bab ii tinjauan pustaka 2.1. pengertian...

43
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Program Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai: 1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai. 2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan. 3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan. 5. Strategi pelaksanaan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan. “A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan. Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu: 1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program. Universitas Sumatera Utara

Upload: hoangnhu

Post on 19-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu

kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap

program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih

mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang

diuraikan.

“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and

integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu

program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai

sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan

untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu

seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau

sebagai pelaku program.

Universitas Sumatera Utara

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya

juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat

diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis

yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai

melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap

bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik

(Jones, 1996:295).

2.2. Pengertian Pemberdayan Masyarakat Dan Pembangunan Sosial

2.2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Makna dari Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memamfaatkan sumber daya yang

dimiliki dan yang tersedia di lingkungan sekitarnya yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Paradigma pemberdayaan sosial yang

disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) oleh Pemerintah

dan DPR berisikan 3 poin yang diprioritaskan:

1) Batang Tubuh UUD 1945, pasal 33 yaitu “Bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat” dan pasal 34 berbunyi “Fakir miskin dan

anak terlantar dipelihara oleh Negara.”

2) Triple Tracks KIB, Pro-employment, pro income dan pro growth dalam

bentuk penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi penganguran,

mengurangi kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

3) Strategi Pemberdayaan Sosial adalah pengurangan beban pengeluaran rakyat

dan peningkatan pendapatan rakyat yang di wujudkan dari Gerakan

KUTABUNG ( Kerja, Untung dan Tabung).

Pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat

hidup secara mandiri di kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

masing-masing secara bersama-sama. Fakta ini sekaligus menjadi pertimbangan

utama untuk tidak seharusnya membuat dikotomi diantara penangan permasalahan

sosial dan ekonomi. Setiap upaya perbaikan harus dilandasi oleh komitmen individu

yang kuat dan mencakup aspek intelektual, spiritual dan emosional. Sasaran yang

menjadi fokus penanggulangan kemiskinan melalui strategi pemberdayaan adalah

penduduk miskin yang berusia produktif, yaitu berkisar antara 15 tahun hingga 55

tahun. Penduduk miskin pada kisaran usia ini yang sehat jasmani maupun rohani

merupakan sumber daya manusia yang mamiliki potensi besaar untuk menjadi pelaku

aktif dalam pembangunan.

Beberapa ahli mengemukakan defenisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,

proses, dan cara-cara pemberdayaan:

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah

atau tidak beruntung.

2. Menurut Parson (1994) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang

menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan

mempengaruhi terhadap kejadiaan-kejadiaan serta lembaga-lembaga yang

mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk

mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatianya

(Parson dalam Sumodiningrat, 2009)

Universitas Sumatera Utara

3. Menurut Swift dan Levin (1987) Pemberdayaan menunjuk pada usaha

pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial ( Swift dan

Levin dalam Sumodiningrat, 2009: 7-9).

2.2.2. Pembangunan Sosial (Social Development)

Pembangunan sosial sebagai salah satu pendekatan dalam pembangunan pada

awal perkembangan seringkali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal

ini terkait dengan pemahaman banyak orang yang menggunakan istilah pembangunan

yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya

industrialisasi. Pembangunan sosial menurut Midgley (1995) adalah suatu proses

perubahan sosial yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling

melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. Dalam konsep

pembangunan sosial tergambar adanya suatu proses yang dinamis. Dinamika dalam

perubahan sosial ini menggambarkan adanya interaksi antara pelaku perubahan dan

sasaran perubahan serta menggambarkan adanya interaksi internal dalam masyarakat.

Proses perubahan yang terdapat dalam pendekatan pembangunan sosial pada dasarnya

bersifat progresif. Aspek progresif ini menunjukan bahwa perubahan yang dirancang

dalam pendekatan pembangunan sosial ini secara bertahap, tapi terencana dengan

pasti akan menunjukan perubahan kearah yang lebih baik.

Proses pembangunan sosial adalah interventionist, maksudnya perbaikan

masyarakat hanya dapat terjadi jika pelaku perubahan melakukan berbagai upaya

perubahan sosial yang terencana (intervensi sosial) guna meningkatkan taraf hidup

masyarakat tersebut. Tujuan pembangunan sosial diusahkan untuk dicapai melalui

beberapa strategi. Strategi-stategi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung

akan menghubungkan intervensi sosial dengan upaya-upaya pembangunan ekonomi,

Universitas Sumatera Utara

meskipun keduanya didasari oleh keyakinan dan ideologi yang berbeda. Perubahan

sosial lebih memusatkan pada populasi sebagai suatu kesatuan yang bersifat inklusif

dan universalistik. Pendekatan tersebut tidak hanya memfokuskan pada orang-orang

yang membutuhkan (needy individuals). Akan tetapi pendekatan pembangunan sosial

akan lebih menekankan pada mereka komunitas yang ditelentarkan oleh

pembangunan ekonomi yang terjadi selama ini, seperti kelompok miskin yang ada di

perkotaan dan di pedesaan, serta kelompok minoritas. Tujuan dasar dari pada

pembangunan sosial tersebut adalah pengembangan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat (promotion of social welfare). Dalam kaitanya dengan strategi

pembangunan sosial yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup

masyarakatm Midgley (1995) mengemukakan tiga strategi besar, yaitu:

1. Pembangunan sosial melalui individu (Social Development by Individuals),

dimana individu dalam masyarakat secara swadaya membentuk usaha

pelayanan masyarakat guna memberdayakan masyarakat.

2. Pembangunan sosial melalui Komunitas (Social Development by

Communities), dimana kelompok masyarakat bersama-sama berupaya

mengembangkan komunitas lokalnya.

3. Pembangunan Sosial melalui Pemerintah (Social Development by

Goverments), dimana pembangunan sosial dilakukan oleh lembaga-lembaga

didalam organisasi pemerintah (government agencies) ( Midgley dalam Adi,

2008: 54-57).

2.3. Pembangunan Desa

2.3.1. Pengertian Desa

Kata desa berasal dari bahasa sansekerta yakni desi, dusun yang berarti tempat

asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan

Universitas Sumatera Utara

hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia (1993;200) disebutkan bahwa desa adalah (1) sekelompok

rumah diluar kota yang merupakan kesatuan kampung, dusun; (2) udi atau dus

(dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota);(3) tempat, tanah, daerah.

Innayatullah dalam Siagian (1983) mengemukan bahwa desa merupakan suatu

kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa dan

mengadakan pemerintahan sendiri. Desa terjadi bukan hanya dari satu tempat

kediaman masyarakat saja, namun terjadi dari satu induk desa dan beberapa tempat

kediaman. Sebagian dari mana hukum yang berpisah yang merupakan kesatuan

tempat tinggal sendiri, kesatuan mana pendukuhan, ampean, kampung, cantilan

beserta tanah pertanian, tanah perikanan darat, tanah hutan dan tanah belukar.

