bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan umum...biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai...
TRANSCRIPT
6
Perencanaan struktur bangunan adalah analisis yang dilakukan untuk menentukan
dimensi maupun spesifikasi struktur bangunan sebelum pelaksanaan pembangunan
dimulai. Analisa perencanaan meliputi seluruh bagian struktur bangunan, dari bagian
bawah sampai atas struktur. Sebelum melakukan perencanaan yang meliputi seluruh
bagian struktur bangunan, dibutuhkan data-data yang lengkap untuk mendukung dalam
proses analisa perencanaan.
Proses analisa itu sendiri perlu melakukan pendekatan terhadap masalah-masalah
seperti arsitektural, efisiensi, service ability, kemudahan pelaksanaan dan juga biaya yang
diperlukan. Penjelasan untuk aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan
struktur dijelaskan sebagai berikut :
1. Aspek arsitektural
Aspek arsitektural dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan jiwa manusia
akan sesuatu yang indah. Bentuk-bentuk struktur yang direncanakan sudah
semestinya mengacu pada pemenuhan kebutuhan yang dimaksud.
2. Aspek fungsional
Perencanaan struktur yang baik sangat memperhatikan fungsi dari pada
bangunan tersebut. Dalam kaitannya dengan penggunaan ruang, aspek
fungsional sangat mempengaruhi besarnya dimensi bangunan yang
direncanakan.
3. Kekuatan dan kestabilan struktur
Kekuatan dan kestabilan struktur mempunyai kaitan yang erat dengan
kemampuan struktur untuk menerima beban-beban yang bekerja, baik beban
vertikal maupun beban lateral.
4. Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan
Biasanya dari suatu gedung dapat digunakan beberapa sistem struktur
yang bisa digunakan, maka faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan
pengerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi sistem struktur yang akan
dipilih, dapat disimpulkan sebagai efisiensi anggaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
7
5. Faktor kemampauan struktur dalam pelayanan gedung
Struktur harus mampu mendukung beban rancang secara aman tanpa
kelebihan tegangan ataupun deformasi melebihi batas yang dijinkan.
Keselamatan adalah hal terpenting dalam setiap perencanaan struktur suatu
bangunan.
6. Aspek lingkungan
Aspek lain yang ikut menentukan dalam perancangan dan pelaksanaan
suatu proyek adalah aspek lingkungan. Dengan adanya suatu proyek diharapkan akan
dapat memperbaiki kondisi lingkungan dan kemasyarakatan. Sebagai contoh
dalam perencanaan lokasi dan denah haruslah mempertimbangkan kondisi
lingkungan apakah rencana kita nantinya akan menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan sekitar.
Perencanaan struktur gedung bertingkat harus mengacu kepada syarat-syarat dan
ketentuan yang berlaku dalam SNI perencanaan gedung. Adapun syarat-syarat dan
ketentuan serta rumus yang berlaku terdapat pada buku pedoman, antara lain :
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002.
2. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002.
3. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1726-
2012.
4. Pedoman Perencanaan Pembangunan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987).
5. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, (Agus Setiawan, 2013).
6. Buku Teknik Sipil (Sunggono, 1984).
7. Dasar-dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang (Gedeon Kusuma, 1993).
Mutu bahan yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah beton
fc’ = 25 MPa untuk struktur secara umum dan fc’ = 35 untuk kolom. Baja tulangan
menggunakan mutu baja fy = 400 MPa untuk tulangan pokok dan fy = 240 MPa untuk
tulangan sengkang serta menggunakan kuda-kuda baja dengan mutu baja (fy) = 400 Mpa.
2.2 Landasan yang Dipakai
2.3 Mutu Bahan
8
Konsep tersebut merupakan dasar teori perencanaan dan perhitungan struktur, yang
meliputi desain terhadap beban lateral (gempa) dan metode analisis struktur yang
digunakan.
2.4.1 Desain terhadap Beban Lateral.
Dalam perencanaan struktur, kestabilan lateral adalah hal terpenting karena gaya
lateral mempengaruhi desain elemen – elemen vertikal dan horisontal struktur. Mekanisme
dasar untuk menjamin kestabilan lateral diperoleh dengan menggunakan hubungan kaku
untuk memperoleh bidang geser kaku yang dapat memikul beban lateral.
Beban lateral yang paling berpengaruh terhadap struktur adalah beban gempa
dimana efek dinamisnya menjadikan analisisnya lebih kompleks. Tinjauan ini dilakukan
untuk mendesain elemen – elemen struktur agar elemen – elemen tersebut kuat menahan
gaya gempa.
2.4.2 Analisis Struktur terhadap Gempa
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah
bagian struktur gedung yang berada di atas permukaan tanah dan Struktur bawah adalah
bagian dari struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang dapat terdiri
dari struktur basemen, dan atau struktur pondasi lainya. (SNI 03-1726-2012) :
1. Persyaratan dasar.
Prosedur analisis dan desain seismik yang digunakan dalam perencanaan
struktur bangunan gedung dan komponennya seperti yang ditetapkan dalam pasal
ini. Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan
vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan kekuatan, kekuatan dan kapasitas
disipasi energi yang cukup.
2. Desain elemen struktur, desain sambungan dan batasan deformasi.
Komponen struktur individu termasuk yang bukan merupakan bagian sistem
penahan gaya gempa harus disediakan dengan kekuatan yang cukup untuk menahan
geser, gaya aksial dan momen yang dientukan sesuai dengan
tata cara ini.
2.4 Konsep Perencanaan Struktur
9
3. Lintasan beban yang menerus dan keterhubungan.
Lintasan-lintasan beban yang menerus dengan kekakuan dan kekuatan
yang memadai harus disediakan untuk mentranfer semua gaya dan titik
pembebanan hingga titik akhir penumpuan.
