bab ii tinjauan pustaka 2.1 proyek konstruksi - bab ii... · - manajemen dibutuhkan, terutama untuk...

30
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Kegiatan proyek konstruksi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu untuk menghasilkan produk yang kiteria mutu telah digariskan dengan jelas. Dalam perkembangan proyek konstruksi untuk saat ini menjadi semakin kompleks sehubungan dengan standar-standar baru, teknologi canggih, material yang inovatif, harga kompetitif, dan keinginan pemilik proyek untuk melakukan penambahan ataupun perubahan lingkup pekerjaan. Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangkan waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu prosesmengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan (Ervianto 2005) yaitu: 1. Bangunan Gedung Yang termasuk bangunan gedung adalah rumah, kantor, pabrik, dan lain- lain. Adapun ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah: - Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal - Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit dan kondisi pondasi sudah diketahui - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil Yang termasuk bangunan sipil adalah jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Adapun ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

Upload: phungminh

Post on 27-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Kegiatan proyek konstruksi secara umum dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan

alokasi sumber daya tertentu untuk menghasilkan produk yang kiteria mutu telah

digariskan dengan jelas. Dalam perkembangan proyek konstruksi untuk saat ini

menjadi semakin kompleks sehubungan dengan standar-standar baru, teknologi

canggih, material yang inovatif, harga kompetitif, dan keinginan pemilik proyek

untuk melakukan penambahan ataupun perubahan lingkup pekerjaan.

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu

kali dilaksanakan dan umumnya berjangkan waktu pendek. Dalam rangkaian

kegiatan tersebut, terdapat suatu prosesmengolah sumber daya proyek menjadi

suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian

kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

2.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan

(Ervianto 2005) yaitu:

1. Bangunan Gedung

Yang termasuk bangunan gedung adalah rumah, kantor, pabrik, dan lain-

lain. Adapun ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

- Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal

- Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relative sempit dan kondisi

pondasi sudah diketahui

- Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.

2. Bangunan Sipil

Yang termasuk bangunan sipil adalah jalan, jembatan, bendungan, dan

infrastruktur lainnya. Adapun ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

5

- Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar

berguna bagi kepentingan manusia

- Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi

pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek

- Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

2.3 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proyek Konstruksi

Pihak-pihak yang terlibat dalam rangkaian proses industry konstruksi yang

relatif panjang mulai dari tahap pra studi kelayakan (pre feasibility study) sampai

dengan penyerahan hasil pekerjaan dapat dibagi atas:

1. Pemilik Proyek (Owner) atau Pemberi Tugas

Pemilik proyek (owner) adalah orang atau badan usaha yang

memprakarsai, mendanai, dan mempunyai bangunan yang akan

dilaksanakan dalam proses kegiatan suatu proyek konstruksi.

2. Kontraktor

Kontraktor adalah seseorang atau badan usaha yang ditugasi oleh pemilik

proyek atau lembaga tertentu yang diberi wewenang secara professional

untuk bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang telah disepakati.

Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan

barang dan jasa, maka kontraktor-kontraktor di Indonesia dibagi menjadi:

a. Grade 2 yaitu kontraktor yang melaksanakan pekerjaan sampai dengan

Rp. 100.000.000,00.

b. Grade 3 yaitu kontraktor yang dapat melaksanakan pekerjaan dari Rp.

100.000.000,00 s/d Rp. 400.000.000,00.

c. Grade 4 yaitu kontraktor yang dapat melaksanakan pekerjaan dari Rp.

400.000.000,00 s/d Rp. 1.000.000.000,00.

d. Grade 5 yaitu kontraktor yang dapat melaksanakan pekerjaan dari Rp.

1.000.000.000,00 s/d Rp. 10.000.000.000,00.

e. Grade 6 yaitu kontraktor yang dapat melaksanakan pekerjaan dari Rp.

3.000.000.000,00 s/d Rp. 25.000.000.000,00.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

6

f. Grade 7 yaitu kontraktor yang dapat melaksanakan pekerjaan di atas

Rp. 10.000.000.000,00.

3. Konsultan

Konsultan adalah perorangan atau perusahaan yang memiliki keahlian,

kecakapan, dan tersedia bagi yang memerlukan (klien) dengan imbalan

sejumlah upah, dengan tugas memberikan nasehat, pengawasan,

perencanaan, pelayanan atau pelatihan tentang hal yang berkaitan dengan

bidang pengetahuan yang dikuasainya.

2.4 Kontrak Konstruksi

2.4.1 Definisi Kontrak

Kontrak adalah ikatan perjanjian antara dua pihak, pihak pertama (pemberi

tugas) memberikan tugas pada pihak kedua (penerima tugas) dan pihak kedua

menerima tugas tersebut untuk melaksanakan pekerjaan atau pengadaan barang.

Pihak pertama berjanji akan membayar sejumlah biaya yang telah disetujui

bersama atas pekerjaan atau pengadaan barang yang telah diselesaikan.

Adapun pengertian kontrak dari beberapa sumber adalah:

1. Kontrak adalah perikatan antara pengguna barang/jasa dengan penyedia

barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa (Keppres No. 80

tahun 2003).

2. Kontrak engineering, pengadaan dan konstruksi adalah dokumen yang

memuat persetujuan bersama secara sukarela, yang mempunyai kekuatan

hukum, dimana pihak kesatu berjanji untuk memberikan jasa dan

menyediakan material untuk membangun proyek bagi pihak kedua,

sedangkan pihak kedua berjanji membayar sejumlah uang sebagai imbalan

untuk jasa dan material yang telah digunakan (Soeharto, 1997).

