bab ii tinjauan pustaka 2.1 makanan ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/chapter...

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringan Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang menurut Maslow menduduki peringkat pertama dari sederet kebutuhan lain. Setiap individu membutuhkan sejumlah makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh ekonom, makanan dijadikan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Makanan merupakan bagian budaya yang sangat penting (Khomsan, 2003). Makanan ringan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan yang dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari. Oleh karena itu, makanan ini biasa disebut snack yang berarti sesuatu yang dapat mengobati rasa lapar dan memberikan suplai energi yang cukup untuk tubuh (Anonim, 2007). Makanan ringan yang dimaksudkan adalah untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu dan dapat memberi sedikit suplai energi ke tubuh atau merupakan sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Produk yang termasuk dalam kategori makanan ringan menurut Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 Tanggal 9 Oktober 2006 tentang kategori pangan adalah semua makanan ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam bentuk keripik, kerupuk, jipang. Selain itu pangan olahan yang berbasis ikan (dalam bentuk kerupuk atau keripik) juga masuk kedalam kategori makanan ringan (Putri, 2011). Universitas Sumatera Utara

Upload: nguyennhan

Post on 04-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Ringan

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang menurut Maslow menduduki

peringkat pertama dari sederet kebutuhan lain. Setiap individu membutuhkan

sejumlah makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh ekonom, makanan

dijadikan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Makanan merupakan bagian

budaya yang sangat penting (Khomsan, 2003).

Makanan ringan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan yang

dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari. Oleh karena itu,

makanan ini biasa disebut snack yang berarti sesuatu yang dapat mengobati rasa lapar

dan memberikan suplai energi yang cukup untuk tubuh (Anonim, 2007).

Makanan ringan yang dimaksudkan adalah untuk menghilangkan rasa lapar

seseorang sementara waktu dan dapat memberi sedikit suplai energi ke tubuh atau

merupakan sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Produk yang termasuk

dalam kategori makanan ringan menurut Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 Tanggal 9 Oktober

2006 tentang kategori pangan adalah semua makanan ringan yang berbahan dasar

kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam bentuk

keripik, kerupuk, jipang. Selain itu pangan olahan yang berbasis ikan (dalam bentuk

kerupuk atau keripik) juga masuk kedalam kategori makanan ringan (Putri, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

Dewasa ini makanan ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan

dalam kehidupan sehari-hari. Terutama kalangan anak-anak dan remaja. Muchtadi

(1998) menyatakan bahwa snack merupakan makanan ringan yang dikonsumsi dalam

waktu antara ketiga makanan utama dalam sehari. Jenis makanan ringan sangat

beragam dilihat dari segi bentuk maupun cara pengolahan dan penyajiannya, seperti

keripik singkong, keripik kentang. Selain itu makanan ringan juga bisa dibedakan

menjadi dua macam berdasarkan bahan baku yang digunakannya. Kelompok pertama

yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan satu bahan pecita rasa seperti

garam, gula, dan bumbu lainnya. Kelompok kedua yaitu kelompok makanan ringan

yang menggunakan bahan baku dan bahan tambahan lain yang dicampur untuk

memperoleh produk yang mempunyai nilai gizi yang baik, daya cerna dan mutu fisik

atau organoleptik yang lebih tinggi. Campuran dari beberapa sumber pati seperti

gandum, jagung dan beras, bahkan dicampur pula dengan kacang-kacangan seperti

kedelai dan lainnya.

Makanan atau minuman yang dijual di tempat umum, terlebih dahulu telah

dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi, di rumah atau di tempat berjualan

sehingga siap makan.

Makanan ringan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan ringan

diperkirakan akan terus meningkat, mengingat makin terbatasnya waktu anggota

keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan ringan adalah

murah dan mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera

kebanyakan orang (Putri, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2.2 Pelabelan

Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi suatu kemasan

yang berisi tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensile,

diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apa pun, pemberian kesan yang melekat

pada suatu wadah atau pengemas (Siagian, 2002).

Label makanan merupakan tanda berupa tulisan, gambar, kombinasi keduanya

atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus makanan,

ditempelkan pada produk sebagai keterangan atau penjelasan tentang makanan dan

sebagai petunjuk keamanan makanan tersebut. Label makanan harus mencantumkan

nilai gizi yaitu nilai gizi makanan yang diperkaya, nilai gizi makanan diet serta

makanan lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan yang mencakup jumlah energi,

protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral atau kadar komposisi tertentu.

