bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 komunikasi · 2020. 10. 19. · dari bahasa latin...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian diperlukan teori-teori yang menjadi acuan atau
titik tolak untuk menyoroti sebuah masalah yang terjadi, menyusun pokok-pokok
pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang manakah penelitian akan
disoroti.
2.1.1 Komunikasi
Dalam kehidupan, komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik
dalam hidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam
masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak
akan terlibat dalam komunikasi. Komunikasi adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia baik secara individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Komunikasi juga merupakan topik yang amat sering
diperbincangkan, bukan hanya dikalangan praktisi komunikasi akan tetapi juga
dikalangan orang-orang awam. Ia diperlukan untuk mengatur tatakrama
antarmanusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh
langsung kepada struktur keseimbangan seseorang dalam masyarakat.
Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia, dan kupuasan
terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir
setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya, dan
kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai
jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi
akan terisolasi. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
dengan komunikasi nonverbal.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
6
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu juga
menciptakan kesamaan makna, dengan kata lain mengerti bahasa saja belum
tentu mengerti maksud yang dibawakan oleh bahasa tersebut, proses komunikasi
dapat dikatakan efektif apabila komunikator dan komunikan selai mengerti
bahasa yang digunakan, juga mengerti makna yang dikomunikasikan.
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, pernyataan
tersebut berupa pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalur. Effendy (2003)
Definisi lainnya, Menurut Everet M. Rogers dan Lawrence Kincaid.
Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang ata lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain yang pada gilirannya
terjadi saling pengertian yang mendalam. Wiryanto (2004)
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris disebut communication berasal
dari bahasa latin communictio dan bersumber dari bahasa communis yang artinya
adalah sama. Sama berarti sama maknanya. Antara pemberi pesan dan penerima
pesan pada akhirnya mempunyai persamaan makna.
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu secara primer dan
secara sekunder, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang menjadi media primer dalam proses
komunikasi. Misalnya: bahan kial, isyarat, gambar warna dan lain
sebagainya.
Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang
sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi melambaikan tangan,
memainkan jari jemari, mengedipkan mata atau menggerakkan anggota
tubuh lainnya hanya dapat mengomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat
terbatas). Demikian pula isyarat dengan menggunakan bedug, sirine dan lain-
lain. Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya dalam
mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain. Akan tetapi demi
efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
7
penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang luar
biasaapabila kita terlibat dalam komunikasi yang menggunakan bahasa
disertai gambar-gambar berwarna.
Berdasarkan paparan di atas, pikiran atau perasaan seseorang baru akan
diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila
ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut,yakni lambang-
lambang atau dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang
(symbol). Lambang-lambang yang dikirim maupun diterima haruslah
mempunyai atau diberi arti sama oleh oleh pemakai lambang tersebut, agar
komunikasi di antara keduanya dapat saling dipahami. Dengan demikian
lambang-lambang yang dikirim atau diterima, menjadi milik bersama.
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang
relative jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah,
radio, televisifilm, dan masih banyak lagi.pentingnya peranan media, dalam
proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensi dalam mencapai komunikan.
Misalnya surat kabar, radio, atau televisi, merupakan media yang efisien
dalam mencapai massa dalam jumlah yang banyak. Dikatakan efisian karena
dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas
kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya.
Akan tetapi, para ahli komunikasi menyebutkan bahwa keefektifan
dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan
yang bersifat informatif. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam
menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka dan dalam
proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika. Dalam arti kata
bahwa komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat
itu juga.Hal ini berlainan dengan komunikasi bermedia, dimana umpan balik
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
8
khalayak yang menjadi sasaran berita tidak dapat diketahui pada saat itu
juga. Wiryanto (2004)
Dampak yang dapat timbul dalam sebuah proses komunikasi, yakni:
a. Dampak kognitif
Dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi
tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan
komunikator ditujukan kepada si komunikan. Tujuan komunikator hanyalah
berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.
b. Dampak Afektif
Dampak ini lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini
tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tapi tergerak
hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih,
gembira, marah, dan sebagainya.
c. Dampak Behavioral
Dampak ini timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau
kegiatan. Liku (2017)
2.1.1.1 Fungsi Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau perilaku
sesorang. Dari pengertian komunikasi yang sederhana ini maka kita bisa
mengatakan bahwa suatu proses komunikasi tidak akan bisa berlangsung tanpa
didukung oleh fungsi komunikasi. Menurut Dominick fungsi komunikasi itu
terdiri dari beberapa fungsi yaitu:
1.Surveillance (Pengawasan)
Fungsi ini menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi
mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan maupun yang dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
2.Interpretation (Penasiran)
Fungsi ini mengajak para pembaca atau pemirsa untuk
memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi
antarpersona atau komunikasi kelompok.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
9
3.Linkage (Pertalian)
Fungsi ini bertujuan dimana media massa dapat menyatukan
anggota masyarakat
yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan
kepentingan
dan minat yang sama tentang sesuatu.
4. Transmission of values
(Penyebaran nilai-nilai)Fungsi ini artinya bahwa media massa
yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca.
Media massa memperlihatkan kepada penonton/ pembaca bagaimana
mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.
5.Entertainment (Hiburan)
Fungsi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran
halayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat
tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar
kembali. Wiryanto (2004)
2.1.1.2 Gangguan Komunikasi
Faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi antar
manusia yang menimbulkan efek yang baik, komunikasi berjalan efisien.
Kemudian faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni faktor teknis,
prilaku, situasional,keterbatasan waktu, jarak psikologis atau status sosial,dan
sebagainya.
Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sebuah proses
komunikasi antara komunikator dan komunikan yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis
komunikasi. Teknik komunikasi mencakup unsur-unsur yang ada
komunikator saat mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang, kejelian
dalam memilih saluran atau media, hingga metode penyampaian pesan.
b. Faktor Perilaku
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
10
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang
mempunyai pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas
emosi atau sifat yang egosentris.
c. Faktor Situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat sebuah proses komunikasi
misalnya situasi sosial atau pun keamanan di sebuah tempat terjadinya
komunikasi.
d. Keterbatasan waktu
Keterbatasan waktu sering terjadi dalam sebuah proses komunikasi.
Percakapan yang dilakukan tergesa-gesa tidak dapat menghasilkan
pengertian dan pemahaman bersama.
e. Jarak psikologis atau Status sosial
Jarak psikologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yakni
status sosial maupun status dalam pekerjaan. Kesalahpahaman sangat
mungkin terjadi saat proses komunikasi dilakukan oleh majikan dan
pembantunya atau seorang direktur dengan tukang becak yang ditemuinya di
jalan.
f. Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali seseorang sudah mempunyai prasangka atau sudah menarik
kesimpulan terlebih dahulu sebelum menerima keseluruhan pesan atau
informasi.
g. Lingkungan yang tidak mendukung
Proses komunikasi akan terhambat jika lingkungan yang ditempati oleh
komunikator dan komunikan tidak mendukung. Misalnya saja suasana yang
bising atau ribut, suasana yang tidak mengutamakan keleluasaan pribadi atau
bahkan suasana konflik yang melibatkan komunikator dan komunikan.
h. Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan seorang komunikator sangat berpengaruh
terhadap berhasil atau gagalnya sebuah proses komunikasi. Masalah pribadi
si komunikator atau kesehatannya yang terganggu dapat mengakibatkan
pesan yang disampaikannya juga kacau dan tidak sistematis.
i. Gangguan Bahasa
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
11
Kesalahan pada bahasa yang digunakan oleh si komunikator atau pun
komunikan dapat menghambat proses komunikasi. Kesalahan bahasa dapat
disebabkan oleh bedanya bahasa yang digunakan oleh komunikator dan
komunikan atau kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon
bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh penaerima pesan.
j. Rintangan Fisik
Adalah rintangan yang disebabkan oleh kondisi geografis. Misalnya jarak
yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana yang dapat
memperlancar komunikasi atau sarana transportasi. Dalam komunikasi
anatar manusia, rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan
organik yaitu tidak berfungsinya salah satu panca indera penerima pesan.
Kefti (2017)
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau perilaku
sesorang. Dari pengertian komunikasi yang sederhana ini maka kita bisa
mengatakan bahwa suatu proses komunikasi tidak akan bisa berlangsung tanpa
didukung oleh unsur-unsur komunikasi. Berikut dibawah ini adalah unnsur-unsur
kommunikasi.
1) Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim komunikasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya
partai, organisasi, lembaga-lembaga kenegaraan atau organisasi kepemudaan.
2) Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuanhiburan, iformasi, nasihat atau propaganda.
3) Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan utuk
memindahkan pesan dari sumber kepeda penerima. Seperti indra manusia
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
12
kemudian telephon, surat, telegram yang tergolong dalam sebagi komunikasi
antar pribadi.
4) Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, organisasi, partai atau negara. Penerima pesan bisa mencerna apa
informasi yang telah diterimanya kemudian untuk bisa di implementasikan
dalam keseharian.
5) Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang
6) Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah
satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi
sebenarnya umpan balik bsa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan
media.
7) Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi antar manusia yang menimbulkan efek
yang baik, komunikasi berjalan efisien. Kemudian faktor ini dapat
digolongkan atas empat macam, yakni lingkugan fisik, lingkungan sosial
budaya, lingkungan spikologis, dan dimensi waktu. Cangara (2012)
Alo Liliweri mengatakan bahwa unsur-unsur komunikasi mempunyai
sebelas unsur, yaitu sebagai berikut:
1)Pengirim (Sander) atau sumber (resource) adalah individu,kelompok,atau
organisasi yang berperan untuk mengalihkan (transferring) pesan.
2) Enconding merupakan pengalihan gagasan kedalam pesan.
3) Pesan (message) adalah gagasan yang dinyatakan oleh pengirim
Kepada orang lain.
4)Saluran (media) merupakan tempat sumber menyalurkan pesan kepada
penerima, misalnya melalui gelombang suara, cahaya, halaman cetakan, dan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
13
lain- lain.
5) Decoding adalah pengalihan pesan kedalam gagasan.
6) Penerima (reseiver) merupakan individu atau kelompok yang
menerima pesan.
7) Umpan balik (feed back) adalah reaksi terhadap pesan
8) Gangguan (noise) merupakan efek internal atau eksternal akibat dari
peralihan pesan
9) Bidang pengalaman (field of experience) adalah bidang atau ruang yang
menjadi latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima.
10) Pertukaran makna (shared meaning) merupakan bidang atau ruang
pertemuan (tumpang tindih) yang tercipta karena kebersamaan.
11)Konteks (context) adalah situasi, suasana atau lingkungan fisik,
nonfisik(sosiologis, antropologis, psikologis, politik, ekonomi). Liliweri
(2014)
2.1.2 komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk
informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode
lainnya yang dilakukan oleh dua orang berbeda latar belakang budayanya
(Liliweri, 2004). Komunikasi antarbudaya akan selalu berhubungan dan akan
selalu dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang berbeda. Saat komunikator
dan komunikan mempunyai latar belakang budaya yang berbeda maka disitulah
akan terjadi bahasa tubuh, intonasi, dan gaya bicara yang berbeda pula.
Selaras dengan yang dikatakan oleh (Mulyana:2010) harus diakui bahwa
budaya menentukan cara kita berkomunikasi yang meliputi topik pembicaraan,
siapa boleh berbicara atau kita bertemu siapa, bagaimana dan kapan, bahasa
tubuh, konsep ruang, makna waktu sangat bergantung pada budaya.
