bab ii tinjauan pustaka

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1. Pelayanan Antental Perawatan Antenatal adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil dan perkembangan/ pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.(Hariadi R, 2004) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).(Pudiastuti RD, 2011) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan, komunikasi, informasi, dan edukasi, motivasi ibu hamil dan rujukan.(Imbalo PS, 2006) Menurut Saifuddin 2006, tujuan antenatal care adalah: a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

Upload: susantiapriani

Post on 24-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KUALITAS ANTENATAL

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Pelayanan Antental

Perawatan Antenatal adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti

pada ibu hamil dan perkembangan/ pertumbuhan janin dalam

kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan

dalam kondisi yang terbaik.(Hariadi R, 2004)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar

Pelayanan Kebidanan (SPK).(Pudiastuti RD, 2011)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan

kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi

dasar dan khusus. Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan,

komunikasi, informasi, dan edukasi, motivasi ibu hamil dan rujukan.

(Imbalo PS, 2006)

Menurut Saifuddin 2006, tujuan antenatal care adalah:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Keuntungan perawatan anenatal dapat mengetahui berbagai risiko

dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk

melakukan rujukan ke rumah sakit.(Manuaba,1998)

Fungsi perawatan antenatal

a.Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas

pendidikan.

b.Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan

resiko tinggi dan merujuk bila perlu.

c.Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi

dan menangani masalah yang terjadi.

Berdasarkan buku pedoman pelayanan antenatal di tingkat

pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal (ante = sebelum, natal = lahir)

hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu:

a. Pemeriksaan medis

i. Diagnostik kehamilan

ii. Penemuan kelainan secara dini

iii. Pemberian terapi sesuai dengan diagnosis

b. Penyuluhan, komunikasi dan motivasi ibu hamil antara lain

mengenai:

i. Penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya

ii. Pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang

dimilikinya

iii. Pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.

c. Rujukan

Ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat

pelayanan yang mempunyai fasilitas lebih lengkap.

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan

antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari:

a. Kunjungan pertama

i. Catat identitas ibu hamil

ii. Catat kehamilan sekarang

iii. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

iv. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

v. Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium

vi. Pemeriksaan obstetrik

vii. Pemberian imunisasi toxoid (TT)

viii. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin,

dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi

ix. Penyuluhan/konseling

b. Jadwal kunjungan ibu hamil

Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

i. Satu kali kunjungan selama trimester satu (<14 minggu)

ii. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu

14 - 28)

iii. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu

28 – 36 dan sesudah minggu ke 36).(Saifuddin dkk, 2002)

iv. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada

gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.

(Pusdiknakes 2003)

Joshua P. Vogel dan kawan-kawan (2013) melakukan

analisis sekunder terhadap Uji Coba ANC WHO. Data

menunjukkan terdapat peningkatan risiko kematian janin pada usia

kehamilan 32-36 minggu pada wanita dengan frekuensi antenatal

yang kurang. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kurangnya

kunjungan antenatal, perbedaan tempat, populasi atau isi dan

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka

kualitas dari pelayanan serta waktu kunjungan juga memberikan

peran.(Vogel JP, Habib NA, Souza JP, et al, 2013)

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang

sangat penting.

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

i. Membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil

ii. Mendeteksi masalah dan menanganinya

iii. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,

anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional

yang merugikan

iv. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi

v. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,

istirahat dan sebagainya)

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28. Sama seperti diatas,

ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu

tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah evaluasi

edema periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.

c. Trimester ketiga antara minggu 28 – 36. Sama seperti diatas,

ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada

kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu. Sama seperti diatas, ditambah

deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang

memerlukan kelahiran ddi rumah sakit.(Saifuddin dkk, 2002)

Tinjauan tentang kunjungan ibu hamil kontak ibu hamil dan petugas

yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan,

istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke

fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh

petugas kesehatan.(Depkes RI, 2007)

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka

Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7T”

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. Tes terhadap penyakit menular sexual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2002)

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan

untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan

cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan

trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan

normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan

keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang

secara normal serta optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu

secara wajar. Keuntungan layanan antenatal sangat besar karena dapat

mengetahui risiko dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan

untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan

sehingga dapat dilakukan pengawasan yang lebih intensif, pengobatan

agar risiko dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat

tindakan yang adekuat.

Pelayanan yang dilakukan secara rutin juga merupakan upaya

untuk melakukan deteksi dini kehamilan berisiko sehingga dapat dengan

segera dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan

serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan antenatap terdiri dari

jumlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal.

Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap

pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka

maupun dengan perawatan berkala terhadap adanya komplikasi

kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal

merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor risiko bisa

diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau dihilangkan.

(Prawirodiharjo S, 2006)

2. Kualitas Pelayanan Antenatal

Kualitas pelayanan antenatal erat hubungannya dengan

penerapan standar pelayanan kebidanan, yang mana standar pelayanan

berguna dan penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan

sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan

hasil penilaian dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Mengukur tingkat

kebutuhan terhadap standar yang baik input, proses pelayanan dan hasil

pelayanan khususnya tingkat pengetahuan pasien terhadap pelayanan

antenatal yang dikenal standar mutu.(Depkes RI, 2003)

Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti

berikut:

a. Standar Identifikasi Ibu hamil

Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil

untuk memeriksakan kehamilannya.

