bab ii tinjauan pustaka a. air susu ibu (asi) 1. 2.repository.poltekkes-tjk.ac.id/464/4/bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mamae ibu,
dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, 2015).
2. Fisiologi Laktasi
Menurut Anggraini (2010) payudara wanita dirancang untuk memproduksi
ASI, pada tiap payudara terdapat sekitar 15-20 lobus (lobe) dan setiap lobus
memiliki sistem saluran (duct system). Saluran utama bercabang menjadi saluran-
saluran kecil yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu,
disebut alveoli. Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan mirip
buah anggur yang merambat. Setiap bola memberikan makanan ke dalam
pembuluh darah lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui puting susu.
Dibelakang puting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai membentuk
penyimpanan kecil yang disebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses)
pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan
sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu reflek prolaktin dan reflek
let down sebagai berikut :
Lampiran 20
a. Reflek let down
Reflek ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks
memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut : „rooting reflex” (reflek
menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan
lidahnya. Let Down reflek mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang
mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan fikiran. Gangguan
terhadap let down reflek mengakibatkan ASI tidak dapat keluar. Bayi tidak cukup
mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan ini justru membuat ibu lebih gelisah
dan semakin mengganggu let down reflek. Dalam hal ini, pengeluaran ASI sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang
percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal menyusui bayinya (Maryunani, 2015).
b. Reflek prolaktin
Menjelang akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas
prolaktin dihambat oleh esterogen dan progesteron yang masih tinggi. Pada pasca
persalinan, saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang putting
susu dan kalang payudara (areola mamae), karena ujung-ujung saraf sensoris
yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran
faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran
Lampiran 20
faktor pemacu sekresi prolakin. Faktor pemacu sekresi prolakin akan merangsang
hipofise anterior sehingga keluar prolakin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolakin pada ibu menyusui akan
menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat
tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3 (Soejiningsih, 2012).
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel
akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah melihat bayi, mendengarkan
suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat reflek let down adalah stress seperti keadaan bingung/fikiran kacau,
takut dan cemas (Maryunani, 2015).
3. Dukungan bidan dalam Pemberian ASI
Menurut Sari (2018) bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian
ASI sebagai berikut:
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama
Lampiran 20
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
d. Menempatkan bayi dideket ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
f. Menghindari susu botol dan “dot empeng”
g. Memberikan kolostrum dan ASI saja
4. Manfaat Pemberian ASI
Menurut Roesli (2013) terdapat beberapa manfaat pemberian ASI pada
bayi dan ibu, antara lain:
a. Bagi bayi
1) ASI sebagai nutrisi
Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya
sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi prematur
komposisinya akan berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga
berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari
ke-4 atau ke-7 (kolostrum), berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-4/ke-7
sampai hari ke-10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan
berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI matang). ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai
Lampiran 20
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai
usia 6 bulan.
2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat
sekali menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat
kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia
sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun,
sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi
kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang
apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat
kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,
virus, parasit, dan jamur.
3) ASI meningkatkan kecerdasan
Interaksi antara ibu dengan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan
kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 46 point lebih tinggi
pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan
dengan bayi yang tidak diberi ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Angelsen, et al
(2001) menemukan bahwa anak-anak yang mendapat ASI kurang dari 3 bulan
mempunyai risiko lebih tinggi memiliki skor IQ total yang rendah dibandingkan
Lampiran 20
anak-anak yang mendapat ASI setidaknya 6 bulan. Jadi lamanya pemberian ASI
memberikan manfaat bagi perkembangan kognitif anak.
b. Bagi ibu
1) Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
2) Lemak disekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan
pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
3) Penelitian menunjukan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara
4) ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan
botol susu, dot, dsb
5) ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air
panas, dsb
6) ASI lebih murah, karena tidak selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya
7) ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu
steril
8) Penelitian medis juga menunjukan bahwa wanita yang menyusui bayinya
mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional
9) ASI tidak akan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan
Lampiran 20
diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi ASI dalam payudara tak pernah basi
dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.
5. Volume ASI Perhari
Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan,
maka payudara akan kosong dan melunak. Pada keadaan ini, ibu tidak akan
kekurangan ASI, karena ASI akan terus diproduksi melalui hisapan bayi, dan
mempunyai keyakinan mampu memberi ASI pada bayinya. Dengan demikian, ibu
dapat menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan, setelah itu bayi harus
mendapatkan makanan tambahan. Dalam keadaan normal, volume susu terbanyak
dapat diperoleh pada lima menit pertama. Rata-rata bayi menyusu selama 15-25
menit. Bayi normal memerlukan 160-165cc ASI per kilogram berat badan perhari.
Secara alamiah, bayi akan mengatur kebutuhan sendiri. Semakin sering bayi
menyusu, maka payudara akan memproduksi lebih banyak ASI. Demikian pula
pada bayi yang lapar atau bayi kembar, dengan semakin kuat daya isapannya,
maka payudara akan semakin banyak memproduksi ASI (Astuti, 2015).
Tabel 1
Produksi ASI
Produksi ASI berkisar 600 cc sampai 1 liter perhari
Hari-hari pertama 10-100 cc
Usia 10-14 hari 700-800 cc
Usia 6 bulan 400-700 cc
Usia 1 tahun 300-350 cc
(Sumber : Astuti, 2015)
Lampiran 20
6. Komposisi ASI
Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI mengandung zat gizi yang
secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan
memperkuat daya tahan alami tubuhnya. Kandungan ASI yang utama terdiri dari:
a. Laktosa (karbohidrat)
Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan
penting sebagai sumber energi. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya
karbohidrat yang terdapat dalam ASI murni. Sebagai sumber penghasil energi,
sebagai karbohidrat utama, meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh,
merangsang tumbuhnya laktobasilus bifidus. Laktobasilus bifidus berfungsi
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan. Selain itu laktosa juga
akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan
saraf. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium dimasa
pertumbuhan bayi. Komposisi laktosa dalam ASI sebanyak 7 gram/100ml
(Maryunani, 2015).
b. Lemak
Menurut Maryunani (2015) lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di
ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu
tubuh bayi. Komposisi lemak dalam ASI 3,7-4,8 gram/100 ml. ciri-ciri khas
lemak dalam ASI secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya;
Lampiran 20
2) Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini
terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan
akan berbeda dengan 10 menit kemudian;
3) Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus
berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan;
4) Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena
mengandung enzim lipase;
5) Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak;
6) Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila
dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak
PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare;
7) Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dengan perbandingan dengan
PASI yaitu 6:1;
8) Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh
yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel saraf otak bayi.
c. Protein
Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi. Komponen
dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak.
