bab ii tinjauan pustaka 2.1 peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/bab 2.pdf · jumlah produksi...

18
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mendukung dan mendasari permasalahan yang akan dibahas, akan di uraikan beberapa teori-teori dan pengertian yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam topic tugas akhir ini. 2.1 Peramalan (Dalam buku Arman Hakim Nasution, 2008) peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan dalam rangka memenuhi permintaan barang dan jasa. Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi permintaan bersifat kompleks dan dinamis Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat komplek, dan dinamis karena permintaan tersebut, akan tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk subsitusi. Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. Metode peramalan yang digunakan dari pola data penjualan pasar barang/produk bisa dilihat dari Tabel sebagai berikut :

Upload: others

Post on 30-Jul-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendukung dan mendasari permasalahan yang akan dibahas, akan di

uraikan beberapa teori-teori dan pengertian yang berhubungan dengan

permasalahan yang diangkat dalam topic tugas akhir ini.

2.1 Peramalan

(Dalam buku Arman Hakim Nasution, 2008) peramalan adalah proses

untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan

dalam rangka memenuhi permintaan barang dan jasa. Peramalan tidak terlalu

dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan

permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi

permintaan bersifat kompleks dan dinamis

Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat

komplek, dan dinamis karena permintaan tersebut, akan tergantung dari keadaan

sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk subsitusi.

Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat

dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. Metode peramalan yang

digunakan dari pola data penjualan pasar barang/produk bisa dilihat dari Tabel

sebagai berikut :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

8

Tabel 2.1 Pola Data Penjualan

Komponen Data Metode yang dipakai

1. Acak - Moving Average

- Exponential smoothing

2. Trend dan Acak - Double Exponential Smoothing

- Holt Winter

3. Seasonal dan Acak Moving Average with Index Seasonal

4. Trend, seasonal dan acak - Multipikatif Winter

- Dekomposisi

Sumber: Lindawati, 2003

2.1.1 Metode Moving Average

Metode Moving Average dalam buku pangestu Subagyo (Forcasting

Konsep dan Aplikasi tahun 2004). Peramalan dengan metode moving average (rata-

ratanya, lalu menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode

berikutnya. Istilah rata-rata bergerak digunakan karena setiap kali data observasi

baru tersedia, maka angka rata-rata yang baru dihitung dan dipergunakan sebagai

peramalan.

Menentukan ramalan dengan metode single moving averages sangat

sederhana, yaitu dengan merata-ratakan jumlah data sebanyak periode yang akan

digunakan, atau jika ditulis dalam bentuk rumus adalah

S t+1 = ramalan untuk periode ke t+1

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

9

Xt = data pada periode ke –t

n= jangka waktu rata-rata bergerak

Metode single moving averages lebih cocok digunakan untuk melakukan

forecast hal-hal yang bersifat random, artinya tidak ada gejala trend naik maupun

turun, musiman, dan sebagainya, melainkan sulit diketahui polanya. Metode single

moving averages ini mempunyai dua sifat khusus, yaitu:

1. Untuk membuat forecast memerlukan data historis selama jangka waktu

tertentu. Jika mempunyai data selama V periode, maka baru bisa membuat

forecast untuk periode ke V+1.

2. Semakin panjang jangka waktu moving average akan menghasilkan moving

averages yang semakin halus

2.1.2 Metode Single Exponential Smoothing

Metode Single Exponential Smoothing Menurut Pangestu Subagyo

(forecasthing Konsep dan Aplikasi, 2004:7) metode single exponential smoothing

lebih cocok digunakan untuk meramalkan hal-hal yang fluktuasinya secara random

(tidak teratur). Untuk membuat forecast dengan metode single exponential

smoothing dicari dengan rumus:

Dalam metode ini nilai α bisa ditentukan secara bebas yang bisa mengurangi

forecast error, yaitu antara 0 dan 1.

2.2 Ukuran Akurasi Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan

peramalan merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan

dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.

