bab ii tinjauan pustaka 2.1 klasifikasi daun kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/bab ii.pdf ·...

23
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi (Ocimum basilicum) 2.1.1 Taksonomi Hierarki taksonomi tanaman kemangi (Ocimum basilicum) menurut Bilal (2012), yaitu: Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Asteridae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Ocimum Spesies : basilicum Nama binomial : Ocimum basilicum 2.1.2 Deskripsi dan Nama Lokal Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Ocimum basilicum adalah tanaman aromatik kaya akan minyak esensial dan senyawa fenolik (flavonoid, asam fenolik) yang termasuk dalam famili Lamiaceae yang digunakan sebagai pelengkap masakan dan juga obat tradisional untuk migrain, stres, demam, diare. Tanaman ini memiliki beberapa manfaat termasuk sebagai antibakteri (Brdanin, 2015 dan Shirazi, 2014).

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

81 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Daun Kemangi (Ocimum basilicum)

2.1.1 Taksonomi

Hierarki taksonomi tanaman kemangi (Ocimum basilicum)

menurut Bilal (2012), yaitu:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Spesies : basilicum

Nama binomial : Ocimum basilicum

2.1.2 Deskripsi dan Nama Lokal Daun Kemangi (Ocimum basilicum)

Ocimum basilicum adalah tanaman aromatik kaya akan minyak

esensial dan senyawa fenolik (flavonoid, asam fenolik) yang termasuk

dalam famili Lamiaceae yang digunakan sebagai pelengkap masakan dan

juga obat tradisional untuk migrain, stres, demam, diare. Tanaman ini

memiliki beberapa manfaat termasuk sebagai antibakteri (Brdanin, 2015

dan Shirazi, 2014).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

6

Ocimum basilicum dikenal dengan nama yang berbeda di seluruh

dunia. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai Basil, dalam

bahasa Hindi dan Bengali disebut dengan Babui Tulsi, dalam bahasa Arab

dikenal sebagai Badrooj, Hebak atau Rihan. Kemangi di Indonesia juga

dikenal dalam berbagai nama, yaitu lampes atau surawung di Sunda,

kemangi atau kemangen di Jawa, kemanghi di Madura, uku-uku di Bali,

dan lufe-lufe di Ternate (Bilal, 2012 dan Sukandar, 2015).

2.1.3 Morfologi Daun Kemangi (Ocimum basilicum)

Tanaman kemangi mempunyai batang tegak bercabang, tinggi 0,6-

0,9 m. Batang dan cabang berwarna hijau atau kadang berwarna keunguan.

Daun Ocimum basilicum panjangnya mencapai 2,5-5 cm. Daun memiliki

banyak titik seperti kelenjar minyak yang mengeluarkan minyak atsiri

sangat wangi. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk lanset (lanceolate)

hingga bundar telur (ovate) dengan permukaan rata atau berombak.

Panjang daunnya 4-6 cm, lebarnya kurang lebih 4,49 cm dengan luas 4-13

cm. Cabangnya berjumlah dari 25 hingga 75 cabang. Tangkai daun

panjangnya 1,3-2,5 cm. Umumnya, bunganya berwarna putih hingga

merah muda. Tangkai panunjang, lebih pendek dari kelopak. Kelopak

panjangnya 5 mm (Bilal, 2012 dan Zahra, 2017).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

7

(Mia, 2015)

Gambar 2.1 Tanaman kemangi (Ocimum basilicum)

2.1.4 Habitat dan Distribusi Daun Kemangi (Ocimum basilicum)

Tanaman kemangi berasal dari Persia, Sindh, dan perbukitan

Punjab di India. Kemangi ditanam secara luas sebagai tanaman hias dan

tanaman ladang di sebagian besar negara seperti India, Burma, Cylone dan

beberapa negara Mediterania termasuk Turki (Bilal, 2012).

Tanaman ini secara alami tumbuh di seluruh bagian Afrika, Asia

dan Amerika. Ocimum bacilicum dikultivasi di Afrika Utara, Eropa dan

bagian Barat Daya Asia. Habitatnya yaitu pada tanah terpelihara, tanah

buncah, tanah rawan banjir, tanah berumput (Zahra, 2017).

