bab ii landasan teori -...

21
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penyesuaian Diri 2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri Untuk memperjelas tentang pemahaman yang akan menjadi dasar pemba- hasan dalam pembuatan skripsi ini, maka berikut diutarakan beberapa pengertian mengenai penyesuaian diri menurut beberapa ahli. Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang diutarakan oleh Charles Darwin. Ia mengatakan: “Genetik changes can improve the ability of organism to survive, reproduce, and in animal, raise offspring, this process is called adaptation”, (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka perilaku manusia dapat dipan- dang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Penyesuaian adalah suatu proses yang adaptif. Penyesuaian dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan dari lingkungan tempat manusia hidup.Dari segi ilmu jiwa, istilah ini digunakan dalam lapangan sosial kejiwaan dengan istilah penyesuaian atau penyelarasan (adjusment). Penyesuaian adalah proses dinamik yang terus menerus. Proses tersebut berlangsung sejak 8

Upload: duongtruc

Post on 01-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penyesuaian Diri

2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri

Untuk memperjelas tentang pemahaman yang akan menjadi dasar pemba-

hasan dalam pembuatan skripsi ini, maka berikut diutarakan beberapa pengertian

mengenai penyesuaian diri menurut beberapa ahli.

Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian

yang didasarkan pada ilmu biologi yang diutarakan oleh Charles Darwin. Ia

mengatakan: “Genetik changes can improve the ability of organism to survive,

reproduce, and in animal, raise offspring, this process is called adaptation”,

(Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002).

Sesuai dengan pengertian tersebut, maka perilaku manusia dapat dipan-

dang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia

hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua makhluk hidup

secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat

bertahan hidup.

Penyesuaian adalah suatu proses yang adaptif. Penyesuaian dipandang

sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan dari lingkungan tempat

manusia hidup.Dari segi ilmu jiwa, istilah ini digunakan dalam lapangan sosial

kejiwaan dengan istilah penyesuaian atau penyelarasan (adjusment). Penyesuaian

adalah proses dinamik yang terus menerus. Proses tersebut berlangsung sejak

8  

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

manusia lahir sampai kepada masa dewasa.Macquaire Dictionary (1991) dalam

Zhang, (2002) mendefinisikan bahwa penyesuaian diri menunjuk pada perubahan

sikap, perilaku seseorang berdasarkan norma-norma sosial agar dapat sesuai

dengan lingkungan yang baru.

Kartini Kartono (2000) mengemukakan pengertian penyesuaian diri

sebagai berikut. Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni

pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri

hati, prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain emosi sebagai respon pribadi

yang tidak sesuai dan kurang efisien dikikis habis.

Sedangkan Sunarto dan Hartono (2002) menyatakan “penyesuaian diri

adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada

lingkungannya”.Schneiders (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa

penyesuaian diri merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental

dan perilaku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan,

ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Usaha individu

bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antar tuntutan dalam

diri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

bahwa orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang

dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap

dirinya dan lingkungannya dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien dan

memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustasi maupun kesulitan-

kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan perilaku. Penyesuaian diri

dibagi ke dalam beberapa kategori. Salah satu pembagian itu adalah pembagian

9  

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

berdasarkan konteks situasional dari respon yang dimunculkan individu, yang

terdiri dari penyesuaian personal, penyesuaian sosial, penyesuaian perkawinan

dan penyesuaian vokasional. Penyesuaian diri tidak terlepas dari kaitannya dengan

penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau

kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif

dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang

harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang

dapat diterima dan memuaskan (Schneiders dalam Agustiani, 2006).

Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Wijaya, 2007) penyesuaian diri

adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, dengan

orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup. Sementara

penyesuaian diri menurut Vembriarto (dalam Wijaya, 2007) adalah reaksi indi-

vidu terhadap tuntutan yang dihadapkan kepada individu tersebut. Tuntutan psiko-

logis yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tuntutan eksternal dan

tuntutan internal. Tuntutan internal merupakan tuntutan yang berupa dorongan

atau kebutuhan yang timbul dari dalam yang bersifat fisik dan sosial. Tuntutan

eksternal adalah tuntutan yang berasal dari luar diri individu baik bersifat fisik

maupun sosial. Serta Sawrey dan Telford (dalam Wijaya, 2007) mendefinisikan

penyesuaian diri sebagai interaksi terus-menerus antar individu dengan ling-

kungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional. Dalam

interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan.

