bab ii tinjauan pustaka
DESCRIPTION
KUALITAS ANTENATALTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
1. Pelayanan Antental
Perawatan Antenatal adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti
pada ibu hamil dan perkembangan/ pertumbuhan janin dalam
kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan
dalam kondisi yang terbaik.(Hariadi R, 2004)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK).(Pudiastuti RD, 2011)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi
dasar dan khusus. Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan,
komunikasi, informasi, dan edukasi, motivasi ibu hamil dan rujukan.
(Imbalo PS, 2006)
Menurut Saifuddin 2006, tujuan antenatal care adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Keuntungan perawatan anenatal dapat mengetahui berbagai risiko
dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk
melakukan rujukan ke rumah sakit.(Manuaba,1998)
Fungsi perawatan antenatal
a.Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
b.Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan
resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
c.Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi
dan menangani masalah yang terjadi.
Berdasarkan buku pedoman pelayanan antenatal di tingkat
pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal (ante = sebelum, natal = lahir)
hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu:
a. Pemeriksaan medis
i. Diagnostik kehamilan
ii. Penemuan kelainan secara dini
iii. Pemberian terapi sesuai dengan diagnosis
b. Penyuluhan, komunikasi dan motivasi ibu hamil antara lain
mengenai:
i. Penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya
ii. Pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang
dimilikinya
iii. Pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
c. Rujukan
Ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat
pelayanan yang mempunyai fasilitas lebih lengkap.
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari:
a. Kunjungan pertama
i. Catat identitas ibu hamil
ii. Catat kehamilan sekarang
iii. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
iv. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
v. Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
vi. Pemeriksaan obstetrik
vii. Pemberian imunisasi toxoid (TT)
viii. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin,
dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi
ix. Penyuluhan/konseling
b. Jadwal kunjungan ibu hamil
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
i. Satu kali kunjungan selama trimester satu (<14 minggu)
ii. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu
14 - 28)
iii. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu
28 – 36 dan sesudah minggu ke 36).(Saifuddin dkk, 2002)
iv. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.
(Pusdiknakes 2003)
Joshua P. Vogel dan kawan-kawan (2013) melakukan
analisis sekunder terhadap Uji Coba ANC WHO. Data
menunjukkan terdapat peningkatan risiko kematian janin pada usia
kehamilan 32-36 minggu pada wanita dengan frekuensi antenatal
yang kurang. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kurangnya
kunjungan antenatal, perbedaan tempat, populasi atau isi dan
kualitas dari pelayanan serta waktu kunjungan juga memberikan
peran.(Vogel JP, Habib NA, Souza JP, et al, 2013)
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang
sangat penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
i. Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil
ii. Mendeteksi masalah dan menanganinya
iii. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan
iv. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
v. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya)
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28. Sama seperti diatas,
ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu
tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah evaluasi
edema periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.
c. Trimester ketiga antara minggu 28 – 36. Sama seperti diatas,
ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu. Sama seperti diatas, ditambah
deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran ddi rumah sakit.(Saifuddin dkk, 2002)
Tinjauan tentang kunjungan ibu hamil kontak ibu hamil dan petugas
yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan,
istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke
fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh
petugas kesehatan.(Depkes RI, 2007)
Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7T”
a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2002)
Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan
untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan
cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan
keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal serta optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu
secara wajar. Keuntungan layanan antenatal sangat besar karena dapat
mengetahui risiko dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan
untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan
sehingga dapat dilakukan pengawasan yang lebih intensif, pengobatan
agar risiko dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat
tindakan yang adekuat.
Pelayanan yang dilakukan secara rutin juga merupakan upaya
untuk melakukan deteksi dini kehamilan berisiko sehingga dapat dengan
segera dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan
serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan antenatap terdiri dari
jumlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis
maupun dengan perawatan berkala terhadap adanya komplikasi
kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal
merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor risiko bisa
diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau dihilangkan.
(Prawirodiharjo S, 2006)
2. Kualitas Pelayanan Antenatal
Kualitas pelayanan antenatal erat hubungannya dengan
penerapan standar pelayanan kebidanan, yang mana standar pelayanan
berguna dan penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan
sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan
hasil penilaian dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Mengukur tingkat
kebutuhan terhadap standar yang baik input, proses pelayanan dan hasil
pelayanan khususnya tingkat pengetahuan pasien terhadap pelayanan
antenatal yang dikenal standar mutu.(Depkes RI, 2003)
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti
berikut:
a. Standar Identifikasi Ibu hamil
Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilannya.
Pernyataan standar : bidan melakukan kunjungan rumah dan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya
agar mendorong untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur.
b. Standar Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bertujuan
memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan diteliti dalam
komplikasi.
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan risti/
kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi
HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan
kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat padu setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya.
c. Standar Palpasi Abdominal
Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia,
kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi
dan bagian bawah janin. Bidan melakukan pemeriksaan abdomen
dengan seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan
usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,
untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
Secara tradisional perkiraantinggi fundus dilakukan dengan
palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan
antara lain simfisis pubis, umbilikus atau prosesus sifoideus. Cara
tersebut dilakukan dengan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh
ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut hasilnya
masih kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi.
Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus, para
peneliti saat ini menyarankan penggunaan pita ukur untuk
mengukur tinggi fundus dari tepi atas simfisis pubis karena
memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan.
Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada
setiap kunjungan oleh petugas yang sama, terbukti memiliki nilai
prediktif yang baik, terutama untuk mengidentifikasi adanya
gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan kehamilan
kembar. Walaupun pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur
masih bervariasi antar operator, namun variasi ini lebih kecil
dibandingkan dengan metoda tradisional lainnya. Oleh karena itu
penelitian mendukung penggunaan pita ukur untuk memperkirakan
tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada setiap
kunjungan.
d. Standar Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan
secara dini dan melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk
mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama
kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk
mendeteksi anemia. Namun ada kecenderungan bahwa kegiatan
ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan.
Perubahan normal ini di kenal sebagai hemodilusi (Mohamed &
Hytten 1989) dan biasanya mencapai titik terendah pada kehamilan
minggu ke-30. Oleh karena itu pemeriksaan Hb dianjurkan untuk
dilakukan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu
ke-30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status Hb.
e. Standar Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini
hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan.
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Standar Persiapan persalinan
Standar persiapan persalinan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan
yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.
3. Pengetahuan
Pengatahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di pengaruhi oleh mata
dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation). (Notoatmodjo, 2007)
a. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, meliputi :
i. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Dapat diukur dengan menggunakan kata kerja
“menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya“
ii. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap materi atau objek harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
iii. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real (sebenarnya)
iv. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
v. Sintesis (synthesis)
Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada
vi. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-kriteria yang
telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu :
i. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
ii. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara
mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi
bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu
menguasai lingkungan . Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh
pula terhadap tingkat pengetahuan.
iii. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal
yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang.
iv. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang
mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
v. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau sebagai usaha manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-
nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik
pula pengetahuannya.
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh pada umumnya, semakin tinffi pendidikan seseorang
maka semakin baik pula pengetahuannya.(Notoatmojo, 1993)
vi. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu
akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
vii. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah
tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoatmodjo, 2010)
Pada wanita hamil, pengalaman dapat ditunjukkan dari
kehamilannya baik kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini,
ataupun kehamilan selanjutnya.
c. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
i. Baik, bila 76-100%
ii. Cukup, bila 56-75%
iii. Kurang, bila < 56% (Nursalam, 2008)
d. Cara Memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan
dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan
cara modern atau ilmiah
i. Cara tradisional atau non ilmiah
Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu :
a) Cara “trial and error”
Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa
kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.
b) Secara kebetulan
Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya.
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan
e) Cara akal sehat
Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran.
f) Kebenaran melalui wahyu
Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh pengikut
agama yang bersangkutan, terlepas dari pengetahuan
tersebut rasional atau tidak.
g) Kebenaran secara intuitif
Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya berdasarkan
intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
h) Melalui jalan pikiran
Menggunakan penalaran untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan berkembangnya jaman, cara berpikir manusia juga
berkembang.
i) Induksi
Proses penarikan kesimpulan yang
dimulai dari pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum.
j) Deduksi
Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum ke khusus.
ii. Cara modern atau ilmiah
Cara untuk memperoleh pengetahuan dengan
mengadakan pengamatan langsung, kemudian hasil
pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian
diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan
membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya (Notoatmodjo, 2010)
B.KERANGKA TEORI
Pengetahuan ibu hamil
Lingkungan
Pendidikan
Usia
Paritas
ANTENATAL
C.KERANGKA KONSEP
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Variabel bebas : Kualitas antenatal
Variabel terikat : pengetahuan ibu hamil
Variabel perancu : usia, paritas, pendidikan, lingkungan
D.HIPOTESIS PENELITIAN
Pelayanan antenatal yang memenuhi standar pelayanan mempunyai
kualitas yang sama pada berbagai pusat layanan antenatal.
Pengetahuan ibu hamil
Lingkungan- Status ekonomi
- Media massa
- Geografis
- Keluarga/ kerabat
Pendidikan
UsiaParitas
PELAYANAN ANTENATAL
BERKUALITAS