2.1.5 Kandungan Daun Kemangi (Ocimum basilicum)

Daun kemangi memiliki banyak kandungan senyawa kimia antara

lain alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, minyak atsiri, karbohidrat,

fitosterol, senyawa fenolik, lignin, pati, terpenoid, antrakuinon.

Kandungan paling utama pada kemangi yaitu minyak atsiri yang terdapat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

8

pada bagian daun dan bagian-bagian yang terdapat pada bagian yang

tumbuh di atas tanah. Minyak atsiri memiliki kandungan bahan aktif yang

dapat diidentifikasi dengan analisis GC-MS yaitu ρ-cymene, 1,8-cineole,

linalool, α-terpineol, eugenol, germacrene-D (Larasati, 2016 dan Zahra,

2017).

Tabel 2.1 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Ocimum basilicum

Zat Terkandung Ocimum

basilicum

(Daun)

Ocimum

basilicum

(Biji)

Ocimum

basilicum

(Batang)

Alkaloid + + +

Aminoacid + + +

Karbohidrat + - -

Glikosida - - -

Flavonoid + + +

Kelompok fenolik + - -

Lemak dan minyak - + +

Saponin + + +

Tanin + - -

Protein + + -

Minyak Atsiri + + +

Fitosterol + - -

Lignin + - -

Pati + - -

Terpenoid + - -

Antrakuinon + - -

(Ramasubramania, 2012 dan Larasati, 2016)

2.1.5.1 Minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap. Minyak

atsiri dalam daun kemangi adalah senyawa dengan kandungan terbanyak.

Umumnya minyak atsiri terbagi menjadi dua komponen yaitu golongan

hidrokarbon dan golongan hidrokarbon teroksigenasi. Senyawa-senyawa

turunan hidrokarbon teroksigenasi (fenol) memiliki daya antibakteri yang

kuat (Nurmashita, 2015). Minyak atsiri juga berperan sebagai antibakteri

dengan cara menghambat proses terbentuknya membran atau dinding sel

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

9

sehingga tidak terbentuk. Hal ini bisa terjadi karena minyak atsiri memiliki

gugus hidroksil yang berikatan melalui proses absorpsi melalui ikatan

hidrogen (Kurniawan, 2015).

2.1.5.2 Alkaloid

Alkaloid sebagai antibakteri dilakukan dengan mengganggu

komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan sel

bakteri tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel pada

bakteri tersebut (Alamsyah, 2014).

2.1.5.3 Flavonoid

Senyawa flavonoid berperan sebagai antibakteri dengan cara

merusak membran sel bakteri pada bagian fosfolipid sehingga mengurangi

permeabilitas yang mengakibatkan bakteri mengalami kerusakan

(Nurmashita, 2015). Selain itu flavonoid pada daun kemangi yaitu

apeginin yang merupakan golongan flavon yang dapat digunakan sebagai

antiradikal bebas (Erviana, 2016).

2.1.5.4 Saponin

Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid

atau triterpena (Nuzulia, 2017). Saponin bekerja sebagai antibakteri

dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri, yang menyebabkan

komponen penting bakteri seperti protein, asam nukleat dan nukleotida

keluar sehingga bakteri menjadi lisis (Alamsyah, 2014).

2.1.5.5 Tannin

Keberadaan tanin dalam ekstrak dapat menyebabkan terganggunya

sintesis peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel bakteri menjadi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

10

tidak sempurna. Selain itu, senyawa tannin memiliki kemampuan

membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen

sehingga menyebabkan terjadinya denaturasi protein ketika pH mendekati

isoelektrik. Protein akan terendapkan, enzim menjadi inaktif, metabolisme

terganggu yang menyebabkan kerusakan pada sel bakteri (Nurmashita,

2015 dan Nuzulia, 2017).

