analisis pelabelan halal produk makanan sebagai

80
ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar NURMALA SARI NIM : 105251102016 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAM ISLAM UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2020 M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

NURMALA SARI

NIM : 105251102016

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAM ISLAM

UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441 H / 2020 M

Page 2: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

ii

ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Pada Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

NURMALA SARI

NIM : 105251102016

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAM ISLAM

UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441 H / 2020 M

Page 3: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

iii

Page 4: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

iv

Page 5: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

v

Page 6: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

vi

Page 7: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

vii

ABSTRAK

Nurmala Sari. 105251102016. 2020.Analisis Pelabelan Halal Produk Makanan

Sebagai Perlindungan Konsumen Muslim di Makassar.Dibimbing oleh ibu Hurriah

dan bapak Hasanuddin.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu bertujuan untuk

mengetahui seperti apapelabelan halal produk Makanan sebagai perlindungan

konsumen muslim di Makassar.

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Talasapang Kec.Rappocini Kota Makassar

Sulawesi Selatan yang berlangsung selama dua bulan mulai (dari 27 Januari 2020

sampai dengan 25 Maret 2020).Pengambilan data penelitian dilakukan dengan

metode perpossive sampling bertujuan tidak ada jumlah yang pasti pelanggan Ayam

Geprek di Kota Makassar.Untuk mendapatkan jumlah sampel yang tepat

menggunakan kunjungan ke warung Ayam Geprek dengan menyebarkan angket ke

pelanggan yang terkumpul 65 angket kembali dan dinyatakan sebagai responden.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket (kuesioner) pada

responden.Hasil penelitian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical

Product and Services Solution) dan menunjukkan bahwa Pelabelan Halal pada produk

makanan dapat menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk makanan.

Kata Kunci :Pelabelan Halal, Makanan halal , Perlindungan Konsumen.

Page 8: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur senantiasa teriring do‟a dalam

setiap hela nafas atas kehadirat Allah SWT. Tuhan yang senatiasa melindungi

hambanya dan segala Nikmat dan Rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Salawat serta salam

tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Para sahabat, dan keluarganya serta

ummat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Tiada pencapaian yang sempurna dalam setiap langkah, karena rintangan tak

akan meninggalkan harapan dan cita-cita agung. Segalanya penulis lalui dengan

kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir

penyelesaian Skirpsi ini. Namun semua tidak lepas dari uluran tangan berbagai

pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil.

Dan untuk kedua orang tua tercinta dan keluarga, yaitu Bapak ( Alm. Muh.

Nadir) dan ibu Nursiah, Adik Muhammad Ismail dan Nurfadillah yang senantiasa

mendo‟akan, memberi dukungan moril maupun materil selama menempuh

pendidikan. Untukmu kedua sosok yang luar biasa dalam hidupku, terimalah

persembahan kecilku dari pengorbanan besarmu, iringilah anakmu ini dengan do‟a

dalam setiap sujudmu.

Page 9: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

ix

Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti hanturkan kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar;

2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam;

3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku Ketua Prodi Hukum

Ekonomi Syariah dan bapak Hasanuddin, SE. Sy., selaku Sekretaris Prodi

Hukum Ekonomi Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama

menempuh pendidikan.

4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME,.,Ph.D (Selaku Pembimbing I) Bapak

Hasanuddin (Selaku Pembimbing II) yang memberikan bimbingan, nasehat serta

waktunya dalam menyelesaikan penelitian Sdan penulisan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh pendidikan

di Hukum Ekonomi Syariah.;

6. Terima kasih kepada kalian yang senantiasa selalu bersama selama kurang lebih

4 tahun ini, semoga ini bukan akhir dari hubungan kita kepada Rizki Amelia

Kadir, Ikmawati, Arwinni Eka Putri Ahmad, Nurfadillah Arifuddin , Mulya

Ramadanas, Titania Ariesta, Mita Asmitasari dan Hasmiyati.

7. Dan terakhir penulis ucapkan terima kasih atas segala dao‟a dan dukungannya

kepada keluarga besar, teman-teman angkatan 2016 kelas A, serta mereka yang

tidak sempat disebutkan namanya satu-persatu.

Page 10: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

x

Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.

Demi erbaikan selanjutnya, Saran dan kritik yang membangun akan penulis terimah

dengan senang hati, Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya,

mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita

semua.

Makassar, 13 Dzulqa;dah 1441 H

7 Juli 2020 M

Penulis,

NURMALASARI

Page 11: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelabelan Halal..................................................................................... 7 B. Pruduk Makanan Halal .................................................................................. 14

C. Perlindungan Konsumen Muslim .................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 30

B. Lokasi Objek dan Waktu Penelitian .................................................... 30

C. Variabel Penelitian ............................................................................... 30

D. Devenisi Operasioanal Variabel ........................................................... 31

E. Sumber Data..........................................................................................31

F. Populasi dan Sampel ............................................................................ 32

G. Instrumen Penelitian ............................................................................ 33

H. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34

I. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 37

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................ 39

Page 12: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan….......................................................................................51

B. Saran .................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Instrumen Penelitian Kuesioner................................................ ....... 33

Tabel 1.2 Skala Likert ...................................................................................... 33

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 39

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Umur......................................................... 40

Tabel 4.3 Tanggapan Responden terhadap variabel pelabelan Halal(X) ........ 41

Tabel 4.4 Tanggapan responden Terhadap Variabel Perlindungan

Konsumen (Y) ................................................................................. 42

Tabel 4.5 Uji Validitas ..................................................................................... 43

Tabel 4.6 Uji Realibitas ................................................................................... 44

Tabel 4.7 Hasil Regresi .................................................................................... 47

Tabel 4.8 Uji t .................................................................................................. 48

Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi ............................................................... 49

Page 14: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Uji Nomalitas .............................................................................. 45

Gambar 4.2 Uji Heterskodastisitas .................................................................. 46

Page 15: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etomologi, halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena

bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya1. Halal dapat

juga diartikan sebagai segala sesuatu yang bebas dari bahaya duniawi dan ukhrawi.

Adapun thayyib berarti makanan yang kotor atau rusak dari segi zatnya, atau

tercampur benda najis dengan pengertian baik.Ada juga yang mengertikan sebagai

makanan yang mengundang selera konsumennya dan tidak membahayakan fisik serta

akalnya yang secara luas dapat diartikan dengan makanan yang menyehatkan.2

Label halal yang terdapat pada kemasan produk akan mempermudah

konsumen untuk mengidentifikasi suatu produk. Berdasarkan perjalanan sejarah

pemberlakukan halal di indonesia LPPOM (lembaga pemerintah, obat-obatan dan

minuman) dan MUI sebagai lembaga yang memelopori pemberian sertifikasi halal

yang pertama dan masih dianggap satu-satunya di indonesia.3

Negara Republik Indonesia saat ini juga mengalami perkembangan bisnis

yang bergerak di bidang pangan di antaranya industri hilir berupa restoran dan rumah

makan, yang mana bisnis ini sangat menjanjikan untuk menjadi usaha dengan omset

yang besar sehingga banyak pelaku usaha lebih memilih menggeluti bisnis ini.

Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan yang wajib bagi umat muslim baik itu

1Lois Ma‟luf, Al-Munjid, (Beirut-Lebanon, Dar El-Machreq Sari Publisher, 1986),h.146 2Aisjah Girindra, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, (jakarta, LP POM MUI, 2005),h.20 3Anto Apriyantono dan Nurbowo, Panduan Belanja dan Konsumsi Halal (Jakarta: Khairun Bayan,

2003), h.36

Page 16: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

2

pangan, obat-obatan maupun barang-barang konsumsi lainnya. Produk halal tidak

hanya diminati oleh masyarakat muslim tetapi juga non muslim, sebab makanan yang

halal itu sudah pasti sehat.