3. Kontrak konstruksi adalah perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan

penyedia jasa mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi (Yasin,

2003).

2.4.2 Jenis-Jenis Kontrak

Pada industri jasa konstruksi ada bermacam-macam bentuk kontrak, tapi

disarankan lebih baik mengikuti bentuk kontrak standar dengan kondisi umum

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

7

yang sudah dikenal. Ditinjau dari segi pembayaran atau imbalan kepada

kontraktor maka suatu kontrak konstruksi dapat dibagi dalam 4 kategori

(Soeharto, 1997):

1. Fixed Price Contract atau Lumpsum Contract

Yaitu suatu jenis kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh

pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan

tetap. Semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian

pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.

2. Unit Price Contract

Yaitu suatu jenis kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh

pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dimana harga-harga satuan dari

pekerjaan sudah ditentukan sebelumnya dan mempunyai harga yang tetap

untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu yang

volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara. Biaya total bagi

pemilik akan bervariasi dengan kuantitas nyata dari satuan-satuan

pekerjaan yang telah dilaksanakan. Volume pekerjaan dihitung sesuai

dengan volume pelaksanaan, jika ada selisih dengan volume kontrak maka

dimasukkan dalam amandemen kontrak sebagai pekerjaan tambah atau

pekerjaan kurang.

3. Kontrak Borongan Sistem Terima Jadi (Turn Key)

Yaitu kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas penyelesaian

seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti

dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan

utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan

kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

4. Kontrak Borongan Sistem Persentase

Yaitu kontrak pelaksanaan jasa konstruksi di bidang konstruksi atau

pekerjaan borongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan

menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan

fisik konstruksi/pemborongan tersebut.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

8

2.5 Organisasi Proyek

Pengertian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah bersatunya

kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi dan

berfungsi untuk mempertemukan menjadi satu tujuan. Sehingga struktur

organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang

melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama dengan

kemampuan dan keahlianya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan sesuai

yang direncanakan. Dengan adanya organisasi kerja yang baik diharapkan akan

memberikan hasil efisien, tepat waktu serta dengan kualitas tinggi. Untuk

mengoptimalkan proses mengorganisir proyek maka dilakukan diferensiasi

pekerjaan, yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan.

2. Mengelompokkan pekerjaan.

3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan.

4. Mengetahui wewenang dan tanggumg jawab, serta melakukan pekerjaan.

5. Menyusun mekanisme koordinasi.

Adapun bentuk struktur organisasi proyek secara umum yang dapat dilihat

pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Proyek

(Sumber : Departemen PU.1998. Manajemen Konstruksi)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

9

2.6 Manajemen Proyek Konstruksi

Manajemen proyek adalah suatu cara/metode untuk mencapai suatu hasil

dalam bentuk bangunan, infrastruktur dengan menggunakan sumber daya yang

secara efektif melalui tindakan-tindakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,

dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk

menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu

(Ervianto, 2005).

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau

mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil

optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian

tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang

digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu

diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu, pengawasan biaya dan pengawasan

waktu pelaksanaan. Ketiga pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang

bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan

dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah

ditetapkan.

Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena

mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan

akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Tahapan kegiatan tersebut

pada umumnya dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan

dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.

Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi

sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Soeharto, 1997).

2. Pengorganisasian (organizing)

Organisasi merupakan alat yang vital dalam pengendalian dan pelaksanaan

proyek. Organisasi proyek dikatakan berhasil jika mampu mengendalikan

tiga hal utama yaitu mutu, waktu dan biaya. Suatu organisasi mempunyai

ciri-ciri adanya sekelompok orang yang bekerja sama atas dasar hak,

kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Dalam organisasi suatu

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

10

proyek dijelaskan batasan-batasan tugas dan tanggung jawab sesuai

dengan kedudukan dan fungsi masing-masing. Dengan adanya batasan-

batasan tersebut dapat dihindari adanya tumpang tindih tugas, maupun

pelemparan tanggung jawab, sehingga semua permasalahan yang timbul

dapat ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu dan tuntas.

3. Pelaksanaan (execution)

Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di

lapangan dalam rangka mewujudkan bangunan yang akan dibangun.

Dalam kegiatan pelaksanaan ini, hubungan kerja antara unsur-unsur

pelaksana pembangunan perlu diatur sehingga masing-masing unsur dapat

bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu tunduk dan taat kepada

peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama.

4. Pengawasan (controlling)

Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan

pekerjaan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

Untuk keperluan ini tugas pengawas sangat penting terutama dalam

pembimbingan dan pengarahan pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari

pelaksanaan pembangunan pada umumnya ditentukan oleh hasil kegiatan

pengawasan.

2.7 Manajemen Biaya

Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan

pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang

harus ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Oleh

karena itu, biaya proyek perlu dikelola dengan baik sehingga kemungkinan

terjadinya pembengkakan biaya bisa diminimumkan (Dipohusodo,1996).

