bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep pernafasan 2.1.1...

33
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 Pengertian Pernafasan Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Peristiwa menghirupkan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskannya disebut ekspirasi (Syaifudin, 2006). Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan (Molenaar, 2014). 2.1.2 Anatomi Pernafasan Pernafasan secara harfiah berarti menghirup O2 dari atmosfer menuju ke sel dan mengeluarkan CO2 dari sel ke udara bebas.Pemakaian O2 dan pengeluaran CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi secara normal sel dalam tubuh, tetapi sebagian besar sel-sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara, karena sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar maupun mengangkut gas-gas tersebut.Penjelasan lebih lengkapnya ada pada pokok bahasan berikutnya (Price & Wilson, 2006). Menurut Somantri (2009), anatomi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut : 1. Saluran pernafasan bagian atas Hidung, teridiri dari hidung eskterna dan interna (rongga hidung), kedua rongga hidung dipisahkan oleh septu. Di dalam hidung terdapat konkha superior,

Upload: lyhanh

Post on 30-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pernafasan

2.1.1 Pengertian Pernafasan

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak

mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Peristiwa

menghirupkan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskannya disebut ekspirasi

(Syaifudin, 2006). Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan

atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah

sirkulasi dan sel jaringan (Molenaar, 2014).

2.1.2 Anatomi Pernafasan

Pernafasan secara harfiah berarti menghirup O2 dari atmosfer menuju ke sel

dan mengeluarkan CO2 dari sel ke udara bebas.Pemakaian O2 dan pengeluaran CO2

diperlukan untuk menjalankan fungsi secara normal sel dalam tubuh, tetapi sebagian

besar sel-sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan

udara, karena sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar maupun

mengangkut gas-gas tersebut.Penjelasan lebih lengkapnya ada pada pokok bahasan

berikutnya (Price & Wilson, 2006).

Menurut Somantri (2009), anatomi saluran pernafasan dibagi menjadi dua

bagian yaitu sebagai berikut :

1. Saluran pernafasan bagian atas

Hidung, teridiri dari hidung eskterna dan interna (rongga hidung), kedua

rongga hidung dipisahkan oleh septu. Di dalam hidung terdapat konkha superior,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

11

inferior dan media. Selain konkha terdapat sinus paranasal yaitu : sphenoid, ehtmoid,

frontalis, dan maksilaris. Faring atau tenggorokan adalah struktur seperti tuba yang

menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga

region; nasal, oral, dan laring. Trakhea merupaka tuba yang lentur atau fleksibel

dengan panjang sekitar 10 cm dan lebar 2,5 cm. Trakhea menjalar dari kartilago

krikoid ke bawah depan leher dan ke belakang manubrium sternum, untuk berakhir

pada sudut dekat sternum.

2. Saluran pernafasan bagian bawah

Bronkhus terdiri dari bronkhus lobaris; tiga pada paru kanan dan dua pada

paru kiri dan bronkhus segmentalis yang dibagi menjadi tiga bronkhus subsegmental.

Bronkhiolus; paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam klaster

antara 15-20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu untuk

membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi.

Organ pernapasan bagian atas berfungsi selain untuk jalan masuknya udara

ke organ pernapasan bagian bawah juga untuk pertukaran gas dan berperan dalam

proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah,

menghangatkan, filtrasi dan melembabkan gas. Sedangkan fungsi organ

pernapasan bagian bawah disamping tempat untuk masuknya oksigen juga

berperan dalam proses difusi gas (Tarwoto, 2009).

Urutan saluran yang menghantarkan udara masuk ke dalam paru adalah hidung,

faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Sepanjang saluran pernafasan dari hidung

sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia.Ketika udara masuk ke dalam

hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses tersebut

merupakan fungsi utama mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

12

bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mucus yang disekresi

oleh sel goblet dan kelenjar mukosa (Price & Wilson, 2006).

Partikel-partikel debu yang kasar akan disaring oleh rambut-rambut yang

terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel-partikel yang halus akan terjerat

dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus kearah posterior di dalam

rongga hidung, dan kearah superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju

ke faring (Price & Wilson, 2006; Scanlon & Sanders, 2006). Kebanyakan mucus ini akan

ditelan dan bakteri yang ada akan dihancurkan oleh asam HCL dalam lambung

(Scanlon & Sanders, 2006), Sedangkan partikel halus akan tertelan atau dibatukkan

keluar (Price & Wilson, 2006). Lapisan mukus memberikan air untuk kelembaban, dan

banyaknya jaringan pembuluh darah di bawahnya akan menyuplai panas ke udara

inspirasi. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga udara yang

mencapai faring hampir bebas debu, suhunya mendekati suhu tubuh dan

kelembabannya mencapai 100% (Price & Wilson, 2006).

Udara mengalir dari faring ke laring atau kotak suara. Laring terdiri dari rangkaian

cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara.

Ruang berbentuk segitiga yang berada diantara pita suara yaitu glottis yang bermuara ke

dalam trakea. Glottis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan

bawah. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, epiglottis menutup dan mengarahkan

makanan dan cairan masuk ke dalam esophagus. Jika benda asing masih mampu masuk

melampaui glottis, maka fungsi batuk yang dimiliki laring akan membantu menghalau

benda asing dan sekret keluar saluran pernafasan bagian bawah. Trakea disokong oleh

cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya ±12,5 cm (5 inci).

Struktur trakea dan bronkus dianalogikan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

13

dinamakan pohon trakeobronkial. Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri

dan kanan dikenal sebagai karina (Price & Wilson, 2006).

Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris.Bronkus utama kanan lebih

pendek, lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal,

sedangkan bronkus utama kiri, lebih panjang, lebih sempit dan merupakan kelanjutan

dari trakea dengan sudut yang lebih tajam (Price &Wilson, 2006).

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris

dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan tersebut berjalan terus menjadi bronkus

yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu

saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Seluruh saluran

udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara

karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas

paru. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru,

yaitu tempat pertukaran gas yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan

sakus alveolaris terminalis (Price & Wilson, 2006).

2.1.3 Mekanisme Pernafasan

Menurut somantri (2009) secara garis besar mekanisme pernafasan dibagi

menjadi 2, yaitu pernafasan dalam (internal) dan pernafasan luar (eksterna). Pernafasan

dalam merupakan pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya.

Hal tersebut menggambarkan proses metabolisme intraseluler yang meliputi konsumsi

oksigen (O2) (digunakan untuk oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran

karbondioksida (CO2) ( terdapat dalam medium cair/sitoplasma) sampai menghasilkan

energi. Pernafasan luar (eksternal) yaitu absorbsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh

secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses pernapasan eksternal adalah

pertukaran udara luar ke dalam alveolus melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

14

proses ventilasi kemudian pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan

darah pada pembuluh kapiler paru-paru melalui proses difusi dan pengangkutan

(transportasi) O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah dari paru-paru ke jaringan

dan sebaliknya yang disebut proses transportasi. Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam

pembuluh kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi.

