bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/bab 2.pdf · 8 bab ii...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Musthafa (2017:3) Manajemen keuangan menjelaskan tentang
beberapa keputusan yang harus dilakukan, yaitu keputusan investasi, keputusan
pendanaan atau keputusan pemenuhan kebutuhan dana, dan keputusan kebijakan
dividen.
Menurut Sartono (2011:50), Istilah Manajemen keuangan dapat diartikan
sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam
berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiyaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Pelaksana dari manajemen
keuangan adalah manajer keuangan. Meskipun fungsi seorang manajer keuangan
setiap organisasi belum tentu sama, namun pada prinsipnya fungsi utama seorang
manajer keuangan adalah merencanakan, mencari, dan memanfaatkan dengan
berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi (daya guna) dari operasi-operasi
perusahaan.
Menurut Darsono (2011:101), manajemen keuangan merupakan aktivitas
pemilik dan meminjam perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-
murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seekonomis mungkin untuk
menghasilkan laba.
Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu :
1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana
pada berbagai aktiva.
2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana,
baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan
dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.
2.1.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang
digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisiensi keputusan
keuangan.
Menurut Suad Husnan (2012:3) Pertimbangan sosial terhadap tanggung jawab yang
dapat dilihat dari empat segi, yaitu :
1. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan
nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar
9
2. oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Bagi perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjual belikan di
bursa merupakan indikator nilai perusahaan.
3. Memaksimumkan nilai perusahaan (atau harga saham) tidak identik dengan
memaksimumkan laba per lembar saham (Earning Per Share). Hal ini
disebabkan karena memaksimumkan EPS mengabaikan nilai waktu uang, dan
tidak memperhatikan faktor risiko.
4. Dengan demikian memaksimumkan nilai perusahaan juga tidak identik
dengan memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akuntansi.
Sebaliknya memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan
memaksimumkan laba dalam pengertian ekonomi (economic profit). Hal in
disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang bisa
dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi lebih
miskin. Sayangnya konsep keuntungan ekonomi ini akan sangat sulit
diterapkan, sehingga kalau kita mendengar istilah laba dalam lingkup
perusahaan, bisa dipastikan pengertiannya adalah pengertian akuntansi.
5. Dengan demikan tujuan pengelolaan keuangan tersebut sebenarnya bisa
berlaku untuk siapa saja, bukan terbatas pada perusahaan. Hanya saja untuk
level perusahaan di beberapa kekhususan. Kekhususan-kekhususan tersebut
diantaranya adalah :
a. Perusahaan bisa dimiliki oleh lebih dari satu orang.
b. Ada peraturan-peraturan yang berlaku untuk perusahaan.
c. Penggunaan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencatat transaksi keuangan
dalam perusahaan.
2.1.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Suad Husnan (2012:3) Fungsi utama Manajemen Keuangan ada 4,
yaitu :
1. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan
pengendalian kegiatan keuangan. Dengan demikian, dalam perusahaan,
kegiatan tersebut tidak terbatas pada “Bagian Keuangan”.
2. Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau
financial market.dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada
berbagai aktivitas peruahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Kalau
kegiatan memperoleh dana berarti perusahaan menerbitkan aktiva finansial,
maka kegiatan menanamkan dana membuat perusahaanmemiliki aktiva riil.
3. Dari kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan
mengharapkan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dari
pengorbanannya. Dengan kata lain, diharapkan diperoleh “laba”. Laba yang
10
diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik dana (pasar
keuangan), atau diinvestasikan kembali ke perusahaan.
4. Dengan demikian “manajer keuangan” perlu mangambil keputusan tentang
penggunaan dana (disebut sebagai keputusan investasi), memperoleh dana
(disebut sebagai keputusan pendanaan), pembagian laba (disebut sebagai
kebijakan dividen).
2.1.2 Pasar Modal
2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal
Irham Fahmi (2011:55), pasar modal adalah tempat berbagai pihak,
khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil
penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat modal perusahaan.
David Wijaya (2016:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan
sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur
lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.
Menurut dalam bukunya tanya jawab pasar modal Bambang Riyanto
(2008:30) harga saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
seseorang investor di dalam suatu perusahaan yang artinya jika seseorang membeli
saham suatu perusahaan, itu berarti dia telah menyertakan modal ke dalam suatu
perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.
