orang lain dan pribadi

Menghormati orang lain berarti menghormati hak-hak yang mereka miliki,

tetapi tidak berarti menyerah atau selalu menyetujui apa yang diinginkan

orang lain atau dengan kata lain bahwa individu tidak harus mengikuti dan

takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena orang tersebut

lebih tua dari dirinya atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

16

b. Berani mengemukakan pendapat secara langsung

Artinya bahwa individu harus mempunyai kebernian untuk berbicara di

hadapan orang banyak, dan individu harus dapat mengkomunikasikan

perasaan, pikiran dan kebutuhan lainnya secara langsung dan jujur.

c. Kejujuran

Bertindak jujur artinya bahwa indidividu dapat mengekspresikan diri

secara tepat sehingga pesan yag disampaikan tidak merugikan diri sendiri dan

orang lain.

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

asertivitas menurut Alberti & Emmons (2002) yaitu mempromosikan kesetaraan

dalam hubungan manusia, bertindak menurut kepentingan diri sendiri, membela

diri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

– hak pribadi dan tidak menyangkali hak – hak orang lain. Sedangkan aspek-

aspek asertivitas menurut Muskita (2017) yaitu menghormati hak-hak orang lain

dan pribadi, berani mengemukakan pendapat secara langsung dan kejujuran.

Dari penjelasan aspek-aspek asertivitas dari kedua tokoh tersebut, aspek

dari Alberti & Emmons (2002) memiliki kelebihan yaitu uraian aspek asertivitas

yang sudah selaras dengan pengertian dari asertivitas dan sudah rinci sehingga

memudahkan peneliti dalam menyusun skala, sedangkan aspek dari Muskita

(2017) penjelasan aspek kurang rinci sehingga tidak memudahkan peneliti dalam

menyusun skala. Maka dari itu, peneliti memilih untuk menggunakan aspek-aspek

asertivitas dari Alberti & Emmons (2002).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

17

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Asertivitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas pada remaja menurut Alberti

dan Emmons (dalam Miasari, 2012), antara lain:

a. Faktor eksternal terdiri dari :

1) Kondisi sosial dan budaya

Kondisi lingkungan sosial dan lingkungan budaya tertentu pasti akan

berbeda satu sama lain karena memiliki etika dan aturannya sendiri. Maka dari

itu tingkat asertivitasnya juga akan dipengaruhi dari lingkungan sosial dan

lingkungan budayanya dari setiap individu.

Selain penjelasan di atas, beberapa tokoh juga menjelaskan lebih lanjut

terkait pengaruh kondisi lingkungan sosial dan budaya pada asertivitas.

Menurut Hasanah, dkk (2015) bahwa faktor lingkungan yang memengaruhi

pembentukan asertivitas pada diri seseorang terdiri dari pengaruh lingkungan

yang ada di sekolah, masyarakat dan lingkungan dari pergaulan teman sebaya.

Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang memiliki ciri,

norma dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan yang ada pada lingkungan

keluarga atau masyarakat (Tarigan, 2016). Adanya suatu aturan atau norma

akan memberikan batasan perilaku anggota kelompok karena harus melakukan

norma tersebut. Menurut Gulati (2017) tekanan teman seabya sebenarnya

dapat menyebabkan kerugian yang berkaitan dengan selera seseorang dan

memaksa untuk mulai menyukai apa yang disukai oleh orang lain. Oleh

karena itu dari adanya tekanan teman sebaya yang bersifat negatif remaja

harus memiliki kemampuan asertivitas yang baik (Miasari, 2012).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

18

2) Pola asuh orang tua

Kualitas seseorang akan sanagt dipengaruhi dari interaksi individu dengan

anggota keluarganya, maka dari itu tingkat asertivitas seseorang akan tinggi

apabila interaksi dengan keluarganya baik juga.

b. Faktor Internal yang terdiri dari :

1) Usia

Semakin bertambah usia maka perkembangan individu mencapai tingkat

integrasi yang lebih tinggi, didalamnya termasuk kemampuan dalam

memecahkan masalah karena semakin bertambah usia maka semakin banyak

juga pengalaman yang didapatkan sehingga hal tersebut digunakan dalam

memecahkan masalah.

