bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep pengetahuan 2.1.1...

35
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam tindakan mengetahui selalu kita temukan dua unsur utama yaitu subjek yang mengetahui (S) dan sesuatu yang diketahui atau objek pengetahuan (O). Keduanya secara fenomenologis tidak mungkin dipisahkan satu dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat kita katakan sebagai hasil tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami objek yang ia hadapi (Kebung, 2011:40). Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-macam jenis dan sifatnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung, ada yang bersifat tidak tetap (berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula yang bersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya dan dengan cara dan alat apa pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang benar dan ada pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan yang benar (Suhartono, 2007:55).

Upload: ngodien

Post on 13-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam

tindakan mengetahui selalu kita temukan dua unsur utama yaitu subjek

yang mengetahui (S) dan sesuatu yang diketahui atau objek pengetahuan

(O). Keduanya secara fenomenologis tidak mungkin dipisahkan satu

dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat kita katakan sebagai hasil

tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami

objek yang ia hadapi (Kebung, 2011:40). Pengetahuan adalah hasil

kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan

dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-macam jenis dan

sifatnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung, ada yang bersifat

tidak tetap (berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula yang

bersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini

pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya dan dengan cara dan alat

apa pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang benar dan

ada pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah

pengetahuan yang benar (Suhartono, 2007:55).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

13

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam

(Notoatmodjo, 2010: 50-52) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan

didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu (know). Dimana mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari atau objek yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Misalnya tahu

bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C. Untuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda

anak kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2010:50)

2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan

dalam menjelaskan dan mampu mengintepretasikan objek atau

materi yang telah dialami dengan benar. Misalnya, orang yang

memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan

hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup dan

menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus

menutup, menguras dan sebagainya tempat-tempat penampungan

air bersih tersebut (Notoatmodjo, 2010:51).

3) Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan objek atau materi yang telah dipahami dalam situasi

atau kondisi nyata. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang

proses perencanaan, dia harus dapat membuta perencanaan

program kesehatan ditempat dia bekerja atau dimana saja. Orang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

14

yang telah paham metodologi penelitian, dia akan mudah membuat

proposal penelitian dimana saja dan seterusnya (Notoatmodjo,

2010:51).

4) Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjabarkan suatu materi atau objek dalam beberapa komponen,

tetapi masih dalam satu kaitannya dengan orang lain. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat

analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalkan dapat

membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa,

dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2010:51).

5) Sintesis (synthesis), yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan dan

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya

dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat

sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat

membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca

(Notoatmodjo, 2010: 52).

6) Evaluasi (evaluation), dimana kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

15

menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau

tidak (Notoatmodjo, 2010: 52).

2.1.3 Sumber-Sumber Pengetahuan

Kebung (2011:43-45) mengatakan bahwa ada enam hal penting

sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan. Enam hal itu

antara lain:

1). Pengalaman Inderawi (Sense –experience)

Pengalaman inderawi dilihat sebagai sarana paling vital dalam

memperoleh pengetahuan. Justru melalui indera-indera kita dapat

berhubungan dengan berbagai macam objek di luar kita. Penekanan

kuat pada kenyataan ini dikenal dengan nama realism (hanya

kenyataan atau sesuatu yang sudah menjadi faktum dapat diketahui.

Kesalahan bisa terjadi kalau ada ketidakharmonisan dalam semua

peralatan inderawi (Kebung, 2011: 43).

2). Penalaran (Reasoning)

Penalaran merupakan karya akal yang menggabungkan dua

pemikiran atau lebih untuk memperoleh pengetahuan baru. Untuk

itu amat perlu didalami asas-asas pemikiran seperti: principium

identitatis atau asas kesamaan dalam arti sesuatu itu mesti sama

dengan dirinya sendiri (A=A). Principium contradictions atau asas

pertentangan. Apabila dua pendapat bertentangan, tidak mungkin

keduanya benar dalam waktu yang bersamaan, atau pada subyek

yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan

pada satu waktu. Dan principium tertii exclusi (asas tidak ada

kemungkinan ketiga). Pada dua pendapat yang berlawanan tidak

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

16

mungkin keduanya benar dan salah. Kebenaran hanya terdapat pada

satu di antara keduanya dan tidak perlu ada pendapat atau

kemungkinan ketiga (Kebung, 2011: 44)

3). Otoritas (Authority)

Otoritas adalah kewibawaan atau kekuasaan yang sah yang dimiliki

seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Ia dilihat sebagai salah satu

sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan

melalui seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuanya.

Karena itu pengetahuan ini tidak perlu diuji lagi karena kewibawaan

orang itu (Kebung, 2011: 44).

4). Intuisi (Intution)

Intuisi merupakan kemampuan yang ada dalam diri manusia (proses

kejiwaan) untuk menangkap sesuatu atau membuat pernyataan

berupa pengetahuan. Pengetahuan Intuitif tidak dapat dibuktikan

seketika atau lewat kenyataan karena tidak ada pengetahuan yang

mendahuluinya. Lawan dari pengetahuanintuitif adalah pengetahuan

diskursif. Pengetahuan ini tidak diperoleh secara langsung dan

sekonyong-konyong, tetapi tergantung pada banyak aspek lain.

Dengan kata lain saya sampai pada pengetahuan karena sekian

banyak mediasi sudah saya lewati (Kebung, 2011: 45)

5). Wahyu (Relation)

Wahyu adalah pengetahuan yang diperoleh dari ilahi lewat para nabi

dan utusan-Nya demi kepentingan umat-Nya. Dasar pengetahuan

adalah kepercayaan akan sesuatu yang disampaikan oleh sumber

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

17

wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini muncullah apa yang disebut

keyakinan (Kebung, 2011: 45).