Melalui proses komunikasi antarpribadi yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda, tentunya akan selalu mempengaruhi stereotip atau lebel yang
dihasilkan oleh suatu kebudayaan. Sehingga, komunikasi antarbudaya disini
berperan untuk meminimalisir konflik kultural yang selama ini terjadi dan
memadukan ranah sosial yang ada menjadi satu kesatuan dalam keberagaman.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
14
Menurut Rahardjo (2005) keterpaduan sosial yang dimaksud adalah suatu kondisi
yang memungkinkan masing-masing kelompok dapat menjalin komunikasi tanpa
harus kehilangan identitas kultural mereka.
Sehingga dari beberapa definisi yang dikutip diatas, bahwa komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi diantara komunikator dan
komunikan dengan latar belakang budaya yang berbeda dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Latar budaya tersebut akan membentuk
kepribadian dan identitas khas yang dibawa oleh seseorang dalam berkomunikasi
ketika ia sedang melakukan mobilitas ke daerah lain.
2.1.2.1 Pengertian Budaya
Secara etimologi budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal).
kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Berbudaya berarti mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal
budi untuk memajukan diri. Kebudayaan diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budi. Shoelhin (2005)
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,
merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.
Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan
sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu
berdasarkan pola-pola budaya. Ada orang-orang yang berbicara bahasa Tagalog,
memakan ular, menghindari minuman keras terbuat dari anggur, menguburkan
orang-orang yang mati, berbicara melalui telepon, atau meluncurkan roket
kebulan, ini semua karena mereka telah dilahirkan atau sekurang-kurangnya
dibesarkan dalam suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut. Apa
yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka
hidup dan berkomunikasi, merupakan respons-respons terhadap dan fungsi-fungsi
dari budaya mereka.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal
budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
15
alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar
orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Mulyana
(2014)
Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-
bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-
tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-
orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada
suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Budaya
merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beranekaragam, maka beraneka
pula praktik-praktik komununikasi.
Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita
sadari. Mungkin suatu cara untuk memahami pengaruh budaya adalah dengan
membandingkannya dengan komputer elektronik: kita memrogram komputer
agar melakukan sesuatu, budaya kita pun memrogram kita agar melakukan
sesuatu dan menjadikan kita apa adanya. Budaya kita secara pasti mempengaruhi
kita sejak dala kandungan hingga mati dan bahkan setelah mati pun kita
dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak
hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaiamana orang
menyandi pesan, makna ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk
mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh
perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita
dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila
budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.
Menurut Sihabuddin (2011) Budaya adalah suatu konsep yang
membangkitkan minat. Secara formal budaya didefenisikan sebagai tatanan
pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, dan diwariskan dari
generasi ke generasi, melalui usaha individu dan kelompok. Budaya
menampakkan diri, dalam pola-pola bahasa, bentuk-bentuk kegiatan, perilaku dan
gaya berkomunikasi.
Hubungan timbal balik antara komunikasi dan kebudayaan dalam
kehidupan interaksi dan sosialita masyarakat,budaya dan perilakunya hanya dapat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
16
dipahami dengan memahami benar-benar konsep-konsep komunikasi dan
konsep-konsep kebudayaan. Keduanya saling tidak terpisahkan, saling
mempengaruhi, saling ketergantungan dan saling melengkapi, serta dalam
hubungan secara timbal balik, termasuk perilaku komunikasinya.
Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil perilaku manusia
yang teratur oleh kelakuan manusia, harus didapatnya dengan belajar, dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Fokus kajian komunikasi
antarbudaya yang harus selalu diingat adalah karena kebudayaannya yang
berbeda-beda, sehingga mempengaruhi pola-pola komunikasi yang beraneka
ragam.
Keseluruhan perilaku manusia yang tingkah lakunya harus didapat dengan
belajar dan dalam kurun waktu tertentu, selanjutnya menjadi milik sekelompok
orang. Proses belajar tingkah laku manusia dengan sesamanya tersebut, secara
keseluruhan menghasilkan perilaku manusia tertentu dimana tata kelakuannya
tidak terlepas dari perilaku komunikasi individu-individu yang beraneka ragam.
2.1.2.2 Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Komunikasi Antarbudaya
Samovar dan Richard dalam Mulyana (2007) megemukakan enam unsur
kebudayaan yaitu pandangan dunia, kepercayaan, nilai, sejarah, dan otoritas
status dan persepsi tentang diri dan orang lain. Keenam unsur budaya tersebut
dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur sosial utama yang besar dan secara
langsung terhadap makna dan persepsi kita, yaitu:
a. Sistem kepercayaan (Believe)
Sistem kepercayaan, nilai, dan sikap erat hubungannya dengan aspek-aspek
perseptual komunikasi antarbudaya. Nilai-nilai itu sendiri adalah aspek
evaluatif dari sistem-sistem kepercayaan, nilai dan sikap. Yang selanjutnya
menentukan perilaku mana yang baik atau buruk sehingga menjadi normatif
yang penting dalam komunikasi antarbudaya. Di sisi lain perilaku dan sikap
memiliki hubungan erat yang selanjutnya mempengaruhi pola komunikasi
antarbudaya.
Kepercayaan di sini mengaitkan hubungan antara objek yang diyakini
individu, dengan sifat-sifat tertentu objek tersebut secara berbeda. Tingkat,
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
17
derajat, kepercayaan kita menunjukkan pula kedalaman dan isi kepercayaan
kita. Jika kita merasa lebih pasti dalam kepercayaan kita ini, lebih besar pula
kedalaman dan isi tersebut, karena budaya memainkan peranan penting dalam
proses pembentukan kepercayaan.
b. Nilai-nilai (values), sikap ( attitude), dan pandangan Dunia (world view)
Sistem kepercayaan erat kaitannya dengan nilai-nilai, sebab nilai-nilai
adalah aspek evaluatif dari sistem kepercayaan. Diantara nilai-nilai tersebut
ada sudah membeku dan meresap lama melalui proses internalisasi kepada
individu-individu, yang dinamakan nilai-nilai budaya.