Protein dalam susu adalah whey dan casein/kasein. ASI memiliki perbandingan
antara whey dan casein yang sesuai untuk bayi. Rasio whey dan casein merupakan
salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung
Lampiran 20
whey lebih banyak yaitu 63:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih
mudah diserap. Sedangkan, pada susu sapi mempunyai perbandingan whey:casein
adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap. Whey lebih mudah dicerna
dibandingkan dengan kasein (yang merupakan protein utama susu sapi). Beberapa
jenis asam amino tertentu, yaitu sistin, taurin, triptofan, dan fenilalanin
merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan. Sistin dan taurin
merupakan dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi. Sistin
diperlukan untuk pertumbuhan somatik sedangkan taurin yang berfungsi sebagai
neurotransmitter dan berperan penting dalam proses maturasi sel otak. Komposisi
protein dalam ASI yaitu 0,8-1,0 gram/100 ml (Maryunani, 2015).
d. Garam dan Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet (Maryunani, 2015).
e. Vitamin
ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi. ASI megandung
vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan
kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk
vitamin K. Vitamin-vitamin tersebut adalah vitamin ADEK. Vitamin A berguna
sebagai perkembangan penglihatan bayi, vitamin E terdapat terutama dalam
kolostrum dan vitamin berfungsi sebagai katalisator pada pembekuan darah
Lampiran 20
terdapat dalam ASI dengan mudah yang cukup dan mudah diserap (Maryunani,
2015).
f. Energi dari ASI
Kandungan energi ASI relatif rendah, hanya 67 kalori/100 ml ASI.
Sembilan puluh persen berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10%
berasal dari protein (Soetjiningsih, 2012).
g. Unsur-unsur lain dalam ASI
Laktokrom, kreatin, kreatinin, urea, xanthin, amonia dan asam sitrat.
Substansi tertentu di dalam plasma darah ibu, dapat juga berada dalam ASI,
misalnya minyak volatile dari makanan tertentu (bawang merah), juga obat-obatan
tertentu seperti sulfonamid, salisilat, morfin dan alkohol, juga elemen-elemen
anorganik misalnya As, Bi, Fe, I, Hg dan Pb (Soetjiningsih, 2012).
h. Zat antivirus dan bakteri
Menurut Widjaja (2004) kandungan gizi ASI paling baik adalah pada ASI
kolostrum yang keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-ketujuh. Dibanding
dengan ASI pada umumnya, kolostrum lebih banyak mengandung protein, zat
antivirus, dan antibakteri. Berikut ini aneka zat antivirus dan antibakteri yang
terkandung di dalam kolostrum, yaitu :
1) Lisozim, yakni enzim yang sangat aktif di saluran pencernaan yang jumlahnya
ribuan kali dibandingkan dengan kadar lisozim yang ada di dalam susu
formula. Tugasnya menghancurkan dinding sel bakteri patogen, sekaligus
melindungi saluran pencernaan bayi.
Lampiran 20
2) Bifidobakteri, bertugas mengasamkan lambung sehingga bakteri patogen dan
parasit tidak mampu bertahan hidup.
3) Laktoferin, bertugas mengikat zat besi sehingga bakteri patogen yang
membutuhkan zat besi diboikot, tidak mendapatkan suplai zat besi hingga
mati.
4) Laktoperoksida, bersama unsur lainnya berperang melawan serangan bakteri
Streptococcus (yang dapat juga menimbulkan gejala penyakit paru),
Pseudomonas, dan Escheriscia coli.
5) Makrofag, yang terkandung di dalam sel-sel susu ASI, berfungsi melindungi
kelenjar susu ibu dan saluran pencernaan bayi.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI menurut Bianzucco
(2003) dikutip dalam Mardiyaningsih (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeluaran ASI terdiri dari faktor langsung dan tidak langsung, yaitu :
a. Faktor langsung
1) Status kesehatan ibu
Kondisi fisik yang sehta akan menunjang produksi ASI yang optimal baik
kualitas maupun kuantitas, oleh karena itu pada masa menyusu ibu harus menjaga
kesehatannya. Ibu yang sakit pada umumnya tidak mempengaruhi produksi ASI.
Tetapi akibat kekhawatiran ibu terhadap kesehatan bayinya maka ibu
menghentikan menyusui bayinya. Kondisi tersebut menyebabkan tidak adanya
rangsangan pada puting susu sehingga produksi ASI pun berkurang atau berhenti
(Nurliawati, 2010).
Lampiran 20
2) Frekuensi dan lamanya menyusu
Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tidak dijadwalkan. Bayi disusui sesuai
dengan permintaan bayi (on demand) dan memberikan ASI pada bayi sesering
mungkin (Sari, 2018). Pada umumnya bayi yang sehat akan menyusui 8-12 kali
perhari dengan lamanya menyusui 15-20 menit pada masing–masing payudara
(Nurliawati, 2010).
3) Nutrisi dan asupan cairan
Upaya yang sangat diperlukan untuk membangun fisik dan jaringan otak
bayi adalah nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangan
bayi yang harus dilakukan sejak awal kehamilan. Ibu dengan gizi yang baik dapat
memberikan ASI kepada bayinya pada bulan pertama kurang lebih 600 ml/hari,
pada bulan ketiga meningkat menjadi 700-750 ml/hari, setelah bulan ke-6
menurun 400 sampai 600 ml/ hari, tahun kedua 300-400 ml/hari. Dari hasil kajian
ini menunjukkan bahwa nutrisi yang baik untuk ibu hamil, bersalin, dan menyusui
sangat diperlukan. Kebutuhan protein pada wanita menyusui pada 6 bulan pertama
memerlukan tambahan 16 g/hari, pada 6 bulan kedua 12 g/hari, lemak diperlukan
25%-40%, karbohidrat 55%-75%, cairan minimal 10 gelas per hari dan vitamin
(Purwanti, 2004)
4) Merokok
Ibu perokok berat produksi ASI-nya akan menurun, asap rokok yang
dihisap oleh ibu dapat mengganggu kerja hormon prolaktin dan oksitosin sehingga
menghambat produksi ASI (Soetjiningsih, 2012).
Lampiran 20
5) Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu
merasa lebih rileks, sehingga membantu proses pengeluaran ASI, namun disisi
lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat menyusui
merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg BB ibu
mengakibatkan kontaksi rahim 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg BB ibu
mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Nurliawati, 2010).
6) Bentuk dan kondisi puting susu
Saraung (2017) menyatakan bahwa bentuk dan kondisi puting susu tidak
baik seperti adanya infeksi pada payudara, payudara bengkak dan puting susu
tidak menonjol merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pemberian ASI
diantaranya adalah produksi ASI yang sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi
oleh bayi
7) Hisapan bayi
Pada puting dan areola payudara terdapat ujung-ujung saraf yang sangat
penting untuk refleks menyusui. Apabila puting susu dihisap oleh bayi maka
rangsangannya akan diteruskan ke hipotalamus untuk mengeluarkan prolaktin dan
oksitosin. Hal tersebut menyebabkan air susu diproduksi dan dialirkan
(Nurliawati, 2010).
8) Faktor psikologis ibu
Dalam menyusui yang paling penting daripada menyiapkan fisik
(payudara) adalah menyiapkan mental atau psikologis ibu. Persiapan mental atau
psikologis ini sangat penting karena sikap atau keputusan ibu yang positif
Lampiran 20
terhadap pemberian ASI harus dihayati ibu dalam masa kehamilan atau sebelum
hamil (Maryunani, 2015). Perasaan ibu dapat menghambat atau meningkatkan
pengeluaran oksitosin, seperti perasaan takut, marah, sedih dan cemas, atau nyeri
hebat akan memengaruhi reflek oksitosin yang akhirnya menekan pengeluaran
ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia, memeluk, dan perasaan bangga
dapat menyusui bayinya, akan meningkatkan pengeluaran ASI (Purwanti, 2004).
b. Faktor tidak langsung
1) Umur dan paritas
Umur ibu berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu yang umurnya muda
lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu yang sudah tua. Ibu-ibu
yang lebih muda atau umurnya kurang dari 35 tahun lebih banyak memproduksi
ASI daripada ibu-ibu yang lebih tua (Nurliawati, 2010).