Gerungan (2002) merumuskan pengertian penyesuaian diri berarti “meng-

ubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan

10  

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

sesuai dengan keadaan (keinginan) diri.Menurut Gerungan (dalam Febriasari,

2007) juga melengkapi bahwa penyesuaian diri yang baik memiliki 2 ciri utama,

yaitu autoplastis dan alloplastis, yang memiliki definisi sebagai berikut:

1) Autoplastis yaitu seseorang yang mampu merubah dirisesuai dengan keadaan

lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikis dan rohaniah. Pada autoplastis

individu pasif, di mana kegiatan individu ditentukan oleh lingkungan.

2) Alloplastis yaituseseorang yang mampu merubah lingkungan sesuai dengan

enurut Fahmi (1982) adalah proses dinamika

yang be

keadaan keinginan dirinya. Di sini individu aktif, di mana individulah yang

mempengaruhi lingkungan.

Pengertian penyesuaian diri m

rtujuan untuk mengubah kekuatan agar terjadi hubungan yang lebih sesuai

antara diri dan lingkungannya, sehingga mempunyai kemampuan untuk meng-

adakan hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungannya.Dari segi

bahasa, penyesuaian adalah kata yang menunjukan keakraban, pendekatan dan

kesatuan kata. Penyesuaian adalah lawan kata perbedaan, kerenggangan dan

benturan. Penyesuaian diri dalam psikologi adalah proses dinamika yang

bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai

antara dirinya dan lingkungannya. Lingkungan di sini mempunyai tiga sesi, yaitu:

1) Lingkungan alami, yaitu semua yang terdapat di sekitar individu yang bersifat

kebendaan dan alami, serta semua benda dan alat-alat yang diperlukan guna

membantu manusia untuk hidup dan berjuang, demi mempertahankan

kelangsungannya.

11  

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

2) Lingkungan sosial, yaitu masyarakat tempat individu hidup dengan anggota-

anggotanya dan adat kebiasaannya serta peraturan yang mengatur hubungan

mereka satu sama lain.

3) Lingkungan pribadi, yaitu bagaimana seseorang dapat mengatur dan

menguasai serta mengendalikan tuntutan-tuntutannya. Pandangan orang

terhadap dirinya merupakan inti pokok dari kepribadiannya, dan pandangan

orang tersebut merupakan faktor asasi dalam penyesuaian diri dan sosialnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli di

atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha dari individu untuk

dapat merespon serta menerima keadaan dirinya dan keadaan lingkungan tempat

tinggalnya secara baik, serta bagaimana individu bisa melibatkan seluruh sistem

behavioral, kognisi dan emosional guna membantunya dalam melakukan penye-

suaian diri,serta usaha manusia untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan

(Autoplastis) atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan

diri sendiri (Alloplastis) guna memperoleh kenyamanan hidup.

2.1.2 Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Darlega (Mastuti,2007) adalah:

1) Kemampuan individu untuk dapat menerima kenyataan yang ada.Kemampuan

ini meliputi kemampuan dalam hal menerima keadaan lingkungan sekitar

maka dapat memudahkan untuk melakukan penyesuaian diri.

2) ividu untuk bekerja sama dengan individu yang lain dalam

suasana yang menyenangkan. Kemampuan ini adalah ketika individu dapat

Kemampuan ind

12  

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

melakukan kegiatan atau pekerjaan bersama dengan orang lain dalam suasana

atau keadaan yang baik.

3) Kemampuan individu untuk memilih kegiatan yang dapat memberikan

kepuasan dalam minatnya. Kemampuan ini meliputi kemampuan individu

untuk dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan dapat menda-

tangkan kepuasan.

4) Kemampuan individu untuk menerima diri apa adanya. Individu memahami

akan dirinya sendiri meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

5) Kemampuan individu untuk mengadakan interaksi sosial dengan orang lain.

tor

penyes

digunakan dalam penelitian ini adalah skala

penyes

Kemampuan ini meliputi dalam membina hubungan dengan orang lain di

lingkungannya dengan baik sehingga individu tersebut dapat menyesuaikan

diri dengan baik dan dapat diterima dengan baik pula oleh lingkungannya.