6). Keyakinan (faith)

Kepercayaan menghasilkan apa yang disebut iman atau keyakinan.

Keyakinan itu mendasarkan diri pada ajaran-ajaran agama yang

diungkapkan lewat norma-norma dan aturan-aturan agama.

Keyakinan juga dilihat sebagai kemampuan kejiwaan yang

merupakan pematangan dari kepercayaan. Kepercayaan pada

umumnya bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan

konteks, padahal keyakinan pada umumnya bersifat statis. (Kebung,

2011: 45).

2.1.4 Bentuk dan Jenis Pengetahuan

Menurut Kebung (2011: 46-50), jenis pengetahuan dibagi menjadi:

1) Berdasarkan Obyek (Object-based)

Pengetahuan manusia dapat dikelompokkan dalam berbagai macam

sesuai dengan metode dan pendekatan yang mau digunakan.

a. Pengetahuan Ilmiah

Semua hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan

menggunakan metode ilmiah. Dalam metologi ilmiah dapat kita

temukan berbagai kriteria dan sistematika yang dituntut untuk

suatu pengetahuan. Karena itu pengetahuan ini dikenal sebagai

pengetahuan yang lebih sempurna (Kebung, 2011: 46).

b. Pengetahuan Non Ilmiah

Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara

yang tidak termasuk dalam kategori ilmiah. Kerap disebut juga

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

18

dengan pengetahuan pra-ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa pengetahuan non ilmiah adalah seluruh hasil pemahaman

manusia tentang sesuatu atau obyek tertentu dalam kehidupan

sehari-hari terutama apa yang ditangkap oleh indera-indera kita.

Kerap juga terjadi perpaduan antara hasil pencerapan inderawi

dengan hasil pemikiran secara akali. Juga persepsi atau intuisi

akan kekuatan-kekuatan gaib. Dalam kaitan dengan ini pula kita

mengenal pembagian pengetahuan inderawi dan pengetahuan

akali (Kebung, 2011: 47).

2) Berdasarkan Isi (Content-Based)

Berdasarkan isi atau pesan kita dapat membedakan pengetahuan

atas beberapa macam sesuai dengan penjelasan Michael Polanyi,

yakni “tahu bahwa”, “tahu bagaimana”, “tahu akan” dan akhirnya

“tahu mengapa”

a. Tahu bahwa

Pengetahuan tentang informasi tertentu misalnya tahu bahwa

sesuatu telah terjadi. Kita tahu bahwa p dan p itu sesungguhnya

benar. Pengetahuan ini disebut juga sebagai pengetahuan

teoritis-ilmiah, walaupun tidak mendalam. Dasar pengetahuan

ini ialah informasi tertentu yang akurat (Kebung, 2011: 47).

b. Tahu Bagaimana

Misalnya bagaimana melakukan sesuatu (know-how). Ini berkaitan

dengan ketrampilan atau keahlian membuat sesuatu. Sering juga

dikenal dengan nama pengetahuan praktis, sesuatu yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

19

memerlukan pemecahan, penerapan dan tindakan (Kebung,

2011: 47-48).

c. Tahu Akan

Pengetahuan ini bersifat langsung melalui penganalan pribadi.

Pengetahuan ini juga bersifat sangat spesifik berdasarkan

pengenalan pribadi secara langsung akan obyek. Ciri

pengetahuan ini ialah bahwa tingkatan obyektifitasnya tinggi.

Namun juga apa yang dikenal pada obyek ditentukan oleh

subyek dan sebab itu obyek yang sama dapat dikenal oleh dua

subyek berbeda. Selain dari itu subyek juga mampu membuat

penilaian tertentu atas obyeknya berdasarkan pengalamannya

yang langsung atas obyek. Di sini keterlibatan pribadi subyek

besar. Juga pengetahuan ini bersifat singular, yaitu berkaitan

dengan barang atau obyek khusus yang dikenal secara pribadi

(Kebung, 2011: 48).

d. Tahu Mengapa

Pengetahuan ini didasarkan pada refleksi, abstraksi dan

penjelasan. Tahu mengapa ini jauh lebih mendalam dari pada

tahu bahwa, karena tahu mengapa berkaitan dengan penjelasan

(menerobos masuk di balik data yang ada secara kritis). Subyek

berjalan lebih jauh dan kritis dengan mencari informasi yang

lebih dalam dengan membuat refleksi lebih mendalam dan

meniliti semua peristiwa yang berkaitan satu sama lain. Ini

adalah model pengetahuan yang plaing tinggi dan ilmiah.

(Kebung, 2011: 48).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

20

2.1.5 Metode-Metode Memperoleh Pengetahuan

Menurut Kebung (2011: 51-61) metode-metode memperoleh

pengetahuan adalah:

1) Rasionalisme

Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat bahwa

pengetahuan yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi dasar

pengetahuan ilmiah. Mereka memandang rendah pengetahuan yang

diperoleh melalui indera bukan dalam arti menolak nilai pengalaman

dan melihat pengalaman sebagai perangsang bagi akal atau pikiran.

Kebenaran dan kesesatan ada dalam pikiran kita dan bukannya pada

barang yang dapat dicerap oleh indera kita (Kebung, 2011: 51).

2) Empirisme

Bagi filsuf empiris, sumber pengetahuan satu-satunya adalah

pengalaman dan pengamatan inderawi. Data dan fakta yang

ditangkap oleh panca indera kita adalah sumber pengetahuan.

Semua ide yang benar datang dari fakta ini. Sebab itu semua

pengetahuan manusia bersifat empiris (Kebung, 2011: 55).

3) Kritisisme

Tiga macam pengetahuan, pertama, pengetahuan analitis, dimana

predikat sudah termuat dalam subyek atau predikat diketahui

melalui dua analisis subyek. Misalnya, lingkaran itu bulat. Kedua,

pengetahuan sintesis a posteriori, dalam mana predikat

dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman inderawi.