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Kurangnya pengetahuan ibu berkaitan dengan
pendidikan, dimana pendidikan berkaitan dengan pengetahuan seseorang, semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuanya akan semakin baik pula.
Meskipun tidak semua pengetahuan didapatkan dari lembaga pendidikan namun
juga dapat diperoleh dari pengalaman, yang kemudian pemahaman atau
pengetahuan terhadap stimulus tersebut akan diolah kembali dengan melibatkan
emosionalnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemauan bertindak
(Notoatmodjo, 2014).
Lampiran 20
3) Berat badan lahir
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI
yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (>2500 gr).
Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama
penyusuan yang lebih rendah dibandingkan bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI
(Nurliawati, 2010).
4) Status kesehatan bayi
Bayi yang sakit pada umumnya malas untuk menghisap puting susu
sehingga tidak ada let down reflek. Akibatnya tidak ada rangsangan pada puting
susu sehingga menyebabkan rangsangan produksi ASI dan pengaliran ASI
terlambat (Nurliawati, 2010).
5) Kelainan anatomi
Kelainan anatomi yang menyebabkan bayi tidak bisa menghisap seperti
labiopalatoskisis dan lingual frenulum menyebabkan bayi kesulitan bayi untuk
menghisap payudara ibu (Nurliawati, 2010).
8. Penatalaksanaan Pengeluaran ASI
Berbagi upaya penatalaksanaan dengan penatalaksanaan farmakologis atau
non farmakologis, yaitu :
a. Terapi Farmakologi
Obat-obatan yang pernah digunakan untuk meningkatkan produksi ASI
antara lain metoklopramid, domperidon, sulpirid, chlorpromazin, growth
hormone, thyrotropin-releasing hormone, dan oksitosin. Galaktogogue adalah
Lampiran 20
obat-obatan atau substansi lain yang dipercaya dapat memulai, mempertahankan,
atau meningkatkan produksi ASI. Indikasi pemberian galaktogogue adalah
meningkatkan suplai ASI karena ibu atau bayi sakit atau dipisahkan.
Galaktogogue yang sering digunakan adalah metoklopramid dan domperidon
(Fazilla, 2013).
1) Domperidon
Domperidon merupakan suatu antagonis reseptor dopamin perifer, bekerja
dengan cara menghambat efek inhibisi sekresi prolaktin yang diperantarai
dopamin, sehingga produksi ASI meningkat. Domperidon lebih dipilih
dibandingkan obat-obatan lain untuk meningkatkan produksi ASI karena tidak
larut air dan tidak melewati sawar darah otak. Hal ini menurunkan efek samping
sistem saraf pusat dan ekstrapiramidal yang terlihat pada pemberian
metoklopramid. Oleh karena itu domperidon lebih dipilih sebagai galaktogogue
dibandingkan metoklopramid. Dosis domperidon yang direkomendasikan dengan
pemberian intramuskular 10 mg, oral 10 mg diberikan 3 kali perhari selama 1
sampai 2 minggu dan rektal (suppositoria) 60 mg. Efek samping yang sering
muncul adalah mulut kering, sakit kepala, nyeri abdomen, dan pada pasien yang
tidak menyusui timbul gejala yang berhubungan dengan prolaktin seperti
galaktorea, ginekomastia, rasa tegang pada payudara, dan menstruasi tidak teratur
(Fazilla, 2013).
2) Metoklopramid
Metoklopramid meningkatkan produksi ASI dengan menghambat
pelepasan dopamin di susunan saraf pusat yang mengakibatkan peningkatkan
Lampiran 20
kadar prolaktin. Metoklopramid tidak merubah komposisi ASI secara bermakna.
Dosis yang digunakan 30-45 mg per hari dibagi dalam 3-4 dosis, selama 7-14 hari
dengan dosis penuh dan diturunkan bertahap selama 5-7 hari. Penggunaan yang
lebih lama dapat meningkatkan kejadian depresi. Kadang-kadang produksi dapat
berkurang ketika dosis diturunkan, dosis efektif terendah dapat diteruskan. Efek
samping berupa keletihan, mengantuk, dan diare dapat terjadi tetapi biasanya ibu
tidak perlu menghentikan penggunaan obat ini. Metoklopramid tidak boleh
digunakan pada pasien epilepsi atau dalam pengobatan anti kejang, mempunyai
riwayat depresi atau dalam pengobatan antidepresi, mempunyai feokromositoma
atau hipertensi tidak terkontrol, perdarahan atau obstruksi intestinal, riwayat alergi
terhadap metoklopramid (William & Michael, 2016).
b. Terapi Nonfarmakologi (Terapi Komplementer)
Terapi komplementer merupakan bidang ilmu kesehatan yang mempelajari
cara-cara menangani berbagai penyakit menggunakan teknik tradisional.
Pengobatan dalam terapi komplementer tidak menggunakan obat-obat komersial,
melainkan menggunakan berbagai jenis obat herbal dan terapi. Sebagai salah satu
cara penyembuhan penyakit, terapi komplementer dipilih untuk mendukung
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan alternatif diluar
pengobatan medis konvensional (Ayuningtyas, 2019).
1) Pijat oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijatan ini
Lampiran 20
dilakukan untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu,
sehingga ASI pun otomatis keluar (Rahayu, 2015).
2) Breast care (Perawatan payudara)
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang
dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain (Anggraini, 2010).
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur
untuk memelihara kesehatan payudara dengan tujuan untuk mempersiapkan
laktasi pada waktu postpartum. Adapun pelaksanaan perawatan payudaraini
dilakukan pada hari ke 1 – 2 setelah melahirkan minimal 2 kali dalam sehari.
Manfaat perawatan payudara antara lain melancarkan reflek pengeluaran ASI atau
reflek let down, cara efektif meningkatkan volume ASI peras/perah, serta
mencegah bendungan pada payudara/payudara bengkak (Roesli, 2008).
3) Pijat marmet
Pijat marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat
payudara, sehingga reflek ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara
marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di
bawah areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus
laktiferus akan merangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin
diharapkan akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Semakin
banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik
produksi ASI di payudara (Widiastuti & Michael, 2014)
4) Terapi pijat akupresur
Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijat,
Lampiran 20
mengurut bagian dari tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau Ci
(Sukanta, 2003). Tindakan akupresur memberikan manfaat bagi tubuh yaitu
meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran darah mengurangi rasa nyeri
dan mengurangi stress atau menenangkan pikiran (Kemenkes, 2015). Menurut
penelitian Cholifah (2014) akupresur merupakan salah satu tindakan alternatif
untuk meningkatkan kecukupan ASI, penelitian ini menunjukan bahwa kecukupan
ASI meningkat dari 35% menjadi 82% setelah diberikan tindakan akupresur. Hal
ini membuktikan adanya pengaruh akupresur yang signifikan terhadap
peningkatan kecukupan ASI dibuktikan dengan hasil (p value = 0,005).
