bab ii tinjauan pustaka 2.1 analisis optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen...

32
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi Dalam penelitian ini, analisis optimasi diartikan sebagai suatu proses penguraian durasi proyek untuk mendapatkan percepatan durasi yang paling baik (optimal) dengan menggunakan berbagai alternatif ditinjau dari segi biaya. Proses memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan Render, 2005). 2.2 Pengertian Proyek Proyek didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu. Proyek dapat dibagi dalam sub-sub pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan proyek secara keseluruhan (Santosa, 1996). Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanaan proyek tersebut dapat berupa pembangunan gedung, jalan raya, jembatan, membuat produk baru, ataupun melakukan penelitian dan pengembangan. Adapun ciri ciri pokok proyek : 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas. 4. Nonrutin, tidak berulang ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

Upload: vothu

Post on 13-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Optimasi

Dalam penelitian ini, analisis optimasi diartikan sebagai suatu proses

penguraian durasi proyek untuk mendapatkan percepatan durasi yang paling baik

(optimal) dengan menggunakan berbagai alternatif ditinjau dari segi biaya. Proses

memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu

pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi disebut

sebagai crashing proyek (Heizer dan Render, 2005).

2.2 Pengertian Proyek

Proyek didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berlangsung dalam waktu

tertentu dengan hasil akhir tertentu. Proyek dapat dibagi dalam sub-sub pekerjaan

yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan proyek secara keseluruhan

(Santosa, 1996).

Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang

tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanaan proyek

tersebut dapat berupa pembangunan gedung, jalan raya, jembatan, membuat

produk baru, ataupun melakukan penelitian dan pengembangan.

Adapun ciri ciri pokok proyek :

1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.

2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik

awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.

4. Nonrutin, tidak berulang ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

5

Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan

terdapat batasan-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga

kendala yang terdiri dari:

1. Biaya/ Anggaran (Cost)

Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang

telah direncanakan. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah

besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan

untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-komponennya, atau per

peroide tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan

demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran

anggaran per periode.

2. Waktu/Jadwal (Time)

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir

penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.

3. Mutu

Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria

yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi

tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.

Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga

sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik.,

sehingga perpaduan antar ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan

manajemen proyek.

2.3 Manajemen Proyek

2.3.1 Pengertian

Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai

bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan,

mengendalikan dan menjalankan program-program, yang seluruhnya diarahkan

pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung menerus seiring dengan

berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996). Dalam hal ini manajemen proyek tumbuh

karena adanya dorongan mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

6

tuntutan dan sifat kegiatan proyek yang nonrutin, sementara, dan dengan aneka

ragam kegiatan.

Pengertian manajemen proyek muncul dikarenakan penggunaan

manajemen itu sendiri yang telah berhasil mengelola kegiatan operasional rutin

dengan lingkungan yang stabil, dirasakan kurang mampu dan tidak cukup efisien

untuk mengelola kegiatan proyek konstruksi yang sejatinya penuh dengan

dinamika dan perubahan cepat, sehingga hasilnya pun tidak bisa optimal.

Sehubungan dengan itu, dilihat dari wawasan manajemen berdasarkan

fungsi dan digabungkan dengan pendekatan sistem, maka yang dimaksud dengan

manajemen proyek adalah suatu usaha kegiatan untuk meraih sasaran yang telah

didefinisikan dan ditentukan dengan jelas seefisien dan seefektif mungkin. Dalam

rangka meraih sasaran-sasaran yang telah disepakati, diperlukan sumber daya

(resoursce) termasuk sumber daya manusia yang merupakan kunci dari segalanya

(Nugraha et al, 1985).

Menurut Harold Kerzner, manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai

kegiatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan

sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah

ditentukan (Soeharto, 1997). Dari pengertian diatas, manajemen proyek

mengandung hal-hal pokok sebagai berikut :

1. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu

merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya

perusahaan yang berupa manusia, dana, dan material.

2. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek dengan sasaran yang telah

digariskan secara spesifik. Hal ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan

yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.

3. Memakai pendekatan system (system approach to management).

4. Mempunyai hirarki (arus kegiatan horizontal maupun vertical).

2.3.2 Perencanaan Proyek

Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan

sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini berarti

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

7

memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan di masa datang yang

diperlukan untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara

sistematis dan memperhatikan faktor obyektif yang dapat berfungsi sebagai :

1. Sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek

2. Dasar pengaturan alokasi sumber daya

3. Pendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan menyadari

pentingnya unsur waktu

4. Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian

Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis dan tidak

logis akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebisingan dalam

implementasinya (Soeharto, 1997).