Sebagai missal, hari ini sudah hujan, merupakan suatu hasil

pengamatan inderawi. Dengan kata lain setelah membuat observasi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

21

saya mengatakan S=P, ketiga, pengetahuan sintesis a priori yang

menegaskan bahwa akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan

secara serempak. Ilmu pasti juga ilmu alam bersifat sintesis a priori

(Kebung, 2011:58).

4) Positivisme

Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang

faktual dan positif. Semua yang diketahui secara postif adalah semua

gejala atau sesuatu yang tampak. Karena itu mereka menolak

metafisika. Yang paling penting adalah pengetahuan tentang

kenyataan dan menyelidiki hubungan-hubungan antar kenyataan

untuk bisa memprediksi apa yang akan terjadi di kemudian hari, dan

bukannya mempelejarai hakikat atau makna dari semua kenyataan

itu.Tokoh utama positivism adalah August Comte. Ia membagi

perkembangan pemikiran manusia dalam tiga tahap, yaitu tahap

teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah (postif). (Kebung, 2011:

60-61).

2.2 Konsep Palang Merah Remaja (PMR)

2.2.1 Pengertian Palang Merah Remaja (PMR)

Palang Merah Remaja (PMR) merupakan kader dari Palang

Merah Indonesia (PMI) yang berada di lingkungan sekolah. PMR

merupakan sukarelawan untuk menolong warga masyarakat yang

membutuhkan khususnya dilingkungan sekolah (Munandar, 2008:36).

PMR merupakan wadah yang digunakan untuk mengembangkan bakat

sosial yang dimiliki siswa. PMR memberikan pertolongan kepada

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

22

siapapun saja yang membutuhkan pertolongan tanpa membeda-

bedakan. Kegiatan PMR merupakan kegiatan di bidang kemanusiaan

yang sangat erat kaitannya dengan orang lain, bahwa kewajiban seorang

anggota PMR dipersiapkan untuk selalu bekerjasama dengan semua

golongan masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan

(Rochmawati, 2013:73).

2.2.2 Prinsip Dasar Palang Merah Remaja (PMR)

Menurut Athorid (2016: 5), dalam menjalankan misinya

gerakan PMR tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan apapun. Oleh

karena itu sangat diperlukan adanya prinsip dasar yang dapat dijadikan

pedoman dan landasan moril bagi kehidupan organisasi yang diakui

dan di hormati secara internasional. Pada tahun 1921, Komite

Internasional Palang Merah atau ICRD mencoba menyusun Prinsip

Dasar yang dirasa perlu sebagai dasar dalam setiap tindakan gerakan.

Teks inilah yang menjelma menjadi prinsip-prinsip dasar gerakan

Palang Merah Remaja yang diproklamirkan dalam konferensi

Internasional palang merah di Wina Austria yaitu: Kemanusiaan,

Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, dan

Kesemestaan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

23

2.2.3 Klasifikasi Palang Merah Remaja (PMR)

Menurut Susilo, Mulaydi, & Utami (2008: 9) Klasifikasi PMR dibagi

menjadi 3 yaitu:

1) PMR Mula

PMR mula adalah anggota PMR yang berusia 10-12 tahun, anggota

PMR mula berada di lingkungan Sekolah Dasar (SD)

2) PMR Madya

PMR madya adalah anggota PMR yang berusia 12-15 tahun,

anggota PMR madya berada di lingkungan Sekolah Menengah

Pertama (SMP)

3) PMR Wira

PMR Wira adalaah anggota PMR yang berusia 15-17 tahun, anggota

PMR wira berada di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA).

(Susilo et al, 2008: 9)

2.2.4 Kurikulum Palang Merah Remaja (PMR)

Menurut Athorid (2016), Kurikulum PMR dibagi sesuai dengan

tingkatan, yaitu:

1) PMR MULA

PMR Mula wajib untuk mengetahui beberapa pengetahuan

pertolongan pertama yang terdiri dari: Pengentahuan dasar

pertolongan pertama (pengertian pertolongan pertama, tujuan

pertolongan pertama, peralatan dasar pertolongan pertama,

kewajiban penolongan pertama), pengetahuan dasar tubuh

manusia, pengetahuan dasar luka, pengetahuan dasar patah tulang,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

24

peran PMR mula dalam pelayanan pertolongan pertama (Athorid,

2016).

2) PMR MADYA

PMR Madya wajib untuk mengetahui beberapa pengetahuan

pertolongan pertama yang terdiri dari: Pengetahuan dasar

pertolongan pertama (Pengertian pertolongan pertama, tujuan

pertolongan pertama, peralatan dasar pertolongan pertama,

kewajiban penolongan pertama), anatomi dan faal dasar, penilaian

penderita, luka, patah tulang, luka bakar, pemindahan penderita,

penyakit mendadak, peran PMR Madya dalam pelayanan

pertolongan pertama (Athorid, 2016).

3) PMR WIRA

Pengetahuan dasar pertolongan pertama (pengertian pertolongan

pertama, tujuan pertolongan pertama, peralatan dasar pertolongan

pertama, kewajiban penolongan pertama, anatomi dan faal dasar,

penilaian penderita, cedera jaringan lunak, cedera sistem otot

rangka, luka bakar, pemindahan penderita, kedaruratan medis,

keracunan, peran PMR WIRA dalam pelayanan pertolongan

pertama (Athorid, 2016)

2.2.5 Tri Bakti Palang Merah Remaja (PMR)

Menurut Athorid (2016: 1), Tri Bakti PMR terdiri dari:

1) Meningkatkan Ketrampilan Hidup Sehat

Salah satu kegiatan yang dilakukan di PMR adalah gaya hidup

bersih dan sehat yang didalamnya berisi tentang: Menjaga pola

makan, melakukan olah raga, tidak merokok dan tidak minum

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

25

beraalkohol, mengurangi kendaraan bermotor, menjaga

kebersihan kamar mandi, tempat cuci dan toilet (MCK), dan

pembuangan sampah dan limbah keluarga (Athorid, 2016:1).