Tulisan pada label makanan seharusnya mengikuti kaidah serta peraturan yang telah

ditetapkan (Ardhi, 2012).

Adapun tujuan dari pelabelan secara garis besar adalah memberi informasi

tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan, berfungsi

sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-hal yang perlu

diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut terutama hal-hal yang kasat mata

atau tak diketahui secara fisik, memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga

diperoleh fungsi produk yang optimum, sarana periklanan bagi produsen dan

memberi rasa aman bagi konsumen (Siagian, 2002).

Mengingat label adalah alat penyampai informasi, sudah selayaknya informasi

yang termuat pada label adalah sebenar-benarnya dan tidak menyesatkan. Hanya saja,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

mengingat label juga berfungsi sebagai iklan, disamping sudah menjadi sifat manusia

untuk mudah jatuh dalam kekhilafan dengan berbuat kecurangan baik yang disengaja

maupun yang tidak disengaja, maka perlu dibuat rambu-rambu yang mengatur.

Dengan adanya rambu-rambu ini diharapkan fungsi label dalam memberi rasa aman

pada konsumen dapat tercapai.

Berdasarkan Undang-Undang RI No.69 tahun 1999 tentang pasal 2 ayat 1,

“Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia

pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label, didalam,

dan atau di kemasan pangan”. Pada pasal yang sama ayat 2 “label memuat sekurang-

kurangnya keterangan mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat

bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan

pangan ke wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, tanggal, bulan, dan tahun

kadaluwarsa (BPOM, 2003).

Pelabelan ditulis berdasarkan pedoman yang meliputi kriteria penulisan yaitu :

tulisan dengan huruf latin atau arab, ditulis dengan bahasa Indonesia dengan huruf

latin atau arab, ditulis lengkap, jelas, mudah dibaca (ukuran huruf minimal 0,75 mm

dan warna kontras), tidak boleh dicantumkan kata, tanda, gambar, dan sebagainya

yang menyesatkan, tidak boleh dicantumkan referensi, nasihat, pertanyaan dari

siapapun dengan tujuan menaikkan penjualan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2.3 Informasi Pada Label

Dalam pedoman umum pelabelan pangan yang diterbitkan oleh Badan POM

tahun 2003, label pangan yang dihasilkan IRT harus memenuhi ketentuan Peraturan

Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan harus mencantumkan

label sekurang-kurangnya adalah :

1. Nama Makanan/ Nama Produk

Disamping nama makanan bisa dicantumkan nama dagang, ditulis

menggunakan bahasa Indonesia. Nama produk pangan tidak boleh menyesatkan

konsumen dan harus sesuai dengan pernyataan identitasnya misalnya “mie telur”

tidak boleh digunakan untuk produk mie yang tidak mengandung telur.

Produk yang telah memenuhi persyaratan tentang nama produk pangan yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat mencantumkan nama

produk tersebut. Namun bila nama produk belum ditetapkan dalam Standar

Nasional Indonesia, produk pangan yang bersangkutan dapat menggunakan nama

jenis sesuai kategori yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM.

2. Komposisi atau Daftar Bahan Makanan

Komposisi adalah keterangan mengenai jenis bahan apa saja yang digunakan

dan ditambahkan dalam proses produksi pangan. Informasi ini dapat diletakkan

pada bagian utama atau bagian informasi pada label pangan dengan tulisan yang

jelas dan mudah dipahami.

Keterangan tentang daftar bahan pada label sebagai komposisi secara

berurutan dimulai dari bagian yang terbanyak, kecuali vitamin, mineral, dan zat

penambah gizi lainnya. Bahan yang digunakan sebagaimana yang dimaksud

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

menggunakan nama yang lazim/umum digunakan. Bahan tambahan makanan

cukup dicantumkan dengan nama golongan, misalnya anti kempal, pemutih dan

seterusnya.

3. Berat Bersih atau Isi Bersih

Berat bersih atau isi bersih adalah pernyataan pada label yang memberikan

keterangan mengenai kuantitas atau jumlah produk makanan yang terdapat di

dalam kemasan atau wadah. Pernyataan ini diletakkan pada bagian utama label

dengan sebutan berat bersih untuk pangan padat, isi bersih untuk pangan cair.

Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam berat bersih/isi bersih.

Penulisan berat bersih /isi bersih dinyatakan dalam satuan metric contohnya ;

gram, kilogram.

Berat bersih / isi bersih dihitung berdasarkan jumlah produk pangan dalam

kemasan atau wadah tanpa menghitung berat kemasan, pengemas dan bahan

pelapis lainnya. Untuk menentukan berat bersih, maka berat rata-rata kemasan

kosong dan setiap bahan penutup, pelapis yang digunakan.

4. Nama dan Alamat Pihak Yang Memproduksi

Keterangan ini harus mencantumkan nama dan alamat pihak yang

memproduksi atau pengemas atau distributor.

5. Nomor Pendaftaran

Nomor pendaftaran adalah tanda atau nomor yang diberikan oleh Dinkes

Kesehatan merupakan persetujuan keamanan, mutu, dan gizi serta label pangan

dalam rangka peredaran pangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

6. Kode Produksi

Kode produksi meliputi ; tanggal produksi dan angka atau huruf lain yang

mencirikan ; batch, produksi.

7. Tanggal Kadaluwarsa

Tanggal kadaluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya

sepanjang penyimpanannya. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa wajib

dicantumkan secara jelas pada label, dimana pencantuman tanggal kadaluwarsa

dilakukan setelah pencantuman tulisan. Baik digunakan sebelum. Untuk jenis

produk yang tidak memerlukan tanggal kadaluwarsa misalnya ; sayur dan buah

segar,minuman beralkohol, vinegar/cuka, gula/sukrosa, Bahan Tambahan

Makanan (BTM) dengan masa simpan lebih dari 18 bulan serta roti dan kue

dengan masa simpan kurang atau sama dengan 24 jam.

Tanggal kadaluwarsa memberikan informasi mengenai waktu dan tanggal

yang menunjukkan suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan

keamanan untuk dikonsumsi. Penulisan tanggal kadaluwarsa ini dilakukan oleh

produsen atau pabrik yang memproduksi pangan tersebut. Cara pencantuman

tanggal kadaluwarsa dan peringatannya adalah sebagai berikut :

1. Tanggal kadaluwarsa dinyatakan dalam tanggal, bulan, tahun, untuk

pangan yang daya simpannya sampai 3 bulan.

2. Untuk yang lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.

3. Tanggal kadaluwarsa dicantumkan pada tempat yang jelas dan mudah

terbaca, serta tidak mudah rusak atau terhapus.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2.4 Klaim Pada Label Pangan

Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau secara

tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu, suatu pangan yang

berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi

atau faktor mutu lainnya (BPOM, 2011).

Klaim pada label pangan adalah pernyataan atau suatu gambaran yang

menyatakan, menyarankan bahwa produk pangan mengandung zat dan manfaat

tertentu atau bermanfaat terhadap kesehatan, contohnya pangan diet. Contoh

pernyataan label pangan yang tidak benar adalah “mie telur”, namun kenyataannya

mie tersebut tidak mengandung telur. Contoh lain yang menyesatkan konsumen

adalah “sosis daging segar”, karena pernyataan segar hanya boleh digunakan untuk

pangan yang tidak diproses, berasal dari satu ingredient dan menggambarkan pangan

yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan.

2.4.1. Klaim Gizi

Menurut Suryani (2001) yang dikutip oleh Furqon (2008) klaim gizi adalah

pernyataan yang secara langsung maupun implisit yang menunjukkan kandungan zat

gizi yang baik dalam pangan. Pangan yang menyatakan sebagai sumber suatu zat

tersebut sedikitnya 10-19% dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan persaji.

Bila pangan menyatakan tidak mengandung suatu zat gizi, misalnya natrium,

lemak atau kolesterol, maka kandungan zat gizi tersebut harus dalam jumlah yang

tidak bermakna sebagai zat gizi. Pangan yang secara alami tidak mengandung suatu

zat gizi tidak perlu menyatakan tidak mengandung zat gizi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2.4.2. Klaim Kesehatan

Klaim kesehatan adalah pernyataan yang menunjukkan adanya hubungan

antara zat gizi atau senyawa lain dalam produk pangan dan penyakit atau kondisi

kesehatan lainnya. Namun perlu diingat bahwa produk pangan bukanlah obat, dan

tidak boleh direpresentasikan sebagai obat. Produk pangan tidak boleh memberikan

klaim bisa mengobati suatu penyakit (Hariyadi, 2005).