2.2 Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus

2.2.1 Taksonomi

Kingdom : Bacteria

Subkingdom : Posibacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacili

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

(https://itis.gov/ diakses 15 Februari 2018)

2.2.2 Morfologi

Staphylococci (staph) adalah bakteri gram positive berbentuk

seperti bola dengan garis tengah ±1 µm tersusun dalam kelompok yang

tidak teratur menyerupai anggur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan

bentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Bakteri ini tidak bergerak

dan tidak berspora. Bakteri ini normalnya ditemukan pada kulit dan

hidung. Staphylococcus aureus bersifat non-motil, non-spora, anaerob

fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

11

memerlukan suhu optimal untuk tumbuh yaitu 28-38oC atau sekitar 37

oC

dan dalam pH 4,2-9,3. Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan

diameter mencapai 4 mm. Koloni pada pembenihan padat berbentuk

bundar, halus, menonjol dan berkilau. Staphylococcus aureus membentuk

koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua (Todar, 2012 dan Jawetz,

2013).

Bakteri ini membentuk pigmen lipochrom yang menyebabkan

koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk. Pigmen

kuning tersebut membedakannya dengan Staphylococcus epidermidis yang

menghasilkan pigmen putih. Pigmen kuning keemasan timbul pada

pertumbuhan selama 18-24 jam pada suhu 37oC, tetapi membentuk pigmen

paling baik pada suhu kamar (20-25oC). Pigmen tidak dihasilkan pada biak

anaerobik atau pada kaldu. Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada

banyak pembenihan bakteri. Berbagai tingkat hemolisis dihasilkan oleh

Staphylococcus aureus dan kadang-kadang oleh spesies bakteri lain

(Jawetz, 2013)

(Todar, 2012) Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

12

2.2.3 Struktur antigen

Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang

bersifat antigenik dan merupakan substansi penting di dalam struktur

dinding sel. Peptidoglikan merupakan suatu polimer polisakarida yang

mengandung subunit-subunit yang tergabung, merupakan eksoskeleton

yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat dan

lisozim. Hal tersebut penting dalam patogenesis infeksi, yaitu merangsang

pembentukan interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, juga

dapat menjadi penarik kimia (kemotraktan) leukosit polimorfonuklear,

mempunyai komplemen (Jawetz, 2013).

Asam teikoik yang merupakan polimer dari polyribitol-phosphate

berikatan dengan peptidoglikan dan dapat menjadi antigen. Antibodi asam

antiteikoik dapat terdeteksi dengan difusi gel dan ditemukan pada pasien

dengan endokarditis aktif yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus

(Jawetz, 2013).

Staphylococcus aureus memiliki komponen dinding sel bernama

Protein A yang berfungsi untuk proses adhesi pada sel inang. Protein A

adalah reagen yang penting untuk deteksi secara laboratorium imunologi.

Sebagian besar Staphylococcus aureus memiliki kapsul polisakarida, yang

menghambat proses fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear, kecuali

saat adanya antibodi spesifik. Jenis kapsul ini adalah target untuk vaksin

konjugasi (Jawetz, 2013).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

13

2.2.4 Toksin dan enzim

Staphylococcus aureus memproduksi zat yang dapat menyebabkan

penyakit. Beberapa di antaranya adalah enzim dan lainnya merupakan

toksin yang berfungsi sebagai enzim (Jawetz, 2013).

Enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus adalah:

a. Koagulase: suatu enzim yang mampu merubah fibrinogen menjadi

fibrin pada permukaan Staphylococcus aureus sehingga bakteri

terhindar dari fagositosis.

b. Hialuronidase: suatu enzim yang mampu merusak asam hialuronat

pada jaringan ikat inang.

c. Stafilokinase (Fibrinolisin): suatu enzim yang mampu menghancurkan

bekuan fibrin.

d. Lipase: mampu merusak lipid sehingga Staphylococcus aureus dapat

hidup pada jaringan lemak.

e. Nuklease: suatu enzim yang mampu menghidrolisis DNA.

f. Beta laktamase: merusak rantai beta laktam.

Toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus adalah:

a. Sitotoksin: mampu merusak leukosit, fibroblast, makrofag, dan

trombosit.

b. Eksfoliatif: suatu toksin yang mampu merusak stratum granulosum

epidermis.

c. Enterotoksin: suatu toksin yang meningkatkan peristatik usus

menyebabkan mual dan muntah serta kehilangan cairan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

14

d. Toxin Shock Syndrome-1 (TSS-1): toksin ini mampu merangsang

pelepasan sitokin serta merusak sel endotel (Jawetz, 2013).