2) Berkarya dan Berbakti di Masyarakat

Salah satu bakti PMR kepada masyarakat adalah memperbaiki

kondisi dan perilaku kesehatan masyarakat, mendukung kegiatan

pelayanan kesehatan, pemberian pemulihan jasa kesehatan, serta

menyelenggarakan latihan dan pendidikan dasar untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara

kesehatannya (Athorid, 2016:1).

3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional

PMR merupakan salah satu organisasi kesehatan yang berada

diseluruh penjuru daerah yang ada di Indonesia. Sehingga setiap

anggota PMR. (Athorid, 2016: 1)

2.3 Konsep Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau akitivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar. Perilaku manusia antara satu dengan yang lain tidak sama baik

dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian. Perilaku

manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan

dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam

diri manusia. Perilaku adalah respon individu terhadap stimulasi, baik

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

26

yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Novita & Fransiska,

2011:74).

Menurut Notoatmodjo (2010: 20) Perilaku dari segi biologis

adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang bersangkutan.

Oleh sebab itu semua mahluk hidup mempunyai aktivitas masing-

masing. Manusia sebagai salah satu mahluk hidup mempunyai bentangan

kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan manusia

tersebut antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca,

berpikir, dan seterusnya.

2.3.2 Klasifikasi Perilaku

Menurut Novita & Fransiska (2011:75-76) perilaku dibagi menjadi 2

yaitu:

1) Perilaku Tertutup

Respon terhadap stimulus belum dapat diamati oleh orang lain (dari

luar secara jelas). Bentuk respon tertutup misalnya perhatian,

perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap, bentuk tindakan tertutup

yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap (Novita &

Fransiska, 2011: 75).

2) Perilaku Terbuka

Respon terhadap stimulus dapat diamati orang lain atau dari luar dan

sudah berupa praktik (Novita & Fransiska, 2011: 76).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

27

Menurut Supriyati & Ambarwati (2012: 77-78) perilaku dibagi menjadi 2

yaitu:

1) Perilaku Tertutup (covert behavior)

Yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain (Supriyati & Ambarwati

2012: 77).

2) Perilaku terbuka (over behavior)

Yaitu respon seseorang terhdaap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat orang lain, oleh sebab itu overt behavior, tindakan

nyata atau praktik (Supriyati & Ambarwati 2012: 78).

2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku

Menurut Novita & Fransiska (2011:76-77) ada tiga faktor yang

mempengaruhi terjadinya tindakan yang positif, yaitu:

1) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap tindakan

yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakan, yang termasuk

dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

norma sosial, dan pengalaman (Novita & Fransiska: 76). Contoh

seseorang yang tidak mau mengimunisasi anaknya di posyandu,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

28

faktor predisposisinya adalah bisa dikarenakan orang tersebut belum

tahu manfaat imunisasi (Hikmawati, 2011: 105).

2) Faktor pendukung

Faktor pendukung adalah faktor anteseden terhadap tindakan yang

memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang

termasuk dalam faktor ini adalah ketrampilan, fasilitas, sarana, atau

prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya

tindakan seseorang atau masyarakat (Novita & Fransiska: 76).

Contoh seseorang yang tidak mau mengimunisasi anaknya di

posyandu, faktor pendukungnya bisa dikarenakan rumah orang

tersebut jauh dari posyandu/puskesmas (Hikmawati, 2011: 105).

3) Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor penyerta tindakan atau yang datang

sesudah perilaku itu ada. Hal-hal yang termasuk dalam faktor ini

adalah keluarga, teman, petugas kesehatan dan sebagainya (Novita &

Fransiska: 76). Contoh seseorang yang tidak mau mengimunisasi

anaknya di posyandu, faktor penguatnya adalah bisa karena tokoh

masyarakat/ petugas kesehatan di sekitarnya tidak mengimunisasi

anaknya (Hikmawati, 2011: 105).

Menurut Supriyati & Ambarwati (2012: 94-95) Faktor yang

mempengaruhi perilaku ada dua yaitu: (1) Kebutuhan, Setiap individu

mempunyai kebutuhan dasar dan merupakan suatu hirarki dalam 5

tingkat yaitu kebutuhan fisiologi, rasa aman, cinta, saying, sosial, dihargai

dan dihormati serta aktualisasi diri (2) Dorongan/motivasi, kebutuhan

dasar manusia merupakan sumber kekuatan yang mendorong menuju

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

29

kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak disadari. Dorongan

penggerak ini disebut motivasi. Motivasi bisa timbul dalam diri individu

atau datang dari lingkungan. Motivasi menunjukkan motif seseorang atau

kelompok. Misalnya karena ingin pandai seseorang mempunyai motivasi

untuk belajar dengan giat sehingga perilaku tersebut menunjukkan motif

belajar yang tinggi.

2.3.4 Komponen Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam

(Fitriani, 2011: 128) membagi perilaku manusia dalam 3 komponen yaitu:

1) Komponen Kognitif (cognitive)

Komponen ini mengarahkan pada tingkat pengetahuan dan

kepercayaan . Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan komponen yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (Fitriani, 2011: 128).