Sikap tersebut, menurut Berkowits adalah suatu respon yang evaluatif,
dinamis, dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan yang disebabkan oleh
interaksi seseorang dengan lingkungannya. Sedangkan pemahaman pandangan
hidup mengenai dunia adalah melalui substansi dan kerumitan dari pengaruh
kuatnya terhadap kebudayaan masyarakat, bangsa-bangsa, yang seringkali
tidak nampak dan tidak disadari.
Selanjutnya perspektif adalah cara pandang terhadap suatu masalah
merupakan cara pandang suatu pengamatan oleh konseptualisasi yang kita
ketahui dan alami mengenai masalah tersebut. Pemahaman komunikasi
antarbudaya di sini adalah masalah konseptualisasi dari perspektif yang
berbeda-beda karena perbedaan budayanya.
Unsur-unsur budaya lainnya yang sangat berpengaruh adalah pandangan
hidup tentang dunia (world views) yakni
mengenai Tuhan, hidup dan mati yang hakikatnya berkaitan dengan sistem
nilai-nilai dan kepercayaan serta norma-norma yang berpengaruh pula secara
berbeda-beda dalam komunikasi antarbudaya.
c. Organisasi Sosial
Organisasi sosial sendiri adalah cara bagaimana suatu budaya
mengorganisasikan dirinya dan bagaimana lembaga-lembaga mempengaruhi
cara anggota-anggota budaya itu mempersepsi dunia, serta bagaimana pula
mereka berorganisasi.
Dengan memiliki unsur-unsur yang ada, dapat ditarik kesimpulan kembali
keterkaitan antara komunikasi dengan budaya. Hubungan antara budaya dan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
18
komunikasi penting untuk dipahami agar dapat memahami komunikasi
antarbudaya, oleh karena itu melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar
berkomunikasi.
2.1.2.3 Pesan Verbal dalam Komunikasi Antarbudaya
Proses verbal dalam komunikasi antarbudaya mengarah pada
bagaimana kita berbicara kepada orang lain melalui kata-kata dan juga proses
berfikir dalam diri (komunikasi interpersonal). Komunikasi verbal
memberikan penekanan dan hasil dari identitas sosial masyarakat. Proses
verbal terbagi menjadi tiga konsep yaitu verbal vokal, verbal visual, verbal
vokal–visual. Liliweri (2002).
a. Verbal Vokal
Verbal vokal berkaitan erat dengan komunikasi non verbal terutama
konsep paralinguistik. Verbal vokal adalah ungkapan yang diucapkan dengan
kata-kata secara lisan. Rangkaian vokal juga fokus pada sebuah kata atau
rangkaian yang diucapkan, penekanan huruf, irama pengucapan yang
membedakan satu arti dengan arti lainnya.
b. Verbal Visual
Jika kita berbicara dengan seseorang maka tidak cukup untuk kita
dengan hanyab menggunakan kata-kata atau sekedar ucapan, tetapi harus
menggunakan visualisasi agar dapat dilihat atau didengar oleh telinga
misalnya, tulisan diatas kertas. Sehingga kata-kata yang tadinya diucapkan
dengan kata-kata maka dapat dialihkan dengan menggunakan media lain
yakni bahasa mata (perilaku komunikasi yang tampak dan dapat dilihat
dengan mata kita sehingga juga dapat ditafsirkan).
c. Verbal Vokal Visual
Verbal vokal visual adalah pengungkapan suatu kata dengan bantuan
vokal (suara) dan ditunjang oleh visual (terlihat oleh mata). Visualisasi
verbal dapat dilengkapi dengan bahsa isyarat. Sehingga tidak lagi menjadi
bahasa telinga (lisan) dan bahasa mata (gerakan tubuh) secara bergantian.
Contohnya : saat pedagang etnik minang bercakap-cakap dengan pedagang
etnik batak dan mengatakan bahwa ia baru saja bertemu dengan orang orang
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
19
bule disana, lalu secara visual pedagang etnik minang tersebut
menggerakkan tangan dan menunjuk kearah bule ,kemudian pedagang etnik
minang tersebut mengatakan “tadi aden nampak bule di sinan !”.
2.1.2.4 Pesan NonVerbal dalam Komunikasi Antarbudaya
Menurut Liliweri (2002) Proses pesan non verbal dalam komunikasi
antarbudaya adalah cara berkomunikasi melalui pernyataan gerakan tubuh,
ekspresi wajah, nada suara, isyarat, dan kontak mata. Cara ini memainkan
peranan penting dalam kehidupan sehari-sehari. Perbedaan bangsa amisalnya
dapat ditampilkan dengan isyarat-isyarat khusus maupun emosi. Oleh karena
itu jika ada dua budaya yang berbeda, kadang mereka menampilkan isyarat
dan emosiyang sama, namun mempnyai makna yang berbeda
a. Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah menunjukkan perasaan sedih, susah, takut, marah
heran, kaget. Ekspresi wajah manusia dapat menunjukkan apakah seorang
tertarik kepada anda atau tidak. Contohnya saja saat kita ingin membuat orang
lain senang dengan menunjukkan melalui wajah anda. Tanda-tanda yang ada
di wajah berkaitan dengan perasaan manusia dan tanda-tanda tersebut dapat
diinterpretasikan oleh orang lain di sekitar kita. Wajah manusia selalu
menampilkan dinamika,
menunjukkan identitas, nafsu, seksual, kejam dan gambaran emosi. Maka saat
berkomunikasi antarbudaya maka perhatikan ekspresi wajahnya, apakah dia
sedang marah atau melucu. Isyarat tangan mudah terlihat saat lewat tampilan
orang yang berbicara dengan mengaitkan apa yang diucapkan dengan apa
yang digerakkan.
