bab ii tinjauan pustaka 2.1.1 pengertian...

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas di definisikan oleh para pakar dengan berbeda-beda tergantung pendekatan yang digunakan oleh masing-masing pakar. Berikut ini beberapa pengertian efektivitas dan kriteria efektivitas organisasi menurut para ahli sebagai berikut: 1. Drucker (1964:5) mendefinisikan efektivitas sebagai melakukan pekerjaan yang benar (doing the rights things). 2. Chung & Megginson (1981:506, dalam Siahaan,1999:17) mendefinisikan efektivitas sebagai istilah yang diungkapkan dengan cara berbeda oleh orang-orang yang berbeda pula. Namun menurut Chung & Megginson yang disebut dengan efektivitas ialah kemampuan atau tingkat pencapaian tujuan dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan agar organisasi tetap survive (hidup). 3. Pendapat Arens and Lorlbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (1999:765), mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: “Efektivitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan, sedangkan efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu”. Sehubungan dengan yang Arens dan Lorlbecke tersebut, maka efektivitas merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara

Upload: ngohanh

Post on 07-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau

sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan

efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas di definisikan oleh para pakar dengan berbeda-beda tergantung

pendekatan yang digunakan oleh masing-masing pakar. Berikut ini beberapa pengertian

efektivitas dan kriteria efektivitas organisasi menurut para ahli sebagai berikut:

1. Drucker (1964:5) mendefinisikan efektivitas sebagai melakukan pekerjaan yang

benar (doing the rights things).

2. Chung & Megginson (1981:506, dalam Siahaan,1999:17) mendefinisikan efektivitas

sebagai istilah yang diungkapkan dengan cara berbeda oleh orang-orang yang berbeda

pula. Namun menurut Chung & Megginson yang disebut dengan efektivitas ialah

kemampuan atau tingkat pencapaian tujuan dan kemampuan menyesuaikan diri

dengan lingkungan agar organisasi tetap survive (hidup).

3. Pendapat Arens and Lorlbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf

(1999:765), mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: “Efektivitas mengacu kepada

pencapaian suatu tujuan, sedangkan efisiensi mengacu kepada sumber daya yang

digunakan untuk mencapai tujuan itu”. Sehubungan dengan yang Arens dan

Lorlbecke tersebut, maka efektivitas merupakan pengukuran dalam arti tercapainya

sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

4. Menurut Supriyono pengertian efektivitas, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan

sasaran yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi daripada keluaran yang

dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif

pula unit tersebut” (Supriyono, 2000:29).

5. Gibson dkk (1994:31) memberikan pengertian efektivitas dengan menggunakan

pendekatan sistem yaitu (1) seluruh siklus input-proses-output, tidak hanya output

saja, dan (2) hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungannya.

6. Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol

adalah :

1.Keberhasilan program

2.Keberhasilan sasaran

3.Kepuasan terhadap program

4.Tingkat input dan output

5.Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989:121)

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional

dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat

kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas

pokonya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Cambel,

1989:47).

Menurut Hani Handoko (2000) Efektivitas merupakan hubungan antara output

dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian

tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Efektivitas berfokus

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang

dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.

Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari

efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan

pendapat sehubungan dengan cara meningkatnya, cara mengatur dan bahkan cara

menentukan indicator efektivitas, sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi

bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.

Dari beberapa uraian definisi efektivitas menurut para ahli tersebut, dapat

dijelaskan bahwa efektivitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan

kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena kesejahteraan

manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Adapun untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial

misalnya: pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan

(Soekanto, 1989 : 48).

Beberapa pendapat dan teori efektivitas yang telah diuraikan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktifitas perlu

diperhatikan beberapa indikator, yaitu :

1. Pemahaman program.

2. Tepat Sasaran.

3. Tepat waktu.

4. Tercapainya tujuan.

5. Perubahan nyata (Sutrisno, 2007 : 125-126)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

2.1.2 Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu efektif.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran

efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan

keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut (Price, 1972:15).

Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan

pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal

berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang

ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan

mengukur keberhasilan programdalam mencapai tingkat output yang direncanakan.

Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau

lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu

dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan dan tujuan tercapainya

dengan waktu yang tepat makan program tersebut akan lebih efektif. Pendekatan sasaran

dalam pelaksanaan program penguatan keluarga dilihat dari pendampinga kepada anak

dan keluarga yang menjadi anggota binaan dalam mengarahkan tujuan yang ingin

dicapai.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga

dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus

dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan system

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan

sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan

yang merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber

yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan

sumber dalam kegiatan program penguatan keluarga ini dilihat dari seberapa jauh

hubungan antara anggota binaan program penguatan keluarga dengan lingkungan

sekitarnya, berusaha usaha yang menjadi sumber dalam mencapai tujuan.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu

lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar

dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini

tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan

yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan

tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga (Cunningham, 1978: 635).

2.1.3 Masalah dalam pengukuran Efektivitas

Banyaknya ancangan untuk mengukur efektivitas organisasi baik dalam sifat

maupun titik asal mereka membuat kesulitan dalam usaha menilai efektivitas dari sesuatu

program atau organisasi. Kesulitan menilai efektivitas ini disebabkan oleh beberapa

masalah yang tak terpisahkan dari model yang sekarang mengenai keberhasilan

organisasi. Adapun masalah yang terjadi dalam pengukuran efektivitas adalah sebagai

berikut:

1. Masalah susunan

Susunan adalah suatu hipotesis yang abstrak mengenai hubungan antara

beberapa variabel yang saling berhubungan. Masalahnya disini adalah bahwa

sungguh-sungguh tidak tahu apakah susunan dari efektivitas organisasi benar-

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

benar berarti atau berguna baik bagi para manajer ataupun para ahli teori

organisasi.