Banyaknya produk-produk yang belum bersertifikat halal mengakibatkan

konsumen, terutama konsumen muslim sulit untuk membedakan produk mana yang

benar-benar halal dan dapat dikonsumsi sesuai dengan syariat Islam dengan produk

yang tidak halal. Di kota makassar saja contohnya, dari 40.000 Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) hanya 1000 produk yang memiliki label halal4. Sedangkan

untuk restoran dan rumah makan yang sudah memiliki sertifikat halal berada di kota

makassar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota makassar,

Kota makasar memiliki 13 restoran dan rumah makan, Jaminan akan produk halal

menjadi suatu yang penting untuk mendapatkan perhatian dari negara, maka pada

tanggal 6 Januari tahun 1989 melalui Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat

Majelis Ulama Republik Indonesia Nomor 018/MUI/I1989 dibentuklah Lembaga

Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau yang

disebut LPPOM-MUI, dengan tugas:

1. Mengadakan inventarisasi, klasifikasi, dan pengkajian terhadap kehalalan

makanan, obat-obatan dan kosmetika yang beredar di masyarakat

2. Menyampaikan hasil-hasil pengkajian dan konsep-konsep itu kepada Dewan

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam

4Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Makassar, daftar jumlah UMKM di Kabupaten

Makassar tahun 2016

Page 17: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

3

perumusan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan, jual beli dan

penggunaan pangan, obat-obatan dan kosmetika

3. Mengadakan berbagai kegiatan dalam rangka menjalin kerjasama dengan

instansi-instansi pemerintah dan swasta, dalam dan luar negeri.

Konsumen muslim akan lebih dekat dari garis konsumsi yang benar jika ia

semakin komitmen dengan kaidah-kaidah konsumsi. Akan tetapi pengawasan internal

seringkali lemah dalam merealisasikan komitmen individu.Inilah yang menurut

keharusan adanya pengawasan eksternal yang dilakukan dan melakukan cara-cara

yang beragam untuk menghimbau individu agar selalu komitmen kepada kaidah-

kaidah konsumsi, dan mencegah segala bentuk penyelewengan dari garis konsumsi

yang benar.

Berbagai larangan telah dikenakan bagi para pelaku usaha.Pada prinsipnya

konsumen berada pada posisi yang secara ekonomis kurang diuntungkan.Konsumen

semata-mata bergantung pada informasi yang disediakan dan diberikan oleh pelaku

usaha. Akan tetapi informasi yang diberikan tanpa disertai dengan edukasi akan

kurang dirasakan manfaatnya. Hal ini antara lain dilakukan melalui pemasangan

label atau standarisasi mutu.

Keberadaan Label Halal terletak pada kemasan makanan yang di produksi

member legalitas jaminan halal, Label adalah sejumlah keterangan yang terdpat pada

produk makanan kemasan. Label minimal harus berisi nama atau merek produk,

Page 18: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

4

bahan baku, bahan tambahan, komposisi, informasi gizi, tanggal kadaluarsa, isi

produk dan keterangan legalitas.5

Tidak halal dalam artian proses pembuatannya dengan cara-cara yang tidak

halal atau makanan berasal dari bahan yang tidak halal atau mengandung bahan-

bahan yang tidak halal. Makanan yang haram sudah rinci dijelaskan di dalam Al

Quran, sedangkan makanan yang halal tidak dijelaskan, karena itulah di negara

Republik Indonesia di atur mengenai sertifikasi halal dengan tujuan agar kepentingan

konsumen dapat terlindungi.

Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dan

mengadakan penelitian apakah sertifikasi halal rumah makan dan restoran telah

memiliki legitimasi yang kuat sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen untuk

peningkatan pengetahuan produk.Pengertian Legitimasi menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah keterangan yang mengesahkan atau membenarkan bahwa

pemegang keterangan adalah betul-betul orang yang dimaksud.

Oleh karena itu, judul penulisan hukum ini adalah “ ANALISIS

PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI PERLINDUNGAN

KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan tersebut, rumusan masalah

yang akan dikaji penelitian ini sebagai berikut:

5Imam Al-Ghazali, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, (Surabaya : putra pelajar, 2002), hal 9

Page 19: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

5

1. Bagaimana pelabelan halal pada produk makanan di rumah makan?

2. Bagaimana perlindungan konsumen muslim melalui pelabelan halal pada

produk makanan di warung makanan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelabelan halal pada produk makanan di

rumah makan?

2. Untuk mengetahui bagamana perlindungan konsumen muslim melalui

pelabelan halal pada produk makanan di warung makanan?

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

teori dan pengetahuan umum tentang makanan dan minuman halal

khususnya mengenai peningkatan pengetahuan produk.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian yang dilakukan penulis juga mampu memberikan

sumbangan praktis kepada :

a. Masyarakat

Memberi sumbangan pemikiran kepada masyarakat dan pihak

terkait pada persoalan yang berhubungan dengan peningkatan

pengetahuan produk.

Page 20: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

6

b. Pemerintah

Pemerintah Sebagai bahan masukan dalam membentuk

peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan makanan

halal.

Page 21: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pelabelan Halal

Labeling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari

suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah

label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda

pengenal) yang dilekatkan pada produk.

Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia ,dari

sisi bisnis kedua jenis usaha ini akan terus berlangsung sepanjang manusia itu masih

hidup, dan yang terpenting dalam menjanjikan makanan dan minuman sebagai

lahanbisnis berusaha keras jangan sampai tercampur unsur yang merugikan orng lain

(beracun, kadarluarsa, dan haram).6Makanan merupakan aktifitas yang dipandang

dari segi zat dan hakikatnya adalah tunggal.Adapun jika disebut buruk, maka hal

tersebut hanyalah karena membawa implikasi buruk, atau memang sebab-sebabnya

buruk.7

Pada hakikatnya mengkonsumsi daging babi dan darah diharamkan karena

membawa pengaruh yang amat buruk. Menurut hukum islam, secara garis besar

perkara (benda) haram terbagi menjadi dua, haram li-zatihdan haram li-gairih.

Kelompok pertama, subtansi beda tersebut di haramkan; sedangkan yang kedua,

subtansi bendanya halal (tidak haram) namun cara penanganan atau memperolehnya

6Ali Hasan,Manajeme Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009), h.201

7Syeikh Izzuddin Ibnu Abdi Salam, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Kemaslahatan

Manusia,(Bandung Nusa Media,2011), h.470

Page 22: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

8

tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.8Dengan demikian, benda haram jenis kedua

terbagi dua. Pertama, bendanya halal tapi cara penangananya tidak dibenarkan oleh

ajaran islam; misalnya kambing yang tidak dipotong secara syariah ,sedangkan yang

kedua, bendanya halal tapi diporoleh dengan jalan atau cara yang dilarang oleh agama

,misalnya hasil korupsi, menipu dan sebagainya. Mengenai benda haram ini di

jelaskan, anatara lain dalam firman allah.9

Barang yang haram karena sifat-sifatnya atau sebab memperolehnya atau oleh

sebab keduan nya, tidak dapat dihalalkan lagi. Sebaiknya barang yang telah halal

karena sifat-sifatnya, maka tidak dapat diharamkan kecuali berdasarkan cara (sebab)

memperolehnya.10

Produk halal menjelaskan bahwa produk halal adalah produk yang telah

dinyatakan halal sesuai dengan syariat.11

Menurut pasal 1 angka 5 peraturan

pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan pangan menyatakan bahwa:

“panganan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau yang haram atau

dilarang untuk dikonsumsi umat islam baik yang menyangkut bahan baku pangan,

bahan tambahan pangan, bahan bantu dan bahan penolonglainnya termasuk bahan

pangan yang di oleh melalui proses rekayasa genetic dan iridasipangan, dan yang

pengelolaanya dilakukan sesuai dengan ketantuan hukum agama Islam”.

Setiap muslim meyakini bahwa Islam adalah satu agama yang membawa

petunjuk kebaikan bagiumat manusia. Islam memberikan petunjuk kepada manusia

8Tim Penyusun, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, (Jakarta: Erlangga 2011), h.948 9Ibid h.949 10Syeikh Izzudin Ibnu Abdis Salam, Kaidah-Kaidah Hukum h. 75 11Pasal 1 undang-undang republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Produk Halal, hal 8

Page 23: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

9

dalam setiap kehidupannya termasuk dalam halmakanan. Seorang muslim harus

memakan makanan yang sehat dan halal.12

1. Perencanaan

Perencanaan program penyuluhan adalah suatu proses pengambilan

keputusan yang rasional tentang apa yang akan dilaksakan, yang ingin dicapai.

dan mengapa hal itu harus dilakukan. (Slamet dan Suyatna, 1986). Perencanaan

proram penyuluhan sebagai proses pembuatan keputusan tentang arah dan

intensitas kegiatan penyuluhan, yang didasarkan pada prioritas masalah yang

hendak dipecahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penyuluhan yang bagus untuk dilakukan adalah pada restoran dan rumah

makan terutama pada para pelaku usaha tentang bagaimana cara dalam

menjalankan suatu usaha rumah makan tersebut sehingga bisa berjalan sesuai

keingianan atau sesui dengan tujuan yang kita ingingkan terutama pada tujuan nya

dalam meningkatkan usaha produknya.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.Secara sederhana pelaksanaan

bisa diartikan penerapan.Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan

sebagai evaluasi.Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan

12 F.M Nashshar, Antara Halal Dan Haram, (Bandung: Angkasa 2013),h 10

Page 24: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

10

adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.13

Dari pengertian-pengertian

di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya

aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung

arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang

terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu

untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan

dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan,

siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana

carayang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut

setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan

keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan

menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan

semula.14

3. Evaluasi

Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan

suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan,

memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar

jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat

13Nurdin Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,

hal. 70 14Abdullah Syukur. 1987.Kumpulan makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep Pendkatan

dan Relevansinya Dalam Pembangunan”, Presiden, Ujung Pandang. hal 40

Page 25: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

11

kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan

kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu

adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara

objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil

evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang

akan dilakukan di depan.15

Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi

dari segi manajemen, di mana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur

manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen

lainnya, yaitu perencanaan.

Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa

yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Dengan

demikian evaluasi bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan.

b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran

c. Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang

mungkin terjadi di luar sosial. dalam konteks ini dapat diartikan, sebagai

proses penilaian terhadap pentingnya suatu pelayanan sosial. Penilaian ini

dibuat dengan cara membandingkan berbagai bukti yang berkaitan

dengan program yang telah sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan

15Yusuf, Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta hal 5

Page 26: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

12

dan bagaimana seharusnya program tersebut harus dibuat dan

diimplementasikan.

4. Pengawasan

Pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses

pengukuran dan verifikasi dari serangkaian proses yang telah diselenggarakan

secara berkelanjutan.16

Menurut Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau

kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai

pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau

tidak.17

Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses

pengawasan yang berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah

ditentukan.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan

dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan

kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan

secara efektif dan efisien.Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas

yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana

pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan.Pengawasan juga dapat mendeteksi

sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana

penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

16Suriansyah Murhaini, Manajemen Pegawasan Pemerintah Daerah, Pusat Pelajar, Yogyakarta, 2014,

hal. 4 17Jum Anggraini, Op.Cit., Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hal. 78

Page 27: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

13

Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung

kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna,

dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini

kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan.Dengan demikian pada prinsipnya

pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga

pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut.

a. Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah

direncanakan.

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-

kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan

pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau

timbulnya kesalahan baru

c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai

dengan rencana atau terarah pada sasaran

d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam

perencanaan semula

e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan

perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan maupun

memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan. Hasil

pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan rencana

kegiatan rutin dan rencana berikutnya.

Page 28: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

14

B. Produk Makanan Halal

Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti melepaskan, tidak terikat,

dibolehkan.Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan

kerena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang

melarangnya.Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam yaitu segala sesuatu yang

menyebabkan seseorang tidak dihukum jika menggunakannya, atau sesuatu yang

boleh dikerjakan menurut syara‟.

Dalam undang-undang nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan, yang

di maksud pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan

yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang menyangkut

bahan baku, bahan tambahan pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya

termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iridasi

pangan dan pengelolaanya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam.

Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu melalui mulut,

sedangkan makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan. Dalam bahasa arab

makanan berasal dari kata at-ta‟am ( ااعطلم ) dan jamaknya Al-atimah ( الاطھوی ) yang

artinya makan- makanan .Sedangkan dalam hukum Islam makanan ialah segala

sesuatu yang boleh dimakan oleh manusia atau sesuatu yang menghilangkan lapar

Minum, secara etimologi berarti meneguk barang cair dengan mulut, sedangkan

minuman adalah segala sesuatu yang boleh diminum. ( اھبزشلا ) dan jamaknya al-

Page 29: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

15

syarb ( ازشلب ) yang artinya minuman minuman. Sedangkan dalam hukum Islam

diartikan dengan jenis air atau zat cair yang bisa diminum .18

Sedangkan dalam buku petunjuk teknis pedoman sistem produksihalal yang

diterbitkan oleh Departemen Agama disebutkan makanan adalah barang yang

dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia, serta bahan yang

digunakan dalam sproduksi makanan dan minuman.Sedangkan halal adalah sesuatu

yang dibolehkan menurut ajaran Islam.19

Jadi dapat disimpulkan makanan dan minuman halal adalah makanan dan

minuman yang baik, yang dibolehkan memakan atau meminumnya menurut ajaran

Islam yaitu sesuai dengan yang diperintahkan dalam al-Quran dan hadits.

Menurut yusuf qardawi hukum halal haram yaitu Pada dasar nya boleh hukum

nya pengharaman hanya milik allah, mengharam kan yang halal dan mengharamkan

yang haram adalah perbuatan syirik kepada allah, sesuatu yang di haram kan karna

iya burukdan berbahaya pada suatu yang halal maka tidak lagi membutukan yang

haram, sesuatu yang mengantarkan yang haram maka haram pula hukumnya,

mensiasasti yang haram maka haram pula hukumnya, niat baik adalah tidak

menghapuskan hukum yang haram, hati hati kepada yang syubhat agar tidak terjatuh

18Proyek Perguruan Tinggi Agama /IAIN di Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama

Islam, Ilmu Fiqih, (Jakarta 1982), h., 525 19Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, (Jakarta: Departemen Agama RI,

2003), h. 3

Page 30: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

16

pada yang haram, yang haram adalah haram untuk semua darurat mengakibatkan

yang haram menjadi boleh.20

1. Dasar Hukum Makanan dan Minuman Halal

Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya segala

sesuatu yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang haram, kecuali

jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih (jelas

maknanya) yang mengharamkan. Para ulama, dalam menetapkan segala sesuatu

asalnya boleh, merujuk kepada al-Quran surat al-Baqarah ayat 29:

ىهىبكلشيأ ت ى عسو ىهسبأ تىىئلىٲلسواءفسى ٲسأ ضجویعاثو رأ افیٲلأ ء هىٱلذيخلقلكوو

٩علین

Terjemahnya :

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk

kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-

Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.21

Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal

daritumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan dan hewan adalah

halal,kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia. Para

ulamasepakat bahwa semua makanan dan minuman yang ditetapkan al-

Qurankeharamannya adalah haram hukum memakannya, baik banyak maupun

sedikit. Dasar hukum lainya:

20Qardhawi, Yusuf. 2000. Halal Dalam Islm. Solo: Era Intermedia. 21Ar Rasyid, Abdurrahman, Halal Haram menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta: Prestasi Pusat, Cet. I,

2006

Page 31: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

17

وٱتقىاٱللهٲلذيأ لطیباارسقكوٲللهحل هىىوكلىاهو ٨٨توبھۦهؤأ

Terjemahnya :

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang

Allahtelah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah

yangkamu beriman kepada-Nya. (Al-Maidah:88)22

بذوى ئياهتعأ وتٲللهئكتوأ كزواعأ لطیباوٱشأارسقكوٲللهحل فكلىاهو

Terjemahannya:

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang

baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada

Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (An-

Nahal: 114)23

Dari ayat Al-Qur‟an tersebut diatas, maka dalam memilih makanan yang

akan dikonsumsi pertama -tama yang perlu diperhatikan adalah hukumnya, yaitu

harus halal. Halal sumber dan caramemperolehnya serta unsur materi dari

makanan itu sendiri.Dan adanya keterkandungan nilai gizi, serta baik untuk

kesehatan bila dikonsumsi atau tidak mengakibatkan efek samping yang

merugikan.

a. Hadist

اللهعليه االلهصلى ا ل سور عت سملهماقاـ اللهعناضي ر يربنبشن عماـلناالله اعبد بيأ عن

رمن ـ علمهنكثيـ لايت مشتبهار موأ هما ـ نـ يـ بو ينـ بامرلحا وإن ينـ بللالحا ل: إنقوـ سلميو

22Ibid 23Ibid

Page 32: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

18

ت هاـ لشبا فيقعو من ، و عرضهو لدينه أ رـ ستبا قدـ فت هاـ لشباقى ـتافمن س،لناا

ى حموإنلا أ ى حملكلملكوإنلا أ ،رتعفيهـ يأن وشك ـ مىيلحل ارعىحوـ عيياكالرام،رلحا فيقعو