2) Jenis Kelamin

Laki-laki cenderung lebih asertif dibadingkan dengan perempuan. Hal

tersebut disebabkan karena tuntutan masyarakat yang menjadikan laki-laki

harus lebih aktif, mandiri dan kooperatif sedangkan perempuan kebalikannya.

3) Konsep Diri

Konsep diri sangat berpengaruh dalam asertivitas karena konsep diri

adalah suatu bentuk penilaian terhadap diri sendiri maka dari itu hal tersebut

sejalan dengan asertivitas. Jika konsep dirinya kuat atau baik maka

asertivitasnya akan tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa faktor –

faktor yang memengaruhi asertivitas menurut Alberti & Emmons (dalam Miasari,

2012) dibagi menjadi sisi internal yang meliputi usia, jenis kelamin dan konsep

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

19

diri, sedangkan dari sisi eksternal meliputi pola asuh orangtua, kondisi lingkungan

sosial dan budaya. Peneliti menggunakan faktor yang mempengaruhi asertivitas

tersebut karena dapat mengungkap tekanan teman sebaya dari faktor lingkungan

sosial dan budaya.

B. Tekanan Teman Sebaya

1. Pengertian Tekanan Teman Sebaya

Clasen & Brown (dalam Şahin, 2015) mendeskripsikan tekanan teman

sebaya sebagai desakan negatif yang diberikan oleh teman-temannya dalam

kelompok kepada individu untuk memastikan bahwa individu tersebut akan

melakukan atau menghindari sesuatu hal tertentu. Menurut Yunus, dkk (2012)

tekanan teman sebaya adalah tekanan yang dirasakan individu untuk

menyesuaikan diri dengan cara-cara kelompok sosial, di mana dia ingin diterima.

Menurut Mahmood, dkk (2013) tekanan teman sebaya umumnya dianggap

sebagai kekuatan negatif yang mendorong individu untuk bertindak dan

berperilaku sesuai dengan yang diinginkan orang lain dalam kelompok

pertemanan.

Menurut Santor, Messervey, & Kusumakar (dalam Esen, 2012) tekanan

teman sebaya didefinisikan sebagai desakan kelompok dan dorongan bagi seorang

individu untuk terlibat dalam aktivitas kelompok dengan cara tertentu walaupun

harus melanggar norma. Oni (2010) menjelaskan bahwa tekanan teman sebaya di

pengaruh oleh kelompok teman sebaya karena adanya dorongan untuk seseorang

merubah perilaku, nilai dan kebiasaannya agar sesuai dengan kelompok. Menurut

Manzoni & Ricijaš (2013) bahwa tekanan teman sebaya didefinisikan sebagai

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

20

membujuk atau mendorong orang lain untuk terlibat dalam jenis perilaku negatif,

yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa tekanan

teman sebaya adalah sebagai desakan negatif yang diberikan oleh teman-

temannya dalam kelompok kepada individu untuk memastikan bahwa individu

tersebut akan melakukan sesuatu yang sudah ditentukan dalam kelompok berupa

perilaku, sikap dan kebiasaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Aspek – aspek Tekanan Teman sebaya

Clasen & Brown (2016) mengemukakan aspek tekanan teman sebaya

sebagai berikut:

a. Peer Involvement

Yaitu desakan yang dialami untuk terlibat dalam kegiatan serta

hubungan dengan kelompok sebayanya, seperti menghabiskan waktu

senggang dengan kelompok sebayanya, mencoba membuat lawan jenus

tertarik, pergi ke pesta, dsb.

b. School Involvement

Yaitu desakan dari orang lain untuk terlibat aktif atau pasif dalam

kegiatan/aktivitas sekolah, baik secara akademis maupun non akademis

karena adanya tuntutan untuk bergabung dalam suatu kelompok

pertemanan sebayanya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

21

c. Family Involvement

Yaitu desakan dari teman sebaya untuk terlibat atau justru menentang

dalam kegiatan atau aktivitas dengan keluarga, serta hubungan dengan

keluarga.

d. Conformity to Peer Norms

Yaitu tekanan untuk mengikuti norma yang diberlakukan kelompok

teman sebaya dalam beraktivitas, berperilaku, serta gaya hidup, misalnya

mengikuti gaya berpakaian, berbicara dan bersikap seperti yang lain,

menyamakan kesukaan, dsb.

e. Misconduct

Yaitu tekanan atau desakan dari orang lain untuk melakukan

pelanggaran, baik hukum atau norma umum yang berlaku dalam

masyarakat, misalnya mabuk-mabukan, mencuri, merokok, merusak

barang milik masyarakat atau pemerintah, dsb.