2. Masalah stabilitas kriteria

Masalah besar yang dihadapi dalam usaha mengukur efektivitas organisasi

adalah banyak dari kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil

setelah beberapa waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektivitas

pada suatu waktu mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu

berikutnya. Kriteria tersebut berubah-ubah tergantung pada permintaan,

kepentingan, dan tekanan-tekanan ekstern. Pada kenyataannya, sifat mudah

berubah ini telah mengakibatkan beberapa peneliti kemudian mernyatakan bahwa

fleksibilitas dalam menghadapi perubahan seharusnya menjadi ciri yang

menentukan efektivitas organisasi.

3. Masalah perspektif waktu

Masalah yang ada hubungannya dengan hal ini adalah perspektif waktu

yang dipakai orang pada waktu menilai efektivitas. Jadi masalahnya bagi mereka

yang mempelajari manajemen adalah cara yang terbaik menciptakan

keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dengan keperntingan jangka

panjang, dalam usaha mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan dalam

perjalanan waktu.

4. Masalah kriteria ganda

Keuntungan utama dari ancangan multivariasi dalam evaluasi efektivitas

adalah sifatnya yang komprehensif, memandukan beberapa faktor ke dalam

suatu kerangka yang kompak. Hal yang terpenting disini adalah bahwa, jika kita

menerima kriteria tersebut untuk efektivitas, maka organisasi menurut

definisinya tidak dapat menjadi efektif, mereka tidak dapat memaksimalkan

kedua dimensi tersebut secara serempak.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

5. Masalah ketelitian pengukuran

Pengukuran terdiri dari peraturan atau prosedur untuk menentukan

beberapa nilai atribut dalam angka agar atribut-atribut ini dapat dinyatakan

secara kuantitatif. Jadi, apabila kita membicarakan “pengukuran” efektivitas

organisasi, dianggap ada kemungkinan menentukan kuantitas dari konsep ini

secara konsisten dan tetap. Dalam pengukuran ini orang harus berusaha

mengenali kriteria yang dapat diukur dengan kesalahan minimun atau berusaha

mengendalikan pengaruh yang menyesatkan dalam proses analisis.

6. Masalah kemungkinan generalisasi

Jika berbagai masalah pengukuran dapat dipecahkan, masih timbul

persoalan mengenai seberapa jauh orang dapat menyatakan kriteria evaluasi

yang dihasilkannya dapat berlaku juga pada organisasi lainnya. Jadi pada waktu

memilih kriteria, orang harus memperhatikan tingkat konsistensi kriteria

tersebut dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang dipelajari.

7. Masalah relevansi teoritis

Tujuan utama setiap ilmu adalah merumuskan teori dan model-model

yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari. Jadi, dari suddut

pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan dengan

relevansi model-model bagi tingkah laku organisasi. Ancangan ini memberikan

jauh lebih banyak hal, baik pada peneliti maupun pada para manajer, daripada

hanya daftar catatan yang lebih sederhana mengenai apa yang membentuk

efektivitas.

8. Masalah tingkat analisis

Kebanyakan model efektivitas hanya menggarap tingkat makro saja,

membahas gejala keseluruhan organisasi dalam hubungannya dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

efektivitas, tetapi mengabaikan hubungan yang kritis antara tingkah laku

individu dengan persoalan yang lebih besar yaitu keberhasilan organisasi.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau

keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai

kekuasaan. Kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua

hal :

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,

pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian

kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses,

dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 1997: 210-224) :

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah

atau tidak beruntung (lfe,1995).

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat

untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi

terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi

kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh

keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya

(Parsons,et.al.,1994). ??

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui

pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas

diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya

(Rappaport,1984).

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang

mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada

keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat

yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti

memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya (Suharto,2009:57-60).

Sedangkan pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan suatu progam /

proyek yang bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan

pengembangan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat,

partisipasi masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan

(http://anshorfazafauzan.blogspot.com/2009/06/pengertian-pengembangan masyarakat.

html diakses pada tanggal 19 Mei 2013 pukul 22.00 Wib).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

2.2.2 Aspek pemberdayaan

Dalam pelaksanaannya, Narayan (2002:18) mengungkapkan bahwa untuk

meningkatkan keberdayaan suatu komunitas di dukung oleh beberapa elemen berikut :

a. Aspek terhadap informasi

Informasi merupakan salah satu sarana bagi masyarakat untuk memperoleh akses

terhadap kekuasaan dan kesempatan. Pengertian kekuasaan yang dimaksud

merupakan kemampuan masyarakat, terutama masyarakat miskin untuk memperoleh

akses dan kesempatan untuk mempejuangkan hak-hak dasarnya. Informasi

memberikan khasanah dan wawasan baru bagi masyarakat untuk meningkatkan

kualitas hidupnya. Informasi ini tidak hanya berupa kata-kata yang tertulis, namun

dapat pula diperoleh melalui diskusi kelompok, cerita, debat,dan opera jalanan dalam

bentuk yang berbeda-beda secara kultural dan biasanya menggunakan media seperti

radio, internet, dan televisi.

b. Inklusi dan partisipasi

Inklusi memfokuskan pada pertanyaan siapa yang terlibat (Bennet ,2002, dalam

Malholtra, 2002:5) mengungkapkan bahwa pengertian inklusi sosial sebagai berikut:

“The removal of institutional barriers and the enchancement of incentives to increase

the access of diverseindividuals and groups to assets and development opportunities.”

