bab ii tinjauan pustaka

Upload: arviandia

Post on 19-Jul-2015

217 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKA

pengaruh topografi. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

II.1 Fisik Dasar II.1.1 Klimatologi Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang dari ilmu atmosfer. Dibandingkan dengan meteorologi yang mempelajari cuaca jangka pendek yang berakhir sampai beberapa minggu, klimatologi mempelajari frekuensi di mana sistem cuaca ini terjadi. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama ( minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.Ada beberapa teori pembagian iklim yang ada di dunia, antara lain: II.1.1.1 Iklim Matahari Dasar perhitungan untuk mengadakan pembagian daerah iklim matahari ialah banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Menurut teori, makin jauh dari khatulistiwa makin besar sudut datang sinar matahari, sehingga makin sedikit jumlah sinar matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim matahari didasarkan pada letak lintang adalah sebagai berikut : a. Daerah iklim tropis : 0 LU - 23,5 LU dan 0 LS - 23,5 LS b. Daerah iklim sedang : 23,5 LU - 66,5 LU dan 23,5 LS - 90 LS c. Daerah iklim dingin : 66,5 LU - 90 LU dan 66,5 LS - 90 LS Pembagian daerah iklim menurut iklim matahari didasarkan suatu teori, bahwa temperatur udara makin rendah jika letaknya makin jauh dari khatulistiwa. Maka dari itu, ada ahli yang menyebut iklim matahari sebagai iklim teoritis. Menurut kenyataanya, temperatur beberapa tempat menyimpang dari teori tersebut. II.1.1.2 Iklim Fisis Iklim fisis ialah iklim yang didasarkan pada pembagian daerah yang menurut kenyataan sesungguhnya sebagai pengaruh dari faktor-faktor fisis. Faktor-faktor tersebut antara lain pengaruh daratan yang luas, pengaruh lautan, pengaruh angin, pengaruh arus laut, pengaruh Vegetasi, dan

1) Bentuk medan atau topografi; 2) Arah lereng medan; 3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan 4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar. Curah hujan sebesar 1 mm artinya adalah tinggi air hujan yang terukur setinggi 1 mm pada daerah seluas 1 m2 (meter persegi). Artinya banyaknya air hujan yang turun dengan ukuran 1 mm adalah 1 mm x 1 m2= 0,001 m3 atau 1 liter. Jadi misal suatu daerah pada suatu hari memiliki curah hujan sebesar 8000 mm dan wilayah itu memiliki luas 100 km2, maka jumlah air yang turun di daerah itu adalah 8000 mm x 100 km2 = 8 x 1011 liter. Curah hujan dihitung harian, mingguan, hingga tahunan, sesuai kebutuhan. Pembangunan Saluran Drainase, selokan, irigasi, serta pengendalian banjir selalu menggunakan data curah hujan ini, untuk mengetahui berapa jumlah hujan yang pernah terjadi di suatu tempat, sebagai perkiraan pembuatan besarnya saluran atau sarana pendukung lainnya saat hujan sebesar itu akan datang lagi dimasa mendatang. II.1.2 Topografi Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Ketinggian suatu wilayah ini pada umumnya diukur dengan acuan permukaan air laut laut. Selain itu, ketinggian ini biasanya juga dihubungkan dengan kemiringan lereng suatu wilayah. Kemiringan lereng ini akan menggambarkan bagaimana kesesuaian penggunaan lahan pada suatu wilayah. Dan dari sini, juga bisa diketahui kerawanan bencana alam yang mengancam wilayah tersebut.

II-2

Pada umumnya, terdapat berbagai macam pembagian kelas lereng. Pembagian kelas lerengan ini disesuaikan dengan kebutuhan analisa. Pada peta topografi dengan skala dan kelengkapan yang memungkinkan selang kelas lereng 5% -15%, dapat dibagi lagi menjadi kelas lereng 5% - 8% dan 8% 15%. Pada dasarnya, semakin banyak pembagian kelas lereng ini akan semakin baik, karena akan semakin diketahui kondisi lahan dengan lebih detail dimana setiap aktivitas pemanfaatan lahan akan membutuhkan kesesuaian lahan dengan kriteria kelas lereng tertentu. II.1.3 Geologi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk komposisi, keterbentukan, sifat-sifat dan sejarahnya. Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, sifat-sifat dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain, batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi. Keadaan geologi suatu wilayah menggambarkan bagaimana struktur batuan penyusun tanah pada wilayah tersebut. Gambaran ini diperlukan untuk mengetahui penggunaan lahan yang paling tepat pada suatu wilayah. Jenis dan kemampuan tanah adalah dua hal yang mampu memberikan gambaran tersebut. Jenis tanah akan menentukan sifat-sifat tanah pada setiap wilayah. Oleh karena itu, tiap wilayah tentunya mempunyai sifat tanah yang berbeda-beda, bergantung dari jenis tanah pada wilayah tersebut. Jenis-jenis tanah tersebut dihasilkan melalui proses pembentukan yang berbeda pula. Berikut ini adalah jenis-jenis tanah: a. Tanah Humus