Suatu perencanaan sangat penting karena keputusan-keputusan yang

dihasilkan akan mempengaruhi pelaksanaan dalam mencapai suatu tingkat

keberhasilan tertentu, tanpa perencanaan yang baik kita akan sulit mendapatkan

kesuksesan dalam mengelola suatu perusahaan, proyek, bahkan dalam kehidupan

kita pribadi sekalipun. Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam perencanaan

proyek konstruksi adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi kegiatan

2. Logika ketergantungan kegiatan

3. Waktu untuk pengadaan bahan dan pemasangan alat

4. Metode, volume dan durasi dari konstruksi

5. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja serta lamanya mereka dibutuhkan

6. Perhitungan dan penjadwalan dana

Suatu perencanaan akan berdaya guna maksimal diperlukan kondisi dan

syarat tertentu. Syarat ini bila dipenuhi akan menggerakkan semua pihak yang

berkepentingan untuk ikut serta secara aktif dalam proses implementasi dari

perencanaan tersebut. Syarat serta kondisi itu antara lain:

1. Penyampaian perencanaan kepada semua pihak yang berkaitan dengannya.

2. Penjabaran perencanaan yang bersifat umum menjadi suatu action plan.

3. Usaha sejauh mungkin menggunakan parameter kuantitatif, seperti

perencanaan jadwal proyek digunakan pencapaian milestone sebagai tolak

ukur menilai kemajuan pekerjaan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

8

4. Adanya pengkajian ulang secara periodik. Hal ini karena sifat kegiatan proyek

yang dinamis, maka ada bagian-bagian yang mungkin belum sepenuhnya

terantisipasi pada perencanaan yang terdahulu.

5. Penyusunan perencanaan yang realistis.

6. Dipikirkan suatu contingency / kemungkinan, untuk menanggulangi situasi

yang tidak terduga. Hal ini mencegah jangan sampai tersudut ke posisi yang

tidak siap.

2.3.3 Organisasi Proyek

Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur

unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli,

material, dana dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk

mencapai tujuan organisasi dengan efekif dan efisien (Dipohusodo,1996). Proses

mengorganisasi suatu proyek mengikuti urutan sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan

Lingkup proyek terdiri dari sejumlah tahap-tahap pekerjaan, semua perlu

diidentifikasi dan dklasifikasi untuk mengetahui berapa besar volume, macam,

dan jenisnya untuk mengetahui sumber daya dan jadwal yang diperlukan

sebelum diserahkan kepada individu atau kelompok yang akan menangani.

2. Mengelompokkan pekerjaan

Setelah pekerjaan diidentifikasi dan diklasifikasi, dilanjutkan dengan

mengelompokkan kegiatan kedalam unit / paket yang masing-masing telah

diidentifikasi biaya, mutu, dan waktunya.

3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan

Pada tahap ini dimulai dengan persiapan pihak-pihak yang akan menerima

tugas diatas, seperti memilih ketrampilan dan keahlian kelompok yang sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan dan memberitahukan sasaran yang ingin dicapai.

4. Mengetahui wewenang dan tanggung jawab serta melakukan pekerjaan

Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang menerima

pekerjaan harus mengetahui batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya.

Hal ini amat penting untuk menghindari tumpang tindih.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

9

5. Menyusun mekanisme koordinasi

Jadwal pelaksanaan pekerjaan satu dengan yang lainnya saling terkait, maka

perlu adanya mekanisme koordinasi untuk semua bagian pekerjaan proyek.

2.4 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan

langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai

sasaran. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas itu dimulai, ditunda

dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan

disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan (Nugraha et al.,

1986).

Ada bermacam-macam metode penjadwalan proyek untuk merencanakan

secara grafis dari aktivitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tetapi hanya dua

metode yang sering dipakai yaitu :

1. Bagan balok (BAR/GANTT Cart)

Metode bagan balok diperkenalkan oleh H.L Gantt, dengan tujuan

mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan urutan suatu

kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian dan pada saat

pelaporan. Bagan balok mudah dibuat dan dipahami sehingga amat berguna

sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.

Bagan balok dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer.

Bagan ini tersusun dalam koordinat X dan Y. pada sumbu tegak lurus X, dicatat

pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek

dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada koordinat sumbu Y, tertulis satuan

waktu misalnya hari, minggu, atau bulan.

Penggunaan metode bagan balok sangat terbatas karena mempunyai

kelemahan-kelemahan seperti tidak tidak menunjukkan secara spesifik hubungan

ketergantungan antara satu kegiatan dengan yang lain sehingga sulit untuk

mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap

jadwal keseluruhan proyek, sukar mengadakan perbaikan atau perbaharuan

(updating) karena umumnya harus dilakukan dengan membuat bagan balok baru,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

10

selain itu juga tidak cocok untuk proyek yang berukuran sedang dan besar atau

yang bersifat kompleks disebabkan kurangnya kemampuan penyajian secara

sistematis karena harus menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan yang

mencapai puluhan ribu dan memiliki keterkaitan antara satu kegiatan dengan

lainnya.

2. Jaringan Kerja (Network planning), yaitu :

a. Metode Jalur Kritis (Critical Path Methode / CPM)

Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path

Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek-

proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua

sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. CPM merupakan

analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek

melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang

bersangkutan.

Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan

ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau

divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat

dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga

dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat

pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya

belum selesai dikerjakan.

Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam dalam melakukan

analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass

dan backward pass. Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode

Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki

rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama.

Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan

pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan

kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu

pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling

menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan

anak panah tebal (Badri,1997).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

11

Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan

kritis adalah sebagai berikut :

1. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan

proyek tertunda penyelesaiannya.