Menurut Mahmood, dkk (2013) mengemukakan aspek tekanan teman

sebaya sebagai berikut:

a. Destructive Influence of Peer Pressure

Pada kelompok pertemanan adanya tekanan teman sebaya dapat

memberikan pengaruh merusak pada diri individu dalam berperilaku

sehari-hari dan tidak sadar dalam melakukannya.

b. Constructive Influence of Peer Pressure

Pada kelompok pertemanan adanya tekanan teman sebaya dapat

memberikan pengaruh yang membangun pada diri individu dalam

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

22

berperilaku sehari-hari, sehingga menjadikan dirinya lebih baik sebelum

bergabung dalam kelompok.

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

tekanan teman sebaya pada remaja menurut Clasen & Brown (2016) yaitu peer

involvement, school involvement, family involvement, conformity to peer norms,

dan misconduct. Sedangkan aspek-aspek tekanan teman sebaya menurut

Mahmood, dkk (2013) yaitu destructive influence of peer pressure dan

constructive influence of peer pressure.

Dari penjelasan aspek-aspek tekanan teman sebaya dari kedua tokoh

tersebut, aspek dari Clasen & Brown (2016) memiliki kelebihan yaitu uraian

aspek tekanan teman sebaya yang jelas dan sudah rinci, sedangkan aspek dari

Mahmood, dkk (2013) penjelasan aspek kurang rinci dan peneliti kurang

memahaminya. Maka dari itu, peneliti memilih untuk menggunakan aspek-aspek

tekanan teman sebaya dari Clasen & Brown (2016) karena memudahkan peneliti

dalam menyusun skala dan sesuai dengan pengertian dari tekanan teman sebaya.

3. Bentuk Tekanan Teman sebaya

Tekanan teman sebaya dapat dikatakan sebagai fenomena sosial di mana

tekanan diberikan oleh anggota dalam kelompok sosial yang mempengaruhi

perilaku seseorang meskipun tidak selalu negatif tetapi biasanya perilaku yang

tidak diinginkan secara sosial akan cenderung untuk dilakukan (Gulati, 2017).

Menurut Herron (2005) bahwa bentuk tekanan teman sebaya ada dua macam yaitu

tekanan teman sebaya positif dan negatif. Dijelaskan lebih lanjut oleh Herron

(2005) bahwa tidak semua tekanan teman sebaya itu buruk karena ada beberapa

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

23

teman yang mendorong untuk berusaha lebih baik di sekolah, memberikan

semangat, mencegah agar tidak melalaikan kewajiban, dan memotivasi untuk

menjadi orang yang berprestasi, serta mengarahkan ke arah yang benar seperti

contohnya meninggalkan hal-hal yang dapat merusak diri sendiri, memakai

narkoba atau alkohol dan bahkan bunuh diri.

Akan tetapi, tekanan teman sebaya yang sering muncul justru dari sisi

lain yaitu sisi negatifnya. Biasanya dalam suatu kelompok pertemanan sebaya

akan saling mendorong satu sama lain untuk melakukan hal yang tidak baik dan

biasanya melanggar norma masyarakat misalnya bullying, membolos, mencuri,

menggunakan narkoba atau alkohol dan menjadi pribadi yang buruk (AACAP,

2012). Menurut IYAFP (2015) tekanan teman sebaya negatif seringkali dapat

membahayakan atau membuat kesehatan yang buruk dan bertentangan dengan

peraturan masyarakat, peraturan sekolah, atau nilai-nilai pribadi. Ditambahkan

oleh Prabhakar (2012) jenis tekanan teman sebaya yang paling umum adalah

tekanan teman sebaya negatif, individu dibesarkan dengan nilai dan etika yang

tinggi di rumah tetapi ketika bersama teman etika tersebut tidak dapat diterapkan

karena nanti teman-teman akan mulai menjaga jarak yang berdampak membuat

kesepian.