c. Tanah Aluvial atau Tanah Endapan

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. d. Tanah Podzolit Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah atau dingin.e. Tanah Vulkanik atau Tanah Gunung Berapi (Tanah Andosol)

Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. Vegetasi yang tumbuh di tanah vulkanik adalah hutan hujan tropis, bambu, dan rumput. f. Tanah Laterit Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.g. Tanah Mediteran atau Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. h. Tanah Gambut atau Tanah Organosol Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. i. Tanah Regosol Tanah regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan dan tanah pasir. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran. j. Tanah Latosol Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning sehingga

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. b. Tanah Pasir Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

II-2

sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit. k. Tanah Litosol Tanah litosol adalah tanah berbatu-batu. Bahan pembentuk tanah litosol berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini juga disebut dengan tanah azonal. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah rumput ternak, palawija, dan tanaman keras. l. Tanah Grumusol atau Margalith Tanah grumosol adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur. Tanaman yang tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung, kedelai, tebu, kapas, tembakau, dan jati. m. Tanah Planosol Tanah planosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan endapan di dataran rendah yang banyak mengandung bahan aluvial. n. Tanah Glei Humus Tanah glei humus adalah tanah yang terbentuk dari hasil endapan bahan aluvial di wilayah yang memiliki curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun. o. Tanah Renzina Tanah renzina umumnya terdapat didaerah dataran tinggi. Jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang baik dan kaya akan kandungan organik. p. Tanah Hidromorf Kelabu Tanah hidromorf kelabu adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan tufa vulkanik asam dan batu pasir. Kemampuan tanah merupakan turunan dari jenis tanah pada suatu wilayah. Kedalaman tanah, tingkat erosi dan tekstur tanah, merupakan beberapa unsur yang mampu menggambarkan kemampuan tanah tersebut.>40 % Terjal 15 - 40 % Bergelombang 2 - 15 % Landai Kemiringan Lereng 0-2%

II.1.4 Hidrologi Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata air yang ada, baik di permukaan maupun di dalam tanah/bumi. Tata air yang berada di permukaan tanah dapat berbentuk badan-badan air terbuka seperti sungai, kanal, danau/situ, mata air, dan laut. Sedangkan tata air yang berada di dalam tanah (geohidrologi) dapat berbentuk aliran air tanah atau pun sungai bawah tanah. Data tata air diperlukan untuk dapat melihat dan memperkirakan ketersediaan air untuk suatu wilayah. II.1.5 Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan (land suitability) adalah analisis tingkat kecocokan dari sebidang tanah untuk suatu jenis atau kategori penggunaan lahan tertentu, dimana produk penilaiannya akan merupakan alternatif penggunaan yang sesuai dengan kriteria peruntukan pada suatu wilayah tinjauan. Hasil penilaiannya diekspresikan dalam suatu skala tunggal berupa tinggi, sedang, atau rendah; ataupun dapat diperluas dengan skala numerik dari satu sampai sepuluh. Tabel II.1 Kemiringan Lereng dan Kesesuaian LahanBentang Alam Datar Sifat dan Kesesuaian Lahan Drainase baik, mudah diolah, kemampuan menahan air baik, dan responsif terhadap pupuk sehingga cocok untuk pertanian dan permukiman. Struktur tanah kurang baik dan mengandung garam natrium; cocok untuk permukiman, dry farming (karena irigasi terbatas), dan industri berat. Tanahnya padat, kandungan natrium sedang, jenuh setelah diairi, kemampuan menahan air rendah sehingga potensi erosi besar; cocok untuk industri ringan, permukiman, dan fasilitas rekreasi. Lapisan tanah dangkal; daya tahan air rendah; kandungan natrium tinggi; cocok untuk konservasi hewan, hutan lindung, dan areal wisata