2.7.1 Biaya Proyek

Biaya proyek adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan

dalam menyelesaikan suatu proyek. Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor

biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah

investasi besar yang harus ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

11

kegagalan (Dipohusodo,1996). Secara garis besar biaya proyek dapat dibagi

menjadi dua yaitu :

1. Biaya Langsung (direct cost)

Biaya langsung merupakan biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi

komponen permanen hasil akhir proyek (Soeharto, 1997). Biaya langsung

terdiri dari biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi

ataupun suatu proyek tertentu, antara lain:

a. Biaya bahan/material

b. Upah buruh

c. Biaya peralatan

d. Biaya subkontraktor

2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi dan

pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak

akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam

rangka proses pembangunan proyek (Soeharto, 1997).

Biaya tidak langsung terdiri dari:

a. Biaya overhead

b. Biaya tak terduga

c. Keuntungan/profit

d. Penalti/bonus

Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai

biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan. Biaya

langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya proyek,

sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini perlu

diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah

sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan

dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka

makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Soeharto, 1997).

2.7.2 Perkiraan Biaya Proyek (Cost estimate)

Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam menyelenggarakan

proyek. Pada taraf pertama digunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

12

diperlukan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya memiliki fungsi

untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga

kerja, pelayanan maupun waktu. Meskipun kegunaannya sama, namun untuk

masing-masing organisasi peserta proyek penekanannya berbeda-beda. Bagi

pemilik (owner), angka yang akan menunjukan jumlah perkiraan biaya yang akan

menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. Untuk

kontraktor, keuntungan finansial angka diperoleh dari seberapa jauh manajemen

membuat rencana anggaran biaya.

Apabila penawaran harga yang diajukan dalam proses lelang terlalu tinggi,

kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan

dalam proses lelang tersebut. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga

yang terlalu rendah akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan proyek.

Sedangkan untuk konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik (owner)

sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai

perkembangan proyek sampai derajat tertentu, kredibilitas terkait dengan

kebenaran atau ketetapan angka-angka yang diusulkan.

Definisi perkiraan biaya menurut National Estimating Society-USA yang

dikutip dari buku Manajemen Proyek yang ditulis oleh (Soeharto, 1997) adalah

seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang

diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia

pada waktu itu.

Perkiraan biaya berhubungan erat dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan

yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan

dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain

menyusun biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan, dan mengadakan

perkiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya

menitik beratkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang

akan dipakai sebagai masukan.

2.7.3 Pengendalian Biaya Proyek (Cost Control)

Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan

biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

13

dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian,

aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan perencanaan biaya,

sehingga berbagai jenis kegiatan di lapangan harus selalu dipantau dan

dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran yang telah

ditentukan.

Pengendalian biaya bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa

yang telah direncanakan, yaitu sesuai dengan anggaran. Hal ini antara lain

diusahakan dengan jalan menumbuhkan suasana yang mendukung sebagai syarat

terciptanya maksud pengendalian di lingkungan proyek dengan cara-cara

(Soeharto, 1997):

1. Menciptakan sikap sadar akan anggaran. Ini berarti meminta semua pihak

penyelenggara proyek menyadari bagaimana dampak kegiatan yang

dilakukan terhadap biaya.

2. Meminimalkan biaya proyek dengan melihat kegiatan-kegiatan apa saja

yang biayanya bisa dihemat.

3. Mengkomunikasikan pada semua pihak, pemimpin maupun pelaksana,

perihal kinerja pemakaian dana dan menekankan potensi adanya area-area

yang rawan guna tindakan koreksi.

2.8 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun)

Proyek konstruksi merupakan proses dimana rencana atau desain dan

spesifikasi para perencana dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik.

Proses ini melibatkan organisasi dan koordinasi dari semua sumber daya proyek

seperti tenaga kerja, peralatan konstruksi, material-material permanen dan

sementara, sulpai dan fasilitas, dana, teknologi, metode dan waktu untuk

menyelesaikan proyek tepat waktu sesuai anggaran, standar kualitas serta sesuai

dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesifikasikan oleh perencana.

Semakin besar ukuran suatu proyek berarti semakin banyak masalah yang harus

dihadapi. Apabila masalah tersebut tidak ditangani dengan benar maka akan

mengakibatkan dampak yang salah satunya berupa pembengkakan biaya (cost

overrun) (Dipohusodo, 1996).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

14

Pada dasarnya dalam pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai

proyek yang mengalami pembengkakan biaya maupun keterlambatan waktu

penyelesaian. Pembengkakan biaya pada tahap pelaksanaan proyek sangat

tergantung pada perencanaan, koordinasi, dan pengendalian dari kontraktor serta

bergantung pada estimasi anggaran biaya, sehingga pembangunan suatu proyek

yang sesuai dengan tipe konstruksi dibutuhkan keahlian, pengetahuan, dan

pengalaman baik perencanaan, manajer konstruksi maupun kontraktor.

Tipe proyek bangunan komersial (kompleks perumahan, apartemen,

bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, kompleks ruko, perhotelan) maupun

bangunan fasilitas umum (gedung sekolah, gedung pemerintahan, sarana rekreasi,

pasar, dan terminal) lebih sering mengalami pembengkakan biaya (cost overrun),

dibandingkan dengan bangunan industry (Santoso, 2010). Agar nilai

pembengkakan bisa diperkecil pada proyek maka perlu mengetahui penyebab

dominan terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) dari segi perencanaan dan

pelaksanaan, koordinasi sumber daya, pengendalian keuangan dan waktu.

