bab ii tinjauan pustaka 2.1. komunikasi massaeprints.umm.ac.id/41158/3/bab ii.pdf · beserta pesan...

24
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KOMUNIKASI MASSA Komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan berkomunikasi manusia dapat mengemukakan keinginan, gagasan, ide bahkan dalam pemenuhan segala aspek kebutuhan hidupnya manusia menyampaikan dengan cara berkomunikasi. Inti dari setiap komunikasi adalah adanya pesan yang ingin disampaikan, dalam bentuk informasi. Informasi disampaikan melalui berbagai media, baik itu cetak maupun elektronik yang merupakan bentuk dari komunikasi massa. Adapun salah satu ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa adalah pesannya yang bersifat umum, dapat diartikan bahwa pesan dalam komunikasi massa tidak hanya ditujukan kepada satu orang atau kelompok saja, tetapi disampaikan peda khalayak ramai sehingga pesannya harus bersifat umum. Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa, Nurudin mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relatif muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi (Nurudin, 2009:2). Sedangkan komunikasi massa menurut Dedy Mulyana (2005:75) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum dan disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

Upload: danghuong

Post on 02-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan berkomunikasi

manusia dapat mengemukakan keinginan, gagasan, ide bahkan dalam pemenuhan segala

aspek kebutuhan hidupnya manusia menyampaikan dengan cara berkomunikasi. Inti dari

setiap komunikasi adalah adanya pesan yang ingin disampaikan, dalam bentuk informasi.

Informasi disampaikan melalui berbagai media, baik itu cetak maupun elektronik yang

merupakan bentuk dari komunikasi massa. Adapun salah satu ciri yang dimiliki oleh

komunikasi massa adalah pesannya yang bersifat umum, dapat diartikan bahwa pesan

dalam komunikasi massa tidak hanya ditujukan kepada satu orang atau kelompok saja,

tetapi disampaikan peda khalayak ramai sehingga pesannya harus bersifat umum.

Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa, Nurudin

mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa

beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya,

dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial

yang relatif muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan

ekonomi (Nurudin, 2009:2). Sedangkan komunikasi massa menurut Dedy Mulyana

(2005:75) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar,

majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang

yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar

dibanyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum dan

disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

12

Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A Devito dalam Nurudin (2009:11- 12) yakni, “First, mass communication is communication addressed to masses, to an

extremely large science. This does not means that the audience includes all people or

everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that

is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is

communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is

perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper,

magazines, films, books, and tapes”. Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada

khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh

penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi,

agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar

didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih

mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar,

majalah, film, buku dan pita)”. Adapun beberapa ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurudin (2009:19) adalah

sebagai berikut :

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga. Komunikator dalam

komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya,

gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam

sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem.

2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen. Dalam hal ini yang

dimaksud heterogen adalah komunikan dalam komunikasi massa beragam

pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang

beragam, memiliki agama dan kepercayaa yang tidak sama pula.

3. Pesannya Bersifat Umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak hanya

ditujukan kepada satu orang saja melainkan ditujukan pada khalayak yang

plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya tidak boleh

bersifat khusus.

13

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah. Dalam komunikasi massa tidak

menutup kemungkinan untuk menjadi komunikasi dua arah, dalam hal ini

sebisa mungkin komunikan harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah

baik itu melalui email, rubrik surat pembaca atau melalui telepon.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan. Serempak berarti khalayak

bisa menikmati media massa secara hampir bersamaan. Keserempakan terlihat

apabila media komunikassi massa seperti internet.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis. Peralatan teknis yang

dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau

elektronik).

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper atau yang sering

disebut penpis informasi adalah orang yang yang sangat berperan dalam

penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai

orang yang ikut menambah/mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar

semua informasi yang disebarkan lebih mudah untuk dipahami.