Menurut Davis L. Scott, pasar modal adalah pasar untuk dana jangka
panjang dimana saham biasa, saham preferen, dan obligasi di perdagangkan.
Pengertian pasar modal secara umum menurut keputusan Menteri Keuangan
RI Nomor. 1548/KMK/1990 adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk didalamnya adalah bank bank komersial dan semua lembaga perantara di
bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1). Pasar modal merupakan
pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan
baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas bisa dikatan pasar modal adalah
pasar yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka
panjang, dimana instrumen-instrumen keuangan diperdagangkan baik dalam bentuk
hutang maupun modal sendiri.
2.1.2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal
11
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal menurut Husnan
(2009:8-9) adalah sebagai berikut :
1. Supply Sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas di pasar modal.
2. Demand Akan Sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki
jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-
sekuritas yang ditawarkan.
3. Kondisi Politik dan Ekonomi
Faktor ini yang akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
Kondisi pihak yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang
pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.
4. Masalah Hukum dan Peraturan
Pembelian sekuritas pada dasarnya mengendalikan diri pada informasi yang
disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.
2.1.2.3 Manfaat Pasar Modal Bagi Emiten
Beberapa manfaat pasar modal sebagai alternatif untuk menghimpun dana
masyarakat bagi emiten dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya :
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar, dan dapat sekaligus
diterima oleh emiten pada saat pasar perdana.
2. Tidak ada covenant sehingga manajemen dapat lebih bebas (mempunyai
keleluasaan) dalam mengelola dana yang diperoleh di perusahaan.
3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan dan
ketergantungan terhadap bank kecil. Jangka waktu penggunaan dana tak terbatas.
4. Cash flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar dari pada harga
nominal perusahaan. Emisi saham sangat cocok untuk membiayai perusahaan yang
berisiko tinggi. Tidak ada beban finansial yang tetap, profesionalisme manajemen
meningkat.
2.1.3 Kebijakan Dividen
2.1.3.1 Pengertian Dividen
Menurut Said Kelana (2015:135) Pada umunya dividen berbentuk kas (uang
tunai). Pemegang saham akan mendapatkan imbalan (uang) tanpa harus mengurangi
jumlah kepemilikan sahamnya.
Menurut Ahmad Rodoni (2010:121) dividen adalah keuntungan perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham.
Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham dan
12
dinyatakan dalam suatu jumlah atau presentase (%) tertentu atas nilai nominal saham
dan bukan atas nilai pasarnya.
Menurut Made Sudana (2009:225) Dividen saham adalah pembayaran
dividen berupa saham kepada pemegang saham. Ditinjau dari sudut pandang
perusahaan, dividen saham tidak lebih dari kapitalisasi perusahaan. Artinya
pembagian dividen saham tidak akan merubah modal perusahaan, tetapi hanya
terjadi perubahan pada struktur modal.
2.1.3.1.1 Macam-macam Dividen
Bentuk-bentuk dividen yang dibagikan perusahaan yaitu :
1. Dividen Tunai
Dividen yang paling umum sering dibagikan dalam bentuk kas. Bagi pimpinan
perusahaan yang akan membagikan deviden dalam bentuk ini harus
mempertimbangkan ketersediaan kas sebelum membuat pengumuman adanya
deviden tunai, apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian deviden
tersebut.
2. Dividen Asset Selain Kas (property devident)
Dividen dibagikan dalam bentuk asset selain kas, deviden dalam bentuk ini
disebut property devident. Aset yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga
perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan atau asset lain.
Pemegang saham akan mencatat deviden yang diterimanya ini sebesar harga pasar
tersebut. Akan tetapi perusahaan yang membagikan property devident akan mencatat
deviden ini sebesar nilai buku aset yang dibagikan.
3. Dividen Utang (Scrip Devident)
Dividen utang (Scrip devident) timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya
tidak mencukupi untuk membagikan deviden, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup.
Oleh karena itu, pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Devident yaitu janji
tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.
4. Dividen Likuiditas
Dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini
dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca laporan
sebagai pengurang modal saham. Apabila perusahaan membagikan dividen
likuidasi, pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian
laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal.