Menurut Syaifuddin (2006), mekanisme pernafasan dibagi menjadi dua yaitu

pernafasan dada dan pernafasan perut. Pernafasan dada, pada waktu seseorang

bernapas, rangka dada terbesar bergerak. Pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.

Ini terdapat pada rangka dada lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada

perempuan. Pernafasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun-naik, maka

ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya

tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur

mengendap di dalamnya dan ini banyak ditemukan pada pria.

2.1.4 Mekanisme Pertahanan Pernapasan

Mekanisme pertahanan meliputi penyaringan udara (filtrasi) oleh bulu-bulu

hidung, filtrasi ini akan membebaskan udara dari debris berupa partikel-partikel yang

lebih besar dari 10 mm. Partikel berukuran sekitar 10 mm akan menempel pada sputum

nasal, konka, tonsil, dan kelenjar adenoid. Partikel yang berukuran antar 0,2-5 mm akan

mampu melewati filtrasi hingga berada pada jalan napas yang lebih kecil. Faktor lain

yang diperlukan yaitu pembersihan mukosiliaris (mukus) merupakan sekresi saluran

pernapasan yang dihasilkan oleh kelenjar submukosa, sel goblet, dan cairan transudat

dan jaringan sel clara. Mukus akan melembabkan udara pernapasan, menangkap, dan

menyingkirkan pertikel asing yang terhirup, serta melindungi selaput lendir dari trauma

fisik, kimia, dan mikroorganisme berbahaya. Gerakan mukosilier paru mengarah ke

atas (faring) dan dilakukan terus-menerus, menyebabkan mukus bergerak ke atas

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

15

dengan kecepatan 1 cm/menit ke arah faring. Kemudian mukus dan partikel yang

dijerat oleh mukus akan dibatukkan ke luar atau ditelan (Tamsuri, 2008).

Batuk merupakan mekanisme fisik dalam upaya tubuh (saluran pernafasan)

mengeluarkan bahan fisik (mukus) dari saluran pernafasan. Reflek batuk dengan

menggunakan tekanan tinggi untuk membersihkan jalan nafas. Tekanan tinggi

mendorong sekret ke atas sehingga dapat dibatukkan keluar (Tamsuri, 2008).

Mekanisme berikutnya adalah reflek menelan dan reflek muntah, mencegah

masuknya makanan atau cairan ke saluran pernafasan. Reflek bronkokonstriksi

merupakan respons untuk mencegah iritan terinhalasi dalam jumlah besar, seperti debu

atau aerosol. Makrofag alveolus sebagai pertahanan utama pada tingkat alveolus (tidak

terdapat epitel siliaris). Partikel-partikel debu dan bakteri akan dibawa oleh makrofag ke

pembuluh limfe atau bronkiolus dan akhirnya dibuang oleh eskalator mukosiliaris

(Tamsuri, 2008).

2.1.5 Fisiologi Pernafasan

Pada proses respirasi dibagi menjadi tiga proses utama, yaitu ventilasi pulmonal

, difusi dan transportasi. Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara

antara atmosfer dan alveoli paru-paru. Difusi adalah proses pertukaran oksigen (O2)

dan karbondioksida (CO2) antara alveoli dan darah. Sedangkan transportasi adalah

proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel.

Proses fisiologis respirasi dibagi menjadi tiga stadium, yaitu difusi gas-gas

antara alveolus dengan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan darah sistemik

dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya

dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus, dan reaksi kimia dan fisik O2 dan

CO2 dengan darah (Somantri, 2008).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

16

Pada proses ventilasi udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada

selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-

otot. Selama inspirasi volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga

terangkat akibat kontraksi otot yaitu otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke

atas dan otot seratus, skalenus, dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga atau sternum

ke atas (Somantri, 2008).

Proses bernapas merupakan proses yang kompleks dan tergantung pada

perubahan volume yang terjadi pada rongga toraks dan perubahan tekanan. Tekanan

yang berperan dalam proses bernapas adalah tekanan atmosfir yaitu tenakan tekanan

udara luar, besarnya sekitar 760 mmHg. Tekanan ini diakibatkan karena kandungan gas

yang berada di atmosfir. Tekanan intrapulmonari atau intraalveoli yaitu tekanan yang

terjadi dalam alveoli paru-paru. Ketika bernapas normal atau biasa terjadi perbedaan

tekanan dengan atmosfir. Pada saat inspirasi tekanan intrapulmonari 759 mmHg, lebih

rendah 1 mmHg dari atmosfir dan pada saat ekspirasi tekanannya menjadi lebih tinggi

+ 1 mm Hg menjadi 761 mmHg. Tekanan intrapulmonary akan meningkat ketika

bernapas maksimum, pada inspirasi perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan

ekspirasi + 100 mmHg. Tekanan intrapleura yaitu tekanan yang terjadi pada rongga

pleura yaitu ruang antara pleura parietalis dan viseralis, besarnya tekanan ini kurang

dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar – 4 mmHg atau sekitar 756 mmHg pada

pernapasan biasa dan dapat mencapai – 18 mmHg pada inspirasi dalam atau kuat

(Tarwoto, 2009).

2.1.6 Patofisiologi Pernafasan

Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfir, kemudian

oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring,

laring dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakhea,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

17

bronkus utama, bronkhus sekunder, bronkhus tersier (segmental), terminal

bronkhiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli (Tarwoto, 2009).

Udara dari luar diproses di hidung, di dalam hidung masih terjadi perjalanan

panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna

untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea,

sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke

dalam laring maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan

makanan tersebut dari laring. Selain itu dibantu oleh adanya silia (bulu-bulu getar) yaitu

untuk menyaring debu-debu, kotoran dan benda asing. Adanya benda asing/kotoran

tersebut memberikan rangsangan kepada selaput lendir dan silia sehingga terjadi bersin

dan batuk. Akibatnya benda asing/kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung

dan mulut. Dengan kejadian tersebut di atas udara yang masuk ke dalam alat-alat

pernapasan benar-benar bersih. Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yang

masuk ke dalam paru-paru tidak dapat disaring, dilembabkan/dihangatkan, ini bisa

mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia dapat rusak apabila

adanya gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi (Syaifuddin, 2006).

Seperti diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan hidung, lalu

bersatu di daerah leher menjadi trakea (tenggorok) yang akan masuk ke paru. Di dalam

paru, satu saluran napas trakea itu akan bercabang dua, satu ke paru kiri dan satu lagi

ke paru kanan. Setelah itu, masing-masing akan bercabang-cabang lagi, makin lama

tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat terjadi pertukaran gas,

oksigen (O2 ) masuk ke pembuluh darah, dan karbon dioksida (CO2 ) dikeluarkan

(Octavina, 2014).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

18

2.2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh

anak masih rendah Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai

6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3

sampai 6 kali setahun. Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara

pernapasan yang mengandungkuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

pernapasannya (Sundari, 2014).