Ada 5 ukuran yang biasa digunakan, yaitu:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

10

2.2.1 Rata-rata Deviasi Mutlak ( Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan

kenyataannya. Secara matematis MAD dirumuskan sebagai berikut:

MAD = ∑( 𝐴𝑡−𝐹𝑡)

𝑛

Dimana:

A = Permintaan Aktual pada periode – t

𝐹1 = peramalan permintaan (Forecast) pada periode –t

n = jumlah periode peramalan yang terlibat

2.2.2 Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan

pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara

matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut:

𝑀𝑆𝐸 = ∑(𝐴𝑡 − 𝐹𝑡)2

𝑛

2.2.3 Rata-rata Kesalahan peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama

periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah.MFE dihitung dengan

menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan

membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MFE

dinyatakan sebagai berikut:

𝑀𝐹𝐸 = ∑(𝐴𝑡−𝐹𝑡)

𝑛

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

11

2.2.4 Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolut Percentage

Error = MAPE).

MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti

dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil

peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan

memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut:

𝑀𝐴𝑃𝐸 =100

𝑛 ∑ 𝐴𝑡 −

𝐹𝑡

𝐴𝑡

2.2.5 Tracking Signal (TS)

Berkaitan dengan validasi metode peramalan, dapat menggunakan suatu

cara yaitu tracking signal. Tracking Signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya

suatu peramalan memperkiranakan nilai-nilai aktual. Berikut ini adalah rumus dari

tracking signal (Gaspersz, 2004):

Tracking signal = 𝑅𝑆𝐹𝐸

𝑀𝐴𝐷

Keterangan:

RSFE = jumlah kesalahan peramalan

MAD = rata-rata penyimpanan absolute

n = banyaknya periode data

Beberapa ahli dalam sistem peramalan seperti George Plossl dan Oliver

Wight, dua pakar rencana produksi dan pengendalian inventori menyarankan untuk

menggunakan nilai tracking signal sebesar ±4, sebagai batas-batas pengendalian

untuk tracking signal. Dengan demikian apabila tracking signal telah berada di luar

batas-batas pengendalian, metode peramalan perlu ditinjau kembali. Hal ini

dikarenakan akurasi peramalan tidak dapat diterima. (Gaspersz, 2004)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

12

2.3 Perhitungan waktu Produksi

Sebelum melakukan penyusunan produksi maka perlu melakukan

perhitungan waktu produksi untuk mengetahui waktu produksi yang ada atau jam

kerja efektif yang ada pada perusahaan Mitra Sejati usaha produksi karton untuk

masing-masing periode. Adapun waktu kerja pada CV. Mitra Sejati dibagi menjadi

2 bagian yaitu :

1. Reguler time : 08.00-17.00 dipotong 1 jam istirahat jadi waktu jam efektif

kerjanya adalah 7 jam.

2. Over time maksimal 2 jam kerja normal

2.4 Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan suatu proses penetapan tingkat output

manufacturing secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang

direncanakan dan inventori yang di inginkan. Rencana produksi mendefinisikan

tingkat manufacturing, biasanya dinyatakan sebagai tingkat bulanan untuk periode

satu tahun atau lebih, untuk setiap kelompok produk. Perencanaan produksi

merupakan tanggungjawab manajemen puncak yang membutuhkan konsensus dari

semua semua departemen fungsional, terutama dari departemen pemasaran,

keuangan, PPIC dan produksi.

Rencana produksi harus menyediakan jumlah produk yang di inginkan pada

waktu yang tepat dan jumlah biaya yang minimum dengan kualitas yang memenuhi

syarat. Rencana produksi tersebut akan menjadi dasar bagi pembentukan anggaran

operasi dan membuat keperluan tenaga kerja serta keperluan jam kerja, baik untuk

waktu kerja biasa maupun waktu kerja lembur. Selanjutnya rencana produksi

tersebut digunakan untuk menetapkan keperluan peralatan dan tingkat persediaan

yang di terapkan. (Gaspersz, 2004)

2.4.1 Perencanaan Agregat

Perencanaan agregat diperlukan karena akan mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam memenuhi permintaan dan dalam berkompetisi dengan

perusahaan lain. Proses penyusunan rencana agregat dapat menggunakan beberapa

metode. Metode-metode tersebut antara lain pendekatan intuitif, metode tabel dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

13

grafik, serta pendekatan matematika. Berikut ini diuraikan mengenai masing-

masing metode tersebut (Herjanto, 1999):

Metode tabel dan grafik merupakan metode yang sangat populer dan banyak

disukai karena mudah untuk dimengerti dan digunakan. Metode ini dilakukan

dengan cara uji coba. Kelemahan metode ini yaitu belum tentu menjamin

perencanaan produksi yang optimal meskipun metode ini hanya memerlukan

sedikit perhitungan dan lebih mudah dilakukan. (Herjanto, 1999)

