bab ii tinjauan pustaka 2.1 beton bertulangeprints.umm.ac.id/58767/3/bab ii.pdf · 2020. 1. 30. ·...
TRANSCRIPT
-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton Bertulang
Elemen beton terbentuk dengan campuran antara agregat-agregat kasar dan
halus yang diaduk menggunakan air bercampur semen sebagai alat perekat. Agregat
tersebut merupakan sejenis pasir dan batu dengan persentase campuran yang telah
disepakati. Beton juga terkadang ditambahkan bahan-bahan khusus untuk
memenuhi kebutuhan yang ingin diperoleh seperti beton kedap air, beton cepat
keras dan lain-lain.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi tetapi pada penampang tarik memiliki nilai
relatif kecil sehingga beton rawan akan keruntuhan di daerah tarik. Pembagian
daerah tekan dan tarik seperti gambar dibawah ini:
gambar 2.1 Pembagian daerah tarik dan tekan pada beton
Efek nilai tarik yang hanya maksimal 15% dari nilai tekannya membuat beton
ditambahkan dengan tulangan baja agar menjadi lebih kuat dan membantu
kelemahannya, penambahan tulangan baja terutama pada daerah tarik.
Penggabungan komponen tersebut dinamakan beton bertulang. Perencanaan yang
biasa dilakukan adalah gaya tekan ditahan oleh beton sedangkan baja tulangan
diperkuat dengan tulangan baja. Tetapi dapat juga direncanakan baja tulangan
menahan gaya tekan.
Menurut Dipohusodo (1994) keadaan yang dapat mewujudkan terjadinya
kerjasama beton dan tulangan baja adalah :
1. Kedua bahan tersebut terjadi lekatan yang sempurna sehingga keduanya
saling menyatu.
-
5
2. Pencegahan terjadinya karat baja dengan cara membuat beton bersifat
kedap.
3. Bahan yang digunakan mempunyai angka muai yang mirip atau sama
sehingga perbedaan nilai tegangan bisa diabaikan.
Menurut Dipohusodo (1994) regangan beton dan tulangan baja
dipersentasikan dengan bentuk segitiga dimana regangan beton (Ec) akibat tekanan
dan regangan tarik ditahan oleh tulangan baja (Es).
gambar 2.2 Terjadinya tegangan-regangan
Dimana :
-
6
2.1 Balok
Menurut Rusdianto dan Estiropa (2005) balok merupakan bagian struktur yang
digunakan untuk menyalurkan beban yang terdapat pada pelat kepada kolom.
Penampang balok diberi tulangan dan biasanya dicor bersamaan dengan pelat.
Balok yang dicor bersamaan dengan pelat maka Lajur tengah pada balok
membentuk penampang yang disebut balok T dan lajur tepi membentuk balok L .
Kondisi pemakaian balok T dan L apabila pelat mendapatkan gaya tekan dan daerah
bawah balok mendapatkan gaya tarik. Penampang balok selanjutnya pada daerah
tumpuan direncanakan seperti penampang persegi. Dimensi balok dapat
diamsusikan dengan perhitungan 1/12-1/15 dari bentang pada balok dengan lebar
sebesar ½-2/3 dari tingginya.
Perencanaan balok T dibuat dengan memperhitungkan lebar pelat yang bisa
dimanfaatkan untuk bekerja sama dengan balok agar dapat memikul beban
bersama. Perhitungan lebar manfaat pelat yang dapat digunakan bersamaan dengan
balok T dan L untuk memikul beban dapat dilihat pada gambar berikut.
Luas slab yang dapat dimanfaatkan pada perencanaan balok T dan L
berdasarkan SNI-2847-2013 pasal 8.12 adalah:
Lebar efektif : b < 16 x tebal pelat (hf)
: b < ln
: b < ¼ L dengan L merupakan panjang balok
Jika untuk Balok L
Lebar efektif : b < 6hr + lebar balok (bw)
: b < 0,5 x bentang bersih (ln) + lebar balok (bw)
: b < 1/12 x Panjang balok (L) + lebar balok (bw)
Dimana b merupakan luas pelat efektif.
gambar 2.3 Penampang balok T dan balok L
-
7
2.2 Kolom
Struktur kolom berbentuk vertikal dan merupakan elemen yang menahan
beban yang disalurkan balok akibat pelat. Dikarenakan hal tersebut kolom
merupakan elemen yang sangat penting pada perencanaan struktur. Beton bertulang
dapat dikategorikan sebagai kolom jika
● 𝐿
𝑏≥ 3 Panjang kolom (L) dibagi dengan lebar kolom (b)
● 𝐿
𝑏 < 3 Apabila hasilnya kurang dari 3 maka disebut pedestal.