2.2. PEMAHAMAN TENTANG YOUTUBE

YouTube adalah portal atau situs video sharing milik Google Inc. YouTube

merupakan salah satu malah merupakan yang terbesar di dunia maya. Jutaan video

tersedia lengkap dan bisa dilihat secara gratis. Mulai dari video amatir karya para

pengguna YouTube yang diunggah sampai dengan video - video musik karya para

produsen industri musik dunia tersedia di portal YouTube ini. Era internet video

memang tengah memasuki zaman keemasannya. Pengguna internet lebih tertarik

14

untuk menyaksikan beragam informasi, baik itu berita ataupun hiburan, lebih asyik

dilihat dalam format video, karena lebih mudah untuk dicerna dan lebih mampu

menggambarkan kondisi, emosi dan cerita dengan lebih simple dibandingkan format

tulisan atau gambar sekalipun (www.jurnalkomputer.com diakses pada 15 Juli 2018

pukul 21.23 WIB)

Begitu tenarnya YouTube, bahkan telah dipakai sebagai barometer popularitas

bagi para artis dan selebriti dunia. Orang akan dengan mudahnya menjadi populer

hanya dengan mengupload video karyanya ke YouTube. Tentu kita tidak lupa dengan

berbagai popularitas yang ditimbulkan oleh portal video YouTube ini, sebut saja nama

Norman Kamaru atau Sinta dan Jojo, atau bahkan Ayu Ting Ting. Pencarian seputar

YouTube pun stabil cenderung naik setiap harinya, diseluruh penjuru dunia, hampir di

semua negara, kata kunci YouTube masuk dalam jajaran keyword dengan pencarian

terbanyak.

Kebanyakan konten di YouTube diunggah oleh individu, meskipun perusahaan-

perusahaan media dan organisasi lain sudah mengunggah material mereka ke situs ini

sebagai bagian dari program kemitraan YouTube. Pengguna tak terdaftar dapat

menonton video, sementara pengguna terdaftar dapat mengunggah video dalam jumlah

tak terbatas. Dewasa ini karena begitu tenarnya YouTube sehingga melahirkan

youtuber menjadi perbincangan pro dan kontra. Ada warganet yang sepakat dengan

munculnya public figure yang terlahir dari YouTube karena video vlog mereka, ada

warganet yang tidak setuju dengan profesi youtuber karena menurut mereka profesi ini

hanya mengandalkan banyaknya pengikut tanpa material yang bermanfaat.

15

Adapun fitur YouTube yaitu untuk menonton video, pencarian video,

mengunggah video bagi pengguna yang sudah terdaftar, mengunduh video, menyukai

video bahkan berkomentar untuk video yang diunggah oleh kreator. Berikut adalah

tampilan dari beberapa contoh fitur YouTube :

Gambar 1. Tampilan YouTube Fitur Pencarian

Sumber. https://www.youtube.com/watch?v=RVeE3j7b1qg

Gambar 2. Tampilan YouTube Fitur Mengunggah Video

Sumber. https://www.youtube.com/upload

YouTube memberikan kemudahan bagi penggunanya yang ingin berbagi video

dengan pengguna lain, hanya dengan mentautkan email dari Google atau gmail maka

16

pengguna sudah dapat mengunggah video dan menikmati fitur YouTube lainnya. Terkait

dengan pengunduhan video, sayangnya tidak semua akun YouTube memperbolehkan video

hasil unggahan mereka dapat diunduh karena hal tersebut menyangkut dengan hak cipta.

Hal ini biasanya berlaku untuk akun-akun YouTube resmi yang sudah terverifikasi seperti

VEVO, VICE News, Marvel Entertaiment dan masih banyak lagi. Dengan kemudahan

tersebut, para kreator YouTube memanfaatkan hal tersebut untuk menggaet audien, mereka

berlomba-lomba untuk membuat konten video yang menarik agar mendapatkan banyak like

dan subscriber demi mendongkrak popularitas.

2.2.1 YouTube Sebagai Media Informasi Baru

Tak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini masyarakat lebih senang mengakses

media informasi melalui media elektronik karena dinilai lebih praktis dan efisien.

Media elektronik disini bukan hanya televisi, radio, dan komputer saja, melainkan

smartphone. Hampir semua masyarakat memiliki smartphone, baik itu digunakan

untuk penunjang komunikasi atau hanya untuk prestige semata. Di era modern ini

banyak sekali platform yang menyajikan informasi salah satunya YouTube.

Dengan banyaknya akun baik yang resmi maupun non resmi kerapkali

mengunggah video informatif dengan penyajian yang beragam.

