bab ii tinjauan pustaka 2.1 jam kerja 2.1.1...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jam Kerja
2.1.1 Pengertian Jam Kerja
Jam kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan
sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins,2006:796).
Davis dan Newstrom (dalam Imatama,2006:4) menyatakan adanya beberapa
karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang
salah satunya adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Jam kerja
“normal” umumnya diartikan hari kerja dengan jam tersisa untuk rekreasi dan
istirahat. Istirahat adalah kegiatan malam hari, sedangkan bekerja adalah aktivitas
siang hari. Hal ini berkaitan dengan mereka yang bekerja dengan jadwal yang
tidak biasa, baik pada shift kerja atau dengan jam yang diperpanjang hingga
melampaui siang, bekerja pada malam hari, serta bekerja disaat pola tidur
(Harrington, 2001).
Jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan.
Harrington (2001) juga menyatakan bahwa lamanya jam kerja berlebih dapat
meningkatkan human error atau kesalahan kerja karena kelelahan yang meningkat
dan jam tidur yang berkurang. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Berger,
et.al (2006) dalam Maurits dan Widodo (2008) yang menyatakan bahwa tambahan
durasi pada suatu shift kerja, akan meningkatkan tingkat kesalahan. Lima kali
tambahan durasi shift per bulan akan meningkatkan kelelahan 300% dan berakibat
fatal.
Universitas Sumatera Utara
Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas
kantor / perusahaan yang dibebankan kepadanya, kemampuan berkaitan dengan
keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu , pihak
atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas . Akibatnya
karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang
ditetapkan atasan.
Waktu kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan
sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins,2006:796). Davis
dan Newstrom (dalam Imatama,2006:4) menyatakan adanya beberapa karakteristik
pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya
adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya
mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor / perusahaan yang
dibebankan kepadanya, kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan
waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu , pihak atasan seringkali memberikan
tugas dengan waktu yang terbatas . Akibatnya karyawan dikejar waktu untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang ditetapkan atasan.
Menurut Yager (2004:132) karyawan dapat menjadi pecandu kerja, yaitu
orang yang selalu ingin sempurna dan berenergi tinggi. Karyawan yang memiliki
kemampuan mengendalikan tingkat stress, akan tetapi mereka membebani.
Karyawan lain dengan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dicapai. Seperti halnya
kecanduan alkohol, kecanduan kerja juga sulit untuk disembuhkan. Fathoni
(2006:176) mengatakan bahwa jam kerja sebagai faktor penyebab stres kerja
dengan mengatakan bahwa terdapat enam faktor penyebab stres kerja karyawan
antara lain beban kerja yang sulit dan berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan
yang kurang adil dan tidak wajar, waktu dan peralatan yang kurang, konflik antara
Universitas Sumatera Utara
pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,
masalah-masalah kerluarga. Jam kerja merupakan bagian paling umum yang harus
ada pada sebuah perusahaan. Jam kerja karyawan umumnya ditentukan oleh
pemimpin perusahaan berdasarkan kebutuhan perusahaan , peraturan pemerintah,
kemampuan karyawan bersangkutan. Kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu
sedangkan mengenai waktu ada beberapa pengertian antara lain :
1. Sekalian rentetan saat yang telah lampau, sekarang dan yang akan datang.
2. Lama rentetan saat yang tertentu ; ukuran lama rentetan saat
3. Saat yang tertentu (untuk melakukan sesuatu); saat yang tentu untuk
sembahyang
4. Saat ; ketika
5. Tempo ; kesempatan ; peluang
6. Hari (keadaan hari)
Menurut Darmawan (2006:525) , timework (upah menurut waktu) adalah
suatu sistem penentuan upah yang dibayar menurut lamanya / jangka waktu yang
terpakai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya per hari, per jam, per
minggu, per bulan, dan lain lain. Menurut Ghani (2003:61) terdapat aturan tentang
batasan waktu kerja maksimal, dan pemberian waktu istirahat , serta kompensasi
pelampauan dari ketentuan tersebut. Tertuang dalam Kepres No.3 tahun 1983
yang isinya antara lain sebagai berikut.