2.2.1 Definisi ISPA

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi yang menyerang hidung

sampai alveoli. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai

struktur saluran pernapasan di atas laring, tetapi kenyataannya, penyakit ini mengenai

bagian saluran atas dan bawah secara simultan dan berurutan. Infeksi saluran

pernapasan akut akibat polusi udara adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan

oleh faktor risiko polusi udara, seperti gas buang sarana transportasi dan industri

(Depkes, 2010).

2.2.2 Etiologi ISPA

Virus dan bakteri merupakan penyebab pada kasus infeksi saluran pernapasan

akut. Sebagian besar 30-40% kasus infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh

virus seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV), rhinovirus influenza, para influenza, dan

adenovirus, tetapi hanya sedikit persentasinya dari infeksi virus ini menyebabkan

penyakit parah atau fatal. Sebagian besar infeksi virus bersifat ringan pada saluran

pernapasan bagian atas (Winarni, 2009).

2.2.3 Faktor Risiko Yang Mempengaruhi ISPA

Terdapat banyak faktor yang medasari perjalanan penyakit infeksi saluran

pernapasan akut. Hal ini berhubungan dengan pejamu, agen penyakit, dan lingkungan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

19

(WHO, 2007). Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya infeksi saluran

pernapasan akut antara lain sebagai berikut :

a. Usia

ISPA diketahui dapat menyerang segala jenis umur. ISPAakan sangat beresiko

pada bayi berumur kurang dari 1 tahun, kemudian risiko tersebut akan menurun pada

kelompok umur 15-24 tahun. Setelah itu, risiko ISPA akan terus meningkat ketika

berumur 24 tahun. Semakin tua umur seseorang maka risiko untuk terkena ISPAjuga

akan semakin meningkat (Nelson & Williams, 2007). Umur seseorang berhubungan

dengan potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat

imunitas, dan aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan

penyakit seseorang (Fitriyani, 2011).

b. Jenis Kelamin

Penyakit ISPA dapat terjadi pada setiap orang dengan tidak memandang suku,

ras, agama, umur, jenis kelamin, dan status sosial. Namun insiden ISPA pada anak

balita berdasarkan jenis kelamin disebutkan bahwa insiden ISPA pada laki-laki lebih

tinggi dari pada perempuan (Sukamawa, 2006).

c. Status Gizi

Status gizi merupakan faktor risiko penting terjadinya infeksi saluran

pernapasan. (Wantania, 2012. Interaksi antara infeksi dan gizi di dalam tubuh

dikemukakan sebagai suatu peristiwa sinergistik, selama terjadi infeksi, status gizi akan

menurun dengan menurunnya status gizi, maka akan menjadi kurang resisten terhadap

infeksi. Respon imun menjadi kurang efektif dan kuat ketika seseorang mengalami gizi

kurang. Rintangan yang harus dilalui mikroba untuk menimbulkan infeksi, yaitu kulit

dan mukosa traktus respiratorius menjadi lemah dan komponen seluler serta humoral

pada sistem pertahanan tubuh akan berkurang (Manary, 2009).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

20

d. Polusi Udara

Polusi udara yang berasal dari pembakaran di dalam rumah seperti asap obat

anti nyamuk bakar, asap dari dapur, dan lain-lain, mempunyai peran pada resiko

kematian balita di beberapa negara berkembang. Diperkirakan 1,6 juta kematian

berhubungan dengan polusi udara dari dalam rumah. Hasi penelitian Dherani, dkk

(2008) menyimpulkan bahwa dengan menurunkan polusi pembakaran dari dalam

rumah akan menurunkan morbiditas dan mortalitas pneumonia. Hasil penelitian juga

menunjukkan anak yang tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas

cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam

rumah yang menggunakan asap bakaran seperti minyak tanah, kayu, dan pembakaran

pestisida ataupun rokok yang meningkatkan resiko terjadinya ISPA (Cissy, 2010).

e. Pendidikan

Faktor lain yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ISPA adalah

pendidikan ibu dan status sosio-ekonomi keluarga. Makin rendah pendidikan ibu,

makin tinggi prevalensi ISPA pada balita (Cissy, 2010). Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek

tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan

sikap makin positif terhadap objek tersebut (Maramis, 2013).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

21

f. Status Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi

lingkunga, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat

menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan

sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk makan akan

menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi

saluran pernapasan akut (Manary, 2009).

2.2.4 Tanda dan Gejala ISPA

Menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

ISPA ringan (bukan Pneumonia) yaitu seseorang dikatakan menderita ISPA ringan

apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak. ISPA sedang (Pneumonia) apabila

timbul gejala-gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390C dan bila bernafas

mengeluarkan suara seperti mengorok, dan ISPA berat (Pneumonia berat) apabila

kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, dan nafsu makan menurun

(Kemenkes, 2012).

Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya di kenal ISPA berat dan ringan

(tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan adalah

bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding

yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan tidak berkembang menjadi ISPA sedang atau

ISPA berat tapi jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapatkan

perawatan atau daya tahan tubuh pasien yang kurang dapat kemungkinan akan terjadi.

Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui oleh orang awam sedangkan ISPA

sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana (Kambong, 2013).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu;

tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak bisa minum, kejang,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

22

kesadaran menurun, stridor/mendengkur, dan gizi buruk, dan ada nafas cepat. Tanda

bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu; kurang bisa minum

(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa

diminum), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, nafas cepat, demam, dan dingin

(Kambong, 2013).

2.2.5 Cara Penularan

Sebagian besar kasus infeksi saluran pernapasan akut ditularkan melalui droplet

pada mukosa hidung atau konjungtiva, inhalasi aerosol yang mengandung partikel kecil

dan infeksius dengan berbagai ukuran, atau melalui kontak tangan dengan sekret yang

mengandung virus atau bakteri yang berasal dari penderita ataupun lingkungan (WHO,

2007). Infeksi saluran pernapasan juga biasanya terjadi melalui kontak dengan benda

mati seperti bermain kartu atau melalui kontak langsung seperti bersentuhan tangan

yang terjadi melalui berjabat tangan (Houston & Weiss, 2011).

2.2.6 Klasifikasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menurut Depekes RI ( 2005), Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit

yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah

infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis,

tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus,

alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.

a. Rinitis

Rinitis adalah suatu inflamasi yang timbul pada membran mukosa hidung dapat

bersifat akut ataupun kronis. Rinitis akut merupakan peradangan membran mukosa

hidung dan sinus-sinus aksesoris. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang

pada suatu waktu dan sering terjadi pada musim dingin dengan insidens tertinggi pada

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

23

awal musim hujan dan musim semi. Rinitis kronis merupakan suatu peradangan kronis

pada membran mukosa hidung yang dapat disebabkan oleh infeksi akut yang berulang,

alergi ataupun karena rinitis vasomotor belum jelas, kondisi ini karena ketidak

seimbangan sistem otonom yang diakibatkan adanya stres, ketegangan ataupun

beberapa penyakit endokrin (Somantri, 2008).