Davidoff (1991) selama pertumbuhan terjadi sesuai dengan faktor-fak

uaian yang sehat dan kebutuhan-kebutuhan terpenuhi secara bijaksana,

maka hal tersebut merupakan faktor penentu bagi penyesuaian individu dimasa

depan kehidupannya. Dari sini tampak adanya hubungan yang erat antara perkem-

bangan pertumbuhan individu serta penyesuaian pribadi dan sosial. Adjustment itu

sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri

sendiri dan tuntutan lingkungan.

Adapun instrumen yang

uaian diri. Untuk mendapat data dari variabel penyesuaian diri, disusun

skala sikap yang dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek penyesuaian

diri menurut Darlega (dalam Mastuti,2007)yang meliputi aspek kemampuan

13  

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

individu untuk dapat menerima kenyataan yang ada, bekerja sama dengan

individu yang lain dalam suasana yang menyenangkan, memilih kegiatan yang

dapat memberikan kepuasan dalam minatnya, menerima diri apa adanya dan

mengadakan interaksi sosial dengan orang lain.

Dari pendapat mengenai penyesuaian diri penulis menyimpulkan bahwa

penyes

suaian adjustif merupakan suatu bentuk

penyes

uaian diri adalah suatu proses dimana seseorang harus dapat memahami

lingkungan sekitar tempat individu hidup dan berinteraksi lingkungan sekitar, baik

dengan teman sebaya, keluarga, kampus dan masyarakat pada umumnya. Dalam

penyesuaian diri di lingkungan kampus, mahasiswa harus dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan kampus baik dengan teman, dosen, cleaning servis, staf tata

usaha dan peraturan yang ada di kampus.

Gunarso (2003) menyatakan penye

uaian yang menyangkut kehidupan psikis kita, biasanya disebut

penyesuaian yang adjustif. Karena tersangkutnya kehidupan psikis dalam

penyesuaian yang adjustif ini, maka dengan sendirinya penyesuaian ini

berhubungan dengan perilaku. Penyesuaian ini adalah penyesuaian dari perilaku

terhadap lingkungan dimana didalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau

norma-norma. Singkatnya penyesuaian ini disebut penyesuaian terhadap norma-

norma.

14  

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

2.1.3 Penyesuaian Diri Dipengaruhi oleh Hal-hal yang Diperoleh dari

ataan bahwa dimana terdapat kesukaran-kesukaran dalam

penyes

2.1.4 Penyesuaian Diri dan Kebutuhan-kebutuhan Pribadi

ng ma, mungkin

akan b

2.1.5 Penyesuaian Diri dan Pembentukan Kebiasaan

dirinya dan lingkungan

tempatn

Kelahiran

Suatu keny

uaian, karena sikap yang pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, sukar

mengemukakan pendapat dan lain-lain, maka sebabnya ialah karena memang sifat

dasarnya adalah demikian. Sebaliknya, oleh latihan terus menerus dan bimbingan

yang teratur, sifat-sifat dasar ini dapat dipengaruhi juga cara-cara penyesuaian

dirinya, sekalipun hal ini kadang-kadang sulit terjadi.

Cara memperlihatkan perilaku atas dasar kebutuhan ya sa

erbeda-beda. Hal ini antara lain disebabkan oleh mekanisme sebagaimana

persepsi orang terhadap kebutuhannya itu mempengaruhi cara orang berperilaku

dan mempengaruhi caranya menyesuaikan diri terhadap tujuan atau objeknya.

Misalnya tentang rasa lapar. Intensitas rasa lapar ini dapat berbeda-beda dan jelas

dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Kebutuhan-kebutuhan pribadi ini tidak

saja menyangkut hal-hal yang bersifat psikis. Kebutuhan rasa aman, rasa

terlindung merupakan hal yang sangat pribadi yang dapat mempengaruhi cara-

cara penyesuaian terhadap lingkungannya.