5) Teknik menyusui
Teknik menyusui penting diajarkan kepada ibu untuk mencegah kesulitan
dalam pemberian ASI. Banyak sedikitnya ASI ternyata berhubungan langsung
dengan teknik menyusui, teknik menyusui yang tepat akan mendorong keluarnya
ASI secara maksimal (Maryunani, 2015). Menyusui dengan teknik yang tidak
benar akan mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu
(Sari, 2018). Cara menyusu yang tidak tepat, tidak dapat mengosongkan payudara
dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI (Purwanti, 2004).
6) Konsumsi daun katuk
Daun katuk (Sauropus androgynus) telah dikenal dalam pengobatan
tradisional di Asia Selatan dan Asia Tenggara sebagai obat penambah ASI
(Gunanegara RF, 2010). Daun katuk kaya akan kandungan gizi dibandingkan
daun pepaya dan daun, sehingga sangat potensial untuk dijadikan bahan
Lampiran 20
pengobatan alami. Kandungan alkaloid dan sterol dari daun katuk dapat
meningkatkan produksi ASI menjadi lebih banyak karena dapat meningkatkan
metabolisme glukosa untuk sintesis laktosa sehingga produksi ASI meningkat
(Ganie, 2003). Penelitian Rahmanisa (2016) menyimpulkan bahwa efektivitas
alkaloid dan sterol yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan
produksi ASI.
7) Konsumsi daun kacang panjang
Tanaman daun kacang panjang telah banyak dikenal oleh masyarakat
sebagai sayuran konsumsi. Menurut penelitian Murtiana (2011) tanaman daun
kacang panjang memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan
prolaktin seperti alkoloid, saponin, polifenol, steroid, flavonid dan subtansi
lainnya paling efektif dalam meningkatkan dan melancarkan produksi ASI. Daun
kacang panjang mengandung energi sebesar 34 kilokalori, protein 4,1 gram,
karbohidrat 5,8 gram, lemak 0,4 gram, kalsium 134 miligram, fosfor 145
miligram, dan zat besi 6 miligram. Selain itu di dalam daun kacang panjang juga
terkandung vitamin A sebanyak 5.240 IU, vitamin B1 0,28 miligram dC 29
miligram. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Djama (2018) dengan indikator
berat badan bayi sebelum mengkonsumsi sayur daun kacang panjang rata rata
peningkatan BB bayi adalah 3309 gram dan setelah mengkonsumsi sayur daun
kacang panjang rata-rata peningkatan BB bayi adalah 3691.8 gram. Dengan
demikian diperoleh hasil ada pengaruh pemberian sayur daun kacang panjang
terhadap peningkatan produksi ASI ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Jambula.
Lampiran 20
8) Konsumsi jantung pisang batu
Jantung pisang batu merupakan jenis tanaman yang mengandung
laktagogum memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan
prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya
paling efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek
prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap puting
payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan areola ibu.
Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus
anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran
darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
terangsang untuk menghasilkan ASI (Murtiana, 2011). Penelitian yang dilakukan
oleh Wahyuni (2012) menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu sebelum konsumsi jantung pisang
batu dengan peningkatan produksi ASI pada ibu setelah konsumsi jantung pisang
batu sebesar 0,793 kali.
9. Cara pengeluaran ASI
Sebelum menyusui, jika ASI berlebihan sampai memancar keluar, maka
ASI sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu untuk mencegah bayi tersedak atau
enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja yang akan
meninggalkan ASI untuk bayinya di rumah. Pengeluaran ASI dapat dilakukan
dengan menggunakan tangan ataupun pompa. Masing-masing metode sebagai
berikut :
Lampiran 20
a. Pengeluaran ASI dengan Tangan
Memerah ASI dengan tangan lebih dianjurkan daripada memerah ASI
menggunakan pompa, karena mudah, tidak merepotkan dan murah. Kunci
memerah ASI dengan tangan adalah menemukan posisi jari-jari yang tepat.
Lakukan latihan sampai menemukan posisi atau tempat yang tepat. Dengan
menggabungkan pemerahan ASI dengan tangan dan pengurutan payudara
merupakan cara memerah ASI yang efektif. Memerah ASI dengan meggunakan
pompa dianjurkan (Maryunani, 2015).
b. Pengeluaran ASI dengan Pompa
Pada payudara yang bengkak atau terbendung (engorgement) dan putting
susu terasa nyeri. ASI lebih baik dikeluarkan dengan pompa. Pompa digunakan
bila ASI benar-benar penuh. Pada payudara yang lunak, hal ini akan lebih sulit.
Jenis pompa yang dapat digunakan yaitu dengan tangan dan listrik (pompa
elektrik). Penggunaan pompa ASI tergantung ketersediaan di daerah ibu berada.
Penggunaan pompa dengan buli karet kurang efisien terutama bila payudara
lembek. Karet sulit dibersihkan, sering kali ASI terkumpul dalam karet dan dapat
terkontaminasi. Namun demikian, penggunaan pompa dengan buli karet
bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan. Pompa dengan botol penampung
ASI dapat lebih efisien dan lebih mudah untuk mensterilkannya (Astuti, 2015).
Lampiran 20
B. Pijat Akupresur untuk Kelancaran ASI
1. Pengertian Pijat Akupresur
Akupresur (disebut juga ano atau tuina) adalah bagian penting dari ilmu
kesehatan Tiongkok (Japaries., dkk, 2016). Akupresur adalah cara pijat
berdasarkan ilmu akupunktur atau biasa juga disebut akupunktur tanpa jarum.
Pemijatan dilakukan pada titik akupunktur dibagian tertentu tubuh untuk
menghilangkan keluhan atau penyakit yang diderita (Sukanta, 2008).
2. Manfaat Akupresur
Sejarah membuktikan bahwa akupresur bermanfaat untuk pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, rehabilitasi dan promotif (Sukanta, 2003).
Tindakan akupresur memberikan manfaat bagi tubuh yaitu meningkatkan stamina
tubuh, melancarkan peredaran darah mengurangin rasa nyeri dan mengurangi
stress atau menenangkan pikiran (Kemenkes, 2015).