Suatu proyek dikatakan mengalami pembengkakan biaya apabila

pengeluaran biaya proyek melebihi anggaran biaya proyek yang direncanakan

sesuai dengan nilai kontrak (Soeharto, 1997). Pembengkakan biaya dapat terjadi

akibat kesalahan yang terjadi pada setiap bagian dari tahapan kegiatan konstruksi.

Hal-hal yang menjadi permasalahan, antara lain (Dipohusodo, 1996):

1. Tahap pengembangan konsep

a. Wawasan yang sempit tentang arti dan hakekat perencanaan di bidang

konstruksi.

b. Ketika kemampuan mengungkap fakta-fakta keadaan di lokasi proyek

seperti lokasi proyek dan cuaca daerah setempat.

c. Tidak lancarnya komunikasi antar anggota tim proyek dalam

menyusun konsep dan kriteria rencana pelaksanaan proyek.

2. Tahap perencanaan

a. Kelalaian dalam perencanaan

b. Menggunakan teknik estimasi yang buruk.

c. Kegagalan mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.

d. Kegagalan menafsir resiko-resiko yang dapat terjadi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

15

e. Kesalahan dalam mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja.

f. Kesalahan dalam perhitungan jangka waktu proyek yang dibutuhkan.

3. Tahap pelelangan

a. Kesalahan dalam menggunakan system pelelangan.

b. Kurang cermat dan telitinya teknik penawaran.

c. Persetujuan penawaran yang terlalu cepat.

d. Menentukan batas biaya penawaran yang tidak cermat.

4. Tahap pelaksanaan konstruksi

a. Harga material yang terlalu tinggi.

b. Kesalahan dimensi/ukuran pekerjaan dalam peleksanaan.

c. Produktivitas tenaga kerja yang rendah.

d. Kesalahan dalam memilih jenis alat.

e. Spesifikasi bahan yang tidak cocok.

f. Pengiriman bahan yang terlambat.

2.8.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembengkakan Biaya pada

Proyek Konstruksi

Dari penjelasan diatas mengenai permasalahan-permasalahan yang dapat

terjadi pada penyelenggaraan proyek konstruksi, maka Darmawan (2004)

menggolongkan permasalah tersebut diatas menjadi beberapa faktor penyebab

terjadinya pembengkakan biaya pada proyek kontruksi, yaitu:

1. Perencanaan

2. Estimasi biaya

3. Material

4. Aspek keuangan proyek

5. Tenaga kerja

6. Waktu pelaksanaan

7. Peralatan

8. Hubungan kerja

Beberapa hal yang mempengaruhi setiap faktor tersebut akan diterangkan

sebagai berikut:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

16

1. Perencanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah kelalaian dalam perencanaan, kesalahan dalam

memperhitungkan jangka waktu proyek yang dibutuhkan, kesalahan dalam

mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja, serta kegagalan dalam

mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.

2. Estimasi biaya, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya antara lain adalah data dan informasi proyek yang

kurang lengkap, ketidaktepatan estimasi, tidak memperhitungkan biaya tak

terduga, dan tidak memmperhatikan faktor resiko pada lokasi, serta tidak

memperhitungkan kondisi ekonomi umum.

3. Aspek keuangan proyek, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya antara lain cara pembayaran tidak sesuai dengan

kontrak, pengendalian/control keuangan yang tidak baik, dan tingginya

suku bunga pinjaman bank.

4. Material, hal-hal yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya antara

lain adanya kenaikan harga material, keterlambatan/kekurangan bahan,

dan kontrol kualitas bahan yang buruk.

5. Tenaga kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah kekurangan tenaga kerja, kenaikan upah tenaga

kerja, dan produktivitas tenaga kerja yang buruk.

6. Waktu pelaksanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya antara lain adalah keterlambatan jadwal karena

pengaruh cuaca, jangka waktu kontrak dan sering terjadinya penundaan

pekerjaan.

7. Peralatan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan

biaya antara lain adalah tingginya harga sewa peralatan, kondisi alat yang

produktivitasnya rendah, kesalahan dalam memilih jenis alat, kesalahan

dalam menghitung jam kerja alat, dan tingginya biaya transportasi

peralatan.

8. Hubungan kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

pembengkakan biaya adalah tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

17

terlalu banyak pengulangan karena mutu jelek, kurangnya koordinasi

antara pengawas, perencana dan kontraktor.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nida Azhar, Rizwan U. Farooqui, dan

Syed M. Ahmed, yang berjudul Cost Overrun Factors In Construction Industry of

Pakistan, penyebab pembengkakan biaya diklasifikasikan menjadi tiga bagian

utama yaitu bagian perencanaan dan pelaksanaan, koordinasi sumberdaya, dan

kontrol. Faktor penyebab pembengkakan biaya tersebut adalah:

Perencanaan dan Pelaksanaan

1. Estimasi Biaya

a. Data dan informasi proyek yang tidak lengkap

b. Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan ekslasi

c. Tidak memperhitungkan biaya tak terduka

d. Tidak memperhatikan resiko lokasi dan konstruksi

e. Ketidak tepatan estimasi biaya

f. Ketidak tepatan WBS (Work Brekdown Structure)

g. Menggunakan teknik estimasi yang salah

2. Pelaksanaan dan Hubungan kerja

a. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan

b. Kurang koordinasi antara Construction Manager dan Perencana

c. Hubungan yang kurang baik antara Owner-Perencana-Kontraktor

d. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama

e. Terlalu banyak pengulangan karena mutu jelek

f. Penunjukan subkontraktor dan supplier yang tidak tepat

g. Terjadi perbedaan/perselisihan dalam proyek

h. Manajer proyek tidak cakap/kompeten

i. Jarak panjang antar SPK dan pelaksana proyek

j. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek

3. Aspek Dokumen Proyek

a. Spesifikasi yang tidak lengkap

b. Sering terjadi perubahan desain

c. Dokumen kontrak yang tidak lengkap

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

18

Koordinasi Sumber Daya

4. Material

a. Adanya kenaikan harga material

b. Ketiadaan bahan/material pada waktu pelaksanaan

c. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan/material

d. Pemakaian bahan/material yang salah

e. Pemakaian bahan material yang diimpor

f. Pencurian bahan/material

g. Kerusakan bahan/material

5. Tenaga Kerja

a. Kekurangan tenaga kerja

b. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja

c. Produktifitas tenaga kerja yang buruk

6. Peralatan

a. Tingginya harga sewa peralatan

b. Biaya pemeliharaan tidak sesuai rencana

c. Tingginya biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan

Kontrol

7. Aspek Keuangan dan Waktu Pelaksanaan Proyek

a. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu

b. Buruknya pengendalian biaya

c. Tingginya suku bunga pinjaman bank

d. Tidak adanya pengendalian biaya

e. Adanya keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca

f. Jangka waktu kontrak diperpendek

g. Sering terjadi penundaan pekerjaan

8. Kebijakan Ekonomi/Politik

a. Adanya kebijakan keuangan yang baru dari pemerintah

b. Sistem terganggu/terjadi huru-hara disekitar lokasi proyek

Dan dalam penelitian yang berjudul Analisis Risiko Biaya Konstruksi

Dengan Metode AHP Pada Proyek Pembangunan Gedung oleh Ariyanti (2006),

diperoleh 4 faktor risiko dominan dari 8 faktor-faktor penyebab terjadinya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

19

pembengkakan biaya kontruksi yaitu faktor pelaksanaan dan hubungan kerja,

faktor estimasi biaya, faktor material, dan faktor aspek keuangan dan waktu

pelaksanaan proyek. Keempat faktor dominan ini memiliki subfaktor masing-

masing yaitu:

a. Faktor pelaksanaan dan hubungan kerja

Subfaktor dari faktor pelaksanaan dan hubungan kerja adalah sebagai

berikut:

1. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan

2. Kurang koordinasi antara Construction Manager dan Perencana

3. Hubungan yang kurang baik antara Owner-Perencana-Kontraktor

4. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama

5. Terlalu banyak pengulangan karena mutu jelek

6. Terjadi perbedaan/perselisihan dalam proyek

7. Manajer proyek tidak cakap/kompeten

b. Faktor estimasi biaya

Subfaktor dari faktor estimasi biaya adalah sebagai berikut:

1. Data dan informasi proyek yang tidak lengkap

2. Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan ekslasi

3. Tidak memperhitungkan biaya tak terduka

4. Tidak memperhatikan resiko lokasi dan konstruksi

5. Ketidak tepatan estimasi biaya

6. Menggunakan teknik estimasi yang salah

c. Faktor material

Subfaktor dari faktor material adalah sebagai berikut:

1. Adanya kenaikan harga material

2. Ketiadaan bahan/material pada waktu pelaksanaan

3. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan/material

4. Pemakaian bahan/material yang salah

5. Kerusakan bahan/material

d. Faktor aspek keuangan dan waktu pelaksanaan proyek

Subfaktor dari faktor aspek keuangan dan waktu pelaksanaan proyek

adalah sebagai berikut:

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

20

1. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu

2. Pengendalian/kontrol keuangan yang jelek

3. Tingginya suku bunga pinjaman bank

4. Sering terjadi penundaan pekerjaan

5. Adanya keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca

Selain faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi yang dipaparkan

diatas ada juga faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi menurut

Fahirah (2005) antara lain sebagai berikut :

1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap.

2. Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan eskalasi.

3. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies).

4. Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi dan konstruksi.

5. Ketidak tepatan WBS (Work Breakdown Structure).

6. Ketidak tepatan estimasi biaya.

7. Menggunakan teknik estimasi yang salah.

8. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan.

9. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek.

10. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama.

11. Waktu yang panjang antara SPK (Surat Perintah Kerja) dan pelaksanaan

proyek.

12. Hubungan kurang baik antara owner-perencana–kontraktor.

13. Kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana-kontraktor.

14. Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek.

15. Manager proyek tidak kompeten/cakap.

16. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek.

17. Spesifikasi yang tidak lengkap.

18. Sering terjadi perubahan desain.

19. Dokumen Kontrak yang tidak lengkap.

20. Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat.

21. Adanya kenaikan harga material.

22. Terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan.

23. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

21

24. Pemakaian bahan/material yang salah.

25. Pemakaian bahan/material yang diimpor.

26. Pencurian bahan/material.

27. Kerusakan material.

28. Produksi material di luar lokasi proyek.

29. Kekurangan tenaga kerja.

30. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja.

31. Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah.

32. Harga/sewa peralatan yang tinggi.

33. Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi.

34. Biaya pemeliharaan peralatan tidak sesuai rencana.

35. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu.

36. Adanya fluktuasi suku bunga pinjaman

37. Pengendalian biaya yang buruk di lapangan.

38. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca.