لا أ سدكله لجافسد ت فسدوإذا سدكله لجاصلحتصلح إذا سدمضغة لجا فيوإنلاأ مه ر امحاللها

لقلباهي و

Artinya :

“Dari Abu Abdullah Nu‟man bin Basyir r.a,”Saya mendengar

Rasulullah SAW bersabda, „Sesungguhnyayang halal itu jelas

dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-

perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh

orang banyak.Maka barang siapa yang takut terhadap syubhat,

berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan

barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat,maka akan

terjerumus dalam perkara Yang diharamkan. Sebagaimana

penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di

sekitar (ladang) yang dilarang untukmemasukinya, maka lambat

laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja

memiliki larangan danlarangan Allah adalah apa yang Dia

haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal

daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia

buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilahbahwa dia

adalah hati‟”(HR. Bukhari dan Muslim).24

Dari hadis di atas: Sekilas memang banyak orang yang memahami hadits

ini dengan pandangan bahwa yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, lalu di

tengah keduanya adalah hal yang syubhat. Siapa yang jatuh ke dalam syubhat,

maka dia akan jatuh ke dalam yang haram. Sebagian rahmat Allah kepada umat

manusia adalah bahwa Allah tidak membiarkan hambanya dalam kebimbangan

24Ar Rasyid, Abdurrahman, Halal Haram menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta: Prestasi Pusat, Cet. I,

2006

Page 33: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

19

tentang halal dan haram. Sebaliknya Allah menjelaskan yang halal dan

menguraikan yang haram.Ada wilayah diantara yang jelas-jelas halal dan yang

jelas-jelas haram, yaitu wilayah shubhat.Bagi sebagian orang beberapa masalah

halal dan haram tidak begitu jelas. Karena ketidak jelasan dalil-dalil dan

kebimbangan dalam menerapkan nash dalam realita kehidupan. Islam

menekankan sikap wara„, yakni bahwa seorang muslim hendaknya

menghindari hal-hal yang shubhat, supaya tidak terjerumus ke dalam hal yang

haram.

2. Kriteria Makanan dan Minuman Halal

Dalam hal makanan, ada dua pengertian yang bisa dikategorikan

kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau subtansi

barangnya.Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah benar dalam mencari

dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram dan tidak pula dengan cara

yang batil. Jadi, makanan yang pada dasarnya dzatnya halal namun cara

memperolehnya dengan jalan haram seperti: hasil riba, mencuri, menipu, hasil

judi, hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka berubah status hukumnya

menjadi makanan haram.

Dalam al-Qur‟an makanan yang di haramkan pada dasarnya hanyaada

empat, sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 173:

زباغ غیأ طز فوٲضأ زٱلله خشيزوهاأهلبھۦلغیأ وٲلأ تةوٱلذهىلحأ ویأ كوٲلأ هعلیأ إواحز

حین ئٲللهغفىرر ه وعلیأ فلإثأ ٧ولاعاد

Page 34: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

20

Terjemahnya :

Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,

dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.

Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang

dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,

maka tidak ada dosa baginya.Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.25

Ayat di atas menerangkan bahwa makanan yang diharamkan itu adaempat

macam, yaitu:

1. Bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati dengan

tidak disembelih, termasuk didalamnya yang mati tercekik, dipukul, jatuh,

ditanduk atau diterkam oleh hewan buas.

2. Darah, maksudnya adalah darah yang mengalir dari hewan yang disembelih.

3. Daging babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik

darah,daging, tulang dan seluruh bagian tubuh babi.

4. Binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.

Sedangkan minuman yang diharamkan adalah semua bentuk khamr

(minuman berakhohol), sebagaimana firman Allah Swt:

سزوٱ ویأ زوٱلأ خوأ اإواٱلأ أيهاٱلذييءاهى تي فٲجأ ط عوللشیأ أ سو وزجأ ل سأ صابىٱلأ لأ

لحىى تفأ ٩بىهلعلكوأ

Terjemahnya :

25Ibid h.14

Page 35: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

21

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan.Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (Al-

Maidah: 90)26

Kriteria makanan halal menurut para ahli di LP POM MUI (lembaga

pengkajian pangan, obat dan kosmetik Majelis Ulama Indonesia), Yaitu

didasarkan padabahan baku yang digunakan, bahan tambahan, bahan

penolong(prosesproduksi) dan jenis pengemas produk makanan. Produk halal

yangdimaksud adalah :

1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan bahan yang

berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya.

3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata

cara syari‟at Islam.

4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan

transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan

untuk babi barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus

dibersihkan tatacara yang diatur dalam syari‟at Islam.

5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.27

26Ibid h.15 27Imam masker alie (ketua penyunting), 2003, dalil dan pertimbangan penetapan produk halalbagian

proyek sarana dan prasarana produk halal dirjen bimas islam dan penyelenggaraan haji depertemen agama, jakarta

hal.8

Page 36: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

22

Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat produk pangan halal

menurut syariat Islam adalah :

1. Halal dzatnya

2. Halal cara memperolehnya

3. Halal dalam memprosesnya

4. Halal dalam penyimpanannya

5. Halal dalam pengangkutannya

6. Halal dalam penyajiannya.28

3. Sertifikat Halal/MUI

Jaminan kehalalan suatu produk pangan dapat diwujudkan diantaranya

dalam bentuk sertifikasi halal. Dengan sertifikasi tersebut produsen dapat

mencantumkan label halal pada kemasannya. Pengaturan penggunaan produk

halal di Indonesia, memiliki dua hal yang terkait, yaitu sertifikasi dan

labelisasi halal.Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama

Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari‟at

Islam. Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin

pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang

berwenang.29

Pemegang otoritas menerbitkan sertifikasi produk halal adalah

MUI yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-

obatan, dan Kosmetika (LPPOM).

28Alie ,2003, Tanya Jawab Produk Halal, Bagian Proyek dan Prasarana Produk Halal dirjen Bimas Islam

dan Penyelenggara Haji, Pepartemen Agama Jakarta. hal.6 29Anonim. LPPOM MUI, Persyaratan Sertifikasi Halal MUI tentang Bristle (21 esember 2016)

Page 37: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

23

Sebagai lembaga bentukan MUI, LPPOM MUI tidak berjalan sendiri.

Keduanya memiliki kaitan erat dalam mengeluarkan keputusan. Sertifikat Halal

merupakan langkah yang berhasil dijalankan sampai saat ini. Didalamnya tertulis

fatwa MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam

dan menjadi syarat pencantuman label halal dalam setiap produk pangan, obat-

obatan, dan kosmetika.30

Sertifikat halal berlaku dua tahun dan dapat diperbaruhi untuk jangka

waktu yang sama. Setiap pelaku usaha yang telah mendapatkan sertifikat halal

terhadap produknya mencantumkan keterangan atau tulisan halal dan nomor

sertifikat pada label setiap kemasan produk. Selama masa berlaku sertifikat halal

tersebut, perusahaan harus dapat memberikan jaminan bahwa segala perubahan

baik dari segi penggunaan bahan, pemasok, maupun teknologi proses hanya dapat

dilakukan dengan sepengetahuan LPPOM MUI yang menerbitkan sertifikat halal.

Jaminan tersebut dituangkan dalam suatu sistem yang disebut Sistem Jaminan

Halal (SJH).SJH dibuat oleh perusahaan berdasarkan buku panduan yang

dikeluarkan oleh LPPOM MUI.

Sertifikat halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda

tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal

adalah diterbitkannya sertifikat halal, apabila produk yang dimaksudkan telah

memenuhi ketentuan sebagai produk halal.

30 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa, (Jakarta: Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk

Halal Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, 2003), 151- 160.

Page 38: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

24

4. Proses Produksi

Proses produksi adalah kegiatan yang mengkombinasikan faktor-faktor

produksi (man, money, material, method) yang ada untuk menghasilkan suatu

produk, baik berupa barang atau jasa yang dapat diambil nilai lebihnya atau

manfaatnya oleh konsumen. Sifat proses produksi adalah mengolah, yaitu

mengolah bahan baku dan bahan pembantu secara manual dengan menggunakan

peralatan, sehingga menghasilkan suatu produk yang nilainya lebih dari barang

semula.

Produk atau barang adalah hasil kegiatan produksi yang mempunyai sifat-

sifat fisik dan kimia, serta ada jangka waktu antara saat diproduksi dengan saat

produk tersebut dikonsumsi atau digunakan.Adapun jasa adalah hasil dari

kegiatan produksi yang tidak mempunyai sifat-sifat baik fisik maupun kimia serta

tidak ada jangka waktu antara saat produksi dengan saat dikonsumsi.

Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana

produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan

menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Proses produksi adalah suatu

cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan

menggunakan faktor produksi yang ada.31

Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses

produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu

31Ahyari, Agus, 2002, Manajemen Produksi; Pengendalian Produksi, edisi empat, Buku dua, BPFE,

Yogyakarta.

Page 39: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

25

barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,

mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.

C. Perlindungan Konsumen Muslim

1. Perlindungan Konsumen

Secara mendasar, konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum

yang

sifatnya universal. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya

dibandingkan dengan kedudukan produsen yang lebih kuat dalam banyak

hal,maka pembahasan perlindungan konsumen akan selalu aktual dan selalu

penting untuk dikaji32

Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun

formal makin terasa sangat penting, mengingat makin majunya ilmu

pengetahuan

dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi

produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai

sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya

baik langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya akan

merasakan dampaknya33

32

2Yusuf Sofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Jakarta: GhaliaIndonesia, 2007), h. 17.

33 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan (Jakarta: Visimedia, 2008), h. 39

Page 40: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

26

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk lain dan tidak untuk diperdagangkan.34

Definisi konsumen berangkat dari pandangan atau konsep islam terhadap

harta, hak dan kepemilikan dengan transaksi atau tidak.35

Konsumen dalam

hukum ekonomi islam tidak terbatas pada perorangan saja tetapi juga menyangkut

suatu bedan hukum.36

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam

ushanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen

itu sendiri.37

Undang-undang nomor 08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen.38

Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperlukan

melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi

sewanang-wenang yang selalu merugikan hak konsumen.Dengan adanya undang-

undang perlindungan konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen

34Subagyo, buku sederhana memahami prinsip-prinsip perlindungan konsumen (surabaya: 2010) h.1 35Muhammad, erika perlindungan konsumen dan ekonomi islam, (yogyakarta: bpfe, 2004) h.128 36Ibid h. 130 37Zulham, hukum perlindungan konsumen, (Jakarta: kencana, 2013), h.21 38Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1

Page 41: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

27

memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau

menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku

usaha.

Pasal 2 undang-undang nomor 08 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen berdasarkan asas

kemanfaatan, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen

serta kepastian hukum.39

2. Tujuan Perlindungan konsumen

Perlindungan Konsumen Perlindungan konsumen merupakan bagian tak

terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat

terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen.

Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada pada

posisi yang lemah. Konsumen pada dasarnya memiliki posisi tawar yang lemah

dan terus melemah, hal ini disebabkan:

a. Terdapat lebih banyak produk, merek, dan cara penjualannya;

b. Daya beli konsumen makin meningkat;

c. Lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran, sehingga belum

d. banyak diketahui semua orang;

e. Model-model produk lebih cepat berubah;

f. Kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga membuka akses yang

lebih besar kepada bermacam-macam pelaku usaha; Iklan yang menyesatkan; dan

39Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1

Page 42: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

28

g. Wanprestasi oleh pelaku usaha40

Posisi konsumen sangat lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu

sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada

masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukumperlindungan konsumen

adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarikbatasnya. Menurut Az

Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari

hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur,

dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Sedangkan

hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum

yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak atau satu sama lain

berkaitan dengan barang dan/atau jasa di dalam kehidupan bermasyarakat.41

Menurut pasal 3 undang-undang nomor 08 tahun1999 tentang

perlindungan konsumen, perlindungan konsumen bertujuan:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

b. Mengangkat harta dan martabak konsumen dengan cara menghindarkan

dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

40

Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 9. 41

AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, (Cet. II; Jakarta: Diadit Media, 2006), h. 37

Page 43: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

29

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi.

e. Menembuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha.

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan konsumen.42

Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan pelaku usaha dapat

memberikan perhatiannya akan hak-hak yang dimiliki konsumen, khususnya

terkait hak atas kesehatan.43

dalam hal ini pelaku usaha diharapkan dapat

menghindari kemungkinan terjadinya peristiwa yang disebabkan tidak

dihindarinya hal-hal yang dilarang oleh pelaku usaha dalam memproduksi atau

memperdagangkan suatu produk. Untuk itu perlindungan konsumen diatur

sedemikian rupa dengan cara:

a. Menciptakan system perlindungankonsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum.

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan

seluruh pelaku usaha

42Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang pelindungan konsumen pasal3 43Mualim, wahyuning widayati dkk, pedoman HAM tentang perlindungan konsumen yang berkaitan

dengan pemenuhan hak atas kesehatan, h.37

Page 44: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

30

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang

menipu dan menyesatkan.

e. Membedakan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-

bidang lainnya.44

Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah

yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah

penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya,

dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Pemberian Label

Labeling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakanbagian dari

suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produkdan penjual.

Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisapula merupakan

etiket (tanda pengenal) yang dilekatkan pada produk.

Dengan demikian ada hubungan erat antara labeling, packaging,

danbranding.Secara garis besar terdapat tiga macam label yaitu sebagaiberikut:

1. Brand label, yaitu nama merek yang diberikan kepada produk atau

dicantumkan pada kemasan.

44Ibid

Page 45: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

31

2. Descriptive label, yaitu label yang memberikan informasi obyektif

mengenaipenggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan

kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan

dengan produk.

3. Grade label, yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk

(product’s judgend quality) dengan suatu huruf, angka, atau kata.

4. Jaminan produk

Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya

kepada konsumen, di mana konsumen akan diberi ganti rugibila produk ternyata

tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkanatau dijanjikan. Jaminan bisa

meliputi kualitas produk, reparasi, ganti rugi(uang kembali atau produk ditukar),

dan sebagainya. Jaminan sendiri adayang bersifat tertulis dan ada pula yang tidak

tertulis. Dewasa ini jaminan seringkali dimanfaatkan sebagai aspek promosi,

terutama pada produk produk tahan lama

Page 46: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian akan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif

adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya.Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan

menggunakan model-model matematis dan teori-teori dan hipotesis yang berkaitan

dengan fenomena alam.Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam

penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara

pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan-hubungan kuantitatif.45

Peneliti menggunakan jenis metode deskriptif yaitu peneliti yang menjelaskan

bagaimana pengaruh antar variabel-variabel pengujian hipotesis melalui pengujian

hipotesis. Data yang diperoleh berasal dari penelitian lapangan menggunakan

kuesioner atau angket yang telah disebar oleh peneliti kepada sampel/ orang yang

akan memberikan informasi terkait hal yang akan diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah warung makan usaha kecil

di kota Makassar

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan pusat perhatian dalam penelitian kuantitatif.Secara

singkat, variabel dapat didefinisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau

45Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. (Bandung: Alfabeta.2014). h. 30-31

Page 47: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

33

memiliki lebih dari satu nilai.Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan

untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau

individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.46

Variabel yang menjadi tujuan peneliti adalah pelabelan halal X produk

makanan sebagai variabel , perlindungan konsumen muslim sebagai variabel Y

D. Definisi Operasional Variabel.

Berikut ini definisi dari variable-variabel yang akan menjadi acuan dalam

melakukan penelitian:

1. Pelabelan Halal Produk makan adalah pencatuman tulisan atau pernyataan

halal pada kemasan produk kemasan makan untuk menunjukkan bahwa

produk yang di maksud berstatus sebagai produk makan halal.

2. Perlindungan Konsumen Muslim adalah perlindungan konsumen merupakan

hal yang sangat penting dalam hukum islam. Maka perlindungan terhadap

konsumen muslim berdasarkan syari‟at islam merupakan kewajiban Negara.

E. Sumber Data

a) Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.Data primer

disebut juga data asli atau data baru.Dalam penelitian ini data primer atau data

46Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Edisi Revisi 2

(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 59

Page 48: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

34

empiris di peroleh dari penyebaran angket.Dalam penelitian ini angket yang tersebar

terdiri dari angket tertutup dan angket terbuka.

Angket tertutup artinya telah adapilihan pertanyaan yang berkenaan

pengaruh pendapatan bagi hasil dan sistem syariah terhadap tingkat kesejahteraan

petani penggarap serta jawaban yang di design dengan menggunakan skala liker,

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan lima

alternatif jawaban yang telah di sediakan oleh peneliti dengan memberikan tanda

centang ( √ ) pada bagian kolom yang telah disediakan.

b) Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

sumber yang telah ada.Data itu biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari

laporan-laporan peneliti yang terdahulu.Data sekunder disebut juga data tersedia.

F. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu

wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan unit atau individu dalam ruang

lingkup yang akan diteliti47

. Populasi dalam peneliti ini adalah pelanggan warung

makan ayam geprek di kota Makassar, belum ada data.

47 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1,2002 . Jakarta, PT Bumi Aksara

Page 49: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

35

2. Sampel

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode perpossive

sampling bertujuan tidak ada jumlah yang pasti pelanggang ayam geprek di kota

makassar untuk mendapatkan jumlah sampel yang tepat menggunakan mengunjungi

warung ayam geprek di kota makassar menyebarkan angket ke pelanggang jumlahnya

tidak mencukupi selebihnya mengunakan metode perpossive sampling melalui

penyebaran angket secara online para pelanggan ayam geprek sampai terakhir

pengumpulan angket terkumpul sebanyak 65 angket yang kembali.

G. Instrumen Penelitian

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Wawancara,

dan Observasi.Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini

dengan menggunakan skla likert 5 poin. Jawaban responden berupa piihan dari lima

alternatif yang ada, yaitu:

Tabel 3.1

1. SS SangatSetuju

2. S Setuju

3. N Netral

4. TS TidakSetuju

5. STS SangatTidakSetuju

H. Teknik Pengumpulan Data

Page 50: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

36

Teknik yang dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam

penelitianini terdiri atas:

1. Penyebaran angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket

merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia

ketahui. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai

suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberi jawaban

yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.di samping

itu, responden mengetahui informasi tertentu yang di minta.

2. Observasi

Observasi merupakan sebuah proses pengamatan menggunakan panca

indra kita. Seorang peneliti dapat melakukan observasi dengan berbagai cara. Ia dapat

melihat kondisi masyarakat yang menjadi tempat penelitiannya.

I. TeknikAnalisis Data

Untuk mengetahui Analisis Pelabelan Halal Produk Makanan sebagai

Perlindungan Konsumen Muslim, maka digunakan analisis statistika:

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Ujivaliditas adalah kebenaran instrument penelitian yang digunakan untuk

menguji apakah pertanyaan pada questioner tersebut benar atau tidak.

Page 51: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

37

Perhitungan ini dilakukan dengan bantuan computer program SPSS

(Statistical Package For Social Science). Untuk menetukan nomor-nomor item

yang valid dan tidak valid, dikonsultasikan dengan table product

moment.Kriteria penilaian uji validitas adalah:

a. Apabilar hitung>rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05 maka dapat dikatakan

item kuesioner tersebut valid.

b. Apabilar hitung<rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05, maka dapat dikatakan

item kuesioner tersebut tidak valid

Selanjutnya uji realibilitas adalah menguji data yang diperoleh sebagai dari

jawaban angket yang telah dibagikan. Jika angket tesebut itu handalatau realible.

Dikatakan handalatau realible jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan

uji statistic cronbach alpha. Suatu variable dikatakan realible jikar hitung>rtabel maka

pada taraf signifikansi α = 0,6.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas adalah sebuahuji yang dilakukan dengan tujuan

untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau

variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.

b. Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidak

samaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi

linear. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus

dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak

Page 52: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

38

terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat

peramalan.

3. Uji frekuensi

Merupakan suatu uraian atau ringkasan yang dapat dibuat dalam bentuk tabel

suatu kelompok data yang menunjukkan sebaran data observasi dalam

beberapa kelas.Sehingga ada dapat membentuk suatu tabel frekuensi yang

berisikan kategori-kategori tersebut.

Page 53: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokai Penelitian

Makassar adalah ibu kota Provinsi Sulawesi selatan, yang terletak di

bagian Selatan Pulau Sulawesi ynag dahulu disebut Ujung pandang, terletak

antara 119°24‟17‟38‟‟ Bujur Timur dan 5°8‟6‟19‟‟ Lintang Selatan yang

berbatasan sebelah Utara dengan Kebupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten

Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selatan

Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-

2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota

Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim

sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C

sampai dengan 29°C.

Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang

membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai

“Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberpa sungai (Sungai Tallo,

Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke

dalam kot. Kota makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berbeda

pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan lauk.

Page 54: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

40

Kota yang sempat dikenal dengan nama Ujung Pandang ini memang

menjadi salah satu destinasi wisata favorit para pelancong, khususnya dari

luar pulau Sulawesi. Menawarkan banyak hal untuk dieksplorasi, mulai dari

wisata, sejarah, budaya, sampai wisata kuliner Makassar sendiri yang terkenal

dengan kelezatannya.

Seiring dengan perkembangan waktu, kuliner di kota Makassar kian

beragam tidak hanya tradisional tapi juga kuliner kekinian seperti halnya di

Ayam geprek. Ayam geprek sendiri merupakan salah satu inovasi yang

berasal dari ayam goreng tepung yang dicampur dengan cabai dan rempah

lainnya dengan cara digeprek. Rumah makan ayam geprek mulai menjadi

favorit warga Makassar khususnya pelajar dan mahasiswa karena kebanyakan

memiliki harga yang terjangkau. Ketatnya persaingan antar rumah makan

ayam geprek membuat pihak ayam geprek harus pandai menawarkan

keunggulan produknya masing-masing.Bidang bisnis kuliner tergolong

banyak diminati apalagi jika ada produk baru sehingga banyak masyarakat

yang memulai usaha dengan melirik tren kuliner yang sedang diminati oleh

masyarakat pada saat itu karena dianggap sebagai peluang usaha.

Sejak keberadaan kuliner ayam geprek kian meningkat di indonesia

terutama di Makassar, sejak itu pula banyak rumah makan ayam geprek mulai

beroprasi di setiap sudut kota Makassar salah satunya di daerah Alauddin dan

Talasalapang.

Page 55: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

41

B. DeskripsiResponden

Responden yang di teliti dalam penelitian ini adalah konsumen warung makanan

ayam geprek juara dan responden sebanyak 65 orang.

a. Responden berdasarkan jenis kelamin

Keadaan responden berdasarkan jenis kelamin dapat didefinisikan

dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Responden berdasarkan Jenis Kelami

Frequency Percent

Valid L 25 38.5

P 40 61.5

Total 65 100.0

Sumber : Data diolah 2020

Berdasarkan table 4.1 jumlah responden laki-laki sebanyak 25 orang dan

responden perempuan sebanyak 40 orang ini menunjukkan bahwa responden warung

makan ayam geprek lebih banyak perempuan.

b. Responden berdasarkan umur

.Keadaan responden berdasarkan umur dapat di definisikan dalam tabel 4.2

sebagai berikut:

Page 56: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

42

Tabel 4.2 Responden Beradasarkan Umur

No Umur Frekuensi Presentase (%)

1 15-20 16 24,6 %

2 21-30 48 73,9 %

3 30-40 1 100,0 %

TOTAL 65 100,0 100 %

Sumber : Data diolahpadatanggal 20 juni 2020

Berdasarkan table di atas, diketahui bahwa jumlah responden yang berusia

dari 15-20 tahun sebanyak 16 orang atau (24,6%), dan responden yang berusia 21-

30 sebanya 48 orang atau (73,9%), dan responden yang berusia 30-40 tahun

sebanyak 1 orang atau (100,0%). Jadi responden terbanyak besrada pada usia 21-30

tahun.

C. Hasil dan Analisis

Variabel penelitian terdiri dari 2 (dua) yang terdiri dari variable independen yaitu

Pelabelan halal produk makanan (X), dan perlindungan konsumen muslim(Y) .

a. Deskripsi Variabel Pelabelan Halal (X)

Adapun deskripsi data tanggapan Responden mengenai Pelabelan Halal dapat

dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Page 57: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

43

No Pertanyaan Tingkat Jawaban Responden

Menerima

(S + SS)

Tidak Menerima

(KS + TS + STS)

F % F %

1 Apakah anda memperhatikan

pelabelan halal sebelum

memilih makan di rumah

makan?

61 67,5 4 6,1

2 Apakah ada pelabelan halal

pada warung makan dapat

meningkatkan usaha ?

55 84,6 10 15,4

3 Dengan adanya pelabelan halal

di setiap warung makan penjual

harus lebih menjaga kebersihan

makanan dan minuman ?