II-2

Sumber: Noor, J, 2005, Geologi Lingkungan, Yogyakarta: Graha Ilmu

Sumber: SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11.1980

Adapun penilaian kriteria kelayakan fisik wilayah untuk pengelolaan kawasan lindung berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11/1980 adalah sebagai berikut: Tabel II.2 Penilaian Kriteria Kelayakan Fisik Wilayah untuk Pengelolaan Kawasan LindungNo. Kriteria 0-8% 8 - 15 % 1 Lereng atau Kemiringan 15 - 25 % 25 - 45 % >45 % Aluvial, Tanah Glei, Panosol, Hidromof Kelabu, Laterit Air Tanah Latosol Brown Forest Soil, 2 Jenis Tanah Non Calcic Brown, Mediteran Andosol, Laterite, Grumosol, Podsol, Podsolik Regosol, Litosol, Organosol, Renzina 0,0 - 13,6 mm/hh 13,6 - 20,7 mm/hh 3 Intensitas Hujan 20,7 - 27,7 mm/hh 27,7 - 34,8 mm/hh >34,8 mm/hh Sangat Peka Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 75 10 20 30 40 50 Peka 60 Kurang Peka 45 Agak Peka 30 Tidak Peka 15 Klasifikasi Keterangan Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam 20 40 60 80 100 Bobot

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat tiga kriteria utama dalam menentukan fungsi suatu kawasan, yaitu: a. b. c. Kelerengan atau kemiringan Jenis tanah Intensitas hujan Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai dari ketiga parameter tersebut setelah masingmasing kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk lereng, 15 untuk jenis tanah, dan 10 untuk intensitas hujan. Total nilai ketiga parameter tersebut digunakan untuk menentukan fungsi dari masing-masing kawasan sebagai berikut: 1) Nilai >175 digunakan sebagai hutan lindung atau hutan produksi dengan tambahan perlu mempertahankan ketinggian tanah. 2) Nilai 125175 dapat digunakan sebagai kawasan fungsi penyangga, yaitu dapat berupa kegiatan perkebunan, hutan produksi terbatas, dan lain-lain.3) Nilai 32, 32, 1 :Jika nilai LQ > 1, berarti wilayah tersebt memiliki spesialisasi tinggi terhadap sektor yang bersangkutan (basis). Hal ini juga mengindikasikan adanya surplus produksi pada sektor yang bersangkutan, sehingga mempunyai potensi untuk di ekspor. LQ < 1 : Jika nilai LQ < 1, berarti wilayah tersebut tidak memiliki spesialisasi/spesialisasi rendah terhadap sektor yang bersangkutan (non basis). Hal ini juga mengindikasikan wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri terhadap hasil produksi sektor tersebut, sehingga mempunyai kecenderungan untuk mengimpor dari daerah lain. LQ = 1 : Jika nilai LQ=1, berarti kontribusi sektor yang bersangkutan hanya dapat kebutuhan wilayah itu sendiri (self sufficient), tidak memiliki surplus produksi.

II.3.5 Teknik Analisis Shift-share II.3.6 Analisis Disparitas Pendapatan Teknik analisis Shift-share untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi (propinsi atau nasional) sebagai referensi atau acuan yang bertujuan unutk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Perubahan relatif kinerja pembangunan daerah terhadap nasional dapat dilihat dari: Teknik analisis yang digunakan ialah indeks koefisien variasi Williamson guna melihat tingkat disparitas antar regional. Adapun rumusnya sebagai berikut :

II-2

R2 Y1 Y2 Dimana: Vw fi n yi : Indeks Williamson : jumlah penduduk kabupaten/kota i : jumlah penduduk propinsi : PDRB per kapita kabupaten/kota i : PDRB per kapita rata-rata propinsi Koefisien Variasi Williamson (tingkat ketimpangan) yang diperoleh terletak antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati nol berarti disparitas pendapatan antar daerah kabupaten/ kota semakin rendah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi regional terjadi secara merata, tetapi jika koefisien variasi Williamson mendekati 1 (satu) maka disparitas pendapatan daerah kabupaten/ kota semakin tinggi serta mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi regional yang tidak merata.

: Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten atau Propinsi : PDRB per kapita Kecamatan atau Kabupaten rata-rata : PDRB per kapita Kabupaten atau Propinsi rata-rata

II.4 Metode Analisis Sarana II.4.1 Sarana Pemerintahan Dan Pelayanan Umum Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah: a. kantor-kantor pelayanan / administrasi pemerintahan dan administrasi kependudukan; b. kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih (PAM), listrik (PLN), telepon, dan pos; serta c. pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan dan pos pemadam kebakaran. II.4.2 Sarana Pendidikan Dan Pembelajaran Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU). Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi:a. taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar

II.3.7 Tipologi Klassen Tipologi Klassen ialah mengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu di suatu daerah. Pendapatan/ kapita (Y) Laju pertumbuhan (R) R1>R2 R1Y2 Y1