Menurut Nawy (1998) elemen struktur berupa kolom umumnya mendapatkan
beban aksial berupa beban tekan dan juga menerima gaya momen. Kolom
berbentuk batang tegak atau vertikal dan bermanfaat menyalurkan beban dari
balok-balok diatasnya. Penyaluran beban tersebut diteruskan oleh kolom menuju
struktur dibawahnya sampai bertemu dengan pondasi. Gaya tekan yang dialami
kolom berpotensi mengakibatkan keruntuhan tanpa tanda-tanda awal yang jelas
sehingga kekuatan kolom harus direncanakan lebih kuat dari elemen struktur
lainnya.
keruntuhan pada kolom dapat terjadi akibat beban besar yang bekerja pada
kolom diawali dengan retak disemua tinggi kolom pada tulangan sengkang.
Keruntuhan dimulai dengan selimut yang terlepas dan akhirnya tulangan kolom
kehilangan tempat perletakan.
Kolom dapat dibagi bermacam-macam sesuai bentuk dan tulangan didalamnya
seperti berikut:
a. Kolom berbentuk persegi yang didalamnya terdapat tulangan memanjang
dan pengikat tulangan berupa sengkang.
b. Kolom dengan bentuk bundar terdapat tulangan memanjang dan tulangan
spiral sebagai tulangan lateral.
c. Kolom gabungan antar baja dan beton disebut dengan kolom komposit.
2.3 Baja Tulangan
Baja berupa tulangan dimanfaatkan untuk menambah kekuatan tarik yang
terjadi di beton. Pada perencanaan beton baja tulangan yang direncanakan berupa
penulangan daerah lapangan, penulangan daerah tumpuan dan penulangan geser.
-
8
Selain itu tulangan baja juga dimanfaatkan untuk mengecilkan besar lendutan yang
terjadi karena beban pada beton. Tulangan dikategorikan menjadi dua yaitu
tulangan polos dan tulangan ulir.
Kekutan tulangan baja menghasilkan regangan dan tegangan yang mampu
dipikul oleh tulangan dan digambarkan seperti dibawah ini :
gambar 2.4 Interaksi tegangan dan regangan baja
Keadaan awal bahan masih elastik, angka modulus elastisitas (modulus
young) hanya sebesar Es = 2,0 x 105 mpa. Kondisi elastik ditandai dengan
tegangan baja selaras dengan regangan yang terjadi. Bagian kedua berupa garis
horizontal adalah kondisi regangan baja bertambah sedangkan tegangannya tetap.
Kondisi ini baja sudah mengalami keadaan leleh (fy). Selanjtnya tegangan akan
bertambah ditandai dengan lengkung kurva sampai menvapa tegangan maksimal.
Keadaan terakhir tegangan baja turun dan mengakibatkan putusnya batang baja.
Mutu baja yang berbeda mengakibatkan perbedaaan tegangan dan regangan
seperti gambar berikut ini :
gambar 2.5 Interaksi tegangan dan regangan baja
-
9
2.4 Kriteria Pembebanan
Pembebanan pada suatu struktur merupakan beban yang mengakibatkan gaya
yang terjadi pada struktur akibat struktur itu sendiri atau pengaruh gaya dari luar.
Perhitungan pembebanan pada suatu struktur akan mempengaruhi rekayasa struktur
seperti dimensi struktur termasuk di dalamnya balok, kolom, pelat, pondasi, jumlah
dan jarak kolom, metode perencanaan dan sebagainya. Salah satu cara untuk
mengatasi beban yang berat pada struktur adalah menambah kekakuan dengan
menggunakan metode balok grid. Suatu struktur dikatakan aman dan stabil jka kuat
menahan beban yang terjadi.
Menurut SNI 1727:2013 secara umum kategori pembebanan dibagi menjadi
beban mati, beban hidup dan beban gempa.
a. Beban mati (D)
Berat berupa bahan konstruksi yang terdapat pada struktur dengan
komponen berupa arsitektural dan struktural.
b. Beban hidup (L)
Beban akibat pergerakan yang terjadi pada struktur akibat pengguna di
dalamnya dan dapat berubah-ubah. Beban benda yang berpindah juga
disertakan pada beban hidup.
c. Beban gempa (E)
Beban yang terjadi oleh pergerakan tanah yang berpengaruh pada struktur
mengakibatkan struktur tersebut ikut bergerak. Beban gempa biasa disebut
gaya lateral.
