bab ii tinjauan pustaka 2.1 analisis laporan keuangan
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari dari
pada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk
menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan
yang bersangkutan.
Metode analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan
antara pos-pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui perubahan-
perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan
dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan
dengan alat-alat pembanding lainnya (Munawir, 2007:36).
Ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan
keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. Analisis horizontal
adalah analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk
beberapa periode sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode analisis
horizontal dikenal juga dengan analisis dinamis. Analisis vertikal yaitu apabila
laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan
keuangan tersebut, sehingga hanya dapat diketahui keadaan keuangan atau hasil
operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode
14
analisis statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu
saja tanpa mengetahui perkembangannya (Munawir, 2007:36).
Dalam bukunya, Munawir (2007) menyebutkan bahwa teknik analisis
laporan keuangan yang biasa digunakan dalam menganalisis laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Prosentase dari total.
Analisis dengan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan
yang terjadi.
2. Trend dan tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada
keadaan keuangannya, apakah menunjukan tendensi tetap, naik maupun
turun.
3. Laporan dengan prosentase perkomponen atau common size statement,
adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
15
struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode
tertentu.
5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor
suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga diketahui berbagai
tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
16
2.2 Analisis Rasio Keuangan
Pada suatu perusahaan melihat laporan keuangan saja belum cukup
menginformasikan mengenai kondisi serta kinerja keuangan perusahaan. Dengan
menggunakan analisis rasio dimungkinkan unutk dapat menentukan tingkat
likuiditas, solvabilitas, keekefektifan operasi serta derajat keuntungan perusahaan
(profitability) (Munawir, 2007: 65).
2.2.1 Definisi Rasio Keuangan
Berikut adalah definisi dari rasio keuangan menurut para ahli:
1. Menurut Horne dan Wachowicz (1997), “Rasio keuangan adalah
indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh
dengan membagi satu angka dengan angka lainnya”.
2. Menurut Harahap (1999), “Rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan
dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan (berarti)”.
2.2.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah:
1. Memberikan gambaran kinerja keuangan perusahaan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
2. Untuk memeriksa tingkat kesehatan suatu perusahaan.
17
3. Mengoreksi kelemahan-kelemahan yang ada dalam kebijakan
keuangan perusahaan.
4. Mengoreksi penyimpangan yang terjadi sehingga dapat diperbaiki.
2.2.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Beberapa pendapat dalam pengelompokan rasio-rasio keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Menurut Harahap (2008), rasio keuangan dikelompokkan kedalam
tujuh jenis rasio:
a. Rasio likuiditas
b. Rasio solvabilitas
c. Rasio profitabilitas
d. Rasio leverage
e. Rasio aktivitas
f. Rasio pertumbuhan
g. Rasio penilaian pasar
h. Rasio produktivitas
2. Menurut Riyanto (2001), rasio keuangan dikelompokkan kedalam
dua bentuk penggolongan, yaitu:
a. Penggolongan berdasarkan sumber data keuangan, antara lain:
1) Rasio-rasio neraca (balance sheets ratios)
2) Rasio-rasio laba rugi (income statements ratios)
3) Rasio-rasio antar laporan
18
b. Penggolongan berdasarkan tujuan analisis rasio, antara lain:
1) Rasio likuiditas
2) Rasio laverage
3) Rasio aktivitas
4) Rasio profitabilitas
3. Menurut Horne dan Wachowicz (2005), rasio keuangan dapat dibagi
kedalam lima sub divisi, yaitu: rasio likuiditas, ukuran risiko (utang)
keuangan, rasio pencakupan, aktivitas dan laba.
Dari beberapa klasifikasi rasio keuangan di atas, rasio-rasio yang paling
umum digunakan adalah: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan
rasio profitabilitas.
2.3 Likuiditas (Liquidity)
2.3.1 Pengertian Likuiditas
Masalah likuiditas merupakan masalah yang berhubungan dengan
kemampuan suatu perusahaan dalam membayar semua kewajibannya yang
jatuh tempo. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Syamsuddin (2002:41)
bahwa “Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.”
