bab ii tinjauan pustaka 2.1. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38201/3/bab ii.pdf · hasil...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENELITIAN TERDAHULU
Hasil penelitian Lasta, dkk (2014) menunjukan bahwa penilaian faktor
Risk Profile yang dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR, Cash Ratio secara
keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan
dengan sangat baik. Faktor earnings atau rentabilitas yang penilaiannya
terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini menandakan
bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BRI dan di ikuti keuntungan yang
telah di dapat BRI. Dengan menggunakan indikator CAR bahwa BRI
memiliki faktor Capital yang baik yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia
8%.
Hasil penelitian Korompis, dkk (2015) menunjukan bahwa Bank BRI
dan Mandiri pada tahun 2012-2014 pada tingkat kesehatan bank yang
berbeda. Faktor Risk Profile dinilai melalui NPL, dan LDR. Pada rasio NPL
Bank BRI unggul dengan nilai mean sebesar 1,67% dan memperoleh
predikat sangat sehat sedangkan Bank Mandiri sebesar 2,04% dengan
mendapatkan predikat sehat. Sedangkan pada rasio LDR Bank Mandiri
unggul atas Bank BRI dengan nilai mean 80,88%, dan Bank BRI sebesar
83,35%. Melalui dua rasio tersebut kedua Bank dapat dikatakan mampu
mengelola risiko kredit dan risiko likuiditas dengan sangat baik. Faktor
earning yang penilaiannya dengan ROA menunjukan selama tahun 2012-
10
2014 keuntungan yang diperoleh Bank BRI cenderung menurun, sedangkan
Mandiri berfluktuasi. Namun demikian Bank BRI tetap unggul
dibandingkan dengan Mandiri dengan perolehan nilai mean ROA yang lebih
baik yakni 4,97% dibandingkan dengan Bank Mandiri yakni 3,59%, dan
dengan nilai rasio tersebut maka pada aspek Earning kedua Bank
dinyatakan sangat sehat. Dengan menggunakan indikator CAR, penelitian
membuktikan bahwa baik BRI maupun Mandiri memiliki faktor Capital
yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia 8%.
Hasil penelitian Putri, dkk (2017) menunjukan bahwa tingkat
kesehatan Bank sangat sehat ditunjukan pada aspek Risk Profile yang
mencakup rasio NPL sebesar 1,26% dan LDR sebesar 81,75%. Untuk aspek
Earnings yang mencakup rasio ROA 4,31% dan NIM 12,24%.
2.2. LANDASAN TEORI
2.2.1. Pengertian Bank
Menurut PSAK No. 30 bank adalah suatu lembaga yang berperan
sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak
yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang
memerlukan dana (defisit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan menurut Undang-Undang
NO. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang perbankan, bab 1 ayat (2), mengatakan: “Bank adalah badan
11
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Menurut kasmir (2008) bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa jasa bank lainnya.
2.2.2. Jenis Bank
Menurut budisantoso dan nuritomo (2006) bank dibagi menjadi dua yaitu
1) Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2.2.3. Fungsi Bank
Menurut Triandaru dan budisantoso (2006) fungsi utama bank sebagai
lembaga menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, bank
sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk
kredit.
1) Fungsi Penghimpun Dan
12
Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah menghimpun dana
dan menyalurkan dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh
pernerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun.
Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan dengan cara-cara
tertentu sehingga efisien dan dapat sesuai dengan rencana penggunaan dana
tersebut. Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat berupa giro (demand
deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito berjangka (time deposit).
a) Giro
Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek
untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah bukuan,
sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan
sebagai alat pembayaran.
b) Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hamya
dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan diperjanjikan
antara deposan dan bank.
c) Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati, dan tidak dengan
cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu.
2) Fungsi Menyalurkan Dana (kredit)
13
Mengurangi tingkat risiko kredit bank melakukan analisis 5C
(Character, Capital, Collaretal, Capacity, dan Condition of economic).
a) Character
Pada dasarnya menunjukan bagaimana karakter calon nasabah
yang akan diberi kredit.
b) Capital
Menitik beratkan pada aspek permodalan calon nasabah.
c) Collateral
Merupakan agunan atau jaminan yang dimiliki oleh calon
nasabah.
d) Capacity
Adalah kapasitas atau kemampuan pihak penerima kredit untuk
membayar bunga dan cicilan
e) Condition of economic
Merupakan kondisi perekonomian pada saat kredit dikucurkan.