4. Sambungan ke tumpuan
Sambungan pengaman untuk menahan gaya horisontal yang berkerja
pararel terhadap elemen struktur harus disediakan untuk setiap balok, girder
langsung keelemen tumpuannya atau ke pelat yang di desain bekerja sebagai
diafragma.
5. Desain pondasi
Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan
mengakomodasi pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain.
Sifat dinamis gaya, gerak tanah yang diharapkan, dasar desain untuk kekuatan dan
kapasitas disipasi energi struktur dan properti dinamis tanah harus disertakan dalam
penentuan kriteria pondasi.
Struktur bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai beraturan atau
tidak beraturan. Struktur yang tidak memenuhi ketentuan diatas ditetapkan sebagai
gedung tidak beraturan berdasarkan konfigurasi horizontal dan vertikal bangunan
gedung.
2.4.2.1 Ketidak beraturan horisontal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe ketidak
beraturan seperti yang terdaftar dalam tabel 10 harus dianggap mempunyai ketidak
beraturan struktur horisontal.
10
Tabel 2.1. Ketidakberaturan Horisontal Pada Struktur
Sumber : SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung
2.4.2.2 Ketidakberaturan vertikal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe ketidak
beraturan seperti dalam tabel harus dianggap mempunyai ketidak beraturan vertikal.
Struktur dirancang untuk kategori desain seismik sebagaimana tabel 2.2.
11
Tabel 2.2. Ketidakberaturan Vertikal Pada Struktur
Sumber : SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung
2.5.1 Pembebanan
Hal yang mendasar pada tahap pembebanan adalah pemisahan antara beban-beban
yang bersifat statis dan dinamis.
1. Beban Statis
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu
struktur. Beban statis juga diasosiasikan dengan beban-beban yang secara
perlahan-lahan timbul serta mempunyai variabel besaran yang bersifat tetap
(steady states). Dengan demikian, jika suatu beban mempunyai perubahan
2.5 Perencanaan Struktur Bangunan
12
intensitas yang berjalan cukup perlahan sedemikian rupa sehingga pengaruh
waktu tidak dominan, maka beban tersebut dapat dikelompokkan sebagai beban
statik (static load). Deformasi dari struktur akibat beban statik akan mencapai
puncaknya jika beban ini mencapai nilainya yang maksimum. Beban statis pada
umumnya dapat dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup dan beban khusus
adalah beban yang terjadi akibat penurunan pondasi atau efek temperatur.
a. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang
bersifat tetap. Beban mati pada struktur bangunan ditentukan oleh berat jenis
bahan bangunan.
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah
dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur terbagi menjadi 2, yaitu
beban mati akibat material konstruksi dan beban mati akibat komponen
gedung.
Tabel 2.3. Berat Sendiri Material Konstruksi
13
Tabel 2.4. Berat Sendiri Komponen Gedung
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur
untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban
hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.
Beban yang diakibatkan oleh hunian atau penggunaan (occupancy loads)
adalah beban hidup.
Tabel 2.5. Beban Hidup pada Struktur
14
Untuk Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup
dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan
bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal,
ditentukan sebagai berikut :
Untuk memenuhi kebutuhan air pada bangunan tinggi, biasanya
digunakan sistem tangki atap atau roof tank. Pada sistem ini air ditampung
terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan
atau di bawah muka tanah), kemudian dipompakan kesuatu tangki atas yang
biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan.
Pada sistem pasokan ke bawah (down feed) pompa digunakan untuk
mengisi tangki air diatas atap. Dengan sakelar pelampung, pompa akan
15
berhenti bekerja jika air dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya air dialirkan
dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Gambar 2.1. Down Feed (Pasokan ke Bawah)
Sumber : dokumen pribadi
Perhitungan perkiraan kebutuhan air dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran mengenai volume tangki penyimpanan air yang perlu disediakan
dalam suatu bangunan. Kebutuhan air dapat dihitung berdasarkan jumlah
standar pemakaian per hari per unit (orang, tempat tidur, tempat duduk, dan
lain-lain).Kebutuhan air per hari dapat dilihat pada tabel 2.6.
16
Tabel 2.6. Kebutuhan Air per Hari
No Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan
1 Rumah Tinggal 120 Liter/penghuni/hari
2 Rumah Susun 100¹ Liter/penghuni/hari
3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari
4 Rumah Sakit 500² Liter/Tempat tidur pasien/hari
5 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa/hari
6 SLTP 50 Liter/siswa/hari
7 SMU/SMK 80 Liter/siswa/hari
8 Ruko/Rukan 100 Liter/penghuni dan
pegawai/hari
9 Kantor / Pabrik 50 Liter/pegawai/hari
10 Toserba, Toko Pengecer 5 Liter/m²
11 Restoran 15 Liter/Kursi
12 Hotel Berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari
13 Hotel Melati/ Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari
14 Gd. Pertunjukan, bioskop 10 Liter/Kursi
15 Gd. Serba Guna 25 Liter/Kursi
16 Stasiun, Terminal 3 Liter/penumpang tiba dan pergi
17 Peribadatan 5 Liter/orang
(belum dengan air wudhu)
Sumber : hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000² Permen Kesehatan RI No :
986/Menkes/Per/Xl/1992
2. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah beban yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada
umumya, beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakterisitik
besaran dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban
dinamik ini juga akan berubah-ubah secara cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban
gempa dan beban angin.
17
a. Beban Gempa
Beban Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau
pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault
zone). Gempa yang terjadi di daerah patahan ini pada umumnya merupakan gempa dangkal
karena patahan umumnya terjadi pada lapisan bumi dengan kedalaman antara 15 sampai 50
km. Gerak tanah gempa rencana harus digunakan untuk menghitung perpindahan rencana
total sistem isolasi dan gaya gaya lateral serta perpindahan pada struktur dengan isolasi.