Rinitis akut biasanya mengalami demam dengan disertai menggigil dan

kelemahan, kongesti nasal, Sekresi hidung prulen, gatal pada hidung, bersin-bersin,

sakit kepala, terutama pada klien dengan komplikasi sinus, pada rinitis kronis terjadi

obstruksi nasal yang disertai perasaan kaku dan tertekan pada hidung serta vertigo

(Somantri, 2008).

Rinitis biasanya terjadi karena infeksi saluran pernafasan atas, penggunaan

dekongestan secara terus menerus, oral kontrasepsi, kokain dan anti hipertensi, benda

asing yang masuk kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma dan massa

(Somantri, 2008).

b. Otitis Media

Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi

menjadi Otitis Media Akut, Otitis Media Efusi, dan Otitis Media Kronik. Infeksi ini

banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak

insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga penyebabnya adalah obstruksi

tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu menurunnya imunokompetensi pada

anak.10 Disfungsi tuba Eustachius berkaitan dengan adanya infeksi saluran napas atas

dan alergi. Beberapa anak yang memiliki kecenderungan otitis akan mengalami 3-4 kali

episode otitis pertahun atau otitis media yang terus menerus selama > 3 bulan (Otitis

media kronik) (Depkes, 2005).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

24

Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal, otalgia, otorrhea,

iritabilitas, kurang istirahat, nafsu makan turun serta demam. Otitis media akut dapat

menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran, demam, leukositosis. Manifestasi otitis

media pada anak-anak kurang dari 3 tahun seringkali bersifat non-spesifik seperti

iritabilitas, demam, terbangun pada malam hari, nafsu makan turun, pilek dan tanda

rhinitis, konjungtivitis.8 Otitis media efusi ditandai dengan adanya cairan di rongga

telinga bagian tengah tanpa disertai tanda peradangan akut. Manifestasi klinis otitis

media kronik adalah dijumpainya cairan (Otorrhea) yang purulen sehingga

diperlukan drainase. Otorrhea semakin meningkat pada saat infeksi saluran

pernapasan atau setelah terekspose air. Nyeri jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali

pada eksaserbasi akut. Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi

membrana timpani dan tulang rawan (Depkes, 2005).

Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus, namun sulit

dibedakan etiologi antara virus atau bakteri berdasarkan presentasi klinik maupun

pemeriksaan menggunakan otoskop saja. Otitis media akut biasanya diperparah oleh

infeksi pernapasan atas yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan oedema

pada tuba eustachius. Hal ini berakibat pada akumulasi cairan dan mukus yang

kemudian terinfeksi oleh bakteri. Patogen yang paling umum menginfeksi pada anak

adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis (Depkes,

2005).

Otitis media kronik terbentuk sebagai konsekuensi dari otitis media akut yang

berulang, meskipun hal ini dapat pula terjadi paska trauma atau penyakit lain. Perforasi

membrana timpani, diikuti dengan perubahan mukosa (seperti degenerasi polipoid dan

granulasi jaringan) dan tulang rawan (osteitis dan sclerosis). Bakteri yang terlibat pada

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

25

infeksi kronik berbeda dengan otitis media akut, dimana P. aeruginosa, Proteus species,

Staphylococcus aureus, dan gabungan anaerob menjadi nyata (Depkes, 2005)

c. Faringitis

Faringitis adalah peradangan yang terjadi pada faring. Faringitis akut

merupakan peradangan tenggorokan yang paling sering terjadi. Faringitis akut berat

sering disebut sebagai streap thoat, karena pada umumnya disebabkan oleh streptokokus

(Somantri, 2008). Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 th di daerah dengan

iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki anak usia

sekolah atau bekerja di lingkungan anak-anak (Depkes, 2005).

Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri

tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil

berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen

mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi

neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang

menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis

eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise,

anoreksia, dan rash atau urtikaria (Depkes, 2005).

Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang

merupakan Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah

Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae. Streptococcus Hemolitik

Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-

10% pada faringitis dewasa. Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah nonbakteri,

yaitu virus-virus saluran napas seperti adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan

respiratory syncytial virus (RSV). Virus lain yang juga berpotensi menyebabkan faringitis

adalah echovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus (HSV). Epstein barr virus (EBV)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

26

seringkali menjadi penyebab faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain.

Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari influenza (Depkes RI, 2005)

d. Laringitis

Laringitis adalah peradangan membran mukosa yang melapisi laring dan

disertai edema pita suara (Somantri, 2008). Terdapat 2 tanda dari laringitis, yaitu

laringits akut yaitu suara serak, tidak dapat mengeluarkan suara (afonia), batuk berat,

dan tenggorokan nyeri, sedangkan pada laringitis kronis yaitu terjadi suara yang

persisten, nyeri tenggorokan memburuk pada pagi dan malam hari,batuk kering dan

keras (Somantri, 2008).

Laringitis mempunyai beberapa penyebab yaitu (virus, bakteri, dan perluasan

infeksi rinitis) Selain penyebab tersebut dapat juga disebabkan oleh (suhu udara yang

dingin, perubahan temperatur tiba-tiba, pemajanan terhadap debu, bahan kimia,

asap/uap, penggunaan pita suara berlebihan, merokok berlebihan) (Somantri, 2008).

e. Sinusitis

Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal.

Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh

infeksi saluran napas atas. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada

sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap

maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya

keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari

yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di

samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39ºC) selama 3-

4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama

30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode

dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan. Sinusitis kronik didiagnosis

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

27

bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu. Sinusitis bakteri dapat

pula terjadi sepanjang tahun oleh karena sebab selain virus, yaitu adanya obstruksi oleh

polip, alergi, berenang, benda asing, tumor dan infeksi gigi. Sebab lain adalah

immunodefisiensi, abnormalitas sel darah putih dan bibir sumbing (Depkes, 2005).

Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental

berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah

di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi. Tanda umum terdiri dari batuk, demam

tinggi, sakit kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, malaise. Sinusitis bakteri

akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas.

Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis. Patogen yang

menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah

adanya keterlibatan bakteri anaerob dan S. Aureus (Depkes, 2005)

f. Bronkitis

Bronkitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkitis dapat

bersifat akut maupun kronis. Bronkitis akut adalah peradangan bronki dan kadang-

kadang mengenai trakhea yang timbul secara mendadak. Hal ini dapa disebabkan oleh

perluasan infeksi saluran pernafasan atas seperti: common cold atau dapa juga disebabkan

oleh agen fisik atau kimia seperti: asap, debu atau kabut yang menguap. Sedangkan

bronkitis kronis adalah gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mukus

yang berlebihan pada bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan

pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya

dalam 2 tahun berturu-turut (Somantri, 2008).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

28

Bronkhitis memiliki manifestasi klinik yaitu batuk yang menetap yang

bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum. Rhinorrhea sering

pula menyertai batuk dan ini biasanya disebabkan oleh rhinovirus. Sesak napas bila

harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban berat), Lemah, lelah,

lesu, nyeri telan (faringitis), laringitis (biasanya bila penyebab adalah chlamydia), nyeri

kepala, demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus

influenza, adenovirus ataupun infeksi, bakteri, adanya ronchii dan skin rash dijumpai

pada sekitar 25% kasus (Depkes, 2005)