65 100 0 0

4 Dengan adanya pelabelan halal

di setiap warung makan penjual

harus teliti memilih bahan baku

?

62 95,4 3 4,6

5 Menurut anda pelabelan halal

menjadi pertimbangan

konsumen dalam membeli

produk makanan ?

56 86,2 9 13,8

6 Adanya pelabelan halal pada

warung makan semakin tinggi

minat belanja ?

57 87,7 8 12,3

7 Kelengkapan pelabelan halal

pada warung berpengaruh pada

pengembilan keputusan

pembelian produk oleh

pelanggan ?

60 92,3 5 7,7

Sumber : Data diolah 2020

Tabel 4.3 Tanggapan Responden terhadap Variabel Pelabelan Halal (X)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari tujuh pertanyaan yang diajukan pada

responden maka mayoritas menyatakan setuju bahwa pelabelan halal pada warung

makan dapat menigkatkan usaha dan menjadi perhatian responden ketika

Page 58: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

44

memilih makan di rumah makan sehingga pelabelan halal di setiap warung makan

membuat penjual harus lebih menjaga kebersihan makanan dan minuman dan

juga harus teliti memilih bahan baku. Dapat diketahui pula bahwa pelabelan halal

menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk makanan dan

meningkatkan minat belanja pada warung makan karena akan berpengaruh pada

pengembalian keputusan pembelian produk oleh pelanggan.

b. Deskripsi Variabel Perlindungan Konsumen (Y)

Adapun deskripsi data tanggapan Responden mengenai Perlindungan

Konsumen dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tanggapan Responden terhadap Variabel Perlindungan Konsumen

(Y)

No Pernyataan Tingkat Jawaban Responden

Menerima

(S + SS)

Tidak Menerima

(KS + TS + STS)

F % F %

1 Anda merasa jika adanya

pelabelan halal di warung

makan maka konsumen akan

merasa lebih aman dalam

memilih kehalalan produk

58 89.2 7 10,8

2 Anda merasa pelanggan

tertarik makan di warung

anda karena sudah terjamin

kehalalannya

65 100 0 0

3 Anda mengetahui proses

pembuatan makanan sesuai

syariat islam

59 90,7 6 9,2

4 Dengan adanya label halal

pada warung makan

60 92,3 5 3,7

Page 59: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

45

memberikan informasi

tentang jaminan & mutu

produk

5 Kualitas, mutu & jaminan

halal adalah hal yang selalu

anda perhatikan dalam

membeli produk makanan

64 98,5 1 1,5

Sumber : Data diolah 2020

Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa adanya pelabelan halal di

warung makan membuat konsumen akan merasa lebih aman dalam memilih

kehalalan produk dan membuat pelanggan tertarik makan di warung karena

sudah terjamin bahwa proses pembuatan makanan sesuai syariat Islam. Juga

dengan adanya label halal pada warung makan memberi kaninformasi tentang

jaminan dan mutu produk, karena kualitas, mutu dan jaminan halal adalah hal

yang selalu anda perhatikan dalam membeli produk makanan

D. Uji Statistika

1. Uji Validitas

Tabel 4.5 Uji Validitas

Variabel Item R Hitung R Tabel Keterangan

Pelabelan

Halal (X)

P1 0,626 0,2404 Valid

P2 0,738 0,2404 Valid

P3 0,704 0,2404 Valid

P4 0,528 0,2404 Valid

P5 0,729 0,2404 Valid

Page 60: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

46

P6 0,731 0,2404 Valid

P7 0,586 0,2404 Valid

Perlindungan

Konsumen

(Y)

P8 0,628 0,2404 Valid

P9 0,624 0,2404 Valid

P10 0,731 0,2404 Valid

P11 0,761 0,2404 Valid

P12 0,659 0,2404 Valid

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber : Data diolah2020

Pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa variabel palabelan halal dinyatakan

valid. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai koefisien korelasi (rhitung) >

0,4973 sehingga dapat dikatakan bahwa keseluruhan item variable penelitian adalah

valid untuk digunakan sebagai instrument dalam penelitian. Nilai r table yaitu 0,4973

diperoleh dari nilai r hitung dengan N= 12 + 2 = 10.

2. Uji Realibilitas

Hasil uji reliabilitas ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji Realibilitas

No. Variabel Cronbach‟s Alpha Keterangan

1. Pelabelan Halal (X) 0,784 Reliabel

2. Perlindungan Konsumen (Y) 0,706 Reliabel

Sumber : Data diolah 2020

Page 61: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

47

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa semua nilai cronbach‟s alpha

variabel pelabelan halal (X)0,784 dinyatakan reliabel, sementara untuk nilai variable

perlindungan (Y) 0,706. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

a) Nilai alpha Cronbach 0.00 s.d 0.20, berarti kurang reliable.

b) Nilai alpha Cronbach 0.21 s.d 0.40, berarti agak reliable.

c) Nilai alpha Cronbach 0.42 s.d 0.60, berarti cukup reliable.

d) Nilai alpha Cronbach 0.61 s.d 0.80, berarti reliable.

e) Nilai alpha Cronbach 0.81 s.d 1.00, berarti sangat reliable.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwah asil pengujian

menunjukkan normalitas dimana grafik histogram memberikan pola distribusi yang

melenceng kekanan yang artinyaadalah data berdistibusi normal.

Page 62: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

48

b.Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendekati ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat

dari pola gambar scatterplot model tersebut, tidak dapat heteroskedastisitas jika:

1. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola

2. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0

3. Titik-titik data mengumpulkan hanya di atas atau di bawah saja

Sumber : Data diolahpadatanggal 20 juni 2020

Padagambar 4.2 Di atas dapat dilihat bahwa titik-titik pada grafik scatterplot tidak

mempunyai pola penyebaran yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar di atas dan

di bawahangka 0 pada sumbu y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan

heteroskedastisitas pada model regresi.

Page 63: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

49

4. Uji Hipotesis

a. Uji Regresi

Untuk lebih jelasnya akan disajikan hasil olahan data mengenai persamaan

regresi dibawah ini :

Persamaan regresi sederhana secara matematis dapat ditulis sebagai

berikut:

𝒀 = α + 𝒃𝑿 + 𝝐s

Dimana :

Y = Variabel Dependent (perlindungan konsumen)

α = Konstanta persamaan regresi

b= Koefisien regresi

X = Variabel Independent (pelabelan halal)

∈ =Error term (variabel pengganggu)

Tabel 4.7 Hasil Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.626 1.866 3.551 .001

Produk

Makanan .505 .060 .730 8.482 .000

a. Dependent Variable: Perlindungan Konsumen

Sumber : Data diolah 2020

Page 64: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

50

Diketahui dari tabel hasil Uji Heterokedastisitas diperoleh persamaanregresi

sederhana sebagai berikut:

𝑌 =6.626+0,505X

Konstanta sebesar 6.626 artinya apabila nilai X (pelabelan halal )sama dengan 0,450

maka nilai Y (perlindungan konsumen) sebesar6,626.Koefisien regresi X (pelabelan

halal) sebesar 0,505 artinya apabilasetiap kenaikan X sebesar 0,050 (pengetahuan

terhadap produk) maka nilai Y(minat terhadap produk) akan meningkat sebesar

0,505.

b. Uji Parsial(Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.626 1.866 3.551 .001

Produk

Makanan .505 .060 .730 8.482 .000

a. Dependent Variable: Perlindungan Konsumen

Sumber : Data diolah 2020

Berdasarkan analisis data pada penelitian ini yang tergambar pada tabel 4.8

dapat diketahui bahwa pelabelan halal mempunyai pengaruh yang signifikan

penerapan.dimana thitung> ttabel hal ini ditunjukkan dari hasil uji parsial bahwa

koefisien beta unstandardizer variabel pengetahuan terhadap perlindungan konsumen

0,6.626(sig.) t sebesar 0,000, dan pelabelan halal 0,505 (sig.) t 0,000 serta8.482>

1,6684 secara pengetahuan terhadap produk gadai dan minat terhadap produk

Page 65: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

51

karena memperoleh hasil signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga Ha yaitu pelabelan

halal

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan variasi variabel

bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Dengan kata lain, koefisien

determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel bebas (Persepsi

masyarakat lokal) dan (Kesiapan masyarakat lokal) dalam menerangkan variabel

terikatnya (Penerapan wisata syariah). Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan

nilai R square sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah :

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .730a .533 .526 1.39711

a. Predictors: (Constant), Produk Makanan

b. Dependent Variable: Perlindungan Konsumen

Sumber : Data diolah 2020 s

Berdasarkan hasil uji koefisien deteminasi pada tabel 4.9 diatas, nilai R2

(R

Square) dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Dari tabel diatas diketahui bahwa

nilai R2 sebesar0,533 . Hal ini berarti bahwa 53,3% yang menunjukkan bahwa

perlindungan konsumen jadi Sisanya sebesar 46,7% dipengaruhi oleh variabel lain

yang belum atau tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 66: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

52

E.Pembahasan Hasil Penelitian

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa umumnya pelanggan warung makan

menyatakan bahwa pelabelan halal pada warung makan dapat menjadi alasan

masyarakat dalam memilih makan di rumah makan.karena pelabelan halal di setiap

warung makan dapat menjamin kebersihan bahan baku makanan dan minuman dan

cara masak dan peralatan hasil penelitian ini pula menunjukka bahwa pelabelan halal

menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk makanan.Karena adanya

pelabelan halal di warung makan membuat konsumen merasa lebih aman dalam

memilih produk yang terjamin kehalalanya.