Gempa maksimum yang dipertimbangkan harus digunakan untuk menghitung perpindahan
maksimum total dari sistem isolasi.
1) Wilayah Gempa dan Spektrum Respons
Besar kecilnya beban gempa yang diterima suatu strukturtergantung pada lokasi
dimana struktur bangunan tersebut akan dibangun seperti terlihat pada Gambar Peta
Wilayah Gempa berikut.
Gambar 2.2. Peta Wilayah Gempa Indonesia
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur Bangunan Gedung (SNI1726-2012)
Harga dari faktor respon gempa (C) dapat ditentukan dari Diagram Spektrum
Gempa Rencana, sesuai dengan wilayah gempa dan kondisi jenis tanahnya untuk waktu
getar alami fundamental.
18
Gambar 2.3. Spektrum Respons
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
Tabel 2.7. Spektrum Respons Gempa Rencana
2) Faktor Keutamaan Gedung (I)
Faktor Keutamaan adalah suatu koefisien yang diadakan untuk memperpanjang
waktu ulang dari kerusakan struktur – struktur gedung yang relatif lebih utama, untuk
menanamkan modal yang relatif besar pada gedung itu. Waktu ulang dari kerusakan
struktur gedung akibat gempa akan diperpanjang dengan pemakaian suatu faktor
keutamaan. Faktor Keutamaan I menurut persamaan :
I = I1 x I2
Dimana, I1 adalah faktor keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa
berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur gedung,
sedangkan I2 adalah faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur gedung tersebut.Faktor-
faktor keutamaan I1, I2dan I ditetapkan menurut Tabel 2.8.
Wilayah
Gempa
Tanah Keras
Tc = 0,5 det.
Tanah Sedang
Tc = 0,6 det.
Tanah Lunak
Tc = 1,0 det.
Am Ar Am Ar Am Ar
1
2
3
4
5
6
0,10
0,30
0,45
0,60
0,70
0,83
0,05
0,15
0,23
0,30
0,35
0,42
0,13
0,38
0,55
0,70
0,83
0,90
0,08
0,23
0,33
0,42
0,50
0,54
0,20
0,50
0,75
0,85
0,90
0,95
0,20
0,50
0,75
0,85
0,90
0,95
19
Tabel 2.8. Faktor Keutamaan untuk Berbagai Gedung dan Bangunan
3) Daktilitas Struktur Gedung
Faktor daktilitas struktur gedung μ adalah rasio antara simpangan maksimum
struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat mencapai kondisi di ambang
keruntuhan δm dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama δy,
yaitu :
Pada persamaan ini, μ = 1,0 adalah nilai faktor daktilitasuntuk struktur bangunan
gedung yang berperilaku elastik penuh,sedangkan μm adalah nilai faktor daktilitas
maksimum yang dapatdikerahkan oleh sistem struktur bangunan gedung yang
bersangkutan
20
Tabel 2.9. Parameter Daktilitas Struktur Gedung
21
4) Pembatasan Waktu Getar
Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel,nilai waktu getar struktur
fundamental harus dibatasi. Dalam SNI 03-1726-2002 diberikan batasan sebagai berikut :
T < ξ n
dimana :
T = waktu getar stuktur fundamental
n = jumlah tingkat gedung
ξ = koefisien pembatas (tabel 2.10)
Tabel 2.10. Koefisien Pembatas
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
5) Jenis Tanah
Pengaruh gempa rencana di muka tanah harus ditentukan dari hasil analisis
perambatan gelombang gempa dari kedalaman batuan dasar ke muka tanah dengan
menggunakan gerakan gempa masukan dengan percepatan puncak untuk batuan dasar.
Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar di bawah permukaan tanah dari
kedalaman batuan dasar ini gelombang gempa merambat ke permukaan tanah sambil
mengalami pembesaran atau amplifikasi bergantung pada jenis lapisan tanah yang berada
di atas batuan dasar tersebut. Ada tiga kriteria yang dipakai untuk mendefinisikan batuan
dasar yaitu :
a) Standard penetrasi test (N)
b) Kecepatan rambat gelombang geser (Vs)
c) Kekuatan geser tanah (Su)
Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak, apabila
untuk lapisan setebal 30 m paling atas dipenuhisyarat-syarat yang terdapat dalam tabel 2.9.
22
Tabel 2.11. Jenis-Jenis Tanah
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur Bangunan Gedung(SNI 03-1726-2002)
Perhitungan nilai hasil Test Penetrasi Standar rata-rata ( N ) :
dimana :
ti = Tebal lapisan tanah ke-i
Ni = Nilai hasil Test Penetrasi Standar lapisan tanah ke-i
m = Jumlah lapisan tanah yang ada di atas batuan dasar
2.5.2 Perencanaan Beban
Struktur perlu diperhitungkan terhadap adanya kombinasi pembebanan dari
beberapa kasus pembebanan yang mungkin terjadi selama umur rencana. Menurut
Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung 1987, ada dua
kombinasi pembebanan yang perlu ditinjau pada struktur yaitu: Kombinasi pembebanan
tetap dan kombinasi pembebanan sementara. Kombinasi pembebanan tetap dianggap beban
bekerja secara terus-menerus pada struktur selama umur rencana. Kombinasi pembebanan
tetap disebabkan oleh bekerjanya beban mati dan beban hidup. Sedangkan kombinasi
pembebanan sementara tidak bekerja secara terus-menerus pada stuktur, tetapi
pengaruhnya tetap diperhitungkan dalam analisis struktur.
Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hidup,
dan beban gempa. Nilai-nilai tersebut dikalikan dengan suatu faktor beban, tujuannya agar
struktur dan komponennya memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap berbagai
kombinasi pembebanan.
