bab ii tinjauan pustaka 2.1 jam kerja 2.1.1...

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 Pengertian Jam Kerja Jam kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins,2006:796). Davis dan Newstrom (dalam Imatama,2006:4) menyatakan adanya beberapa karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Jam kerja “normal” umumnya diartikan hari kerja dengan jam tersisa untuk rekreasi dan istirahat. Istirahat adalah kegiatan malam hari, sedangkan bekerja adalah aktivitas siang hari. Hal ini berkaitan dengan mereka yang bekerja dengan jadwal yang tidak biasa, baik pada shift kerja atau dengan jam yang diperpanjang hingga melampaui siang, bekerja pada malam hari, serta bekerja disaat pola tidur (Harrington, 2001). Jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan. Harrington (2001) juga menyatakan bahwa lamanya jam kerja berlebih dapat meningkatkan human error atau kesalahan kerja karena kelelahan yang meningkat dan jam tidur yang berkurang. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Berger, et.al (2006) dalam Maurits dan Widodo (2008) yang menyatakan bahwa tambahan durasi pada suatu shift kerja, akan meningkatkan tingkat kesalahan. Lima kali tambahan durasi shift per bulan akan meningkatkan kelelahan 300% dan berakibat fatal. Universitas Sumatera Utara

Upload: lyhanh

Post on 14-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jam Kerja

2.1.1 Pengertian Jam Kerja

Jam kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan

sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins,2006:796).

Davis dan Newstrom (dalam Imatama,2006:4) menyatakan adanya beberapa

karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang

salah satunya adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Jam kerja

“normal” umumnya diartikan hari kerja dengan jam tersisa untuk rekreasi dan

istirahat. Istirahat adalah kegiatan malam hari, sedangkan bekerja adalah aktivitas

siang hari. Hal ini berkaitan dengan mereka yang bekerja dengan jadwal yang

tidak biasa, baik pada shift kerja atau dengan jam yang diperpanjang hingga

melampaui siang, bekerja pada malam hari, serta bekerja disaat pola tidur

(Harrington, 2001).

Jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan.

Harrington (2001) juga menyatakan bahwa lamanya jam kerja berlebih dapat

meningkatkan human error atau kesalahan kerja karena kelelahan yang meningkat

dan jam tidur yang berkurang. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Berger,

et.al (2006) dalam Maurits dan Widodo (2008) yang menyatakan bahwa tambahan

durasi pada suatu shift kerja, akan meningkatkan tingkat kesalahan. Lima kali

tambahan durasi shift per bulan akan meningkatkan kelelahan 300% dan berakibat

fatal.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas

kantor / perusahaan yang dibebankan kepadanya, kemampuan berkaitan dengan

keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu , pihak

atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas . Akibatnya

karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang

ditetapkan atasan.

Waktu kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan

sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins,2006:796). Davis

dan Newstrom (dalam Imatama,2006:4) menyatakan adanya beberapa karakteristik

pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya

adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya

mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor / perusahaan yang

dibebankan kepadanya, kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan

waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu , pihak atasan seringkali memberikan

tugas dengan waktu yang terbatas . Akibatnya karyawan dikejar waktu untuk

menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang ditetapkan atasan.

Menurut Yager (2004:132) karyawan dapat menjadi pecandu kerja, yaitu

orang yang selalu ingin sempurna dan berenergi tinggi. Karyawan yang memiliki

kemampuan mengendalikan tingkat stress, akan tetapi mereka membebani.

Karyawan lain dengan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dicapai. Seperti halnya

kecanduan alkohol, kecanduan kerja juga sulit untuk disembuhkan. Fathoni

(2006:176) mengatakan bahwa jam kerja sebagai faktor penyebab stres kerja

dengan mengatakan bahwa terdapat enam faktor penyebab stres kerja karyawan

antara lain beban kerja yang sulit dan berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan

yang kurang adil dan tidak wajar, waktu dan peralatan yang kurang, konflik antara

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

masalah-masalah kerluarga. Jam kerja merupakan bagian paling umum yang harus

ada pada sebuah perusahaan. Jam kerja karyawan umumnya ditentukan oleh

pemimpin perusahaan berdasarkan kebutuhan perusahaan , peraturan pemerintah,

kemampuan karyawan bersangkutan. Kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu

sedangkan mengenai waktu ada beberapa pengertian antara lain :