Roucek dan Warren dalam Purnomo (2004) mendefinisikan desa sebagai

bentuk yang diteruskan antara penduduknya dengan lembaga mereka di wilayah

setempat dimana mereka tinggal, yaitu di ladang yang berserak dan di kampung yang

biasanya menjadi pusat segala aktivitas mereka bersama.

Tipologi desa berkenaan dengan masyarakat dan kebudayaan menurut

Koetjaraningrat yakni:

1) Desa terpencil struktur sederhana, penduduk hidup berkebun ubi dan keladi yang

dikombinasikan dengan berburu dan meramu dan tidak mendapat pengaruh

kebudayaan perunggu, Hindu, Islam;

2) Desa yang memiliki hubungan dengan kota-kota kecil yang dibangun oleh

Kolonial Belanda, dengan struktur sosial agak kompleks penduduknya bercocok

tanam padi di ladang dan sawah;

Universitas Sumatera Utara

3) Desa yang bertanam padi di sawah, dengan struktur sosial agak kompleks,

memiliki hubungan dngan pusat kota bekas penguasa pribumi dan Kolonial

Belanda (Roucek dalam Purnomo, 2004:28).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2005 tentang Desa, desa

adalah masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia ( PNPM, 2009:48).

2.3.2. Pengertian Konsep Usahatani

Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam,

tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang dilakukan oleh perorangan ataupun

sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan

keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan (Soeharjo dan

Patong, 1973). Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja

diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang

terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Berdasarkan batasan

tersebut dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani (bersama

keluarganya), tanah (bersama dengan fasilitas yang ada diatasnya seperti bangunan-

bangunan, salurang air) dan tanaman maupun hewan ternak (Soeharjo dan Patong

dalam Deptan, 2008). Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa usahatani merupakan

himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan

untuk produksi pertanian (Mubyarto dalam Deptan, 2008).

Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahataninya tentulah berbeda-beda.

Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa

peredaran uang, maka usahatani tersebut disebut usahatani pencukup kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

keluarga (Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk

mencari keuntungan, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial

(Commercial Farm).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produki dalam usahatani terdiri dari faktor

internal dan eksternal. Faktor internal antara lain penggunaan input, teknik bercocok

tanam dan teknologi. Sedangkan faktor eksternal seperti cuaca, iklim, hama dan

penyakit. Lebih jelas lagi Hernanto (1989) menyatakan bahwa dalam usahatani ada

empat unsur pokok penting yang mempengaruhi produksi. Faktor-faktor tersebut

sering disebut sebagai faktor-faktor produksi antara lain :

1. Tanah

Tanah dalam usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan

sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri,

membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan ataupun

wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur, polikultur maupun

tumpangsari.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani adalah tenaga kerja manusia. Tenaga kerja

manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak dimana tenaga

keja tersebut dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman,

tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga kerja ini

dapat berasal dari dalam maupun dari luar keluarga. Dalam teknis perhitungan, dapat

digunakan ukuran konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga kerja

pria sebagai ukuran baku, yakni :

1 pria = 1 Hari Kerja Pria (HKP); 1 wanita = 0.8 HKP dan 1 anak = 0.5 HKP.

Universitas Sumatera Utara

3. Modal

Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi dan untuk

membiayai pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal dapat

diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (pinjaman dari lembaga keuangan

formal maupun non formal), hadiah, warisan ataupun dapat berupa kontrak sewa.

4. Manajemen

Manajemen dalam usahatani merupakan kemampuan petani untuk

menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang

dikuasai dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu menghasilkan produksi pertanian

sebagaimana yang diharapkan. Agar dapat berhasil mengelola suatu usahatani maka

perlu memahami prinsip teknik meliputi: (a) perilaku cabang yang diputuskan; (b)

perkembangan teknologi; (c) daya dukung faktor cara yang dikuasai. Selain itu, juga

perlu memahami prinsip ekonomis antara lain: (a) penentuan perkembangan harga;

(b) kombinasi cabang usaha; (c) tataniaga hasil d) pembiayaan usahatani; (e)

pengalokasian modal dan pendapatan serta (f) tolok ukur keberhasilan yang lazim

(Hernanto dalam Deptan, 2008 :31-36)

2.3.3. Kebijakan Pembangunan Desa

Berbicara tentang pokok-pokok kebijaksanaan dalam pelaksanaan

Pembangunan Desa, maka tidaklah dapat diabaikan pengertian, latar belakang,

pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan kondisi masyarakat di daerah-

daerah yang berbeda, sekaligus dikaitkan pula dengan masalah keterpaduan yang

sangat penting artinya bagi pembangunan desa yang harus dilakukan secara

menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan. Berdasarkan kepada dasar-dasar pikiran

tersebut, maka pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan dalam Pembangunan Desa

dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1). Prinsip- prinsip Pembangunan Desa, meliputi:

a) Keseimbangan kewajiban yang serasi antara Pemerintah dengan masyarakat.

b) Dinamis dan berkelanjutan.

c) Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan.

2). Pokok-pokok Kebijaksanaan Pembangunan Desa:

a) Pemamfaatan sumber daya manusia dan potensi alam.

b) Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat.

c) Peningkatan prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat.

d) Pengembangan Tata Desa yang teratur dan serasi.

e) Peningkatan kehidupan ekonomi yang kooperatif.

3). Sasaran Pembangunan Desa

Menjadikan semua desa diseluruh wilayah Indonesia memiliki tingkat

klasifikasi desa swasembada, yaitu desa yang berkembang dimana taraf hidup dan

kesejahteraan menunjukan kenyataan yang meningkat.

4). Objek dan Subjek Pembangunan

Objek pembangunan adalah desa secara keseluruhan yang meliputi segala

potensi manusia, alam dan teknologinya, serta yang mencakup segala aspek

kehidupan dan penghidupan yang ada di desa. Usaha pembangunan desa juga

diarahkan untuk menjadikan desa itu bukan saja sebagai objek tetapi juga sebagai

subjek pembangunan yang mantap. Keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat

dalam proses pengidentifikasian potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan alternatif solusi penangan masalah, pelaksananan upaya

mengatasi masalah dan juga proses keikutsertaan dalam proses evaluasi, keikutsertaan

masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat semaki

berdaya dan dapat semakin memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan.

Universitas Sumatera Utara

5). Mekanisme Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan pembangunan desa dilakukan dengan sistem

perencanaan dari bawah (bottom up planning) melalui Lembaga Ketahanan

Masyarakat Desa di tingkat desa. (Sajogyo, 1992:123). Secara teoritis, agar suatu desa

berkembang dengan baik, maka terdapat tiga unsur yang merupakan suatu kesatuan,

yaitu:

1) Desa

2) Masyarakat desa

3) Pemerintah desa.