b. Kontak Mata atau Pandangan
Kontak mata atau cara pandang merupakan komunikasi non verbal
yang ditampilkan bersama ekspresi wajah. Banyak orang yang menaikkan alis
saat ia sedang bercakap-cakap. Paralel dan fungsi ini adalah affect display
yang menunjukkan pandangan mata karena cemburu, marah, berwibawa,
berkuasa, atau sama sekali tidak berdaya. Setiap kebudayaan mengajarkan
kepada anggotanya untuk menggunakan mata. Orang akan mengurangi kontak
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
20
mata tatkala ia tidak suka pada sesama atau tidak setuju. Sebagai seorang
pendengar kadang kita selalu mengungkapkan sesuatu melalui penglihatan
dengan terus memandang dari awal sampai akhir dikarenakan kita menjadi
pendengar yang baik. Hal ini juga berlaku bagi orang yang sedang melamun
dan memikirkan Sesuatu dan tidak mendengarkan komunikatornya saat
berbicara. Semua itu terihat dari cara ia memandang.
c. Gerakan Tubuh
Menurut (L.Tubbs dan Moss:2008) mengungkapkan bahwa gerakan
tubuh dapat dilihat saat terjadi adanya percakapan antar komunikan dan
komunikator. Gerakan tubuh tersebut dapat dilihat dan diamati dari seseorang
yang merasa tidak diperhatikan dan data diperluas dari hubungan
antarpersona. Desmond Morris dalam (L. Tubbs dan Moss:2008)
mengidentifikasi isyarat penting yang digunakan di Eropa : ujung jari yang
dicium, pipi digerakkan, alis diangkat, kepala mendongak, leher yang diusap,
dagu dielus, gigi digertakkan, jari tangan membentuk V, telinga disentuh,
kepala mengangguk dan menggeleng, tanda tanduk mendatar, dan bentu buah
ara. Beberapa dari gerakan anggota tubuh tersebut sudah tidak asing bagi kita.
Naumn, ada gerakan lain seperti tanduk mendatar bentuk buah ara hampir
tidak ditemukan di beberapa Negara. Disimpulkan budaya dan negara yang
berbeda, makna yang dipakai juga berbeda.
d. Nada Suara
Menurt (L. Tubbs dan Moss:2008) nada suara bisa disamakan juga
dengan isyarat vokal. Bila orang mengeraskan suaranya, meninggikan nada
suara, warna nadanya, kecepatan pembicaraannya, kita akan memandang
bahwa orang tersbut lebih aktif. Namun hal ini juga berbeda saat orang
menggunakan intonasi dan kecepatan yang lebih tinggi, fasih dalam berbicara
maka kita akan memandang bahwa orang tersebut lebih persuasif. Kebanyakan
orang mengaitkan volume suara dengan sifat kepribadian, Sehingga
merupakan anggapan umum bahwa seorang tersebut agresif. Kecepatan dan
kefasihan dalam berbicara juga menjadi tolak ukur dalam berbicara, sehingga
orang yang berbicara dengan menggunakan banyak nada vokal maka akan
mempengaruhi komunikasi yang efektif pada komunikator.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
21
2.1.2.5 Hambatan Komunikasi Antarbudaya
Seseorang dalam menjalin komunikasi antarbudaya bukanlah suatu
perkara yang mudah. Titik persoalan yang dibahas adalah proses komunikasi
antar pribadi yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda. Hambatan
komunikasi menurut Rahardjo (2005)
1) Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan persoalan komunikasi yang dihadapi oleh
hampir seluruh budaya. Ia merupakan kendala utama bagi tercapainya
pemahaman antarbudaya. Etnosentrisme biasanya dipelajari pada tataran
ketidaksadaran dan diekspresikan pada tataran kesadaran, maka sulit untuk
ditemukan asal mulanya.
2) Stereotip
Persoalan yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya adalah apabila
orang yang berbeda latar belakang etnisnya memfokuskan secara destruktif
stereotip negatif yang mereka pegang masing-masing.
3) Prasangka
Penghambat komunikasi antarbudaya adalah prasangka. Prasangka
akan selalu merujuk pada penilaian terhadap seseorang sebelum kenal dengan
orang tersebut. Kita cenderung menjadi emosional ketika prasangka terancam
oleh hal-hal yang bersifat kontradiktif.
4) Relasi Antara Stereotip, Prasangka, dan Kontak Antarbudaya
Stereotip dan prasangka cenderung menimbulkan faktor negatif yang
dapat mempengaruhi kualitas interaksi. Jika kita sudah terlanjur mempunyai
stereotip dan prasangka maka kita akan berkelompok dengan latar (setting)
yang sama dan meminimalisir kontak dari kelompok yang tidak kita sukai.
Adanya komunikasi antarbudaya disitulah terjadi interaksi antar
komunikator dan komunikan untuk membentuk sebuah pola komunikasi yang
dapat diterima oleh keduanya. Manusia akan selalu haus untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Saat kita melakukan kontak dengan orang lain maka
kita maka kita akan mengetahui dan mengumpulkan informasi dari bagaimana
Cara ia berkomunikasi. Menurut Samovar, Porter dan McDaniel (2010) Saat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
22
kita bertemu orang pertama kalinya, kita akan langsung mengumpulkan
informasi tentang orang tersebut. Penilaian ini akan mempengaruhi dalam
memilih topik pembicaraan dalam memutuskan apakah akan melanjutkan atau
mengakhiri pembicaraan.
Informasi ini diperoleh secara verbal dan non verbal. Hal inilah yang
menjadi elemen penting dalam komunikasi antar budaya, sehingga muncullah
adaptasi speech code yang saling mempengaruhi dari pertukaran simbol dan
menciptakan hasil komunikasi diantar keduanya. Menurut Soekanto (2003)
simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam
suatu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan.
Melalui pertukaran, sistem simbol yang tergantung dari persetujuan
antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk
berpartisipasi dalam dalam proses pemberian makna yang sama.