5. Dividen Saham (Stock Divident)
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut
pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang
dimilikinya.
2.1.3.2 Pengertian Kebijakan Dividen
13
Menurut David Wijaya (2016:2), Kebijakan dividen yaitu kebijakan
manajerial yang dilakukan untuk menentukan pendapatan komprehensif tahun
berjalan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan pendapatan
komprehensif yang akan ditahan untuk cadangan investasi tahun depan.
Menurut J.P Sitanggang (2014:141) Kebijakan dividen adalah keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi di masa yang akan datang.
Menurut Ahmad Rodoni (2010:122), Kebijakan perusahaan membagikan
dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan
pembagian dividen tidak saja membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan
kepada para investor tetapi harus selalu diikuti dengan pertimbangan adanya
kesempatan investasi kembali.
Menurut Made Sudana (2009:219) menjelaskan bahwa kebijakan dividen
yang berhubungan dengan penentuan besarnya Devident Payout Ratio, yaitu
besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada
pemegang saham. Keputusan dividen merupakan bagian dari keputusan
pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal
perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan
mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu
sumber dana intern perusahaan.
Indikator untuk kebijakan dividen yang digunakan secara luas ada dua macam
yaitu :
1. Hasil Dividen (devident yield)
Devident Yield adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang dibayar
dengan harga saham biasa. Devident Yield menyediakan suatu ukuran komponen
pengembalian total yang menghasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi
harga yang ada. Beberapa investor menggunakan devident yield sebagai suatu ukuran
risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha
menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan devident yield yang
tinggi.
2. Rasio Pembayaran Dividen (Devident Payout Ratio/DPR)
DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang
tersedia bagi para pemegang saham biasa. DPR banyak digunakan dalam penilaian
sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan datang. Sedangkan
14
kebanyakan analisis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba
ditahan lebih baik daripada dividen.
2.1.3.2.1 Cara Menentukan Kebijakan Dividen
Dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-
besarnya.
2. Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar
saham ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah yang
tidak terlalu besar.
3. Apabila perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan,
lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen dan menerbitkan
saham baru.
4. Jika pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan
demikian, jika tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih
menguntungkan daripada memperoleh capital gain. Karena itulah
sebelumnya pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen
secara teratur.
5. Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan, maka bagi pemodal yang
berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi 35%),
mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen dan memilih
menikmati capital gain.
2.1.3.2.2 Teori Kebijakan Dividen
Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen, yang menjelaskan bagaimana
pengaruh besar kecilnya Divident Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham.
Adapun ketiga teori menurut Made Sudana (2009:220) adalah :
1. Dividend Irrelevance Theory
Kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau
nilai perusahaan. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko
bisnis. Sedangkan bagaimana cara membagi arus pendapatan menjadi dividen
dan laba ditahan tidak memengaruhi nilai perusahaan.
Asumsi yang dikemukakan adalah :
Tidak ada pajak atas pedapatan perusahaan dan pendapatan pribadi.
15
Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.
Leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal.
Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek
perusahaan.
Pendistribusian pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh
terhadap biaya modal sendiri.
Kebijakan penganggaran modal independen dengan kebijakan dividen.
2. Bird In-the-Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myton Gordon dan John Lintner. Berdasarkan
bird in the hand theory, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar
saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, maka harga
pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi
karena, pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.
3. Tax Preference Theory
Berdasarkan tax preference theory, kebijakan dividen mempunyai pengaruh
negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah
dividen yang dibagikan suatu perusahaan semakin rendah harga pasar saham
perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak
personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih
tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang
diperoleh perusahaan tetap ditahan di perusahaan, untuk membelanjai investasi yang
dilakukan perusahaan. Dengan demikian di masa yang akan datang diharapkan
terjadi peningkatan capital gain yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak
investor yang memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memilih
saham-saham dengan dividen kecil dengan tujuan untuk menghindari pajak.
2.1.4 Risiko Saham
2.1.4.1 Pengertian Risiko Saham
Menurut David Wijaya (2016:10) Risiko adalah kemungkinan adanya
kerugian atau variabilitas pendapatan dikaitkan dengan aset tertentu.