1. Sekalian rentetan saat yang telah lampau, sekarang dan yang akan datang.

2. Lama rentetan saat yang tertentu ; ukuran lama rentetan saat

3. Saat yang tertentu (untuk melakukan sesuatu); saat yang tentu untuk

sembahyang

4. Saat ; ketika

5. Tempo ; kesempatan ; peluang

6. Hari (keadaan hari)

Menurut Darmawan (2006:525) , timework (upah menurut waktu) adalah

suatu sistem penentuan upah yang dibayar menurut lamanya / jangka waktu yang

terpakai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya per hari, per jam, per

minggu, per bulan, dan lain lain. Menurut Ghani (2003:61) terdapat aturan tentang

batasan waktu kerja maksimal, dan pemberian waktu istirahat , serta kompensasi

pelampauan dari ketentuan tersebut. Tertuang dalam Kepres No.3 tahun 1983

yang isinya antara lain sebagai berikut.

1. Jam kerja 7 jam/hari dan 40 jam/minggu.

2. Jika bekerja 4 jam berturut-turut harus diberikan istirahat sedikitnya setengah

jam.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

3. Waktu istirahat mingguan 2 hari (untuk 5 hari kerja) dan 1 hari (untuk 6 hari

kerja).

4. Waktu istirahat tahunan adalah hari libur resmi , diberikan kepada pekerja

untuk merayakannya. Penetapan waktunya ditentukan oleh pemerintah.

Widodo (2006:574) mengatakan bahwa base time (waktu dasar) adalah

banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa

memperhitungkan waktu yang dipergunakan untuk misalnya istirahat menunggu

bahan mentah datang dan sebagainya.

Yager (2004:19-37) untuk memperkirakan bagaimana orang salah mengatur

waktu mereka terdapat beberapa alasan antara lain : mengerjakan terlalu banyak

hal sekaligus, ketidakmampuan untuk berkata “tidak”.

2.2 Disiplin Kerja

2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan kerja sama yang serasi

dalam tim kerja dan kesadaran yang tinggi bagi setiap anggota organisasi untuk

bekerja sama secara bersungguh-sungguh serta patuh terhadap peraturan yang

telah disepakati. Secara umum kedisiplinan seseorang dapat dilihat dari perilaku

orang tersebut dalam menjalankan tugasnya. Secara lebih mendalam kedisiplinan

memuat dimensi sikap yang melibatkan mental seseorang.

Ada beberapa definisi tentang disiplin yang dikemukakan oleh para ahli

antara lain,Menurut Mangkunegara (2001:129) :”Dicipline is management action

to enforce organization standar”. (Disiplin kerja adalah pelaksanaan manajemen

untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi). Menurut Rivai (2004:444) :

”Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu

perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang

berlaku”. Adapun menurut Mathis dan Jackson (2002:314) : “Disiplin karyawan

dapat dipandang sebagai suatu penerapan modifikasi perilaku untuk karyawan

bermasalah atau karyawan yang tidak produktif “. Sedangkan menurut

Poerwadarminta (1976:154) ” Disiplin adalah watak dan batin agar segala

perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada.”.

Dari beberapa devinisi diatas dapat kita simpulkan bahwasannya disiplin

kerja adalah merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-peraturan

perusahaan. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong

gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta

masyarakat pada umumnya.

2.2.2 Pentingnya Disiplin Kerja

Menurut Hasibuan (2006:194 -198) : ”Disiplin yang baik mencerminkan

besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan

kepadanya”. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya

tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer

selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang

manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya

berdisiplin baik. Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan

penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan.

Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi, dan efektifitas

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan

perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Jelasnya perusahaan sulit mencapai

tujuannya, jika karyawan tidak mematuhi peraturanperaturan perusahaan tersebut.

Kedisiplinan perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan menaati

peraturan-peraturan yang ada.

Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik

karyawan supaya menaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman harus

adil dan tegas terhadap semua karyawan. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran

pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa disertai pemberian hukuman

yang tegas bagi pelanggannya bukan menjadi alat pendidik bagi karyawan.

Kedisiplinan karyawan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan.

Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk

mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Ada empat hal penting yang harus

dipertimbangkan dalam mendisiplin karyawan (Unaradjan, 2003: 15) yaitu aturan-

aturan, hukuman, imbalan, dan konsistensi.

2.2.3 Indikator – indikator Disiplin Kerja

Menurut Edwin (1994:144) untuk merumuskan secara tepat disiplin kerja

yang baik merupakan hal yang sulit, karena disiplin kerja seharusnya didasarkan

pada kesadaran diri sendiri dan bukan karena keterpaksaan. Indikator pengukuran

kedisiplinan kerja adalah :

1) Absensi

Faktor absensi ini menduduki peringkat pertama terhadap pelanggaran

peraturan di antara beberapa faktor lainnya. Banyak sedikitnya karyawan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

tidak masuk kerja akan mencerminkan disiplin atau tidaknya karyawan. Untuk

menghitung tingkat absensi sebagai berikut :

𝐴𝑏𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖 = Jumlah Hari Kerja+Jumlah Hari Kerja yang HilangJumlah Hari Kerja Yang Hilang

x 100

2) Adanya kelambatan-kelambatan kerja

Adanya kelambatan-kelambatan kerja di luar kebiasaan dapat

menunjukkan menurunnya disiplin kerja yang umumnya disebabkan oleh

kemalasan tenaga kerjanya. Bila kemalasan ini semakin berlarut-larut akan

mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja yang dihasilkan.

3) Terjadinya kesalahan-kesalahan kerja

Sering terjadinya kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

sehari-hari, mungkin juga disebabkan oleh faktor-faktor di luar manusianya

seperti kesalahan dari sistem materialnya, kerusakan mesin-mesin, dan

sebagainya. Namun bila penyebabnya ternyata bukan faktor-faktor tersebut, maka

perusahaan perlu meneliti tenaga kerja yang bersangkutan, dimana

kesalahankesalahan kerja tersebut mungkin terjadi karena tidak adanya

ketenangan dalam bekerja atau mereka bosan dengan pekerjaannya. Jadi dapat

dikatakan ”Kedisiplinan” menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat. Dengan disiplin kerja yang baik berarti karyawan

sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

2.3 Stres Kerja

Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,

proses berpikir, dan kondisi seseorang dimana karyawan terpaksa memberikan

tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

eksternal (lingkungan) (Siregar,2006:19). Menurut Nimran (dalam

Siregar,2006:17), ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan

dengan organisasi perlu diselesaikan pada saat ini. Diantaranya adalah :

a. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini sering dibicarakan, dan

posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas kerja

karyawan

b. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi,

stres juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam

organisasi. Oleh karena itu, perlu disadari dan dipahami keberadaannya.

c. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman

terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan

siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi

yang sehat dan efektif.

d. Individu pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik

sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres

meskipun dalam taraf yang amat rendah.

e. Zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini menuntut manusia

untuk mempunyai kinerja yang lebih baik. Peralatan kerja yang semakin

modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja pada satuan organisasi

juga semakin bertambah sehingga menuntut energi karyawan lebih besar

dari sebelumnya. Dampak dari fenomena ini adalah stres kerja yang

meningkat.

Spielberg (dalam Imatama,2006:17) mengatakan bahwa stres adalah

tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

dalam lingkungan atau stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga

bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan, atau gangguan yang tidak

menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Masalah stres kerja penting diamati di dalam organisasi perusahaan sejak

mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi dan efektifitas di dalam pekerjaan.

Alasannya sepenuhnya bersifat bisnis. Perusahaan menginginkan kepuasan

konsumen untuk meningkatkan keuntungan. Semakin baik pelayanan yang

diberikan akan mengakibatkan aliran dana yang masuk. Stres kerja disebabkan

adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan

karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi

pekerjaan, adanya beberapa atribut tertentu mampu mempengaruhi daya tahan

stres seorang karyawan. Stres kerja karyawan perlu dikelola oleh seorang

pimpinan perusahaan, agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat

diatasi. Pimpinan dan manager juga menginginkan hal yang terbaik ,

kesejahteraan bagi karyawannya didalam maupun diluar tempat kerja. Stres

adalah suatu kondisi keterangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan

kondisi seseorang. Karyawan yang mengalami stres menjadi nervous dan

merasakan kekuatiran akut. Karyawan sering menjadi marah-marah, agresif,

tegang , dan memperhatikan sikap yang tidak bekerjasama.