Budaya mempengaruhi cara individu berkomunikasi dan merubah
budaya yang saling dipertukarkan melalui cara mereka berkomunikasi. Ikatan
antar speech codes dan budaya menjadi salah satu ikatan yang kuat antara
budaya dan komunikasi. Sistem ini akan terus berjalan tanpa memandang
generasi. Proses komunikasi tersebut akan selalu muncul saat terjadinya
hubungan budaya yang berbeda. Perbedaan budaya juga akan menghasilkan
negosiasi dan pemahaman makna untuk menunjukkan identitas suatu
kelompok.
2.1.3 Pedagang
Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual beli
barang atau jasa dipasar. Pemkot Yogyakarta (2009).
menurut pendangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA
membedakan pedagangberdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan
yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga.
Berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari hasil
perdagangan, pedagang dapat dikelompokan menjadi :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
23
a) Pedagang profesonal yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas
perdagangan merupakan pendapatan/sumber utasa dana satu-satunya
begi ekonomi keluarga.
b) Pedagang semi-profesonal yaitu pedagang yang mengakui aktivitas
perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil
perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
c) Pedangang Subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau
barang dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi
keluarga. Pada daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani
yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau kecamatan.
d) Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan
karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi
waktu luang. Pedagang jenis ini tidak di harapkan kegiatan
perdagangan sebagi sarana untuk memperoleh pendapatan, malahan
mungkin saja sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam
berdagang. Pemkot Yogyakarta (2009).
2.1.3.1 Etnik Minang
Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang
tumbuh dan besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas,
yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau
matrilineal, walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam,
sedangkan Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman
Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa
Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian
penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur. Rahmadanil (2016)
Adat bagi masyarakat Minangkabau adalah kebudayaan secara utuh yang
dapat berubah, namun ada adat yang tidak dapat berubah, seperti ungkapan
Minangkabau: Kain dipakai usang, daik dipakai baru (kain dipakai usang, adat
dipakai baru). Maksudnya, sebagaimana pakaian apabila dipakai terus akan
usang, sedangkan adat yang dipakai terus-menerus senantiasa awet. Oleh sebab
itu, adat tersebut menjadi empat, yakni sebagai berikut: (Muqtafi:2015)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
24
1. Adat Nan Sabana Adat
Adat nan sabana adat merupakan sebuah ketentuan yang diterima dari
Nabi Muhammad SAW yang berdasarkan Qur„an dan Hadis yang berlaku
secara universal, adat yang tidak lekang oleh panas, dan tidak lapuk karena
hujan (adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah). Adat nan sabana
adat merupakan adat yang asli, yang tidak berubah, yang tidak lapuk oleh
hujan dan tidak lekang oleh panas. Adat nan sabana adat ini juga merupakan
adat yang tetap, kekal, tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu atau keadaan.
Sebab itu dikiaskan dengan Indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan.
Jika dipaksa dengan keras mengubahnya, dicabuik indak mati, diasak indak
layua (dicabut tidak mati, dipindahkan tidak layu). Adat yang lazim
diungkapkan dalam pepatah ini, seperti hukum alam yang merupakan falsafah
hidup mereka.
2. Adat Istiadat
Adat istiadat adalah suatu kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat
umum atau setempat, seperti acara yang bersifat seremoni atau tingkah laku
pergaulan yang bila dilakukan akan dianggap baik dan bila tidak dilakukan
tidak apa-apa. Adat ini dalam mamangan (ungkapan dalam masyarakat
Minangkabau) diibaratkan seperti: batang sayua nan gadang dek diambak,
tinggi dek anjuang (besar karena dilambung, tinggi karena dianjung), yang
artinya adat itu akan dapat tumbuh hanya karena dirawat dengan baik.
3. Adat Nan Diadatkan
Adat nan diadatkan dikatakan apa yang dinamakan sebagai undang-
undang dan hukum yang berlaku. Terhadap adat ini berlaku apa yang
diungkapkan Jikok dicabuik mati, jikok diasak layua (jika dicabut (ia) mati,
jika dipindahkan (ia) layu), seperti pohon yang telah hidup berakar, yang dapat
tumbuh selama tidak ada tangan yang mengganggu hidupnya. Hakikat dalam
adat nan diadatkan ini menjadi sebuah pegangan yang tak pernah bergeser
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
25
dari dahulu hingga sekarang yang tergambar dalam falsafah adat
Minangkabau.
Bulek aia ka pambuluah
Bulek kato dek mufakat
Bulek dapek digolongkan
Picak dapek dilayangkan
4.Adat Nan Teradat
Adat nan teradat ialah peraturan yang dilahirkan oleh mufakat atau
konsensus masyarakat yang memakainya, seperti dimaksud mamangan.Patah
tumbuah, hilang baganti (patah tumbuh, hilang berganti). Ibarat pohon yang
patah karena bencana, maka ia akan dapat tumbuh lagi pada bekas patahannya.
Kalau ia hilang, ia diganti pohon lain pada bekas tempatnya hilang karena
pohon itu perlu ada untuk keperluan hidup manusia. Ketentuan yang berlaku
dalam adat nan teradat berdasarkan hasil keputusan bersama ataupun
keputusan niniak mamak dalam sebuah nagari.
2.1.3.1 Etnik Batak
Dalam kebudayanindonesia.net (2014) mengatakan, Bahasa yang
digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak. Akan tetapi ada juga sebagian
yang menggunakan bahasa Melayu. Setiap puak memiliki logat yang berbeda.
Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh
orang Batak Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh orang Batak Simalungun,
dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan Mandailing. Bahasa
Batak merupakan bahasa yang dujunakan sebagai sarana komunikasi sehari-hari
masyarakat batak di Sumatra utara. Kesantunan berhahasa dalam memulai
pembicaraan/ tindak tutur bersalam mengikuti kepada siapa tutur itu ditujukan.