Pernyataan standar : bidan melakukan kunjungan rumah dan

berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan

penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya

agar mendorong untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan

secara teratur.

b. Standar Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bertujuan

memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan diteliti dalam

komplikasi.

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan

berlangsung normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan risti/

kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi

HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat padu setiap

kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

c. Standar Palpasi Abdominal

Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia,

kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi

dan bagian bawah janin. Bidan melakukan pemeriksaan abdomen

dengan seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan

usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,

bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,

untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

Secara tradisional perkiraantinggi fundus dilakukan dengan

palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan

antara lain simfisis pubis, umbilikus atau prosesus sifoideus. Cara

tersebut dilakukan dengan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh

ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut hasilnya

masih kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi.

Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus, para

peneliti saat ini menyarankan penggunaan pita ukur untuk

mengukur tinggi fundus dari tepi atas simfisis pubis karena

memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan.

Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada

setiap kunjungan oleh petugas yang sama, terbukti memiliki nilai

prediktif yang baik, terutama untuk mengidentifikasi adanya

gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan kehamilan

kembar. Walaupun pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka

masih bervariasi antar operator, namun variasi ini lebih kecil

dibandingkan dengan metoda tradisional lainnya. Oleh karena itu

penelitian mendukung penggunaan pita ukur untuk memperkirakan

tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada setiap

kunjungan.

d. Standar Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan

secara dini dan melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk

mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada

kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pemeriksaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama

kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk

mendeteksi anemia. Namun ada kecenderungan bahwa kegiatan

ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan.

Perubahan normal ini di kenal sebagai hemodilusi (Mohamed &

Hytten 1989) dan biasanya mencapai titik terendah pada kehamilan

minggu ke-30. Oleh karena itu pemeriksaan Hb dianjurkan untuk

dilakukan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu

ke-30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status Hb.

e. Standar Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini

hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan.

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsia lainnya,

serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

f. Standar Persiapan persalinan

Standar persiapan persalinan dengan tujuan untuk

memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan

yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka

3. Pengetahuan

Pengatahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di pengaruhi oleh mata

dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis

(synthesis), dan evaluasi (evaluation). (Notoatmodjo, 2007)

a. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan, meliputi :

i. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Dapat diukur dengan menggunakan kata kerja

“menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya“

ii. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap materi atau objek harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari

iii. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real (sebenarnya)

iv. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

v. Sintesis (synthesis)

Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada

vi. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-kriteria yang

telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yaitu :

i. Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada

umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

ii. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara

mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka

faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi

bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan

mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu

menguasai lingkungan . Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh

pula terhadap tingkat pengetahuan.

iii. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan

memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal

yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan

berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang.

iv. Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam

hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang

mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu

pengetahuan.

v. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau sebagai usaha manusia

untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-

nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik

pula pengetahuannya.

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka

peroleh pada umumnya, semakin tinffi pendidikan seseorang

maka semakin baik pula pengetahuannya.(Notoatmojo, 1993)

vi. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari

berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu

akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

vii. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah

tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu

(Notoatmodjo, 2010)

Pada wanita hamil, pengalaman dapat ditunjukkan dari

kehamilannya baik kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini,

ataupun kehamilan selanjutnya.

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat

dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

i. Baik, bila 76-100%

ii. Cukup, bila 56-75%

iii. Kurang, bila < 56% (Nursalam, 2008)

d. Cara Memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan

dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan

cara modern atau ilmiah

i. Cara tradisional atau non ilmiah

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka

Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu :

a) Cara “trial and error”

Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa

kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.

b) Secara kebetulan

Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang

bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan

e) Cara akal sehat

Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran.

f) Kebenaran melalui wahyu

Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh pengikut

agama yang bersangkutan, terlepas dari pengetahuan

tersebut rasional atau tidak.

g) Kebenaran secara intuitif

Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya berdasarkan

intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h) Melalui jalan pikiran

Menggunakan penalaran untuk memperoleh pengetahuan.

Dengan berkembangnya jaman, cara berpikir manusia juga

berkembang.

i) Induksi

Proses penarikan kesimpulan yang

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka

dimulai dari pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum.

j) Deduksi

Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus.

ii. Cara modern atau ilmiah

Cara untuk memperoleh pengetahuan dengan

mengadakan pengamatan langsung, kemudian hasil

pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian

diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan

membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan

objek yang diamatinya (Notoatmodjo, 2010)

B.KERANGKA TEORI

Pengetahuan ibu hamil

Lingkungan

Pendidikan

Usia

Paritas

ANTENATAL

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka

C.KERANGKA KONSEP

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Variabel bebas : Kualitas antenatal

Variabel terikat : pengetahuan ibu hamil

Variabel perancu : usia, paritas, pendidikan, lingkungan

D.HIPOTESIS PENELITIAN

Pelayanan antenatal yang memenuhi standar pelayanan mempunyai

kualitas yang sama pada berbagai pusat layanan antenatal.

Pengetahuan ibu hamil

Lingkungan- Status ekonomi

- Media massa

- Geografis

- Keluarga/ kerabat

Pendidikan

UsiaParitas

PELAYANAN ANTENATAL

BERKUALITAS