(Pengurangan hambatan institusional dan peningkatan insentif untuk meningkatkan

askes bagi individu dan kelompok yang beragam untuk memiliki kesempatan dan

pengembangan).

Lebih lanjut Bennet menekankan bahwa pengertian pemberdayaan dan inklusi

sosial ini adalah sebuah proses daripada suatu hasil akhir. Proses pemberdayaan

merupakan proses yang dilakukan “dari bawah” dan melibatkan lembaga seperti

individu dan kelompok. Sementara inklusi membutuhkan perubahan sistemik yang

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

dimulai “dari atas”. Sementara pasrtisipasi secara sederhana diartikan bagaimana

komunitas miskin terlibat dan peran apa yang dimainkan.

Inklusi sosial pada komunitas miskin merupakan aspek penting dalam proses

pembuatan kebijakan publik. Hal ini bertujuan agar setiap proses pembuatan

kebijakan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan memperhatikan aspek

kebutuhan masyarakat, serta memiliki komitmen untuk membuat suatu perubahan

yang merupakan hakekat dari pemberdayaan.

Usaha untuk mempertahankan inklusi dan partisipasi membutuhkan perubahan

peraturan agar masyarakat memiliki ruang untuk berdiskusi dan berpartisipasi secara

langsung dalam penentuankebijakan lokal dan nasional, penyusunan anggaran, dan

pemberian pelayanan dasar. Dalam hal ini, kita dapat melihat partisipasi masyarakat

dalam proses pemberdayaan memiliki peranan yang vital untuk menentukan berjalan

atau tidaknya suatu pemberdayaan. Partisipasi masyarakat dalam berbagai tahap

pemberdayaan akan mendukung mereka menjadi lebih berdaya dan memiliki ketahan

dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi.

Conyers (1991: 86-187) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat, diantaranya adalah masyarakat akan merasa

lebih dihargai apabila keterlibatan (partisipasi) mereka berpengaruh terhadap suatu

kebijakan tertentu dan berpengaruh langsung terhadap apa yang mereka rasakan.

Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah penyesuaian diri perencana sosial atau

pemangku kepentingan atas apa yang pentinga dan apa yang tidak penting oleh suatu

komunitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

c. Akuntabilitas

Akuntabilitas merujuk pada kemampuan pemerintah, perusahaan swasta, atau

penyedia pelayanan untuk dapat mempertanggungjawabkan kebijakan, tindakan, serta

penggunaan dana yang mendukung pelaksanaan tindakan tersebut.

d. Kapasitas organisasi lokal

Kapasitas organisasi lokal merujuk pada kemampuan masyarakat untuk

bekerja sama, mengorganisasikan diri mereka, dan memobilisasi sumber daya untuk

memecahkan masalah. Seringkali, di luar jangkauan sistem formal, masyarakat

miskin saling mendukung satu sama lain dan memiliki kekuatan untuk memecahkan

masalah sehari-hari. Organisasi masyarakat miskin umumnya bersifat informal.

Contohnya tetangga yang saling meminjam uang atau beras satu sama lain. Mereka

juga dapat berbentuk formal, dengan atau tanpa registrasi yang sah, contohnya

kelompok tani kelompok lingkungan ketetanggan.

Suara dan permintaan masyarakat yang terorganisasi umumnya lebih

didengarkan daripada masyarakat yang tidak terorganisir. Keanggotaan masyarakat

miskin berdasarkan organisasi dapat lebih efektif dalam memenuhi

kebutuhanmendasarnya, namun mereka terhambat oleh sumber daya dan

pengetahuan teknis yang terbatas. Seringkali mereka kurang memiliki modal sosial

yang menjembatani dan menghubungkan, yaitu mereka tidak dapat terhubunga

dengan kelompok lain atau sumber daya lainnya. Kapasitas organisasi lokal

merupakan kunci dari efektifnya sebuah pemberdayaan. Organisasi, asosiasi,

federasi, jaringan, dan gerakan sosial, kelompok miskin merupakan pemain kunci

dalam tataran institusional.

Lebih lanjut Narayan mengungkapkan bahwa kaum miskin tidak akan

berpartisipasi dalam sebuah kegiatan apabila partisipasi mereka tidak dihargai dan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

tidak menimbulkan perubahan-perubahan yang cukup signifikan bagi kesejahteraan

mereka dan berguna dalam proses pengambilan keputusan . Meskipun terdapat

organisasi lokal yang kuat, hal ini tetaplah menyebabkan kaum miskin tidak

memiliki akses terhadap pemerintahan lokal, sektor ekonomi swasta, dan kurangnya

akses terhadap informasi.

2.2.3 Tahap-tahap Pemberdayaan

Pada hakekatnya, pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang lebih

menekankan proses, tanpa bermaksud menafikan hasil dari pemberdayaan itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan proses, maka partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam

setiap tahapan pemberdayaan mutlak diperlukan. Sebagaimna yang diungkapkan oleh

Adi (2003: 70-75) bahwa pemberdayaan menekankan pada process goal, yaitu tujuan

yang berorientasi pada proses yang mengupayakan integrasi masyarakat dan

dikembangkan kapasitasnya guna memecahkan masalah mereka secara kooperatif atas

dasar kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self help) sesuai prinsip

demokratis. Dengan menekankan pada proses, maka pemberdayaan pun memiliki

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penyadaran

Pada tahap ini, dilakukan sosialisasi terhadap komunitas agar mereka

mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi peningkatan kualitas

hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri (self help).