Penyebab bronkhitis akut umumnya virus seperti rhinovirus, influenza A dan B,

coronavirus, parainfluenza, dan respiratory synctial virus (RSV). Ada pula bakteri atypical yang

menjadi penyebab bronkhitis yaitu Chlamydia pneumoniae ataupun Mycoplasma pneumoniae

yang sering dijumpai pada anak-anak, remaja dan dewasa. Bakteri atypical sulit

terdiagnosis, tetapi mungkin menginvasi pada sindroma yang lama yaitu lebih dari 10

hari. Penyebab bronkhitis kronik berkaitan dengan penyakit paru obstruktif, merokok,

paparan terhadap debu,polusi udara, infeksi bakteri (Depkes, 2005).

g. Pneumonia

Penumonia merupakan proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang

biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli. Penyakit ini

merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang banyak didapatkan dan sering

penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap

penyakit ini karean respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik

(Somantri, 2008).

Apabila menemukan klien dengan penyakit pneumonia, maka gejala-gejala

yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah klien demam, berkeringan, batuk

dengan sputum yang produktif, klien mengeluh sesak nafas, sakit kepala, lelah dan nyeri

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

29

dada. Pada pemeriksaan auskultasi dijumpai adanya ronchi dan dullness pada perkusi

dada (Somantri, 2008).

Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan protozoa.

Bakteri penyebab pneumonia: bakteri gram positif (streptococcus pneumoniae/pneumococcal

pneumonia, staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatif (haemophilus influenzae,

pseudomonas aeruginosa, kleibsiella pneumoniae dan anaerobik bakteria). Atypikal bacteria

(legionella pneumophila dan mycoplasma pneumonia). Virus penyebab pneumonia adalah

influenza, parainfluenza dan adenovirus. Jamur penyebab pneumonia: kandidiasis,

histoplasmosis dan kriptokokkis. Protozoa penyebab pneumonia: pneumokistis karinii

pneumonia (Somantri, 2008).

2.2.7 Penatalaksanaan ISPA

Penatalaksanaan ISPA dibedakan berdasarkan derajat keparahan ISPA. Pada

penderita ISPA ringan penatalaksanaan tanpa diberikan antibiotik. Penderita dapat

diberikan perawatan di rumah. Apabila batuk, penderita dapat diberikan obat batuk

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan, seperti

kodein, dekstrometorfan, dan antihistamin. Namun, jika demam, maka penederita

dapat diberikan obat penurun panas, yaitu parasetamol. Bila batuk lebih dari 3 minggu

rujuk ke rumah sakit.

Pada penderita ISPA sedang diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral selama

3 hari. Penderita dapat diberikan perawatan di rumah. Dianjurkan untuk kontrol 2 hari

atau lebih cepat bila keadaan anak memburuk. Bila demam dapat diberikan obat

penurun panas. Pada penderita ISPA berat dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik

parenteral, oksigen, dan sebagainya (Kemenkes, 2012)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

30

2.3 Konsep Obat Anti Nyamuk Bakar

2.3.1 Pengertian Obat Anti Nyamuk Bakar

Obat anti nyamuk bakar adalah pengusir nyamuk dengan asap atau baunya,

biasanya dibuat dengan cara mencampurkan bahan aktif, yang umumnya adalah

piretroid atau knockdown agent, dengan bahan pembawa seperti tepung tempurung

kelapa, tepung kayu, tepung lengket, pasta kering dari pyrethrum bubuk dan bahan

lainnya seperti pewangi, anti jamur dan bahan pewarna. Warnanya bermacam-macam

(biasanya hanya hijau), bentuknya yang tidak selalu melingkar, dan berbagai jenis bahan

pewangi untuk menarik pembeli (Kemenkes RI, 2012).

Obat anti nyamuk merupakan salah satu jenis pestisida pembunuh serangga

(insektisida) yang mengandung bahan-bahan kimia beracun. Walaupun penggunaan

insektisida sintetik tersebut memiliki daya bunuh cukup tinggi dan praktis untuk

digunakan, tetapi pemakaian secara terus menerus akan menyebabkan resistensi

nyamuk terhadap jenis insektisida tertentu serta menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan di antaranya keracunan pada manusia, hewan ternak, dan polusi

lingkungan. Salah satu bahan aktif yang terkandung dalam obat nyamuk adalah

allethrin. Pemberian formulasi insektisida yang mengandung bahan aktif mengandung

propoksur, transflutrin, bioaleterin, diklorvos, dalletherine, Metofluthrin, dan octachlorophil eter.

Senyawa-senyawa tersebut bersifat karsinogenik menyebabkan perubahan

histopatologi pada organ hati dan ginjal. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan aktif

tersebut sangat berbahaya (Manaf, 2009).

2.3.2 Kandungan Bahan Aktif Obat Anti Nyamuk Bakar

Obat nyamuk mempunyai bahan aktif bermacam-macam, yaitu dichlorvos,

propoxur, pyrethroid, diethyltoluamide dan transflutrin, serta bahan kombinasinya.

Bahan aktif yang masuk ke dalam tubuh secara inhalasi dalam waktu yang lama, selain

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

31

akan menyebabkan gangguan pada paru-paru seperti iritasi juga akan menyebabkan

hati tidak mampu untuk melakukan detoksifikasi secara sempurna (Wahjuni, 2011).

Tabel 2.3 Bahan Aktif Dalam Obat Anti Nyamuk Yang Beredar

Merek Bahan Aktif

Baygon (Kaleng, Cair dan Bakar) Propuxpur 4.05 g/l Transflutrin 0.162 g/l

Bayer (Cair, Botol, Bakar) Propuxpur 1% Transflutrin 0.04%

Mafu (Semua Jenis) Propuxpur 2.4 g/l Bioletrin 0.24 g/l

Raid (Cair, Kaleng) Propuxpur 5 g/l Dichlorovnil dimenthylphosphate 1%

Raid (Cair, Botol) Propuxpur 0.75 g/l Dichlorovnil dimenthylphosphate 1%

Vape (Semua Jenis) Praletrin 0.25 g/l Sifenotrin 1.105 g/l

Pro Vap Propuxpur 8.90 g/l Diklorvos 8.05 g/l

Mortein (Cair) Esbiortin 0.18 %

Tiga Roda (Cair dan Bakar) Propuxpur 6.11 g/l D- Alletrin 0.56 g/l

Ridsect Praletrin 6.11 g/l Sifenotrin h/l

Sumber : Indonesian Pharmaceuciticcal Watch 2001; dalam Dahniar, 2011

Beberapa macam tentang kandungan bahan aktif obat anti nyamuk bakar

menurut Narendra (2008), yang efeknya menyebabkan iritasi mata maupun kulit yang

sensitif, batuk, sakit dada, sakit tenggorokan, sesak nafas, yaitu sebagai berikut :

2.3.2.1 Tranflutrin

Tranflutrin adalah bahan aktif anti nyamuk berbentuk padatan lingkar

berwarna hijau dan jenis pestisida golongan pyretroid yang merupakan bagian dari

insektisida organik sintetik. Sama halnya dengan allterin yang juga termasuk insektisida

organik sintetis dan sering digunakan sebagai bahan aktif insektisida rumah tangga.