Perencanaan agregat merupakan perencanaan yang dibuat untuk

menentukan total permintaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah tenaga kerja

yang dibutuhkan. Perencanaan agregat merupakan perencanaan produksi jangka

menengah. Horizon perencanaannya biasanya berkisar antara satu sampai 24 bulan

atau bisa bervariasi dari satu sampai tiga tahun. Horizon tersebut tergantung pada

karakteristik produk dan jangka waktu produksi dan periode perencanaan

disesuaikan dengan periode peramalan. (Baroto, 2002)

2.4.2 Metode Tenaga Kerja Tetap

Metode tenaga kerja tetap adalah metode perencanaan produksi agregat,

dimana jumlah tenaga kerja tidak mengalami perubahan (tetap). Metode tenaga

kerja tetap, kecepatan produksinya konstan. Metode tenaga kerja tetap melakukan

variasi tingkat persediaan dengan cara mempertahankan rata-rata tingkat produksi

yang tetap dan menyimpan kelebihan produksi pada bulan-bulan tertentu untuk

digunakan pada bulan-bulan lain yang mengalami kelebihan permintaan. Apabila

jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan

sebagai persediaan. Jika jumlah produksi lebih kecil daripada permintaan,

kekurangan produksi diambil dari persediaan (Nasution, 2003)

Dalam metode ini perusahaan berusaha menghindari kegiatan Hire dan fire.

Karena itu dilakukan penyamaan jumlah produksi berdasarkan rata-rata permintaan

dan menutupi kekurangan produksi dengan persediaan yang berasal dari produksi

periode terdahulu. Sedangkan untuk langkah-langkah pengerjaannya adalah

sebagai berikut. Pertama Demand dalam jam dihasilkan dari demand satuan agregat

dikalikan dengan cycle time. pembulatan ketas. Kedua Jumlah pekerja (untuk 12

Bulan) didapatkan dari Total demand jam dalam 12 periode dibagi dengan waktu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

14

regular selama 12 periode dan dilakukan pembulatan ketas. Ketiga Produksi jam

didaaptkan dari jumlah pekerja dikalikan dengan regular. Keempat Produksi

satuan agregat didapatkan dari produksi jam dibagi dengan waktu siklus. Kelima

Inventory atau lost demand didapatkan dari produksi satuan agregat dikurangkan

dengan demand agregat, bila positif maka masuk inventory, sedangkan jika negatif

maka akan masuk lost demand. Berikut merupakan cara penentuan kapasitas untuk

periode waktu tertentu (Gasperz, 2004) :

BakuWaktu

tNormal KerjaJamxtHKxtTKTimeReguler ProduksiUnit

BakuWaktu

tLembur KerjaJamxtHKxtTKTimeOver ProduksiUnit

2.4.3 Metode Transportasi

Salah satu pendekatan matematika yang umum digunakan dalam

perencanaan agregat adalah metode transportasi. Metode transportasi digunakan

untuk mengoptimalkan biaya pengangkutan (transportasi) komoditas tunggal dari

berbagai daerah sumber menuju berbagai daerah tujuan. Metode transportasi tidak

hanya berguna untuk optimasi pengangkutan komoditas (barang) dari daerah

sumber menuju daerah tujuan. Metode ini juga dapat digunakan untuk perencanaan

produksi. Berikut ini adalah metode penyelesaian awal dari persoalan transportasi.

(Herjanto, 1999)

Metode Pojok Kiri Atas, dimana pengalokasian dimulai dari pojok barat

laut atau pojok kiri atas. Pengalokasian selanjutnya dilakukan pada kotak dengan

posisi di sebelah kanan bawah dari kotak sebelumnya. Cara pengalokasian seperti

itu terus hdalam satuan agregat. Hitung ongkos per unit satuan agregat sebagai

akibat pilihan strategi produksi yang diterapkan. Optimasikan rencana produksi di

setiap periode dalam horison perencanaan mulai dari periode paling awal sampai

ke periode paling akhir. (Kusuma, 2004)

Metode ini memberikan hasil yang optimal jika kasus yang diselesaikan

sesuai dengan asumsi atau persyaratan masalah transportasi. Asumsi metode

transportasi adalah kapasitas produksi dan permintaan dinyatakan dalam satuan

... (2-7)