Masyarakat desa, adalah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat yang

tinggal pada unit pemerintah terendah langsung dibawah camat. Pemerintah desa,

adalah kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang dilaksanakan oleh

organisasi pemerintah yang terendah langsung dibawah kepala desa. Dalam upaya

mengembangkan masyarkat di tingkat lokal, baik organisasi pemerintah maupun

nonpemerintah, selain dibantu oleh tenaga pendamping (fieldworker atau fasilitator

lapangan) biasanya dibantu oleh tenaga kader (indigenous worker). Kader dapat

melakukan kegiatan di bidang pertanian; peternakan, kesehatan, pendidikan dan lain-

lain, setelah memperoleh latihan secukupnya. Tugas seorang kader pada intinya

adalah:

1) Sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan

2) Pelaksana dan pemelihara kegiatan program-program pembangunan desa.

3) Menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan.

4) Membantu dan menghubungkan antara warga masyarakat dan lembaga-lembaga

yang bekerja dalam pembangunan desa (Sajogyo dalam Adi, 2008:279).

Universitas Sumatera Utara

2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanagkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa

tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM

Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan

Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa Keberhasailan PPK

adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi rakyat miskin, efisiensi

dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi

masyarakat.

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk

memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber

daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi

masalah kemiskinan. .

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang

dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin

sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta

mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan

strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan

pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri

Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu

Universitas Sumatera Utara

tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan

melalui Program Pengembangan Kecamatan ( PPK).

2.4.1. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan

dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong

kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengolahan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

1) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan

atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2) Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan

sumber daya lokal.

3) Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolahan

pembangunan partisipatif

4) Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh

masyarakat

5) Melembagakan pengelolahan dana bergulir

6) Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa

7) Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.4.2. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan

a) Lokasi Sasaran:

Lokasai sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan

perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaanya dilakukan secara bertahap dan

Universitas Sumatera Utara

tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam

PPK/PNPM Mandiri Perdesaan.

b) Kelompok sasaran:

1. Masyarakat miskin di perdesaan.

2. Kelembagaan masyarakat di perdesaan

3. Kelembagaan pemerintahan lokal.

2.4.3. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama

Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai

bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

Pemerintah Pusat dan Daerah yang berasal dari:

a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN)

b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

c) Swadaya masyarakat

d) Partisipasi dunia usaha

2.4.4. Klasifikasi Kesejahteraan dan Pemetaan Sosial

Klasifikasi kesejahteraan adalah mengelompokan rumah tangga di desa dalam

kategori kaya, menengah dan miskin menurut kriteria dan istilah setempat. Hasil

pengelompokan selanjutnya digunakan untuk menggambarkan rumah tangga- rumah

tangga yang ada di desa pada sebuah peta. Dalam proses ini, fasilitator harus

mendokumentasikan kriteria dan daftar rumah tangga miskin.

Penyusunan peta sosial dilakukan dengan menggambarkan dalam sebuah

sketsa peta dusun/desa tentang kondisi geografis, sumber daya alam, fasilitas umum

dan potensi desa lainya, termasuk yang diluar batas desa tetapi membawa pengaruh

Universitas Sumatera Utara

besar terhadap sosial ekonomi desa, seperti hutan, tambang, kebun, pabrik, pasar dan

alur transportasi strategis (PNPM, 2009: 2-4).

Kegunaan Peta Sosial adalah :

• Menggali gagasan masyarakat dalam menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang

dapat memenuhi kebutuhan dan berguna bagi mayoritas rumah tangga miskin.

• Melaksanakan dan memantau tahapan PNPM Mandiri Perdesaan seperti penulisan

usulan, verifikasi, musyawarah desa dan musyawarah antar desa.

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam

penangan masalah sosial. Pemetaan sosial adalah proses penggambaran masyarakat

yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai

masyarakat termasuk di dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada masyarakat

tersebut. Sebagai sebuah pendekatan pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu

penelitian sosial dan geografi. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial

biasanya berupa peta wilaytah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga

menghasilkan suatu image mengenai pemusatab karakteristik masyarakat atau

masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar yang

ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatanya (Suharto,

2009:81-82).

2.4.5. Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Lembaga Dan Pemerintah Lokal

Dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat, lembaga dan pemerintah

lokal menuju kemandirian, maka:

a) Disetiap desa dipilih, ditetapkan dan dikembangkan: kader pemberdayaan

masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD/K) dengan kualifikasi teknik dan

pemberdayaan), Tim penulis Usulan (TPU), Tim pengelola kegiatan (TPK), Tim

pemantau dan Tim pemelihara.

Universitas Sumatera Utara

b) Di kecamatan dibentuk dan dikembangkan :Badan kerja sama antar desa (BKAD),

Tim verifikasi, Unit pengelolahan kegiatan (UPK) , Badan pengawas UPK dan

Pendamping lokal.

c) Diadakan pelatihan kepada pemerintahan desa meliputi pemerintah desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) atau bentuk kegiatan lain yang dapat menunjang

pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Pelatihan yang akan diadakan diantaranya meliputi:

penyususnan peraturan desa dan pengawasan terhadap pelaksanaan, pemerintahan dan

pembangunan pengolahan penagan masalah dan perencanaan kegiatan pembagunan

yang partisifatif.

d) Dilakukan kategorisasi tingkat perkembangan kelembagaan hasil PNPM Mandiri

Perdesaan didesa dan kecamatan agar masyarakat dapat mengetahui perkembangan

pembentukan, tahapan pengakaran dan tahapan pengembangan.

Organisasi kerja yang dibangun pada awalnya adalah lembaga-lembaga di

desa dan antar desa yang dibentuk untuk kebutuhan fungsional program. Dalam

PNPM Mandiri perdesaan, organisasi kerja tersebut diharapkan mampu mengelola

secara mandiri atas hasil-hasil program, baik yang telah dikerjakan melalui Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) maupun yang dikerjakan melalui PNPM mandiri

Perdesaan. Untuk mencapai kemampuan ini perlu dilakukan kebijakan penataan

kelembagaan. Kebijakan penataan menyesuaikan perkembangan yang terjadi

dilapangan dan kebijakan peraturan perundangan yang ada (PNPM, 2009:9).

2.4.6. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri perdesaan berhak

berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Untuk dapat berpartisipasi dalam

PNPM Mandiri Perdesaan dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam

menyelenggarakan pertemuan - pertemuan musyawarah secara swadaya dan

Universitas Sumatera Utara

menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya

kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM mandiri

perdesaan. Untuk mengoptimalkan pengelolahan program, bagi kecamatan yang

memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa

tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa cluster. Penggabungan tersebut

didasarkan atas kesepakatan desa-dengan mempertimbangkan kedekatan wilayah.

Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM (Bantuan langsung

Masyarakat) diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria:

1. Lebih bermamfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin

2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan

3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat

4. Didukung oleh sumber daya yang ada

5. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri perdesaan

adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat

memberikan mamfaat jangka pendek dan jangka panjang secara ekonomi bagi

masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk

kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan non-formal)

c. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama

bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasisi sumber daya lokal.

d. Penambahan modal simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) (PNPM,

2009:5).