Menurut Musthafa (2017:107) Risiko adalah kemungkinan perbedaan return
aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
Menurut Farah Margaretha (2011:62), Risiko (risk) adalah ketidakpastian
hasil yang divariasikan dari harapan kita. Dalam bentuk investasi, hal itu
diterjemahkan ke dalam cash flow atau presentase keuangan yang diharapkan. Ini
16
merupakan kenyataan akan hasil yang lebih baik dibandingkan apa yang diharapkan,
juga adanya kemungkinan yang lebih buruk.
Menurut Irham Fahmi (2011:203), risiko investasi diartikan sebagai
kemungkinan terjadinya perbedaan antara imbal hasil yang sesungguhnya (actual
return) dan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return).
Menurut Lukas Setia Atmaja (2008:34) Risiko suatu investasi diartikan
sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang
diharapkan.
2.1.4.2 Jenis-Jenis Risiko Saham
Menurut Irham Fahmi (2012:205) Risiko yang diindentifikasikan sebagai
penyebab terjadinya variasi dalam tingkat pengembalian dikategorikan menjadi dua
jenis yaitu :
1. Risiko Sistematis
Risiko dimana variabilitas dari total return suatu investasi berhubungan
langsung dengan perubahan dari pasar atau kondisi perekonomian secara
keseluruhan. Risiko ini akan mempengaruhi sekuritas dan tidak dapat
dihindari oleh investor meskipun dengan mlakukan diversifikasi.
2. Risiko Tidak Sistematis
Risiko dimana variabilitas dar total return suatu investasi tidak berkaitan
dengan variabilitas perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko ini bersifat
unik untuk suatu sekuritas dan berkaitan langsung dengan faktor-faktor seperti
risiko bisnis, risiko keuangan, dan risiko likuditas.
2.1.4.3 Sumber-sumber Risiko Investasi
Menurut Irham Fahmi (2011:188) ada beberapa sumber risiko yang
mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan, baik deposito,
tabungan, dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam
menetapkan keputusannya. Jika suku bunga bank mengalami kenaikan, maka
publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito,
namun jika suku bunga bank terjadi penurunan maka publik akan
mempergunakan dana tersebut untuk membeli saham.
2. Risiko pasar. Kondisi risiko pasar tergambarkan pada fluktuasi pasar, krisis
moneter, dan resesi ekonomi.
17
3. Risiko inflasi. Daya beli masyarakat pada saat inflasi terjadi penurunan,
namun pada saat inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan
terjadi peningkatan.
4. Risiko bisnis. Perkembangan dalam bidang tren, mode, dan dinamika lainnya
telah mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan
pembelian.
5. Risiko finansial. Memakai utang dalam membiayai perusahaan, maka akan
menyebabkan utang terjadi peningkatan hingga berefek pada risiko yang ikut
meningkat juga sehingga otomatis risiko finansial akan ikut meningkat.
6. Risiko likuditas. Menyangkut kemampuan likuiditas perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar gaji karyawan,
teknisi, membayar listrik, telepon, dan biaya operasional lainnya.
7. Risiko nilai tukar mata uang. Naik turunnya nilai mata uang suatu negara saat
dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, seperti dengan dolar, yen,
euro, dan lainnya. Apalagi saat itu ada berbagai perusahaan membutuhkan
mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya.
8. Risiko negara. Ini menyangkut dengan kerusuhan politik, kudeta militer, dan
pemberontakan lainnya. Contohnya apa yang terjadi di Irak, Afganistan,
Thailand (2009) dan Myanmar.
2.1.5 Balikan Saham
2.1.5.1 Pengertian Balikan Saham
Menurut David Wijaya (2016:9), Tingkat pengembalian ialah total
keuntungan atau kerugian yang dialami investor pada periode tertentu yang dihitung
dngan membagi perubahan nilai aset ditambah pembagian hasil pada periode itu
dengan nilai investasi awal periode.
Menurut Irham Fahmi (2012:189) Return adalah keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan, individu, dan institusi dari hasil kenijakan investasi yang
dilakukannya.
Menurut Eduardus (2010:9), Return dapat diartikan sebagai harapan
investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya
kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya
pengaruh inflasi.