2. Pengkapasitasan

Sebelum diberdayakan, komunitas perlu diberikan kecakapan dalam

mengelolanya. Tahap ini sering disebut sebagai capacity building, yang terdiri

atas pengkapasitasan manusia, organisasi, dan sistem nilai.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

3. Pendayaan

Pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, dan peluang sesuai

dengan kecakapan yang sudah diperolehnya.

Tahapan program pemberdayaan masyarakat atau pengembangan

masyarakat merupakan sebuah siklus perubahan yang berusaha mencapai taraf

kehidupan yang lebih baik. Secara lebih jelas, tahapan tersebut digambarkan

sebagai berikut:

Bagan 2.1 Tahap-tahap Pemberdayaan

Berdasarkan bagan 2.1 tersebut, tahap-tahap pemberdayaan dibagi ke dalam tujuh

tahap, yaitu tahap persiapan (intake process), assesment, perencanaan partisipasi, proses

intervensi, monitoring dan evaluasi, serta terminasi. Pada tahap intake ,terdapat dua sasaran

yang dituju yaitu klien aktual dan klien potensial. Klien aktual merujuk pada klien yang akan

diintervensi, sementara klien potensial adalah klien yang memiliki potensi untuk diintervensi.

Kedua klien tersebut memperoleh sosialisasi dan melalui tahap assesment untuk kemudian

direncanakan sebuah rencana aksi untuk kegiatan pendampingan. Dalam setiap tahap,

terutama tahap pendampingan, monitoring dan evaluasi diperlukan. Kemudian akhirnya tahap

Sosialisasi Actual Client

Intervention Process

Participation Planning

Assesment Intake Process

Monitoring & Evaluasi

Potential Client

Termination

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

terminasi atau pelepasan merupakan tahap terakhir dari proses pemberdayaan dimana

komuntas sasaran telah mampu mandiri dan berberdaya. Berikut tahap-tahap pemberdayaan :

1. Tahap Persiapan

Tahap ini mencakup tahap penyiapan petugas dan tahap penyiapan lapangan.

Penyiapan petugas dalam hal ini (community worker) merupakan prasyarat suksesnya

suatu pengembangan masyarakat.

2. Tahap Pengkajian (assesment)

Proses assesment dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang

dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki oleh klien.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan dan Tahap Pemformulasian

Rencana Aksi

Pada tahap ini, agen perubah (community worker) secara partisipatif mencoba

melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana

cara mengatasinya.

4. Tahap capacity building dan networking

Tahap ini mencakup :

a. Melakukan penelitian, workshop, dan sebagainya untuk membangun kapasitas

setiap individu masyarakat sasaran agar siap menjalankan kekuasaan yang

diberikan kepada mereka.

b. Masyarakat sasaran bersama-sama membuat aturan main dalam menjalankan

progam, berupa anggaran dasar organisasi, sistem, dan prosedurenya.

c. Membangun jaringan dengan pihak luar seperti pemerintah daerah setempat yang

dapat mendukung kelembagaan lokal.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

5. Tahap pelaksanaan dan pendampingan

Tahapan ini mencakup : Melaksanakan kegaitan yang telah disusun dan

direncanakan bersama masyarakat sasaran.

6. Tahap Evaluasi

Tahapan ini mencakup :

a. Memantau setiap tahapan pemberdayaan yang dilakukan.

b. Mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dari tahapan pemberdayaan yang

dilakukan.

c. Mencari solusi atas konflik yang mungkin muncul dalam setiap tahapan

pemberdayaan.

Tahap evaluasi akhir dilakukan setelah semua tahap dijalankan. Tahap evaluasi

akhir menjadi jembatan menuju tahap terminasi (phasing out strategy).

7. Tahap Terminasi

Tahap terminasi dilakukan setelah program dinilai berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Dengan berakhirnya tahap terminasi ini, maka fasilitator menyerahkan

kontinuitas program kepada masyarakat sasaran sebagai bagian dari kegiatan

keseharian mereka.

2.2.4 Indikator Pemberdayaan

Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi

kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif

(Suharto,1997:215). Parsons et.al (1994:106) juga mengajukan tiga dimensi

pemberdayaan yang merujuk pada:

a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang

kemudian menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan

mampu mengendalikan diri dan orang lain.

Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari

pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya

kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah

struktur-struktur yang masih menekan.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan yang

menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan

kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi

kekuasaan, yaitu : ‘kekuasaaan didalam ‘ (power within),’kekuasaan untuk’ (power

to),’kekuasaan atas’ (power with). Adapun indikator pemberdayaan yaitu :

1. Kekuasaan di dalam : Meningkatkan kesadaran dan keinginan untuk berubah

a. Kemampuan Ekonomi

1. Evaluasi positif terhadap kontribusi ekonomi dirinya.

2. Keinginan memiliki kesempatan ekonomi yang setara.

3. Keinginan memiliki kesamaan hak terhadap sumber yang ada pada

rumahtangga dan masyarakat.

b. Kemampuan Mengakses Manfaat Kesejahteraan :

1. Kepercayaan diri dan kebahagiaan.

2. Keinginan memiliki kesejahteraan yang setara.

3. Keinginan membuat keputusan mengenai diri dan orang lain.

4. Keinginan untuk mengontrol jumlah anak.

c. Kemampuan Kultural dan Politis :

1. Keinginan untuk menghadapi subordinasi gender termasuk tradisi budaya,

diskriminasi hukum dan pengucilan politik.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

2. Keinginan terlibat dalam proses-proses budaya, hukum dan politik

2. Kekuasaan untuk : Meningkatkan kemampuan individu untuk berubah dan

meningkatkan kesempatan untuk memperoleh akses.

a. Kemampuan Ekonomi :

1. Akses terhadap pelayanan keuangan mikro.

2. Akses terhadap pendapatan.

3. Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumah tangga.