Menurut Notoatmodjo (2010: 34-35) Kognitif adalah kejiwaaan

untuk mengenal objek atau stimulus diluar objek. Pengenalan objek

oleh manusia pada prinsipnya melalui dua cara, yakni: (1) Melalui

Indra: Mengenal objek melalui indra ini terdiri dari dua tahap yakni

diluar dan dipusat. Pengenalan objek terjadi diluar artinya terjadi

karena pengindraan dan pengamatan. (2) Melalui akal: Pengenalan

juga dapat terjadi melalui akal, yakni apabila orang mempunyai

pemahaman terhadap sesuatu tanpa melalui indra tetapi melalui

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

30

pikiran atau akal. Proses kognitif ini terdiri dari 3 tahap, yakni a)

Membentuk pengertian, b) Membentuk pendapat dan c) Membentuk

keputusan.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yakni: (1) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu (2)

Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (3) Evaluation

(menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).

Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi (4) Trial, orang

telah mencoba perilaku baru dan (5) Adoption, subjek telah

berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus (Fitriani, 2011: 129).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden. Teradpat tujuh faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu: pendidikan, pekerjaan,

umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan

Informasi (Mubarak, 2012: 83-84).

2) Komponen Afektif (Sikap)

Menurut Notoatmodjo (2010: 44-45) Afektif adalah keadaan

atau peristiwa kejiwaan yang dirasakan atau dinilai dengan senang

atau tidak senang, suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, setujua

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

31

atau tidak setuju, dan sebagainya. Oleh sebab itu afektif bersifat

subjektif ketimbang objektif. Suatu hal, benda atau peristiwa bagi

seseorang itu baik atau menyenangkan, tetapi bagi orang lain hal

yang sama dinilai tidak menyenangkan atau tidak baik. Menurut

Fitriani (2011: 131-132) Sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

a) Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yaitu: (1) Kepercayaan

(keyakinan), ide, dan konsep terhadap sutau objek (2) kehidupan

emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan (3)

Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini bersama-

sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang

utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegangi

peranan penting (Fitriani, 2011:132).

b) Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan:

(1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) (2) Merespon

(respondingi) merupakan memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dari sikap (3) Menghargai (Valuing) Mengajak

orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga dan (4) Bertanggungjawab

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

32

(responsible) merupakan bertanggungjawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang

paling tinggi (Fitriani, 2011:133).

3) Komponen Konatif (Psikomotor)

Menurut Notoatmodjo (2010: 48) Konatif adalah suatu tenaga atau

kekuatan yang mendorong seseorang untuk bertindak, bergerak atau

berbuat, sebagai reaksi atau respons terhadap stimulus yang berupa

lingkungan, baik fisik maupun non fisik. Menurut Fitriani (2011:

134) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu (a) Persepsi

(Perseption) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek

tingkat pertama (b) Respon terpimpin (guided response) dapat

melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua (c)

Mekanisme (mechanism) apa bila orang telah melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga (d) Adopsi

(adoption) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat

dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

33

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan

yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Fitriani,

2011: 134).

2.4 Konsep Pertolongan Pertama

2.4.1 Pengertian Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama adalah perawatan yang diberikan segera

pada orang yang cedera atau mendadak sakit. Pertolongan pertama tidak

menggantikan perawatan medis yang tepat. Pertolongan pertama hanya

memberikan bantuan sementara sampai mendapatkan perawatan medis

yang kompeten, jika perlu, atau sampai kesempatan pulih tanpa

perawatan medis terpenuhi (Thygerson, Gulli & Krohmer, 2011:2).

Menurut Swasanti & Putra, (2015:14) Pertolongan pertama atau yang

disingkat (PP) diartikan sebagai pemberian pertolongan segera atau

secepatnya kepada korban (sakit, cedera, luka, dan kecelakaan) yang

membutuhkan pertolongan medis dasar. Pertolongan medis dasar adalah

tindakan pertolongan berdasarkan ilmu kedokteran sederhana yang

dapat dimiliki orang awam. Pertolongan medis dasar dilakukan oleh

orang pada jarak terdekat dengan korban. Pertolongan medis dasar

sifatnya hanya memberikan pertolongan darurat kepada korban,

perawatan lanjutan sebaiknya ditangani oleh tenaga medis professional.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

34

2.4.2 Tujuan Pertolongan Pertama

Menurut Swasanti & Putra, (2015:16) Tindakan pertolongan pertama

pada korban merupakan langkah medis vital dengan tujuan untuk:

1) Menyelamatkan jiwa korban. Keselamatan jiwa korban adalah tujuan

paling utama dari sebuah tindakan pertolongan

2) Mencegah cacat berkelanjutan. Tindakan pertolongan darurat selain

ditujukan untuk menyelamatkan nyawa, juga untuk mencegah

kemungkinan cacat berkelanjutan. Setelah keselamatan nyawa korban

tercapai, seorang penolong harus memperhatikan kondisi korban

dimana terdapat kemungkinan-kemungkinan yang mengarah kepada

kecacatan yang berkelanjutan.

3) Memberikan rasa nyaman pada korban. Setelah dua poin tersebut di

atas tercapai, tindakan pertolongan diupayakan mengarah kepada

memberikan rasa nyaman pada korban. Rasa nyaman akan

mengurangi kondisi kepanikan korban, sehingga mental korban

terkondisikan.

4) Menunjang proses penyembuhan korban. Terakhir, tindakan

pertolongan diarahkan kepada proses penyembuhan. Sebelum

korban sampai difasilitas medis, korban berhak mendapatkan

tindakan pertolongan yang menunjang kesembuhan cedera (Swasanti

& Putra 2015:16).

2.4.3 Kewajiban Seorang Penolong Pertama

Menurut Athroid (2016: 68), kewajiban seorang penolong

pertama ada beberapa sebagai berikut: (1) Menjaga kesalamatan diri,

anggota tim, penderita dan orang di sekitarnya, (2) Menjangkau

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

35

penderita, (3) Mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam

nyawa, (4) Meminta bantuan / rujukan, (5) Memberikan pertolongan

dengan cepat dan tepat sesuai dengan keadaan penderita, (6) Membantu

penolong yang lain, (7) Menjaga kerahasiaan medis penderita, (8)

Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat (9)

Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi / di rujuk ke fasilitas

kesehatan.