... (2-6)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

15

yang sama, total kapasitas sama dengan total permintaan dalam horison yang sama

dan semua hubungan biaya linier. (Baroto, 2002)

2.5 Persediaan (Inventory)

persediaan merupakan hal penting bagi perusahaan yang melakukan proses

produksi, baik memproduksi barang maupun jasa untuk menunjang kelancaran

proses produksinya. Menurut Freddy, (2007:7) “Persediaan merupakan salah satu

unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara continu diperoleh, diubah,

kemudian dijual kembali beberapa pengertian persediaan dan jenis persediaan

sebaga barikut :

2.5.1 Pengertian Persediaan

Pada dasarnya, persediaan merupakan hal penting bagi perusahaan yang

melakukan proses produksi, baik memproduksi barang maupun jasa untuk

menunjang kelancaran proses produksinya. Menurut Freddy, (2007:7) “Persediaan

merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara

continu diperoleh, diubah, kemudian dijual kembali.

Menurut Hendra, (2009:131) “Persediaan didefinisikan sebagai barang yang

disimpan untuk digunakan untuk dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat

berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses,

barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk

dijual.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan

merupakan barang yang berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi

yang disimpan untuk kontinuitas proses produksi dalam memenuhi kebutuhan

pelanggan.

2.5.2 jenis Persediaan

Persediaan juga diklasifikasikan berdasarkan jenis dan posisi barang

tersebut di dalam urutan pengerjaan produk yaitu (sofjan Assauri, 2008:240-242)

a. Persediaan bahan baku (Raw Materials stock) yaitu persediaan dari

barangbarang berwujud yanng digunakan dalam proses produksi, barang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

16

mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier

atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik

yang menggunakannya.

b. Persediaan bagian produk atau atau parts yang dibeli (purchased

parts/component stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari

parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung

diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

c. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in

process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari

tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah

menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian

menjadi barang jadi.

d. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang barang

yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual

kepada langganan atau perusahaan lain.

2.6 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan menurut Kumar dan Suresh (2008:92) adalah

pendekatan terencana untuk menentukan apa yang dipesan, kapan harus memesan

dan berapa banyak yang dipesan dan berapa banyak persediaan sehingga biaya

yang terkait dengan pembelian dan penyimpanan optimal tanpa mengganggu

produksi dan penjualan. Pengendalian persediaan pada dasarnya berkaitan dengan

dua masalah: (i) Kapan sebaiknya pesanan ditempatkan? (Order level), dan (ii)

Berapa banyak harus dipesan? (Order quantity) .

2.6.1 Tujuan Pengendalian Persediaan

Menurut Kumar dan Suresh (2008:92), ada beberapa tujuan dalam

pelaksanaan pengendalian persediaan, yaitu:

a. Untuk memastikan pasokan produk yang cukup untuk pelanggan dan

sebisa mungkin menghindari kekurangan produk.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

17

b. Untuk memastikan bahwa investasi keuangan dalam persediaan

minimum, yaitu untuk melihat bahwa modal kerja ditanam dapat

seminimum mungkin.

c. Pembelian, penyimpanan, konsumsi dan akuntasi untuk bahan yang

efisien merupakan tujuan penting.

d. Untuk mempertahankan pencatatan persediaan yang tepat waktu pada

semua item dan untuk menjaga persediaan dalam batas-batas yang

diinginkan.

2.6.2 Manfaat Pengendalian Persediaan

menjelaskan bahwa melalui praktek pengendalian persediaan secara ilmiah,

berikut ini adalah manfaat dari pengendalian persediaan, (kumar dan Suresh,

2008:92)

a. Peningkatan hubungan pelanggan karena pengiriman barang dan jasa

yang tepat waktu.

b. Produksi yang lancar dan tanpa gangguan dan, karena itu, tidak ada

kekurangan persedian.

c. Penggunaan modal kerja yang efisien. Membantu dalam

meminimalkan kerugian akibat kerusakan, keusangan, dan pencurian.

2.6.3 Model Persediaan

ada dua jenis model utama dalam manajemen persediaan, yaitu model untuk

persediaan independen dan model persediaan dependent, (Kamarul, 2009:7)

1. Model Persediaan Independen

Model persediaan independent adalah model penentuan jumlah pembelian

bahan/barang yang bersifat bebas, biasanya diaplikasikan untuk pembelian

persediaan dimana permintaannya bersifat kontinyu dari waktu ke waktu dan

bersifat konstan. Pemesanan pembelian dapat dilakukan tanpa

mempertimbangkan penggunaan produk akhirnya. Sampai saat ini ada empat

model persediaan yang popular, yaitu:

a) Economic Order Quantity (EOQ)

b) Economic Production Quantity (EPQ)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

18

c) Back Order Inventory Model

d) Quantity Discount Model.