Menurut Suryani (2001) yang dikutip oleh Forqon (2008) klaim kesehatan

adalah klaim yang menyatakan hubungan pangan atau zat yang terkandung dalam

pangan dengan kesehatan. Termasuk juga klaim membantu mengurangi resiko

penyakit, dimana hubungan konsumsi pangan atau zat yang terkandung dalam pangan

dengan pengurangan resiko berkembangnya suatu penyakit. Zat tersebut dapat berupa

pangan atau komponen dalam pangan, termasuk vitamin, mineral, zat bioaktif atau

lainnya.

2.5 Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

Untuk memperlancar operasional pelaksanaan berbagai kegiatan khususnya di

bidang Sertifikasi Pangan Produksi Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka setiap

penyelenggaraan sertifikasi produk pangan industri rumah tangga wajib

menggunakan pedoman tata cara penyelenggaraan Sertifikasi Pangan Produksi

Industri Rumah Tangga yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

penyelenggaraan PP-IRT dalam rangka :

1. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan

pangan dan peraturan per-UU di bidang keamanan pangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang

pentingnya pengolahan pangan yang hygienis dan tanggung jawab

terhadap keamanan konsumen.

3. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk

yang dihasilkan PP-IRT.

Tata cara penyelenggaraan penyelenggaraan sertifikasi :

1. Pengajuan permohonan

a. Permohonan SPP-IRT ditujukan kepada Pemda c.q. Kadinkeskab/kota.

b. Permohonan tidak dipenuhi bila jenis produksi adalah susu dan hasil

olahannya, daging, ikan, unggas, yang hasil olahannya yang memerlukan

proses penyimpanan beku, pangan kaleng, pangan bayi, minuman

beralkohol, air minum dalam kemasan (AMDK), pangan yang wajib SNI

dan pangan yang ditetapkan Badan POM.

2. Pemohon wajib mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan pemeriksaan

sarana produksi.

3. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan untuk SPP-

IRT adalah Pemkab/kota c.q. Dinkeskabkot, yang dapat dilaksanakan bersama

beberapa kab/kota. Tenaga penyuluh adalah yang telah mengikuti penyuluhan

dan memiliki sertifikat penyuluh keamanan pangan yang dikeluarkan oleh

Badan POM. Peserta penyuluhan adalah pemilik atau penjab PP-IRT yang

lulus diberikan sertifikat penyuluhan keamanan pangan.

4. Pemeriksaan sarana produksi dilakukan oleh petugas yang berpredikat

Sertifikasi Inspektur (yang dikeluarkan oleh Balai POM), pada Dinkeskab/kot

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

memeriksa sarana produki. Pemeriksaan haru sesuai dengan Pedoman

Pemeriksaan Sarana Produksi PP-IRT (SK BPOM No HK.00.05.5.1641).

5. SPP-IRT

a. Sertifikat penyuluhan keamanan pangan diberikan kepada peserta yang

lulus (minimal nilai cukup = 60), minimal satu orang pada setiap PP-IRT.

b. Penomoran SP-IRT

• Terdiri dari 3 kolom dengan 9 digit nomor, contoh :

123 / 4567/ 89

Keterangan

• 123 = no urut tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di

dinkeskab/kot yang bersangkutan.

• 4567 = propinsi dan kab/kota

• 89 = tahun penerbitan SPP-IRT.

c. SPP-IRT diberikan kepada tenaga yang telah memiliki SKPK dan telah

diperiksa sarananya minimal dengan kategori cukup (nilai 60), dan setiap

sertifikat untuk satu jenis pangan produksi PP-IRT.

Penomoran SPP-IRT terdiri dari 12 digit

P-IRT No. 206737102025

Keterangan

• 2 = jenis kemasan plastik

• 06 = jenis pangan produk IRT, tepung dan hail olahannya

• 73 dan 71 = kode propinsi dank ode kab/kota.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

• 02 = jenis pangan yang kedua memperoleh SPP-IRT dari PP-IRT

yang bersanangkutan.

• 025 = no urut PP-IRT pada kab/kot setempat.