Pada buku “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung”
SKSNI T-15-1991-03, disebutkan bahwa kombinasi pembebanan (U) yang harus
23
diperhitungkan pada perancangan struktur bangunan gedung yang sesuai dengan
perencanaan gedung antara lain :
1. Kombinasi Pembebanan (U) untuk menahan beban mati (D) paling tidak harus
sama dengan :
U = 1,4 D
Kombinasi Pembebanan U untuk menahan beban mati D, beban hidup L,dan juga
beban atap atau beban hujan, paling tidak harus sama dengan:
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Beban Atap atau Beban hujan)
2. Ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkandalam
perencanaan, maka nilai kombinasi pembebanan U harus diambil sebagai :
U = 1,2 D + 1,6 L ± 1,0 E (I/R)
atau
U = 0,9 D ± 1,0 E (I/R)
dimana:
D = Beban Mati L = Beban Hidup
R = Faktor Reduksi Gempa W = Beban Angin
I = Faktor Keutamaan Struktur E = Beban Gempa
Koefisien 1,0; 1,2; 1,6; 1,4 merupakan faktor pengali dari beban-beban tersebut
yang disebut faktor beban (load factor), sedangkan factor 0,5 dan 0,9 merupakan faktor
reduksi beban.
Untuk keperluan analisis dan desain dari suatu struktur bangunan gedung perlu
dilakukan analisis struktur dari portal dengan meninjau dua kombinasi pembebanan yaitu
pembebanan tetap dan pembebanan sementara.
Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau bekerja pada sistem struktur
portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban gempa lebih besar dibandingkan
beban angin. Beban gempa yang bekerja pada sistem struktur dapat berarah bolak-balik.
2.5.2.1 Faktor Reduksi Kekuatan Bahan (Strength Reduction Factors)
Faktor reduksi kekuatan bahan merupakan suatu bilangan yang bersifat mereduksi
kekuatan bahan, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling buruk jika pada saat
pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang ditetapkan sesuai standar bahan
yang ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. Besarnya faktor reduksi kekuatan bahan
24
2.6.1 Struktur Atas (Super Struktur)
2.6.1.1 Perencanaan Struktur Atap
Konstruksi atap berbentuk limasan digunakan profil ganda dengan alat sambung las
dan baut mutu BJ 37.
Analisis beban atap diperhitungkan terhadap beban mati, beban hidup, dan beban
angin. Analisis pembebanan berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Gedung. Sedangkan analisis gaya batang kuda-kuda dengan analisis tak tentu
menggunakan program SAP 2000.
1. Gording
a. Mendimensi gording
Gambar 2.4. Gording
Sumber : dokomunetasi pribadi
Pembebanan:
Beban mati (D)
D = q = berat sendiri profil (qs) + berat atap / genteng (qa)
Beban hidup (L) = p
Tekanan angin (w)
b. Momen yang terjadi akibat pembebanan
akibat muatan mati
2 sin α 8
1 My l q
yang digunakan tergantung dari pengaruh atau gaya yang bekerja pada suatu elemen
struktur sesuai SKSNI T-15-1991-03.
2.6 Rencana Struktur
25
akibat muatan hidup
akibat muatan angin hidup
- angin tekan
- angin hisap
c. Kontrol Kuat Tekan Lentur yang terjadi (SNI 2002)
Mu ≤ . Mn
Keterangan :
Mu : Kombinasi Beban Momen Terfaktor.
: Faktor Reduksi kekuatan.
Mn : Kekuatan Momen Nominal.
d. Kontrol lendutan (f) yang terjadi
keterangan notasi rumus kontrol tegangan dan lendutan
Mx : momen terhadap sumbu x-x
My : momen terhadap sumbu y-y
σx : tegangan arah sumbu x-x
σy : tegangan arah sumbu y-y
fx : lendutan arah sumbu x-x
fy : lendutan arah sumbu y-y
q : beban merata
l : bentang gording
E : modulus elastisitas baja (E = 2,0.106 kg/cm
2)
0,04α 0,028
1Mx lw
04,0 8
1My 2lw
lffff
lplqf
lplqf
5001ijin yx
48.E.Ix
y.
384.E.Ix
y.5.y
48.E.Iy
x.
384.E.Iy
x.5.x
22
34
34
2 cos α 4
1 Mx
x
l p
26
I : momen Inersia profil
wx : momen tahanan arah sumbu x-x
wy : momen tahanan arah sumbu y-y
2. Batang kuda-kuda
Desain kuda-kuda didesain dengan memperhatikan batasan-batasan sebagai
berikut dan untuk menghindari tekuk pada tahap pelaksanaan maupun akibat gaya
yang bekerja, kelangsingan maksimum batang harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
- Konstruksi utama tidak boleh lebih dari 150.
- Konstruksi sekunder tidak lebih dari 200.
- Angka kelangsingan (λ) = Lk / i mindimana :
Lk : panjang tekuk (m)
i min : jari-jari kelembaman minimum batang (m)
2.6.1.2 Perencanaan Pelat Lantai
Pelat lantai merupakan suatu konstruksi yang menumpu langsung pada balok dan
atau dinding geser. Pelat lantai dirancang dapat menahanbeban mati dan beban hidup
secara bersamaan sesuai kombinasi pembebanan yang bekerja di atasnya. Langkah-langkah
dalam perencanaan pelat adalah :
1. Menentukan syarat batas, tumpuan dan panjang bentang
2. Menentukan beban-beban yang bekerja pada pelat lantai
3. Menentukantebal pelat lantai.Berdasarkan buku “Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Gedung” ketebalan pelat yang digunakan tidak boleh kurang dari 120
mm. Jadi, tebal pelat lantai diambil sebesar t = 120 mm.