1. Jam kerja 7 jam/hari dan 40 jam/minggu.
2. Jika bekerja 4 jam berturut-turut harus diberikan istirahat sedikitnya setengah
jam.
Universitas Sumatera Utara
3. Waktu istirahat mingguan 2 hari (untuk 5 hari kerja) dan 1 hari (untuk 6 hari
kerja).
4. Waktu istirahat tahunan adalah hari libur resmi , diberikan kepada pekerja
untuk merayakannya. Penetapan waktunya ditentukan oleh pemerintah.
Widodo (2006:574) mengatakan bahwa base time (waktu dasar) adalah
banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa
memperhitungkan waktu yang dipergunakan untuk misalnya istirahat menunggu
bahan mentah datang dan sebagainya.
Yager (2004:19-37) untuk memperkirakan bagaimana orang salah mengatur
waktu mereka terdapat beberapa alasan antara lain : mengerjakan terlalu banyak
hal sekaligus, ketidakmampuan untuk berkata “tidak”.
2.2 Disiplin Kerja
2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja
Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan kerja sama yang serasi
dalam tim kerja dan kesadaran yang tinggi bagi setiap anggota organisasi untuk
bekerja sama secara bersungguh-sungguh serta patuh terhadap peraturan yang
telah disepakati. Secara umum kedisiplinan seseorang dapat dilihat dari perilaku
orang tersebut dalam menjalankan tugasnya. Secara lebih mendalam kedisiplinan
memuat dimensi sikap yang melibatkan mental seseorang.
Ada beberapa definisi tentang disiplin yang dikemukakan oleh para ahli
antara lain,Menurut Mangkunegara (2001:129) :”Dicipline is management action
to enforce organization standar”. (Disiplin kerja adalah pelaksanaan manajemen
untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi). Menurut Rivai (2004:444) :
”Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
Universitas Sumatera Utara
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku”. Adapun menurut Mathis dan Jackson (2002:314) : “Disiplin karyawan
dapat dipandang sebagai suatu penerapan modifikasi perilaku untuk karyawan
bermasalah atau karyawan yang tidak produktif “. Sedangkan menurut
Poerwadarminta (1976:154) ” Disiplin adalah watak dan batin agar segala
perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada.”.
Dari beberapa devinisi diatas dapat kita simpulkan bahwasannya disiplin
kerja adalah merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-peraturan
perusahaan. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong
gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta
masyarakat pada umumnya.
2.2.2 Pentingnya Disiplin Kerja
Menurut Hasibuan (2006:194 -198) : ”Disiplin yang baik mencerminkan
besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan
kepadanya”. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer
selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang
manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya
berdisiplin baik. Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan
penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan.
Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi, dan efektifitas
Universitas Sumatera Utara
kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Jelasnya perusahaan sulit mencapai
tujuannya, jika karyawan tidak mematuhi peraturanperaturan perusahaan tersebut.
Kedisiplinan perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan menaati
peraturan-peraturan yang ada.
Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik
karyawan supaya menaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman harus
adil dan tegas terhadap semua karyawan. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran
pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa disertai pemberian hukuman
yang tegas bagi pelanggannya bukan menjadi alat pendidik bagi karyawan.
Kedisiplinan karyawan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan.
Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk
mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Ada empat hal penting yang harus
dipertimbangkan dalam mendisiplin karyawan (Unaradjan, 2003: 15) yaitu aturan-
aturan, hukuman, imbalan, dan konsistensi.