2.3.1 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja Karyawan

Stres kerja yang dialami seseorangdipengaruhi oleh faktor penyebab stres

baik yang berasal dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan. Faktor

penyebab stres kerja yang dibahas dalam penelitian ini hanya faktor

organisasional, yakni faktor yang berasal dari dalam pekerjaan yang mencakup

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antarpribadi, struktur

organisasi,kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup organisasi. Adapun persepsi

karyawan terhadap stres kerja yaitu sebagai berikut :

1. Tugas yang diberikan perusahaan berlebihan

2. Tanggung jawab yang diberikan perusahaan sangat memberatkan

3. Dikejar waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Tugas yang dilakukan tidak terjadwal dengan baik

5. Mengalami kesulitan memenuhi target perusahaan

6. Mendapat waktu istirahat yang kurang untuk menjalankan pekerjaan

7. Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

8. Bekerja dengan peralatan yang tidak memadai

9. Lingkungan kerja yang banyak gangguan

2.3.2 Dampak Stres Kerja

Dalam stres kerja sering terjadi dampak-dampak yang terjadi pada

karyawan dan perusahaannya seperti :

a. Dampak Stres Kerja Pada Karyawan

Pengaruh stres kerja bisa menguntungkan dan bisa merugikan bagi

karyawan. Pengaruh yang menguntungkan diharapkan akan memacu karyawan

untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan bersemangat sebaik-baiknya. Usaha

mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (fight) atau berdiam diri

(freeze). Reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan

bentuk stres. Perubahan seperti ini di tempat kerja merupakan gejala individu

yang mengalami stres, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

1. Bekerja melewati batas kemampuan

2. Keterlambatan masuk kerja

3. Tingkat absensi yang meningkat

4. Kesulitan membuat keputusan

5. Kesalahan yang fatal

6. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan

7. Lupa dengan janji yang dibuat

8. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

9. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat

10. Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah

tinggi, dan radang pernafasan.

b. Dampak Stres Kerja Terhadap Perusahaan

Towner (2002:2-8) menyebutkan kerugian finansial yang akan diterima

perusahaan akibat stres kerja karyawan antara lain : absen karena sakit,

mengurangi efektivitas karena bekerja tidak berfungsi 100 persen kapasitaas ,

waktu manajemen berkurang karena kehilangan peran karyawan dalam rencana

manajemen, pengaruh pada karyawan lainnya yang terbebani pekerjaan karyawan

yang absen, pengunduran diri dan perekrutan yang membutuhkan latihan dan

pengembangan , kecelakaan dan kesalahan ditempat kerja, tuntutan hukum.

Schuller (dalam Siregar,2006:23) mengidentifikasi beberapa perilaku

negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan. Secara

singkat beberapa dampak negative yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa:

a. Terjadinya hambatan baik dalam manajemen maupun operasional

b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

c. Menurunkan tingkat produktivitas

d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial

dialami perusahaan disebabkan ketidakseimbangan antara produktivitas

dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan

fasilitas lainnya

2.3.3 Cara Mengatasi Stres Kerja

Siagian (2003:302-303) mengatakakan bahwa ada berbagai langkah yang

dapat diambil untuk mengatasi stres kerja karyawan, yaitu :

a. Merumuskan kebijakan manajemen dalam membantu para karyawan

menghadapi berbagai stres.

b. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga

mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan

dalam bentuk apa jika mereka menghadapi stres.

c. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya

gejala-gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil

langkah-langkah tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap

prestasi kerja para bawahannya.

d. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber

stres.

e. Membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka

benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.

f. Memantau terus-menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat

menjadi sumber stres dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara dini.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

g. Menyempurnakan rancang bangun tugas dan tata ruang kerja sedemikian

rupa sehingga berbagai sumber stres yang berasal dari kondisi kerja dapat

dielakkan.

h. Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat

mengahadapi stres.