39. Jadwal waktu kontrak diperpendek.

40. Sering terjadi penundaan pekerjaan.

41. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah.

42. Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek.

2.8.2 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Tahap Awal Proyek

Konstruksi

Pada tahap awal sebelum dilaksanakannya proyek bisa terjadi

pembengkakan biaya (cost overrun), itu terjadi dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti :

1. Faktor Material (Soeharto, 1997)

Dalam pelaksanaan proyek, material perlu dikontrol kualitasnya agar

sesuai dengan permintaan pemilik (owner). Tidak adanya control kualitas

material dapat menyebabkan peningkatan frekuensi pekerjaan ulang

karena tidak sesuai dengan spesifikasi material. Dalam hal ini, pekerjaan

ulang yang diakibatkan kesalahan pemakaian material akan memerlukan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

22

tambahan biaya baik untuk tenaga kerja, material maupun biaya tidak

langsung.

2. Faktor Informasi (Soeharto, 1997)

Informasi proyek yang berupa kondisi lapangan, gambar, dan spesifikasi

sangat menunjang ketelitian estimasi. Kondisi lapangan dapat berupa

keadaan dan sifat tanah, bangunan dan fasilitas pendukung, perencanaan

desain proyek yang meliputi arsitek, sipil, elektrik, maupun mekanik.

Informasi yang kurang lengkap akan menimbulkan ketidak tepatan

estimasi biaya sehingga berpeluang menimbulkan pembengkakan biaya.

3. Faktor Sumber Daya Manusia (Soeharto, 1997)

Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap proyek tidak

sesuai dengan kebutuhan akan berpengaruh terhadap biaya proyek, karena

tahap dalam pelaksanaan proyek membutuhkan jumlah tenaga kerja yang

berbeda.

4. Peralatan (Soeharto, 1997)

Untuk kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung harus dapat

dideteksi secara jelas. Jenis, kapasitas, kemampuan dan kondisi peralatan

harus disesuaikan dengan kegiatannya. Estimasi harga/sewa peralatan

yang tidak tepat akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya.

2.8.3 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Saat Proses Proyek

Konstruksi

Pada saat proses konstruksi berlangsung, banyak faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya. Beberapa faktor tersebut antara

lain:

1. Manajer proyek yang tidak kompeten/cakap (Soeharto, 1997)

Manajer proyek sangat berpengaruh pada proses perencanaan, organisasi,

dan memimpin serta mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu

diperlukan manajer yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam

lingkup proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Manajer harus memiliki

kecakapan dalam mengatur pekerjaan dan mengatur tenaga kerja, yang

mempengaruhi produktivitas pekerja.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

23

2. Kualitas yang buruk dari pekerja kontraktor (Soeharto, 1997)

Kualitas yang buruk dari pekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja

yang dihasilkan. Akibat produktivitas yang rendah menyebabkan biaya

proyek akan bertambah dari yang direncanakan.

3. Tidak memperhatikan faktor resiko pada proyek (Soeharto, 1997)

Faktor ini bertujuan menutup kemungkinan adanya resiko yang dapat

terjadi selama proses konstruksi, seperti terjadinya kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja dapat terjadi selama pelaksanaan proyek yang

mengakibatkan cacat secara fisik, hilangnya semangat kerja, dan trauma.

Hal ini akan memerlukan tambahan biaya untuk semua yang berhubungan

dengan pengobatan. Tidak diperhitungkannya faktor resiko akan

mengakibatkan pembengkakan biaya apabila resiko benar-benar terjadi

dilapangan.

4. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulangi/diperbaiki karena cacat/salah

(Soeharto, 1997)

Faktor ini lebih mengarah pada masalah mutu/kualitas pelaksanaan

pekerjaan, baik secata struktur atau pelaksanaan akhir yang dipengaruhi

gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada

dasarnya semua pengulangan/perbaikan akibat cacat/salah memerlukan

tambahan biaya baik untuk material maupun tenaga kerja. Hal itu berarti

proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya.

5. Tidak adanya Project Statistic Report (Soeharto, 1997)

Laporan dari berbagai hal yang ada dalam proyek dapat digunakan sebagai

acuan dan dasar pertimbangan bagi pimpinan proyek yang sedang

berlangsung, sehingga apabila terlihat ada indikasi terjadinya

pembengkakan biaya dan waktu, maka dapat diantisipasi sedini mungkin.

6. Koordinasi dan komunikasi yang kurang baik dalam organisasi kontraktor

(Soeharto, 1997)

Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam

pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang

baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang tumpang

tindih. Sebagai contoh pengulangan pekerjaan atau kesalahan dalam

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

24

spesifikasi material sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya

proyek.

2.8.4 Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pasca Konstruksi

Meskipun proyek sudah berakhir masa konstruksinya, bukan berarti

tanggung jawab kontraktor selesai begitu saja. Demikian pula dengan

pembengkakan biaya, pada saat pasca konstruksi masih ada peluang terjadinya

pembengkakan biaya. Faktor penyebab terjadinya pembengkakan biaya pasca

konstruksi menurut (Soeharto, 1997) antara lain:

1. Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak

sesuai dengan mutu yang diharapkan.

2. Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat pada masa

pemeliharaan.

2.9 Data dan Pengukuran

Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan

fakta (Riduwan, 2013). Sedangkan pengukuran ialah proses atau cara mengukur.

Pengukuran dapat berupa skala pengukuran yang dimaksudkan untuk

mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan

dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.