Menurut Bruno Schivinski dan Dariusz Dabrowski dalam The Effect of

Social Media Communication on Consumer Perceptions of Brands (2014:2),

YouTube termasuk dalam new media. New media adalah media komunikasi yang

mengacu pada konten yang bisa diakses kapan saja, dimana saja, pada setiap

perangkat digital, serta memiliki kemampuan untuk dilakukannya interaksi antara

pemberi informasi dan penerima informasi, dan dimungkinkannya pastisipasi dari

17

berbagai pihak. Teknologi dari new media akan selalu memanfaatkan keunggulan

dari digitalisasi, kemampuan untuk memanipulasi dan melalui jaringan yang padat

serta kompresibel dan interaktif. Contoh-contoh dari new media adalah sesuatu

yang terhubung dengan internet seperti situs dan video game. Televisi, koran,

buku, dan majalah bukan bagian dari new media, namun hal ini dapat

dimungkinkan bila kedua hal tersebut meleburkan diri ke dalam digital dan

memberikan kemampuan kepada penonton sebuah bentuk komunikasi interaktif.

Sebagai contoh adalah koran digital dari Jawa Pos, hal tersebut dapat

dikategorikan sebagai new media karena dapat diakses melalui internet.

Kemajuan dunia teknologi informasi dan multimedia saat ini memungkinkan

kita untuk melakukan semua hal tanpa keterbatasan, karena kita dapat mengakses

segalanya melalui media online yang terintegrasi hampir dalam seluruh media yang

berada di sekitar kita. Media seperti YouTube ini menjadi sebagai alternatif yang

memudahkan yang memberikan keuntungan bagi setiap individu karena digunakan

sebagai kepentingan , namun disisi lain pemanfaatan yang positif dan negatif juga

hadir di YouTube ini. Penggunaan teknologi ini dimanfaatkan dengan berbagai

kepentingan, mulai dari pekerjaan, pembelajaran, usaha, sampai kejahatan (cyber

crime). Seperti halnya banyak pengaplikasian new media dengan pemanfaatnya

melalui YouTube, karena pada penggunaan internet khususnya YouTube dalam

mencari informasi sangatlah efektif untuk kehidupan masyarakat modern saat ini.

YouTube sebagai media komunikasi global karena manfaat yang dirasakan

oleh para penggunanya. Seperti ketika kita berpartisipasi mengunggah video ke

server YouTube dan membaginya ke seluruh dunia bahkan dapat dikatakan tanpa

18

batas. YouTube merupakan situs web video sharing yang berfungsi sebagai media

pertukaran informasi melalui rekaman audiovisual. Misalnya mengunggah video ,

melihat video yang tersedia atau yang telah kita unggah dan bahkan mencari video

klip dari artis yang kita kagumi. Umumnya video-video di YouTube adalah klip

musik (video klip), film, TV, serta video buatan para penggunanya sendiri.

Disamping YouTube merupakan situs video yang menyediakan berbagai

macam informasi video diberbagai dunia dan sebagai media komunikasi global,

YouTube memungkinkan siapa saja dengan koneksi internet untuk mengunggah

video dan penonton dari seluruh penjuru dunia dapat menikmatinya hanya dalam

beberapa menit. YouTube merupakan layanan file sharing berbasis web, audio/

video yang memungkinkan individu untuk dapat membangun profil publik atau

semi-publik dalam sistem yang dibatasi, mengartikulasikan daftar pengguna lain

dengan siapa mereka akan berbagi sambungan, dan melihat daftar koneksi yang

dibuat oleh orang lain dalam sistem tersebut ( Boyd & Ellison, 2007 ). Disinilah

memberikan manfaat yang sangat penting bagi seluruh masyarakat dan

menimbulkan kepuasan tersendiri bagi pengguna YouTube. Keanekaragaman

topik yang ada di YouTube membuat berbagai video menjadi salah satu bagian

yang penting dalam kultur berinternet.

2.3. YOUTUBE VIEWER SEBAGAI AUDIEN

Pada penelitian ini YouTube viewer disebut juga dengan audien karena pada

dasarnya YouTube viewer merupakan bagian dari audien media massa. YouTube viewer

merupakan bagian dari audien yang khalayaknya sangat luas, heterogen dan juga anonim.

19

Sebagai konsumen YouTube, motivasi Youtube viewer didasari oleh uraian

pengalaman masing-masing individu. Pengalaman ini akan berpengaruh dalam hal

pendekatan dan pilihannya terhadap suatu media, misalnya seperti keinginan dan

kebutuhan YouTube viewer untuk menonton suatu video di Youtube, apakah sekedar

ingin menonton video komedi untuk menghibur diri, menonton video tutorial DIY

untuk menambah kreatifitas, dan lain sebagainya. Pengalaman tersebut juga

menentukan pengetahuan maupun sikap audien mengenai informasi yang diterima.