3. Mekanisme Akupresur
Berbagai teori mendasari mekanisme kerja akupresur, meliputi teori
konvensional dan komplementer. Teori dasar akupresure menurut terapi
konvensional yaitu :
a. Teori endorphin
Endorfin merupakan sejumlah polipeptida yang yang terdiri dari 30 unit
asam amino. Opiod-opiod hormon-hormon penghilang stress seperti kortikotrofin,
kortisol, dan ketokelamin di hasilkan tubuh untuk mengurangi stress dan
menghilangkan rasa nyeri (Apillia, 2010). Jaringan saraf sensitif terhadap nyeri
Lampiran 20
dan rangsangan dari luar jika dipicu dengan menggunakan teknik akupresur dapat
melancarkan Qi dan aliran darah dan menginstruksi sistem endokrin untuk
melepaskan sejumlah endorphin sesuai kebutuhan tubuh untuk memberikan rasa
tenang (Hartono, 2012).
b. Teori nervorum autonum
Nervorum autonum merupakan sistem persyarafan dalam kulit yang
terdapat struktur seperti gel dan sel-sel otot didalamnya mengandung serabut
syaraf. Titik akupresur merupakan zone of autonomic concentration yang
mempunyai hubungan dengan organ dalam, sehingga rangsangan pada zona itu
menyebabkan perubahan-perubahan organ (Kusuma & Kiswojo, 1981).
a. Teori dasar akupresur menurut terapi konvensional
1) Taoisme
Tao sebagai Tao merupakan ungkapan yang mengandung makna bahwa
sesuatu sudah ada sebelum semuanya ada. Tao merupakan pencipta dari segala
yang ada dan bersifat maha besar, maha kudus, maha agung, maha pencipta, maha
kuasa, dan tidak bernama. Tao merupakan sesuatu yang mendasari dan berada
dibalik segala peristiwa yang terjadi dialam semseta ini. Konsep dasar kedokteran
cina adalah falsafah Tao. Istilah Tao dapat diartikan “Jalan” atau kelogisan atau
hokum pedoman atau aturan. Konsep “Yin” dan “Yang” ialah konsep di dalam
Tao yang menggambarkan sifat “Yin” dan “Yang” saling terkait (Hartono, 2012).
Kehidupan jagat raya atau mahluk hidup termasuk manusia terdiri dari 2 unsur,
yaitu unsur “Yin” dan “Yang” menimbulkan keadaan patologi (sakit). Terdapat
sebuah sistem saluran dalam tubuh yang menghubungkan permukaan badan
Lampiran 20
dengan organ-organ, organ dengan organ, organ dengan jaringan penunjang,
jaringan penunjang yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi sebuah
kesatuan yang bereaksi bersamaan terhadap rangsangan yang didalamnya terdapat
sistem meridian, rangsangan akupresur dapat memulihkan hilangnya
keseimbangan “Yin” dan “Yang” yang mengakibatkan hilangnya rasa sakit
dengan diberikan terapi pijat akupresur “Yin” dan “Yang” akan seimbang
sehingga pengeluaran ASI akan menjadi lancar (Kusuma & Kiswojo, 1981).
2) Teori lima unsur (U Sing)
Setiap fenomena dan segala sesuatu dialam semesta dibentuk dari hasil
pergerakkan 5 unsur yang bersifat “kayu, api, tanah, logam, dan air”. Kelima
unsur ini berhubungan menghidupi dan membatasi. Menerangkan hubungan
antara organ dan bagian lain didalam tubuh, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Organ padat seperti hati, jantung, perikardium, limpa, paru dan ginjal organ
dalam bersifat “Yin”. Organ berongga, kandung empedu, usus kecil, lambung,
usus besar dan kandung kemih dianggap organ luar bersifat “Yang” semua organ
tersebut mempunyai hubungan (Kusuma & Kiswojo, 1981).
4. Komponen Dasar Akupresur
Ada tiga komponen dasar akupresur yaitu Ci Sie atau energi vital,
meridian dan titik akupresur :
a. Ci Sie atau energi vital
Ci adalah zat sari makanan (materi kehidupan) dan Sie adalah darah.
Secara singkat disebut Energi vital. Ada dua sumber asal energi vital yaitu energi
vital bawaan dan energi vital didapat. Energi vital bawaan berasal dari orang tua,
Lampiran 20
ketika sepasang lelaki dan perempuan melakukan hubungan badan, maka watak,
bakat, rupa kesehatan fisik dan mental kedua atau salah satu orang tuanya sering
muncul pada keturunannya. Energi vital bawaan ini disimpan didalam ginjal.
Sedangkan, energi vital didapat berasal dari sari makanan yang diperoleh dari ibu
(selama di dalam kandungan), maupun yang diperoleh sendiri sesudah lahir. Oleh
karena itu kondisi janin sangat bergantung dari jenis makanan, air dan hawa udara
yang diperoleh ibu serta dukungan sosial lingkungannya. Keadaan janin tidak bisa
dilepaskan dari kondisi fisik, mental dan psikis ibu (Sukanta, 2003).
b. Meridian
Menurut Kemenkes (2015) meridian merupakan garis yang membujur dan
melintang pada globe atau peta dunia, selanjutnya istilah meridian digunakan
dalam ilmu akupresur untuk jalur-jalur aliran energi vital Qi yang ada pada tubuh
manusia yang menghubungkan masing-masing bagian tubuh.
c. Penggolongan
Meridian digolongkan menjadi jalur yang membujur dan melintang. Jalur
yang membujur terdiri atas meridian umum, meridian cabang dan meridian
istimewa, sedangkan jalur yang melintang terdiri atas luo dan salurannya.
1) Meridian umum digolongkan berdasarkan “Yin” dan “Yang”, organ tubuh
kaki dan tangan, yang jumlahnya ada 12. “Yin” bersifat pasif, meridian “Yin”
dalam tubuh manusia letaknya di sisi depan. “Yang” bersifat aktif, meridian
“Yang” dalam tubuh manusia letaknya di sisi belakang. Organ tubuh menurut
ilmu akupunktur terdiri dari enam organ Zang (organ padat) yang bersifat
“Yin” yaitu paru, jantung, selaput jantung, limpa, ginjal, dan hati. Enam organ
Lampiran 20
fu (organ berongga) bersifat “Yang” yaitu usus besar, usus kecil, tri pemanas,
lambung, kandung kemih, dan kandung empedu. Selanjutnya meridian umum
yang berhubungan dengan organ tertentu dalam tubuh diberi nama sesuai
dengan nama organ tersebut. Jalur meridian umum melewati anggota gerak
tangan dan kaki. Untuk selanjutnya meridian yang melewati tangan disebut
meridian tangan yang terdiri dari “Yin” tangan dan “Yang” tangan, demikian
juga meridian yang melewati kaki disebut meridian kaki yang terdiri dari
“Yin” kaki dan “Yang” kaki.
2) Meridian istimewa merupakan bagian penting dari system meridian yang
umlahnya ada 8 (delapan), meridian ini tidak berhubungan dengan organ
tubuh. Fungsi dari meridian istimewa adalah sebagai regulator dan reservoir
dari energi vital (Qi) meridian umum.
3) Luo merupakan jalur meridian yang melintang dan berasal dari meridian
umum, berfungsi untuk mempererat hubungan antar meridian.
d. Penamaan meridian
Meridian umum diberi nama berdasarkan singkatan dari nama organ
maupun meridian istimewa yaitu: LU/Lung (Paru), LI/Large Intestine (Usus
Besar), ST/Stomach (Lambung), SP/Spleen (Limpa), HT/Heart (Jantung).
SI/Small Intestine (Usus Kecil), BL/Bladder (Kandung Kemih), KI/Kidneys
(Ginjal), PC/Pericardium (Selaput Jantung), TW/Triple Energizer (Tri Pemanas),
GB/Gall Bladder (Kantung Empedu), LR/Lever (Hati), CV/RN (Meridian
Konsepsi), GV/DU (Meridian Gubernur).
Lampiran 20
e. Fungsi meridian
1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan bagian lainya, muka, belakang
atas, bawah, samping kiri, kanan, depan, bagian luar, dan dalam.