2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang

ada pada lintasan kritis dapat dipercepat.

3. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis

yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off

(pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program

(diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang

bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya

lembur.

4. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk

memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di

lintasan kritis agar efektif dan efisien.

b. Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT)

PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah

model Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah

proyek (Siswanto, 2007). Bila CPM memperkirakan waktu komponen

kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang

mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi

situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek

kurun waktu kegiatan (Soeharto, 1999). Menurut Heizer dan Render (2005),

dalam PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu

untuk setiap kegiatan, antara lain waktu optimis , waktu pesimis , dan waktu

realistis.

c. Metode Preseden Diagram (PDM)

Metode Preseden Diagram (PDM) diperkenalkan oleh J.W Fondahl dari

Universitas Stanford USA pada awal dekade 60-an. PDM adalah jaringan

kerja yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya hanya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

12

sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian

dummy pada PDM tidak diperlukan.

Terakhir adalah metode penjadwalan proyek dengan bantuan komputer.

Salah satu keunggulan yang paling mencolok dari penggunaan alat bantu

komputer adalah kemampuan mengolah data dalam jumlah besar dalam waktu

yang singkat dan dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan

demikian penyusunan jadwal dapat dilakukan dengan lebih cepat dan teliti.

Setiap saat situasi proyek mengalami perubahan, komputer dapat melakukan

perubahan tersebut dalam waktu singkat.

Dalam usaha pengelolaan proyek konstruksi selalu ingin mencari metode

yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk

menghadapi sejumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung

bertambah. Masing-masing metode mempunyai ciri-ciri sendiri dan

dikombinasikan pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk

metode-metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya.

Pada dasarnya satu pekerjaan konstruksi dipecah-pecah menjadi

seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu

unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal

yang tertentu pula, dengan tujuan untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun

waktu penyelesaian proyek dan mempertajam analisis ketergantungan antar

kegiatan, karena dengan makin terincinya pemecahan, akan makin banyak

komponen-komponen kegiatan terpisahkan sehingga jumlahnya bertambah.

Dengan demikian, makin banyak variasi hubungan ketergantungan yang

terbuka, dan yang mungkin menghasilkan kurun waktu penyelesaian proyek

yang lebih singkat, dimana hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan

yang dapat dikerjakan secara paralel (Soeharto, 1997).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

13

2.4.1 Penjadwalan Dengan Menggunakan Jaringan Kerja (Network

Planning)

Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan

antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network,

sehingga diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan

pekerjaan mana yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Badri,

1997).

Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu

langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode

tersebut, yaitu :

1. Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek ?

2. Kegiatan – kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan

penyelesaian proyek ?

3. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana

pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara

keseluruhan?

Jaringan kerja berguna untuk :

1. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen

dengan hubungan ketergantungan yang komplek.

2. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis.

3. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya.

Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan

teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek, dan

pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek

secara keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk

mengerjakan kegiatan-kegiatan mana yang harus dia kerjakan pada suatu hari,

pekerjaan mana yang pelaksanaannya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya,

dan pekerjaan mana yang pekerjaannya boleh ditunda, sehingga dengan demikian

terdapat kejelasan tahap pelaksanaan pekerjaan proyek.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

14

2.4.2 Tahap-Tahap Aplikasi Network Planning

Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek

memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan.

Persyaratan tersebut adanya kepastian tentang proyek yang harus dilaksanakan.

Jika sudah ada ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksanakan, maka

selanjutnya dilakukan tahap aplikasi network planning yang terdiri dari tiga

kelompok, yaitu:

1. Pembuatan/Desain

Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model yang

dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek, yaitu pelaksanaan

berbagai kegiatan, baik jadwal pelaksanaan maupun penyediaan dan pemakaian

sumber daya. Proses pembuatan (disain) meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

a. Inventarisasi kegiatan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek menjadi kegiatan-

kegiatan, untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu kegiatan dan logika

ketergantungan diantara kegiatan-kegiatan tersebut. Pengkajian yang dimaksud

adalah mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang merupakan bagian atau komponen

dari proyek yang bisa dibedakan antara satu dengan yang lainnya.

b. Hubungan antar kegiatan

Pada tahap ini ditentukan tiap kegiatan dengan kegiatan-kegiatan yang lainnya

yang telah diuraikan pada tahap inventarisasi kegiatan. Hubungan yang

menentukan adalah hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika

menuntut ketergantungan tersebut.

c. Menyusun network diagram

Dengan ditentukannya hubungan antarkegiatan, maka dapat dirangkaikan

berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga keseluruhan kegiatan menyusun

jaringan kerja yang mencerminkan proyek secara keseluruhan.

d. Data kegiatan

Setelah network diagram tersusun yang terdiri dari atas kegiatan-kegiatan,

maka dicari data kegiatan meliputi : lama kegiatan, biaya, dan sumber daya yang

akan digunakan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

15

e. Analisa waktu dan sumber daya

Tujuan analisa waktu adalah untuk mengetahui saat mulai dan saat selesai

suatu kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan bisa diketahui bagaimana

pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan tindakan apa yang harus diambil. Tujuan

analisa sumber daya adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan sumber daya

selalu dalam keadaan siap pakai dan bisa diselenggarakan setepat-tepatnya.

f. Batasan

Pada tahap ini diinventarisasi batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, baik

mengenai waktu maupun distribusi penggunaan sumber daya.

g. Leveling

Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul akibat tidak

sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang berlaku.