6. Pencabutan Dan Pembatalan SPP-IRT

SPP-IRT dapat dicabut dan dibatalkan oleh Dinkeskab/kot apabila : pemilik /

penjab melakukan pelanggaraan terhadap peraturan dibidang pangan, tidak

sesuai nama dan alamat dengan SPP-IRT, produk pangan terbukti merugikan

atau membahayakan kesehatan.

7. Sitem Pendataan dan Pelaporan

Penyelenggaraan SPP-IRT harus dilaporkan Dinkeskab/kota kepada Balai

POM setempat dengan tembusan Dinkes Propinsi.

2.6 Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT)

Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) merupakan salah satu faktor yang

penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk

pangan yang berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar. Melalui CPPB ini,

industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi dan

aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang bermutu aman untuk

dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat dan industri pangan

yang bersangkutan akan berkembang pesat. Berkembangnya industri pangan yang

menghasilkan pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka masyarakat

pada umumnya akan terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang

mengancam kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

Tujuannya untuk mengarahkan produsen industri rumah tangga agar dapat

meghasilkan produksi pangan yang baik. Untuk menghasilkan produk yang bermutu

dan aman, proses produksi harus dikendalikan dengan benar.pengendalian proses

pangan industri rumah tangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penetapan spesifikasi bahan baku

2. Penetapan komposisi dan formulasi bahan

3. Penetapan cara produksi yang baku

4. Penetapan jenis, ukuran dan spesifikasi kemasan

5. Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan

termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa (BPOM,

2003).

2.7 Konsep Perilaku Kesehatan

Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari

pada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, bekerja dan lain-lain, bahkan

kegiatan internal sendiri seperti berpikir. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku itu

adalah aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung, seperti perilaku produsen keripik industri rumah tangga dalam

menerapakan label makanan pada kemasan. Dimana tujuan pelabelan sangat penting

bagi masyarakat untuk mengetahui informasi yang benar dan jelas tentang setiap

produk yang akan dibeli (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku individu meliputi segala sesuatu yang menjadi pengetahuannya yang

menjadi sikapnya dan yang bisa dilakukannya. Menurut Rakhmat (2001) yang dikutip

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

oleh hamonangan (2006) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu

berupa materi.

2.7.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Agustina (2002) yang dikutip oleh Hamonangan (2006) tingkat

pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan

makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang

bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin

baik pula dalam keadaan gizinya. Apabila pengetahuan akan keamanan pangan

mereka tergolong rendah maka mustahil mereka dapat mengetahui secara sadar akan

bahaya serta pengaruh-pengaruh negatif lainnya yang diakibatkan oleh konsumsi

pangan.

Pengetahuan tentang pelabelan merupakan hal yang sangat penting bagi

produsen. Karena pemahaman dan pengetahuan produsen dalam hal label akan

memberikan hasil produksi yang aman dikonsumsi oleh konsumen dan sebagai nilai

jual akan lebih tinggi. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2.7.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon

(secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap

mengandung suatu penelitian emosional/afektif disamping itu komponen kognitif

(pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak)

(Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Kiswanto (2004) terhadap 16 sampel

makanan ringan hasil industri rumah tangga, produsen belum mencerminkan sikap

yang baik dalam mencntumkan informasi label seperti ; tanggal kadaluwarsa, kode

produksi, belum terdapat dalam kemasan.

Fungsi sikap yaitu sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, alat

pengatur tingkah laku, alat pengatur pengalaman-pengalaman, pernyataan

kepribadian.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2.7.3 Tindakan atau Praktek (Pratice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk

mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Untuk

menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian,

membentuk dan mengubah sikap utuk menumbuhkan hubungan yang baik

(Notoatmodjo, 2003).

Tindakan adalah kegiatan produsen memperhatikan label pada kemasan

produk sebelum dijual atau dipasarkan. Menurut Hamonangan (2006 ) tindakan

merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan apa yang telah dipelajari

dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan responden sangat erat kaitannya dengan sikap

yang dimilikinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38245/4/Chapter II.pdf · 2.2 Pelabelan . Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi

2.8 Kerangka Konsep

Untuk melihat gambaran perilaku produsen keripik industri rumah tangga

tentang label makanan disajikan dalam kerangka konsep dibawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dari skema diatas dapat diihat bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan produsen

keripik industri rumah tangga saling berhubungan tentang label makanan.

Pengetahuan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan

Sikap Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan

Tindakan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan

Universitas Sumatera Utara