2.2.5 Patogenesis

Faktor virulensi Staphylococcus Aureus yang dapat menyebabkan

infeksi meliputi: 1. Protein permukaan yang mempromosikan kolonisasi

dalam jaringan hospes (protein A, adesin, hemaglutinin, glikoprotein,

fibrionectin), 2. Invasi membantu bakteri menyebar dalam jaringan

(leukosidin, kinase, hialuronidase), 3. Faktor permukaan yang

menghalangi fagositosis (kapsul, protein A), 4. Faktor biokimia yang

meningkatkan ketahanan bakteri di dalam fagosit (karotenoid, produksi

katalase), 5. Reaksi imonologis (protein A, coagulase, clotting factor), 6.

Toksin perusak membran (hemolisin, leukotoksin, leukosidin) dan 7.

Eksotoksin dalam jaringan menimbulkan kerusakan dan gejala penyakit

(SEA-G, TSST, ET) (Todar, 2012).

2.2.6 Tes Diagnostik dan Laboratorium

Pemeriksaan yang diambil tergantung pada bentuk klinisnya.

Misalnya eksudat atau pus dari abses, sputum pada infeksi saluran napas

bagian bawah, feses dan sisa-sisa makanan terutama pada kasus keracunan

makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih

(Jawetz, 2013).

Dari bahan-bahan tersebut kemudian dilakukan hal-hal berikut:

a. Hapusan langsung dilakukan pewarnaan Gram.

b. Pembenihan pada medium Natrium Agar Plate (NAP) atau pada

medium selektif Manitol Salt Agar (MSA), kemudian dari koloni yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

15

tumbuh dilakukan pewarnaan Gram yang memberikan hasil Gram

positif.

c. Tes biokimia, dengan tes katalase Staphylococcus memberi hasil

positif berbeda dengan Stresptococcus yang memberikan hasil negatif.

Tes koagulase, pemeriksaan ini membedakan Staphylococcus aureus

dengan Staphylococcus lainnya. Staphylococcus aureus memberikan

hasil positif (Jawetz, 2013).

2.2.7 Manifestasi Klinis

Infeksi Staphylococcus aureus biasanya muncul sebagai jerawat,

infeksi folikel rambut, atau abses. Biasanya terjadi reaksi inflamasi yang

sembuh dengan cepat bila pus dapat terkuras. Dinding fibrin da sel di

sekililing inti abses berfungsi untuk mencegah penyebaran organisme dan

tidak boleh rusak karena trauma (Jawetz, 2013).

Bakteri ini dapat menyerang seluruh tubuh. Bentuk klinisnya

tergantung dari bagian tubuh yang terkena infeksi:

a. Pada kulit: furunkel, karbunkel, impetigo, scalded skin syndrome.

b. Pada kuku: paronikia

c. Pada tulang: ostomielitis

d. Pada sistem pernapasan: tonsilitis, bronkhits, dan pneumonitis

e. Pada otak: meningitis dan ensefalomielitis

f. Pada traktus urogenitalis: sistitis dan pielitis

g. Toxic Shock Syndrome: suatu keadaan ditandai dengan panas

mendadak, diare, syok, bercak difus makula eritematosa, hiperemi

pada konjungtiva, orofaring dan membran mukus vagina.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

16

h. Keracunan makanan.

Dari bentuk klinis diatas yang sering menimbulkan kematian adalah

septikemi, endokarditis, toxic shock syndrome (Jawetz, 2013).

2.2.8 Pengobatan

Staphylococcus dengan cepat berkembang menjadi resisten

terhadap penisilin setelah obat ini diluncurkan. Saat ini <10% strain yang

sensitif terhadap penisisilin. Resistensi dimediasi oleh penisilinase yang

menghidrolik rantai β dari penisillin.