Informasi ini merupakan gambaran latar belakang sebelum Youtube viewer

menggunakan hak pilihnya. Dalam paradigma audien aktif, YouTube viewer

merupakan produsen makna, dimana makna yang diproduksi akan sesuai dengan

konteks kultural mereka masing-masing. Dapat dikatakan bahwa YouTube viewer yang

terbentuk dengan cara yang berbeda akan memiliki pemaknaan yang berbeda pula.

Menurut Hiebert dalam Nurudin (2009:105-106), audien dalam komunikasi massa

setidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut :

1. Audien cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi

pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka.

2. Audien cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah

jangkauan sasaran komunikasi massa.

3. Audien cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan

kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi

heterogenitasnya juga tetap ada.

4. Audien cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.

5. Audien secara fisik dipisahkan oleh komunikator.

20

Sebagai konsumen video YouTube, dapat dipahami bahwa audien pasif adalah

YouTube viewer yang secara utuh menerima informasi dari chanel-chanel YouTube

tanpa adanya penyaringan sehingga tipe audien pasif dapat dengan mudah dipengaruhi

oleh chanel-chanel YouTube. Sedangkan audien aktif adalah mereka yang memilih dan

memilah media massa sesuai dengan kebutuhannya. Audien tipe ini cenderung

menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk sekedar memperoleh kepuasan

terhadap media.

Media massa sejatinya bukanlah sebuah institusi yang memiliki kekuatan besar

untuk mempengaruhi khalayak. Khalayak lah yang justru diposisikan sebagai pihak

yang memiliki kekuatan besar untuk menciptakan makna. Mereka bebas bertindak dan

berperilaku sesuai dengan makna yang mereka ciptakan atas teks media yang mereka

konsumsi. Itulah mengapa khalayak dilihat dan dinilai sebagai bagian dari interpretive

communitive yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna,

tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang hanya menerima saja makna yang

diproduksi oleh media massa (McQuail, 2011:19). Berikut ini juga akan dijelaskan

beberapa Karakteristik dari Audien Aktif :

1. Selektifitas (selectivity).

Audien secara selektif memilih media mana yang mereka gunakan yang didasari

alasan dan tujuan tertentu.

2. Utilitarianisme (utilitarianism).

Audien dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk

memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki.

3. Intensionalitas (intentionality).

21

Penggunaan secara sengaja makna dari isi media.

4. Keikutsertaan (involvement).

Audien secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.

5. Audien aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh

media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri.

6. Audien yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari

khalayak aktif, karena mereka lebih bisa memilih media yang ingin di konsumsi

sesuai dengan kebutuhan dibandingkan khalayak yang tidak terdidik.

Dalam penelitian dengan kajian analisis resepsi menempatkan khalayak media

atau audien sebagai pemproduksi makna aktif dan tidak hanya semata pasif namun

dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal

menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Studi resepsi tidak

menempatkan audien sebagai individu bodoh, melainkan secara kultural adalah

produsen makna aktif pada budaya mereka sendiri. Audien membawa kompetensi

budaya yang mereka punya untuk menafsirkan makna dari wacana yang disuguhkan

oleh media. Hal ini membuat audien membentuk dan menginterpretasikan makna

dengan cara yang berbeda satu sama lain. Menurut studi resepsi ini audien akan dengan

aktif menerima, membaca, mengkonsumsi, dan berinteraksi dengan sangat teks media

yang sudah disediakan dan disodorkan oleh media yang mereka konsumsi.

2.3.1 Kelompok Audien

Dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, Prof. Dr. H. Hafied Cangara

M.Sc. (2008,157-159) menulis bahwa khalayak biasa disebut dengan istilah

penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau

22

komunikan. Khalayak adalah salah satu actor dari proses komunikasi. Karena itu

unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses

komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak.

Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut

khalayaknya, yakni aspek sosiodemografik, aspek profil psikologis, dan aspek

karakteristik perilaku khalayak. Dari aspek sosiodemografik, komunikator perlu

memahami hal-hal sebagai berikut.

1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Populasi

4. Lokasi

5. Tingkat pendidikan

6. Bahasa

7. Agama

8. Pekerjaan

9. Ideologi

10. Pemilikan media

Aspek profil psikologis, ialah memahami khalayak dari segi kejiwaan, di

antaranya adalah sebagai berikut :

1. Emosi, apakah mereka rata-rata memiliki tempramen mudah tersinggung,

sabar, atau periang.

2. Bagaimana pendapat-pendapat mereka.

3. Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi?

