bab ii tinjauan pustaka

Upload: desi-damayanti

Post on 20-Jul-2015

151 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKAKlasifikasi dan Karakteristik Anjing Klasifikasi anjing menurut Miller (1993) sebagai berikut: Kingdom Phylum Subphylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Chordota : Vertebrata : Mamalia : Carnivora : Canidae : Canis : Canis familiaris

Gambar 1 Anjing pemburu di Kecamatan Palembayan. Anjing termasuk keluarga Canidae, bersaudara dengan serigala, rubah, dan anjing rakun. Diantara semua anggota Canidae, anjing mempunyai hubungan yang paling dekat dengan serigala, yang merupakan nenek moyang anjing. Secara umum keluarga Canidae memiliki ciri-ciri tubuh kecil memanjang, telinga dan moncong runcing, penciuman tajam, dapat berlari dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk berenang (Pennisi 2002). Kebutuhan manusia terhadap sifat-sifat tertentu dari seekor anjing menyebabkan adanya usaha untuk mengawinsilangkan anjing. Penggolongan anjing dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Federation

Cynologique International (FCI), yaitu berdasarkan bentuk fisik, sifat dan kegunaan (Untung 1999). Ada beberapa teori antropologi mengenai domestikasi anjing. Teori pertama menduga manusia yang mulai membentuk peradaban, tertarik pada kemampuan anjing melacak binatang buruan. Mereka menangkap anak anjing, memelihara dan melakukan seleksi untuk mendapatkan turunan yang jinak (Pennisi 2002). Teori kedua, anjing yang mendekati manusia karena tertarik pada produk khas peradaban, yakni sampah. Teori ketiga disebut juga teori adaptasi. Teori ini merupakan teori yang diyakini mendekati realita, dimana manusia dan anjing merupakan dua kelompok pemburu yang saling bersaing. Namun seiring dengan perkembangan peradaban, kedua kelompok tersebut mulai melakukan aktivitas berburu dengan bekerja sama. Ketika mangsa mulai berkurang akibat kondisi alam yang kurang menguntungkan, nenek moyang anjing mulai bergantung pada manusia hingga akhirnya anjing menjadi binatang yang dimanfaatkan oleh manusia (Pennisi 2002). Hubungan anjing dan manusia sudah terjalin sejak ratusan tahun silam. Bahkan manusia primitif memanfaatkan anjing sebagai teman berburu. Sebelum menjadi sahabat manusia, anjing adalah binatang liar. Mereka hidup berburu dengan cara berkelompok. Manusia pada masa itu juga hidup dari hasil berburu. Untuk membantu aktivitas berburu, manusia memanfaatkan anjing-anjing liar. Namun, anjing liar ternyata tidak mudah ditangkap karena memiliki kecepatan gerak tinggi, penciuman tajam, dan kepandaian. Beberapa anjing dipelihara untuk membantu aktivitas berburu atau menjaga harta majikan sehingga tercipta hubungan yang akrab. Kelebihan penciuman anjing dimamfaatkan manusia untuk mencari mangsa atau hewan terluka akibat senjata (Hatmosrojo dan Budiana 2007). Lambung anjing (ras besar) mampu menampung pakan sekitar 800 gram. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Kebutuhan kalori anjing ras besar berkisar antara 4000-5000 kalori perhari. Sementara itu, kebutuhan kalori untuk anjing dengan berat badan 35-45 kg berkisar antara 450-800 gram perhari. Pakan yang diberikan harus mengandung

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan beberapa mineral yang dibutuhkan oleh anjing. Air minum sebaiknya diberikan kepada anjing empat jam sekali. Air yang digunakan harus berupa air bersih atau air yang sudah dimasak telebih dahulu (Sianipar 2004). Data biologis anjing secara umum dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data biologis anjingLama hidup Lama bunting Umur disapih Umur dewasa Umur dikawinkan Berat dewasa Aktivitas Suhu (rektal) Pernafasan 13-17 tahun (bisa sampai 34 th) 63 hari (53-71 hari) 8-9 minggu Sekitar 1 tahun 6-8 bulan 2-90 kg Diurnal (siang hari) 37-39C 15-30 kali/menit

Denyut jantung 60-90 kali/menit (sumber: Smith dan Mangkoewidjojo 1988)