Kesantunan tindak tutur akan berbeda dalam setiap hal seperti,
memohon,berterimakasih, berjanji, dan mendoakan. Feri (2015)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
26
2.1.4 Teori Interaksi Simbolik Herbert Mead
Teori interaksi simbolik bermula dari interaksionisme simbolik yang
digagas oleh George Herbert Mead yakni sebuah perspektif sosiologi yang
dikembangkan pada kisaran pertengahan abad 20 dan berlanjut menjadi beberapa
pendekatan teoritis yaitu aliran Chicago yang diprakarsai oleh Herbert Blumer,
aliran Iowa yang diprakarsai oleh Manford Kuhn, dan aliran Indiana yang
diprakarsai oleh Sheldon Stryker.
Ketiga pendekatan teoritis tersebut mempengaruhi berbagai bidang
disiplin ilmu salah satunya ilmu komunikasi. Teori interaksi simbolik dapat
diterima dalam bidang ilmu komunikasi karena menempatkan komunikasi pada
baris terdepan dalam studi eksistensi manusia sebagai makhluk sosial.
Interaksionisme simbolik sebagai perspektif sosiologi dapat kita runut
asal muasalnya saat idealisme Jerman atau pre-Sokratik, dan mulai berkembang
pada akhir abad 19 dan awal abad 20 yang ditandai dengan berbagai tulisan dari
beberapa tokoh seperti Charles S. Peirce, William James, dan John Dewey.
Interaksionisme simbolik lahir ketika diaplikasikan ke dalam studi kehidupan
sosial oleh para ahli sosiologi seperti Charles H. Cooley, W.I. Thomas, dan
George Herbert Mead. Dari sekian banyak ahli sosiologi yang menerapkan
interaksionisme simbolik, Mead-lah yang secara khusus melakukan sistematisasi
terhadap perspektif interaksionime simbolik.
George Herbert Mead menjelaskan bahwa manusia termotivasi untuk
bertindak berdasarkan pemaknaan yang mereka berikan kepada orang lain, benda,
dan kejadian. Pemaknaan ini diciptakan melalui bahasa yang digunakan oleh
manusia ketika berkomunikasi dengan pihak lain yakni dalam konteks
komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal dan komunikasi
intrapersonal atau self-talk atau dalam ranah pemikiran pribadi mereka. Bahasa
sebagai alat komunikasi memungkinkan manusia mengembangkan sense of self
dan untuk berinteraksi dengan pihak lain dalam suatu masyarakat.
Dikarenakan pemikiran Mead tidak pernah dapat dipublikasikan, Herbert
Blumer kemudian mengumpulkan, menyunting, dan mempublikasikan pemikiran
Mead ke dalam sebuah buku bertajuk Mind, Self, and Society sekaligus
memberikan nama dan mengenalkan istilah teori interaksi simbolik.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
27
Terdapat dua pengertian mengenai interaksionisme simbolik atau teori
interaksi yang diutarakan oleh para ahli, yaitu :
1. Herbert Blumer mendefinisikan interaksionisme simbolik atau teori
interaksi simbolik sebagai sebuah proses interaksi dalam rangka
membentuk arti atau makna bagi setiap individu.
2. Scott Plunkett mendefinisikan interaksionisme simbolik sebagai cara kita
belajar menginterpretasi serta memberikan arti atau makna terhadap dunia
melalui interaksi kita dengan orang lain. Rudianto (2015)
2.1.4.1 Prinsip utama dalam Teori Interaksi Simbolik
Menurut Herbert Blumer, teori interaksi simbolis menitikberatkan pada tiga
prinsip utama komunikasi yaitu meaning, language, dan thought.
1. Meaning
Berdasarkan teori interaksi simbolis, meaning atau makna tidak heren ke
dalam obyek namun berkembang melalui proses interaksi sosial antar
manusia karena itu makna berada dalam konteks hubungan baik keluarga
maupun masyarakat. Makna dibentuk dan dimodifikasi melalui proses
interpretatif yang dilakukan oleh manusia.
2. Language
Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk menamakan sesuatu.
Bahasa merupakan sumber makna yang berkembang secara luas melalui
interaksi sosial antara satu dengan yang lainnya dan bahasa disebut juga
sebagai alat atau instrumen. Terkait dengan bahasa, Mead menyatakan
bahwa dalam kehidupan sosial dan komunikasi antar manusia hanya
mungkin dapat terjadi jika kita memahami dan menggunakan sebuah bahasa
yang sama.
3. Thought
Thought atau pemikiran berimplikasi pada interpretasi yang kita berikan
terhadap simbol. Dasar dari pemikiran adalah bahasa yaitu suatu proses
mental mengkonversi makna, nama, dan simbol. Pemikiran termasuk
imaginasi yang memiliki kekuatan untuk menyediakan gagasan walaupun
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
28
tentang sesuatu yang tidak diketahui berdasarkan pengetahuan yang
diketahui. Misalnya adalah berpikir. Moleong (2010)
2.2 Penelitian terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui
hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
dijadikan sebagai data pendukung. Dalam hal ini, acuan penelitian terdahulu bisa
dilihat dari subjek, objek, metode dan teori. Tetapi fokus dan acuan peneliti yaitu
pada Analisis Semiotika. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian
terhadap beberapa hasil penelitian berupa skripsi-skripsi yang sudah ada.
No
.