Sedangkan menurut Swasanti & Putra, (2015: 15) kewajiban

seorang penolong adalah:

1) Menjaga keselamatan diri. Dalam melakukan tindakan pertolongan,

seorang penolong wajib memperhitungkan risiko dan

mengutamakan keselamatan diri. Perbekalan dan persiapan sarana

keselamatan wajib diperhatikan sebelum melakukan tindakan

pertolongan.

2) Meminta bantuan. Upayakan meminta bantuan, terutama kepada

tenaga medis.

3) Memberikan pertolongan sesuai keadaan korban. Kondisikan

tindakan pertolongan sesuai kebutuhan dan tingkat keseriusan

kondisi. Tindakan pertolongan yang tidak tepat pada porsinya justru

akan membahayakan kesalamatan korban.

4) Mengupayakan transportasi menuju fasilitas medis terdekat

(Swasanti & Putra, 2015: 15).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

36

2.4.4 Etika Penolong Pertama

Agar penolong dan korban merasa nyaman dalam melakukan tindakan,

harus dipatuhi etika tindakan pertolongan. Etika dalam melakukan

pertolongan menurut Swasanti & Putra (2015: 17) antara lain:

1) Menganalisis kondisi lingkungan. Dalam melakukan pertolongan

hendaknya harus diperhatikan kondisi lingkungan di sekitar korban.

Lingkungan yang dimaksud mencakup pengertian lingkungan fisik,

psikis, dan sosial. Perhatikan kondisi lingkungan fisik disekitar

korban. Lingkungan harus aman sehingga dalam melakukan tindakan

korban tidak membahayakan nyawa korban dan penolong.

Lingkungan psikis artinya mengupayakan perasaan aman dan

nyaman, baik bagi korban maupun penolong dalam melakukan

tindakan. Lingkungan sosial artinya kondisi sosial ketika terjadi

interaksi satu atau lebih orang disekitar korban yang dapat

mempengaruhi tindakan pertolongan yang dilakukan (Swasanti &

Putra, 2015: 17).

2) Memperkenalkan diri. Penolong wajib memperkenalkan diri kepada

korban. Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa aman dan

nyaman korban, serta menghindari kemungkinan salah paham

(Swasanti & Putra, 2015: 17).

3) Meminta izin. Sebelum melakukan tindakan pertolongan, seorang

penolong harus meminta izin kepada korban (sadar),

keluarga/kerabat atau orang terdekat dengan korban. Apabila semua

pihak tersebut terdahulu menolak, sebaiknya penolong tidak

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

37

memaksa melakukan tindakan pertolongan (Swasanti & Putra, 2015:

17).

4) Merahasiakan kondisi korban. Seorang penolong wajib menjaga dan

merahasiakan kondisi korban, terutama yang bersifat pribadi dan

privasi (Swasanti & Putra, 2015: 17).

5) Meminta bantuan dan kesaksian orang lain. Tindakan pertolongan

hendaknya disaksikan dan dibantu oleh orang lain. Hal ini bertujuan

untuk menimilkan kemungkinan salah paham dan dapat pula

dijadikan sebuah kesaksian apabila ada gugatan dari pihak korban di

kemudian hari (Swasanti & Putra, 2015: 17).

2.4.5 Tindakan Pertolongan Pertama

Menurut Athorid (2016: 77-83), beberapa tindakan pertolongan pertama

yang dapat dilakukan oleh anggota PMR adalah:

1) Luka Lecet

a. Membersihkan luka dengan air mengalir atau antiseptik

b. Luka yang sudah dibersihkan dikeringkan terlebih dahulu

c. Kemudian diolesi dengan betadin

d. Selanjutnya luka dibalut dengan kassa steril, dan balutan diganti

setiap hari (Swasanti & Putra, 2015:36).

2) Luka Robek

a. Menghentikan perdarahan dengan melakukan penekanan pada

daerah luka.

b. Setelah perdarahan berhenti, bersihkan luka dengan antiseptik.

c. Olesi luka dengan betadine.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

38

d. Terakhir tutup luka dengan kassa steril (Swasanti & Putra,

2013:37).

3) Luka Tusuk

a. Membersihkan luka dengan antiseptic

b. Basuh kulit disekitar luka hingga bersih dan bersihkan semua

benda termasuk bekuan darah

e. Tutup luka dengan kassa steril yang telah diberikan obat-obatan

seperti sofra-tulle atupun daryant-tulle (Swasanti & Putra, 2013:39).

4) Cedera Sistem Otot Rangka

Pedoman untuk pembidaian:

a. Sampaikan rencana tindakan kepada penderita

b. Pastikan bagian yang cedera dapat dilihat dan rawat perdarahan bila

ada

c. Nilai gerakan sensasi-sirkulasi pada bagian daerah luka sebelum

menggerakkan pembidaian

d. Siapkan alat seperlunya (bidai dan mitella)

e. Upayakan tidak mengubah posisi yang cedera

f. Jangan memasukkan bagian tulang yang patah

g. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar

h. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari sendi yang banyak

bergerak

a. Selesai dilakukan pembidaian dilakukan pemeriksaan GCS kembali,

bandingkan dengan pemeriksaan GCS yang pertama (Athorid,

2016: 79-81).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

39

5) Terkilir Sendi

Pedoman untuk penanganan terkilir

a. Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian

yang cedera

b. Tinggikan bagian yang cedera

c. Beri kompres dingin maksimum tiga menit, ulangi setiap jam bila

perlu

d. Balut tekan dan tetap tinggikan

e. Rawat sebagai patah tulang

b. Rujuk ke fasilitas kesehatan (Athorid, 2016: 81).