Universitas Sumatera Utara

2.5. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

2.5.1. Pengertian Agribisnis

Agribisnis adalah usaha dalam pertanian yang meliputi keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan hasil sampai pemasaran dan berhubungan erat dengan

pertanian dalam arti luas, yang dimaksud dengan adanya hubungan dalam arti luas

adalah kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang dilakukan ditunjang oleh kegiatan

pertanian itu sendiri ataupun adanya saling keterkaitan diantara kegiatan produksi.

Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, ketersediaan bahan baku pertanian secara

kontiniu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Dengan kegiatan pertanian yang

memamfaatkan semua sektor pertanian kegiataan agribisnis berusaha menjadikan

aktivitas produksi lebih efektif dan efisien dan dapat meminimalisir faktor produksi

untuk menghasilkan bahan produksi yang bernilai jual/harga dipasaran. Sektor

pertanian dimaksud adalah semua kegiatan pertanian mulai dari kegiatan penyediaan

bahan baku penyediaan bibit/bahan dasar, proses penanaman, perawatan, pemanenan

sampai pemasaran. Sedangkan Faktor produksi adalah semua korbanan yang

diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan

dengan baik. Diberbagai literature, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah

input production factor dan korbanan produksi (Arsyad dalam Soekartawi, 2003:2-5).

2.5.2. Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang

yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam suatu kegiatan bersama. Menurut

batasan ini kelompok sosial merupakan salah satu bentuk sistem sosial. Oleh karena

itu untuk mengerti dan memahami kelompok dapat dianalisa dengan menggunakan

konsep fungsi dan intregasi. Tujuan dan sikap bersama merupakan dasar

berkumpulnya anggota-anggota sistem sosial. Agar terjadi pergaulan yang lancar

Universitas Sumatera Utara

dibentuklah norma-norma yang harus ditaati oleh anggota-anggota kelompok sosial.

Norma-norma kelompok mengatur perilaku sesuai dengan status dan perannya

masing-masing. Komponen kelompok yang tidak dapat menjalankan peranan sesuai

dengan statusnya akan memperlemah integrasi kelompok itu sendiri (Ibrahim,

2003:45).

2.5.3. Pengertian Organsasi Petani dan Kelembagaan

Menurut Norman Uphoff, istilah kelembagaan dan organsasi sering

membingungkan dan bersifar interchangeably. Secara keilmuan social institution dan

social organization berada dalam satu tingkatan yang sama, untuk menyebut apa yang

kita kenal dengan kelompok sosial, group, sosial form dan lain-lain. Mempelajari

kelembagaan atau organisasi merupakan suatu yang esensial, karena masyarakat

modern beroperasi dalam organisasi-organisasi. Tiap perilaku individu selalu dapat

dimaknai sebagai representatif kelompoknya. Seluruh hidup kita dilaksanakan dalam

organisasi, mulai dari lahir, bekerja sampai meninggal. Ada lima hal mencirikan

istilah kelembagaan yaitu:

1. Berkenaan dengan sesuatu yang permanen dan menjadi permanent karena

dipandang rasional dan disadari kebutuhannya dalam kehidupan.

2. Berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku yang terdiri

dari nilai, norma, hukum, peraturan-peraturan, pengetahuan, ide-ide dan moral.

3. Berkaitan dengan perilaku atau seperangkat tata kelakuan atau cara bertindak

yang mantap yang berjalan di masyarakat.

4. Menekankan kepada pola prilaku yang disetujui dan memiliki sanksi.

5. Merupakan cara-cara standar yang disetuji untuk memecahkan masalah.

Dalam pembangunan pertanian agar berjalan lebih baik dan lancar salah satu

syarat yang disampaikan oleh Mosher dalam Deptan (2008) adalah adanya kegiatan

Universitas Sumatera Utara

kerjasama kelompok tani. Oleh karena itu sejak era orde baru sampai saat ini kita

mengembangkan dan berusaha mengembangkan kelompok tani. Sebagai hasilnya

adalah adanya perbedaan yang nyata antara produktifitas yang dicapai kelompok tani

Menurut keputusan Menteri Pertanian Nomor: 273 /Kpts/OT.160/4/2007,

Pengertian tentang kelompok tani dan Gapoktan tertulis adalah:

1. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/perkebun yang dibentuk atas dasar

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk

meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

2.Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk

meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

3.Asosiasi adalah kumpulan petani-nelayan yang sudah mengusahakan satu arah

kombinasi beberapa komoditas pertanian secara komersial.

2.5.4. Pengertian Kelompok Tani dan Gapoktan

A. Kelompok Tani

Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar

kepentingan dan kebersamaan dalam kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

sumberdaya) serta kesepakatan dalam meningkatkan usaha pertanian dari para

anggotanya. Jumlah anggota terdiri atas 20-25 orang atau disesuaikan dengan kondisi

lingkungan masyarakat, dan usaha ini dipimpin oleh seorang ketua. Ketua kelompok

tani mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Memimpin rapat anggota kelompok dalam penyusunan Rencana Usaha Kelompok

(RUK) berdasarkan Rencana Usaha Anggota (RUA).

2) Menyampaikan hasil keputusan Rapat Anggota Gapoktan kepada anggota

kelompok tani.

Universitas Sumatera Utara

3) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan usaha kelompok sesuai hasil keputusan

Rapat Anggota Gapoktan.

4) Menyalurkan dana BLM-PUAP

Penumbuhan/pembentukan kelompok tani dilakukan dalam pertemuan atau

dalam musyawarah petani yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa

penyuluh pertanian sebagai mitra kerja petani dan instansi terkait. Selanjutnya

kesepakatan membentuk kelompok tani dituangkan dalam tata acara pembentukan

kelompok tani. Pemilihan pengurus kelompok dilakukan secara musyawarah dari

anggota oleh seluruh anggotanya.

Fungsi kelompok tani:

a) Kelas belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya

guna meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap.

b) Wahana kerja sama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat

kerjasama diantara sesama petani. Melalui kerjasama diharapkan usaha tanianya akan

lebih efisien.

c) Unit Produksi: Usaha tani yang dilakanakan oleh masing-masng anggota kelompok

tani, secara keseluruhan dipandang satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan

untuk mencapai skala ekonomi.

B. Gapoktan

Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan

bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri

atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang

berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier. Menurut Syahyuti

(2005) dalam Deptan (2008) Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani

Universitas Sumatera Utara

yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga

mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani

lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan

aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah

terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga

penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya,

lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun

diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran

penting terhadap pertanian

Permentan Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan bahwa Gapoktan

sebagai pelaksanan PUAP merupakan penggabungan dari beberapa kelompok tani

dalam satu kawasan desa. Tujuan penggabungan kelompok menjadi Gapoktan agar

kelompok tani lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam penyediaan sarana

produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani di sektor hulu

dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Kriteria

Gapoktan penerima bantuan modal usaha PUAP adalah antara lain:

a) Memiliki Sumber daya manusia yang mampu mengolah usaha agribisnis.

b) Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.

c) Dimiliki dan dikelola oleh petani.