Terdapat jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaanya debitor, dapat
dibedakan sebagai berikut:
a) Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Biasanya kredit modal
kerja bersifat jangka pendek dan sesuai dengan jangka waktu
perputaran modal kerja nasabah.
14
b) Kredit Investasi
Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan
barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit
investasi biasanya berjangka menengah atau panjang, karena nilainya
yang relatif besar dan cara perlunasan oleh nasabah melalui angsuran.
c) Kredit Konsumsi
Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka
pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, bukan sebagai
barang modal dalam kegiatan usahanya nasabah.
Menurut budisantoso dan nuritmo (2006) fungsi bank adalah sebagai
penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial
inetermediary.secara lebih spesifik bank bank dapat berfungsi sebagai :
1) Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankkan adalah kepercayaan (trust),
baik dalam menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat
mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur
kepercayaan bahwa masyarakat percaya jika uangnya dikelola dengan
baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan
simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.
2) Agent of development
15
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan
sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu
berinteraksi dan selalu mempengaruhi. Sektor riil tidak akan bekerja
dengan baik jika sektor moneter juga tidak dapat bekerja dengan baik.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan
kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang
dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi
tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.
3) Agent of services
Disamping menyalurkan dana menghimpun dana bank juga
memberikan penawaran jasa perbankkan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan
kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain
dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga,
pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
2.2.4. Peranan Bank
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006), memiliki peranan yang
sangat penting dalam sistem keuangan, peranan tersebut adalah :
a) Pengendalian Aset (asset transmutation)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan
pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut
16
diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya
dapat diatur sesuai dengan keingan pemilik dana. Dalam hal ini bank
dan lembaga keungan bukan bank telah berperan sebagai pengalih
aset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit
(borrowers). Dalam kasus yang lain, pengalihan aset dapat pula terjadi
jika bank dan lembaga keuangan bukan bank menerbitkan sekuritas
sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun, dan sebagainya)
yang kemudian dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya ditukarkan
dengan sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial paper
dan sebagainya) yang diterbitkan oleh unit defisit.
b) Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai
kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang
dan jasa. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak
pernah terlepas dari transaksi keuangan. Transaksi keuangan selalu
diperlukan baik secara langsung dalam jual beli barrang jadi, maupun
dalam transaksi jual beli bahan mentah dan setengah jadi dalam
proses produksi. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank dan
lembaga keuangan bukan bank (giro, tabungan, deposito, saham dan
sebagainya) merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai
alat pembayaran.
c) Likuiditas (liquidity)
17
Unit surplus dapat menempatkan dana yang pemiliknya dalam
bentuk produks-produk berupa giro, tabungan, deposito dan
sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai
tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas
para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian, lembaga keuangan
memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang
mengalami surplus likuiditas. Disisi lain, lembaga keuangan juga akan
dapat memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak
yang mengalami kekurangan likuiditas kepada pihak yang
memerlukan tambahanlikuiditas, dengan cara menyalurkan dana dari
pihak yang mengalami kelebihan likuiditas.
d) Efisiensi (efficiency)
Bank dan lemabaga keuangan bukan bank dapat menurunkan
biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peranan bank dan
lembaga keuangan bukan bank sebagai broker adalah menemukan
peminjaman dan penggunaan modal tanpa mengubah produknya. Di
sini mereka hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak
yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simentris
(assymetric information) antara peminjam dan investor menimbulkan
masalah insentif. Peranan lembaga perantara keuangan menjadi
penting untuk memecah masalah insentif ini. Indonesia dengan pasar
yang belum efisien, atau adanya informasi yang tidak sempurna,
18
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Ekonomi biaya tinggi
menyebabkan indonesia tidak dapat bersaing dalam pasar global.
Terlihat disini lembaga perantara keuangan mempunyai peranan untuk
menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk
menyamakan informasi yang tidak sempurna. Pemerintah indonesia
dengan peraturannya akan dapat memberikan iklim untuk mendukung
lembaga keungan tersebut.
2.2.5. Sumber Dana Bank
Menurut kuncoro dan suharjo (2011) sumber dana bank dibedakan
menjadi 3 yaitu ;
1) Dana Sendiri (dana pihak pertama)
Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang
saham bank atau pemilik bank. Dana sendiri terdiri dari beberapa pos,
yaitu :
a. Modal yang disetor
Modal yang disetor yaitu jumlah uang yang disetor secara
efektif oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri.
Modal ini dapat diperbesar lagi dengan cara penambahan modal
oleh pemilik bank atau cara melakukan go public.
b. Cadangan-cadangan
Cadangan-cadangan yaitu sebagai dari laba yang
disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya
19
yang akan dipergunakan untuk menutup timbulnya risiko
dikemudian hari. Cadangan ini dapat diperbesar apabila bagian
untuk cadangan tersebut ditingkatkan atau bank mampu
meningkatkan labanya,
c. Laba yang ditahan
Laba yang ditahan (rentained earning) adalah bagian laba
yang menjadi milik pemegang saham, akan tetapi oleh rapat
pemegang saham (RUPS) diputuskan untuk tidak dibagi dan
dimasukan kembali dalam modal bank. Biasanya laba yang
ditahan dipergunakan untuk memperkuat posisi cadangan
likuiditas (cash reserve) atau untuk penambahan dana yang
dapat dipinjamkan (loanable funds).
2) Dana Pinjaman dari Pihak di Luar Bank (dana pihak kedua)
Dana pihak kedua adalah dana yang berasal dari pihak yang
memberikan pinjamn kepada bank, yang terdiri dari 4 pihak, yaitu
a. Pinjaman dari bank lain di dalam negeri
pinjaman ini dikenal dengan pinjaman antar bank.
Pinjaman ini biasanya diminta bila ada kebutuhan dana
mendesak yang diperlukan bank misalnya untuk menutup
kewajiban kliring atau memenuhi ketentuan saldo giro wajib
minimum di Bank Indonesia.
b. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan di luar negeri
20
Pinjaman ini biasanya berbentuk pinjaman jangka
menengah panjang. Realisasi pinjaman ini harus melalui
persetujuan Bank Indoensia yang bertindak sebagai Pengawas
Pinjaman Luar Negeri (PKLN).
c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Pinjaman dari LKBB ini kadangkala tidak benar-benar
berbentuk pinjaman atau kredit, tapi lebih banyak berbentuk
suatu berharga yang dapat diperjual belikansebelum tanggal
jatuh tempo.
d. Pinjaman dari Bank Sentral
Pinjaman dari bank diperoleh apabila bank yang
bersangkutan ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk menyalurkan
pinjaman kesektor-sektor usaha yang mendapat prioritas dari
pemerintah untuk dikembangkan.
3) Dana Masyarakat (dana pihak ketiga)
Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari
masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh
bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang
dimiliki oleh bank. Dana masyarakat tersebut dihimpun oleh bank
produk-produk simpanan sebagai berikut.
21
a. Giro
Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan
cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah
bukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya
dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
b. Deposito
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya
hamya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan
diperjanjikan antara deposan dan bank.
c. Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati, dan
tidak dengan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat
dipersamakan dengan itu.
2.3. LAPORAN KEUANGAN
2.3.1.Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut PSAK No.1 (2004) merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan yang lengkap dari laba rugi, neraca, laporan
arus kas, laporan perubahan posisi keuangan catatan dan laporan serta
materi penjelasan yang merupakan bagian internal pada laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan objek dari analisis terhadap laporan
22
keuangan. Pemakaian laporan keuangan para investor dan caloninvestor,
kreditur (pemberi pinjaman), pemasok, kreditur usaha lainnya, pelanggan,
pemerntah, karyawan dan masyarakat, dan shareholder (para pemegang
saham).