2. Pemakaian desain

Bila pembuatan telah selesai, maka model yang telah jadi tersebut dipakai

pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang ada

dalam network diagram. Terdapat beberapa alternatif cara pelaporan secara

kuantitas dalam bentuk satuan pekerja / kegiatan atau dalam bentuk relatif atau

prosentase, dan berdasarkan jangka waktunya secara komulatif atau periodik.

3. Perbaikan desain

Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada saat

pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses perbaikan

hampir sama dengan proses pembuatan, perbedaan hanya terdapat pada ruang

lingkup masing-masing. Tahap perbaikan mempunyai ruang lingkup yang terbatas

karena tidak seluruh kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan

yang mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi oleh

perubahan tersebut.

Proses menyusun jaringan kerja dilakukan secara berulang-ulang sebelum

sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis. Serta

dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang analitis, maka

pelaksana dan pimpinan proyek mendapatkan gambaran dan pengertian yang lebih

jelas dan mendalam, tentang persoalan-persoalan mengelola proyek yang akan

dihadapi dan oleh karenanya sering membuahkan keputusan-keputusan yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

16

realistis. Suatu jaringan yang tersusun dengan benar akan memberikan gambaran

dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi yang

efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggara proyek (Badri,

1997).

Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by

exception, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasikan kegiatan-

kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan

perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% total kegiatan

proyek, dan dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat

memberikan prioritas perhatian (Soeharto, 1997). Sistematika proses menyusun

jaringan kerja secara ringkas dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja

Sumber : Soeharto, 1997

Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya

menjadi komponen-komponen kegiatan

Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai

urutan logika ketergantungan menjadi jaringan

kerja

Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing

pekerjaan

Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu

penyelesaian proyek

Meningkatkan daya guna dan hasil guna

pemakaian sumber daya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

17

2.4.3 Penyusunan Network Planning Dengan Metode Preseden Diagram

Metode diagram preseden/Preceden Diagram Method (PDM) merupakan

penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya menggunakan satu

jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat

dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram

adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity On Node).

Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node yang

berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,

dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan

peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa

yaitu awal dan akhir.

Kotak-kotak segiempat dalam Metode Preseden Diagram dibagi menjadi

ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan

peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering

dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor

dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progress pelaksanaan kegiatan yang

dapat mempermudah dalam monitor.

Nomor urut

ID Durasi

Tanggal mulai Tanggal selesai

ID dan Nama Kegiatan

Tgl. Mulai : ES/LS Durasi

Tgl. Selesai : EF/LF Total Float

Progress Penyelesaian %

Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM

(Iman Suharto-1997)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

18

Keterangan :

a. Nama kegiatan : nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi kegiatan

b. ID : nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja

c. Durasi : lamanya waktu pelaksanaan pekerjaan

d. Earliest Start (ES) : waktu mulai paling cepat

e. Latest Start (LS) : waktu mulai paling lambat

f. Earlist Finish (EF) : waktu selesai paling cepat

g. Latest Finish (LF) : waktu selesai paling lambat

h. Total Float : tenggang waktu total

i. Progres penyelesaian : presentase kemajuan proyek

2.4.3.1 Konstrain Pada Metode Preseden Diagram

Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi

beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar

kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain

hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung

yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada 4 macam konstrain

yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF), dan akhir ke awal

(FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului

(lead) atau terlambat / tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan

satuan waktu adalah hari.

1. Konstrain selesai ke mulai (FS)

Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu

kegiatan dengan selesainya pendahulu. Dirumuskan sebagai FS (i-j)=a yang

berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai.

FS (i-j)=a

Gambar 2.3 Konstrain FS

Kegiatan (i) Kegiatan (j)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

19

2. Konstrain mulai ke mulai (SS)

Hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan

terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari

kegiatan terdahulu (i) mulai.

SS (i-j)=b

Gambar 2.4 Konstrain SS

3. Konstrain Selesai ke selesai (FF)

Hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan

terdahulu. Atau FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari

kegiatan terdahulu (i) selesai. Besarnya angka c tidak boleh melebihi angka kurun

waktu kegiatan yang bersangkutan (n).

FF (i-j) = c

Gambar 2.5 Konstrain FF

4. Konstrain Mulai Ke Selesai (SF)

Hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu.

Dituliskan dengan SF(i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari

kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan

Kegiatan (i)

Kegiatan (j)

Kegiatan (i)

Kegiatan (j)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

20

terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh

diselesaikan.

SF (i-j) = d

Gambar 2.6 Konstrain SF

Catatan :

b dan d disebut lead time (waktu mendahului)

a dan c disebut lag time (waktu tertunda)

2.4.3.2 Perhitungan Metode Preseden

Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. TE = E, adalah waktu paling awal peristiwa (node/ event) dapat terjadi

(earliest time of occurrence)

b. TL = L, adalah waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (latest allowable

event occurrence time).

c. ES adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time).

d. EF adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish time).

e. LS adalah waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable start

time)

f. LF adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowable finish

time).

g. D = durasi, adalah kurun waktu suatu kegiatan, umumnya dengan satuan

waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.