Transfultrin bila dipakai selama empat jam bisa menurunkan kadar eritrosit atau sel

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

32

darah merah, yang berakibat orang tersebut akan menderita anemia dan sesak nafas

dan detak jantung lemah.

2.3.2.2 Alletrin

Allterin adalah senyawa sintetis yang mempunyai senyawa cinerin 1 dan

pyrethrum. Mula-mula alletrin disintesa oleh para ahli untuk menggantikan pyrethrum

alamiah yang harganya cukup mahal. Terpapar allethrin menyebabkan masalah perut,

kemudian masalah sistem saraf. Paparan dalam jangka panjang dengan dosis besar juga

memiliki pengaruh batuk-batuk, sesak napas.

2.3.2.3 S-bioallethrin

S-bioallethrin adalah suatu pyretrroid insectisida (obat pembasmi serangga)

dengan suatu spektrum aktifitas luas, bereaksi dengan kontak langsung dan mempunyai

karakteristik efek a strong knock-down (efek langsung jatuh pada serangga), bahan ini aktif

pada serangga yang terbang dan merayap khususnya pada nyamuk, lalat, tawon, lipas,

kutu, kutu busuk, semut, dan lain-lain, S-bioallethrin secara luas digunakan dalam

pembuatan obat pembasmi serangga bakar, obat serangga cair dan obat serangga

elektrik.

2.3.2.4 D-Allethrin

S-bioallethrin adalah suatu pyrethroid campuran, merupakan suatu insektisida

kontak kuat yang menghasilkan a strong knock down, melawan hama-hama rumah tangga

(lalat, nyamuk,kutu,kecoa).

2.3.2.5 Metofluthrin

S-bioallethrin merupakan hasil perulangan depolarisasi dari axons dengan

menghambat aktvasi dari sodium. Metofluthrin bersifat beracun terhadap saraf.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

33

2.3.3 Komponen-Komponen Pada Obat Anti Nyamuk Bakar

2.3.3.1 Formaldehida

Formaldehida adalah zat kimia penting yang digunakan secara luas oleh industri

untuk memproduksi bahan bangunan dan produk rumah tangga. Ini juga merupakan

produk sampingan dari pembakaran dan beberapa proses alam lainnya. Jadi, zat ini

mungkin ada dalam konsentrasi yang besar baik indoor maupun outdoor (EPA, 2008).

Sumber formaldehida dalam rumah termasuk bahan bangunan, asap rokok,

produk rumah tangga, dan penggunaan un-vented, bahan bakar membakar peralatan,

seperti kompor gas atau pemanas minyak tanah ruang. Formaldehida sendiri atau

dalam kombinasi dengan bahan kimia lainnya, bermanfaat dalam memproduksi barang.

Misalnya, digunakan untuk menambah kualitas permanen tekan untuk pakaian dan

gorden, sebagai komponen lem dan perekat, dan sebagai pengawet dalam beberapa cat

dan produk-produk coating (EPA, 2008).

Formaldehida, tidak berwarna, tidak berbau pedas gas, dapat menyebabkan

mata berair, sensasi terbakar di mata dan tenggorokan, mual, dan kesulitan bernafas

dalam beberapa manusia terpapar pada tinggkat tinggi. Konsentrasi formaldehida yang

tinggi dapat memicu serangan pada penderita asma. Ada bukti bahwa beberapa orang

dapat mengembangkan kepekaan terhadap formaldehida. Hal ini juga telah terbukti

menyebabkan kanker pada hewan dan dapat menyebabkan kanker pada manusia. Efek

kesehatan yang terjadi pada mata, hidung, dan iritasi tenggorokan, mengi dan batuk,

kelelahan, ruam kulit, reaksi alergi yang parah. Formalin ini juga dapat menyebabkan

kanker dan efek lainnya (EPA, 2008).

2.3.3.2 Asetaldehida

Asetaldehida adalah cairan bening yang mudah terbakar. Asetaldehida memiliki

bau yang kuat yang memiliki konsentrasi tinggi yang dapat membuat sulit bernapas.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

34

Dikenal juga sebagai etanol, asetaldehida bentuk alami ada di dalam tubuh dan tanaman

(EPA, 2008).

Asetaldehida ditemukan di dalam alam yang banyak makanan seperti buah-

buahan matang, keju dan susu dipanaskan. Asetaldehida terutama digunakan untuk

memproduksi bahan kimia lainnya, termasuk asam asetat dan desinfektan, obat-obatan

dan parfum (EPA, 2008).

Efek akut utama dari paparan inhalasi asetaldehida adalah iritasi mata, kulit,

dan saluran pernapasan pada manusia. Pada tingkat paparan yang lebih tinggi,

asetaldehida dapat menyebabkan eritema, batuk, edema paru, dan nekrosis. Inhalasi

akut asetaldehida menghasilkan tingkat pernapasan tertekan dan tekanan darah tinggi

pada hewan percobaan. Pengujian melibatkan paparan akut tikus, kelinci, dan hamster

telah menunjukkan asetaldehida memiliki toksisitas rendah pada inhalasi dan toksisitas

moderat pada paparan oral atau dermal. Gejala keracunan kronis pada manusia mirip

dengan alkoholisme. Pada hamster, inhalasi paparan kronis telah menghasilkan

perubahan pada mukosa hidung dan trakea, retardasi pertumbuhan, anemia ringan, dan

berat ginjal meningkat (EPA, 2008).

2.3.4 Kandungan Gas Dalam Asap Obat Anti Nyamuk Bakar

Obat nyamuk anti bakar mengeluarkan mengeluarkan asap dan racun pembunuh

nyamuk yang dapat terhirup, asap tersebut mengandung sejumlah besar partikel

submikrometer yaitu fine particles (partikel dengan diameter <2,5 mikron atau PM 2,5)

(Zhang, 2010) dan kandungan asap obat nyamuk bakar dalam bentuk gas yaitu CO,

CO2, NO2, NO, NH3, CH4, dan partikel insektisida (Rimzha, 2008). Adapun gas-gas

yang terkandung dalam asap obat nyamuk sebagai berikut :

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

35

2.3.4.1 Karbon monoksida (CO)

CO merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.

Mekanisme CO masuk ke dalam tubuh manusia yaitu saat manusia bernapas dan

menghirup udara, maka udara yang kemungkinan mengandung oksigen, nitrogen,

maupun karbon monoksida akan tertarik ke dalam paru dan terus masuk ke alveoli.