4. Akses terhadap pasar.

5. Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak.

b. Kemampuan Mengakses Manfaat Kesejahteraan:

1. Keterampilan, termasuk kemelekan huruf.

2. Status kesehatan dan gizi.

3. Kesadaran mengenai dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.

4. Ketersedaan pelayanan kesejahteraan publik.

c. Kemampuan Kultural dan Politis :

1. Mobilitas dan akses terhadap dunia di luar rumah.

2. Pengetahuan mengenai proses hukum, politik dan kebudayaan.

3. Kekuasaan atas : Perubahan pada hambatan-hambatan sumber dan kekuasaan pada

tingkat rumah tangga, masyarakat dan makro; Kekuasaan atau tindakan individu

untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut.

a. Kemampuan Ekonomi:

1. Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang

dihasilkan.

2. Kontrol atas pendapatan aktivitas produktif keluarga yang lainnya.

3. Kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

4. Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga.

5. Tindakan individu menghadapi diskriminasi atas akses terhadap sumber dan

pasar.

b. Kemampuan Mengakses Manfaat Kesejahteraan:

1. Kontrol atas ukuran konsumsi keluarga dan aspek bernilai lainnya dari

pembuatan keputusan keluarga termasuk keputusan keluarga berencana.

2. Aksi individu untuk mempertahankan diri dari kekerasan keluarga dan

masyarakat.

c. Kemampuan Kultural dan Politis:

1. Aksi individu dalam menghadapi dan mengubah persepsi budaya kapasitas

dan hak wanita pada tingkat keluarga dan masyarakat.

2. Keterlibatan individu dan pengambilan peran dalam proses budaya, hukum

dan politik.

4. Kekuasaan dengan : Meningkatnya solidaritas atau tindakan bersama dengan orang

lain untuk menghadapi hambatan-hambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat

rumah tangga, masyarakat dan makro.

a. Kemampuan Ekonomi:

1. Bertindak sebagai model peranan bagi orang lain terutama dalam pekerjaan

publik dan modern.

2. Mampu memberi gaji terhadap orang lain.

3. Tindakan bersama menghadapi diskriminasi pada akses terhadap sumber

(termasuk hak atas tanah), pasar dan diskriminasi gender pada konteks

ekonomi makro.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

b. Kemampuan Mengakses Manfaat Kesejahteraan:

1. Penghargaan tinggi terhadap dan peningkatan pengeluaran untuk anggota

keluarga.

2. Tindakan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan publik

c. Kemampuan Kultural dan Politis:

1. Peningkatan jaringan untuk memperoleh dukungan pada saat krisis.

2. Tindakan bersama untuk membela orang lain menghadapi perlakuan salam

dalam keluarga dan masyarakat (Suharto, 2009:63-65).

2.2.5 Strategi Pemberdayaan

Parsons et.al (1994:112-113) menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya

dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa

proses pemberdayaan terjadi dalam relasi antara pekerja sosial dan klien dalam setting

pertolongan perseorangan. Dalam beberapa situasi,strategi pemberdayaan dapat

dilakukan secara individual,meskipun pada gilirannya straegi ini pun berkaitan dengan

kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar

dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga

cara pemberdayaan yaitu:

1. Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui

bimbingan,konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya

adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas

kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada

tugas (task centered approach).

2. Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan

dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam

meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar

memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large-system

strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih

luas. Perumusan kebijakan, perencanaaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,

pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam

pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang

memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

2.2.6 Pendekatan Pemberdayaan

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui

penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu :

Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan (Suharto,

1997:218-219)

1. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural menghambat.

2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat

dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Pemberdayaan harus mamu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan

kepercayaan diri masyarkat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan : melindungi masyarkat terutama kelompok-kelompok lemah agar

tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

seimbang antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi

kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan

penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan

rakyat kecil.

4. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu

menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang

semakin lemah dan terpingirkan.

5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan

distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan

harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap

orang memperoleh kesempatan berusaha.

Dubois dan Miley (1992:211) memberi beberapa cara atau teknik yang lebih

spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu :

a. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati, menghargai

pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (self-determination),

menghargai perbedaaan dan keunikan individu, menekankan kerjasama klien.

b. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri klien,

mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, menjaga kerahasiaan

klien.

c. Terlibat pemecah masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek

proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien, merangkai tantangan-

tantangan sebagai kesempatan belajar, melibaatkan klien dalam pembuatan

keputusan dan evaluasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: ketaatan terhadap

kode etik profesi; keterlibatan dalam pengembangan profesional,riset, dan

perumusan kebijakan; penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi kedalam isu-isu

publik; penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

2.2.7 Prinsip Pemberdayaan

Pelaksanaan pendekatan pemberdayaan berlandaskan pada pedoman dan prinsip

pekerjaan sosial. Ada beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan

sosial (Suharto, 1997:216-217).

1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Oleh karena itu, pekerja sosial dan

masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.

2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek yang

kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan.

3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat

mempengaruhi perubahan.

4. Kompetensi diperoleh melalui pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang

memberikan perasaan mampu pada masyarakat.

5. Solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus harus beragam dan menghargai

keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi masalah

tersebut.

6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi

penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan

mengendalikan seseorang.

7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri. Tujuan,

cara dan hasil harus dirumuskan sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan karena pengetahuan

dapat memobilisasi tindakan bagi peubahan.