2.2.3 Indikator – indikator Disiplin Kerja
Menurut Edwin (1994:144) untuk merumuskan secara tepat disiplin kerja
yang baik merupakan hal yang sulit, karena disiplin kerja seharusnya didasarkan
pada kesadaran diri sendiri dan bukan karena keterpaksaan. Indikator pengukuran
kedisiplinan kerja adalah :
1) Absensi
Faktor absensi ini menduduki peringkat pertama terhadap pelanggaran
peraturan di antara beberapa faktor lainnya. Banyak sedikitnya karyawan yang
Universitas Sumatera Utara
tidak masuk kerja akan mencerminkan disiplin atau tidaknya karyawan. Untuk
menghitung tingkat absensi sebagai berikut :
𝐴𝑏𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖 = Jumlah Hari Kerja+Jumlah Hari Kerja yang HilangJumlah Hari Kerja Yang Hilang
x 100
2) Adanya kelambatan-kelambatan kerja
Adanya kelambatan-kelambatan kerja di luar kebiasaan dapat
menunjukkan menurunnya disiplin kerja yang umumnya disebabkan oleh
kemalasan tenaga kerjanya. Bila kemalasan ini semakin berlarut-larut akan
mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja yang dihasilkan.
3) Terjadinya kesalahan-kesalahan kerja
Sering terjadinya kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
sehari-hari, mungkin juga disebabkan oleh faktor-faktor di luar manusianya
seperti kesalahan dari sistem materialnya, kerusakan mesin-mesin, dan
sebagainya. Namun bila penyebabnya ternyata bukan faktor-faktor tersebut, maka
perusahaan perlu meneliti tenaga kerja yang bersangkutan, dimana
kesalahankesalahan kerja tersebut mungkin terjadi karena tidak adanya
ketenangan dalam bekerja atau mereka bosan dengan pekerjaannya. Jadi dapat
dikatakan ”Kedisiplinan” menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Dengan disiplin kerja yang baik berarti karyawan
sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
2.3 Stres Kerja
Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir, dan kondisi seseorang dimana karyawan terpaksa memberikan
tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan
Universitas Sumatera Utara
eksternal (lingkungan) (Siregar,2006:19). Menurut Nimran (dalam
Siregar,2006:17), ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan
dengan organisasi perlu diselesaikan pada saat ini. Diantaranya adalah :
a. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini sering dibicarakan, dan
posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas kerja
karyawan
b. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi,
stres juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam
organisasi. Oleh karena itu, perlu disadari dan dipahami keberadaannya.
c. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman
terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan
siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi
yang sehat dan efektif.
d. Individu pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik
sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres
meskipun dalam taraf yang amat rendah.
e. Zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini menuntut manusia
untuk mempunyai kinerja yang lebih baik. Peralatan kerja yang semakin
modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja pada satuan organisasi
juga semakin bertambah sehingga menuntut energi karyawan lebih besar
dari sebelumnya. Dampak dari fenomena ini adalah stres kerja yang
meningkat.
Spielberg (dalam Imatama,2006:17) mengatakan bahwa stres adalah
tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek
Universitas Sumatera Utara
dalam lingkungan atau stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga
bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan, atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Masalah stres kerja penting diamati di dalam organisasi perusahaan sejak
mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi dan efektifitas di dalam pekerjaan.
Alasannya sepenuhnya bersifat bisnis. Perusahaan menginginkan kepuasan
konsumen untuk meningkatkan keuntungan. Semakin baik pelayanan yang
diberikan akan mengakibatkan aliran dana yang masuk. Stres kerja disebabkan
adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan
karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi
pekerjaan, adanya beberapa atribut tertentu mampu mempengaruhi daya tahan
stres seorang karyawan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang
pimpinan perusahaan, agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat
diatasi. Pimpinan dan manager juga menginginkan hal yang terbaik ,
kesejahteraan bagi karyawannya didalam maupun diluar tempat kerja. Stres
adalah suatu kondisi keterangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan
kondisi seseorang. Karyawan yang mengalami stres menjadi nervous dan
merasakan kekuatiran akut. Karyawan sering menjadi marah-marah, agresif,
tegang , dan memperhatikan sikap yang tidak bekerjasama.