Cara-cara penyesuaian diri seseorang terhadap

ya hidup, memerlukan penguasaan sejumlah kebiasaan, kecakapan, sikap

dan nilai yang merupakan pusat tempat berdirinya proses penyesuaian dan

15  

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

merupakan metode yang menentukan penyesuaian tersebut. Semakin positif dan

lincah kebiasaan, keterampilan dan sikap akan semakin konstruktif metode dalam

pelaksanaan penyesuaian diri yang sehat pada individu.

Ada sejumlah sikap yang harus ada pada individu sebagai hasil hubungan

dan interaksinya dengan orang lain dalam tahap-tahap perkembangan yang

bermacam-macam. Tidak diragukan lagi bahwa sikap-sikap tersebut memainkan

peranan penting dalam penyesuaian orang dengan dirinya sendiri dan dengan

lingkungan tempat dia hidup. Sebagai contoh dari sikap tersebut adalah

penerimaan orang lain terhadapnya, serta sikapnya terhadap tanggung jawab dan

kerja sama dengan orang lain.

Penyesuaian diri yang baik, yang dikejar oleh setiap orang tidak tecapai,

kecuali apabila kehidupan orang tersebut sunyi dari kegoncangan jiwa dan kete-

gangan jiwa yang bermacam-macam, dan mampu menghadapi kesukaran dengan

cara objektif serta berpengaruh untuk hidup, serta menikmati kehidupan yang

stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja dan berprestasi. Tidak dira-

gukan lagi bahwa semuanya itu adalah ciri-ciri yang menunjukkan adanya penye-

suaian diri yang benar untuk mencapai hidup yang sehat dan ketenangan jiwa.

2.1.6 Prinsip Penyesuaian Diri

Berikut ini adalah prinsip-prinsip penting yang dikemukakan oleh Fahmy,

(1980) tentang penyesiauan individu:

1) Penyesuaian dan tuntutan (kejiwaan) pertumbuhan.

2) Penyesuaian dan pemuasan kebutuhan.

16  

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

3) Memperoleh kebiasaan, keterampilan, sikap dan nilai selama proses

pertumbuhan punya saham dalam proses penyesuaian pribadi dan sosoial.

4) Penyesuaian yang sehat dalam tahap-tahap bertumbuhan yang bermacam-

macam, membawa kepada kematangan pribadu dan sosial bagi individu.

Penyesuaian diri tidak dapat berlangsung sewenang-wenang karena

adanya norma-norma dan aturan yang ada dalam bermasarakat. Dengan demikian

penyesuaian diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Perlu

diketahui bahwa hidup manusia sejak lahir sampai kematiannya adalah suatu

perjuangan untuk penyesuaian.

2.1.7 Mekanisme Penyesuaian Diri

Setiap tindakan manusia dalam menyalurkan dorongannya tentu akan

mengharapkan sesuatu pemuasan yang berhasil. Bila ini terjadi maka akan timbul

suatu keadaan yang seimbang. Tetapi kepuasannya tidak hanya terhenti pada

pemuasan dorongan itu ada tujuan yang lebih jauh lagi. Tujuan itu adalah

kelangsungan dirinya sebagai jenis manusia. Bagi manusia, pemuasan dorongan

itu adalah sekunder. Oleh sebab itulah manusia sebagai manusia yang ingin

mempertahankan kelangsungan hidupnya berusaha pula untuk memenuhi

tuntunan sosialnya. Hal inilah yang dinamakan penyesuaian diri.

2.1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja

Menurut Schneiders setidaknya ada lima faktor yang dapat

mepengaruhi proses penyesuaian diri remaja adalah sebagai berikut :

17  

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

a) Kondisi fisik. Seringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses

penyesuaian diri remaja.

b) Kepribadian.

Unsur-unsur kepribadian yang mempengaruhi penyesuaian diri

adalah: Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability),

Pengaturan diri sama pentingnya dengan penyesuaian diri

dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur

diri, dan mengarahkan diri. Kemapuan mengatur diri dapat

mencegah individu dari keadaan malasuai dan penyimpangan

kepribadian. Kemampuan pengaturan diri dapat ,mengarahkan

kepribadian normal mencapai pengendalian diri dan realisasi diri.

c) Relisasi diri (self relization)

Telah dikatakan bahwa pengaturan kemampuan diri

mengimplikasiakan potensi dan kemampuan kearah realisasi diri.