Menurut Farah Margaretha (2011:62), Return merupakan keuntungan yang
diharapkan dari suatu investasi. Return dapat dinyatakan dalam mata uang ataupun
dalam presentase. Sebagai contoh, kita mnginvestasikan uang Rp 1.000.000. Setelah
18
1 tahun, ang tersebut menjadi Rp 1.100.000, maka return dalam rupiah adalah rupiah
yang diterima dikurangi rupiah yang diinvestasikan (Rp 1.100.000 – Rp 1.000.000
= Rp 100.000)
Perlu dibedakan antara return harapan (expected return) dan return aktual
yang akan terjadi (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang
diantisipasi investordi masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual
merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor di masa lalu. Antara tingkat
return harapan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang
dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return harapan dengan return
yang benar-benar diterima (return actual) merupakan risiko yang harus selalu
dipertimbangkan dalam proses investasi, sehingga dalam berinvestasi disamping
memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat
risiko suatu investasi.
2.1.5.2 Beberapa Pengertian Balikan Saham
Menurut Irham Fahmi (2011:184) Berikut adalah beberapa pengertian imbal
hasil (return) yang umum dipakai dalam dunia investasi.
1. Return On Equity merupakan pendapatan bersih dibagi ekuitas pemegang
saham.
2. Return Of Capital merupakan pembayaran kas yang tidak terkena pajak
kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang
diinvestasikan dan bukannya distribusi dividen. Investor mengurangi biaya
investasi dengan jumlah pembayaran.
3. Return On Investment merupakan membagi pendataan sebelum pajak
terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan hubungan
antara investasi dan laba.
4. Return On Invested Capital merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran
bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.
5. Realized Return merupakan imbal hasil yang telah terjadi.
6. Return On Net Work merupakan pemegang saham dapat menentukan imbal
hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan
bersihnya.
7. Return On Sales digunakan untuk menentukan efisiensi operasi perusahaan.
19
8. Expected Return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang.
9. Total Return merupakan imbal jasa keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode tertentu.
10. Portofolio Realized Return merupakan rata-rata tertimbang dan realisasi imbal
hasil masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.
11. Portofolio Expected Return merupakan rata-rata tertimbang dari harapan
imbal hasil masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
2.1.5.3 Sumber Balikan Saham
Balikan saham (Return) merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menganggung
risiko atas investasi yang dilakukan. Karena para investor pada umumnya
mempunyai sifat tidak menyukai risiko, maka mereka harus ditawari tingkat
keuntungan yang lebih besar apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan
investasi yang mempunyai risiko lebih tinggi. Menurut Musthafa (2017:106)
Dalam return investasi terdapat 2 sumber, yaitu :
1. Yield
Merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan
yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.
Contoh : bunga pada obligasi atau deposito, dividen saham.
2. Capital Gain (Loss)
Merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga yang bisa
memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.
20
2.1.5.3 Hubungan Karakteristik dengan Risiko dan Balikan Saham
Ada faktor yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan,
yaitu karakteristik pengambilan keputusan. Latar belakang karakter ini menjadi
bagian yang dominan untuk dikaji sebagai bahan analisis pendukung tentunya.
Karakteristik tersebut secara umun dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Takut pada Risiko
Pembuat keputusan sangat hat-hati terhadap keputusan yang diambilnya
bahkan cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang difatnya
menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara
umum, pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan
yang biasanya disebut dengan safety player. Penganut risk avoider cenderung
sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang
inovator.
2. Berhati-hati pada Risiko
Pembuat keputusan sangat hati-hati dan begitu perhitungan terhadap segala
dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun bagi
mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderungan kehati-
hatian yang begitu tinggi. Maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil
ia tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka
menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem sebagai tipe
peragu.
3. Menyukai Risiko
Karakter seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Karena baginya
semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan
diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu meononjol dan sangat
mempengaruhi setiap keputusan yang diambil. Mereka terbiasa dengan
speklasi dan itu pula yang membuat penganuk karakteristik ini selalu saja
ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja dan kalau
pun berada pada posisi sebagai pekerja maka itu tidak akan berlangsung lama.
Mental risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis dan pemimpin
besar. Karakter ini juga umunya dimiliki oleh para pemberontak dimana
mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan
setelahnya, yaitu berupa kemenangan.