Kelompok teman sebaya itu mempunyai pengaruh yang kuat dan dapat

menekan dengan kuat juga sehingga tidak ada yang bisa menolaknya, apalagi jika

tekanan itu berasal dari kelompok yang ingin diajak berteman (Herron, 2005).

Menurut Gulati (2017), remaja lebih rentan terhadap tekanan teman sebaya karena

usia yang masih muda sehingga mudah tertipu dari hal yang diharapkan karena

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

24

pikiran belum matang dengan benar. Ditambahkan oleh (Meilinda, 2013) bahwa

apabila remaja sudah terikat dalam suatu kelompok akan cenderung mengikuti

aturan apa yang diinginkan dalam kelompoknya karena hanya ingin mendapatkan

suatu pengakuan dari kelompoknya, remaja ingin kehadirannya diakui sebagai

bagian dari kelompok teman sebaya yang diikuti.

C. Hubungan Tekanan Teman Sebaya dengan Asertivitas

Kelompok teman sebaya biasanya terdiri dari beberapa orang dengan

memiliki kesamaan usia, latar belakang dan status sosial yang biasanya antar

anggota dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku orang lain dalam satu

kelompok (Palani & Mani, 2016). Bagi remaja, hubungan dengan teman sebaya

memiliki arti yang sangat penting karena melalui hubungan dengan teman sebaya

akan menjadi semakin luas pergaulan sosialnya dan akan mengalami penyesuaian

yang baru (Tarigan, 2016). Selain itu, alasan remaja bergabung dalam kelompok

karena kelompok dapat memberikan kepuasan untuk kebutuhan-kebutuhan

pribadi remaja, memberikan penghargaan, menyediakan informasi, meningkatkan

harga diri dan memberikan sebuah identitas (Santrock, 2007).

Dalam menjalin hubungan dengan kelompok tentunya ada norma

kelompok yang dibuat berdasarkan keputusan bersama, norma kelompok akan

memberikan arahan atau batasan dari perilaku anggota kelompok dan apabila

memang ada anggota yang melanggar norma tersebut menandakan bahwa norma

kelompok tersebut belum menjadi normanya sendiri (Walgito, 2002). Sebagai

remaja dalam menjalin hubungan pertemanan dengan teman sebaya tentunya

banyak sekali tekanan yang dihadapi yang biasanya berupa ajakan, rayuan,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

25

bahkan paksaan untuk berbuat buruk yang nantinya akan mendapatkan janji yang

ditawarkan sebelumnya bila mau melakukannya atau bahkan akan mendapatkan

ancaman bila menolaknya. Paksaan tersebut biasanya berasal dari orang lain

dalam kelompoknya untuk melanggar norma yang ada dalam masyarakat dan

dalam aspek tekanan teman sebaya disebut misconduct, dalam hal tersebut remaja

biasanya tidak dapat menolaknya karena terdapat konsekuensi yang akan

didapatkan dan hal tersebut tidak sesuai dengan aspek asertivitas yaitu membela

diri sendiri. Menurut Santrock (dalam Kartini, 2016) beberapa remaja akan tetap

melakukan apapun agar dapat diakui atau dimasukkan dalam anggota

kelompoknya.