Kegiatan (i)

Kegiatan (j)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

21

Tenggang waktu total (Total Float) adalah jumlah waktu tenggang yang

didapat bila semua kegiatan yang mendahuluinya dimulai pada waktu sedini

mungkin dan semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada waktu yang

paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam perhitungan waktu pada

penyusunan network planning dengan metode preseden diagram adalah sebagai

berikut :

1. Hitungan maju

Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut:

a. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j), adalah

sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang terdahulu ES (i)

atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan.

b. Angka waktu selesai paling awala kegiatan yang sedang ditinjau WF (j),

adalah sama dengan angka waktu mulai awal kegiatan tersebut ES (j),

ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j).

2. Hitungan mundur

Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut:

a. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang ditinjau, yang

merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF ditambah konstrain

yang bersangkutan.Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau

LS (i), adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF

(i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan.

3. Jalur dan kegiatan kritis.

Jalur dan kegiatan kritis metode preseden diagram sebagai berikut:

a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS)

b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF)

c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling

akhir dengan waktu mulai paling awal (LF-ES = D)

d. Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara

utuh dianggap kritis.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

22

2.5 Biaya Proyek

Di dalam pembangunan suatu proyek, variabel biaya (cost) merupakan suatu

peranan yang sangat penting dalam manajemen konstruksi, dimana biaya harus

dikendalikan semaksimal mungkin dalam waktu yang telah ditentukan.

Pengendalian waktu harus memperhatikan faktor biaya, karena terdapat hubungan

yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang

bersangkutan atau aktifitas pendukungnya.

Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu

proyek konstruksi, yaitu :

1. Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah biaya yang diperlukan langsung untuk mendapatkan

sumber daya yang akan dipergunakan untuk penyelesaian proyek. Unsur-unsur

yang termasuk dalam biaya langsung adalah:

a. Biaya Material

Biaya material adalah biaya pembelian material untuk mewujudkan proyek itu

termasuk biaya transportasi, biaya penyimpanan serta kerugian akibat kehilangan

atau kerusakan material. Harga material didapat dari survey di pasaran atau

berpedoman dari indeks biaya yang dikeluarkan secara berkala oleh Departemen

Pekerjaan Umum sebagai pedoman sederhana.

b. Biaya upah

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, biaya upah dibedakan atas:

Upah harian

Besar upah yang dibayarkan persatuan waktu, misalnya harian tergantung

pada jenis keahlian pekerja, lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan dan

sebagainya.

Upah borongan

Besar upah ini tergantung atas kesepakatan bersama antara kontraktor

dengan pekerja atas suatu jenis item pekerjaan.

Upah berdasarkan produktivitas

Besar jenis upah ini tergantung atas banyak pekerjaan yang dapat

diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

23

c. Biaya peralatan

Unsur-unsur biaya yang terdapat pada biaya peralatan adalah modal, biaya

sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, biaya

demobilisasi dan lainnya yang menyangkut biaya peralatan.

d. Biaya sub-kontraktor

Biaya ini diperlukan bila ada bagian pekerjaan diserahkan/dikerjakan oleh

sub-kontraktor. Sub-kontraktor ini bertanggung jawab dan dibayar oleh kontraktor

utama.

2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung (indirect cost) ialah biaya yang diperlukan pada suatu

proyek yang tidak dapat dihubungkan/terpisah dengan aktifitas tertentu pada

proyek tersebut dan pada beberapa kasus tidak dapat dihubungkan pada proyek-

proyek tertentu. Biaya tidak langsung dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Biaya pengeluaran umum (general overhead)

Biaya pengeluaran umum (general overhead) adalah biaya yang dibutuhkan

dalam suatu proyek, tetapi tidak dapat dihubungkan secara langsung pada kegiatan

proyek tertentu. Contoh dari general overhead ialah : biaya operasional kantor

seperti utilitas,sewa,akuntan,pembelian dan penggajian pegawai.

b. Biaya pengeluaran proyek (project overhead)

Biaya pengeluaran proyek (job or project overhead) ialah biaya yang

diperlukan pada suatu proyek tetapi tidak dapat dihubungkan secara langsung

pada suatu aktifitas tetentu. Misalnya supervisi lapangan (site supervisi), utilitas

lapangan (site utility), asuransi proyek (proyek insurance) dan biaya penjadwalan

(scheduling cost). Biaya tidak langsung cenderung meningkat bila durasi/waktu

pelaksanaan proyek meningkat juga. Sebagai contoh kantor lapangan (site office),

kantor lapangan biasanya disewa bulanan. Biaya dari sewa kantor dan biaya tidak

langsung yang lain akan maningkat sesuai dengan berapa waktu pelaksanaan

proyek tersebut.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

24

2.6 Mempersingkat Waktu Penyelesaian Proyek (Akselerasi/Crashing)

Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaian

proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keaadaan normal. Dengan

diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan yang

akan diadakan crash program. Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah

durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih

mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto,

1997). Durasi percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja,

namun ada empat faktor yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan

percepatan pada suatu aktivitas yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja,

penjadwalan kerja lembur, penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode

konstruksi di lapangan.