Page 67: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pencantuman label halal di warung makan belum banyak dilakukan oleh

pemilik warung makan.Meski demikian, dari hasil olah data angket dapat

diketahui bahwa pelanggan mempercayai bahwa warungmakan di

Makassar telah menyediakan bahan baku makanan halal dan pengolahan

yang sesuai syariat islam..

2. Meski masih banyak orang makan di makassar yang belum

mencantumkan label halal, namun pelanggan tetap meyaki bahwa

pelabelan halal pada warung makan dapat menjamin perlindungan kepada

konsumen dalam bentuk jaminan halal pada bahan baku makanan,

jaminan halal pada proses pengolahan bahan baku makanan, sebagai

jaminan halal pada warung makan di makassar.

B. SARAN

1. Bagi konsumen sebaiknya lebih memperhatikan ketersedian label halal

pada setiap warung makan agardapat menjamin tingkat kehalalan

melindungi meraka dari produk yang tidak syariat islam.

2. Bagi pengusaha produk makanan agar sebaiknya memperhatikan

pelabelan halal untuk menarik dan menyakinkan konsumen dalam

membeli produk atau jajanan kuliner yang ditawarkan.

Page 68: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

54

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 9.

AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, (Cet. II; Jakarta:

Diadit Media, 2006), h. 37

Apriyanto, Apriyantono dan Nurbowo, 2003, Panduan Belanja dan Konsumsi Halal,

Jakarta: Khairun Bayan.

Agus, Agus. 2002, Manajemen Produksi; Pengendalian Produksi, edisi empat, Buku

dua, BPFE, Yogyakarta.

Ar Rasyid, Abdurrahman, Halal Haram menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta:

Prestasi Pusat, Cet. I, 2006.

Anggraini, Jum. 2012, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Alie, Imam masker. 2003, ketua penyunting Dalil dan pertimbangan penetapan

Produk Halal bagian Proyek sarana dan Prasarana Produk Halal dirjen Bimas

Islam dan penyelenggaraan Haji Depertemen Agama, jakarta

Alie ,2003, Tanya Jawab Produk Halal, Bagian Proyek dan Prasarana Produk Halal

dirjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, Pepartemen Agama Jakarta.

Anonim. 2016, LPPOM MUI, Persyaratan Sertifikasi Halal MUI tentang Bristle.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Makassar, daftar jumlah

UMKM di Kabupaten Makassar tahun 2016.

Direktor, 1982. Proyek Perguruan Tinggi Agama /IAIN di Pusat Direktorat

Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih, Jakarta.

Erika, Muhammad. 2004, perlindungan konsumen dan ekonomi islam, Yogyakarta:

bpfe.

F.M Nashshar. 2013, Antara Halal Dan Haram, Bandung: Angkasa.

Farida, Yusuf,. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatwa. 2003, Majelis Ulama Indonesia, Jakarta: Bagian Proyek Sarana dan Prasarana

Produk Halal Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen

Agama RI.

Girindra, Aisjah. 2005, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, Jakarta: LP POM MUI.

Page 69: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

55

Hasan, Ali. 2009, Manajemen Bisnis Syariah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasan, Iqbal. 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 1, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Imam Al-Ghazali. 2002, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, Surabaya : putra

pelajar.

Lois Ma‟luf, Al-Munjid. 1986, Beirut-Lebanon: Dar El-Machreq Sari Publisher

Mualim, wahyuning widayati dkk, pedoman HAM tentang perlindungan konsumen

yang berkaitan dengan pemenuhan hak atas kesehatan,

Qardhawi, Yusuf. 2000. Halal Dalam Islm. Solo: Era Intermedia

Syukur , Abdullah. 1987. Kumpulan makalah “Study Implementasi Latar Belakang

Konsep Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan”. Ujung Pandang.

Syeikh Izzuddin Ibnu Abdi Salam, 2011, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam

Kemaslahatan Manusia, Bandung Nusa Media.

Syeikh Izzudin Ibnu Abdis Salam, Kaidah-Kaidah Hukum

Suriansyah, Murhaini. 2014, Manajemen Pegawasan Pemerintah Daerah, Pusat

Pelajar, Yogyakarta.

Subagyo. 2010, buku sederhana memahami prinsip-prinsip perlindungan konsumen

Surabaya

Sugiyono. 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Tim Penyusun, 1975, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak, Jakarta:

Erlangga

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1

Undang-undang no.08 tahun 1999 tentang pelindungan konsumen pasal3

Zulham. 2013, hukum perlindungan konsumen, Jakarta: kencan

Page 70: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

RIWAYAT HIDUP

Nurmala sari, lahir di Bantimala, 08april 1998. Putri pertama

dari pasangan Alm. Muh. Nadir dan Nursiah. Peneliti

mengawali pendidikan pada tahun 2004 di SD Neg. 21

Maleleng, tamat pada tahun 2010. Lalu melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri2 Minasate‟ne pada tahun 2010

dan tamat pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah

atas di SMA Negeri 1 Bungoro pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2016. Dan atas

ridha Allah SWT juga restu kedua orang tua, pada tahun 2016 melanjutkan

pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan program studi

Hukum Ekonomi Syariah (HES), Fakultas Agama Islam (FAI) dan menyelesaikan

pendidikan S1 padatahun 2020.

Page 71: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

KUESIONER

ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM DI MAKASSAR

Identitas

Nama Lengkap :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki – Laki / Perempuan

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Berikan respond anda sebenar-benarnya untuk setiap indikator yang ada pada

kolom sebelah kiri dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu angka yang

tersedia pada kolom alternatif jawaban.

Keterangan pilihan jawaban :

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Netral (N)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

Page 72: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

Variabel label halal produk makanan X

No. Peryataan SS S N TS STS

1. Apakah anda memperhatikan pelabelan halal

sebelum makan di rumah makan

2. Apakah anda pelabelan halal pada warung

makan dapat meningkatkan usaha

3. Dengan adanya pelabelan halal disetiap

warung makan penjual harus lebih menjaga

kebersihan makanan dan minuman

4. Dengan adanya pelabelan halal di setiap

warung makan penjual harus teliti memilih

bahan baku

5. Menurut anda pelabelan halal menjadi

pertimbangan konsumen dalam membeli

produk makanan

6. Adanya pelabelan halal pada warung makan

semakin tinggi minat belanja

7. Kelengkapan pelabelan halal pada warung

berpengaruh pada pengembilan keputusan

pembelian produk oleh pelanggan

Variabel perlindungan konsumen Y

No. Peryataan SS S N TS STS

1. Anda merasa jika adanya pelabelan halal di warung

makan maka konsumen akan merasa lebih aman

dalam memilih kehalalan produk

2. Anada merasa pelanggan tertarik makan di warung

anda karena sudah terjamin kehalalannya

3. Anda mengetahui proses pembuatan makanan sesuai

syariat islam

4. Dengan adanya label halal pada warung makan

memberikan informasi tentang jaminan & mutu

produk

5. Kualitas, mutu & jaminan halal adalah hal yang selalu

anda perhatikan dalam membeli produk makanan

Page 73: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
Page 74: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI

DOKUMENTASI

Page 75: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
Page 76: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
Page 77: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
Page 78: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
Page 79: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI
Page 80: ANALISIS PELABELAN HALAL PRODUK MAKANAN SEBAGAI