4. Menentukan kapasitas momen nominal (Mn) yang bekerja padapelat lantai.
5. Menentukan besarnya momen desain (Mu), yaitu dengan :
Mu = Ф Mn
dimana : Ф = faktor reduksi kekuatan
3bh12
1mini
27
a. Mencari tebal pelat
(tabel 9.1.a tebal minimum h) SNI 03-1728-2002
b. Penulangan plat
Penulangan pelat diperoleh melalui perhitungan momen dari perbandingan ly
dan lx..
dimana :
ly : lebar sisi panjang plat lantai (m)
lx : lebar sisi pendek plat lantai (m)
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut di atas, dari tabel didapat :
- Momen tumpuan
Mtx = - 0,001 . qu . lx2 . x
Mty = - 0,001 . qu . lx2 . x
- Momen lapangan
Mlx = - 0,001 . qu . lx2 . x
Mly = - 0,001 . qu . lx2 . x
(tabel 4.2.b pelat - umum) SNI 03-6814-2002.hal.26)
2.6.1.3 Perencanaan Balok
Untuk struktur balok direncanakan dengan mengacu pada SNI 03-6814-2002.
1. Perhitungan Balok
Balok berfungsi sebagai penyangga bangunan yang ada di atasnya, adalah
sebagai pelimpah beban kombinasi pada pelat dan atau atap. Beban pelat dalam
pelimpahannya dapat berupa sistem amplop yaitu berbentuk segitiga atau
trapesium.
tengahlapangan untuk x . 28
1h
tepilapanganuntuk x . 24
1h
min
min
l
l
pelatmomen tabelx
y
l
l
28
Gambar 2.5. Beban Pelat dengan Sistem Amplop
Sumber : dokumentasi pribadi
a. Syarat kelangsingan balok
(tabel 9.1.a tebal minimum h) SNI 03-1728-2002hal.130
b. Penulangan pada balok
Gambar 2.6. Penulangan Pada Balok
Sumber : dokumentasi pribadi
As : tulangan tarik (As = . b . d)
As’ : tulangan tekan
d : tinggi efektif penampang
d’ : jarak sengkang
x .pelat U . 2
1x lqq
x .pelat U . 2
1x lqq
h2
1b
terpanjang 16
1h min l
2
pscd'
φφ
29
dimana :
c : selimut beton
(c = 20 mm, untuk balok yang tidak langsung berhubungan dengan
cuaca/tanah).
(untuk balok yang berhubungan langsung dengan cuaca dan kondisi tanah
c = 40 mm, untuk tulangan < 16, sedangkan c = 50 mm, untuk tulangan
> 16).
s : diameter tulangan sengkang
p : diameter tulangan pokok
c. Perhitungan Tinggi Efektif Pada Balok
d = h – ( p + Øsengkang + 1/2 Øtulangan utama)
d’ = p + Øsengkang + 1/2 Øtulangan utama
dimana:
b = lebar balok (mm)
h = tinggi balok (mm)
d = tinggi efektif balok (mm)
p = tebal selimut beton (mm)
Ø = diameter tulangan (mm)
1) Rasio penulangan
(tabel 5.1.h mutu beton f’c30 1) SNI 03-6814-2002.)
2) Syarat pembatasan penulangan
syarat rasio tulangan : ρmin ≤ ρ ≤ ρmax
Perhitungan ρ max dan ρ min :
3) Perhitungan momen :
= * fy * (d – d’)
= Mn -
penulangan rasio tabelb.d
Mu2
fy
1,4min
fyx
cf
600
600
fy
'.10,85.b
b75,0max
30
4) Perhitungan ρ1 (rasio pembesian) :
As1 = ρ * b * d
Perhitungan tulangan utama :
As = As1 + As2
Dalam pelaksanaan dipasang tulangan tekan dimana ρ’ tidak boleh
melebihi dari 0,5 ρb (SNI 03-1728-2002). As’max = ρ’ . b . d
5) Mencari tulangan tumpuan
- Mencari jumlah tulangan yang dipasang
6) Mencari tulangan lapangan
- Mencari jumlah tulangan
Pada balok dipasang tulangan rangkap, dengan perbandingan
luas tulangan tekan (As’) dan luas tulangan tarik (As)
- Jumlah tulangan yang dipasang
Gambar 2.7. Pemasangan Tulangan Pokok Balok
Sumber : dokumentasi pribadi
A"."sebesar φdengan tulangan n"" dipasang . .
41
As2
0,5.As)(As'tekan tulangan jumlah0,5As'
Asδ
A"."sebesar φdengan tulangan n"" dipasang . .
41
As2
31
7) Perhitungan tulangan geser (sengkang)
Gambar 2.8. Bidang Momen Dan Bidang Lintang Akibat Gaya Geser
Sumber : dokumentasi pribadi
- Gaya geser
- Tegangan geser
- Tegangan geser beton yang diijinkan sesuai mutu beton (fc’)
Jika tegangan geser yang terjadi akibat beban (vu) lebih kecil dari
tegangan geser yang diijinkan ( vc) vu < vc, maka perlu dipasang
tulangan geser/sengkang pada balok.
Jika tegangan geser yang terjadi akibat beban (vu) lebih besar dari
tegangan geser yang diijinkan ( vc) vu > vc, maka tidak perlu dipasang
tulangan geser/sengkang pada balok.
- Tegangan geser yang dapat dipikul oleh beton dengan tulangan geser.
- Tegangan geser yang harus dipikul tulangan geser.
- Pendimensian balok.
jika vs< vsmaks dimensi balok rencana tidak perlu diperbesar
jika vs> vsmaksdimensi balok rencana perlu diperbesar
- Gaya geser yang dapat dipikul oleh beton.