Bambang (2001:25) mengemukakan bahwa “likuiditas adalah
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi.” Dengan
19
kata lain bahwa likuiditas tidak hanya berhubungan dengan keadaan
keseluruhan keuangan perusahaan tetapi juga berkaitan dengan
kemampuan perusahaan mengkonversi aktiva lancar menjadi uang tunai.
Aktiva likuid dalam manajemen keuangan terdiri atas komponen aktiva
lancar, kas, dan surat berharga. Aktiva likuid adalah aktiva-aktiva yang
dapat segera dikonversikan segera menjadi uang tunai. Kas merupakan
aktiva yang paling likuid, aktiva lain mungkin relatif likuid atau tidak
likuid tergantung seberapa cepat aktiva ini dikonversikan ke dalam kas,
misalnya surat-surat berharga (efek-efek).
Piutang dipandang kurang likuid dibandingkan kas dan surat-surat
berharga karena piutang mempunyai risiko dan struktur maturitas yang
berbeda-beda dimana untuk mengkonversi piutang ke dalam kas
dibutuhkan pembeli yang tentu hanya mau membeli dengan harga yang
lebih rendah daripada nilai piutang ataupun menunggu hingga piutang
tersebut jatuh tempo. Sedangkan persediaan barang dipandang tidak lebih
likuid dibandingkan dengan piutang karena persediaan barang cenderung
untuk diperdagangkan pada pasar tertentu dan apabila perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan akan menjual barangnya maka
diperlukan pembeli yang tepat serta tawar-menawar yang cukup lama.
2.3.2 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Irham Fahmi, 2011:59).
20
1. Rasio lancar (current ratio)
Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan
untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek
karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor
jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang
tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang (Agnes
Sawir, 2005:8). Current ratio dirumuskan sebagai berikut:
Current ratio yang rendah biasanya menunjukkan terjadi
masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang
mempunyai current ratio yang tinggi juga kurang baik, karena
menunjukkan banyaknya dana yang mengendap atau menganggur
yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan
(Agnes Sawir, 2005:8).
2. Rasio kas (cash ratio)
Cash ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar utang
lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas (Agnes Sawir,
2005:10). Cash ratio dirumuskan sebagai berikut:
3. Rasio cepat (quick ratio/acid test ratio)
Quick ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memper-hitungkan
21
persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama
untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang
segera dapat direalisir sebagai uang kas. Rasio ini lebih tajam dari
pada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat
likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) degan utang lancar. Quick
ratio dirumuskan sebagai berikut:
( )
Jika current ratio tinggi tapi quick ratio-nya rendah
menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan
(Munawir,2007:74).
2.4 Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability)
2.4.1 Pengertian Rentabilitas/Profitabilitas
Salah satu hal yang paling penting dari dilakukannya kegiatan
operasional suatu perusahaan adalah terciptanya keuntungan agar
perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin.
Rentabilitas atau disebut juga profitabilitas perusahaan menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Riyanto (2001:35) bahwa
”rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.” Dengan kata
22
lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
Harahap (2008) memberikan pengertiannya tentang rentabilitas yakni:
“Profitabilitas adalah hasil akhir dari berbagai keputusan dan kebijakan yang
dilakukan perusahaan.” Dengan demikian profitabilitas memberikan jawaban
akhir tentang efektif tidaknya perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai
tingkat laba yang tinggi tidak secara otomatis dapat menyebabkan tingkat
rentabilitas menjadi tinggi yang berarti adanya efisiensi dalam perusahaan.
Hal ini bias saja disebabkan karena mungkin saja laba yang tinggi tersebut
dihasilkan oleh penggunaan dana yang relatif besar juga.
Rentabilitas sering pula digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan
modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan
modal yang digunakan dalam operasi. Oleh karena itu, bagi manajemen atau
pihak-pihak lain, rentabilitas yang lebih tinggi lebih penting daripada
keuntungan yang besar. Tingkat rentabilitas yang tinggi juga memudahkan
suatu perusahaan untuk mendapatkan modal/pinjaman dari luar perusahaan
karena rentabilitas dapat digunakan sebagai jaminan para kreditur untuk
piutang-piutangnya sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat lebih
terjamin.