Rivai (2004:518) mengatakan bahwa langkah pertama dari program

penanggulangan stres ialah mengakui bahwa stres itu ada, sehingga langkah

tersebut masih tetap di dalam batas yang dapat ditolerir. Dua program cikal bakal

manajemen stres yang sering digunakan ialah klinis dan keorganisasian. Yang

pertama diprakarsai oleh perusahaan dan memusatkan perhatian atas masalah –

masalah individu . Yang berikutnya menyangkut unit atau kelompok dalam

angkatan kerja dan memusatkan perhatian atas masalah-masalah kelompok atau

organisasi secara keseluruhan:

1. Program Klinis

Program ini penanggulangannya didasarkan atas pendekatan medis

tradisional. Beberapa unsur dari program tersebut mencakup : diagnosis,

pengobatan (treatment), penyaringan (screening), pencegahan

(prevention). Program klinis harus ditangani oleh orang yang berwenang

jika dimaksudkan untuk menghasilkan mamfaat. Kepercayaan dan rasa

hormat harus ditanamkan untuk memanfaatkannya.

2. Program Keorganisasian

Program keorganisasian ditujukan lebih luas meliputi seluruh karyawan.

Kadang-kadang program ini merupakan perluasan program klinis.

Program tersebut sering didorong oleh masalah-masalah yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

dalam kelompok atau suatu unit, atau oleh perubahan penangguhan seperti

relokasi pabrik, dan sebagainya. Termasuk dalam daftar program semacam

itu ialah manajemen, berdasarkan sasaran (management by objectives) ,

program pengembangan organisasi, pengayaan pekerjaan , perancangan

kembali struktur organisasi, pembentukan kelompok kerja otonom,

pembentukan jadwal kerja variabel, penyediaan fasilitas kesehatan

karyawan.

3. Penanggulangan secara mandiri

a. Tenang , ambil nafas panjang dan cobalah untuk santai dan tenangkan

diri.

b. Kenali permasalahan, coba kenali akar permasalahnnya , apa yang

membuat diri resah.

c. Terapi, ikutilah kegiatan sosial sehingga dapat menghindari

permasalahan sejenak.

d. Hadapilah , sebaiknya dihadapi dan selesaikan agar tidak mengganggu

lagi.

e. Atur jadwal, buat jadwal yang harus diprioritaskan lebih dahulu dan

tentukan mana yang dapat ditunda. Perkecil peluang untuk timbulnya

stres dengan mempersibuk diri sendiri.

f. Diskusi, diskusikan masalah yang menyebabkan timbulnya stres

dengan atasan atau psikolog.

g. Curhat , ceritakan masalah yang dihadapi pada keluarga atau pasangan.

h. Keseimbangan , stres muncul karena terlalu fokus pada pekerjaan,

bagilah waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

Jam kerja (X1)

Stress kerja (Y)

Disiplin Kerja (X2)

2.4 Kerangka Konseptual

Davis dan Newstrom (dalam Imatama,2006:4) menyatakan adanya

beberapa karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres

antara lain adalah tugas/beban kerja yang terlalu banyak, manajer yang kurang

pandai, terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan, kurang mendapat

tanggung jawab yang memadai, ambiguitas peran, perbedaan nilai dengan

perusahaan, frustasi, perubahan tipe pekerjaan dan konflik peran.

Faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres kerja antara lain

: tekanan untuk menghindari kekeliruan, menyelesaikan tugas dalam kurun waktu

yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, atasan yang otoriter, serta rekan kerja

yang tidak bisa bekerja sama (Robbins,2006:796). Dari masalah serta uraian

diatas , maka dapatlah dibuat secara skematis kerangka konseptual dalam

penelitian sebagai berikut :

Sumber : (Robbins,2006:796) (Imatama,2006:4) data diolah

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis

Menurut Suliyanto (2006:53), hipotesis merupakan jawaban sementara

yang hendak diuji kebenarannya melalui riset. Dikatakan jawaban sementara

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jam Kerja 2.1.1 …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38572/4/Chapter...pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah

dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu

diuji terlebih dahulu melalui analisis data. Berdasarkan kerangka konseptual dan

penelitian terdahulu yang dikemukakan diatas, maka peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut :

1. Jam kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja

karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang

Medan Iskandar Muda Medan.

2. Disiplin Kerja berpengaruh Negatif dan signifikan terhadap stress kerja

karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang

Medan Iskandar Muda Medan.

3. Jam kerja dan Disiplin Kerja berpengaruh secara simultan (besama-sama)

terhadap stress kerja karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Kantor Cabang Medan Iskandar Muda Medan.

Universitas Sumatera Utara