2.3.1 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja Karyawan
Stres kerja yang dialami seseorangdipengaruhi oleh faktor penyebab stres
baik yang berasal dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan. Faktor
penyebab stres kerja yang dibahas dalam penelitian ini hanya faktor
organisasional, yakni faktor yang berasal dari dalam pekerjaan yang mencakup
Universitas Sumatera Utara
tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antarpribadi, struktur
organisasi,kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup organisasi. Adapun persepsi
karyawan terhadap stres kerja yaitu sebagai berikut :
1. Tugas yang diberikan perusahaan berlebihan
2. Tanggung jawab yang diberikan perusahaan sangat memberatkan
3. Dikejar waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
4. Tugas yang dilakukan tidak terjadwal dengan baik
5. Mengalami kesulitan memenuhi target perusahaan
6. Mendapat waktu istirahat yang kurang untuk menjalankan pekerjaan
7. Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
8. Bekerja dengan peralatan yang tidak memadai
9. Lingkungan kerja yang banyak gangguan
2.3.2 Dampak Stres Kerja
Dalam stres kerja sering terjadi dampak-dampak yang terjadi pada
karyawan dan perusahaannya seperti :
a. Dampak Stres Kerja Pada Karyawan
Pengaruh stres kerja bisa menguntungkan dan bisa merugikan bagi
karyawan. Pengaruh yang menguntungkan diharapkan akan memacu karyawan
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan bersemangat sebaik-baiknya. Usaha
mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (fight) atau berdiam diri
(freeze). Reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan
bentuk stres. Perubahan seperti ini di tempat kerja merupakan gejala individu
yang mengalami stres, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Bekerja melewati batas kemampuan
2. Keterlambatan masuk kerja
3. Tingkat absensi yang meningkat
4. Kesulitan membuat keputusan
5. Kesalahan yang fatal
6. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan
7. Lupa dengan janji yang dibuat
8. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
9. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat
10. Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah
tinggi, dan radang pernafasan.
b. Dampak Stres Kerja Terhadap Perusahaan
Towner (2002:2-8) menyebutkan kerugian finansial yang akan diterima
perusahaan akibat stres kerja karyawan antara lain : absen karena sakit,
mengurangi efektivitas karena bekerja tidak berfungsi 100 persen kapasitaas ,
waktu manajemen berkurang karena kehilangan peran karyawan dalam rencana
manajemen, pengaruh pada karyawan lainnya yang terbebani pekerjaan karyawan
yang absen, pengunduran diri dan perekrutan yang membutuhkan latihan dan
pengembangan , kecelakaan dan kesalahan ditempat kerja, tuntutan hukum.
Schuller (dalam Siregar,2006:23) mengidentifikasi beberapa perilaku
negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan. Secara
singkat beberapa dampak negative yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa:
a. Terjadinya hambatan baik dalam manajemen maupun operasional
b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
Universitas Sumatera Utara
c. Menurunkan tingkat produktivitas
d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial
dialami perusahaan disebabkan ketidakseimbangan antara produktivitas
dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan
fasilitas lainnya
2.3.3 Cara Mengatasi Stres Kerja
Siagian (2003:302-303) mengatakakan bahwa ada berbagai langkah yang
dapat diambil untuk mengatasi stres kerja karyawan, yaitu :
a. Merumuskan kebijakan manajemen dalam membantu para karyawan
menghadapi berbagai stres.
b. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga
mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan
dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stres.
c. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya
gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil
langkah-langkah tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap
prestasi kerja para bawahannya.
d. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber
stres.
e. Membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka
benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.
f. Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat
menjadi sumber stres dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara dini.
Universitas Sumatera Utara
g. Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian
rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat
dielakkan.
h. Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat
mengahadapi stres.
Rivai (2004:518) mengatakan bahwa langkah pertama dari program
penanggulangan stres ialah mengakui bahwa stres itu ada, sehingga langkah
tersebut masih tetap di dalam batas yang dapat ditolerir. Dua program cikal bakal
manajemen stres yang sering digunakan ialah klinis dan keorganisasian. Yang
pertama diprakarsai oleh perusahaan dan memusatkan perhatian atas masalah –
masalah individu . Yang berikutnya menyangkut unit atau kelompok dalam
angkatan kerja dan memusatkan perhatian atas masalah-masalah kelompok atau
organisasi secara keseluruhan:
1. Program Klinis
Program ini penanggulangannya didasarkan atas pendekatan medis
tradisional. Beberapa unsur dari program tersebut mencakup : diagnosis,
pengobatan (treatment), penyaringan (screening), pencegahan
(prevention). Program klinis harus ditangani oleh orang yang berwenang
jika dimaksudkan untuk menghasilkan mamfaat. Kepercayaan dan rasa
hormat harus ditanamkan untuk memanfaatkannya.