2.9.1 Statistik dalam Penelitian

Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti

luas statistik dapat diartikan sebagai alat. Alat untuk analisis dan alat untuk

membuat keputusan. Menurut (Sugiyono, 2013), peranan statistik dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari suatu

populasi. Dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan lebih dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

25

2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Sebelum

instrument digunakan untuk penelitian, maka harus diuji validitas dan

reliabilitasnya terlebih dahulu.

3. Teknik-teknik untuk menyajikan data, sehingga data lebih komunikatif.

Teknik-teknik penyajian data ini antara lain: table, grafik, diagram

lingkaran dan pictogram.

4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.

Dalam hal ini statistik yang digunakan antara lain: korelasi, regresi, t-test,

anova, dll.

2.9.2 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang memiliki kuantitas atau kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari, diselidiki, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan

hanya orang, tetapi obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan

sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyekyang diteliti

itu (Sugiyono, 2013).

2.9.3 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin meneliti semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi

tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representative

(mewakili) (Sugiyono, 2013). Bila sampel tidak representative, maka dapat

mengakibatkan kesimpulan yang diambil tidak akan sesuai dengan kenyataan atau

kesimpulan yang diambil salah.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin

besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi

semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

26

makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum) (Usman dan Akbar,

2012). Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30-500. Bila

sampel dibagikan dalam kategori (misalanya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta

dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30 (Sugiyono,

2013).

Besarnya sampel untuk mengadakan estimasi terhadap populasi harus

diperhatikan karena terlalu banyak sampel berarti pemborosan tenaga, uang, dan

waktu. Terlalu sedikit sampel dapat menjurus kepada besarnya error, oleh sebab

itu dilakukan perhitungan jumlah sampel agar jumlah sampel yang diteliti benar-

benar representative (mewakili).

Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Al-Rasyid sebagai berikut

(Riduwan, 2013):

no = (2.1)

no = (2.2)

Dimana:

n : jumlah sampel

α : taraf kesalahan yang besarnya ditetapkan 0,05

N : jumlah populasi total kontraktor (Kabupaten Badung)

BE : Bound of Error diambil 15%

Zα : nilai dalam table Z = 1,99

2.9.4 Teknik Sampling

Dalam suatu penelitian tidak semua data dan informasi akan diproses, serta

tidak semua orang atau benda akan diteliti, melainkan cukup dengan

menggunakan sampel yang mewakilinya. Sampel adalah bagian dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Adapun

keuntungan dari pengguna sampel adalah sebagai berikut:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

27

1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan

dengan menggunakan populasi, dan apabila populasi terlalu besar

dikhawatirkan akan terlewati.

2. Penelitian akan lebih efesien, yaitu dalam arti penghematan uang, waktu,

dan tenaga.

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data. Artinya, jika subjeknya

banyak, maka dikhawatirkan adanya bias dari orang yang megumpulkan

data. Misalnya, staff mengumpulkan data mengalami kelelahan sehingga

pencatatan data tidak akurat.

4. Penelitian akan lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak)

yang menggunakan specimen akan hemat dan dapat terjangkau tanpa

merusak semua bahan yang ada, serta dapat digunakan untuk menjaring

populasi yang jumlahnya banyak.

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah cara mengambil

sampel yang representative dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili atau

dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Secara umum ada dua macam teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian (Riduwan, 2013) yaitu:

1. Probability Sampling

Probability sampling ialah teknik sampling yang digunakan untuk

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Yang tergolong teknik probability sampling

yaitu:

a. Simple Random Sampling

Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota

populasi dilakukan secara acak tenpa memperhatikan strata (tingkatan)

dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota

populasi dianggap homogeny atau sejenis.

b. Protortionate Stratified Random Sampling

Protortionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel

dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

28

dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen atau

tidak sejenis.

c. Disprotortionate Stratified Random Sampling

Disprotortionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel

dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagai data yang

kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila

anggota populasi heterogen (tidak sejenis).

d. Area Sampling (sampling Daerah/Wilayah)

Area sampling cluster ialah teknik sampling yang dilakukan dengan

cara mengambil wakil dari setiap daerah/wilayah geografis yang ada.

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling ialah teknik sampling yang tidak memberikan

kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan

anggota sampel. Yang tergolong teknik ini adalah:

a. Sampling Sistematis

Sampling Sistematis ialah pengambilan sampel didasarkan atas urutan

dari populasi yang telah diberi nomor urut, atau anggota sampel

diambil dari populasi pada jarak interval waktu dan ruang dengan

urutan seragam.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota ialah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai

ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang dikehendaki. Atau pengambilan

sampel yang didasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari

peneliti.

c. Sampling Aksidental

Sampling aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor

spontanitas. Artinya, siapa saja dengan secara tidak sengaja bertemu

dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang

tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).

d. Purposive Sampling

Purposive sampling ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika

peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

29

pengambilan sampelnya, atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

Dalam hal ini hanya mereka yang ahli yang patut memberikan

pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua

populasi digunakan sebagai sampel. Dikenal juga dengan istilah

sensus. Sampling jenuh dilakukan apabila populasinya kurang dari 30

responden.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling ialah teknik sampling yang semula berjumlah kecil

kemudian anggota sampel mengajak sahabatnya untuk dijadikan

sampel dan seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak

jumlahnya.