2.6.1 Alternatif Percepatan

Ada beberapa alternatif optimalisasi waktu dan biaya penyelesaian proyek

yang dapat dilakukan adalah :

1. Penggunaan Peralatan Berat

Asumsi yang digunakan pada alternatif percepatan dengan penambahan

peralatan adalah tidak ada kesulitan dalam mendatangkan peralatan, karena

peralatan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan proyek.

2. Penggantian atau Perbaikan Metode Kerja

Penggantian atau perbaikan metode kerja dilakukan bila metode yang sudah

dilakukan terlalu terlambat atau tidak efisien.

3. Penambahan Tenaga Kerja

Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor

penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Penyediaan jumlah tenaga kerja,

jenis ketrampilan, dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang

sedang berlangsung. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka suatu

perencanaan tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terperinci harus meliputi

perkiraan jenis dan keperluan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dari berbagai

disiplin ilmu dan pekerja lapangan untuk tahap konstruksi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

25

Perencanaan sumber daya proyek terutama yang berbentuk sumber daya

manusia atau tenaga kerja diawali dengan mengkonversikan lingkup proyek dari

jumlah jam-orang menjadi jumlah tenaga kerja. Untuk ini diperlukan parameter

penting yaitu produktivitas tenaga kerja. Dengan memakai parameter indeks

produktivitas merupakan salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil

guna tenaga kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan

adalah kondisi fisik lapangan dan sarana bantu, supervisi, perencanaan, dan

koordinasi, komposisi kelompok kerja, kerja lembur, ukuran besar proyek, kurva

pengalaman (learning curve), pekerja langsung versus subkontraktor, dan

kepadatan tenaga kerja. Dalam penelitian ini telah dibatasi bahwa kegiatan

percepatan durasi proyek akan dilakukan dengan penambahan jam kerja (jam

lembur) dan penambahan tenaga kerja.

4. Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur)

Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam

kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah

produktivitas kerja sehingga dapat mempercepat waktu pelaksanaan suatu

kegiatan. Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi

sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah:

a. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 – 17.00), sedangkan lembur

dilakukan setelah waktu kerja normal.

b. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga

Kerja Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal 11 diperhitungkan sebagai

berikut :

1. Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1,5

(satu setengah) kali upah satu jam.

2. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur

sebesar 2 (dua) kali upah satu jam.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Biaya lembur per hari =(jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah satu jam

normal)+(jam kerja lembur berikutnya x 2 upah satu jam normal)

…………….......................................................................................... (2.1)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

26

2.6.2 Produktivitas Kerja Lembur

Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan

input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang

telah dilakukan seperti meter kubik galian atau timbunan, ataupun meter persegi

untuk plesteran. Sedangkan imputnya merupakan jumlah sumber daya yang

dipergunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Karena peralatan dan

material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan

salah satu faktor penentu produktivitas. Apabila dilakukan kerja lembur akan

terjadi penurunan produktivitas yang dapat dilihat pada grafik gambar 2.7

Gambar 2.7 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur

Sumber : Soeharto 1997

Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut:

a. Produktivitas harian = …………………………………… (2.2)

b. Produktivitas tiap jam = ……….…………………. (2.3)

c. Produktifitas harian sesudah crash

= (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod.tiap jam) …………..……… (2.4)

Dimana :

a = jumlah jam kerja lembur

b = koefisien penurunan produktivitas kerja lembur

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

27

2.7 Hubungan Biaya Terhadap Waktu

Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak

langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat

tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesaian proyek, kedua-duanya

berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat

diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek

berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto,

1997). Pada Gambar 2.8 ditunjukkan hubungan biaya langsung, biaya tak

langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan terlihat bahwa biaya optimum

didapat dengan mencari total biaya proyek yang terkecil.

Gambar 2.8 Grafik hubungan waktu dengan biaya total, biaya langsung, biaya tak

langsung dan biaya optimal

(Sumber : Soeharto, 1997)

Hubungan semacam ini disebabkan karena setiap percepatan durasi proyek

membutuhkan tambahan biaya langsung yang digunakan untuk menambah tingkat

produktivitas kerja, menambah peralatan, mengganti metode kerja dan lain-lain.

Antara waktu penyelesaian proyek normal dan dipercepat mengakibatkan

perubahan terhadap biaya total proyek.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

28

Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu

kegiatan, dipakai beberapa istilah yaitu:

a. Kurun waktu normal/normal duration (ND) yaitu jangka waktu yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan tingkat

produktivitas kerja yang normal, diluar pertimbangan kerja lembur dan usaha

lainnya seperti : menyewa peralatan yang lebih canggih.

b. Kurun waktu dipersingkat/ Crash Duration (CD) yaitu waktu tersingkat untuk

menyelesaikan suatu kegiatan secara teknis masih mungkin, seperti

dilakukannya upaya penambahan sumber daya dengan penambahan jam kerja

(lembur), pembagian giliran kerja (shift), penambahan tenaga kerja dan

penambahan peralatan atau merubah metode kerja.

c. Biaya normal/Normal Cost (NC) yaitu biaya langsung yang diperlukan untuk

menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal.

d. Biaya untuk waktu dipersingkat/Crash Cost (CC) yaitu jumlah biaya langsung

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.