Proses penyesuaian diri dan pencapaian hasilnya secara bertahap

sangat erat kaitannya dengan perkembangan kepribadian. Jika

perkembangan kepribadain berjalan normal sepanjang masa kanak-kanak

dan remaja, di dalamnya tersirat portensi laten dalam bentuk

sikap, tanggung jawab, penghayatan nilai- nilai, penghargaan diri

dan lingkungan, serta karakteristik lainnya menuju

pembentukankepribadian dewasa.

d) Intelegensi. Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul

tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya

18  

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

dalam pemyesuaian diri, yaitu kualitas intelegensi. Tidak sedikit,

baik buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan oleh kapasitas

intelektualnya atau intelegensinnya. Intelegensi sangat penting bagi

perolehan gagasan, prinsip, dan tujuan yang memainkan peranan

penting dalam proses penyesuain diri.

e) Proses belajar (Education)

2.1.9 Macam-macam Mekanisme Penyesuaian Diri

Dalam segala perbuatan biasa terjadi suatu usaha penyesuaian diri yang

lazim dinamakan mekanisme penyesuaian diri ialah cara penyesuaian yang tidak

melalui aturan wajar bagi kedua tuntutannya baik dari dalam maupun dari luar.

Mekanisme penyesuaian diri atau mekanisme keseimbangan ini juga dikenal

sebagai mekanisme pembelaan diri serta mekanisme peralihan.Slameto (1986)

mekanisme pembelaan diri sendiri adalah suatu cara perbuatan yang ditunjukan

untuk membela diri sendiri yang menganggap bahwa perbuatan itu seharusnya

tidak sesuai baginya. Sedangkan mekanisme peralihan adalah suatu cara

perbuatan yang dimaksud untuk menghindari sesuatu.

Lembaga pendidikan harus memberikan jaminan keamanan bagi para

siswa, terhadap barang-barang miliknya dan tempat menumbuhkan kegiatan-

kegiatan ditunjang dengan perlindungan terhadap siswa. Posisi peserta didik

terhadap proses belajar hendaknya positif yang berarti bahwa Lembaga

pendidikan melaksanakan prinsip belajar dan bekerja (learning by doing).

Lembaga pendidikan harus berusaha dengan berbagai cara untuk mengarahkan

19  

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

peserta didiknya kearah penyesuaian diri yang benar. Disini nyata pentingnya

pembentukan hubungan dengan teman-teman sebaya dan juga dengan orang-

orang dewasa dalam lingkungan Lembaga pendidikan untuk membantu anak

didiknya agar terlepas dari pemusatan pada diri sendiri.

Lembaga pendidikan wajib menciptakan kesempatan untuk keberhasilan

para siswa, hal ini akan memberikan rasa mantap padanya bahwa siswa mampu

belajar. Ilmu kesehatan jiwa memandang bahwa ini adalah salah satu syarat dari

penyesuaian diri yang sehat.

Jika ingin menciptakan penyesuaian diri bagi remaja antara umur 16

sampai 18 tahun, hendaknya para pendidik benar-benar sadar akan kaidah-kaidah

umum untuk digunakan dalam menciptakan proses penyesuaian diri bagi anak-

anak di usia Lembaga pendidikan menengah atas.

Remaja diberi kesempatan untuk berbicara dan mendengar juga

mendapatkan teman dalam kelompoknya. Keinginan remaja untuk terlepas dari

kebiasaan kanak-kanak biasanya penuh dengan rasa perlawanan dan berontak.

Penelitian Ross dan Hammer (2002) menemukan bahwa kebanyakan

mahasiswa tidak betah pada perkuliahan pertama dan tahun kedua, bahkan ada

yang tidak melanjutkan perkuliahannya karena tidak dapat menyesuaikan diri

dengan situasi serta gaya belajar di kampus.

2.2 Internal Locus of Control

Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemuka-

kan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control

merupakan salah satu variabel kepribadian (personality), yang didefinisikan

20  

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny)

sendiri (Rotter,1966).

Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa dalam

kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut

memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki kayakinan

bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau peristiwa yang

terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki eksternal locus

of control.

Kreitner & Kinichi (2001) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of

control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu

locus of control eksternal menganggap bahwa keberhasilan yang di capai

dikontrol dari keadaan sekitarnya.