2.9.5 Data Penelitian

Data hasil penelitian dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu data kualitatif

dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata, atau

gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data

kualitatif yang diangkakan.

Hal-hal yang dapat dikerjakan terhadap data hasil penelitian bergantung

pada tingkat atau skala data itu sendiri. Menurut (Wijaya, 2000), dikemukakan 4

skala data yaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.

1. Skala nominal, merupakan skala data yang paling sederhana, dimana

angka-angka digunakan semata-mata untuk mengklasifikasikan obyek.

2. Skala ordinal, angka-angka yang digunakan selain menunjukkan nama

obyek juga menunjukkan urutan berdasarkan kriteria tertentu.

3. Skala interval, merupakan sakala data yang mempunyai sifat skala ordial,

disamping itu jarak antara dua angka pada skala itu diketahui ukurannya.

4. Skala rasio, merupakan skala yang mempunyai semua sifat skala interval

dan memiliki titik nol sejati.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

30

Dalam penelitian ini skala data yang digunakan adalah skala ordinal,

berdasarkan peringkat, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang

terendah.

2.9.6 Statistik Non Parametrik

Statistik dapat dibedakan menjadi dua yaitu statistik deskriptif dan statistik

inferensial (Sugiyono, 2013).

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel

atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum.

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana

sampel diambil. Terdapat dua macam statistik inferensial yaitu statistik

parametrik dan non parametrik.

Statistik parametrik digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio

yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan statistik non

parametrik digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal.

Statistik non parametrik ialah suatu cabang ilmu statistik yang

mempelajari prosedur-prosedur inferensial dengan kesahihan yang tidak

bergantung kepada asumsi-asumsi yang kaku (misalnya syarat kenormalan suatu

data atau ragam yang sama, dll ) tetapi cukup pada asumsi yang umum (Wijaya,

2000). Kelebihan dari penggunaan statistik non parametrik dalam analisis data

adalah:

- Perhitungan yang diperlukan sederhana dan dapat dikerjakan dengan cepat

karena analisisnya menggunakan cacahan, peringkat (rank), tanda dari

selisih pengamatan yang berpasangan.

- Datanya tidak harus merupakan data kuantitatif tetapi dapat berupa respon

yang kualitatif (skala nominal dan ordinal)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

31

- Uji-ujinya disertai dengan asumsi-asumsi yang jauh tidak mengikat

dibandingkan dengan uji parametrik.

Pedoman penggunaan statistik non parametrik dapat dilihat pada diagram

alir sebagai berikut:

Nominal/Ordinal

Interval/Rasio

Tidak Normal

Normal

Kecil (<30)

Besar (>30)

Gambar 2.2 Pedoman Penggunaan Statistik Non Parametrik

Sumber: Santoso (2010)

2.10 Analisis Data

Teknik statistik non parametrik yang digunakan adalah uji Konkordansi

Kendall W. Koefisien Konkordansi Kendall W merupakan ukuran derajat

keeratan atau keselarasan hubungan diantara k variable yang diukur minimal

Mulai

Tipe

Data

Distribusi

Data

Jumlah

Statistik

Parametrik

Statistik

Non Parametrik

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

32

dalam skala ordinal. Adapun cara menganalisis koefisien Konkordansi Kendall W

adalah sebagai berikut:

1. Data nilai pengamatan disusun dalam table baris dan kolom. Baris

menunjukkan banyaknya nilai pengamatan (ulangan) untuk masing-

masing variable, sedangkan kolom menunjukkan banyaknya variable yang

ingin dikorelasikan.

2. Nilai pengamatan pada setiap kolom diranking dan diurutkan rata-ratanya

(mean rank), yang dapat dihitung dengan rumus (Wijaya, 2000):

(2.3)

Dimana:

n = jumlah respoden

Ri = jumlah data penilaian respoden

Xi = nilai pengamatan yang diperoleh dari respoden

3. Setelah diperoleh nilai mean rank dilakukan perhitungan statistik Kendall

W yang ditentukan dengan rumus (Wijaya, 2000):

Dimana:

Ri = jumlah data penilaian responden

k = jumlah variabel

n = jumlah responden

4. Setelah didapat nilai mean rank dan Kendall W dilakukan juga pengujian

hipotesis. Agar pemilihan lebih terperinci dan mudah, diperlukan hipotesis

alternative (Ha/Hi) dan hipotesis nol (Ho). Hi adalah lawan dari Ho. Hi

dinyatakan dalam kalimat positif dan Ho dinyatakan dalam kalimat

negatif, sehingga ditetapkan bahwa:

- Ho = tidak ada kesempatan atau keselarasan di antara para responden

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi - BAB II... · - Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil ... Biaya tidak langsung adalah pengeluaran

33

- Hi = ada kesempatan atau keselarasan di antara para responden

5. Pengujian hipotesis atau pengambilan keputusan:

a. Membandingkan statistik hitung dengan dengan statistik table.

Statistik hitung diperoleh dengan perhitungan chi-square, dengan

rumus:

(2.6)

Dan statistik table diperoleh dengan melihat table chi-square (chi-

kuadrat), dengan nilai derajat kebebasan (df) = (n-1) dan tingkat

signifikansi (α) sebesar 5%.

Ketentuan:

Tolak Ho jika statistik hitung > statistik table

Terima Ho jika statistik hitung < statistik table

b. Berdasarkan probabilitas (Asymptotic Significance) dengan ketentuan:

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak