bab ii tinjauan pustaka 2.1. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38201/3/bab ii.pdf · hasil...

25
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Hasil penelitian Lasta, dkk (2014) menunjukan bahwa penilaian faktor Risk Profile yang dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR, Cash Ratio secara keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan dengan sangat baik. Faktor earnings atau rentabilitas yang penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini menandakan bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BRI dan di ikuti keuntungan yang telah di dapat BRI. Dengan menggunakan indikator CAR bahwa BRI memiliki faktor Capital yang baik yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia 8%. Hasil penelitian Korompis, dkk (2015) menunjukan bahwa Bank BRI dan Mandiri pada tahun 2012-2014 pada tingkat kesehatan bank yang berbeda. Faktor Risk Profile dinilai melalui NPL, dan LDR. Pada rasio NPL Bank BRI unggul dengan nilai mean sebesar 1,67% dan memperoleh predikat sangat sehat sedangkan Bank Mandiri sebesar 2,04% dengan mendapatkan predikat sehat. Sedangkan pada rasio LDR Bank Mandiri unggul atas Bank BRI dengan nilai mean 80,88%, dan Bank BRI sebesar 83,35%. Melalui dua rasio tersebut kedua Bank dapat dikatakan mampu mengelola risiko kredit dan risiko likuiditas dengan sangat baik. Faktor earning yang penilaiannya dengan ROA menunjukan selama tahun 2012-

Upload: nguyendat

Post on 02-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENELITIAN TERDAHULU

Hasil penelitian Lasta, dkk (2014) menunjukan bahwa penilaian faktor

Risk Profile yang dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR, Cash Ratio secara

keseluruhan menggambarkan pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan

dengan sangat baik. Faktor earnings atau rentabilitas yang penilaiannya

terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini menandakan

bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BRI dan di ikuti keuntungan yang

telah di dapat BRI. Dengan menggunakan indikator CAR bahwa BRI

memiliki faktor Capital yang baik yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia

8%.

Hasil penelitian Korompis, dkk (2015) menunjukan bahwa Bank BRI

dan Mandiri pada tahun 2012-2014 pada tingkat kesehatan bank yang

berbeda. Faktor Risk Profile dinilai melalui NPL, dan LDR. Pada rasio NPL

Bank BRI unggul dengan nilai mean sebesar 1,67% dan memperoleh

predikat sangat sehat sedangkan Bank Mandiri sebesar 2,04% dengan

mendapatkan predikat sehat. Sedangkan pada rasio LDR Bank Mandiri

unggul atas Bank BRI dengan nilai mean 80,88%, dan Bank BRI sebesar

83,35%. Melalui dua rasio tersebut kedua Bank dapat dikatakan mampu

mengelola risiko kredit dan risiko likuiditas dengan sangat baik. Faktor

earning yang penilaiannya dengan ROA menunjukan selama tahun 2012-

10

2014 keuntungan yang diperoleh Bank BRI cenderung menurun, sedangkan

Mandiri berfluktuasi. Namun demikian Bank BRI tetap unggul

dibandingkan dengan Mandiri dengan perolehan nilai mean ROA yang lebih

baik yakni 4,97% dibandingkan dengan Bank Mandiri yakni 3,59%, dan

dengan nilai rasio tersebut maka pada aspek Earning kedua Bank

dinyatakan sangat sehat. Dengan menggunakan indikator CAR, penelitian

membuktikan bahwa baik BRI maupun Mandiri memiliki faktor Capital

yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia 8%.

Hasil penelitian Putri, dkk (2017) menunjukan bahwa tingkat

kesehatan Bank sangat sehat ditunjukan pada aspek Risk Profile yang

mencakup rasio NPL sebesar 1,26% dan LDR sebesar 81,75%. Untuk aspek

Earnings yang mencakup rasio ROA 4,31% dan NIM 12,24%.

2.2. LANDASAN TEORI

2.2.1. Pengertian Bank

Menurut PSAK No. 30 bank adalah suatu lembaga yang berperan

sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak

yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang

memerlukan dana (defisit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi

memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan menurut Undang-Undang

NO. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang perbankan, bab 1 ayat (2), mengatakan: “Bank adalah badan

11

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut kasmir (2008) bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa jasa bank lainnya.

2.2.2. Jenis Bank

Menurut budisantoso dan nuritomo (2006) bank dibagi menjadi dua yaitu

1) Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara

konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

2.2.3. Fungsi Bank

Menurut Triandaru dan budisantoso (2006) fungsi utama bank sebagai

lembaga menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, bank

sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk

kredit.

1) Fungsi Penghimpun Dan

12

Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah menghimpun dana

dan menyalurkan dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh

pernerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun.

Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan dengan cara-cara

tertentu sehingga efisien dan dapat sesuai dengan rencana penggunaan dana

tersebut. Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat berupa giro (demand

deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito berjangka (time deposit).

a) Giro

Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek

untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah bukuan,

sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan

sebagai alat pembayaran.

b) Deposito Berjangka

Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hamya

dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan diperjanjikan

antara deposan dan bank.

c) Tabungan

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati, dan tidak dengan

cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

2) Fungsi Menyalurkan Dana (kredit)

13

Mengurangi tingkat risiko kredit bank melakukan analisis 5C

(Character, Capital, Collaretal, Capacity, dan Condition of economic).

a) Character

Pada dasarnya menunjukan bagaimana karakter calon nasabah

yang akan diberi kredit.

b) Capital

Menitik beratkan pada aspek permodalan calon nasabah.

c) Collateral

Merupakan agunan atau jaminan yang dimiliki oleh calon

nasabah.

d) Capacity

Adalah kapasitas atau kemampuan pihak penerima kredit untuk

membayar bunga dan cicilan

e) Condition of economic

Merupakan kondisi perekonomian pada saat kredit dikucurkan.

Terdapat jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaanya debitor, dapat

dibedakan sebagai berikut:

a) Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk

membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Biasanya kredit modal

kerja bersifat jangka pendek dan sesuai dengan jangka waktu

perputaran modal kerja nasabah.

14

b) Kredit Investasi

Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan

barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit

investasi biasanya berjangka menengah atau panjang, karena nilainya

yang relatif besar dan cara perlunasan oleh nasabah melalui angsuran.

c) Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka

pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, bukan sebagai

barang modal dalam kegiatan usahanya nasabah.

Menurut budisantoso dan nuritmo (2006) fungsi bank adalah sebagai

penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial

inetermediary.secara lebih spesifik bank bank dapat berfungsi sebagai :

1) Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankkan adalah kepercayaan (trust),

baik dalam menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat

mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur

kepercayaan bahwa masyarakat percaya jika uangnya dikelola dengan

baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan

simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

2) Agent of development

15

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan

sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu

berinteraksi dan selalu mempengaruhi. Sektor riil tidak akan bekerja

dengan baik jika sektor moneter juga tidak dapat bekerja dengan baik.

Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan

kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang

dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi

tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.

3) Agent of services

Disamping menyalurkan dana menghimpun dana bank juga

memberikan penawaran jasa perbankkan yang lain kepada

masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan

kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain

dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga,

pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

2.2.4. Peranan Bank

Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006), memiliki peranan yang

sangat penting dalam sistem keuangan, peranan tersebut adalah :

a) Pengendalian Aset (asset transmutation)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan

pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu

tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut

16

diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya

dapat diatur sesuai dengan keingan pemilik dana. Dalam hal ini bank

dan lembaga keungan bukan bank telah berperan sebagai pengalih

aset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit

(borrowers). Dalam kasus yang lain, pengalihan aset dapat pula terjadi

jika bank dan lembaga keuangan bukan bank menerbitkan sekuritas

sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun, dan sebagainya)

yang kemudian dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya ditukarkan

dengan sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial paper

dan sebagainya) yang diterbitkan oleh unit defisit.

b) Transaksi (transaction)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai

kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang

dan jasa. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak

pernah terlepas dari transaksi keuangan. Transaksi keuangan selalu

diperlukan baik secara langsung dalam jual beli barrang jadi, maupun

dalam transaksi jual beli bahan mentah dan setengah jadi dalam

proses produksi. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank dan

lembaga keuangan bukan bank (giro, tabungan, deposito, saham dan

sebagainya) merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai

alat pembayaran.

c) Likuiditas (liquidity)

17

Unit surplus dapat menempatkan dana yang pemiliknya dalam

bentuk produks-produk berupa giro, tabungan, deposito dan

sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai

tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas

para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan

kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian, lembaga keuangan

memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang

mengalami surplus likuiditas. Disisi lain, lembaga keuangan juga akan

dapat memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak

yang mengalami kekurangan likuiditas kepada pihak yang

memerlukan tambahanlikuiditas, dengan cara menyalurkan dana dari

pihak yang mengalami kelebihan likuiditas.

d) Efisiensi (efficiency)

Bank dan lemabaga keuangan bukan bank dapat menurunkan

biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peranan bank dan

lembaga keuangan bukan bank sebagai broker adalah menemukan

peminjaman dan penggunaan modal tanpa mengubah produknya. Di

sini mereka hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak

yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simentris

(assymetric information) antara peminjam dan investor menimbulkan

masalah insentif. Peranan lembaga perantara keuangan menjadi

penting untuk memecah masalah insentif ini. Indonesia dengan pasar

yang belum efisien, atau adanya informasi yang tidak sempurna,

18

menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Ekonomi biaya tinggi

menyebabkan indonesia tidak dapat bersaing dalam pasar global.

Terlihat disini lembaga perantara keuangan mempunyai peranan untuk

menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk

menyamakan informasi yang tidak sempurna. Pemerintah indonesia

dengan peraturannya akan dapat memberikan iklim untuk mendukung

lembaga keungan tersebut.

2.2.5. Sumber Dana Bank

Menurut kuncoro dan suharjo (2011) sumber dana bank dibedakan

menjadi 3 yaitu ;

1) Dana Sendiri (dana pihak pertama)

Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang

saham bank atau pemilik bank. Dana sendiri terdiri dari beberapa pos,

yaitu :

a. Modal yang disetor

Modal yang disetor yaitu jumlah uang yang disetor secara

efektif oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri.

Modal ini dapat diperbesar lagi dengan cara penambahan modal

oleh pemilik bank atau cara melakukan go public.

b. Cadangan-cadangan

Cadangan-cadangan yaitu sebagai dari laba yang

disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya

19

yang akan dipergunakan untuk menutup timbulnya risiko

dikemudian hari. Cadangan ini dapat diperbesar apabila bagian

untuk cadangan tersebut ditingkatkan atau bank mampu

meningkatkan labanya,

c. Laba yang ditahan

Laba yang ditahan (rentained earning) adalah bagian laba

yang menjadi milik pemegang saham, akan tetapi oleh rapat

pemegang saham (RUPS) diputuskan untuk tidak dibagi dan

dimasukan kembali dalam modal bank. Biasanya laba yang

ditahan dipergunakan untuk memperkuat posisi cadangan

likuiditas (cash reserve) atau untuk penambahan dana yang

dapat dipinjamkan (loanable funds).

2) Dana Pinjaman dari Pihak di Luar Bank (dana pihak kedua)

Dana pihak kedua adalah dana yang berasal dari pihak yang

memberikan pinjamn kepada bank, yang terdiri dari 4 pihak, yaitu

a. Pinjaman dari bank lain di dalam negeri

pinjaman ini dikenal dengan pinjaman antar bank.

Pinjaman ini biasanya diminta bila ada kebutuhan dana

mendesak yang diperlukan bank misalnya untuk menutup

kewajiban kliring atau memenuhi ketentuan saldo giro wajib

minimum di Bank Indonesia.

b. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan di luar negeri

20

Pinjaman ini biasanya berbentuk pinjaman jangka

menengah panjang. Realisasi pinjaman ini harus melalui

persetujuan Bank Indoensia yang bertindak sebagai Pengawas

Pinjaman Luar Negeri (PKLN).

c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Pinjaman dari LKBB ini kadangkala tidak benar-benar

berbentuk pinjaman atau kredit, tapi lebih banyak berbentuk

suatu berharga yang dapat diperjual belikansebelum tanggal

jatuh tempo.

d. Pinjaman dari Bank Sentral

Pinjaman dari bank diperoleh apabila bank yang

bersangkutan ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk menyalurkan

pinjaman kesektor-sektor usaha yang mendapat prioritas dari

pemerintah untuk dikembangkan.

3) Dana Masyarakat (dana pihak ketiga)

Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari

masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh

bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang

dimiliki oleh bank. Dana masyarakat tersebut dihimpun oleh bank

produk-produk simpanan sebagai berikut.

21

a. Giro

Rekening giro (checking account) adalah simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan

cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah

bukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya

dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

b. Deposito

Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya

hamya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan

diperjanjikan antara deposan dan bank.

c. Tabungan

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati, dan

tidak dengan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat

dipersamakan dengan itu.

2.3. LAPORAN KEUANGAN

2.3.1.Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut PSAK No.1 (2004) merupakan bagian

dari proses pelaporan keuangan yang lengkap dari laba rugi, neraca, laporan

arus kas, laporan perubahan posisi keuangan catatan dan laporan serta

materi penjelasan yang merupakan bagian internal pada laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan objek dari analisis terhadap laporan

22

keuangan. Pemakaian laporan keuangan para investor dan caloninvestor,

kreditur (pemberi pinjaman), pemasok, kreditur usaha lainnya, pelanggan,

pemerntah, karyawan dan masyarakat, dan shareholder (para pemegang

saham).

2.3.2. Jenis Laporan Keuangan

Menurut Brigham dan Houston (2012) jenis laporan keuangan yaitu:

1) Lapororan Tahunan

Laporan tahunan (annual report) adalah sebuah laporan yang

diterbitkan oleh perusahaan bagi para pemegang sahamnya. Laporan

ini memuat laporan keuangan dasar dan analisis manajemen atas

operasi tahun lalu dan prospek dimasa depan.

2) Neraca

Neraca (balance sheet) adalah suatu laporan mengenai posisi

keuangan perusahaan pada suatu titik tertentu.

3) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang

meragukan pendapatan dan beban perusahaan selama satu periode

akuntansi, biasanya suatu kuartal atau satu tahun.

4) Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas (statement of cash flows) adalah laporan yang

melaporkan dampak aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan suatu

perusahaan pada arus kas sepanjang periode akuntansi.

23

5) Laporan Laba Ditahan

Laporan Laba ditahan (statement of retained earnings) adalah

laporan yang menyajikan seberapa jumlah laba perusahaan yang

ditahan di dalam neraca merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk

setiap tahun sepanjang riwayat perusahaan.

2.4 KESEHATAN BANK

2.4.1. Pengertian Kesehatan Bank

Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank

untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan dengan baik dengan cara-cara yang

sesuai dengan peraturan perbankkan yang berlaku. Pengertian suatu

kegiatan bank di atas merupakan suatu batasan batasan yang sangat luas,

karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk

melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut

meliputi:

1) Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain,

dan dari modal sendiri.

2) Kemampuan mengelola data.

3) Kemampuan untuk menyalurkan dana.

4) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,

pemilik modal, dan pihak lainnya.

5) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku

24

2.4.2. Aturan Kesehatan Bank

Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan

atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang perbankan, pembinaan dan

pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-Undang tersebut

lebih lanjut menetapkan bahwa:

1) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan

ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,

likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lainya yang berkaitan

dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan

prinsip kehati-hatian.

2) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh

cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya kepada bank.

3) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan

dan penjelasan mengenai usahanya menurut tatacara yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia.

4) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan

bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya,

serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka

memperoleh kebenaran dari segala keterangan,dokumen dan

penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.

25

5) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara

berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank indonesia

dapat menugaskan Akuntan Publik atas nama Bank Indonesia untuk

melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.

6) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan

perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan

berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia. Neraca serta perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib

terlebih dahulu di audit oleh akuntan publik.

7) Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam

waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2.5. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (RGEC)

Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/24/DPNP tanggal

25 Oktober 2011, untuk mengukur tingkat kesehatan bank menggunakan

Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital (RGEC)

yaitu:

a. Risk Profile

Didalam dunia bisnis, risiko didefinisikan sebagai kemungkinan akan

adanya kerugian dimasa mendatang. Perbankan dikatan sehat mampu

meminimalkan risiko-risiko yang ada dalam dunia perbankan. Risiko yang

dihadapi dalam dunia perbankan dalam dunia finansial bisa berupa risiko

kredit macet, risiko likuiditas (kemampuan membayar utang jangka

26

pendek), risiko reputasi, hukum dan lain sebagainya. Semakin mampu

perbankkan meminimalisir risiko maka perbankan tersebut akan semakin

sehat. Penilaian terhapat risiko terbagi menjadi 8 indikator yaitu :

1) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko pinjaman tidak kembali sesuai

dengan kontrak, seperti peenundaan, pengurangan pembayaran

suku bunga dan pinjaman pokoknya, atau tidak membayar

pinjaman sama sekali. Risiko kredit dihitung dengan

menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL).

NPL (%) =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100

Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

2) Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena menurunya

nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.

Risiko pasar dihitung menggunakan rasio Interest Rate Risk

(IRR).

IRR=𝑅𝑆𝐴 (𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)

𝑅𝑆𝐿 (𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠) 𝑥 100

Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

27

3) Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah Risiko yang terjadi karena

adanya penarikan dana secara serentak yang dapat

mengakibatkan kebangkrutan bank. Risiko likuiditas dapat

dihitung menggunakan rasio sebagai berikut:

a) Loan to Deposito Ratio (LDR)

𝐿𝐷𝑅(%) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎𝑥 100

Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

b) Loan to Asset Ratio (LAR)

𝐿𝐴𝑅(%) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100

Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

c) Cash Ratio (CR)

𝐶𝑅(%) =Alat−alat Likuid Yang Dikuasai

Dana Pihak Ketigax 100

Sumber: Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

4) Risiko Operasional

Risiko Operasional adalah risiko kerugian yang di

akibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses

28

internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian

eksternal.

5) Risiko Hukum

Risiko Hukum adalah risiko dari ketidak pastian tindakan

atau tuntunan atau ketidak pastian dari pelaksanaan atau

interprestasi dari kontrak, hukum atau peraturan.

6) Risiko Stratejik

Risiko Stratejik adalah risiko yang disebabkan oleh

adanya penetapan dan pelaksaan strategik bank yang tidak tepat,

pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang

reponsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

7) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan oleh

ketidak patuhan suatu bank untuk melaksanakan perundang-

undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

8) Risiko Reputasi

29

Risiko Reputasi adalah resiko akibat menurunnya tingkat

kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif

terhadap bank.

b. Good Corporate Governance

Good Corporate Governance (GCG) menggunakan penilaian

terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip

GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap penilaian

prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia

mengenai pelaksanaan GCG bagi bank umum dengan memperhatikan

karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Pelaksanaan GCG pada

industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5 (lima)

prinsip dasar sebagai berikut :

1. Transparasi (transparency) yaitu keterbukaan dalam

mengemukakan informasi yang material dan relevan serta

keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan.

2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan

pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga

pengelolaannya berjalan secara efektif.

3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian

pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat.

30

4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara

profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.

5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam

memenuhi hak-hak stakholders yang timbul berdasarkan

perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Fitriana (2015) penetapan peringkat faktor GCG

dilakukan berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur

terhadap hasil penilaian pelaksanaan prinsip-prinsip GCG bank dan

informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang didasarkan pada

data dan informasi relevan untuk mendukung analisis terhadap

struktur, proses dan hasil dari tata kelola dan keterkaitannya antara

satu sama lain. Dalam melakukan penetapan peringkat faktor GCG,

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai GCG

bagi Bank Umum hasil penilaian pelaksanaan prinsip-prinsip GCG

bank hanya merupakan salah satu sumber penilaian faktor GCG Bank

dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

Menurut SE No 8/14/PBI/2006 menyebutkan bahwa setiap bank

wajib menerapkan GCG, termasuk melakukan self-Assessment dan

menyampaikan laporan pelaksanaan GCG. Self Assessment dilakukan

dengan mengisi kertas kerja Self Assessment GCG yang telah

ditetapkan, yang meliputi.

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.

31

2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi.

3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite.

4. Penanganan benturan kepentingan.

5. Penerapan fungsi kepatuhan bank.

6. Penerapan fungsi audit internal.

7. Fungsi audit internal.

8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian

internal.

9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan

penyediaan dana besar (large exposure).

10. Transparasi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan

pelaksanaan Good Corporate Governance serta pelaporan

internal.

11. Rencana strategis bank.

Penilaian faktor tersebut menggunakan kertas kerja dengan

format yang sudah ditentukan oleh Bank Indonesia, seperti terlampir

pada Surat Edaran Bank Indonesia No 9/12/DPNP/2007. Untuk setiap

faktor, kertas kerja tersebut berisi penjelasan tentang tujuan,

kriteria/indikator, kolom analisis self assesment, dan kriteria

peringkat. Pihak bank mengisi hasil analisisnya pada kolom yang

sudah disediakan. Bank selanjutnya melakukan penilaian sesuai

dengan kriteria peringkat, yaitu peringkat 1 sampai peringkat 5, serta

32

membuat kesimpulan yang mencakup identifikasi masalah, rencana

tindak, dan waktu penyelesaian.

c. Earnings

Earnings atau rentabilitas menjadi evaluasi terhadap kinerja

rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, dan manajemen rentabilitas.

Earnings dapat dihitung menggunakan rasio sebagai berikut:

1) Return on Asset (ROA)

𝑅𝑂𝐴(%) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑥 100

Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

2) Return on Equity (ROE)

𝑅𝑂𝐸(%) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑡𝑖𝑥 100

Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

3) Net Interest Margin (NIM)

𝑁𝐼𝑀(%) = Pendapatan Bunga Bersih

Aktiva Produktifx 100

Sumber : Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

4) Beban Operasional Terhadap Pendapatan Beban Operasional

(BOPO)

𝐵𝑂𝑃𝑂(%) = Beban Operasional

Pendapatan Operasionalx 100

33

Sumber: Bank Indonesia 13/1/PBI/2011

d. Capital

Capital atau permodalan penilaianya meliputi terhadap

kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan.

Capital dapat dihitung dengan menggunakan Rasio Kecukupan Modal

atau Capital Adequacy Ratio (CAR).

𝐶𝐴𝑅(%) = Modal

ATMRx 100

Sumber: Bank Indonesia 13/1/PBI/2011