Gambar 2.9 Grafik hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan

(Sumber: Soeharto, 1997)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

29

Gambar 2.9 menunjukkan hubungan antara durasi-biaya, pada titik A

memberikan informasi tentang biaya yang dibutuhkan dalam kondisi minimum,

tetapi durasinya maksimum (waktu paling lambat). Pada keadaan titik A disebut

dengan biaya normal (nc) dan waktu normal (nd). Pada titik B memberikan

informasi bahwa pada titik tersebut durasi dalam kondisi minimum (waktu paling

cepat) sedangkan biaya yang dibutuhkan pada kondisi maksimum. Pada keadaan

demikian titik B disebut waktu dipersingkat (crash durasition) dan biaya waktu

dipersingkat (crash cost). Garis penghubung antara titik-titik ini dihubungkan oleh

garis-garis dan dalam keadaan normal berupa kurva-biaya dari suatu kegiatan

yang dihubungkan oleh segmen-segmen garis yang dapat berfungsi untuk

menganalisis kegiatan apa yang masih layak untuk diadakan crashing. Cara yang

digunakan adalah meninjau slope (kemiringan) dari masing-masing segment garis

yang dapat memberikan identifikasi mengenai pengaruh biaya terhadap

pengurangan waktu penyelesaian suatu proyek.

Rumus :

Crash duration = ...………........................... (2.5)

Normal cost pekerja perjam

= harga per satuan pek. x prod. tiap jam……………………………….. (2.6)

Normal cost pekerja perhari

= 8 jam x normal cost tiap jam ………..….….………………………... (2.7)

Normal cost

= normal duration x normal cost pekerja perhari ………..................... (2.8)

Crash cost pekerja

= normal cost pekerja perhari + biaya lembur perhari …….................. (2.9)

Crash cost = crash duration x crash cost pekerja perhari……............... (2.10)

Berikut ini juga akan diuraikan perhitungan biaya lembur untuk alat berat

adalah sebagai berikut:

Normal ongkos alat berat perjam

= prod. Alat berat x harga satuan alat berat…………………………… (2.11)

Normal ongkos alat berat perhari

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

30

= waktu efektif alat x normal cost perjam……………………………... (2.12)

Biaya lembur alat

= 3 jam lembur x normal cost alat……………………………………... (2.13)

Crash cost alat perhari

= normal cost alat perhari x biaya lembur perhari

Crash cost total

= crash duration x crash cost alat perhari……………………………... (2.14)

Cost slope

= ..…..…………………….................. (2.15)

Keterangan :

Normal Duration

Normal Duration adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu

aktifitas atau kegiatan dengan sumber daya normal yang ada tanpa adanya biaya

tambahan lain dalam sebuah proyek.

Crash Duration

Crash duration adalah waktu yang akan dibutuhkan suatu proyek dalam

usahanya mempersingkat waktu yang durasinya lebih pendek dari normal

duration.

Normal Cost

Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam waktu normal.

Perkiraan biaya ini adalah pada saat perencanaan dan penjadwalan bersamaan

dengan penentuan waktu.

Crash Cost

Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam jangka waktu

sebesar durasi crash-nya. Biaya setelah di crashing akan lebih besar dari biaya

normal.

Cost slope : perbandingan antara pertambahan biaya dengan percepatan waktu

penyelesaian proyek.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

31

2.8 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja

Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi

faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Jenis dan intensitas kegiatan

proyek berubah cepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga,

jenis ketrampilan, dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang

sedang berlangsung. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka suatu perencanaan

tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terinci harus meliputi perkiraan jenis

dan kapan keperluan tenaga kerja, seperti tenaga ahli pada tahap desain

engineering dan pekerja lapangan untuk konstruksi. Cara memperkirakan jumlah

tenaga kerja yang diperlukan, yaitu dengan mengkonversikan lingkup proyek dari

jumlah jam-orang menjadi jumlah tenaga kerja.

Secara teoritis, keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari

total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang

(man-month) dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan. Perhitungan ini akan

menghasilkan garis lurus seperti terlihat pada gambar 2.10. Jadi misalnya total

lingkup proyek sebesar 7700 bulan-orang, dan kurun waktu penyelesaian proyek

22 bulan, maka rata-rata keperluan tenaga kerja adalah 7700/22 = 350 orang.