2) Menghubungkan organ tubuh yang satu dengan yang lainnya
menghubungkan organ dengan panca indra, dan jaringan tubuh lainnya,
sifat hubungan tersebut bolak-balik.
3) Saluran untuk menyampaikan kelainan fungsi organ kepermukaan tubuh,
yang dapat diketahui dengan cara dipijat, panca indra atau jaringan tubuh.
4) Merupakan saluran bagi penyebab penyakit masuk kedalam organ, baik
penyebab dari luar tubuh maupun penyebab penyakit dari dalam tubuh
(Sukanta, 2003).
f. Titik akupresur dan fungsi akupresur
1) Titik akupresur
Titik akupresur merupakan tempat terpusatnya energi vital (QI)
sekaligus merupakan tempat untuk melakukan penekanan sehingga,
tercapai keseimbangan „Yin” dan “Yang” dalam tubuh. Titik akupresur
ada 3 jenis yaitu :
a) Titik akupresur umum adalah titik akupresur yang terletak dijalur
meridian umum dan meridian istimewa.
b) Titik akupresur ekstra adalah titik akupresur yang terletak dijalur jalur
meridian umum dan meridian istimewa.
c) Titik nyeri adalah titik akupresur yang bukan merupakan titik
akupresur umum maupun titik akupresur ekstra. Pada titik tersebut
Lampiran 20
akan dirasakan nyeri apabila dilakukan penekanan (dalam fase pasif).
Maupun tidak dilakukan penekan (Kemenkes, 2015).
2) Fungsi Titik Akupresur
a) Membuat diagnosa, titik yang relatif lebih peka, jika dilakukan
penekanan, memberikan gambaran, daerah titik tersebut sedang
bermasalah, atau tidak berfungsi dengan baik.
b) Tempat memberikan tindakan atau rangsangan dengan menggunakan
jari tangan (Sukanta, 2003).
5. Cara Pemeriksaan
Sebelum melakukan pemijatan setiap pengguna akupresur harus
melakukan pemeriksaan awal terlebih dahulu. Pemeriksaan dilakukan tanpa
menggunakan alat-alat kedokteran modern atau pun ilmu perawatan, melainkan
hanya menggunakan panca indra. Setelah semua data diagnostik terkumpul,
barulah dibuat kesimpulan yang biasa disebut diagnosa. Berdasarkan diagnosa ini
dipilih titik pijat, teknik perangsangan, jadwal pengobatan dan saran-saran yang
dibutuhkan
a. Pengamatan, yang perlu diamati dari pasien adalah perubahan tubuhnya yang
tampak oleh kasat mata. Misalnya, warna kulit, rambut, ada tidaknya
pembengkakan, luka daerah nyeri tekan, mata, selaput lidah dan otot lidah.
b. Penciuman dan pendengaran, yang dicium dan didengarkan adalah kelainan
bau yang keluar atau dikeluarkan oleh tubuh pasien, misalnya bau mulut,
keringat, kotoran telinga, dan lain-lainnya
Lampiran 20
c. Wawancara, yang perlu ditanyakan kepada pasien adalah sebab dan riwayat
penyakit/keluhan, pengobatan yang sudah diperoleh, kebiasaan makan, jenis
makanan, buang air besar, buang air kecil, kebiasaan tidur, kegiatan seks dan
kesehatan reproduksinya (menstruasi dan keputihan bagi perempuan) untuk
anak ditanyakan juga proses kelahirannya dan vaksinasinya.
d. Perabaan, dengan tangan pada daerah keluhan dan titik-titik pijat tertentu/titik
indikator, sifat nadi di pembuluh radial (pergelangan tangan). Nadi
dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok nadi kuat, cepat
dan mengapung (di permukaan dan jari tangan langsung merasakan denyutan
nadi) bersifat “Yang”, sedangkan nadi yang lemah, lambat dan tenggelam (di
dalam, kalau ditekan baru terasa) bersifat “Yin”.
Keluhan atau penyakit yang sifatnya “Yang” akan diberi rangsangan yang
kuat agar unsur “Yang” menurun. Pengobatannya bersifat “Yin” atau pelemahan.
Penyakit yang sifatnya “Yin” akan diberikan rangsangan yang lemah agar unsur
“Yin” menguat. Pengobatannya bersifat “Yang” berarti penguatan (Sukanta,
2003).
6. Syarat Praktik Akupresur
Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan agar pemanfaatan
akupresur tidak berdampak negatif:
a. Ruangan tepat melakukan pemijatan hendaknya tidak pengap dan mempunyai
sirkulasi udara yang baik
b. Pemijatan dilakukan di tempat yang bersih
c. Posisi orang yang akan dipijat sebaiknya terlentang, duduk, dan tidak berdiri
Lampiran 20
d. Tangan sebelum memijat dicuci bersih, kuku jari tidak panjang dan tajam
e. Pemijat dalam keadaan bebas bergerak dengan posisi yang nyaman
f. Orang yang akan dipijat tidak dalam keadaan emosional dan tidak dalam
keadaan sangat lapar, sangat kenyang, sangat lelah, dan dilakukan satu jam
sesudah dan sebelum melakukan hubungan seks
g. Alat bantu pijat yang digunakan tidak tajam, tidak menyakitkan dan bersih
h. Pemijatan dapat dilakukan dengan ujung-ujung jari, kepalan tangan, telapak
tangan, pangkal telapak tangan dan siku. Tidak menggunakan lutut atau
telapak kaki (Sukanta, 2003).
7. Kondisi Yang Perlu Mendapat Perhatian
Dalam kondisi tertentu dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke
dokter sebelum melakukan akupresur. Sebaiknya tindakan akupresur perlu
berhati-hati dalam kondisi seperti:
a. Diketahui adanya gangguan pembekuan darah atau kasus gawat darurat
b. Kasus yang memerlukan operasi
c. Sedang menggunakan obat pengencer darah
d. Tumor ganas
e. Kehamilan (Kemenkes, 2015).
8. Teknik pijat dan perangsangan
Menurut Sukanta (2008) teknik pijat yang dilakukan adalah membuat
pasien nyaman dan tidak kesakitan, maka sebaiknya jangan terlalu keras dalam
pemijatan. Teknik pijat dan perangsangan bisa mengakibatkan hal-hal berikut :
Lampiran 20
a. Teknik perangsangan yang bersifat “Yang” adalah menguatkan biasanya
dilakukan dengan 30 kali pijat setiap titik, atau kalau diputar, putarannya
mengikuti arah jarum jam. Kalau diurut maka urutannya dimulai dari arah
sumber energi dari titik awal (nomor kecil) ke arah akhir (nomor besar) pada
meridian bersangkutan
b. Teknik perangsangan bersifat “Yin” atau melemahkan, biasanya dilakukan
dengan pijatan lebih dari 30 kali, atau sekitar 50 kali pada setiap titik pijat.
Jika pijatan diputar maka putarannya melawan arah jarum jam. Kalau diurut
melawan aliran energi (dari nomor besar ke nomor kecil) (Sukanta, 2003).
9. Tahap Pelaksanaan Akupresur
Pemilihan titik-titik akupresur sangat penting dilakukan dimana titik yang
dipilih merupakan tempat penekanan untuk mengatasi keluhan gangguan
kesehatan tertentu. Bagian tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan
akupresur adalah jari-jari tangan. Apabila akan menggunakan alat maka harus
dipilih alat yang ujungnya tumpul. Alat tersebut dapat terbuat dari kayu, logam,
plastik, tanduk, dan sebagainya. Adapun tahap pelaksanaan akupresur adalah
sebagai berikut:
a. Relaksasi
Relaksasi dilakukan dengan memijat tengkuk, bahu, lengan, tangan,
pinggang, paha dan kaki dengan menggunakan jari dan telapak tangan, masing-
masing sebanyak 5 (lima) kali
b. Menentukan titik-titik akupresur yang akan ditekan
c. Penekanan/pemijatan.
Lampiran 20
Penekanan/pemijatan dilakukan pada titik-titik akupresur sebanyak 20
sampai 30 kali tekanan, kekuatan tekanan dianggap cukup apabila sepertiga kuku
menjadi putih pada saat penekanan dilakukan. Kekuatan tekanan disesuaikan
apabila dilakukan dengan alat bantu tumpul (Kemenkes, 2015).
10. Penentuan Lokasi Titik Akupresur
Pengeluaran ASI lancar dapat ditentukan berdasarkan penentuan lokasi
titik akupresur yaitu :
a. Patokan anatomi tubuh berupa tonjolan tulang, batas rambut dan lipatan kulit.
b. Ukuran cun tulang
Berbagai regio tubuh dibagi menjadi bagian yang sama yang disebut cun
tulang, seperti jarak lipat siku kelipatan pergelangan tangan sama dengan 12 cun
tulang, bagian bawah tempurung lutut ke tonjolan tumit kaki bagian luar sama
dengan 16 cun tulang. Jarak antara garis tengah belakang tubuh dengan tonjolan
tepi tulang belikat bagian dalam sama dengan 3 cun tulang.
Sumber : Kemenkes RI, 2015
Gambar 1. Pengukuran cun tulang
c. Ukuran cun jari
1) Lebar ruas sendi jari kelingking sampai jari telunjuk yang dirapatkan sama
dengan 3 cun
Lampiran 20
Sumber : Kemenkes RI, 2015
Gambar 2. Pengukuran akupresur 3 cun
2) Lebar ruas sendi ibu jari sama dengan 1 cun (Kemenkes, 2015)
Sumber : Kemenkes RI, 2015
Gambar 3. Pengukuran akupresur 1 cun
11. Titik Akupresur Untuk Memperlancar ASI
Titik pijatan yang digunakan berada di payudara sendiri, upaya ini bisa
memperlancar pengeluaran ASI (Rajin, 2105) seperti dibawah ini:
a. Lu 1 = Zhongfu (Gedung tengah)
Sumber : www.images.app.goo.gl.com
Gambar 4. Titik Akupresur Lu 1
Lokasi : Pada garis lateral dada ke-3 setinggi iga 1. Dua cun medial
lipatan aksila. Miring ke lateral 0,5-1 cun.
Lampiran 20
Manfaat : Meredakan kesulitan bernafas, kelelahan, kebingungan
ketegangan dada dan kemacetan, nyeri dada, penindasan
emosional, batuk dan asma.
b. ST 16 = Yingchuang (Jendela dada)
Sumber : www.keluargasehatakupunktur.blogspot.com
Gambar 5. Titik Akupresur ST 16
Lokasi : pada garis lateral dada II, sela di celah iga II, 4 cun lateral
Zigong (CV19). Miring ke lateral 0,3 cun
Indikasi : Meredakan nyeri payudara, masalah laktasi, sakit maag,
insomnia, depresi, dan kemacetan dada
c. PC 1 = Tian Chi (Kolam surga)
Sumber : www.refleksi-akupresur.com
Gambar 6. Titik Akupresur PC 1
Lokasi : pada celah iga IV, 1 cun lateral dari papilla mammae. Miring
0,2 cun
Lampiran 20
Indikasi : nyeri dada, kelenjar getah bening dan susu yang tidak
mencukupi selama menyusui
d. GV 24.5 = Yin Tang (Third Eye Point)
Sumber : www.brilio.net
Gambar 7. Titik Akupresur GV 24.5
Lokasi : Langsung antara alis, di lekukan dimana jembatan hidung
memenuhi dahi.
Indikasi : Digunakan untuk kesulitan menyusui, ketidakseimbangan
kelenjar, juga mengurangi demam, sakit kepala, gangguan
pencernaan, sakit maag, dan kelelahan mata.
e. CV 17 = Tanzhong (Pusat dada)
Sumber : www.viva.co.id
Gambar 8. Titik Akupresur CV 17
Lokasi : pada garis sagitalis medialis, antara kedua papila mammae
setinggi sela iga IV. Miring ke bawah 0,3-0,5 cun
Lampiran 20
Indikasi : Meredakan kegugupan, insufisiensi laktasi, kemacetan dada,
insomnia, derita, depresi, histeria, dan ketidakseimbangan
emosional lainnya.
C. Perawatan Payudara
1. Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan Payudara merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang
dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakan
mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu
sehingga mempelancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya
pembekakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara
agar tidak mudah terkena infeksi (Anggraini, 2010).
2. Tujuan dilakukannya perawatan payudara
a. Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI
b. Menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
c. Menghindari putting susu yang sakit dan infeksi payudara
d. Menjaga keindahan bentuk payudara
e. Memperbanyak produksi ASI
f. Mengetahui adanya kelainan (Sari, 2018).
Lampiran 20
3. Langkah-langkah dalam perawatan payudara:
a. Pengurutan Payudara
1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.
2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah puting susu
selama 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara.
3) Handuk bersih 1-2 buah.
4) Air hangat dan air dingin dalam baskom.
5) Waslap atau sapu tangan dari handuk.
b. Langkah-langkah pengurutan payudara:
1) Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua
telapak tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan,
dimulai dari arah atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearah
kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu
kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali
untuk setiap satu payudara.
2) Pengurutan yang kedua
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian
dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah puting susu. Lakukan
gerakan 20-30 kali
Lampiran 20
3) Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan
tangan lain mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke
puting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.
4) Pengompresan
Alat-alat yang disiapkan :
a) 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan air
hangat dan air dingin.
b) 2 buah waslap yang masing-masing digunakan untuk
mengompres kedua payudara secara bergantian dengan
kompres hangat dan kompres dingin selama 2 menit
menggunakan waslap lalu menganjurkan ibu untuk memakai
BH khusus untuk menyusui (Sari, 2018).
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Jaga privacy klien
b. Mengobservasi daerah payudara
c. Menganjurkan klien untuk menyusui bayi sesering mungkin atau
mengeluarkan dan menampung ASI yang berlebihan
d. Memberikan motivasi pada klien agar menyusui/mengeluarkan ASI
setiap payudara penuh (keras) (Anggraini, 2010).