6) Luka Bakar

Penanganan Luka Bakar:

a. Alirkan air biasa ke daerah luka, bila ada bahan kimia alirkan air

terus menerus selama 20 menit atau lebih

b. Lepaskan pakaian dan perhiasan, jika pakaian melekat pada luka

bakar gunting sekitarnya jangan memaksa untuk melepasnya.

c. Tutup luka bakar, gunakan penutup luka steril (kasaa) jangan

memecahkan gelembung

d. Jangan gunakan mentega, odol, oli, kecap, kopi, air es.

e. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat (Athorid, 2016: 83).

2.4.6 Peralatan Dasar Pertolongan Pertama pada Cedera

Untuk menjamim kesalamatn diri penolong sekaligus korban,

sebelum melakukan tindakan pertolongan hendaknya diperhatikan

kelengkapan fasilitas pertolongan. Fasilitas pertolongan darurat adalah

alat dan kelengkapan pengaman yang sekiranya diperlukan selama

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

40

tindakan. Standar alat keamanan pada P3K dibagi menjadi dua, yaitu

Alat Pelindung Diri dan peralatan pertolongan. Alat pelindung diri,

misalnya sarung tangan atau lateks, masker, kaca mata, dan lin-lain.

Peralatan pertolongan misalnya kasa steril, perban, plester, alcohol 70%,

gunting, selimut, senter, pinset, dan sebagainya. (Swasanti & Putra,

2015:18).

Menurut Thygerson, Gulli & Krohmer, (2011: 3-4) Perlengkapan

pada kit pertolongan pertama harus disesuaikan untuk mencakup

beberapa hal yang mungkin digunakan secara regular. Kit untuk dirumah

seringkali berbeda dengan kit ditempat kerja. Kit untuk di rumah dapat

berisi obat-obat pribadi dan sedikit perlengkapan lain. Kit untuk

ditempat kerja lebih banyak lagi isinya (seperti perban) dan tidak akan

berisi obat-obat pribadi. Daftar barang-barang utama dalam kit

pertolongan pertama diantaranya adalah: Perban strip adhesive, perban

segitiga, penutup mata steril, bantalan kassa steril, kassa gulung steril

yang sesuai, plester tahan air, plester adhesive berpori, perban gulung

elastik, pembersih kulit antiseptik, salep antibiotic, sarung tangan, masker

wajah, kantong dingin, kantong plastik dengan seal yang dapat ditutup

rapat, bidai lunak dengan bantalan, selimut darurat, gunting, pinset,

senter kecil dan kantong sampah bahan berbahaya. Meskipun kit

pertolongan pertama dapat berisi beberapa obat, seperti antihistamin dan

salep topical, terdapat peraturan setempat yang melarang pengunaan

obat-obat tersebut oleh penolong pertama tanpa izin tertulis

sebelumnya. Misalnya, guru, ketua tim aktivitas, dan pengemudi bis di

area tertentu mungkin tidak dapat memberikan obat-obatan tersebut

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

41

pada anak-anak tanpa izin tertulis khusus yang ditanda tangani oleh

orangtua atau walinya.

2.5 Konsep Cedera

2.5.1 Pengertian Cedera

Cedera merupakan kerusakan pada tubuh seperti memar, luka,

diskolasi otot, dislokasi sendi dan dislokasi tulang yang disebabkan oleh

benturan atau gerakan yang berlebihan sehingga otot, tulang atau sendi

tidak dapat menahan beban atau menjalankan fungsinya dengan baik.

Cedera banyak terjadi karena ketidaksengajaan. Diseluruh dunia cedera

yang tidak disengaja adalah penyebab kedua kecacatan untuk usia 10

hingga 24 tahun (Senterre, Dramaix & Leveque, 2014: 409). Cedera

merupakan kerusakan pada struktur dan fungsi: kulit, mukosa, otot,

saraf, pembuluh darah, serta bagian tubuh lainnya, yang disebabkan

oleh sebuah paksaan fisik maupun kimiawi. Aktivitas sehari-hari yang

padat, serta tingginya tingkat interaksi memmungkinkan kita mengalami

cedera kapanpun dan dimanapun. Banyak penyebab cedera seperti

terkena benda tajam, terkena benda tumpul, terjatuh, kecelakaan lalu

lintas, cedera pada pertandingan, dan lain sebagainya (Swasanti & Putra,

2015:35).

2.5.2 Mekanisme Cedera

Menurut Terry & Weaver (2013:309-310), mekanisme cedera berarti

tipe cedera dan seberapa besar kekuatan yang menimbulkan cedera yang

spesifik.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

42

Berikut beberapa mekanisme cedera menurut Terry & Weaver (2013:

309-310).

1) Cedera Tumpul

Pukulan atau benturan langsung yang menyebabkan cedera yang

berat. Permukaan tubuh dan penyebabnya (yang melukai)

melakukan kontak langsung. Kasus yang sering terjadi dan

menimbulkan cedera berat adalah akselerasi/deselerasi cedera

kepala dan leher (Terry & Weaver, 2013:309).

2) Cedera Penetrasi

Cedera penetrasi disebabkan oleh benda asing seperti pisau, kaca,

dan benda tajam yang masuk dan menembus organ dan jaringan

sehingga menimbulkan kerusakan dalam tubuh (Terry & Weaver,

2013:309).

3) Cedera Perforasi

Cedera perforasi adalah cedera yang disebabkan karena benda asing

(yang mencederai) menembus hingga keluar tubuh sehingga

menyebabkan kerusakan bagian dalam yang berat, seperti pisau dan

peluru (Terry & Weaver, 2013:310).