2. Program Keorganisasian
Program keorganisasian ditujukan lebih luas meliputi seluruh karyawan.
Kadang-kadang program ini merupakan perluasan program klinis.
Program tersebut sering didorong oleh masalah-masalah yang ditemukan
Universitas Sumatera Utara
dalam kelompok atau suatu unit, atau oleh perubahan penangguhan seperti
relokasi pabrik, dan sebagainya. Termasuk dalam daftar program semacam
itu ialah manajemen, berdasarkan sasaran (management by objectives) ,
program pengembangan organisasi, pengayaan pekerjaan , perancangan
kembali struktur organisasi, pembentukan kelompok kerja otonom,
pembentukan jadwal kerja variabel, penyediaan fasilitas kesehatan
karyawan.
3. Penanggulangan secara mandiri
a. Tenang , ambil nafas panjang dan cobalah untuk santai dan tenangkan
diri.
b. Kenali permasalahan, coba kenali akar permasalahnnya , apa yang
membuat diri resah.
c. Terapi, ikutilah kegiatan sosial sehingga dapat menghindari
permasalahan sejenak.
d. Hadapilah , sebaiknya dihadapi dan selesaikan agar tidak mengganggu
lagi.
e. Atur jadwal, buat jadwal yang harus diprioritaskan lebih dahulu dan
tentukan mana yang dapat ditunda. Perkecil peluang untuk timbulnya
stres dengan mempersibuk diri sendiri.
f. Diskusi, diskusikan masalah yang menyebabkan timbulnya stres
dengan atasan atau psikolog.
g. Curhat , ceritakan masalah yang dihadapi pada keluarga atau pasangan.
h. Keseimbangan , stres muncul karena terlalu fokus pada pekerjaan,
bagilah waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Jam kerja (X1)
Stress kerja (Y)
Disiplin Kerja (X2)
2.4 Kerangka Konseptual
Davis dan Newstrom (dalam Imatama,2006:4) menyatakan adanya
beberapa karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres
antara lain adalah tugas/beban kerja yang terlalu banyak, manajer yang kurang
pandai, terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan, kurang mendapat
tanggung jawab yang memadai, ambiguitas peran, perbedaan nilai dengan
perusahaan, frustasi, perubahan tipe pekerjaan dan konflik peran.
Faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres kerja antara lain
: tekanan untuk menghindari kekeliruan, menyelesaikan tugas dalam kurun waktu
yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, atasan yang otoriter, serta rekan kerja
yang tidak bisa bekerja sama (Robbins,2006:796). Dari masalah serta uraian
diatas , maka dapatlah dibuat secara skematis kerangka konseptual dalam
penelitian sebagai berikut :
Sumber : (Robbins,2006:796) (Imatama,2006:4) data diolah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
Menurut Suliyanto (2006:53), hipotesis merupakan jawaban sementara
yang hendak diuji kebenarannya melalui riset. Dikatakan jawaban sementara
Universitas Sumatera Utara
karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu
diuji terlebih dahulu melalui analisis data. Berdasarkan kerangka konseptual dan
penelitian terdahulu yang dikemukakan diatas, maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
1. Jam kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja
karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Medan Iskandar Muda Medan.
2. Disiplin Kerja berpengaruh Negatif dan signifikan terhadap stress kerja
karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang
Medan Iskandar Muda Medan.
3. Jam kerja dan Disiplin Kerja berpengaruh secara simultan (besama-sama)
terhadap stress kerja karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Kantor Cabang Medan Iskandar Muda Medan.
Universitas Sumatera Utara