Untuk kepentingan keberlanjutan program PUAP, maka Gapoktan berfungsi

sebagai executing dalam penyaluran dana BLM PUAP. Gapoktan dilengkapi

pengurus yang terdiri dari a) ketua; b) sekertaris c) bendahara, serta seksi unit usaha

otonom yang ditetapkan melalui RA yang dimasukkan dalam dokumen AD/ART

Gapoktan. Pembentukan Gapoktan dilakukan dalam suatu musyawarah yang dihadiri

Universitas Sumatera Utara

oleh kontaktani/ketua yang akan bergabung. Setelah sebelumnya dimasing-masing

kelompok telah disepakati bersama para anggota kelompok untuk bergabung ke dalam

Gapoktan. Dalam rapat pembentukan gapoktan disepakati bentuk susunan dan jangka

waktu kepengurusanya. Ketua gapoktan dipilih secara musyawarah dan demokratis

oleh para anggotanya, dan selanjutnya ketua memilih kepengurusan gapoktan lainya

untuk mendapatkan legitimasi kepengurusan (Deptan, 2008:26-28).

2.5.5. Pelaksanan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan salah satu

kegiatan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) yang

dilaksanakan oleh Departemen Pertanian, bertujuan untuk mempercepat tumbuh dan

berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran mengurangi kemiskinan dan

pengangguran di pedesaan. Pelaksanaan PUAP, dirancang dan dilaksanakan oleh

masyarakat secara partisifatif dengan membentuk kelompok tani, terintegrasi dengan

kegiatan yang telah ada, ataupun yang dilakukan baik dilingkup Departemen

Pertanian maupun Non Departemen Pertanian dan Pemerintah Daerah. Pembinaan

kelompok tani pada penerapan sistem agribisnis diarahkan untuk meningkatkan

peranan petani dan anggota masyarakat lainya dalam menumbuhkembangkan kerja

sama antar petani dan pihak pemangku kepentingan. Dengan pembinaan kelompok

tani diharapkan dapat menggali potensi dalam memecahkan masalah usaha pertanian

secara efektif dan memudahkan dalam mengakses informasi pasar, teknologi dan

sumberdaya lainya.

Pengembangan usaha agribisnis merupakan pembangunan industri pertanian

termasuk pengembangan jasa pendukungnya. Dengan kata lain pengembangan usaha

agribisnis adalah rangkaian kegiatan mulai dari pabrik dan distribusi produk (alat-

alat), sampai bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengolahan,

Universitas Sumatera Utara

penyimpanan, serta distribusi komoditi pertanian dan barang-barang yang

dihasilkanya. Starategi penerapan usaha agribisnis akan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Agribisnis berbasisi sumber daya sebagai faktor produksi dan berbentuk

ekstensifikasi agribisnis dengan dominasi komoditi produk primer.

2. Agribisnis berbasis investasi, melalui percepatan industri pengolahan dari industri

hulu serta peningkatan keterampilan sumberdaya manusia.

3. Agribisnis berbasis inovasi pertanian, dimanan komoditi yang diproduksi adalah

hasil dari penerapan IPTEK dan tenaga kerja terdidik, yang memiliki nilai tambah

yang besar dan tujuan yang lebih luas.

Pengembangan usaha agribisnis di suatu wilayah/pedesaan diasosiasikan

sebagai karakter pembangunan pertanian, karena pertanian berada dalam lingkup

suatu wilayah atau pedesaan. Pengembangan usaha agribisnis tersebut akan sampai

kepada seluruh masalah yang berada di pedesaan atau wilayah pengembangan,

dimana pendekatanya adalah potensi pertanian dan masyarakat yang dikelola secara

subsektor yang terintegrasi dan sinergis.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, di setiap lokasi Pengembangan Usaha

Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang meliputi suatu desa atau wilayah, dengan konsep

skala ekonomi akan dirancang suatu pengembangan usaha agribisnis. Oleh karena itu

diperlukan suatu penyusunan Rancangan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

(RPUAP).

RPUAP tersebut diharapkan disusun bersama antara unit kerja terkait

(pemangku kepentingan) seperti masyarakat tani dan pelaku agribisnis, berdasarkan

masalah dan potensi yang diidentifikasi sebelumnya melalui kegiatan PRA

(Participatory Rural Appraisal), RPUAP tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai

acuan dan pegangan bagi pendamping dan pelaksana PUAP di tingkat lapangan.

Universitas Sumatera Utara

Terutama dalam aspek merumuskan inovasi teknologi dan kelembagaan serta program

dalam kegiatan PUAP. Gabungan kelompok tani sebagai fondasi awal yang dibentuk

untuk mendukung langkah awal partisipatif pengembangan masyarakat itu sendiri

dalam mengambil kesimpulan dan keputusan yang kolektif dan satu tujuan.

Dengan demikian usaha agribisnis pedesaan akan sampai kepada seluruh

masalah yang berada di desa, mulai dari kemiskinan, penganguran, pengembangan

pertanian sampai sektor non pertanian (sosial, ekonomi dan sumberdaya lahan).

Pendekatan pengembangan usaha agribisnis di pedesaan adalah potensi pertanian

yang dikelola secara subsektoral dengan memamfaatkan sumberdaya alam dan

lingkungan dan mengandalkan kepada pelayanan jasa usaha pertanian (input, output

dan modal). Kelompok tani yang dibentuk sebagai aktor sistem pengolah pertanian

berbasis agribisnis berperan secara kolektif dalam pelaksanaan pengembangan usaha

pertanian, dikarenakan potensi kelompok tani lebih dominan memberikan kontribusi

perubahan dibanding dilakukan secara individual. Karena agribisnis itu sendiri

mencakup beberapa aktivitas pertanian, yang memerlukan tenaga kebersamaan untuk

melakukannya termasuk pada proses produksi, penyiangan, distribusi, prosesing,

suplai input, penyedian pelayanan penyuluhan, penelitian atau pengkajian dan

kebijakan lain. Dengan demikian, pengembangan usaha agribisnis terdiri dari

beberapa subsitem agribisnis :

1) Agribisnis industri hulu:

Agribisnis industri hulu adalah: industri-industri yang menghasilkan sarana

produksi bahan baku pertanian termasuk penyediaan inovasi teknologi pertanian.

(benih/bibit, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, dll).

Agribisnis hulu (up-stream agribisnis), mencakup industri yang menghasilkan

sarana produksi (input) pertanian, industri agro otomotif (mekanisasi pertanian),

Universitas Sumatera Utara

industtri pengolahan dan industri perbenihan. Pada prinsipnya, agribisnis hulu secara

umum adalah membangun industri jasa dan bersifat pendukung dalam pengembangan

subsektor on- farm agribisnis maupun industri hilir (down-stream agribisnis).

Mamfaat pengembangan sektor industri hulu, memberikan kemudahan bagi petani

dalam mengelola agribisnis komoditi unggulan yang dikembangkanya.