Manajemen Kesehatan Anjing Manajemen kesehatan anjing merupakan salah satu bagian dari manajemen pemeliharaan yang harus diperhatikan oleh pemilik. Manajemen pemeliharaan harus memperhatikan aspek kesejahteraan hewan (Animal welfare). Lima aspek kesejahteraan hewan meliputi bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari cedera dan penyakit, bebas dari rasa stres dan bebas mengekspresikan sifat alaminya (WSPA 1997). Status Gizi Anjing yang bergizi baik memiliki kerangka yang diselaputi oleh urat daging, sehingga badan terlihat membentuk. Sebaliknya anjing yang begizi buruk memperlihatkan beberapa bagian kerangka menonjol keluar yang dapat diamati pada tulang iga atau kostae, tuber coxae, tulang punggung bagian spinosusnya tampak menyeruak, rambutnya menjadi suram, elastisitas kulit berkurang, dan selaput lendirnya pucat kering tidak mengkilap (Widodo et el. 2011).

Umur Anjing Sanusi (2004) menyatakan bahwa umur harapan hidup anjing pada masa lalu berkisar antara 8-10 tahun, sedangkan pada masa sekarang dapat mencapai 18-20 tahun. Beberapa faktor penyebab peningkatan umur harapan tersebut yaitu adanya perkembangan ilmu kedokteran hewan, penemuan berbagai obat, adanya pencegahan penyakit melalui vaksinasi, peningkatan mutu pakan anjing, dan cara pemeliharaan yang lebih baik oleh pemilik. Perbandingan antara umur anjing dan manusia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan antara umur anjing dan manusiaUmur anjing 6 bulan 8 bulan 10 bulan 12 bulan 18 bulan 2 tahun 4 tahun 6 tahun 8 tahun 10 tahun 12 tahun 14 tahun 16 tahun 20 tahun (Sumber: Sanusi 2004) Umur manusia 10 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 20 tahun 24 tahun 32 tahun 40 tahun 48 tahun 56 tahun 64 tahun 72 tahun 80 tahun 96 tahun

Penyakit yang Sering Menyerang Anjing Penyakit Viral Rabies Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdhoviridae. Pada anjing yang menderita rabies biasanya akan ditemukan virus dengan kosentrasi tinggi pada air liur dan virus ini ditransmisikan melalui saliva (Dachex L et al. 2011). Penyakit ini

bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing yang terserang rabies. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkan rabies (Untung 1999). Tanda klinis dari penyakit rabies pada anjing dikenal dalam tiga bentuk, yaitu berbentuk ganas (Farios rabies) yang ditandai dengan masa eksitasi yang panjang dan kebanyakan akan mati dalam 2 sampai 5 hari setelah tanda-tanda rabies terlihat. Hewan menjadi tidak ramah, agresif, air liur keluar berlebihan, nafsu makan hilang, menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpainya; bentuk diam atau dungu (dumb rabies) dimana akan terjadi kelumpuhan (paralisa) yang sangat cepat menjalar keseluruh anggota tubuh dan masa eksitasinya pendek; bentuk asymptomatis dimana hewan tiba-tiba mati dengan tidak menunjukan gejala-gejala sakit (Kaplan 1979). Anjing yang dicurigai rabies jangan dibunuh, tetapi harus dilaporkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan penangkapan, pengurungan, dan pengamatan oleh dokter hewan berwenang. Apabila anjing yang ada dalam pengawasan mati, maka bagian dari otak anjing tersebut akan dikirimkan ke laboratorium kesehatan hewan untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Soeharsono 2007). Pencegahan penyakit rabies bisa dilakukan melalui pemberian vaksinasi rabies secara rutin sejak anjing berumur empat bulan dan diulang setiap 6-12 bulan sekali (Sianipar 2004). Distemper Distemper anjing (canine distemper) disebabkan oleh virus dari golongan paramyxo-virus. Virus ini ada dimana-mana dan mencemari udara, pakan, minuman, dan lingkungan. Anjing berusia muda umumnya lebih mudah terserang distemper. Gejala klinis yang muncul antara lain depresi, nafsu makan berkurang, demam (dapat mencapai 40-42C), batuk, cermin hidung kering dan berkerak, dan keluar kotoran dari mata. Pencegahan penyakit distemper bisa dilakukan dengan memberikan vaksinasi distemper sejak anjing berumur 6, 8, dan 12 minggu kemudian vaksinasi diulang setiap tahun (Dharmojono 2001).