2.4.1 Kombinasi Pembebanan
Pembebanan setelah dihitung kemudian dikombinasikan untuk memenuhi
beban total pada struktur. Beban tersebut akan dikali factor keamanan yang telah
disepakati. Berdasarkan SNI 1727-2013 pembebanan kombinasi umum
pembebanan adalah sebagai berikut :
-
10
Ket :
2.5 Dasar-dasar Perencanaan Pelat
Pelat beton bertulang yaitu elemen horizontal pada struktur yang mempunyai
tebal relatif tipis dan beban yang terjadi tegak lurus dari pelat. Beban mati dan
beban lainnya yang terjadi pada struktur tersebut disalurkan menuju balok dan
kolom atau langsung menuju kolom yang biasa disebut dengan flat slab.
Perencanaan pelat dimulai dengan menentukan dimensi pelat kemudian
merencanakan penulangan pada pelat tersebut. Pelat dapat dikategorikan manjadi
pelat satu arah dan pelat dua arah .
-
11
2.5.1 Pelat Satu Arah
Menurut Asroni (2010) pelat satu arah merupakan pelat yang digunakan apabila
pelat beton dominan menahan momen lentur pada satu arah saja. Pelat ini biasanya
berbentuk persegi Panjang. Penulangan pokok yang digunakan pada pelat satu arah
hanya searah dengan bentang yang lebih pendek dan ditambahkan dengan tulangan
bagi yang dipasang tegak lurus terhadap tulangan pokok.
Berdasarkan SNI 2847 -2013 pasal 9.5 pelat atau balok satu arah yang tidak
mempunyai tumpuan atau tidak bersatu dengan elemen lain dapat ditentukan
tebalnya sebagi berikut.
tabel 2.1 Syarat tebal pelat satu arah atau balok non prategang
2.5.2 Pelat Dua Arah
Menurut Asroni (2010) pelat dua arah merupakan pelat yang digunakan
apabila pelat beton dominan menahan dua arah momen lentur yang terjadi.
Contohnya adalah pelat yang keempat sisinya ditumpu sejajar. Penulangan yang
digunakan pada pelat dua arah adalah tulangan utama dipasang dengan tulangan
saling tegak lurus secara dua arah dan tidak menggunakan tulangan bagi.
Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 9.5.3.3 tebal pelat dua arah yang semua
sisinya menumpu pada balok diatur sebagai berikut :
-
12
gambar 2.6 Tebal plat dua arah
ket :
αfm = rata-rata rasio kekakuan lentur
fy = mutu baja
ln = jarak bersih antar balok
β = rasio bentang panjang terhadap pendek
2.6 Dasar-dasar Perencanaan Balok Grid
Struktur balok grid adalah struktur yang apabila dipakai dalam perencanaan
pelat maka pelat akan membentuk kisi-kisi (water, grid structure). Struktur ini
biasanya dipakai pada bentang yang besar. Struktur berupa grid bersifat dapat
mendistribusikan beban dengan seimbang terhadap kedua arah.
Berdasarkan SNI 2847-2013 persyaratan konstruksi balok jois adalah sebagai
berikut.
a. Lebar balok ≤ 100 mm.
b. Spasi bersih antar rusuk ≤ 750 mm.
c. Apabila tidak memenuhi syarat a dan b harus dirancang sebagai slab dan
balok.
Menurut Puspantoro (1994) struktur grid dapat dianalisa menggunakan dua
metode yaitu metode gaya dan metode kekakuan. Metode gaya dapat diselesaikan
dengan bantuan tabel makowsky sehingga caranya cukup sederhana. Analisis
-
13
kekakuan memanfaatkan teori elastisitas dan aljabar linier sehingga diperlukan
langkah yang lebih panjang.
2.6.1 Metode Gaya
Analisis metode gaya perhitungan puntir diabaikan. Beban dipindahkan menuju dua
arah yang terjadi antara beban yang saling tegak lurus satu sama lainnya. Lendutan
yang terjadi pada kedua balok tersebut disamakan.
gambar 2.7 Lendutan akibat beban
Beban P pada balok a mengakibatkan lendutan dan mengakibatkan balok b
terdesak kebawah sehingga terjadi reaksi x terhadap balok a. Gaya yang terjadi di
balok a dianggap sebgai gaya P-X, dan didukung oleh balok b pada titik silang balok
sebesar X.