Berkembangnya subsektor industri hulu, menyebabkan pengelolahan subsektor on-

farm lebih efisien dan dapat meningkatkan produktivitas/produksi komoditi yang

dikembangkan.

Langkah Operasional

• Identifikasi di wilayah/lokasi PUAP, baik tingkat desa, kecamatan maupun

kabupaten mengenai ketersediaan sarana produksi (input) pertanian yang

dibutuhkan oleh petani, termasuk agro-kimia (pupuk/pestisida) dan industri

benih serta kebutuhan inovasi teknologinya.

• Menyediakan akses bagi para petani/masyarakat tani untuk mendapatkan jasa

pelayanan/pengguna untuk kebutuhan petani dalam pengolahan subsitem on-

farm nya, termasuk harga dan sistem tata niaga/distribusinya.

• Identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi petani untuk memperoleh

sarana dan prasarana produksi.

• Dalam kegiatan pengelolahan on-farm, komoditas pertanian banyak yang

tergantung pada musim, sehingga ketepatan waktu sesuai dengan kebutuhan

maupun jumlah dan jenisnya sangat penting ditinjau dari aspek jasa pelayanan.

• Unit-unit industri hulu dikelola secara individu, atau secara kelembagan dalam

memberikan jasa pelayanan kepada para pengguna.

2) Usaha pertanian primer, on farm agribisnis adalah aktivitas/kegiatan nyata

pertanian dengan skala ekonomi yang dilakukan secara individu, maupun

Universitas Sumatera Utara

berkelompok dalam suatu kelembagaan. Orientasi pada subsitem on farm adalah

keuntungan persatuan luas dan merupakan salah satu komponen rantai dalam sistem

agribisnis komoditas unggulan secara keseluruhan. Peningkatan produktivitas dalam

kegiatan on-farm agribisnis tergantung pada bahan baku dalam industri pengelolahan

(agroindustri). Oleh karena itu rencana pengembangan subsitem on-farm sebagai

penghasil bahan baku perlu ditindaklanjuti oleh perkembangan industri pengelolahan

atau perluasan pasar.

3) Agribisnis hilir: kegiatan industri yang mengelolah hasil hilir, menjadi produk-

produk olahan antara maupun produk akhir (perdagangan hasil pertanian barang

jadi). Mamfaat aktivitas agribisnis hilir adalah untuk meningkatkan nilai tambah dan

produk dapat dipasasrkan dengan mudah, peningkatan daya saing, serta menambah

pendapatan/kesejahteraan petani dan membuka peluang tenaga kerja.

Langkah operasional

a) Pengidentifikasian ditingkat petani/masyarakat baik secara individu maupun

kelembagaan produk hasil yang akan diolah

b) Mengaitkan dengan industri pengolahan (agribisnis hilir) termasuk jasa pelayanan

c) Pengembangan informasi agribisnis hilir terutama proses distribusi, inovasi

teknologi pengolahan dan pemasaran hasil. Sistem informasi yang dibangun harus

tepat guna dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan baik pemerintah

masyarakat umum dan petani.

d) Identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran

4) Kegiatan/usaha jasa penunjang yang menyediakan jasa bagi kegiatan agribisnis

seperti perbankan (simpan-pinjam), transportasi bagi petani untuk memberikan

kemudahan dalam mendistribusi barang produksi, penyuluhan teknik

pertanian/pendidikan dan keterampilan,

Universitas Sumatera Utara

Adapun tujuan dari pengembangan usaha agibisnis ini adalah:

1) Menumbuh kembangkan usaha agribisnis pedesaan

2) Meningkatkan pendapatan petani/pelaku usaha agribisnis

3) Meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan.

4) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

5) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra

lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan (Deptan,2008:13-18).

2.5.6. Indikator keberhasilan PUAP

1) Indikator Outcome PUAP antara lain:

• Meningkatnya kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi penyaluran dana

BLM untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun

rumah tangga tani;

• Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang

mendapatkan bantuan modal usaha;

• Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan;

dan

• Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan

rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah;

2) Indikator Benefit dan Impact antara lain :

• Berfungsinya GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan

dikelola oleh petani;

• Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani dilokasi

desa PUAP; dan

Universitas Sumatera Utara

• Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Deptan,

2008:45-49).

2.6. Kemiskinan

Miskin adalah kesan tentang kemelaratan, serba kekurangan dan sebagai

akibat dari keterbatasan/ ketiadaan akses pada sumbernya. Miskin juga berarti ketidak

berdayaan, kelemahan juga sebuah kehinaan, ketidak terimaan juga keluh kesah.

Kemiskinan tentu saja bukan merupakan sesuatu yang ada begitu saja. Ada banyak

faktor yang menyebabkannya. Beberapa hal yang diperkirakan penyebab kemiskinan

di daerah adalah permasalahan rendahnya kapabilitas dan ketersediaan sumber daya

alam bagi proses produksi primer, tata nilai, keterbatasan penguasaan atas aset

ekonomis, keterbatasan keterampilan, keterbatasan lapangan kerja, keterbatasan

pilihan teknologi budidaya, keterbatasan informasi, tidak adilnya nilai tukar produk

pertanian, kelembagaan yang tidak kooperatif, keterbatasan uang yang beredar di

masyarakat dan tingkat kesejahteraan yang rendah.

Kemiskinan merupakan realitas sosial ekonomi yang senantiasa ada dalam

setiap masyarakat, bahkan membentuk subkultur tersendiri. Kemiskinan dapat

dianggap bermasalah, bilamana realitas tersebut dihubungkan dengan cultural focus

berdasarakan nilai-nilai sosial yang dianut masyarakat. Dengan menempatkan cita-cita

nasional, yaitu terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945, maka kemiskinan di sumber daya manusia miskin merupakan suatu

masalah serius yang perlu segera ditanggulangi (Abdurrahman dan Soekartawi, 1997).

Berbagai catatan menunjukan bahwa kemiskinan akan identik dengan

keterbelakangan dan tentu saja identik dengan rendahnya sumberdaya manusia. Hal

ini diperkuat bahwa sebagian besar masyarakat miskin memiliki pendidikan yang

rendah (Purnomo, 2004: 140-141).

Universitas Sumatera Utara

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi, David Cos (2004)

membagi kemiskinan ke dalam beberapa kelas:

1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang

dan kalah. Pemenang umumnya negara maaju, sedangkan negara berkembang

seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem

(kemiskinnan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan

akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan, kemiskinan perkotaan

(kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotan).

3. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian kejadian lain

atau faktor-faktor eksternal diluar si miskin, seperti konflik, bencana alam,

kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.

4. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak dan kelompok

minoritas.

Dalam hal ini, karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh

ketidakberdayaan/ketidakmampuan (powerlessness) dalam hal :

(1) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan,

pendidikan, dan kesehatan;

(2) Melakukan kegiatan usaha produktif;

(3) Menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi;

(4) Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif,

mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik;

(5) Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa

mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Ellis (1984) menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut

aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Secara ekonomi kemiskinan dapat

didefenisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.