Zimbargo (1985), menyatakan bahwa dimensi internal-exsternal locus of

control dari Rotter memfokuskan pada strategi pencapaian tujuan tanpa

memperhatikan asal tujuan tersebut. Bagi seseorang yang mempunyai internal

locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan,

dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai

external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat

diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu

tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external

locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk

bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang

menguntungkan.

21  

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

Sementara itu individu yang mempunyai internal locus of control

diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan

diidentifikasikan juga lebih menyenangi keahlian-keahlian dibanding hanya

situasi yang menguntungkan. Konsep tentang locus of control yang digunakan

Rotter (1966) memiliki empat konsep dasar, yaitu:

1) Potensi perilaku yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada

situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam hidup

seseorang.

2) Harapan, merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan

muncul dan dialami oleh seseorang.

3) Nilai unsur penguat adalah pilihan terhadap berbagai kemungkinan penguatan

atas hasil dari beberapa penguat hasil-hasil lainnya yang dapat muncul pada

situasi serupa.

4) Suasana psikologis, adalah bentuk rangsangan baik secara internal maupun

eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang meningkatkan

atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan.

Locus of control dapat dibagi menjadi dua yaitu: internal locus of control

dengan external locus of control. Menurut Crider (2003) ciri-cirinya adalah

sebagai berikut:

1) Internal Locus of Control

(1) Suka bekerja keras.

(2) Memiliki inisiatif yang tinggi.

(3) Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.

22  

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

(4) Selalu mencoba untuk berfikir seefektif mungkin.

(5) Selalu mempunyai persepsi usaha harus dilakukan jika ingin berhasil.

2) External Locus of Control

(1) Kurang memiliki inisiatif.

(2) Mempunyai sedikit harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan

kesuksesan.

(3) Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang

mengontrol.

(4) Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah.

Pada orang-orang yang memiliki internal locus of control faktor

kamampuan dan usaha terlihat dominan, individu dengan internal locus of control

faktor kemampuan dan usaha terlihat lebih dominan, oleh karena itu apabila

individu dengan internal locus of control mengalami kegagalan mereka akan

menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula

dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga atas hasil usahanya.Hal ini akan

membawa pengaruh untuk tindakan selanjutnya dimasa akan datang bahwa

mereka akan mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala

kemampuannya.

Sebaliknya pada orang yang memiliki external locus of control melihat

keberhasilan dan kegagalan dari faktor kesukaran dan nasib, oleh karena itu

apabila mengalami kegagalan mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar

yang menjadi penyebabnya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap tindakan

23  

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

dimasa datang, karena merasa tidak mampu dan kurang usahanya maka mereka

tidak mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut.

Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontinium

dari internal menuju exsternal, oleh karenanya tidak satupun individu yang benar-

benar eksternal. Kedua tipe locus of control terdapat pada setiap individu, hanya

saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control

tertentu. Disamping itu locus of control tidak bersifat stastis tapi juga dapat

berubah. Individu yang berorientasi internal locus of control dapat berubah

menjadi individu yang berorientasi exsternal locus of control dan begitu

sebaliknya, hal tersebut disebabkan karena situasi dan kondisi yang menyertainya

yaitu dimana tinggal dan sering melakukan aktifitasnya.

2.3 Hubungan antara Internal Locus of Control dengan Penyesuaian Diri

Mahasiswa

Macquaire Dictionary (1991) dalam Zhag, (2002) mendefinisikan bahwa

penyesuaian diri menunjuk pada perubahan sikap, perilaku seseorang berdasarkan

norma-norma sosial agar dapat sesuai dengan lingkungan yang baru.