Lampiran 20
D. Pengaruh Terapi Pijat Akupresur terhadap Kelancaran ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi (Maryunani, 2015). Penekanan titik lokal payudara dan
titik meridian lainnya akan meningkatkan jumlah ASI secara maksimal karena
penekanan pada titik pelancar ASI dapat merangsang pengeluaran hormon
oksitosin dan juga hormon prolaktin, sehingga akan memaksimalkan produksi
ASI. Kadar serum prolaktin akan meningkat dengan adanya rangsangan dari
daerah puting susu (Wiliam & Michael, 2016). Oksitosin yang dihasilkan
hipofisis posterior pada nucleus para ventrikel dan nucleus supraoptik. Saraf ini
berjalan menuju hipofisis melalui tangkai hipofisim dimanan bagian aktif dari
tangkai ini merupakan suatu bulatan yang banyak mengandung garnula
sekretrotik dan berada pada permukaan hipofisis posterior dan bila ada
rangsangan akan mengsekresikan oksitosin. Proses menyusu menimbulkan impul
sensorik yang diteruskan ke medula spinalis melalui saraf somatik, kemudian
impuls dikirim ke hipotalamus melalui saraf plaventrikularis diteruskan ke
hipofisis posterior dan oksitosin dikeluarkan. Oksitosin masuk ke dalam
pembuluh darah ke kelenjar mamae dan menyebabkan kontraksi sel miopitel,
sehingga susu terlepas dari alveoli ke duktus alveoli dan dihisap keluar (Fairus,
2010).
Hasil penelitian sebelumnya tentang produksi ASI dengan terapi pijat
akupresur oleh Rahayu., dkk, (2015) didapatkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok terapi pijat akupresur dan pijat oksitosin. Titik yang
Lampiran 20
digunakan adalah ST 17, ST 18, ST 36, SP 6 dan LI 4 dengan desain penelitian
quasi eksperimen pre-post test with control group. Teknik pengambilan sampel
adalah consecutive sampling, sebanyak 27 ibu postpartum primipara, dibagi 3
kelompok (kelompok akupresur, pijat oksitosin dan kelompok kontrol) dengan
menggunakan uji ANOVA dan diperoleh hasil p value = 0,037, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ibu yang dilakukan terapi pijat akupresur dapat meningkatkan
pengeluaran ASI dibandingkan dengan pijat oksitosin.
E. Pengaruh Breast care terhadap Kelancaran ASI
Salah satu pelayanan kebidanan untuk mengatasi ketidaklancaran
pengeluaran ASI yaitu perawatan payudara. Perawatan payudara dan memerah
ASI akan meningkatkan aliran ASI dengan membersihkan sinus-sinus dan duktus-
duktus laktiferus. Duktus dan sinus ini juga digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, dan membantu bayi menyusu. Perawatan payudara dapat
meningkatkan dan memfasilitasi aliran ASI melalui sistem duktus dari sinus
laktiferus, sedangkan kompres hangat pada payudara dapat meningkatkan
sirkulasi dan aliran ASI (Varney, 2008).
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi
hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Hipofise anterior
merangsang prolaktin yang berguna untuk merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi membuat atau memproduksi ASI. Hipofise posterior merangsang
oksitosin untuk mempengaruhi sel mioepitelium agar berkontraksi, kontraksi dari
sel tersebut akan memeras air susu keluar (Soetjiningsih, 2012). Apabila payudara
Lampiran 20
dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI (Astutik, 2014).
Hasil penelitian sebelumnya tentang efektivitas breast care terhadap
produksi ASI oleh Wijayanti (2016) menunjukan bahwa produksi ASI pada ibu
postpartum dengan breast care sebagian besar dalam kategori lancar sebanyak 14
responden atau 77,8% dan hanya 4 responden atau 22,2% yang produksi ASInya
kurang lancar. Desain penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan non
equvalent control group desain. Teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling, sebanyak 36 ibu postpartum, dibagi 2 kelompok (kelompok breast care
dan kelompok kontrol) dengan menggunakan uji independent t-test diperoleh hasil
p value = 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa breast care efektif
meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui.
Lampiran 20
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan
untuk mengidentifikasi variabel yang akan di teliti (diamati) yang berkaitan
dengan konteks ilmu pengetahuan untuk mengebangkan kerangka konsep
penelitian (Notoatmodjo, 2014). Kerangka teori penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Sumber : Purwanti (2004), Soetjiningsih (2012), Saraung (2017), Maryunani
(2015), Roesli (2013), Nurliawati (2010), Fazilla (2013).
Gambar 9
Kerangka Teori
Lamanya Pengeluaran ASI Lancar
Faktor langsung
1. Status kesehatan ibu
2. Frekuensi dan lamanya menyusu
3. Nutrisi dan asupan cairan
4. Merokok
5. Alkohol
6. Bentuk dan kondisi puting susu
7. Hisapan bayi
8. Faktor psikologis ibu
Faktor tidak langsung
1. Umur dan paritas
2. Pengetahuan
3. Berat badan lahir
4. Status kesehatan bayi
5. Kelainan anatomi
Terapi nonfarmakologi
1. Pijat oksitosin
2. Breast care (Perawatan payudara)
3. Pijat Marmet
4. Terapi pijat Akupresur
5. Teknik menyusui
6. Konsumsi daun katuk
7. Konsumsi daun kacang panjang
8. Konsumsi jantung pisang batu
Terapi farmokologi
1. Domperidone
2. Metoklopramid
Lampiran 20
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2014). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Variabel Intervensi Variabel Efek
Gambar 10
Bagan Kerangka Konsep Penelitian
H. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri atau ukuran yang
memiliki pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2014). Variabel penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Variabel Bebas (Variabel intervensi) adalah variabel yang menyebabkan
timbulnya gejala atau mempengaruhi variabel lain (Notoatmodjo, 2014). Variabel
independen penelitian ini adalah terdiri dari terapi pijat akupresur dan breast care.
2. Variabel Terikat
Variabel Terikat (Variabel efek) adalah variabel yang dipengaruhi atau
sebagai akibat dilakukannya variabel bebas (Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian
ini yang menjadi variabel terikatnya adalah lamanya pengeluaran ASI.
Lamanya Pengeluaran ASI Lancar Pijat Akupresure
Breast care
Lampiran 20
I. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian berarti jawaban sementara penelitian, atau dalil
sementara yang pembenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2014). Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu terapi pijat
akupresur lebih efektif dibandingkan dengan breast care terhadap lamanya
pengeluaran ASI lancar.
H. Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati
atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur
(Notoatmodjo, 2014). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Lampiran 20
Tabel 2
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Lamanya
Pengeluaran
ASI Lancar
Lamanya pengeluaran
air susu ibu sebelum
diberikan intervensi
dan sesudah diberikan
intervensi terapi pijat
akupresur dan breast
care setiap hari (pagi
dan sore hari) selama
seminggu sampai ASI
lancar. Dinilai melalui
indikator ibu yaitu me-
lihat payudara tegang,
let down refleks baik,
ASI merembes, bayi
menghisap kuat, dan
payudara kosong
setelah menyusu
Observasi
dan
wawancara
Lembar
observasi
dan
Kuisioner
Lamanya
pengeluaran
ASI lancar
dalam hari
Rasio
Intervensi Tindakan untuk
memperlancar
pengeluaran ASI
Observasi Lembar
observasi
- Terapi
pijat
akupresur
- Breast
care
Nominal