Lendutan yang terjadi di tengah bentang adalah sebagai berikut.
d1 = (𝑃−𝑋) 𝑙1
3
48 𝐸 𝑙1 dan d2 =
𝑋 𝑙23
48 𝐸 𝑙2
Bila d1=d2 maka nilai X adalah :
X = 𝑃
1+ ( 𝑙2
𝑙1 )3
( 𝑙1
𝑙2 )
Momen di tengah bentang adalah :
M balok a = (𝑃−𝑋)
2 𝑙1
2=
(𝑃−𝑋)𝑙1
4
M balok b = 𝑋
2 𝑙2
2 =
𝑋 𝑙2
4
Untuk dua balok dengan l1 tidak sama dengan l2, tapi mempunyai nilai I
yang sama, maka rasio dari beban X yang didukung oleh balok 2 (balok bawah)
terhadap beban total P menjadi :
𝑋
𝑃=
1
1 + (𝑙2/𝑙1)3
Bila disusun dalam tabel diperoleh :
-
14
tabel 2.2 Nilai X/P pada balok dengan dukungan bebas
Untuk dukungan jepit dengan inersia yang sama perbandingan X/P dapat disusun
dalam tabel berikut :
tabel 2.3 Nilai X/P pada balok dengan dukungan jepit
Jumlah balok yang banyak pada struktur grid mengakibatkan reaksi yang
terjadi pada tiap-tiap titik perpotongan balok. Reaksi pada titik tersebut dapat
ditentukan menggunakan tabel Makowski. Jumlah bagian balok disebut dengan n
pada tabel tersebut.
tabel 2.4 Tabel Makowski
2.6.2 Metode Kekakuan
Analisis menggunakan metode kekakuan digunakan menggunakan aljabar
linier matriks dan teori elastisitas. Perhitungan ini dilakukan dengan memberikan
lendutan sebesar satu satuan di titik-titik distrik yang akan dicari kemudian
diperoleh hubungan antara gaya dan lendutan yang terjadi akibat gaya tersebut.
Tiap titik-titik distrik diberikan nomor urut untuk mempermudah analisa
menggunakan metode matrix. Hubungan ini dapat ditulis :
-
15
{Q} = {K}x{d}
{Q}= vektor beban/gaya
{K}= matrix kekakuan
{d} = lendutan
2.6.3 Sistem Balok Grid Persegi
Sistem struktur grid persegi diakibatkan dua balok yang saling menyilang tegak
lurus. Balok berfungsi mendistribusikan beban dua arah atau lebih. Jumlah balok
dapat digunakan satu atau lebih.
gambar 2.8 Contoh grid persegi
2.6.4 Sistem Grid Miring/Diagonal
Bentuk dari sistem diagonal adalah balok yang berpotongan secara
menyilang sehingga bentuk balok tidak saling tegak lurus. Bentang pada balok
diagonal dibuat sebanding meskipun panjang balok berbeda.
gambar 2.9 Contoh grid miring
-
16
2.7 Analisis balok grid dengan metode kekakuan langsung
Analisis balok grid akan dibantu menggunakan aplikasi komputer yang
mempunyai konsep dasar analisis struktur berdasarkan metode matriks.
Penggunaan aplikasi bertujuan agar analisa yang dihitung bisa cepat dan sederhana.
Struktur model yang nyata terdapat dua macam kisi bidang (plane grid) yang
biasa dipakai. Pertama adalah sepasang balok menumpu yang lain, suatu ruas balok
dapat diperlakukan sebagai elemen balok yang diberikan lentur dan geser saja, baik
dengan gaya aksial maupun torsi.
Kedua adalah balok yang berelevasi sama dan mempunyai titik buhul yang
monolit pada struktur beton bertulang atau las pada struktur baja. Apabila satu ruas
suatu balok diberikan lentur dengan geser, maka fungsinya dapat dianggap seperti
torsi.
2.7.1 Derajat Kebebasan
Pada umumnya derajat kebebasan diberikan pada tumpuan dan titik potong
elemen pada arah yang berbeda. Elemen tanpa torsi memiliki vektor searah jarum
jam, untuk derajat kebebasan diambil tegak lurus arah elemen. Elemen dengan torsi
memiliki vektor searah jarum jam, untuk derajat kebebasan diambil arah ke timur
dan ke utara.
gambar 2.10 Tanpa torsi
gambar 2.11 Dengan torsi gambar 2.10 Dengan torsi
-
17
Balok tanpa torsi dengan semua tumpuan sederhana memiliki derajat kebebasan
16 pada rotasi dan 4 pada translasi vertikal, dengan arah ke bawah diambil positif.
