bab ii tinjauan pustaka a. 1. a.repository.ump.ac.id/9318/3/wahdah ngalimatun nisa bab...

23
14 Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Persalinan a. Pengertian Persalinan Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.Persalinan adalah proses alamiah yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu dan janinnya, sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009 dikutip oleh Putranti V P T 2014.). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan adalah kontraksi uterus yang teratur menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan ketuban dikeluarkan dari uterus.Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

14

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.Persalinan adalah

proses alamiah yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan

pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu dan

janinnya, sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan

dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009 dikutip oleh Putranti V P T

2014.).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan adalah kontraksi

uterus yang teratur menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga

hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Persalinan adalah proses dimana bayi,

plasenta dan ketuban dikeluarkan dari uterus.Persalinan adalah proses

membuka dan menipisnya serviks dan janin ke dalam jalan lahir. Persalinan

dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan 37-40 minggu, lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin

15

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

(Sukarni, 2013 dikutip oleh Putranti V P T2014).

b. Teori Proses Persalinan

1) Teori Kadar Progesteron

Progesterone yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin

menurun dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah

dirangsang oleh oksitosin.

2) Teori Oksitosin

Menjelang kelahiran oksitosin makin mengingkat sehingga cukup kuat untuk

merangsang persalinan

3) Teori Regangan Otot Rahim

Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi

persalinan dengan sendirinya.

4) Teori Prostalglandin

Prostalglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim yang diduga dapat

menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian prostalglandin dari luar dapat

merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung.

c. Jenis Persalinan

Persalinan ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut :

1) Persalinan Spontan

Persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir

ibu tersebut.

2) Persalinan Buatan

Persalinan dibantu tenaga luar, misalnya ektraksi forsep atau operasi seksio

sesaria.

16

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangung

setelah pemecahan ketuban,pemberian pitosin atau prostaglandin.Ada

beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan berdasarkan usia

kehamilan dan berat badan bayi, yaitu sebagai berikut :

a) Abortus

Pengeluaran hasil kehamilan sebelum usia kehamilan 22 minggu atau bayi

dengan berat badan kurang dari 500 gram. Partus imatur

Pengeluaran hasil kehamilan antara usia kehamilan 22 minggu sampai

28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram sampai 999

gram.

b) Partus prematur

Pengeluaran hasil kehamilan antara usia kehamilan 28 minggiu sampai 37

minggu atau bayi dengan berat badan antara 1.000 gram sampai 2.499

gram.

c) Partus matur atau aterm

Pengeluaran hasil kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu atau bayi dengan berat badan 2.500 gram atau lebih.

d) Partus pascamatur atau serotinus

Pengeluaran hasil kehamilan setelah usia kehamilan 42 minggu.

d. Tanda-tanda proses persalinaan

Beberapa tanda-tanda dimulainya proses persalinan adalah sebagai berikut :

1) Terjadinya his persalinan

Sifat his persalinan adalah :

17

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

a) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.

b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar.

c) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.

2) Pengeluaran lendir dengan darah

Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks

yang akan menimbulkan :

a) Pendataran dan pembukaan

b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis

servikalis lepas.

c) Terjadinya perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah.

3) Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar

keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah

ketuban diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.

4) Hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam

a) Perlunakan serviks.

b) Pendataran serviks.

c) Pembukaan serviks

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan

1) Kematangan emosional

suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari

perkembangan emosi karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi

menampilkan pola emosional yang tidak pantas. Emosi yang tidak

18

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

seimbang dapat mengakibatkan kecemasan (Anxiety), kegelisahan

(Nerveus), kekawatiran yang berlebih dan sikap tak bertanggung jawab.

2) Peran suami

Peran suami merupakan faktor terpenting untuk mencegah terjadinya 4

terlambat dan peran suami yang baik dapat dikatakan sebagai suami siaga.

Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu,

karena salah satu orang terdekat ibu adalah suami.

3) Penumpang (Passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal yang perlu

diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin,presentasi

letak,sikap dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada

plasenta adalah letak,besar,dan luasnya.

4) Jalan lahir (Passage)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan

bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir

lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang serviks, otot dasar

panggul,vagina dan introitus vagina.

5) Kekuatan (Power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi dua, yaitu :

a) Kekuatan primer ( kontraksi involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan

dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah

yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini

antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan

19

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

primer ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan

berdilatasi sehingga janin turun.

b) Kekuatan sekunder ( kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini,otot-otot diagfragma dan abdomen pada ibu

berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga

menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan

uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam

mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak memengaruhi

dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi lengkap,kekuatan ini cukup

penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan

vagina.