MPaN/mmd . b
l .Vu u 2
2v
MPac' . 6
1 . 0,6c fv
MPac' . 3
2 . 0,6smaks fv
MPacus vvv
KNd . b . cVc v
KN .u . 2
1Vu lq
32
Gambar 2.9. Diagram Gaya Geser
Sumber : dokumentasi pribadi
keterangan :
Gaya geser pada balok, sebagian dipikul oleh kuat geser beton (Vc) dan
sisanya dipikul dipikul oleh tulangan geser (sengkang).
- Penentuan tulangan geser pada balok
Tulangan geser pada balok perlu dipasang sepanjang “y” dari tumpuan.
Resultante gaya yang bekerja di sepanjang “y”
Rv = (Vu – Vc) . y KN
Tulangan geser:
dimana : adalah faktor reduksi kekuatan untuk perhitungan geser ( =
0,6)
tulangan geser dipasang pada 2 sisi penampang balok
tulangan geser minimum :
2
min mmy . 3
y . b Av
f
2mmy .
Rv Av
fφ
Vc . L2
1y)L2
1( .Vu Vu
Vc
L2
1
yL2
1
Vu
Vu
y
1/2 L
Vc (KN)Vc (KN)
dipikul oleh beton
dipakai tulangan
Vu (KN)
y
Vc (KN)Rx
33
jika Av > Avmin pada balok dipasang tulangan geser (Av).
- Jumlah tulangan geser
n meter per geser tulanganJumlah
- Perhitungan Tulangan Torsi
Cek kemampuan beton menahan torsi
Jika,Tu < Tc, tidak perlu tulangan puntir
Tu ≥ Tc, perlu tulangan punter
- Cek Pengaruh Momen Puntir (Tu)
Kategori komponen struktur non-prategang:
(pengaruh puntir dapat diabaikan)
Acp = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton mm2
Pcp = keliling luar penampang beton mm
- Menghitung Properti Penampang
Keterangan:
x1 = jarak antar pusat tulangan sengkang dalam arah sumbu x mm
y1 = jarak antar pusat tulangan sengkang dalam arah sumbu y mm
cmn
100 s kanggeser/sengngan Jarak tula
mm y
Av
2
1 balok padameter per geser tulangan
mm y
Av balok padameter per geser tulangan
2
2
Pcp
Acp x
12
.' 2cfTc
A
Ay
Av.
2
1
34
Aoh = luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang
terluar mm2
Ao = 0,85×Aoh=dalam satuan mm2
d = jarak dari serat tekan terluar beton ke pusat tulangan tarik mm
Ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar mm
- Cek Penampang Balok
Kategori penampang solid:
(Penampang Memenuhi)
Dimana :
- Menentukan Torsi Transversal
Dimana Ø : 0,85
Ө : (Berdasarkan SNI Beton Bertulang (13.6.3.6))
(dalam satuan ⁄mmuntuk 1 kaki dari sengkang)
- Menghitung Tulangan Torsi Longitudinal
Syarat :
Dengan ketentuan Tulangan Longitudinal tambahan untuk
menahan puntir harus didistribusikan di sekeliling parimeter sengkang
Tu
Tn
cot..A . 2 o yv
n
f
T
s
At
35
tertutup dengan spasi tidak melebihi 300 mm, dengan posisi berada di
dalam sengkang (SNI Beton Bertulang 2002-13.6.6.2)
2.6.1.4 Perencanaan Kolom
Kolom adalah suatu elemen tekan dan merupakan struktur utama dari bangunan
yang berfungsi untuk memikul beban vertikal yang diterimanya.Pada umumnya kolom
tidak mengalami lentur secara langsung.
Gambar 2.10. Jenis Kolom Beton Bertulang
Kolom beton bertulang secara garis besar dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
1. Blok tekan pendek
2. Kolom pendek
3. Kolom panjang atau langsing
Berdasarkan Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, kuat
tekan rencana dari komponen struktur tekan tidak boleh diambil lebih besar dari ketentuan
berikut:
Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan spiral atau komponen
struktural tekan komposit.
ФPn (max) = 0,85 Ф [0,85 x f’c (Ag - As) + fy x As]
1. Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan pengikat.
ФPn (max) = 0,80 Ф [0,85 x f’c (Ag - As) + fy x As]
36
Kolom panjang atau langsing merupakan salah satu elemen yang perlu
diperhatikan. Proses perhitungannya didasari oleh konsep perbesaran momen.
Momen dihitung dengan analisis rangka biasa dan dikalikan oleh faktor perbesaran
momen yangberfungsi sebagai beban tekuk kritis pada kolom. Parameter yang
berpengaruh dalam perencanaan kolom beton bertulang panjang adalah :
a. Panjang bebas (Lu) dari sebuah elementekan harusdiambil sama dengan jarak
bersih antara pelat lantai, balok, atau komponen lain yang mampu
memberikantahanan lateral dalam arah yang ditinjau. Bila terdapatkepala
kolom atau perbesaran balok, maka panjang bebasharus diukur terhadap posisi
terbawah dari kepala kolomatau perbesaran balok dalam bidang yang ditinjau.
b. Panjang efektif (Le) adalah jarak antara momen-momen nol dalam kolom.
Prosedur perhitungan yang digunakan untuk menentukan panjang efektif dapat
menggunakan kurva alinyemen. Untuk menggunakan kurva alinyemen dalam
kolom, faktor Ψ dihitung pada setiap ujung kolom.