Cara menilai rentabilitas suatu perusahaan dapat berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang
diperbandingkan. Laba maupun modal yang dipergunakan perusahaan
dapat terjadi dan berasal dari hasil pendapatan operasi dan hasil
pendapatan nonopersai perusahaan, pendapatan sesudah pajak atau
23
pendapatan sebelum pajak. Sedangkan modal dapat berasal dari
penggunaan modal sendiri atau modal sendiri ditambah dengan modal dari
luar perusahaan. Dengan demikian, hal yang terpenting adalah rentabilitas
mana yang akan digunakan sebagai pengukur efisiensi penggunaan modal
dalam perusahaan yang bersangkutan.
2.4.2 Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur bagaimana tingkat
kemampulabaan perusahaan.
1. Rasio marjin laba kotor (gross profit margin)
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau
biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk berproduksi secara efisien. Dalam mengevaluasi dapat
dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan
tersebut sensitif terhadap pesaingnya (Agnes Sawir, 2005:18).
Gross profit margin dirumuskan sebagai berikut:
2. Rasio marjin laba bersih (net profit margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan (Agnes Sawir, 2005:18). Net profit margin dirumuskan
sebagai berikut:
24
3. Rasio pengembalian atas investasi (return on investment)
Rasio ini mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bersih. Rasio ini membandingkan antara laba bersih
yang dicapai dengan jumlah total aktiva (Munawir, 2007:89).
Retun on investment dirumuskan sebagai berikut:
4. Rasio pengembalian atas ekuitas (retun on equity)
Rasio ini memperlihatkan sejauhmana perusahaan mengelola
modalnya sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuantungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga
menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut
juga rentabilitas usaha (Agnes Sawir,2005:20). Return on equity
dirumuskan sebagai berikut:
2.5 Hubungan Rasio Keuangan dan Kinerja Keuangan
Dalam bukunya, Warsidi dan Bambang (2000) menyatakan bahwa:
“Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu dan membantu mengambarkan trend pola perubahan tersebut untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan”.
25
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005), menyatakan bahwa: “To
evaluate fianancial condition and performance of a firm, the financial analyst
needs certain yardstick. The yardstick frequently used is a ratio, index, relating
two pieces of financial data of to each other”. Jadi untuk menilai kondisi dan
keuangan perusahaan dapat digunakan rasio yang merupakan perbandingan
angka-angka yang terdapat pada pos-pos laporan keuangan.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa rasio keuangan dan kinerja
perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Dengan melihat rasio keuangan dari
suatu perusahaan maka akan diketahui pula bagaimana posisi keuangan dan
kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Rasio keuangan mempresentasikan
keadaan suatu perusahaan disetiap periodenya.
2.6 Tinjauan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir (output) dari proses akuntansi.
Laporan keuangan inilah yang menjadi menjadi bahan informasi bagi para
pemakainya baik pihak internal maupun eksternal perusahaan, sebagai salah satu
bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi,
laporan keuangan juga berfungsi sebagai pertanggungjawaban (accountability)
dari kinerja manajerial perusahaan, sekaligus menggambarkan indikator
kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Berikut adalah pengertian laporan keuangan yang dikemukakan oleh para
ahli:
26
1. Menurut Irham Fahmi (2011), “Laporan keuangan merupakan suatu
informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana
selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan
tentang kinerja suatu perusahaan.”
2. Menurut Weston (1989), “Laporan keuangan (biasanya dalam bentuk
neraca dan perhitungan rugi laba) berisi informasi tentang prestasi
perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk
penetapan kebijakan dimasa yang akan datang.”
3. Menurut Munawir (2007), “Laporan keuangan merupakan alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan.”
2.7 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan
(2004) adalah:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermafaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.
27
3. Menunjukan kinerja yang telah dilakukan manajemen (stewardship),
atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004), laporan keuangan
sangat bermanfaat bagi berbagai pihak, baik internal maupun eksternal
perusahaan. Pemakai laporan keuangan tersebut meliputi:
1. Investor/ pemegang saham
Investor atau penanam modal mempunyai risiko terhadap modal yang
baru atau akan ditanamkannya pada suatu perusahaan, begitu pula
penasihat mereka yang berkepentingan dengan risiko dan hasil
pengembangan dari investasi yang dilakukan. Dengan demikian, investor
membutuhkan informasi untuk membantu dalam menentukan
investasinya, apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
tersebut. Pemegang saham juga membutuhkan informasi yang
membantu mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar deviden.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka
membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas
perusahaan serta informasi yang memungkinkan mereka dapat menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun
dan kesempatan kerja.