Oleh karena adanya resistensi terhadap penisillin ini, maka

dikembangkan antimikroba penisillin semisintetik, antara lain: metisilin,

nafcillin, oksacillin dan dikloksacillin. Oleh karena penggunaan antibiotika

yang tidak rasional maka sebagian besar infeksi Staphylococcus menjadi

resisten terhadap penicillin semisintetik. Saat ini semua strain MRSA

resisten terhadap semua antibiotik β-lactam (penicillin, sepalosporin,

karbapenem) (Murray, 2009).

Vankomisin saat ini adalah obat pilihan untuk infeksi MRSA di

rumah sakit. Obat ini tidak diabsorbsi melalui traktus gastrointestinal dan

bersifat iritatif terhadap pemberian intramuskuler. Sehingga cara

pemberiannya adalah injeksi intravena. Antibiotik oral yang bisa

digunakan untuk pasien rawat jalan antara lain clindamycin, trimethropin,

sulfamethoxazole atau doxcyciclin (Murray, 2009).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

17

2.3 Klasifikasi Bakteri Streptococcus pyogenes

2.3.1 Taksonomi

Kingdom : Bacteria

Subkingdom : Posibacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacili

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pyogenes

(https://itis.gov/ diakses 15 Februari 2018)

2.3.2 Morfologi

Streptococcus pyogenes adalah bakteri Gram-positif, nonmotile,

tidak berspora, yang berbentuk rantai atau berpasangan. Streptococcus

pyogenes berbentuk kokus dengan diameter >0,5 µm dan memiliki

susunan berupa rantai panjang , yang bersifat β-hemolitik (Jawetz, 2013

dan Todar, 2012).

Pembentukan rantai ini disebabkan karena kokus ini membelah

hanya pada satu bidang saja dan anak sel yang tidak dapat memisahkan

diri secara tuntas. Panjang rantai tergantung dan perbenihan tempat bakteri

ini dibiakkan. Ciri khas bakteri ini adalah memproduksi zona beta-

hemolisis yang besar yang menyebabkan gangguan terhadap eritrosit dan

pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A

(beta-hemolisis), shingga akan memberikan warna terang pada media BAP

(Jawetz, 2013).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

18

Streptococcus pyogenes merupakan bakteri anaerob fakultatif yang

produksi utamanya adalah asam laktat. Kebutuhan nutrisi minimalnya

kompleks karena tidak mampu mensintesis beberapa asam amino, basa

purin dan pirimidin serta vitamin yang diperlukan. Bakteri ini tidak akan

tumbuh pada pemanasan dengan suhu tinggi yaitu sekitar 60oC selama

lebih dari 30 menit (Jawetz, 2013).

(Todar, 2012)

Gambar 2. 3 Bakteri Streptococcus pyogenes

2.3.3 Struktur antigen

Dinding sel terdiri dari unit berulang asam N-asetilglukosamin dan

N-asetimuramat, peptidoglikan standar. Identifikasi pasti streptokokus

telah berfokus kepada reaktivitas serologis antigen polisakarida pada

dinding sel, seperti yang dijelaskan oleh Rebecca Lancefield. Delapan

belas kelompok antigen spesifik (Kelompok Lancefield) telah terbentuk.

Polisakarida grup A adalah bentuk polimer dari N-asetilglukosamin dan

rhamnose. Beberapa kelompok antigen telah dibagi oleh lebih dari satu

spesies. Polisakarida ini juga disebut senyawa C atau kelompok antigen

karbohidrat (Todar, 2012).

Sebelah dalam dinding sel terdapat lapisan tipis yang disebut

membran sitoplasma terdiri dari fosfolipid dan protein. Membran

sitoplasma memegang peranan vital dalam sel yaitu pembatas osmotik

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

19

bagi bebasnya difusi antara lingkungan dan dalam sel. Pili yang seperti

rambut terdapat dalam kapsul pada streptococcus grup A. Pili tersebut

berisi sebagian dari protein M dan dilindungi asam lipoteichoic. Hal ini

penting untuk perlekatan Streptococcus pada sel epithelial (Jawetz, 2013).

Beberapa Streptococcus memiliki kapsul berupa polisakarida yang

dapat dibedakan dengan Pneumococcus. Sebagian besar dari grup A, B,

dan C memliki kapsul yang terdiri dari asam hialuronat. Kapsul ini mudah

diamati pada pembenihan awal. Kapsul tersebut dapat menghalangi proses

fagositosis (Todar, 2012).