21
2.1.6 Nilai Perusahaan
Menurut Sudana, I.M (2009:8) Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang
dari arus pendapatan atau kas yang diharapkan diterima pada masa yang akan datang.
Menurut Ahmad Rodoni (2010:3) Nilai perusahaan adalah nilai pasar hutang
ditambah dengan nilai pasar ekuiti. Hutang merupakan sebuah janji dari perusahaan
peminjam untuk membayar kembali sejumlah uang pada tanggal tertentu. Klaim hak
pemegang saham terhadap nilai perusahaan merupakan nilai sisa setelah hak
pemegang surat hutang dibayarkan. Jika nilai perusahaan kurang dari jumlah yang
dijanjikan kepada pemegang surat hutang, maka pemegang saham tidak akan
mendapatkan apa-apa.
Dalam realitanya, tidak semua perusahaan menginginkan harga saham tinggi
(mahal), karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk
membelinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan yang
go public di BEI melakukan stock split di bursa efek (ICMD, 2008) itulah sebabnya,
harga saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin. Artinya, harga saham tidak
boleh terlalu tinggi (mahal) atau tidak boleh terlalu rendah (murah). Harga saham
yang terlalu murah dapat berdampak buruk bagi citra perusahaan di pemandangan
para investor. Harga saham yang optimal bisa dicapai melalui penarikan simpulan
dari serangkaian pengalaman perusahaan dalam menjual saham di bursa efek.
Artinya, bila pasar sangat tertarik dengan saham yang diperdagangkan, maka
perusahaan dapat menaikkan harga saham, demikian juga sebaliknya.
Memaksimumkan nilai perusahaan (harga saham) tidak identik dengan
memaksimumkan laba per lembar saham (EPS). Hal ini karena disebabkan oleh :
1. Memaksimumkan EPS mungkin memusatkan pada EPS saat ini.
2. Memaksimumkan EPS mengabaikan nilai mata uang.
3. Tidak memperhatikan faktor risiko.
Perusahaan mungkin memperoleh EPS yang tinggi pada saat ini, tetapi apabila
pertumbuhannya diharapkan rendah, maka dapat saja harga sahamnya lebih rendah
apabila dibandingkan dengan perusahaan yang saat ini mempunyai EPS yang lebih
kecil. Dengan demikian memaksimumkan nilai perusahaan juga tidak identik dengan
memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akuntansi. Sebaliknya
memaksimumkan nilai perusahaan identik dengan memaksimumkan laba dalam
pengertian ekonomi. Hal ini disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai
jumlah kekayaan yang bisa dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan
tersebut menjadi lebih miskin.
22
Untuk dapat menciptakan nilai bagi perusahaan, manajer keuangan harus :
1. Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
2. Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat.
3. Keputusan dividen yang tepat dan juga keputusan investasi modal kerja
bersih.
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) dalam Sri Hermuningsih (2009) nilai
perusahaan merupakam persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan
yang terkait erat dengan harga sahamnya. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi, dan meningkatnya kepercayaan pasar tidak hanya terhadap
kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang.
Harga saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan (clossing
price), dan merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar.
Penilaian perusahaan mengandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan dan
judgement. Ada beberapa konsep dasar penilaian, yaitu :
1. Nilai ditentukan oleh suatu waktu atau periode tertentu.
2. Nilai harus ditentukan pada harga yang wajar.
3. Penilaian tidak dipengaruhi oleh sekelompok pembeli tertentu.
2.1.6.1 Nilai perusahaan dalam beberapa literatur yang dihitung berdasarkan harga
saham disebut dengan beberapa istilah diantaranya :
1. Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan
nilai buku saham.
2. Market to Book Ratio (MBR) yaitu perbandingan antara harga pasar saham
dengan nilai buku saham.
3. Market to Book Assets Value yaitu ekspektasi pasar tentang nilai dari peluang
investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar
aset dengan nilai buku aset.
4. Market Value of Equity yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan menurut penilaian
para pelaku pasar. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah ekuitas dikali dengan
harga per lembar ekuitas.
5. Enterprise Value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai
nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah minority interest
dan saham preferen dikurangi total kas dengan ekuivalen kas.
6. Price Earning Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli
apabila perusahaan itu dijual. PER dapat dirumuskan sebagai PER = Price Per
Share / Earning Per Share.