Untuk merencanakan tenaga proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam-

macam faktor, diantaranya yang terpenting adalah seperti berikut ini :

1. Produktivitas tenaga kerja

2. Tenaga kerja periode puncak (peak)

3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat

4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan

5. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang

tajam

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

32

Gambar 2.10 Grafik rata-rata jumlah tenaga kerja

Sumber : Soeharto (1999)

Untuk penambahan tenaga kerja disini akan dilakukan dengan penambahan

tenaga kerja secara manual menyesuaikan dengan lokasi dan volume pekerjaan

yang ada. Untuk mencari produktivitas grup pekerja setelah, sebelumnya akan

dilakukan pengkonversian tenaga kerja ke pekerja untuk meratakan/menyamakan

produktivitas masing-masing pekerja seperti mandor, kepala tukang, tukang,

maupun operator alat berat. Setelah didapatkan produktivitas grup pekerja setelah

penambahan akan dicari lagi penambahan tenaga kerja dari hasil produktivitasnya

dengan mengalikan koefisien harga satuan pekerja. Untuk setiap penambahan

tenaga kerja akan dikenakan biaya untuk mendatangkan tenaga kerja sebagai

ongkos dari orang ketiga, biaya akomodasi serta biaya untuk menyediakan tempat

tinggal pekerja (bedeng).

Setelah didapatkan penambahan tenaga kerja akan dicari lagi penambahan

biaya yang terjadi akibat percepatan. Tahap kompresi akan dilakukan sama seperti

tahap kompresi penambahan waktu kerja (jam lembur) yaitu dengan

menggunakan time cost trade off analysis dan dimulai dari cost slope terendah.

Dari uraian diatas dapat ditulis sebagai berikut:

Produktivitas grup pekerja

........................................................................... (2.16)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

33

Kebutuhan tenaga kerja

= koefisien analisa x prod. Grup pekerja

Konversi tenaga kerja ke pekerja

………… (2.17)

Produktivitas perhari perpekerja sebelum penambahan pekerja

…………………………….. (2.18)

Produktivitas grup pekerja setelah penambahan

= prod. Perhari perpekerja setelah penambahan x jumlah pekerja set

penambahan……………………………………………………………. (2.19)

Penmbahan tenaga kerja

= koefisien analisa x prod. Grup pekerja set. Penambahan……………. (2.20)

Untuk penambahan alat berat pada proyek yaitu sama dengan penambahan

operator alat beratnya.

Normal ongkos pekerja perhari

= prod. Grup pekerja x harga satuan upah pekerja…………………….. (2.21)

Normal ongkos alat perhari

= prod. Alat berat x harga satuan alat………………………………….. (2.22)

Biaya penambahan tenaga kerja perhari

Biaya = ∑ (ongkos pekerja x jumlah penambahan tenaga kerja) + (jumlah total

penambahan tenaga kerja x Rp 504.065,04)…………………………… (2.23)

Biaya penambahan alat perhari

= (ongkos alat x jumlah penambahan alat berat) x jam eff……………. (2.24)

Adapun dasar dan sebab dilakukan penambahan tenaga kerja yaitu :

1. Terjadinya keterlambatan.

2. Ada volume pekerjaan yang tersisa untuk segera diselesaikan.

3. Waktu penyelesaian proyek ingin dipercepat.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

34

2.9 Pertukaran Biaya dan Waktu (Time Cost Trade Off)

Penyelesaian aktivitas di dalam suatu proyek memerlukan penggunaan

sejumlah sumber daya minimum dan waktu penyelesaian yang optimum, sehingga

aktivitas akan dapat diselesaikan dengan biaya normal dan durasi normal. Jika

suatu saat diperlukan penyelesaian yang lebih cepat, penambahan sumber daya

memungkinkan pengurangan durasi proyek dari wakyu normalnya, tetapi biaya

yang dikeluarkan akan lebih besar lagi.

Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan

kompresi durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar penambahan dari segi

biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya

langsung, karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan

pengurangan durasi. Kompresi ini dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang berada

pada lintas kritis.

Selanjutnya langkah-langkah kompresi dapat dituliskan sebagai berikut :

1. Menyusun jaringan kerja proyek dengan menuliskan cost slope dari masing-

masing aktivitas.

2. Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan

mempunyai cost slope terendah.

3. Menyusun kembali jaringan kerjanya.

4. Mengulangi langkah kedua

Langkah kedua akan berhenti bila terjadi penambahan lintasan kritis dan bila

terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua dilakukan secara

serentak pada semua lintasan kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan.

5. Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis dimana

aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak mungkin dikompres lagi)

sehingga pengendalian biaya telah optimum. (Nugraha et al., 1986).

Kemudian dirinci juga prosedur mempersingkat waktu dengan uraian sebagai

berikut:

1. Menghitung waktu penyelesaian proyek dan mengidentifikasi float dengan

memakai kurun waktu normal.

2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.

3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi 2.pdf · sebagai crashing proyek ... manajemen proyek. ... Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

35

4. Menghitung cost slope masing-masing komponen kegiatan.

5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang

mempunyai cost slope terendah.

6. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru,

maka mempercepet kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope

biaya terendah.

7. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai Titik Proyek Dipersingkat

(TPD)

8. Buat tabulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungan titik

normal (biaya dan waktu normal), titik yang terbentuk tiap kali

mempersingkat kegiatan, sampai dengan titik-titik TPD.

9. Hitung biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik di atas.

10. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari biaya total

sebelum kurun waktu yang diinginkan.

11. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum yaitu kurun

waktu penyelesaian proyek dengan biaya terendah (Soeharto, 1997).