6) Posisi ibu ( Positioning)

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan

rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak

(contoh : posisi berdiri,berjalan,duduk, dan jongkok) memberi

sejumlah keuntungan salah satunya adalah memungkinkan gaya

gravitasi membantu penurunan janin.Selain itu, posisi ini dianggap

dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.

7) Respons psikologi (psychology response)

Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :

a) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.

b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan’

c) Saudara kandung bayi selama persalinan.

20

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

f. Tahapan persalinan

Tahapan persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan),kala II

(kala pengeluaran janin),kalaIII (pelepasan plasenta, dan kala IV (kala

pengawasan/observasi/pemulihan) :

1) Kala I (kala pembukaan)

Kala I dimulai saat persalinan mulai (pembukaan no) sampai

pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu :

a) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.

b) Fase aktif

Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm,

kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi menjadi 3 fase : fase akselerasi (

dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm) ,fase dilatasi

maksimal (dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat

dari 4 cm menjadi 9 cm), dan fase deselerasi (pembukaan menjadi

lambat sekali,dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap).

Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida,tetapi

multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek, pada

primigravida kala I berlangsung kurang lebih 12 jam, sedangkan pada

multigravida kurang lebih 8 jam.

2) Kala II ( pengeluaran janin)

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :

21

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

a) His semakin kuat dengan interval 1 sampai 3 menit, dengan

durasi 50 sampai 100 detik.

b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser.

d) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi kepala membuka pintu, subocciput bertindak

sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahir ubun-

ubun besar, dagi,hidung dan muka serta kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

f) Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi

ditolong dengan cara kepala dipegang pada os occiput dan di

bawah dagu kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke

bawah untuk melahirkan bahu depan dan ke atas untuk

melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir ketiak dikait

untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air

ketuban.

g) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 – 2 jam dan multigravida

1,5- 1 jam.

3) Kala III ( pelepasan plasenta)

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

22

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya

plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda di

bawah ini :

a) Uterus menjadi bundar.

b) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim.

c) Tali pusat bertambah panjang.

d) Terjadi semburan darah tiba-tiba.

4) Kala IV ( pengawasan/observasi/pemulihan)

Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.

Kala ini bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang

keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan

darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat

pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata

jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya

100-300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 ccmaka sudah dianggap

abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya.

Penting untuk diingat jangan meninggalkan wanita bersalin 1

jam sesudah bayi dan plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu

yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan perhatikan 7

pokok penting berikut :

a) Kontraksi rahim

23

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

b) Baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi.

c) Perdarahan ada atau tidak , banyak atau biasa.

d) Kandung kemih harus kosong jika penuh ibu dianjurkan

berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.

e) Luka-lukaJahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

f) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

g) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan

masalah lain.

h) Bayi dalam keadaan baik.

2. Konsep Paritas

a. Pengertian primigravida

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi, lamanya

hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Primigravida adalah seorang wanita hamil untuk

pertama kali. Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan,

dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan.

3. Konsep Kematangan Emosional

a. Pengertian

Kematangan emosional adalah suatu proses dimana individu mampu

untuk mengontrol dan mengendalikan emosinya dalam menghadapi

berbagai situasi, sehingga dapat mencapai tingkat dimana individu tersebut

mampu menguasai emosinya dengan lebih baik. Hal ini ditunjukan dengan

24

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

berkembang ke arah kemandirian, mampu menerima kenyataan mampu

beradaptasi dan mampu merespon dengan tepat. emotional maturity adalah

suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari

perkembangan emosi karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi

menampilkan pola emosional yang tidak pantas. Emosi yang tidak

seimbang dapat mengakibatkan kecemasan (Anxiety), kegelisahan (

Nerveus), kekawatiran yang berlebih dan sikap tak bertanggung jawab.

Kematangan emosi adalah orang telah mencapai tingkat kedewasaan

dari perkembangan emosionalnya, yaitu emosi yang stabil tidak meledak-

ledak, mampu mengendalikan atau mengontrol emosi dan mewujudkannya

melalui respon emosional yang baik dengan tanggung jawab yang baik

pula. Semakin berkembang tingkat kedewasaan seseorang, maka semakin

mampu pula individu tersebut untuk memberikan respon emosi yang baik

sehingga dapat mengatasi tekanan kehidupan yang dihadapi. Kematangan

emosi merupakan kondisi seseorang yang mampu melihat dan menilai

dirinya secara objektif, mampu menerima dan menghargai perbedaan

dengan orang lain, percaya terhadap kemampuan diri dalam mengenal dan

menerima tanggung jawab, menunjukan kesabaran, serta memiliki rasa

humor yang tepat tanpa merugikan atau melukai perasaan orang lain.