23

4. Adakah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa, frustasi, atau dendam ?

Dari aspek karakteristik perilaku khalayak, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:

1. Hobi, apakah mereka umumnya suka olahraga, menyanyi, atau pelesiran.

2. Nilan dan norma, hal-hal apa yang menjadi tabu bagi mereka.

3. Mobilitas social, apakah mereka umumnya suka bepergian atau tidak?

4. Perilaku komunikasi, apakah kebiasaan mereka suka berterus terang atau tidak.

2.3.2 Segmentasi Audien

Selain dibagi menurut kelompoknya, Audien juga dibagi menurut

segmentasinya. Adapun pembagian audien menurut segmentasinya adalah

segmentasi demografis, segmentasi geografis, segmetasi geodemografis,

segmentasi psikografis.

a. Segmentasi Demografis

Menurut Morrisan (2009:175) segmentasi audien yang didasarkan pada

peta kependudukan disebut sebagai segmentasi demografis. Pembagiannya

disini berdasarkan pada usia, jenis kelamin, pendidikan, banyaknya anggota

keluarga, pekerjaan, suku, agama, penghasilan, dsb. Pada penelitian ini, hal ini

sangatlah penting untuk menghindari hasil penelitian yang cenderung

homogen.

b. Segmentasi Geografis

Pada segmentasi ini audien dibagi menurut keadaan geografisnya,

seperti negara, provinsi, kabupaten, kota, hingga di lingkungan terkecil.

Dalam Morrisan (2009:176), segmentasi ini bertujuan agar pemasang iklan

24

mengetahui kebiasaan konsumen yang berbeda-beda terkait dalam hal

kebiasan berbelanja yang dipengaruhi oleh perbedaan lokasi tempat tinggal.

c. Segmentasi Geodemografis

Dalam Morrisan (2009:177), segmentasi ini merupakan gabungan dari

segmentasi geografis dengan segmentasi demografis. Para penganut konsep

ini percaya bahwa mereka yang menempati geografis yang sama cenderung

memiliki karakter-karakter demografis yang sama pula, namun wilayah

tempat tinggal mereka harus sesempit mungkin, misalnya kawasan-kawasan

pemukiman atau kelurahan di kota-kota besar.

d. Segmentasi Psikografis

Morrisan (2009:178), psikografis adalah segmentasi yang

mengelompokkan audien secara lebih tajam daripada sekadar variabel-

variabel demografi. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pada segmentasi

psikografis ini mengacu pada gaya hidup dan kepribadian seseorang.

Contohnya ketika dua orang audien yang berasal dari latar belakang yang

berbeda, audien A merupakan lulusan FISIP sedangkan audien B merupakan

lulusan SMP akan berbeda dalam menanggapi suatu teks, karena pola pikir

audien A yang notabene mahasiswa FISIP lebih luas dan lebih kritis

dibanding dengan mahasiswa B yang hanya lulusan SMP, hal ini pun

dipengaruhi oleh pergaulan dan pola pikir masing-masing audien.

25

2.4. PEMAHAMAN TENTANG KRITIK

Pengertian kritik menurut KBBI online adalah kecaman atau tanggapan, atau

kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu

hasil karya, pendapat, dan sebagainya (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kritik

diakses pada 16 Juli 2018 pukul 22.46 WIB). Pada penerapannya kritik cenderung

mengarah ke arah yang negatif, bersifat mencela bahkan menjatuhkan pihak lain.

Ketika kritik hanya dilakukan secara arti harfiah tanpa adanya benteng yang

membatasi dalam artian adalah budaya dan norma yang berlaku, maka pelaku kritik

bisa jadi tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari kritik tersebut. Penerima

kritik tidak lagi menganggap kritik tersebut sebagai sebuah koreksi atas kinerjanya,

akan tetapi bisa menganggap kritik hanya sebuah kebencian semata.

Semua kemajuan lahir dari kritik, karena tanpa kritik, bangsa manusia tidak akan

mungkin bisa mencapai hasil yang kini dicapainya itu. Banyak orang berbicara

mengenai kritik, baik dalam arti positif maupun negatif. Kritik adalah sesuatu yang

tabu dalam kebudayaan tradisionil. Kritik adalah zat hidup kebudayaan modern. Kritik

adalah sesuatu bentuk kebebasan yang mesti “disesuaikan dengan situasi dan kondisi”

pada masa kebudayaan transisi ini. Sementara itu, Muladi (Sobur, 2012:29) menilai,

“Di negara berkembang, kritik sering dilihat sebagai sesuatu yang tidak loyal

(disloyality). Padahal, masyarakat yang maju, kritik justru merupakan sesuatu yang

penting, sebagai masukan agar sistem politik menjadi lebih baik”.