Secara politik dapat dilihat dari timgkat akses masyarakt terhadap partisipasi dalam

pembuatan dan pelaksananannya. Secara sosial-psikologis menunjuk kepada

kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan

kesempatan untuk meningkatkan produktivitas (Ellis dalam Suharto, 2009:133-134).

2.7. Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global

maupun nasional. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), misalnya, telah lama mengatur

masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional. PBB

memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi

yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan

kepentingan keluarga dan masyarakat. Defenisi ini menekankan bahwa kesejahteraan

sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas teroganisir

yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang

bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap

pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan

masyarakat.

Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal, telah ada

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Undang-undang RI Nomor 6 tahun 1974

tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, misalnya, merumuskan

kesejahteraan sosial sebagai:

Universitas Sumatera Utara

Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang

diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,

keluarga, serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak atau kewajiban

manusia sesuai dengan Pancasila.

Pengertian kesejahteraan sosial juga menunjuk pada segenap pengorganisasian

dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok

yang kurang beruntung (disadvantaged groups). Penyelenggara berbagai skema

perlindungan sosial (social protection) baik yang bersifat formal maupun informal

adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial. Perlindungan sosial yang bersifat formal

adalah berbagai skema jaminan sosial (social security) yang diselenggarakan oleh

Negara yang umumnya berbentuk bantuan sosial (social assistance) dan asuransi

sosial (social insurance), semisal tunjangan bagi orang cacat atau miskin (social

benefits atau doll), tunjuangan pengangguran (unemployment benefits), tunjangan

keluarga (family assistance yang diamerika dikenal dengan nama TANF atau

Temporary Assisstance for Needy Families). Beberapa skema yang dapat

dikategorikan sebagai perlindungan sosial informal antara lain usaha ekonomi

produktif, kredit mikro, arisan dan berbagai skema jaringan pengaman sosial (social

safety nets) yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat, organisasi sosial lokal

atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) (Suharto, 2009:1-3).

2.7.1. Pembangunan Kesejahteraan Sosial.

Pembangunan Kesejahteraan Sosial adalah usaha yang terencana dan

melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial

untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta

Universitas Sumatera Utara

memperkuat institusi-institusi sosial. Tujuan Pembangunan Kesejahteraan Sosial

(PKS) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang

mencakup:

1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan

sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat

yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan

sosial.

2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan

ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat

kemanusian.

3. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksesibilitasi dan pilihan-pilihan

kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan.

Ciri utama Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS) adalah komprehensif

dalam arti setiap pelayanan sosial yang diberikan senantiasa menempatkan penerima

pelayanan (beneficiaries) sebagai manusia, baik dalam arti individu maupun

kolektivitas, yang tidak terlepas dari sistem lingkungan sosiokulturalnya. Sasaran

pembangunan kesejahteraan sosial adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan

dan kelas sosial. Namun prioritas utama Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS)

adalah kelopok-kelompok kurang beruntung (disadvantage groups), khusunya yang

terkait dengan masalah kemiskinan. Sasaran PKS yang biasanya dikenal dengan nama

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau Pemerlu Pelayanan

Kesejahteraan Sosial (PPKS) antara lain meliputi orang miskin, penyandang cacat,

anak jalanan, anak yang mengalami perlakuan yang salah (child abuse), pasangan

yang mengalami perlakuan yang salah (spouse abuse), anak yang diperdagangkan

atau dilacurkan, komunitas adat terpencil (KAT), serta kelompok-kelompok lain yang

Universitas Sumatera Utara

mengalami masalah-masalah psikososial, disfungsi sosial atau ketunaan sosial

(Suharto, 2009:4-5).

2.8. Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal

ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman

sekampung dan sebagainya. Dalam hal kawan maksudnya mereka (orang-orang) yang

ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai

sifat yang saling mempengaruhi sama lain. Sedangkan dalam konsep sosiologi

manusia sering disebut sebagai mahluk sosial yang artinya bahwa manusia tidak dapat

hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Dalam menghadapi sekelilingnya

manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainya dan pergaulan tadi akan

mendatangkan kepuasan (Salim, 2002:454).

Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ekonomi berarti segala

sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta

kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian). Seiring dengan

perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih

luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia memenuhi kebutuhan sehari-hari,

jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan

terhadap manusia sehari-hari (Salim, 2002:379).

Menurut Soekanto dalam Susanto (1984) kondisi ekonomi adalah suatu

kondisi atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada

posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Menurut Melly.G. Tan bahwa

kedudukan sosal ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan,

penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia

bersama dengan James Grant dari Oversew Development Council mengatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

ekonomi, keidupan sosial ekonomi dititik beratkan pada pelayanan kesehatan,

pendidikan, perumahan dan air yang sehat serta didukung oleh pekerjaan yang layak

(Melly dalam Susanto, 1984:180).

2.9. Pengertian dan Definisi

1) Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut PUAP

adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal

usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi

pertanian desa sasaran;

2) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya

disebut PNPM (Mandiri) adalah program pemberdayaan masyakarat yang

ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.

3) Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat)

sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan

sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian primer yaitu kegiatan

ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c)

subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan

komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang

menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain.

4) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa).

Universitas Sumatera Utara

5) Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per

tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan

infrastruktur desa yang sangat terbatas.

6) Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan

sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya

pertanian dan keanekaragaman hayati;

7) Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau

korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu,

usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

8) Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian dan kesejahteraannya.

9) Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas

dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota.

10) Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) PUAP adalah kumpulan beberapa

Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala

ekonomi dan efisiensi usaha.

11) Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh

petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai

transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan.

Universitas Sumatera Utara

12) Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang

terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh

pendamping.

13) Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh dalam rangka

pemberdayaan petani/kelompok tani dalam melaksanakan PUAP.

14) Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang

keuangan mikro yang direkrut oleh Departemen Pertanian untuk melakukan

supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola GAPOKTAN dalam

pengembangan PUAP.

15) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah bantuan dana kepada

petani/kelompok tani untuk pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang

disalurkan melalui GAPOKTAN dalam bentuk modal usaha.

16) Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan

agribisnis yang disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan kelayakan usaha dan

potensi desa (Deptan, 2008: 55).

2.10. Kerangka Pemikiran

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi

semua pihak secara bersama dan terkoordinasi, namun penangannya selama ini

cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada

umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan mayarakat yang

dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan

kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik

dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dari penciptaan

lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan

kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur

masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan dan

evaluasi. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari

Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa

Keberhasailan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi

rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan

kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Program Pengembangan Usaha Agribisnis

(PUAP) merupakan program yang dikembangkn dari PNPM Mandiri, yang ditujukan

untuk mendorong pengembangan usaha pertanian sesuai potensi ekonomi perdesaan.