2.3.4 Toksin dan enzim

Streptococcus pyogenes menghasilkan streptococcal pyrogenic

exotoxines atau biasa disebut erythrogenis toxin (Murray, 2009). Menurut

Jawetz (2013), lebih dari 20 produk ekstraselular yang bersifat antigenik

diuraikan oleh Streptococcus pyogenes, termasuk berikut zat berikut:

a. Streptokinase (Fibrinolisin), dihasilkan oleh banyak strain, Streptococcus

beta hemolitik yang merupakan enzim proteolitik aktif yang

menghancurkan lubrin dan protein.

b. Streptodornase, adalah antigen yang dapat melakukan depolimerasi DNA.

Campuran streptokinase dan streptodornase dipakai dalam “enzymatic

debrisement”. Mereka membantu mencairkan eksudat dan menfasilitasi

pengeluaran nanah dan jaringan nekrotik.

c. Hialuronidase, dapat memecah asam hialuronal, yang merupakan

komponen penting pada subtansi dasar dari jaringan ikat. Hialuronidase

bertujuan menyebarkan mikroorganisme penyebab infeksi.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

20

d. Hemolisin, Streptococcus pyogenes hemolitik β grup A menghasilkan dua

hemolisin (streptolisin), yaitu:

1. Streptolisin O, merupakan protein yang dapat menghemolisis secara

aktif dalam keadaan tereduksi, namun secara cepat tidak aktif bila

tidak terdapat oksigen. Serum antistreptolisin O (ASO) dalam kadar

160-200 unit dianggap abnormal dan merupakan tanda adanya infeksi

baru oleh Streptococcus, atau adanya antibodi yang tetap tinggi akibat

respon kekebalan yang terjadi pada pemaparan awal pada orang yang

hipersensitif.

2. Streptolisin S

Suatu bahan yang bertanggung jawab untuk timbulnya daerah

hemolitik disekeliling koloni bakteri Streptococcus yang tumbuh pada

permukaan media lempeng agar darah. Streptolisin S tidak bersifat

antigenik serta tidak tergantung pada pengenalan sebelumnya terhadap

bakteri Streptococcus.

e. Disfosfopiridin nukleatidase, substansi ini berhubungan dengan

kemampuan organisme untuk mematikan leukosit.

2.3.5 Patogenesis

Timbulnya infeksi oleh bakteri Streptococcus dapat

dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, antara lain sifat biologik

bakteri, cara host memberikan respons, dan port d’entrée bakteri

(Todar 2012).

Port d’entrée menentukan gambaran klinis utama. Namun,

pada setiap kasus terjadi penyebaran infeksi secara luas dan cepat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

21

yang mengenai jaringan dan menjalar sepanjang jalur limfatik dengan

supurasi lokal yang minimal. Dari sistem limfatik, infeksi dapat

menyebar ke aliran darah, sehingga terjadi bakteremia. Infeksi yang

sering disebabkan oleh Streptococcus pyogenes adalah nyeri

tenggorok atau faringitis-tonsilitis (Todar, 2012).

2.3.6 Tes Diagnostik dan Laboratorium

Menurut Jawetz (2013), pemeriksaan yang dapat membantu

menegakkan diagnosis akibat infeksi Streptococcus pyogenes adalah

dengan tes berikut:

a. Spesimen

Spesimen yang akan diambil tergantung pada sifat infeksi

streptocaccal. Pengusapan dilakukan pada tenggorokan, nanah, atau

darah untuk selanjutnya dilakukan kultur. Serum diperoleh untuk

penentuan antibodi.

b. Smear

Smear dari nanah lebih sering menunjukkan kokus tunggal daripada

rantai. Kokus kadang gram negatif karena organisme tidak lagi layak

dan telah kehilangan kemampuan mereka untuk mempertahankan

pewarna biru (crystal violet) dan menjadi gram positif.