Kritik sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu krinein yang berarti memisahkan,

memerinci. Dalam kenyataan tersebut, manusia membuat pemisahan dan perincian antara

nilai dan bukan nilai, arti dan bukan arti, baik dan jelek. Jadi kritik suatu penilaian

26

terhadap kenyataan dalam sorotan norma. Dalam buku berjudul Mens en Kritiek

(Kwant, 1986:12) menuliskan bahwa kritik menentukan nilai suatu kenyataan yang

dihadapinya. Dalam melontarkan kritik, tidak cukup hanya mengetahui kenyataan yang

ada, namun orang yang melancarkan kritik harus berusaha menentukan apakah yang

dihadapinya itu benar-benar seperti yang seharusnya. Oleh karenanya, orang tersebut

harus mengetahui sebelumnya bagaimana seharusnya. Menurut Kwant bentuk kritik

dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu kritik positif dan negatif. Kritik negatif artinya

sikap kritis yang kesimpulannya tidak menyetujui. Biasanya kritik negatif banyak

ditemukan dibandung kritik positif. Sementara kritik positif artinya suatu penilaian

terhadap sesuatu yang mempunyai kesimpulan menyetujui (Kwant, 1986:90).

2.5. STUDI RESEPSI

Studi resepsi adalah studi yang terfokus pada bagaimana pemaknaan audience

terhadap teks media yang disajikan oleh media massa. Studi resepsi ini dilihat sebagai

kajian terhadap khalayak yang sebenarnya ingin menempatkan khalayak tidak semata

pasif namun sebagai agen kultural yang bisa menghasilkan makna tersendiri dari wacana

yang ditawarkan oleh teks media. Makna yang diusung oleh media akan bersifat terbuka

dan bisa jadi masyarakat menanggapinya secara oposisif.

Dalam bukunya, McQuail (2011:73) menjelaskan bahwa :

“The essence of the ‘reception approach’ is to locate the attribution and contraction

of meaning (derived from media) with the receiver. Media message are always open

and ‘polysomic’ having multiple meanings and are interpreted according to the

context and the culture of the receiver. Among the forerunners of reception analysis

was a persuasive variant of critical theory formulated by Stuart Hall (1974/1980)

which emphasized the stage of transformation trough which any media message

passed on the way from its origins to reception and interpretation. It drew from, but

also challenged, the basic principle of structuralism and

27

semiology which presumed that any meaningful ‘message’ is constructed from signs which can have denotative and connotative meanings, depending on the choices made by an encoder” “Esensi dari ‘pendekatan resepsi’ adalah untuk menemukan atribusi dan

konstruksi makna (berasal dari media) dengan penerima. Pesan media selalu

terbuka dan polisemik mamiliki arti dan ditafsirkan sesuai dengan kontek dan

budaya penerima. Diantara pelopor analisis persepsi adalah varian teori kritis yang

dirumuskan oleh Stuart Hall (1974/1980) yang menekankan tahap gelombang

transformasi yang melewati setiap pesan media dalam perjalanan asal-usul ke

resepsi dan interpretasi. Hal menarik dari resepsi, tetapi juga menantang, prinsip-

prinsip dasar strukturalisme dan semiologi yang diduga bahwa ‘pesan’ apapun

yang berarti dibangun dari tanda-tanda yang dapat memiliki makna denotatif dan

konotatif, tergantung pada pilihan yang dibuat oleh enkoder”.

Khalayak merupakan pencipta makna yang aktif dalam kaitannya dengan teks.

Sebelumnya mereka sudah membawa kompetensi budaya yang telah mereka dapatkan

untuk dikemukakan dalam bentuk teks, sehingga khalayak yang terbentuk dengan cara

yang berbeda akan mengerjakan dan menciptakan sebuah makna atas apa yang dilihat

dengan berlainan satu sama lain karena adanya kompetensi budaya dan situasi lingkungan

tersebut. Hal ini terlihat sama seperti yag telah dikemukakan oleh Hall tentang kajian

studi resepsi yang telah ditemukannya.

Teori reception mempunyai argumen bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara

khalayak membaca media. Faktor konsektual termasuk elemen identitas khalayak,

persepsi penonton atas film atau genre program televisi dan produksi bahkan termasuk

latar belakang sosial, sejarah dan isu politik. Singkatnya teori resepsi menempatkan

penonton/ pembaca dalam konteks berbagai macam faktor yang turut mempengaruhi

bagaimana menonton atau membaca serta menciptakan makna dari teks. Pemanfaatan

teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak

sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai

agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan

28

makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu

bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh

khalayak (Fiske, 1987:94).