Yusuf (2001) dikutip oleh wardati E 2017, Mendefinisikan

kematangan emosional adalah kemampuan individu untuk dapat bersikap

toleren, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri sendiri, perasaan mau

menerima dirinya sendiri dan orang lain ,serta mampu menyatakan

25

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

emosinya secara konstruktif dan kreatif. Perkembangan emosi dalam diri

seseorang akan mengalami peningkatan menuju kematangan emosi seiring

dengan tahap-tahap perkembangan yang dialami.

b. Karakteristik kematangan emosional

1) Kemampuan seseorang untuk dapat menerima dirinya sendiri

2) Menghargai orang lain

3) Menerima tanggung jawab

4) Percaya pada diri sendiri

5) Sabar

6) Mempunyai rasa humor

c. Kriteria kematangan emosional

1) Sikap untuk belajar

Seseorang memiliki kesadaran untuk belajar, hal ini nampak pada sikap

seseorang seperti bersikap terbuka untuk menambah pengetahuan, jujur,

punya keterbukaan dan motivasi yang tinggi.

2) Memiliki rasa tanggung jawab

Sikap ini ditunjukan dengan ciri-ciri memiliki rasa tanggung jawab untuk

mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan dan berani

menanggung resikonya.

3) Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif

Ditandai dengan ciri-ciri mampu mengekpresikan perasaan, memilih apa

yang dilakukannya, mengemukakan pendapat, dan meningkatkan

penghargaan pada diri.

4) Memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial

26

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

Individu yang matang, mampu melihat kebutuhan individu yang lain dan

memberikan potensi dirinya.

d. Faktor-faktor kematangan emosional

Menurut Young (2000) ,dikutip oleh M wardati 2017 menyebutkan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kematangan emosi seseorang

sebagai berikut :

1) Faktor fisik

2) Faktor lingkungan

3) Faktor individu

4) Faktor pengalaman

5) Pola-pola kontrol terhadap emosi

6) Intelegensi

7) Pola asuh orang tua

8) Temperamen

9) Usia

e. Aspek – aspek Kematangan Emosional

Aspek - aspek kematangan emosi secara keseluruhan dapat disimpulkan

yaitu orang yang dikatakan matang emosinya yaitu orang yang mampu mengelola

emosi secara baik dan dapat mengatur pikirannya untuk dapat memberikan

tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya serta mempunyai tanggung

jawab terhadap hal yang diperbuatnya. Aspek- aspek kematangan emosi

menurut Walgito (2004) dikutip oleh Ulum R 2017 antara lain :

1) Dapat menerima keadaan dirinya dan orang lain.

27

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

Dapat menerima keadaan dirinya dan orang lain sesuai dengan objektifnya.

Bahwa orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik keadaan

dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa adanya.

2) Tidak bersivat impulsive.

Pada umumnya tidak bersifat impulsive, dapat mengatur pikirannya dalam

memberikan tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya. Ia akan

merespon stimulus dengan cara berfikir baik, dapat mengatur pikirannya,

untuk dapat memberikan tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya.

Orang yang bersifat impulsive, yang segera bertindak sebelum dipikirkan

dengan baik, satu pertanda emosinya belum matang.

3) Dapat mengontrol emosi.

Dapat mengontrol emosinya dengan baik dan dapat mengontrol ekspresi

emosinya walaupun dalam keadaan marah dan kemarahan itu tidak

ditampakkan keluar.

4) Berpikir objektif.

Dapat berpikir objektif sehingga akan bersifat sabar, penuh pengertian dan

cukup mempunyai toleransi yang baik.

5) Mempunyai tanggung jawab

Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mengalami

frustasi dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian.

4. Konsep Peran Suami

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang

sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal atau informal.

Suami adalah laki-laki yang menjadi pasangan hidup resmi seorang

perempuan. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud peran suami

28

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

adalah serangkaian perilaku yang diharapkan ada pada laki-laki yang menjadi

pasangan hidup resmi seorang perempuan baik secara formal atau informal.

Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang

yang diharapkan istri selama proses persalinan. Ditengah kondisi yang tidak

nyaman, istri memerlukan pegangan, dukungan dan semangat untuk

mengurangi kecemasan dan ketakutannya.

Dukungan dan peran suami dalam masa kehamilan terbukti

meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses

persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Suami sebagai orang yang

paling dekat dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita

mengalami perubahan baik fisik maupun mental.