Penyakit Parasiter dan Jamur Scabies Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari hewan kepada manusia. Penyakit ini berkaitan erat dengan tingkat kebersihan hewan. Penyebab scabies adalah Sarcoptes sp. Gejala klinis

yang muncul antara lain timbulnya papula kecil bewarna merah, erythema yang meluas, menggaruk-garuk, bulu di daerah lesi rontok, keropeng kulit berwarna abu-abu, penebalan dan pelipatan kulit (Soeharsono 2007). Pengobatan penyakit scabies dilakukan dengan memberikan ivermectin. Tindakan pengobatan harus diikuti dengan pembersihan kandang menggunakan insektisida atau membiarkan kandang dalam keadaan kosong dan kering selama 3 minggu. Peralatan yang digunakan untuk grooming pada anjing dapat dibersihkan dengan insektisida (Soeharsono 2007). Kecacingan Penyakit kecacingan pada anjing biasanya disebabkan oleh kondisi anjing dan kandang yang tidak terawat. Cacing yang sering menyerang anjing adalah cacing gelang dan cacing pita. Jenis cacing gelang yang paling banyak menyerang anjing adalah Toxocara canis, sedangkan jenis cacing pita yang sering menyerang anjing adalah Dipylidium sp, Echinococcus sp, dan Taenia sp (Subronto 2006). Gejala klinis kecacingan adalah ekspresi muka tampak sayu, mata berair, mukosa mata dan mulut pucat, batuk, dispnoea, asites, dan kurus. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan kandang, memisahkan anjing yang terserang kecacingan, dan memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali (Sianipar 2004). Ringworm Ringworm adalah penyakit kulit yang bersifat superficial meliputi lapisan keratin kulit, bulu dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur. Jenis jamur penyebab ringworm secara umum adalah Microsporum Canis dan Trichophyton spp. Gejala klinis penyakit ini adalah lesi pada kulit yang cukup spesifik yaitu berbentuk bulat atau oval dengan pinggir merah, keropeng, rambut mudah patah, dan ditemukan erythematous plaque. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan

mengisolasi hewan yang terinfeksi dan membersihkan peralatan dengan cara direndam dalam air panas (Soeharsono 2007). Vaksinasi Vaksinasi dapat merangsang terbentuknya kekebalan. Kondisi tubuh anjing pada saat divaksin harus benar-benar sehat agar tujuan vaksinasi tercapai. Setelah disapih (umur sekitar 7-8 minggu), anak anjing perlu mendapatkan vaksinasi. Di Indonesia, penyakit pada anjing seperti distemper, hepatitis, parvo dan rabies masih sangat dominan. Vaksin penyakit-penyakit tersebut telah lama ada di Indonesia (Dharmojono 2002). Program vaksinasi yang dianjurkan pada anjing dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Program vaksinasi anjingUmur 6 minggu 7 minggu 8 sampai 10 minggu 9-11 minggu 10-12 minggu 11-13 minggu 16 bulan (Sumber: Yuliarti 2007) Program vaksinasi Vaksin parvopirus I Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis I Vaksin parvovirus II Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis II Vaksin parvovirus III Vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis III, rabies I Semua vaksin diulang setiap tahun

Berdasarkan Tabel 3, program vaksinasi pertama kali diberikan pada saat anjing berumur 6 minggu yaitu pemberian vaksin parvopirus. Pemberian vaksin distemper, HCC dan leptospirosis diberikan pada saat umur anjing 7 minggu. Pemberian vaksin parvovirus harus diulang pada saat anjing berumur 8-10 minggu. Anjing harus divaksin dengan vaksin distemper, HCC, dan leptospirosis pada saat berumur 9-11 minggu. Vaksin parvovirus III diberikan pada saat anjing berumur 10-12 minggu, sedangkan pada saat anjing berumur 11-13 minggu, anjing harus diberikan vaksin distemper, HCC, leptspirosis, dan rabies. Pemberian vaksin parvopirus, distemper, HCC, leptospirosis, dan rabies harus diulang setiap tahun sekali. Anjing yang sudah divaksin harus memiliki sertifikat vaksinasi yang dikeluarkan oleh dokter hewan yang berwenang dan mempunyai izin praktek. Vaksinasi pertama masih perlu diulang setelah 4-8 minggu. Anjing yang baru

divaksin sebaiknya tidak berinteraksi dengan anjing lain karena kondisi tubuh masih lemah (Untung 1999).