Kartini Kartono (2000) mengemukakan pengertian penyesuaian diri

sebagai berikut. Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni

pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Rasa permusuhan, dengki, iri hati,

prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain emosi sebagai respon pribadi yang

tidak sesuai dan kurang efisien dikikis habis. Penyesuaian diri dibagi ke dalam

beberapa kategori. Salah satu pembagian itu adalah pembagian berdasarkan

24  

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

konteks situasional dari respon yang dimunculkan individu, yang terdiri dari

penyesuaian personal, penyesuaian sosial, penyesuaian perkawinan dan

penyesuaian vokasional. Penyesuaian diri tidak terlepas dari kaitannya dengan

penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau

kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif

dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang

harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang

dapat diterima dan memuaskan (Schneiders dalam Agustiani, 2006). Individu

yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa dalam kehidupannya berada

dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of

control. Sementara individu yang memiliki kayakinan bahwa lingkunganlah yang

mempunyai kontrol terhadap nasib atau peristiwa yang terjadi dalam

kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki eksternal locus of control.

Kreitner & Kinichi (2001) mengatakan bahwa hasil yang dicapai locus of

control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Sedangkan pada individu

locus of control eksternal menganggap keberhasilan yang di capai dikontrol dari

keadaan sekitarnya. Zimbargo (1985) menyatakan dimensi internal-exsternal

locus of control dari Rotter memfokuskan pada strategi pencapaian tujuan tanpa

memperhatikan asal tujuan tersebut. Bagi seseorang yang mempunyai internal

locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan,

dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada individu yang mempunyai

external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat

diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu

25  

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

tidak akan mempunyai peran didalamnya. Individu yang mempunyai external

locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk

bergantung pada orang lain dan lebih banyak mencari dan memilih situasi yang

menguntungkan.

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian Ross dan Hammer (2002) menemukan bahwa kebanyakan

mahasiswa tidak betah pada perkuliahan pertama dan tahun kedua, bahkan ada

yang tidak melanjutkan perkuliahannya karena tidak dapat menyesuaikan diri

dengan situasi serta gaya belajar di kampus.McGaha dan Fitzpatrick (2005)

melakukan penelitian terhadap 127 mahasiswa yang masih berkuliah aktif dan

menemukan bahwa mahasiswa yang masih berkuliah aktif dan menemukan bahwa

mahasiswa yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik akan

memperoleh prestasi akademik yang tinggi, sedangkan mahasiswa yang memiliki

kemampuan menyesuaiakan diri kurang baik akan memperoleh prestasi akademik

yang rendah.

DeBerard dkk. (2004) melakukan penelitian terhadap 204 mahasiswa

untuk mengetahui hubungan antaradukungan sosial diantaranya penyesuaian diri

pada lingkungan akademik dengan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai

prestasi akademik yang optimal. Temuan yang diperoleh adalah adanya hubungan

yang signifikan antara dukungan sosial mahasiswa dengan keberhasilan maha-

siswa dalam mencapai prestasi akademik yang optimal.

26  

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

Bakare (dalam Adebayo & Ogunleye, 2008) mengemukakan bahwa ciri-

ciri orang yang mampu menyesuaikan diri secara baik, antara lain mampu

bersahabat, memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis, memiliki keinginan

untuk berhasil dan mencapai prestasi yang baik, memiliki kemampuan untuk

mengejar tujuan yang diinginkan dalam kelompok/komunitasnya, memiliki

keterampilan untuk berhubungan baik denan orang lain, emosi yang seimbang dan

terkontrol. Penyesuaian diri pada lingkungan akademik memiliki keterkaitan

dengan pencapaian indeks prestasi kumulatif mahasiswa, karena penyesuaian diri

mahasiswa memungkinkan mahasiswa untuk menemukan pola-pola studi baru

yang sesuai dengan suasana akademik di perguruan tinggi, membangun

kepercayaan diri serta mampu menjalin relasiyang baik di kampus.

Penelitian Idris Muhammad (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara Locus of Control Internal dengan Penyesuaian Diri karyawan

(r= 0,642 p = 0,000 )Locus of Control internal memberikan sumbangan efektif

sebesar 41,2 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

2.5. Hipotesis

Dalam penelitian ini dikemukakan dua pasangan hipotesa yang akan

dibuktikan sebagai berikut:

H1 : = 0 Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penye-

suaian diri dengan Internal locus of control mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Kegu-

ruan dan Ilmu Pendidikan UKSW Salatiga.

27  

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7413/2/T1_132009076_BAB II.pdfdiri dengan apa yang diharapkan lingkungannya. Schneiders juga mengungkapkan

28  

H2 : Terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian diri

dengan Internal locus of control mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan UKSW Salatiga.