9. Pemberdayaan melibatkan askes terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk

menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif.

10. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus,

evolutif,permasalahan selalu memiliki beragam solusi.

11. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan pembangunan

ekonomi secara paralel.

2.2.8 Tugas Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan

Dalam Konferensi Dunia di Montreal Kanada, Juli tahun 2000, International

Federation of Social Workers (IFSW) (Tan dan Envall, 2005:5) mendefinisikan

pekerjaan sosial sebagai berikut :

“Profesi pekerjaan sosial mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya

dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemberdayan dan pembebasan

masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem-sistem sosial,

pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik atau situasi dimana orang berinteraksi

dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan sosial sangat

penting bagi pekerjaan sosial.”

Schwartz (1961:157-158), mengemukakan lima tugas yang dapat dilaksanakan

oleh pekerja sosial :

1. Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat mengenai kebutuhan

mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan sosial yang dihadapi mereka

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

2. Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat banyak orang

dan membuat frustasi usaha-usaha orang untuk mengidentifikasi kepentingan

mereka dan kepentingan orang-orang yang berpengaruh terhadap mereka.

3. Memberi kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang tidak

dimiliki masyarakat, tetapi bermanfaat bagi mereka dalam menghadapi realitas

sosial dan masalah yang dihadapi mereka.

4. Membagi visi dengan masyarakat, harapan dan aspirasi pekerjaan sosial

merupakan investasi bagi interaksi antara orang dan masyarakat dan bagi

kesejahteraan individu dan sosial.

5. Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan-batasan situasi dengan mana sistem

relasi antara pekerja sosial dan masyarakat dibentuk. Aturan-aturan tersebut

membentuk konteks bagi kontrak kerja yang mengikat masyarakat dan lembaga.

Batasan-batasan tersebut juga mampu menciptakan kondisi yang dapat membuat

masyarakat dan pekerja sosisal menjalankan fungsi masing-masing.

2. 3 Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kelompok sosial yang terkecil yang umumnya terdiri dari ayah,ibu

dan anak. Hubungan sosial diantara keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan

darah,perkawainan atau adopsi. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana

kasih sayang dan tanggung jawab (Khairuddin,1997:3).

2.3.2 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.3.3 Fungsi-fungsi Keluarga

Adapun fungsi-fungsi keluarga yaitu :

1. Fungsi biologis

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang

tua adalah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

2. Fungsi afeksi

Dalam keluarga terjadi hubngan sosial yang penuh dengan kemesraan

dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih

yang menjadi dasar perkawinan. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini

merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat

yang semakin interpersonal, sekuler dan asing maka setiap pribadi

membutuhkan hubungan afeksi yang ada dalam keluarga.

3. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjukkan peranan keluarga dalam membentuk

kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak

mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai

dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya

(Khairuddin,1997:48).

2.3.4 Keluarga dan Masyarakat

Salah satu definisi dari masyarakat pada awalnya adalah a union of families.

Artinya kurang lebih masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga-

keluarga. Awal dari masyarakat berasal dari hubungan antar individu, kemudian

kelompok membesar menjadi satu kelompok besar orang-orang yang disebut

masyarakat. Jadi keluarga dapat dikatakan inti dari masyarakat, dimana setiap keluarga

menganggap dirinya adalah sentral dari seluruh masyarakat.

Dalam kehidupan sosial, tentu saja keluarga tidak terlepas dari kondisi-kondisi

yang ada dalam masyarakat tersebut, baik norma maupun nilai-nilai yang berlaku.

Karena pada dasarnya norma dan nilai yang ada dalam masyarakat akan berpengaruh

terhadap tindakan-tindakan yang akan dijalankan oleh keluarga. Nilai dan norma yang

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

berlaku adalah bersifat kolektif dan mengikat, sehinggga keluarga harus dapat

menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku tersebut (Su’adah,2005:110-111).

2.4 Program penguatan Keluarga

Program penguatan keluarga bertujuan untuk mencegah anak-anak dari kehilangan

merawat keluarga mereka. Program ini dilakukan dengan memberdayakan keluarga, untuk

memperkuat kapasitas mereka dalam melindungi dan merawat anak-anak mereka, dan

memperkuat jaring pengaman untuk anak-anak yang rentan dan keluarga mereka dalam

masyarakat. Mana anak-anak telah kehilangan perawatan keluarga biologis mereka, kita

menyediakan perawatan berbasis keluarga.

Layanan program diarahkan untuk keluarga dengan anak-anak di bawah usia 18 tahun,

yang jatuh dalam kelompok sasaran. Layanan yang dibuat ditujukan bagi seluruh anggota

keluarga, termasuk semua anak-anak dan pengasuhnya dalam sebuah keluarga. Sementara

anak-anak pada risiko kehilangan perarawatan keluarga mereka adalah kelompok sasaran

kita, kita juga bekerja sama dengan pengasuh mereka, mengembangkan kapasitas mereka

untuk melindungi dan merawat anak-anak mereka.

a. Tujuan program penguatan keluarga

Kita membuat agar anak-anak yang beresiko kehilangan perawatan keluarga mereka

dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh perhatian. Berkarya secara langsung

dengan keluarga dan masyarakat untuk memberdayakan mereka agar secara efektif

melindungi dan merawat anak-anak mereka, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan

penyedia layanan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

b. Prinsip-prinsip program penguatan keluarga

1. Tempat terbaik untuk anak tumbuh adalah dalam keluarga biologis mereka

Keluarga adalah inti dari masyarakat dan lingkungan alam untuk perkembangan

yang sehat dan kesejahteraan anak-anak. Anak-anak memiliki hak untuk tumbuh dalam

keluarga biologis mereka, di mana mereka dapat menikmati lingkungan yang penuh

perhatian, dengan cinta, hormat dan keamanan. Hak ini harus dijamin, kecuali

bertentangan dengan kepentingan terbaik.