Tugas penting suami adalah memberikan perhatian dan membina

hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan

setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan

selama kehamilan. Peran suami merupakan faktor terpenting untuk mencegah

terjadinya 4 terlambat dan peran suami yang baik dapat dikatakan sebagai

suami siaga. Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan

kepada ibu, karena salah satu orang terdekat ibu adalah suami.

5. Konsep kesiapan

a. Pengertian kesiapan

Kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan mental.

Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik,

sementara kesiapan mental berarti memiliki minat dan motivasi yang

29

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

cukup untuk melakukan suatu kegiatan.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapan

Menurut Notoadmodjo (2007) dikutip oleh Putranti V P T (2014)

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan, yaitu :

1) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir dan cara pandang

ibu tentang persiapan persalinan kurang, misalnya tentang pemilihan tempat

persalinan, penolong persalinan.

2) Paritas

Paritas akan mempengaruhi ibu dalam mempersiapkan persalinan, ibu yang

sudah mempunyai pengalaman melahirkan akan lebih tahu dan paham

tentang peralatan dan persiapan lain yang diperlukan dalam persalinan.

3) Status pekerjaan

Status pekerjaan dan sosial ekonomi akan mempengaruhi daya beli

keluarga,misalnya perlengkapan ibu dan bayi, tempat persalinan dan dana

yang disiapkan.

4) Sosial budaya

Sosial budaya seperti orang jawa yang meyakini tidak baik mempersiapkan

persalinan sebelum bayi lahir yang disebut dengan pamali.

5) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dan kurangnya ibu dalam melakukan pemerikasaan

kehamilan juga akan mempengaruhi sikap ibu dalam mempersiapkan

persalinannya.

30

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

c. Persiapan fisik dalam menghadapi persalinan

1) Membuat rencana persalinan, meliputi :

a) Tempat persalinan.

b) Memilih tenaga kesehatan terlatih.

c) Bagaimana cara menghubungi tenaga kesehatan.

d) Bagaimana transportasi yang bisa digunakan untuk ke tempat

persalinan.

2) Siapa yang akan menemani persalinan

a) Berapa biaya yang dibutuhkan ,dan bagaimana cara

mengumpulkannya.

b) Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu melahirkan.

3) Membuat rencana pembuatan keputusan jika kegawatdaruratan pada

saat pembuat keputusan utama tidak ada.

a) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga.

b) Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama

tidak ada saat terjadi kegawat daruratan.

4) Mempersiapkan transportasi jika terjadi kegawat daruratan

a) Dimana ibu akan melahirkan

b) Bagaimana cara menjangkaunya

c) Kemana ibu mau dirujuk

31

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

d) Bagaimana cara mendapatkan dana

e) Bagaimana cara mencari donor darah

5) Membuat rencana atau pola menabung atau tabungan ibu bersalin

(Tabulin)

6) Mempersiapkan barang-barang keperluan ibu dan janin yang diperlukan

untuk persalinan

d. Persiapan mental dalam menghadapi persalinan

1) Pikiran Awal/pemula (Beginner’s Mind)

Pikiran awal atau pemula (Beginner’s Mind) hampir sama dengan pikiran

tidak tahu atau “don’t know mind”. Pikiran awal atau beginner mind membuat

ibu hamil lebih siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi

dalam persalinan nanti, dimana dalam pikiran ini ibu dapat menyadari harapan

dan harapan ibu akan proses persalinan tanpa harus terpaku kaku dengan

harapan-harapan tersebut, apalagi terobsesi. Dalam arti bahwa ketika ibu

sudah mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya maka saat

persalinan adalah waktunya untuk pasrah, ikhlas dan tenang.

2) Tidak menghakimi (Non-Judging)

Apa yang ibu hamil pikirkan seringkali merupakan reaksi dari pengalaman

hidup yang lalu. Ibu hami bisa saja dengan mudah dan cepat menilai sesuatu

apakah itu sebagai hal yang baik atau buruk ketika ibu hamil menemukan hal

yang menyenangkan dan menyakitkan Ketika pemikiran tentang penghakiman

atau penilaian tersebut terus ada dalam hati dan pikiran ibu hamil, maka hal ini

akan sangat berdampak hingga proses post partum (paska melahirkan) nanti,

dimana ini justru berpotensial menderita depresi post partum. Karena dengan

32

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

adanya pemikian tersebut bisa saja ibu selalu menyalahkan diri atas beberapa

kejadian yang mungkin saja tidak mengenakkan dan menyakitkan yang

dialami.Hal ini bisa diatasi dengan memberikan semangat kepada ibu sehingga

muncul percaya diri, dan menganggap bahwa kondisi tubuhnya ini adalah

sebuah kesempatan dan peluang serta tantangan untuk berlatih lagi. Hingga

akhirnya ibu hamil bisa melahirkan dengan normal dan lancar.