2.5.3 Klasifikasi Cedera

Menurut Terry & Weaver (2013:310) Cedera diklasifikasikan menjadi

dua yaitu cedera primer dan cedera sekunder.

1) Cedera Primer

Cedera primer adalah cedera yang menimbulkan akibat pada saat itu

juga, seperti kontusio/memar, luka gores, luka robek, perdarahan,

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

43

dan subluksasi. Cedera seperti ini biasanya ringan dengan kerusakan

saraf yang minimal/tidak ada (Terry & Weaver, 2013:310).

2) Cedera Sekunder

Cedera sekunder adalah cedera yang terjadi setelah cedera primer

seperti infeksi/sepsis yang menyebabkan peningkatan kerusakan

organ dan jaringan, bahkan dapat meningkatkan tekanan

intrakranial. Kematian dapat terjadi secara cepat sehingga

membutuhkan observasi dan monitor keperawatan yang ketat

(Terry & Weaver, 2013:310).

2.5.4 Cedera yang Sering terjadi disekolah

Menurut salam et al (2016: 77) Cedera yang sering terjadi disekolah

antara lain cedera kendaraan bermotor, tenggelam, keracunan, jatuh,

luka bakar, dan kekerasan remaja. Cedera tersebut sering terjadi pada

saat para siswa sedang bermain saat jam istirahat. Menurut Thygerson

et al (2011) Cedera yang sering terjadi disekolah adalah cedera olah raga

(Keseleo, terkilir, patah tulang, dislokasi dan cedera kepala), luka gores,

luka robek luka bakar dan gigitan binatang.

2.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Anggota PMR tentang Tindakan

Pertolongan Pertama pada Cedera Siswa

Selama berada di sekolah anak-anak menghadapi banyak bahaya yang

dapat mengakibatkan kecelakaan dan cedera, termasuk pada kendaraan sekolah,

ketika memasuki sekolah, di kelas, di koridor, bahan yang digunakan selama

praktiukum di kelas, selama praktikum kerajinan, dalam permainan di lapangan

olahraga, dan ketika meninggalkan sekolah (Ergun et al, 2010: 338). Karena

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

44

anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka di sekolah, mereka sering

mengalami cedera di sekolah dan cedera dapat mengakibatkan masalah

kesehatan yang serius (Agbo et al, 2015: 55).

Menurut Salminen et al (2013: 3-5) mengatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya cedera disekolah adalah (1) Faktor lingkungan

yang kurang baik seperti: Lapangan sekolah yang diaspal jauh lebih beresiko

untuk terjadinya cedera dan lingkungan sekolah yang sempit (2) Faktor peralatan

dan perlengkapan praktikum yang tidak memadai seperti peralatan praktikum

yang sudah tidak layak pakai dan siswa salah dalam menggunakan peralatan

tersebut dan (3) Faktor manusia itu sendiri. Menurut Ergun et al (2010:338).

Cedera pada siswa dapat mengganggu keamanan dan keberhasilan akademik.

Cedera mengakibatkan ketidakhadiran saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung dan peningkatan biaya medis serta waktu orang tua tidak bisa

bekerja.

Pertolongan Pertama adalah pertolongan yang dilakukan sesegera

mungkin setelah terjadi cedera atau penyakit akut. Pertolongan pertama dapat

dilakukan oleh siapa saja dan dalam situasi apapun (Zideman, et al, 2015:225).

Penelitian menunjukkan bahwa 35% kematian terjadi seteleh kecelakaan dan

54% kematian terjadi dalam waktu tiga puluh menit pertama. Bantuan biasanya

diberikan oleh orang yang berada ditempat kejadian perkara (Meitin & Mutlu,

2010:262).

Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui seseorang

melalui penginderaan yang dimilikinya. Dengan memiliki pengetahuan,

seseorang dapat melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan pengalaman yang

diperolehnya melalui penginderaan (Kebung, 2011:40). Kalaiyarasan (2015: 219)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

45

mengatakan bahwa memiliki pengetahuan tentang pertolongan pertama di antara

para siswa sangatlah penting sehingga mereka dapat membantu mereka sendiri

atau orang lain di jika terjadi cedera di lingkungan sekolah. Palang Merah Remaja

(PMR) adalah kader PMI (Palang Merah Indonesia) yang berada di sekolah-

sekolah. Salah satu tugas pokok dari PMR itu sendiri adalah melakukan

pertolongan pertama jika terjadi kejadian cedera di lingkungan sekolah

(Munandar, 2008:36). Peran PMR sangat penting karena mereka sebagai satu-

satunya petugas kesehatan yang berada di sekolah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romadhona (2014),

didapatkan nilai korelasi antara tingkat pengetahuan siswa dengan tindakan

pertolongan pertama pada sinkop yaitu nilai korelasi Gamma 0,506 dengan p

value 0,041 (p < 0,05), artinya siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan

tentang pertolongan pertama dapat melakukan tindakan pertolongan pertama

pada sinkop dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai pengetahuan

pertolongan pertama.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mobarak et al (2015) dengan

judul First Aid Knowledge and Attitude of Secondary School Students in Saudi Arabia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pernah mendapatkan pelatihan

pertolongan pertama pengetahuannya baik dengan skor 89,9 % dan siswa yang

tidak pernah mendapatkan pelatihan pertolongan pertama dengan skor 55,9%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shinde et al (2015) dengan judul

Knowledge of High School students in Pune about First Aid an the Effect of Training on

Them. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pre tes pada siswa SMA tentang

tindakan pertolongan pertama 107 siswa cukup (67,7%), 47 siswa baik (29,7%),

dan 4 siswa terbaik (2,5%). Dengan demikian pengetahuan tentang

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan

46

pertolongan pertama sangat mempengaruhi tindakan pertolongan pertama yang

dilakukan.