2. Pengasuh/Orangtua bertanggung jawab atas perkembangan anak mereka

Pemberi perawatan adalah orang yang memenuhi peran orangtua dalam kehidupan

anak, dengan tanggung jawab utama untuk menciptakan lingkungan keluarga peduli

yang dibutuhkan untuk perkembangan anak yang sehat. Peran ini dapat diberikan,

menurut komposisi keluarga sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat.

3. Masyarakat adalah sumber dukungan langsung bagi anak dan keluarga nya

Anak-anak dan keluarga adalah bagian dari masyarakat yang lebih luas di mana

mereka hidup. masyarakat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak-hak anak dan

dapat memobilisasi sumber daya mereka sendiri untuk mengatasi masalah untuk anak-

anak pada risiko kehilangan perawatan keluarga mereka. Masyarakat yang peduli dan

kuat dapat secara efektif mendukung anak-anak dan keluarga mereka, dan memberikan

kontribusi untuk perkembangan mereka.

4. Tujuan dari pengembangan adalah realisasi hak asasi manusia

Anak dan pengasuh mereka, berhak atas semua hak (adalah pemegang hak),

sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian hak asasi manusia internasional, terutama

Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak (UNCRC) dan Konvensi PBB Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW). Pemerintah dan pihak lain

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

yang terkait mempunyai kewajiban untuk mengakui, menghormati, melindungi,

mempromosikan dan memenuhi hak-hak ini.

2.5 Kerangka Pemikiran

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 mengakibatkan terjadinya peningkatan

kemiskinan sampai sekarang. Berbagai permasalahan sosial muncul akibat terjadinya

peningkatan kemiskinan tersebut. Berdasarkan data dari BPS(Badan Pusat Statistik) jumlah

keluarga miskin yang lebih dari 20% keluarga Indonesia merupakan fakta sosial bahwa posisi

keluarga saat ini relatif rentan/rawan.

Keluarga sebagai kelompok masyarakat yang fundamental dan lingkungan alami bagi

pertumbuhan dan kesejahtraan dari seluruh anggota dan khususnya anak, harus diberikan

perlindungan dan pelayanan yang diperlukan sehingga bisa memikul tanggung jawab

sepenuhnya dalam masyarakat. Melihat keluarga yang kurang beruntung khususnya secara

ekonomi, dikhawatirkan anak-anak terabaikan baik secara jasmani maupun rohani, seperti

kurang bahkan tidak ada lagi perhatian mereka akan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan

secara keseluruhan terabaikan kebutuhan anak anak mereka agar dapat berkembang layaknya

sebagai seorang anak.

Salah satu teori dalam Ilmu Sosiologi tentang pentingnya institusi keluarga dalam

menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa, yaitu “family is the fundamental unit of

society” (keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat). Artinya kalau institusi

keluarga sebagai pondasi lemah, maka “bangunan” masyarakat juga akan lemah. Menurut

teori tersebut, masalah-masalah yang terdapat dalam masyarakat seperti kemiskinan,

kekerasan yang merajalela, dan segala macam kebobrokan sosial, adalah cerminan dari tidak

kokohnya institusi keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

Untuk itu dalam mensejahterakan kehidupannya dan mengatasi krisis ekonomi yang

dmpaknya dapat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat dan terpuruknya kondisi

sosial ekonomi maka dibutuhkan upaya pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga melalui

program penguatan keluarga yang dilakukan oleh yayasan SOS Children’s Village Medan.

Program penguatan keluarga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, menggerakkan

kembali roda ekonomi masyarakat sebagai fungsi sarana dan prasarana masyarakat, untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat kecil mengikuti program pemberdayaan

pemerintah berupa pemberdayaan yang memberikan bantuan kepada masyarakat khususnya

keluarga.

Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam program penguatan keluarga berupa kegiatan

pengembangan ekonomi, kegiatan kesehatan, kegiatan pendidikan. Tiga bentuk kegiatan yang

dilakukan melalui program penguatan keluarga ini merupakan tiga serangkai yang sangat

mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

kebutuhan dan prioritas pada anak-anak yang ber-risiko kehilangan perawatan keluarga

karena lemahnya kondisi keluarga dan adanya monitoring serta evaluasi secara terus-menerus

dari yayasan SOS Children’s Village Medan.

Oleh karena itu, melalui program-program penguatan keluarga yang dilakukan oleh

yayasan SOS Children’s Village Medan dengan berbagai upaya dalam pemberdayaan

masyarakat berharap berpengaruh positif terhadap peningkatan kapasitas keluarga sehingga

bisa membantu keluarga untuk belajar untuk menjaga diri mereka sendiri sehingga mereka

dapat hidup mandiri dalam jangka panjang. Hanya dengan cara ini dapat memastikan bahwa

anak-anak tidak dibiarkan sendiri dan bahwa mereka tumbuh dalam keluarga mereka serta

terpenuhinya hak-hak anak dan mencapai kesejahteraan anak.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

Untuk melihat keefektivan pelaksanaan program penguatan keluarga oleh yayasan SOS

Children’s Village Medan di Lingkungan III Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan

Tuntungan dapat dilihat dari teori efektivitas dengan indikator sebagai berikut:

1. Pemahaman program, merupakan pemahaman keluarga tentang program penguatan

keluarga yang diberikan oleh SOS Children’s Village Medan.