3) Sabar (Patience)

Sabar adalah modal utama dalam proses kehamilan danpersalinan. Sabar

adalah ketika ibu hamil harus menunggutanda-tanda persalinan datang padahal

hari perkiraan lahir sudahterlewati. Seringkali akibat rasa tidak sabaran inilah

makamuncul rasa takut, muncul rasa khawatir, muncul rasa tidakpercaya

kepada tubuh dan bayi, dan akibatnya berbagaiintervensi yang sebenarnya

tidak perlu dilakukan.Dimana satuintervensi akan menimbulkan munculnya

intervensi berikutnyadan berikutnya lagi.

4) Tidak Kejar Target

Proses kelahiran, kematian adalah rahasia Sang Pencipta. Dan ini akan terjadi

ketika Dia menghendakinya. Artinya bahwa seharusnya tidak ada kata-kata

death line di dalam proses persalinan. Ilmu pengetahuan dan tehnologi

berkembang untuk membantu dan memudahkan mendampingi proses

persalinan.

5) Percaya diri (Trust)

Belajar untuk “mendengarkan” tubuh belajar untuk mempercayai tubuh adalah

elemen kunci dalam keberhasilan sebuah persalinan alami. Ketika mind set

menyatakan bahwa tubuh seorang wanita diciptakan untuk melahirkan alami,

maka akan mampu menjalani proses persalinan tersebut walaupun mungkin

33

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

proses tersebut begitu tidak nyaman atau bahkan menyakitkan. Namun

sebaliknya jika di dalam diri tidak percaya diri, maka tidak akan mampu

melewati masa-masa itu dengan baik.

6) Pengakuan dan penerimaan (Acknowledgment)

Terkadang ada suatu kondisi dimana memang tidak memungkinkan untuk

melahirkan dengan normal alami.Mencoba untuk berdamai dengan kondisi

adalah hal yang terbaik. Sikap pengakuan dan penerimaan itu penting.Untuk

menghindari kekecewaan dan trauma yang berkepanjangan.

7) Pasrah dengan apa yang terjadi (Letting Be)

Pasrah dengan apa yang terjadi saat proses persalinan adalah mental yang

penting dibangun sejak awal. Sehingga yang terpenting adalah mengupayakan

sejak awal segala persiapan yang dibutuhkan dalam persalinan, kemudian saat

proses persalinan tiba mencoba untuk pasrah dan menjalani proses dengan hati

yang ikhlas. Karena yang paling penting adalah bagaimana ibu

mempersiapkan dan berjalan bersama proses tersebut.

8) Kebaikan (Kindness)

Kebaikan adalah mutlak diperlukan bagi calon orangtua. Karena energi ini

sangatlah berdampak positif dalam pola pengasuhan baik di dalam rahim

maupun jika janin sudah lahir.Jika ibu memancarkan kebaikan dan

mengarahkan energi kebaikan kepada semua orang termasuk suami, janin

dalam kandungan dan keluarga maka ibu akan merasa nyaman dan tenang.

34

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi dari teori Ramona T.Mercer

“Maternal role attainment dan becomimg a mother”

Mikrosistem

1. Peran suami

2. Dukungan sosial /

keluarga

3. Stresor

4. Kematangan

emosional

5. Status pekerjaan

Mesosistem

1. Lingkungan

masyarakat

2. Sosial budaya

Makrosistem

1. Kesediaan sarana

dan prasarana

2. Akses informasi

Pencapaian peran kesiapan

ibu :

1. Umur

2. Tingkat pendidikan

3. Status perkawinan

4. Status ekonomi

5. Sifat pribadi

6. Konsep diri

Faktor dukungan sosial

menurut mercer :

1. Dukungan emosional

2. Dukungan informasi

3. Dukungan fisik

4. Dukungan penilaian

Kesiapan primigravida

menghadapi persalinan

PERSALINAN

35

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

C. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,2012).

Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

D.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep modifikasi dari

Notoatmodjo,2012.

Keterangan :

1. Variabel bebas (independent) : kematangan emosional dan peran

suami

2. Variabel terikat (dependen) : kesiapan primigravida menghadapi

persalinan .

Kematangan emosional

Peran suami

Kesiapan primigravida

menghadapi persalinan

36

Hubungan Kematangan Emosional…, Wahdah Ngalimatun Nisa, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2019

D. Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar atau

salah,bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo,2010). Adapun hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan kematangan emosional dengan kesiapan primigravida

menghadapi persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas I Cilongok.

2. Ada hubungan peran suami dengan kesiapan primigravida menghadapi

persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas I Cilongok.