Gambar 2.11. Panjang Efektif Kolom Tumpuan Jepit dan Sendi
37
Gambar 2.12. Kurva Alinyemen untuk Portal Tak Bergoyang dan Portal Bergoyang
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung(SNI 03-1726-2002)
Selain itu, nilai k untuk portal bergoyang juga dapat dihitung melalui
persamaan :
Dengan ѱ m merupakan rata-rata ѱ A dan ѱ B
Untuk pembahasan kolom ini, perlu dibedakan antara portal tidak
bergoyang dan portal bergoyang. Suatu struktur dapat dianggap rangka portal
bergoyang jika nilai indeks stabilitas (Q) > 0,05.
dimana :
Pu = Beban Vertikal
Vu = Gaya geser lantai total pada tingkat yang ditinjau
Δo = Simpangan relatif antar tingkat orde pertama
Lc = Panjang efektif elemen kolom yang tertekan
38
Properti yang digunakan untuk menghitung pembesaran momen yang
nantinya akan dikalikan dengan momen kolom, diantaranya adalah :
a. Modulus elastisitas ditentukan dari rumus berikut:
Ec = 0,043 (MPa)
Untuk wc antara 1500 dan 2500 kg/m3 atau 4700 untuk beban normal.
b. Momen inersia dengan Ig = momen inersia penampang brutoterhadap sumbu
pusat dengan mengabaikan penulangan :
Tabel 2.10. Momen Inersia Elemen Struktur
Dalam portal bergoyang untuk setiap kombinasi pembebanan perlu menentukan
beban mana yang menyebabkangoyangan cukup berarti (kemungkinan beban lateral) dan
mana yang tidak. Momen ujung terfaktor yang menyebabkan goyangan dinamakan M1s
dan M2s, dan keduanya harus diperbesar karena pengaruh PΔ. Momen ujung lain yang
tidak menyebabkan goyang cukup berarti adalah M1ns dan M2ns. Momen ini ditentukan
dari analisis orde pertama dan tidak perlu diperbesar. Pembesaran momen δsMs dapat
ditentukan dengan rumus berikut :
dimana:
Pu = beban vertikal dalam lantai yang ditinjau
Pc = beban tekuk Euler untuk semua kolom penahan goyangan
dalam lantai tersebut, dicari dengan rumus:
)( 2
ukl
EIPc
39
Sehingga momen desain yang digunakan harus dihitung dengan
rumus :
= ns + δs s
= ns + δs s
Terkadang titik momen maksimum dalam kolom langsing dengan beban aksial
tinggi akan berada di ujung – ujungnya, sehingga momen maksimum akan terjadi pada
suatutitik di antara ujung kolom dan akan melampaui momen ujungmaksimum lebih dari
5%. Hal ini terjadi bila :
untuk kasus ini, momen desain ditentukan dengan rumus berikut:
Mc = δns ( ns + δs s)
Selain itu, portal bergoyang mungkin saja menjadi tidak stabil akibat adanya beban
gravitasi, sehingga harus dilakukan kontrol terhadap ketidakstabilan beban gravitasi. Portal
menjadi tidak stabil akibat gravitasi apabila δs > 2,5 sehingga portal harus
diperkaku.Elemen kolom menerima beban lentur dan bebanaksial, menurut SNI 03-1728-
2002untukperencanaan kolom yang menerima beban lentur dan bebanaksial ditetapkan
koefisien reduksi bahan 0,65 sedangkanpembagian tulangan pada kolom (penampang segi
empat) dapat dilakukan dengan:
a) Tulangan dipasang simetris pada dua sisi kolom (two faces)
b) Tulangan dipasang pada empat sisi kolom (four faces)
Pada perencanaan gedung perkantoran ini digunakan perencanaan kolom dengan
menggunakan tulangan pada empat sisi kolom (four faces).
Perhitungan gaya-gaya dalam berupa momen, gaya geser, gaya normal maupun
torsi pada kolom. Dari hasil output gaya-gaya dalam tersebut kemudian digunakan untuk
menghitung kebutuhantulangan pada kolom.
Penulangan dalam kolom juga merupakan salah satu faktor yang ikut membantu
komponen beton dalam mendukung beban yang diterima. Penulangan pada kolom dibagi
menjadi tiga jenis, diantaranya adalah :
.`
35
Agcf
Pur
Lu
40
1. Tulangan Utama Kolom
Tulangan utama (longitudinal reinforcing) merupakantulangan yang ikut
mendukung beban akibat lentur (bending). Pada setiap penampang dari suatu
komponen struktur luas,tulangan utama tidak boleh kurang dari :
As min = <As min =
Dimana :
As = luas tulangan utama
fc’ = tegangan nominal dari beton
fy = tegangan leleh dari baja
b = lebar penampang
d = tinggi efektif penampang
Luas tulangan utama komponen struktur tekan non komposit tidak boleh
kurang dari 0.01 ataupun lebih dari 0.08kali luas bruto penampang Ag.Jumlah
minimum batangtulangan utama pada komponen struktur tekan dalam sengkang
pengikat segiempat atau lingkaran adalah 4 batang.
2. Tulangan Geser Kolom
Tulangan geser (shear reinforcing) merupakan tulangan yang ikut
mendukung beban akibat geser (shear). Jenis tulangan geser dapat berupa :
a. Sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur
b. Jaring kawat baja las dengan kawat – kawat yang dipasang tegak lurus terhadap
sumbu aksial komponen struktur
c. Spiral, sengkang ikat bundar atau persegi
Gambar 2.13. Jenis Sengkang Pengikat
41
Berdasarkan Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung,
perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada :
Ø Vn ≥ Vu
Vn = Vc+ Vs
keterangan :
Vc= Gaya geser nominal yang disumbangkan oleh beton (N)
Vs = Gaya geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser (N)
Vu = Gaya geser ultimate yang terjadi (N)
Vn = , dimana Ø = 0,75
Kuat geser maksimum untuk komponen struktur (SNI 03-2847-2002 pasal
13.3.2.2) yaitu:
Vc = 0,3. .b.d.