Nama,Judul,dan
Tahun Penelitian
Teori
penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. LIKKU
ARRUAN
Proses komunikasi
antara penjual
etnik toraja dan
penjual etnik
pendatang dipasar
tradisional bolu
toraja utara (studi
komunikasi
antarbudaya), 2017
Teori
Interaksi
simbolik
Metode
Penelitian
Kualitatif
dengan
pendekatan
Analisis Model
Interaktif dari
Miles &
Huberman
1.Proses
komunikasi
antarbudaya
ditandai dengan
tiga proses:
pertama,
komunikasi
intrapribadi,
merupakan proses
mental dari dalam
diri penjual etnik
pendatang untuk
menyesuaikan diri
dan mengatur
lingkungan sosio
budayanya. Kedua,
komunikasi sosial
berkaitan dengan
komunikasi
antarpersona
(antarpribadi),
penjual etnik
pendatang dan
penjual etnik Toraja
melakukan interaksi
dan komunikasi
antarpribadi
bersdasarkan atas kebutuhan dan
informasi,
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
29
pengetahuan yang
dimilikinya,
pengalaman-
pengalaman
pribadinya, kerja
sama menyangkut
kehidupan sehari-
hari dilingkungan
dimana mereka
berada, partisipasi
dan persetujuan
dalam bidang
tertentu, misalnya
perdagangan.
Ketiga, lingkungan
komunikasi antara
penjual etnik
pendatang dan
penjual etnik Toraja
dimulai dari
lingkungan kerja
dan lingkungan
tetangga. Mereka
bertemu dan saling
berkomuikasi baik
secara individu
maupun kelompok.
2. Ada faktor
pendukung dalam
proses komunikasi
berarti ada pula
faktor yang dapat
menjadi penghambat
dalam proses
komunikasi dengan
budaya yang
berbeda. Faktor
penghambat
pertama, adalah
minimnya
pengetahuan tentang
budayaya keduanya
sehingga
menimbulkan
kesalahpahaman
makna budaya dari
etnik tersebut.
Kesalapaham
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
30
tersebut juga dapat
menghambat proses
komunikasi antara
etnik tersebut.
2. EDI SUPARLAN,
Dinamika
komunikasi
antarbudaya dan
agama di desa
tawakula
kabupaten luwu
timur (studi kasus
etnik bali dan
jawa), 2016
Teori
Interaksi
simbolik
Metode
Penelitian
Deskriptif
Kualitatif
1. Dinamika
komunikasi antara
etnik Bali dan Jawa
di desa Tawakua
Kabupaten
Luwu Timur
signifikan
dipengaruhi oleh
karakteristik
perbedaan budaya
dan agama
yang dianut oleh
kedua etnik
tersebut.
2. Faktor
penghambat
komunikasi antar
budaya dan agama
antara etnik Bali
Dan Jawa Di Desa
Tawakua
Kabupaten Luwu
Timur, antara lain
disebabkan oleh
faktor perbedaan
bahasa dan budaya,
dan prasangka antar
etnik
3. MUCHAMMAD
ARIEF SIGIT
MUTTAQIEN ,
Komunikasi
Antarbudaya
(Studi pola
komunikasi
masyarakat
Teori
Interaksi
simbolik
Metode
Penelitian
deskriptif
Kualitatif
1. Pola komunikasi
yang terjadi antara
masyarakat dari
kalangan
Muhamnmadiyah
dengan masyarakat
NU mengambil
bentuk hanya
pada komunikasi
antarpribadi dan
komunikasi
kelompok. Dalam
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
31
muhammadiyah
dan NU di Desa
Pringapus,Semara
ng,Jawa Tengah,
2009
komunikasi antar
pribadi yang terjadi
antara orang-orang
dari
masyaarakat
Muhammadiyah
dengan orang-orang
dari masyarakat
NU lebih sering
terjadi pada dua
konteks saja, yaitu
konteks
2. Perbedaan
pandangan dalam beribadah lebih dirasakan sebagai faktor yang membuat terhambatnya komunikasi antar budaya. Sedangkan yang menjadi salah satu faktor pendukung dari komunikasi antar budaya antara masyarakat Muhammadiyah dengan masyarakat NU di desa Pringapus adalah sikap kekeluargaan yang
terjalin antar
sesama warga desa.
4 NURHAMDANI
SURAHMAT,
Komunikasi Antar
Budaya Pedagang
Etnis pribumi dan
Pedagang Etnis
Tionghoa di Pasar
Sago Pekanbaru,
Teori
Interaksi
simbolik
Metode
Penelitian
Deskriptif
Kualitatif
ProsesKomunikasi Antarbudaya pedagang Etnis pribumi dan Pedagang etnis Tionghoa di Pasar Sago pekanbaru. Berdasarkan hasil penyajian data yang telah diperoleh dapat diemukan dan dianalisi bahwa proses komunikasi antarbudaya
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
32
Pekanbaru, Riau,
2017
dilakukan oleh pedagang dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda dilakukan melalui proses tatap muka secara langsung, hal ini dilakukan agar masing masing pihak yang berkomunikasi bisa langsung memberikan respon sehingga proses komunikasi bisa berjalan dengan lancar dan terus menerus, selain proses komunikasi juga dilakukan dengan menggunakan symbol yang berupa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
33
2.3 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan konsep interaksi simbolik, untuk menganalisa
bagaimana interaksi pedagang etnik Minang dan pedagang etnik Batak dalam
kegiatan sehari-hari. Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
Sumber: Hasil olahan peneliti
Gambar diatas menunjukan bahwa proses komunikasi dapat dilakukan
antara orang yang memiliki kebudayaan berbeda. Dalam melakukan komunikasi
dengan pedagang lain sangat dibutuhkan beberapa faktor seperti bahasa,
karakteristik individu dan streotip. Dengan demikian proses komunikasi
antarbudaya antara pedagang pedagang dapat berjalan dengan lancar.
Faktor penghambat dan pendukung Komunikasi
Teori Interaksi Simbolik Herdbert Mead
a. Kebudayaan (bahasa)
b. Kepribadian (Karakteristik dari
Individu)
c. Persepsi terhadap pedagang Etnis yang
berbeda (Streotip)
Komunikasi antarbudaya
pedagang Etnik Minang dan
pedagang Etnik Batak di Pasar
Cikpuan Pekanbaru
Pedagang etnik
minang
Pedagang etnik
batak
Interaksi