Menurut Oni (2010) remaja tengah yang duduk di bangku sekolah

menengah ini akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama kelompok

pertemanannya. Sehingga akan melakukan kegiatan di sekolah yang sama dengan

teman kelompoknya seperti memilih kegiatan ekstrakulikuler karena adanya

desakan dari teman kelompoknya seperti yang dijelaskan pada aspek school

involvement. Tumbuh menjadi remaja, mereka menghabiskan lebih banyak waktu

dengan teman sebaya tanpa pengawasan orang tua atau orang dewasa dan

kelompok sebaya menjadi kelompok utama bagi remaja untuk pencarian identitas

diri, sehingga remaja berusaha untuk mandiri dari kontrol, pengaruh, dan

perlindungan orang tua (Chan & Chan, 2011). Hal tersebut menjadikan seorang

remaja akan menentang kegiatan keluarga dan lebih memilih kegiatan bersama

kelompok pertemanannya karena adanya desakan dari teman-temannya seperti

yang dijelaskan pada aspek family involvement. Kedua aspek tekanan teman

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

26

sebaya tersebut tersebut tidak sesuai dengan aspek asertivitas yaitu menetapkan

hak-hak pribadi karena tidak memiliki aturan untuk dirinya sendiri sehingga dapat

mengurangi pengaruh dari orang lain.

Menurut riset yang telah dilakukan oleh Mitchell Prinstein dan koleganya

(dalam Santrock, 2012) bahwa remaja yang tidak yakin akan identitas sosialnya

akan cenderung lebih menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Seseorang

akan lebih kuat untuk mengikuti perilaku orang lain yang dianggap lebih diterima

atau pantas dikarenakan sebelumnya melihat orang lain diolok-olok sehingga

memungkinkan muncul perasaan takut karena penolakan dan tidak ingin hal

tersebut terjadi pada diri kita (Baron & Byrne, 2005). Menurut Sarwono (dalam

Pranata, 2017) bahwa tekanan norma sosial yang ada pada kelompoknya

menjadikan semua anggota harus mematuhinya dalam berperilaku walaupun harus

melanggar norma masyarakat, sehingga membuat individu yang berada pada

kelompok tidak dapat mengekspresikan dirinya sendiri karena ada perasaan takut

untuk ditolak kelompoknya. Seperti pada aspek tekanan teman sebaya

mengungkapkan bahwa adanya conformity to peer norms dan peer involvement

yang artinya aturan/norma kelompok harus menjadi pedoman dalam beraktivitas

gaya hidup dan keharusan untuk melakukan kegiatan bersama dengan kelompok,

dan hal tersebut menjadikan seseorang tidak dapat mengekspresikan dirinya

sendiri dan tidak sesuai dengan aspek-aspek asertivitas mampu mengekspresikan

perasaan dengan jujur dan nyaman.

Seseorang yang memiliki ciri-ciri mudah cemas, kurang percaya diri,

sulit berkomunikasi dengan orang lain dan merasa tidak bebas untuk

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas pada Remaja 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5624/3/BAB II.pdfdiri sendiri, mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menerapkan hak

27

mengemukakan sesuatu yang dirasakan, dipikirkan maka seseorang tersebut

memiliki kemampuan asertivitas yang kurang (Tarigan, 2016). Asertivitas adalah

kemampuan seseorang untuk menyampaikan sesuatu yang dipikirkan, dirasakan

atau dialami diri sendiri secara langsung, jujur dan jelas tetapi tetap menghormati

hak orang lain dan hak pribadi (Hati, 2015). Remaja yang tidak memiliki

asertivitas akan mudah sekali terbawa arus negatif yang ditimbulkan oleh tekanan

teman sebayanya (Hasanah, dkk, 2015). Hal tersebut juga diperkuat oleh

Krischenbaum (dalam Hakim, 2014) bahwa memiliki kemampuan asertivitas

merupakan salah satu cara untuk menolak tekanan teman sebaya yang bersifat

negatif.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan asertivitas seseorang

khususnya remaja akan memengaruhi kehidupan sosialnya, dengan asertivitas

yang baik tentunya akan memberikan sesuatu yang positif juga untuk dirinya,

sehingga seseorang dapat memilih norma kelompok yang sesuai dengan norma

pada diri sendiri.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka pikir maka hipotesis pada

penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara tekanan teman sebaya dengan

asertivitas pada siswa SMK. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tekanan teman

sebaya pada siswa SMK, maka semakin rendah tingkat asertivitasnya. Demikian

pula sebaliknya, semakin rendah tekanan teman sebaya pada siswa SMK, maka

semakin tinggi tingkat asertivitasnya.