Alveoli yang menyerupai kantung kecil sebenarnya terbentuk dari lapisan sel tipis dan

diperkuat oleh jaringan yang lembut. Pada alveoli gas akan berpindah dari udara ke

sistim peredaran darah. Perpindahan tersebut dipengaruhi oleh hukum fisika yang

menyatakan bahwa gas akan berpindah dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat

bertekanan rendah. Dalam kondisi normal, tekanan oksigen di alveoli akan lebih tinggi

dibandingkan dengan tekanan oksigen di saluran pembuluh darah. Karena perbedaan

tekanan tersebut oksigen dapat menembus dinding jaringan dan diikat oleh

hemoglobin pada sel darah merah. Namun tidak semua gas memiliki tekanan yang

lebih tinggi di alveoli. Gas karbon dioksida memiliki tekanan yang lebih tinggi di

peredaran darah. Hal tersebut yang membuat karbon dioksida berpindah dari aliran

darah ke paru dan kemudian dilepaskan kembali ke atmosfer (Mahalastri, 2014).

Saat udara mengandung CO sebesar 30 ppm, maka kadar CO dalam darah

sekitar 5% dan akan terus dipertahankan pada kadar tersebut jika frekuensi pernapasan

dan kadar CO di atmosfer tidak berubah. Jadi kadar HbCO tergantung pada dua

keadaan yaitu frekuensi pernapasan dan kadar CO di atmosfer. Jika kadar HbCO

meningkat, maka kadar CO akan menurun karena CO mengikat hemoglobin lebih kuat

dibanding dengan oksigen. Berkurangnya kadar oksigen dalam darah akan

menimbulkan berbagai gejala seperti pusing, rasa kurang nyaman pada mata, mual,

muntah, telinga berdengung, detak jantung meningkat, kesukaran bernapas, rasa

tertekan di dada, kelemahan otot, hilang kesadaran dan bahkan dapat menyebabkan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

36

meninggal dunia. Menurut Master dalam Mukono (2008), pada keadaan normal,

konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% hingga 1,0% dengan rata-rata

konsentrasi CO sekitar 0,5%. Kadar CO dalam darah dapat seimbang dengan syarat

kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan bernapas konstan (Mahalastri,

2014)

2.3.4.2 Karbon dioksida (CO2)

Setiap proses pembakaran selalu menghasilkan gas CO2. Jumlah CO2 yang

dihasilkan tergantung pada persediaan O2 di udara. Apabila jumlah O2 di udara cukup,

maka akan terjadi pembakaran sempurna dan CO2 yang dihasilkan banyak. Tetapi

apabila jumlah O2 di udara tidak mencukupi, akan menghasilkan CO2 dan CO yang

lebih toksik daripada CO2 dapat menyebabkan terjadinya infeksi asfiksia, yaitu kondisi

kekurangan oksigen pada pernapasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini

dapat menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik asidosis,

sehingga menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernapas. (Mahalastri, 2014).

2.3.4.3 Metana dan Amoniak (CH4, dan NH3)

Gas yang terdapat pada asap tersebut seperti CO2 NO2, dan NO dapat

menyebabkan kelainan morfologi fetus apabila terinhalasi induk yang bunting. Tetapi

ada gas lain yang tidak menyebabkan kelainan morfologi fetus, yaitu CO2, CH4, dan

NH3. Gas CO2, CH4, dan NH3 dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan

gangguan mental, gangguan irama denyut nadi, dan muntah-muntah (Mahalastri,

2014).

2.3.4.4 Oksidasi Nitrogen (NO dan NO2)

Gas pada NO dan NO2 dapat menimbulkan kadar hemoglobin jika dihirup

terjadinya peningkatan inspiratory resistance, peningkatan ekspiratory resistance,

terjadinya sembab paru maupun fibrosis paru. Hal ini dikarenakan NO2 adalah

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

37

oksidator yang mengoksidasi ferro menjadi ferri pada hemoglobin maupun

oksihemoglobin. Gas NO2 memiliki toksisitas tinggi yaitu empat kali lebih besar dari

pada NO. Konsentrasi NO2 yang terdapat di atmosfer tidak mengakibatkan iritasi dan

tidak berbahaya. Tetapi konsentrasi NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan

pada sistem saraf, yaitu mengakibatkan kejang-kejang. Apabila keracunan gas NO terus

berlanjut, maka dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan lebih berbahaya jika

teroksidasi oleh oksigen sehingga menjadi gas NO2 (Mahalastri, 2014).

2.3.5 Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar

Ketersediaan obat nyamuk bakar yang banyak tersedia di masyarakat dengan

harga yang terjangkau, menyebabkan banyak masyarakat menggunakan Obat nyamuk

bakar untuk membasmi nyamuk di dalam rumah karena efek dari pembakaran obat

nyamuk tersebut sangat cepat dalam membunuh nyamuk-nyamuk, namun banyak

masyarakat yang tidak memikirkan efek dari asap pembakaran obat nyamuk tersebut

bagi keluarga terutama balita dan anak-anak (Marjuki, 2009).

2.3.6 Pengaruh Obat Anti Nyamuk Bakar Terhadap Kesehatan

Berdasarkan penelitian Sunyataningkamto (2004), yang menyatakan bahwa

anak yang terpapar dengan asap penggunaan obat nyamuk bakar memiliki risiko 1,13

kali lebih besar diabndingkan anak yang tidak terpapar asap penggunaan obat nyamuk

bakar untuk menderita pneumonia. Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan

Widodo (2011), tentang pneumonia pada anak balita di Puskesmas Kawalu Kota

Tasikmalaya mendapatkan hasil uji interaksi bahwa faktor dominan yang

mempengaruhi kejadian pneumonia anak balita adalah interaksi antara asap obat

nyamuk dengan status gizi dengan nilai B 1,040 dan OR=2,828 (CI 95%=1,667-

4,7988) (Annah, 2012).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

38

2.3.7 Pengaruh Asap Obat Nyamuk Bakar Pada Fungsi Pernafasan

Partikel-partikel dari asap obat nyamuk dapat mencapai saluran pernapasan

bagian bawah dan dapat dilapisi dengan berbagai senyawa organik yang dihasilkan

melalui pembakaran tidak lengkap pada bahan dasar obat nyamuk. Para peneliti juga

telah menemukan bahwa fase gas asap obat nyamuk mengandung beberapa senyawa

karbonil dengan sifat-sifat yang dapat menghasilkan efek iritasi kuat pada saluran

pernapasan bagian atas seperti, formalin dan asetaldehida ( Elia, 2015).

2.4 Hubungan Obat Anti Nyamuk Bakar Dengan ISPA

Bahan aktif dan obat nyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan

dan kulit lalu akan beredar dalam darah. Setelah itu menyebar pada sel-sel tubuh.

Ada yang ke pernafasan, ke otak lewat susunan syaraf pusat, dan lain-lain. Efek terbesar

akan dialami oleh organ yang sensitif. Karena, obat nyamuk lebih banyak

mengenai hirupan, maka yang biasanya yang terkena adalah pernafasan. Sementara

efek samping pada kulit sangat tergantung pada daya sensitifitas atau kepekaan kulit.