28
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik pada informasi keuangan yang
memungkinkan mereka memutuskan apakah pinjaman serta bunganya
dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya berkepentingan dengan informasi
yang memungkinkan mereka dalam pengambilan keputusan, apakah
jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam jangka waktu yang relatif
singkat dari pemberi pinjaman, kecuali sebagai pelanggan utama,
mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan berbagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional
dan statistik lainnya.
29
7. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Oleh
karena itu, laporan keuangan tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan
informasi setiap pemakainya.
2.8 Kajian Empiris/Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
yang berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini:
Tabel 2.1
Kajian Empiris/Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Alat Analisis Variabel Kesimpulan
Prima
Budiawan
(2009)
Analisis Kinerja
Keuangan
Perusahaan Ditinjau
dari Rentabilitas,
Likuiditas dan
Solvabilitas
- Rasio Keuangan
(rentabilitas,
likuiditas,
solvanbilitas)
- NPM
- CR
- DER
- Rasio
Operasi
- Produk-tivitas tenaga kerja
Hasil dari penelitian ini menya-
takan bahwa tingkat kinerja keu-
angan perusahaan secara kese-
luruhan menurut Surat Kepu-
tusan Menteri Keuangan RI
No.826/KMK.013/1992 menun-
jukkan bahwa kinerja keuangan
PTPN X Surakarta dari tahun
2006 sampai tahun 2008 meng-
alami penurunan secara terus-
menerus, yaitu pada tahun 2006
30
dengan kondisi sehat, tahun
2007 dengan kondisi kurang
Sehat dan tahun 2008 dengan
kondisi tidak sehat, yang
mencerminkan kondisi kese-
hatan perusahaan dalam keadaan
yang kurang baik.
Sennahati
(2008)
Analisis Likuiditas
dan Profitabilitas
pada PT. Graha
Sarana Duta di
Makassar
- Rasio Keuangan
(Likuiditas,
Rentabilitas/
Profitabilitas)
- CR
- QR
- CsR
- NPM
- TATO
- ROI
- ROE
Berdasarkan hasil analisis rasio
likuiditas perusahaan selama tiga
tahun yaitu dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2007,
maka dapat disimpulkan bahwa
rasio likuiditas perusahaan
dengan indikator current ratio
selama tiga tahun terakhir ber-
fluktuasi.
Dari hasil analisis rasio pro-
fitabilitas perusahaan selama ti-
ga tahun (2005-2007) maka da-
pat disimpulkan rasio profita-
bilitas perusahaan menurun.
Johan
Iskandar
Dinata
(2009)
Analisis Likuiditas
dan Rentabilitas
Sebagai Alat Ukur
Untuk Menilai
- Rasio Keuangan
(Likuiditas,
Rentabilitas)
- CR
- QR
Dari hasil analisis data yang
dilakukan oleh peneliti di
Koperasi Subur, maka diper oleh
hasil sebagai berikut: Pada Rasio
31
Tingkat Kinerja
Keuangan KP-RI
Bahagia Kabupaten
Nganjuk.
- CsR
- NWC
- ROI
- ROE
likuiditas, ber-dasarkan analisis
Current Ratio, Quick Ratio, dan
Net working Capital Ratio tahun
2006-2008, koperasi dalam
keadaan likuid karena koperasi
mampu membayar kewajiban
atau hutangnya. Tetapi pada
Cash Ratio koperasi masih
belum mampu membayar
hutangnya,
Sedangkan pada Rasio Renta-
bilitas, berdasarkan analisis
rentabilitas ekonomi dan ren-
tabilitas modal sendiri tahun
2006–2008 koperasi masih
belum mampu memberikan
profit yang tinggi.
Sumber: fekonismuh.file.wordpress.com, repository.usu.ac.id, dan etd.eprints.ums.ac.id.