23
7. Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan
nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di pasar keuangan dengan nilai
penggantian aset.
2.1.7 Pengaruh Antar Variabel
2.1.7.1 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
Kebijakan dividen adalah ukuran seberapa besar laba yang dibagi sebagai
dividen dan laba yang digunakan untuk reinvestasi. Kebijakan dividen dapat dilihat
dari nilai Dividen Payout Ratio (DPR) yang merupakan bagian laba bersih
perusahaan yang dibagi sebagai dividen. (Brealeys et al, 2007:161). Kebijakan
dividen berkaitan dengan nilai perusahaan. Rumus dari nilai perusahaan adalah :
Price Book Value (PBV) adalah hasil perbandingan antara harga saham
dengan nilai buku perlembar saham, diperoleh dengan cara membagi seluruh modal
sendiri dengan semua saham yang diterbitkan. Jika PBV tinggi maka apresiasi pasar
juga tinggi. Untuk menentukan harga saham digunakan rumus sebagai berikut :
Dari rumusan tersebut harga saham dipengaruhi oleh dividen (D1),
keuntungan (Ks), dan growth (g). Apabila dividen yang dibagikan besar, maka harga
saham juga meningkat. Meningkatnya harga saham tentu akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal akan menghasilkan keseimbangan antara
dividen saat ini dengan pertumbuhan di masa depan sehingga akan memaksimalkan
nilai perusahaan. Sehingga kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2.1.7.2 Pengaruh Risiko Saham terhadap Nilai Perusahaan
Risiko yang paling berpengaruh terhadap kondisi suatu perusahaan adalah
risiko sistematis (risiko pasar) karena tidak dapat di diversifikasi. Risiko sistematis
diukur denga menggunakan beta (β), yang menunjukkan seberapa besar risiko
sistematis terhadap rata-rata asset secara relatif. Dilihat dari rumus harga saham :
PBV = 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
Po = 𝐷1
𝐾s−𝑔
24
Didapatkan rumus untuk menentukan keuntungan (Ks) atau bisa disebut Ri
dengan menggunakan SML, yaitu:
Dalam SML, risiko diukur dengan beta. Karena sebagai pengukur risiko
sistematis. Dalam melakukan investasi tentunya investor akan mengharapkan return
yang tinggi dengan risiko yang rendah. Seharusnya return yang didapatkan investor
sesuai dengan garis SML (Security Market Line). Jika βm=1 seharusnya return
berada pada garis SML. Jika return diatas garis SML maka harga saham akan murah
[(Ri) > E(Ri)] maka terjadi undervalued, namun jika return dibawah garis SML
maka harga saham akan mahal [(Ri) < E(Ri)] maka terjadi overvalued. Ketika harga
saham mahal maka investor tidak berminat untuk membeli saham tersebut. Dengan
banyaknya penawaran maka harga saham akan menurun hingga menempel pada
garis Rf. Sehingga akan terjadi keseimbangan harga pasar.
Dengan risiko pasar yang tinggi (risiko suku bunga, inflasi) maka akan
mengakibatkan para investor malas untuk berinvestasi. Hal ini akan mengakibatkan
harga saham akan menurun. Sehingga asset suatu perusahaan akan berkurang.
Dengan demikian risiko saham berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
2.1.7.3 Pengaruh Balikan Saham terhadap Nilai Perusahaan
Salah satu tujuan para investor melakukan investasi adalah untuk
mendapatkan keuntungan (return) yang tinggi. Salah satu yang dilihat adalah harga
saham perusahaan. Rumus dari menentukan harga saham adalah :
Harga saham mencerminkan nilai perusahaan. Oleh karena itu setiap
perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya.
Dari rumus tersebut harga saham dipengaruhi oleh dividen (D1), keuntungan (Ks)
dan growth (g). jika harga saham naik, maka return akan turun, begitu juga
sebaliknya jika harga saham turun, maka return akan meningkat. Hal ini dikarenakan
semakin kecil penyebutnya maka hasil yang didapatkan semakin besar.