Asumsi dasar teori resepsi ini adalah khalayak secara aktif memproduksi makna

dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks-teks sesuai posisi-posisi

sosial dan budaya mereka. Faktor pengalaman, pengetahuan dan motif yang melekat

pada khalayak juga dapat menjadi pengaruh dalam penerimaan terhadap teks

media.Menurut Stuart Hall ada tiga bentuk pembacaan antara penulis teks dan pembaca

serta bagaimana pesan itu dibaca antara keduanya (Durham, 2006:174- 175), yaitu :

1. Dominan Hegemonic Position

Yaitu pembacaan pesan yang lebih mendekati makna sebenarnya seperti yang

ditawarkan oleh media. Pembaca dominan atas teks, secara hipotesis akan terjadi jika

baik pembuat ataupun pembaca teks memiliki ideologi yang sama sehingga

menyebabkan tidak adanya perbedaan pandangan antara pembuat maupun pembaca.

Pada posisi ini tidak ada perlawanan dari pembaca karena mereka memaknai teks

sesuai dengan yang ditawarkan pembuat.

2. Negotiated Position

Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan produsen tetapi mereka

membuat adaptasi dan aturan sesuai dengan konteks dimana mereka

berada.Pembacaan ini terjadi ketika ideologi pembacalah yang lebih berperan dalam

menafsirkan dan menegosiasikan teks.

3. Oppositional Position

29

Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan oleh produsen, tetapi mereka

menolak serta memaknai dengan cara sebaliknya. Pada posisi ini, ideologi pembaca

berlawanan dengan pembuat teks. Pembaca oposisi umumnya ditandai dengan rasa

ketidaksukaan dan ketidakcocokan terhadap teks yang dikonsumsi sehingga pembaca

akan menggunakan system budaya dan kepercayaan umum.

Secara sederhana pemikiran Hall juga dapat diartikan bahwa, khalayak berada

dalam posisi dominan ketika ia secara utuh berbagi dan menerima dan mengolah

kembali pesan-pesan yang ia baca, pada posisi dominant, pesan yang dimaknai khalayak

sesuai dengan hegemonic culture, maka khalayak secara utuh mengonstruksi pesan dari

kelompok dominan. Namun jika khalayak mulai memiliki penolakan diantara

penerimaannya atas pesan yang ia dapat dari media maka ia menjadi negotiated, dimana

pada satu sisi ia meng’iya’kan hegemonic culture tapi juga mengembangkan

pemikirannya sendiri. Tidak selalu khalayak akan patuh terhadap hegemonic culture,

khalayak bisa saja menolak karena perbedaan pandangan maupun budaya yang ia miliki

dengan pesan di media maka ia menjadi oppositional. (Durham, 2006:172).

2.6. BASIS TEORI

2.6.1. Individual Differences Theory

Teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini lengkapnya adalah

“Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori individual

differences, yang merupakan pengembangan dari model S-O-R, khalayak dalam

30

menerima pesan dianggap bersifat pasif, namun Defleur kemudian melakukan

modifikasi terhadap model tersebut dengan teori yang disebut “perbedaan

individual”.

Defleur dalam Onong Uchjana Effendi (2008:57-58) menjelaskan bahwa

“setiap khalayak akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pesan-pesan

media jika berkaitan dengan kepentingannya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan

tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak

massa itu tidak seragam melainkan beragam. Hal ini disebabkan secara individual

berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. Anggapan dasar dari teori ini

ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi.

Tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang

dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik

pandangan yang berbeda secara tajam pula.

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus

yang menimbulkan interaksi yang berbeda terhadap pesan-pesan yang disampaikan

oleh media. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota

khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi

sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada

pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni menganggap khalayak memiliki ciri-

ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman

tanggapan terehadap pesan tertentu. Dengan menggunakan teori perbedaan

individual ini khalayak dapat mempersepsikan sebuah tayangan media serta dapat

menyerap pesan-pesan yang disampaikan oleh media itu. Dalam

31

mempersepsikan sebuah tayangan akan melalui beberapa proses diantaranya

mulai dari peneriamaan informasi, menafsirkan isi pesan, melihat kejadian-

kejadian menariknya dan pesan yang terkandung dalam tayangan tersebut.