2. Model Persediaan Dependen

Yang dimaksud dengan model persediaan dependen adalah model

penentuan jumlah pembelian atau penyediaan bahan/barang yang sangat

tergantung kepada jumlah produk akhir yang harus dibuat dalam suatu periode

produksi tertentu. Jumlah produk akhir yang harus diproduksi tergantung

kepada permintaan konsumen. Jumlah permintaan konsumen bersifat

independent, tetapi suku cadang atau komponen produk bersifat dependent

kepada jumlah produk akhir yang harus diproduksi.

2.7 Lot Sizing (Ukuran kuantitas Pemesanan yang efisien)

Lot sizing merupakan suatu teknik yang digunakan dalam ukuran kuantitas

pemesanan barang/produk. Ada dua cara pendekatan dalam menyelesaikan masalah

lot sizing, yaitu pendekatan periode by periode dan level by level. Satu-satunya

teknik lot sizing yang menggunakan periode by peridoe yang ada sekarang adalah

pendekatan koefisien (coeffiecient approach). Sedangkan teknik lot sizing yang

sekarang lebih sering dipakai dalam menentukan ukuran pesanan material

requrement planning secara efisien yaitu pendekatan yang dilakukan secara level

by level. Teknik lot sizing yang menggunakan pendekatan level by level memilik 4

metode diantaranya sebagai berikut :

2.7.1 Metode Lot For Lot (LFL)

Lot for lot merupakan sebuah teknik penentuan ukuran lot yang

menghasilkan apa yang diperlukan untuk memenuhi rencana secara tepat. Menurut

Purwanti (dalam Dwika, 2010:28), metode Lot for Lot (LFL), atau juga dikenal

sabagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan

(atau memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan

diusahakan seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah

sesungguhnya yang diperlukan (lot-for-lot) ini menghasilkan tidak adanya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

19

persediaan yang disimpan. Sehingga, biaya yang timbul hanya berupa biaya

pemesanan saja. Asumsi yang ada di balik metode ini adalah bahwa pemasok (dari

luar atau dari lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu, artinya

berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat dipenuhi.

2.7.2 Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Haizer dan Rendar (2005:177), EOQ adalah sebuah teknik statistic

yang menggunakan rata-rata (seperti permintaan rataan satu tahun), sedangkan

prosedur MRP mengasumsikan permintaan (terikat) diketahui yang digambarkan

dalam sebuah jadwal produksi induk. Penentuan ukuran lot ini berdasarkan biaya

setup atau biaya pemesanan per pesanan, dengan formula sebagai berikut (Heizer

dan Render, 2005:178):

𝑄∗ = √2𝐷𝑆

𝐻

Dimana :

D = pemakaian tahunan

S = biaya setup atau biaya pemesanan per pesanan

H = biaya penyimpanan per unit per tahun

2.7.3 Metode Periode Order Quantity (POQ)

Metode ini juga sering disebut dengan metode uniform order cycle,

merupakan pengemebangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak

seragam dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan yang digunakan daalam

metode EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap kali pemesanan.

Angka ini selanjutnya di bagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan

hasilnya dibulatkan ke dalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah

periode waktu yang di cakup dalam setiap kali pemesanan. Perhitungan di atas

dapat diselesaikan dalam satu rumus, sabagai berikut.

POQ = √2.𝑆

𝐷.𝐻

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

20

2.7.4 Metode Periode Balancing (PPB)

Heizer dan Render (2005:178) menyatakan bahwa Part Periode Balancing

atau peyeimbangan sebagian periode adalah sebuah teknik pemesanan persediaan

yang menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan dengan mengubah ukuran lot

untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot berikutnya di masa datang.