Po = 𝐷1
𝐾s−𝑔
Ri = Rf + [(E(Rm) - Rf] βi
Po = 𝐷1
𝐾s−𝑔
25
Salah satu hal yang menyebabkan investor mau menanamkan modalnya
adalah ketika harga saham turun dengan retrun yang tinggi. Sehingga hal tersebut
berdampak pada nilai perusahaan perusahaan yang tinggi pula. dengan demikian
return saham berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa peneliti yang menjadikan nilai perusahaan sebagai objek
yang mereka teliti, diantaranya adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Lailiyah Qodariyah (2013), yang
meneliti “Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan” pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2008-2011. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa keputusan investaasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan selama empat tahun
pengamatan (2008-2011).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ayu Ratnasari K (2013), yang meneliti
“Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden,
kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen mempunyai
pengaruh secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel
kedepannya.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lihan Rini Puspo Wijaya (2010), yang
meneliti tentang pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Variabel independen yang
digunakan yakni keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen, sedangkan variabel dependen yakni nilai perusahaan. Sampel
perusahaan yakni perusahaan manufaktur tahun 2006-2009 dengan
menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2010), yang meneliti tentang
pengaruh faktor-faktor perusahaan dan kebiajakn dividen terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2003-2007, hasilnya
adalah hutang perusahaan (leverage) tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara signifikan
positif, dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
26
5. Penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang
meneliti tentang struktur modal, kebijakan dividen, kebijakan hutang dan
nilai perusahaan, hasilnya adalah kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
27
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metode
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Silviah
Lailiyah
Qodariyah (2013)
Pengaruh keputusan
investasi, keputusan
pendanaan, dan
kebijakan deviden
terhadap nilai
perusahaan
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
Variabel dependen : nilai
perusahaan.
Variabel independen :
keputusan investasi,
keputusan pendanaan
dan kebijakan dividen.
Keputusan investasi,
keputusan pendanaan
dan kebijakan dividen
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan selama
empat tahun pengamatan
(2008-2011)
2. Dyah Ayu Ratnasari
K (2013)
Pengaruh keputusan
investasi, keputusan
pendanaan, kebijakan
deviden, kepemilikan
manjerial dan
kepemilikan
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
Variabel dependen : nilai
perusahaan.
Variabel independen:
Keputusan innestasi,
keputusan pendanaan,
kebijakan dividen,
Semua variabel
independen mempunyai
pengaruh secara
bersama-sama dan
signifikan
28
institusional terhadap
nilai perusahaan pada
perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun
2011-2012
kepemilikan manajerial
dan kepemilikan
institusional.
mempengaruhi variabel
kedepannya.
3. Lihan Rini Puspo
Wijaya (2010)
pengaruh keputusan
investasi, keputusan
pendanaan dan
kebijakan dividen
terhadap nilai
perusahaan
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
Variabel dependen : nilai
perusahan
Variabel independen:
Keputusan investasi,
keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen.
variabel keputusan
investasi, keputusan
pendanaan dan
kebijakan dividen
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
4. Pakpahan (2010) pengaruh faktor-faktor
perusahaan dan
kebijakan dividen
terhadap nilai
perusahaan pada
perusahaan manufaktur
di BEI tahun 2003-
2007
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
Variabel dependen : nilai
perusahaan.
Variabel independen:
kebijakan dividen
hutang perusahaan
(leverage) tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, ROE
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan secara
signifikan positif,
dividen tidak
29
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
5. Sofyaningsih dan
Hardiningsih (2011)
struktur modal,
kebijakan dividen,
kebijakan hutang dan
nilai perusahaan
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
berganda
Variabel dependen : niali
perusahaan.
Variabel independen:
struktur modal,
kebijakan dividen,
kebijakan hutang.
Kebijakan dividen tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan,
kebijakan hutang tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Sumber : data sekunder yang diolah (20
30
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang masih perlu di uji lagi kebenarannya. Berdasarkan kerangka
konseptualdapat dirumuskan sebagai berikut :
1 : Kebijakan dividen, risiko dan balikan saham berpengaruh secara simultan
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.
2 : Kebijakan dividen, risiko dan balikan saham berpengaruh secara parsial
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.
3 : Kebijakan dividen, risiko dan balikan saham berpengaruh secara dominan
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.
Kebijakan
dividen
(X1)
Risiko
Saham
(X2)
Balikan
Saham
Nilai
perusahaan
DPR
Beta
(β)
Capital
Gain
PBV