Kisi bidang dengan torsi mempunyai delapan tumpuan sederhana dengan derajat
kebebasan 24 pada rotasi dan 4 pada translasi vertikal.
2.7.2 Gaya-gaya Elemen
Elemen balok dengan torsi memiliki titik awal I dan titik akhir j seperti gambar
berikut.
gambar 2.12 Diagram gaya elemen balok dengan torsi
Arah positif untuk vektor-vektor searah jarum jam pada momen-momen lentur
F1 dan F2 terhadap kiri batang, dan arah positif untuk vektor searah jarum jam pada
momen torsi F3 dan F3 adalah seperti tarikan dengan vektor yang saling menjauhi.
Keseimbangan memerlukan reaksi vertikal (F1+F2/L) ke atas pada titik j dan ke
bawah pada titik i.
2.7.3 Matriks Kekakuan Lokal
Matriks kekakuan lokal dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut.
[K] lokal = [EA] [ES] [EB]
dengan [EA] = matriks statik elemen
[ES] = matriks kekakuan elemen
[EB] = matriks deformasi elemen
a. Matriks statik elemen
Persamaan matriks statik elemen [EA] diperoleh sebagai berikut.
-
18
[Ea] =
− sin 𝛼 0 − cos 𝛼
+ cos 𝛼 0 − sin 𝛼
+1/𝐿 +1/𝐿 0
0 −𝑠𝑖𝑛 𝛼 + cos 𝛼
0 + cos 𝛼 + sin 𝛼
−1/𝐿 −1/𝐿 0
b. Matriks deformasi elemen
Persamaan matriks deformasi elemen [EB] diperoleh sebagai berikut.
[EB] =
− sin 𝛼 + cos 𝛼 +1/𝐿 0 0 −1/𝐿
0 0 +1/𝐿 − sin 𝛼 + cos 𝛼 −1/𝐿
− cos 𝛼 − sin 𝛼 0 + cos 𝛼 + sin 𝛼 0
c. Matriks kekakuan elemen
Persamaan matriks kekakuan elemen [ES] adalah sebagai berikut.
[ES] =
4𝐸𝐼/𝐿 2𝐸𝐼/𝐿 0
2𝐸𝐼/𝐿 4𝐸𝐼/𝐿 0
0 0 𝐺𝐽/𝐿
Dalam program komputer, mungkin lebih efisien perhitungan dengan
penampilan yang disederhanakan matriks [K] lokal dan [ESAT] untuk elemen-
elemen dalam arah ke timur dan ke arah utara.
a. Elemen timur-barat
gambar 2.13 Jumlah P/F untuk elemen timur-barat
-
19
Penampilan yang disederhanakan matriks elemen timur-barat diperoleh sebagai
berikut.
[ESAT]=
0 +4EI/L +6EI/L2 0 +2EI/L -6EI/L2
0 +2EI/L +6EI/L2 0 +4EI/L -6EI/L2
-GJ/L 0 0 -GJ/L 0 0
[K] lokal =
-GJ/L 0 0 -GJ/L 0 0
0 +4EI/L +6EI/L2 0 +2EI/L -6EI/L2
0 +6EI/L2 +12EI/L3 0 +6EI/L2 -12EI/L3
-GJ/L 0 0 -GJ/L 0 0
0 +2EI/L +6EI/L2 0 +4EI/L -6EI/L2
0 -6EI/L2 12EI/L3 0 -6EI/L2 +12EI/L3
b.Elemen utara-selatan
gambar 2.14 Jumlah P/F untuk elemen utara-selatan
Penampilan yang disederhanakan matriks elemen utara-selatan diperoleh
sebagai berikut.
[ESAT] =
-4EI/L 0 +6EI/L2 -2EI/L 0 -6EI/L2
-2EI/L 0 +6EI/L2 -4EI/L 0 -6EI/L2
0 -GJ/L 0 0 -GJ/L 0
-
20
[K] lokal =
+4EI/L 0 -6EI/L2 -2EI/L 0 +6EI/L2
0 +GJ/L 0 0 -GJ/L 0
-6EI/L2 0 +12EI/L3 -6EI/L2 0 -12EI/L3
+2EI/L 0 -6EI/L2 +4EI/L 0 +6EI/L2
0 -GJ/L 0 0 +GJ/L 0
+6EI/L2 0 -12EI/L3 +12EI/L3 0 +12EI/L3