c. Kultur

Spesimen yang dicurigai mengandung streptococci dikultur dalam

agar darah. Bila dicurigai anaerob, maka media anaerobik yang cocok

harus diinokulasi. Inkubasi dalam 10% CO2 kadang dapat

mempercepat hemolisis. Mengiris inokulum ke dalam agar darah

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

22

memiliki efek yang sama karena oksigen tidak mudah berdifusi

melalui medium ke dalam organisme yang terselubung, dan yang

menginaktivasi streptolisin O adalah oksigen. Kultur darah dapat

menumbuhkan streptokokus grup hemolitik A dalam beberapa jam

atau beberapa hari. Streptokokus α-hemolitik tertentu dan enterokokus

pertumbuhannya lambat.

d. Tes Deteksi Antigen

Tes ini menggunakan alat untuk deteksi cepat antigen streptokokus

grup A dari menyekaan tenggorokan. Alat ini menggunakan metode

enzimatik atau kimiawi agar dapat mengekstrak antigen dari hasil

penyekaan. Selanjutnya tes ini menggunakan Enzim Immunoassay

(EIA) atau tes aglutinasi untuk menunjukkan adanya antigen. Tes ini

dapat selesai dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam

setelah spesimen didapatkan.

e. Tes Serologi

Tes ini untuk memperkirakan kenaikan titer antibodi terhadap banyak

macam bakteri streptokokus grup A. Beberapa antibodi tersebut

meliputi ASO (pada penyakit pernapasan), anti-Dnase B dan

antihialuronidase (pada infeksi kulit), antistreptokinase, Antibodi anti-

tipe M-spesifik, dan lain-lain. Dalam hal ini titer anti-ASO adalah

yang paling banyak digunakan.

2.3.7 Manifestasi Klinis

Menurut Jawetz (2013) dan Todar (2012), berikut ini adalah

beberapa tanda klinis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes:

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

23

a. Streptokokal faringitis

Bakteri ini melekat pada epithelium faring dengan cara asam

lipoteikoik menutupi permukaan pili. Faringitis terjadi 2-4 hari setelah

terpapar patogen, dengan gejala awal nyeri tenggorokan, demam,

malaise, dan sakit kepala.

b. Pioderma

Infeksi lokal pada kulit bagian luar, terutama pada anak-anak, disebut

dengan impetigo. Berupa lepuh superfisial yang pecah dan pada area

yang rusak terdapat permukaan yang ditutupi oleh nanah atau krusta.

c. Erisipelas

Jika tempat masuknya adalah kulit, dapat menyebabkan erisipelas,

dengan ditandai edema yang luas dan infeksi menyebar di bagian tepi

dan cepat.

d. Scarlet Fever

Scarlet Fever disebabkan oleh produksi toksin eritrogenik oleh

beberapa strain organisme.

e. Demam Rematik

Demam rematik terjadi karena aliran protein M bereaksi dengan

sarkolema. Antibodi bereaksi silang dengan jaringan jantung dan

menyebabkan kerusakan.

f. Glomerulonefritis

Penyakit ini disebabkan karena kompleks antigen-antibodi dapat

disimpan di ginjal, dan merusak glomeruli. Hanya sedikit tipe M yang

nefrogenik.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

24

2.3.8 Pengobatan

Semua Streptococcus pyogenes rentan terhadap penisilin G.

Makrolid seperti eritromisin dan klindamisin sering direkomendasikan

untuk pasien yang mengalami alergi terhadap penisilin dan untuk pasien

yang menderita nekrotis faciitis. Namun, resistensi terhadap antibiotik

makrolid telah meningkat di Eropa dan Amerika. Beberapa mengalami

resistensi terhadap tetrasiklin. Obat antimikroba tidak memiliki efek pada

penyakit glomerulonefritis dan demam rematik. Pada infeksi akut bakteri

streptokokus pemberian dosis penisilin atau eritromisin yang

menghasilkan tingkat jaringan efektif untuk 10 hari dapat mencegah

terjadinya penyakit post-streptokokal yaitu dengan menghilangkan

stimulus antigen (sebelum hari kedelapan). Obat antimikroba juga berguna

dalam mencegah terjadinya infeksi kembali oleh Streptokokus kelompok

β-hemolitik pada pasien dengan demam rematik (Jawetz, 2013).