Kesimpulan dari teori individual differences, adalah bahwa khalayakdalam

menerima rangsangan yang disampaikan melalui suatu mediamempunyai

karakteristik yang berbeda-beda atau bersifat heterogen, walaupun pesan atau

rangsangan yang disampaikan sama, namun tanggapan serta persepsi yang terjadi

akan berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. Dengan demikian teori tersebut

mencakup upaya khalayak dalam mempersepsikan sebuah tayangan.

2.7. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu yang dijadikan bahan acuan oleh peneliti dalam penelitian

ini berjudul Aspek-aspek Feminisme Dalam Program Acara Tetangga Masa Gitu di

NET. yang diteliti oleh Heny Stefany mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

pada tahun 2015. Penelitian tersebut mengangkat tentang tema feminisme yang

terdapat pada porgram acara Tetangga Masa Gitu di NET yang dilakukan dengan

metode studi resepsi terhadap khalayak kalangan ibu-ibu anggota Catalyna Gym

Malang. Peneliti dalam penelitian tersebut mengangkat tema feminisme karena dengan

berkembangnya zaman yang semakin maju perempuan-perempuan modern menjadi

semakin mandiri dan tidak bergantung pada laki-laki, hal tersebut sampai saat ini

masih menjadi topik yang menarik karena menyangkut perihal kesetaraan gender.

Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan paradigma kritis

yang dikemas dengan studi resepsi, dimana peneliti lebih fokus pada hasil interpretasi

32

subjek penelitian terkait feminisme pada program acara Tetangga Masa Gitu di NET.

Peneliti menggunakan 5 subjek penelitian yang berbeda latar belakang, pendidikan,

pekerjaan, pengalaman dsb.

Kelima subjek penelitian dalam penelitian tersebut memberikan jawaban yang

beragam sesuai dengan latar belakang, pengalaman dan sudut pandang masing-masing

subjek penelitian. Ada yang setuju dengan feminisme yang terdapat pada program

acara Tetangga Masa Gitu di NET dan ada yang setuju namun tidak sepenuhnya

sepakat dengan materi feminisme. Dalam penelitian tersebut tidak didapati posisi

pembaca yang oposisi, hanya ditemukan 2 posisi audien saja yaitu dominant

hegemonic position dan negotiated position. Hal ini sesuai dengan teori yang

digunakan oleh penelitinya yaitu individual differences theory yang mengacu pada

perbedaan interpretasi dari setiap individu berdasarkan aspek-aspek tertentu.

Pada dasarnya studi yang mempelajari tentang perbedaan interpretasi teks oleh

masing-masing individu tak lepas dari teori perbedaan individu, oleh karena itu dalam

penelitian ini peneliti menggunakan individual differences theory yang dikemukakan

oleh Melvin Defleur. Asumsi dasar dari individual differences theory adalah pesan

yang disampaikan oleh media massa akan ditangkap oleh audien, pesan tersebut akan

diinterpretasi oleh audien sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing

audien. Hal ini dikarenakan audien dibesarkan dengan lingkungan yang berbeda,

pendidikan yang tidak setara satu sama lain, dan berbagai macam aspek lainnya yang

dapat mempengaruhi adanya perbedaan interpretasi. Adanya pesan dalam komunikasi

massa yang diinterpretasi audien juga dipengaruhi oleh faktor suka dan tidak suka

terhadap suatu pesan tersebut.

33

2.8. FOKUS PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang mana terkait dengan judul “Studi Resepsi Upaya

Kritik Akun YouTube VNGNC Tentang Video YouTuber Laurentius Rando (Studi

Pada Anggota Kine Klub UMM #17)” memiliki fokus penelitian secara umumya itu

tentang hasil interpretasi audien terkait upaya kritik akun YouTube VNGNC tentang

YouTuber Laurentius Rando pada kalangan mahasiswa anggota Kine Klub UMM #17

yang mana dikemas dalam paradigma kritis melalui metode penelitian studi resepsi.

Peneliti tidak membatasi aspek mana saja yang akan diteliti, oleh karena itu

peneliti melibatkan latar belakang budaya audien sehingga nantinya peneliti

mendapatkan jawaban yang beragam berdasarkan pengalaman dari masing-masing

audien terkait dengan judul penelitian ini. Penelitian dilakukan di secretariat Kine

Klub UMM menyesuaikan waktu dan tempat yang telah disepakati antara peneliti dan

subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada 2 Mei – 27 Mei 2018.

34