2.3.2. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Brigham dan Houston (2012) jenis laporan keuangan yaitu:
1) Lapororan Tahunan
Laporan tahunan (annual report) adalah sebuah laporan yang
diterbitkan oleh perusahaan bagi para pemegang sahamnya. Laporan
ini memuat laporan keuangan dasar dan analisis manajemen atas
operasi tahun lalu dan prospek dimasa depan.
2) Neraca
Neraca (balance sheet) adalah suatu laporan mengenai posisi
keuangan perusahaan pada suatu titik tertentu.
3) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang
meragukan pendapatan dan beban perusahaan selama satu periode
akuntansi, biasanya suatu kuartal atau satu tahun.
4) Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (statement of cash flows) adalah laporan yang
melaporkan dampak aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan suatu
perusahaan pada arus kas sepanjang periode akuntansi.
23
5) Laporan Laba Ditahan
Laporan Laba ditahan (statement of retained earnings) adalah
laporan yang menyajikan seberapa jumlah laba perusahaan yang
ditahan di dalam neraca merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk
setiap tahun sepanjang riwayat perusahaan.
2.4 KESEHATAN BANK
2.4.1. Pengertian Kesehatan Bank
Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan dengan baik dengan cara-cara yang
sesuai dengan peraturan perbankkan yang berlaku. Pengertian suatu
kegiatan bank di atas merupakan suatu batasan batasan yang sangat luas,
karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut
meliputi:
1) Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain,
dan dari modal sendiri.
2) Kemampuan mengelola data.
3) Kemampuan untuk menyalurkan dana.
4) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lainnya.
5) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
24
2.4.2. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan
atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang perbankan, pembinaan dan
pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-Undang tersebut
lebih lanjut menetapkan bahwa:
1) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lainya yang berkaitan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan
prinsip kehati-hatian.
2) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh
cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
3) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tatacara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
4) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan
bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya,
serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan,dokumen dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
25
5) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank indonesia
dapat menugaskan Akuntan Publik atas nama Bank Indonesia untuk
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
6) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan
perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan
berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Neraca serta perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib
terlebih dahulu di audit oleh akuntan publik.
7) Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2.5. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (RGEC)
Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/24/DPNP tanggal
25 Oktober 2011, untuk mengukur tingkat kesehatan bank menggunakan
Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital (RGEC)
yaitu:
a. Risk Profile
Didalam dunia bisnis, risiko didefinisikan sebagai kemungkinan akan
adanya kerugian dimasa mendatang. Perbankan dikatan sehat mampu
meminimalkan risiko-risiko yang ada dalam dunia perbankan. Risiko yang
dihadapi dalam dunia perbankan dalam dunia finansial bisa berupa risiko
kredit macet, risiko likuiditas (kemampuan membayar utang jangka
26
pendek), risiko reputasi, hukum dan lain sebagainya. Semakin mampu
perbankkan meminimalisir risiko maka perbankan tersebut akan semakin
sehat. Penilaian terhapat risiko terbagi menjadi 8 indikator yaitu :
1) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko pinjaman tidak kembali sesuai
dengan kontrak, seperti peenundaan, pengurangan pembayaran
suku bunga dan pinjaman pokoknya, atau tidak membayar
pinjaman sama sekali. Risiko kredit dihitung dengan
menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL).
NPL (%) =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100
Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
2) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena menurunya
nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.
Risiko pasar dihitung menggunakan rasio Interest Rate Risk
(IRR).
IRR=𝑅𝑆𝐴 (𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝑅𝑆𝐿 (𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠) 𝑥 100
Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
27
3) Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko yang terjadi karena
adanya penarikan dana secara serentak yang dapat
mengakibatkan kebangkrutan bank. Risiko likuiditas dapat
dihitung menggunakan rasio sebagai berikut:
a) Loan to Deposito Ratio (LDR)
𝐿𝐷𝑅(%) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎𝑥 100
Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
b) Loan to Asset Ratio (LAR)
𝐿𝐴𝑅(%) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100
Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
c) Cash Ratio (CR)
𝐶𝑅(%) =Alat−alat Likuid Yang Dikuasai
Dana Pihak Ketigax 100
Sumber: Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
4) Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah risiko kerugian yang di
akibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses
28
internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian
eksternal.
5) Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah risiko dari ketidak pastian tindakan
atau tuntunan atau ketidak pastian dari pelaksanaan atau
interprestasi dari kontrak, hukum atau peraturan.
6) Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah risiko yang disebabkan oleh
adanya penetapan dan pelaksaan strategik bank yang tidak tepat,
pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
reponsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
7) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan oleh
ketidak patuhan suatu bank untuk melaksanakan perundang-
undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
8) Risiko Reputasi
29
Risiko Reputasi adalah resiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
b. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) menggunakan penilaian
terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip
GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap penilaian
prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai pelaksanaan GCG bagi bank umum dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Pelaksanaan GCG pada
industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5 (lima)
prinsip dasar sebagai berikut :
1. Transparasi (transparency) yaitu keterbukaan dalam
mengemukakan informasi yang material dan relevan serta
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan.
2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga
pengelolaannya berjalan secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian
pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat.
30
4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara
profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak stakholders yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Fitriana (2015) penetapan peringkat faktor GCG
dilakukan berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur
terhadap hasil penilaian pelaksanaan prinsip-prinsip GCG bank dan
informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang didasarkan pada
data dan informasi relevan untuk mendukung analisis terhadap
struktur, proses dan hasil dari tata kelola dan keterkaitannya antara
satu sama lain. Dalam melakukan penetapan peringkat faktor GCG,
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai GCG
bagi Bank Umum hasil penilaian pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
bank hanya merupakan salah satu sumber penilaian faktor GCG Bank
dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
Menurut SE No 8/14/PBI/2006 menyebutkan bahwa setiap bank
wajib menerapkan GCG, termasuk melakukan self-Assessment dan
menyampaikan laporan pelaksanaan GCG. Self Assessment dilakukan
dengan mengisi kertas kerja Self Assessment GCG yang telah
ditetapkan, yang meliputi.
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.
31
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi.
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite.
4. Penanganan benturan kepentingan.
5. Penerapan fungsi kepatuhan bank.
6. Penerapan fungsi audit internal.
7. Fungsi audit internal.
8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian
internal.
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
penyediaan dana besar (large exposure).
10. Transparasi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan
pelaksanaan Good Corporate Governance serta pelaporan
internal.
11. Rencana strategis bank.
Penilaian faktor tersebut menggunakan kertas kerja dengan
format yang sudah ditentukan oleh Bank Indonesia, seperti terlampir
pada Surat Edaran Bank Indonesia No 9/12/DPNP/2007. Untuk setiap
faktor, kertas kerja tersebut berisi penjelasan tentang tujuan,
kriteria/indikator, kolom analisis self assesment, dan kriteria
peringkat. Pihak bank mengisi hasil analisisnya pada kolom yang
sudah disediakan. Bank selanjutnya melakukan penilaian sesuai
dengan kriteria peringkat, yaitu peringkat 1 sampai peringkat 5, serta
32
membuat kesimpulan yang mencakup identifikasi masalah, rencana
tindak, dan waktu penyelesaian.
c. Earnings
Earnings atau rentabilitas menjadi evaluasi terhadap kinerja
rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, dan manajemen rentabilitas.
Earnings dapat dihitung menggunakan rasio sebagai berikut:
1) Return on Asset (ROA)
𝑅𝑂𝐴(%) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑥 100
Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
2) Return on Equity (ROE)
𝑅𝑂𝐸(%) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑡𝑖𝑥 100
Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
3) Net Interest Margin (NIM)
𝑁𝐼𝑀(%) = Pendapatan Bunga Bersih
Aktiva Produktifx 100
Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
4) Beban Operasional Terhadap Pendapatan Beban Operasional
(BOPO)
𝐵𝑂𝑃𝑂(%) = Beban Operasional
Pendapatan Operasionalx 100
33
Sumber: Bank Indonesia 13/1/PBI/2011
d. Capital
Capital atau permodalan penilaianya meliputi terhadap
kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.
Capital dapat dihitung dengan menggunakan Rasio Kecukupan Modal
atau Capital Adequacy Ratio (CAR).
𝐶𝐴𝑅(%) = Modal
ATMRx 100
Sumber: Bank Indonesia 13/1/PBI/2011