Gangguan-gangguan pada organ tubuh manusia akan terjadi jika pemakaian obat

nyamuk tidak terkontrol atau dosisnya yang berlebihan. Orang yang memiliki alergi

akan lebih cepat menunjukkan reaksi. Alergi yang paling banyak muncul biasanya

mengenai saluran nafasnya sehingga menimbulkan batuk (Dahniar, 2011)

Obat nyamuk bisa mempengaruhi kerja saluran pernafasan, karena Saluran

nafas manusia dilengkapi suatu epitel atau pelapis saluran nafas. Epitel mempunyai

silia seperti rambut getar yang berfungsi untuk mengeluarkan sesuatu. Silia akan

bereaksi terhadap sekret (cairan lendir) atau benda asing yang ada dalam saluran. Benda

ini akan dikeluarkan ke atas dengan bantuan silia yang menyapu seperti

gelombang. Namun karena bahan kimia pada obat nyamuk terdiri dan zat aktif

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

39

yang iritatif, bukan kuman, maka sel epitel lebih mudah rusak. Begitu pula dengan

silianya. Jika epitel dan silia rusak, benda-benda tadi tak dapat disapu. Selain itu, sel-sel

di bawah epitel juga akan terkena dampaknya. Akibatnya, keluarlah lendir atau cairan

kental. Selanjutnya, saluran nafas jadi sedikit mengkerut, karena syaraf - syaraf

terganggu. Jadi batuk terjadi ketika epitel dan silia rusak. Tubuh berusaha untuk

mengeluarkan sekret atau benda asing tersebut secara aktif. Caranya dengan batuk.

Keluhan inilah yang sering terjadi. Reaksi terhadap obat nyamuk dapat timbul dalam

rangkaian waktu yang berbeda. Bisa cepat, dapat juga lambat. Orang yang organ

pernafasannya sensitif akan bereaksi saat itu juga atau beberapa menit setelah

menghirup bau obat nyamuk. Tapi, ada juga yang setelah enam jam baru batuk-batuk

(Dahniar, 2011).

2.5 Cara Penggunaan Obat Anti Nyamuk Bakar.

Menurut Kemenkes RI (2011), ada beberapa cara untuk menghindari pengaruh

negatif terhadap penggunaan obat anti nyamuk bakar adalah sebagai berikut :.

1. Ruangan harus ada ventilasi sehingga sirkulasi udara cukup

2. Diletakkan di bawah tempat tidur karena targetnya adalah nyamuk bukan manusia

penggunanya

3. Diletakkan searah dengan aliran udara sehingga tidak mengganggu pernapasan

4. Letakkan obat nyamuk bakar dengan jarak paling dekat 1,5 meter dari manusia.

5. Bila memiliki gangguan asma, maka sebaiknya gunakan obat nyamuk bakar pada

sore hari sebelum masuk kamar. Dan keluarkan ketika Anda akan tidur sehingga

tidak mengganggu pernapasan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

40

2.6 Tanaman Yang Dapat Mengusir Nyamuk

Menurut Rahayu (2008), cara penanggulangan nyamuk menggunakan alternatif

lain yaitu sebagai berikut :

1. Selasih (Ocimum spp)

Tanaman perdu ini dari keluarga Labiatae. Tanaman ini sangat banyak

variasinya dan sering berubah-ubah penampilan, khususnya warna daun jika ditanam

di lingkungan yang berbeda-beda. Daya adaptasi tanaman ini dengan lingkungan cukup

baik, sehingga mudah tumbuh di hampir semua tempat. Selasih mengandung eugenol,

linalool dan geraniol yang dikenal sebagai zat penolak serangga, sehingga zat-za

tersebut juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Komponen-komponen utama selasih

yang bersifat volatil (menguap) menyebabkan nyamuk enggan mendekati tanaman ini.

2. Suren (Toona sureni, Merr)

Salah satu tanaman yang cukup potensial sebagai insektisida adalah

Surian/Suren. Tumbuhan ini banyak mempunyai keistimewaan seperti daunnya

mempunyai bau yang sangat merangsang dan dapat mengusir maupun mematikan

serangga. Di daerah Minangkabau daun surian digunakan untuk mengusir maupun

membunuh serangga. Ekstrak air daunnya dipakai untuk menyemprot sawah dan kulit

kayunya ditanam dalam lumpur sawah untuk melindungi tanaman padi yang masih

muda dari serangan hama air. Biji dipakai sebagai racun ikan dan serangg.

Studi Fitokimia mengenai jenis metabolit sekunder dalam daun surian

tumbuhan ini mengandung senyawa triterpenoid, steroid, alkaloid, flavonoid. Suren

berperan penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya

makan) terhadap larva serangga uji Epilahcna septima. Bahan-bahan tersebut juga

terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk

3. Zodia (Evodia suaveolens, Scheff).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

41

Tanaman perdu ini berasal dari keluarga Rutacea. Tinggi tanaman 0,3 – 2 m

dan panjang daun dewasa 20 – 30 cm. Bentuk zodia cukup menarik sehingga banyak

digunakan sebagai tanaman hias. Zodia berasal dari Papua, namun saat ini sudah

banyak tumbuh di Pulau Jawa. Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 400–1.000 m

dpl.. Di daerah asalnya Papua, masyarakat di sana sudah lama menggunakan tanaman

ini untuk penghalau serangga, khususnya nyamuk. Zodia memiliki kandungan

evodiamine dan rutaecarpine, sehingga menghasilkan aroma yang cukup tajam yang

tidak disukai serangga. Selain itu, daun zodia terasa pahit, bisa digunakan sebagai obat

tradisional, antara lain untuk menambah stamina tubuh, sementara rebusan kulit

batangnya bermanfaat sebagai pereda demam malaria.

4. Geranium (Geranium homeanum, Turez).

Tanaman ini merupakan keluarga Geraniaceae, tanaman perdu ini tingginya

20–60 cm. Sebagai tanaman perdu, umur tanaman ini cukup panjang karena mampu

bertahan hidup 3–5 tahun. Karena penampilannya yang indah, geranium sering

dijadikan tanaman hias yang ditanam dalam pot dan diletakkan di halaman atau dalam

rumah. Selain penampilan yang indah, tanaman ini mengeluarkan aroma yang cukup

harum. Namun, aroma tersebut tidak disukai serangga. Geranium memiliki kandungan

geraniol dan sitronelol yang merupakan bahan yang berbau menyengat dan harum,

sehingga sering digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun mandi. Bahan tersebut

bersifat antiseptik dan tidak disukai nyamuk.

5. Lavender (Lavandula latifolia,Chaix).

Lavender selain bisa digunakan langsung untuk pengusir nyamuk, bunganya

juga menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan penolak serangga (repellant

dan antifeedant), bahkan termasuk bahan yang sering digunakan sebagai lotion anti

nyamuk. Komposisi utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pernafasan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41782/3/jiptummpp-gdl-suhaimisap-48291-3-babii.pdf · Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

42

Tanaman lain yang bisa digunakan sebagai pengsir nyamuk adalah Akar wangi,

Tembelekan, Tahi kotok/ Bunga tahi ayam dan Sereh wangi.