Desa Sipogu adalah salah satu desa kecil didaerah kabupaten Tapanuli Selatan

yang termasuk dalam kategori penerima Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan, dengan metode pendekatan pengembangan usaha

agribisnis perdesaan (PUAP). Kehidupan masyarakat didesa Sipogu mayoritas bekerja

sebagai petani, dengan mengandalkan lahan tanah dan sumberdaya hutan yang cukup

tersedia. Sebelum kedatangan program agribisnis, program bantuan bagi petani miskin

Sipogu seperti pemberian bibit kacang kedelai, bibit jagung, bibit padi, pupuk,

alsintan alat mesin bajak dan pendidikan, Sekolah Lapangan (SL) pernah berlangsung

pada pertengahan 2005 diikuti dengan pemberian bantuan dana modal pertanian di

tahun 2006 sebesar Rp 40.000.000,00 yang disponsori Departemen Pertanian selaku

pelaksana, dan terakhir pada tahun 2008 yakni program pengembangan usaha

agribisnis perdesaan yang ditujukan untuk menumbuh kembangkan usaha kelompok

tani yang telah ada agar lebih berdaya guna dan mampu berpartisipasi dalam proses

pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dan pembangunan kesejahteran

ekonomi masyarakat Sipogu sendiri pada khususnya.

Universitas Sumatera Utara

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.11. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan atau jawaban tentatif (perkiraan sementara)

atas masalah yang akan diteliti. Kemudian hipotesis dapat diverifikasi hanya setelah

hipotesis diuji secara empiris. Tujuan pengujian hipotesis ialah untuk mengetahui

kebenaran atau ketidak benaran atau untuk menerima atau menolak jawaban tentatif.

(Silalahi, 2009:160)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan

Agribisnis 1)Pengetahuan petani tentang program 2)Frekuensi penyuluhan 3) Lama keanggotaan 4) Penilaian tentang program

Masyarakat desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan

Sosial Ekonomi 1) Pekerjaan 2) Pendidikan/keterampilan 3) Pendapatan 4) Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan acuan dari kerangka pemikiran, peneliti menentukan hipotesis sebagai

berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan bidang Agribisnis terhadap sosial ekonomi

Masyarakat di Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli

Selatan.

Ha : Terdapat pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan bidang Agribisnis terhadap sosial ekonomi

masyarakat di Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli

Selatan.

2.12. Defenisi Konsep

Dalam penelitian sosial, istilah “konsep” sering digunakan secara bergantian

dengan “konstruk”. Keduanya memang memiliki keterkaitan dan kemiripan arti tetapi

memiliki perbedaan. Konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus atau fakta tertentu. Konsep menunjukan sejumlah

pengertian atau karakteristik tentang suatu peristiwa, objek, gejala, kondisi, situasi,

atau perilaku tertentu yang dinyatakan dalam suatu istilah atau kata (Silalahi,

2009:113)

Untuk mengetahui pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam

penelitian, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Pengaruh adalah suatu kondisi yang timbul akibat tindakan-tindakan yang

dilakukan yang ikut membentuk cara berfikir, sikap dan perbuatan seseorang dan atau

masyarakat yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebjaksanaan dan pelaksanaan program.

Universitas Sumatera Utara

b) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

adalah program yang dibentuk oleh pemerintah untuk mempercepat penanggulangan

kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di desa. Pendekatan PNPM Mandiri

Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan

(PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa Keberhasailan PPK adalah berupa

penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi rakyat miskin, efisiensi dan

efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi

masyarakat.

c) Agribisnis adalah usaha dalam bidang pertanian yang meliputi keseluruhan dari

mata rantai produksi yang membentuk suatu sistem produksi pertanian industri,

meliputi pengolahan bahan baku produksi, penanaman bibit sampai panen, dan

pengolahan hasil serta pemasaran.

d) Sosial Ekonomi adalah suatu kondisi atau kedudukan yang diatur secara sosial dan

menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.yang

ditentukan oleh faktor pemenuhan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang

sehat serta didukung oleh pekerjaan yang layak

2.13. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau

operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya

dengan rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam

melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-

konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009:120).

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian

ini, maka diukur melalui indikator- indikator sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Yang menjadi variabel x dalam penelitian ini adalah Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di bidang agribisnis:

1) Lama Keanggotaan:

2) Frekuensi kegiatan penyuluhan

3) Pengetahuan petani tentang program

a) Kegiatan usaha jasa penunjang: Jasa layanan pendukung seperti lembaga

keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan

dan pelayanan agribisnis. Disini peneliti

menggunakan Indikatornya dengan melihat ada

tidaknya kesediaan modal, transportasi dan

efektifanya penyuluhan ini,

b) Kegiatan/usaha agribisnis hulu: meliputi kegiatan ekonomi yang menghasilkan

dan memperdagangkan sarana produksi pertanian

primer seperti pupuk, bibit, obat-obatan, alat dan

mesin pertanian. Indikatornya adalah ada tidaknya

dan efektifanya sarana produksi (kios/toko), obat-

obatan, bibit, pupuk,

c) Kegiatan usaha pertanian primer, on farm: kegiatan produksi mulai dari cara-

cara pengolahan tanah, penanaman sampai

pemanenan dan pasca panen. Indikatornya adalah

ada tidaknya dan keefektifan teknologi pra panen,

panen dan pasca panen yang digunakan dan teknik

pengolahan, distribusi panen.

Universitas Sumatera Utara

d) Kegiatan usaha agribisnis hilir: kegiatan mengolah hasil pertanian primer

menjadi produk olahan. Indikatornya adalah: ada

dan tidaknya dan efektifanya kegiatan olahan ini,

4) Penilaian Tentang Program agribisnis

Yang menjadi variabel y dalam penelitian ini adalah :

1) Pekerjaan: merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari penghasilan

Untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga dengan indikator usaha yang dilakukan

sebagai anggota program dan usaha sampingan

2) Pendapatan: adalah jumlah semua hasil perolehan yang di dapat dalam bentuk

uang sebagai hasil kerja tiap kepala keluarga yang mengikuti program agribisnis,

dengan indikator sumber modal usaha pengembangan pertanian, pendapatan dari hasil

usaha, tanggungan dari keluarga, status kepemilikan lahan, kepemilikan rumah,

kemampuan memperbaiki rumah, ada tidaknya tabungan, pemenuhan kebutuhan

pokok sehari-hari berupa pemenuhan sandang papan pangan.

3) Pendidikan: kualitas pendidikan anak dilihat dari kemampuan serta akses untuk

mengenyam dan memperoleh proses pendidikan sekolah, penyelenggara pendidikan

sampai jenjang pendidikan tertinggi dengan ukuran kemampuan menyekolahkan anak.

4) Kesehatan: Kemampuan untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga,

indikator yang dipakai adalah kemampuan untuk membeli obat-obatan dan

kemampuan untuk berobat kerumah sakit, puskesmas, pengobatan tradisional.

Universitas Sumatera Utara