Vs = . .b.d.
dimana :
Vn = kuat geser nominal (N)
Ø = faktor reduksi
f’c = kuat tekan beton (MPa)
b = lebar penampang kolom (mm)
d = tinggi efektif penampang kolom (mm)
Nu = gaya aksial yang terjadi (N)
Agr = luas penampang kolom (mm2)
Jika :
(Vn – Vc) <Vs , maka penampang cukup
(Vn – Vc) ≥ Vs , maka penampang harus diperbesar
Vu < Ø Vc , maka tidak perlu tulangan geser
Vu ≥ Ø Vc , maka perlu tulangan geser
Jika tidak dibutuhkan tulangan geser, maka digunakan tulangan geser minimum
(Av) permeter. Luas tulangan geser minimum untuk komponen struktur non prategang
dihitung dengan :
Av min = <Av =
dengan demikian diambil Av terbesar, jarak sengkang dibatasi sebesar .
42
2.6.1.5 Perencanaan Tangga
Semua tangga direncanakan dengan menggunakan tipe K dengan pelat miring
sebagai ibu tangga. Perhitungan optrede dan antrede tangga menggunakan rumus :
2 x optrede + antrede = 61 cm s/d 65 cm
keterangan :
optrede : langkah tegak
antrede : langkah datar
sudut tangga (α) = arc tan (x/y)
jumlah anterde = A
jumlah optred = O = A + 1
Analisa gaya yang bekerja pada tangga dengan menggunakan program SAP2000
sedangkan desain struktur sama dengan desain pelat dan balok sekunder.
2.6.1.6 Perencanaan Penyalur Petir Untuk Bangunan Gedung
Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan adanya instalasi penyalur petir
ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang ditimbulkan bila
bangunan tersebut tersambar petir.
Besarnya kebutuhan tersebut dapat ditentukan secara empiris berdasarkan indeks-
indeks yang menyatakan faktor-faktor tertentu, sedangkan pada tabel 7 merupakan
penjumlahan dari indeks-indeks yang dipilih dari tabel sebelumnya, dimana hasil
penjumlahan tersebut (R) merupakan indeks-indeks perkiraan bahaya akibat sambaran
petir
jadi : R = A + B + C + D + E
Jelas bahwa semakin besar R, semakin besar pula bahaya serta kerusakan yang
timbul oleh sambaran petir, berarti semakin besar pula kebutuhan bangunan tersebut akan
adanya sistem penangkal petir.
Pada tabel-tabel tersebut diperoleh :
- Macam penggunaan bangunan diperoleh indeks : 2
- Konstruksi bangunan diperoleh indeks : 2
- Tinggi bangunan diperoleh indeks : 4
- Situasi bangunan diperoleh indeks : 0
- Hari guntur per tahun diperoleh indeks : 5
43
2.6.2 Struktur Bawah (Sub Stucture)
Untuk Perencanaan Struktur Gedung Fakultas Pertanian Universitas Semarang,
dilakukan penyelidikan tanah meliputi pekerjaan Booring, Conus Penetration Test, Sievee
Analysis dan Direct Shear Test.
2.6.2.1 Daya dukung tanah
Daya dukung (Bearing Capacity) adalah kemampuan tanah untuk mendukung
beban gedung dari segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya tanpa terjadi
keruntuhan geser.
Daya dukung batas (Ultimate Bearing Capacity) adalah daya dukung terbesar dari
tanah, biasanya diberi simbol qult. Besarnya daya dukung yang diijinkan sama dengan daya
dukung dibagi dengan angka keamanan (Wesley L.D. 1997. Mekanika Tanah. Badan
Penerbit PU. Jakarta), rumusnya adalah :
dimana :
qa : daya dukung yang diijinkan
qult : daya dukung terbesar dari tanah
FK : angka keamanan
Dengan menggunakan kelompok tiang pancang (pile group) sehingga digunakan
rumus Tarzaghi untuk menghitung daya dukung tanah :
2.6.2.2 Tegangan kontak
Tegangan kontak yang bekerja di bawah pondasi akibat beban struktur di atasnya
(upper structure) diberi nama tegangan kontak (contact pressure).
Menghitung tegangan kontak memakai persamaan sebagai berikut :
................(1)
Dari persamaan (1) apabila yang bekerja adalah beban aksial saja dan tepat pada
titik beratnya maka persamaan (1) menjadi persamaan (2), yaitu :
................(2)
Nγ . B . γ. 0,4Nq . γ. DfNc . C . 1,3ultq
Ix
y .My
Iy
x.Mx
A
Qσ
A
Qσ
FKa ultq
q
44
dimana :
σ :tegangan kontak (kg/cm2)
Q :beban aksial total (ton)
A :luas bidang pondasi (m2)
Mx, My : momen total sejajar respektif terhadap sumbu x dan
sumbu y (tm)
x, y : jarak dari titik berat pondasi ke titik dimana tegangan kontak
dihitung sepanjang respektif sumbu x dan sumbu y (m).
Ix, Iy :momen Inersia respektif terhadap sumbu x dan sumbu y(m4).
Gambar 2.14. Tegangan Kontak Akibat Beban Aksial
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pengertian tegangan kontak ini akan sangat berguna terutama didalam penentuan
faktor keamanan (S.F / Safety Factor).
Secara umum faktor keamanan didefinisikan sebagai berikut :
Hubungan antara keduanya dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan
dimana :
- S.F = 1, artinya tegangan kontak sama dengan kapasitas daya dukung (bearing
capacity).
- S.F > 1, artinya tegangan kontak lebih dari mobilisasi kapasitas daya dukung.
Lapis tanah dapat menerma beban.
kontaktegangan
dukung daya kapasitas
beban
kapasitasS.F
45
- S.F < 1, artinya tegangan kontak lebih besar dari mobilisasi kapasitas daya
dukung.lapis tanah tidak dapat menerima beban.