2. Ketetapan sasaran, merupakan tepatnya keluarga sasaran yang sesuai untuk

mendapatkan bantuan program penguatan keluarga.

3. Ketetapan waktu, merupakan penggunaa waktu dalam melakukan program penguatan

keluarga oleh SOS Children’s Village Medan sesuai dengan yang sudah ditentukan.

4. Tercapainya tujuan, merupakan hasil yang dicapai dari program penguatan keluarga.

5. Perubahan nyata, merupakan perubahan yang terjadi sebagai hasil dari program

penguatan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

Gambar 2.2

Bagan Alur Pikir

SOS Children’s Village Medan

Program Penguatan Keluarga

1. Pengembangan ekonomi keluarga

2. Peningkatan kapasitas SDM (Pendidikan dan Kesehatan)

Indikator Efektivitas Pelaksanaan program dilihat dari :

1. Pemahaman Program merupakan pemahaman keluarga tentang program penguatan keluarga yang diberikan oleh SOS Children’s Village Medan.

2. Ketetapan Sasaran merupakan tepatnya keluarga sasaran yang sesuai untuk mendapatkan bantuan program penguatan keluarga.

3. Ketetapan Waktu merupakan penggunaa waktu dalam melakukan program penguatan keluarga oleh SOS Children’s Village Medan sesuai dengan yang sudah ditentukan.

4. Tercapainya Tujuan merupakan hasil yang dicapai dari program penguatan keluarga.

5. Perubahan Nyata merupakan perubahan yang terjadi sebagai hasil

dari program penguatan keluarga.

Keluarga Miskin

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

2.8 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah

pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata

lain, penulis berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai konsep

sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis. Jadi, definisi konsep ialah

pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,

2011:138).

Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka penulis

membatasi konsep-konsep tersebut sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan efektivitas dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk

melaksanakan aktifitas- aktifitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai

tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.

2. Yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini adalah suatu

progam / proyek yang bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan

berdasarkan pengembangan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas

masyarakat, Partisipasi masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan

pembangunan.

3. Yang dimaksud dengan program penguatan keluarga dalam penelitian ini adalah salah

satu program dari SOS Children’s Village yang dirancang untuk anak-anak yang

beresiko terlantar agar dapat tumbuh dan berkembang dalam keluarga dengan

memberdayakan keluarga untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melindungi dan

merawat anak-anak mereka, dan memperkuat jaring pengaman untuk anak-anak yang

rentan dan keluarga mereka dalam masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

4. Yang dimaksud dengan SOS Children’s Village Medan dalam penelitian ini adalah

yayasan sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang lemah, miskin, dan

kurang mampu dalam bidang advokasi,usaha kecil dan pemberdayaan.

2.9 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep.

Perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga

konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:142). Untuk memberikan

kemudahan dalam memahami penelitian ini, maka permasalahan pemberdayaan masyarakat

melalui program penguatan keluarga dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:

1. Pemahaman program

a. Sumber informasi tentang program penguatan keluarga

b. Pemahaman responden setelah mendapat informasi tentang program

c. Pengetahuan tentang sasaran program penguatan keluarga

d. Pengetahuan tentang tujuan program penguatan keluarga

e. Pemahaman tentang jenis kegiatan dari program penguatan keluarga

f. Jenis usaha yang dikembangkan dari program penguatan keluarga

g. Wadah komunikasi dan informasi antara warga binaan dengan staff yayasan

2. Ketetapan sasaran

a. Responden termasuk kedalam sasaran program penguatan keluarga

b. Responden tercatat sebagai keluarga miskin di kelurahan

c. Frekuensi makan dalam sehari

d. Tempat berobat

e. Tipe rumah

f. Pernah atau tidaknya mendapat bantuan dari pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

3. Ketetapan waktu

a. Tahun responden menjadi anggota program penguatan keluarga

b. Frekuensi mengikuti kegiatan dari program penguatan keluarga

c. Ketetapan waktu mendapat bantuan program penguatan keluarga

d. Frekuensi mendapatkan bantuan program penguatan keluarga

4. Tercapainya tujuan

a. Jenis kegiatan yang diikuti dari program penguatan keluarga

b. Jenis bantuan yang diperoleh dalam program penguatan keluarga

c. Terpenuhinya kebutuhan anggota keluarga

d. Peningkatan pendapatan keluarga

e. Peningkatan kesejahteraan keluarga

f. Kelancaran biaya sekolah anak

g. Peningkatan prestasi anak

h. Peningkatan kemandirian dan ketahanan keluarga

i. Kesesuaian dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

j. Kelanjutan pelaksanaan program penguatan keluarga

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Efektivitasrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39484/4/Chapter II.pdf · kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan mengukur

5. Perubahan nyata

Tabel 2.1

Perubahan Nyata

No

Kriteria

Sebelum Menjadi

anggota binaan

program penguatan

keluarga

Setelah Menjadi

anggota binaan

program penguatan

keluarga

1 Mata pencaharian pokok sebelum

menjadi anggota binaan program

penguatan keluarga

2 Mata pencaharian pokok sejak menjadi

anggota binaan program penguatan

keluarga

3 Mata pencaharian tambahan sebelum

menjadi anggota binaan program

penguatan keluarga

4 Mata pencarian tambahan setelah

menjadi anggota binaan program

penguatan keluarga

5 Status kepemilikan rumah

6 Peningkatan fasilitas perabot rumah

7 Tingkat pendidikan anak

8 Peningkatan peluang menabung

keluarga

Universitas Sumatera Utara