2.4 Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba (In Vitro)

Uji kepekaan bakteri terhadap obat-obatan secara in vitro bertujuan

untuk mengetahui obat antimikroba yang masih dapat digunakan untuk

mengatasi infeksi oleh mikroba tersebut. Uji kepekaan terhadap obat

antimikroba pada dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut:

2.4.1 Metode Dilusi Tabung

Cara ini digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minumal

(KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari obat antimikroba. Prinsip

dari metode dilusi yaitu menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi

media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Kemudian

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

25

masing-masing tabung diisi dengan antimikroba yang telah diencerkan

secara serial (Dzen, 2010).

Selanjutnya, seri tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24

jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah

antimikroba pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai

tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari mikroba.

Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan pada

media agar padat, diinkubasikan dan keesokan harinya diamati ada

tidaknya koloni mikroba yang tumbuh. Konsentrasi terendah antimikroba

pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan

koloni mikroba adalah KBM dari mikroba terhadap bakteri uji (Dzen,

2010).

2.4.2 Metode Dilusi Cakram

Obat dijenuhkan ke dalam kertas saring (cakram kertas). Cakram

kertas yang mengandung antimikroba tertentu ditanam pada media

perbenihan agar padat yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji,

kemudian diinkubasikan 37oC selama 24 jam. Selanjutnya diamati adanya

area (zona) jernih di sekitar cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya

pertumbuhan mikroba (Dzen, 2010).

Untuk mengevaluasi hasil uji kepekaan tersebut (apakah isolat

mikroba sensitif atau resisten terhadap antimikroba), dapat dilakukan dua

cara, yaitu:

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

26

a. Cara Kirby Bauer

Membandingkan diameter dari area jernih (zona hambatan) di

sekitar cakram dengan tabel standar yang dibuat oleh NCCLS (National

Committee for Clinical Laboratory Standard). Dengan tabel NCCLS ini

dapat diketahui kriteria sensitif, sensitif intermediet dan resisten.

b. Cara Joan-Stokes

Membandingkan radius zona hambatan yang terjadi antara bakteri

kontrol yang sudah diketahui kepekaannya terhadap obat tersebut dengan

isolat bakteri yang diuji. Pada cara Joan-Stokes, prosedur uji kepekaan

untuk bakteri kontrol dan bakteri uji dilakukan bersama-sama dalam satu

piring agar (Dzen, 2010).

2.5 Hasil Penelitian Aktivitas Antrimikroba Ekstrak Daun Kemangi

(Ocimum bacilicum)

Pada penelitian yang dilakukan Ibrahim (2015), dijelaskan bahwa ekstrak

daun kemangi dengan pelarut etanol 95% dianggap sangat efektif dalam

mengekstraksi bahan aktif dari daun kemangi. Dengan menggunakan metode

difusi, ekstrak kemangi dengan konsentrasi 10 mg/ml dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Escherichia coli sebesar 9 mm. Pada penelitian Azam (2016),

juga disebutkan bahwa ektrak daun kemangi dengan pelarut etanol 95% dengan

metode difusi memiliki daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus

subtilis, dan Bacillus thuringiensis sebesar 4 mm. Selain itu Adam (2015),

menjelaskan bahwa ektrak daun kemangi dengan pelarut etanol 80% dan dalam

konsentrasi sebesar 6,25 µg dan dengan metode difusi dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sebesar 4,4 mm, Klebsiella

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daun Kemangi ...eprints.umm.ac.id/47530/3/BAB II.pdf · makanan, darah bila ada bakteremia, urine pada infeksi saluran kemih (Jawetz, 2013)

27

pneumoniae sebesar 5,4 mm, Proteus mirabilis sebesar 5,4 mm, Pseudomonas

aeruginosa sebesar 7,8 mm, dan pada Enterococcus faecalis sebesar 5,5 mm.

Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis yang dilakukan

dengan metode dilusi tabung, didapatkan hasil Kadar Bunuh Minimal (KBM)

terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 12,5% yaitu terdapat bakteri

sejumlah 5 CFU/ml.