Penyeimbangan sebagian periode membuat sebuah sebagian periode ekonomis

(Economic Part Periode-EPP), yang merupakan perbandingan biaya setup dengan

biaya penyimpanan. EPP dapat dihitung dengan rumus berikut (Heizer dan Render,

2005:178):

EPP = 𝑆

𝐻

Dimana

S = biaya setup atau biaya pemesanan per pesanan

H = biaya penyimpanan per unit per perode

2.7.5 Rough-cut Capacity Planing (RCCP).

Rough-cut capacity planning (RCCP) digunakan untuk menguji kelayakan

kapasitas dari rencana jadwal induk produksi (MPS). Sebelum MPS ditetapkan.

Prosedur ini dilakukan untuk memberi keyakinan bahwa MPS tidak meleihi

kapasitas yang ada pada semua pusat kerja yang menghambat kelancaran proses

manufaktur. Apabila pusat kerjanya cukup banyak pengujian itu umumnya hanya

dilakukan pada pusat kerja yang mungkin terjadi bottle neck. RCCP adalah suatu

cara yang cepat dan murah untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan apabila

rencana produksi yang tertuang dalam rencana MPS melebihi kapasitas yang

tersedia, sehingga diambil tindakan atau jalan keluar sebelum waktu produksi tiba.

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang perencanaan persediaan bahan (Material

Requirement Planning) diantaranya dilakukan oleh Wawan Kurniawan (2008),

Dwika Ery Irwansyah (2010), dan Devi Cinta Resmi (2011).

1. Wawan Kurniawan (2008) menganalisis pengendalian persediaan bahan

baku di Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka. Metode analisis yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

21

digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel, MRP teknik Lot for

Lot, EOQ, dan POQ. Hasil penelitian menunjukkan metode MRP teknik

POQ direkomendasikan sebagai model alternatif dalam sistem

pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari penghematan

biaya persediaan bahan bakunya yang paling besar.

2. Dwika Ery Irwansyah (2010) menganalisis perencanaan persediaan bahan

baku di PT. Nyonya Meneer Semarang. Variabel penelitian dalam hal ini

adalah perencanaan persediaan bahan baku dengan indikator data

permintaan dan komponen bahan baku. Teknik analisis yang dilakukan

yaitu mengeplot data permintaan masa lalu, peramalan, dan MRP (Material

Requirement Planning). Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan

bahwa penerapan metode Lot Sizing Algoritma Wagner Whitin untuk setiap

bahan baku Jamu Sehat Perkasa pada PT. NYONYA MENEER Semarang

dapat meminimalkan biaya total persediaan apabila dibandingkan dengan

metode Lot Sizing Lot for Lot dan Part Period Balancing.

3. Devi Cinta Resmi (2011) mengkaji perencanaan dan pengendalian

persediaan bahan baku Produk Polyester di PT. Indorama Shynthetics, Tbk.

22 Perencanaan kebutuhan material dilakukan dengan metode MRP

berbasis peramalan akan jumlah permintaan bahan baku untuk waktu

mendatang. Peramalan tersebut menggunakan metode Time Series, yaitu

Linear Trend Analysis. Peramalan dilihat dari nilai (Mean Average

Percentage Error) MAPE yang terkecil. Penerapan perencanaan dan

pengendalian persediaan bahan baku menggunakan metode MRP yang

menghasilkan biaya terendah untuk bahan baku PTA adalah metode MRP

teknik Part Period Balancing (PPB) dengan biaya persediaan US$

322.576.591 dan penghematan 1,33%, bahan baku MEG dengan

menggunakan metode MRP teknik Lot for Lot (LFL) pada biaya persediaan

US$ 105.969.250 dan penghematan 3,62%. Berikut ini tabel yang

menyajikan ringkasan dari ketiga penelitian di atas.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

22

4. Isnaini Ruhul Ummiroh (2013) Jadwal Produksi Induk (Master Production

Schedule) produk Ajax Dinning Set untuk Bulan Maret dan April 2013

adalah masing-masing enam set. Jadwal Produksi Induk (Master

Production Schedule) untuk Bulan Maret dan April 2013 merupakan hasil

peramalan permintaan berdasarkan permintaan produk Ajax Dinning Set

selama satu tahun, yaitu Maret 2012-Februari 2013. Daftar kebutuhan bahan

(Bill of Material) untuk masing-masing Bulan Maret dan April 2013 (enam

set produk Ajax Dinning Set) adalah 24 buah kursi, 6 buah meja, 126 kg

rotan sintetis, 99 lonjor pipa alumunium, dan 120 buah (10 lusin) aksesoris

metal. Besarnya jumlah pesanan optimal untuk rotan sintetis adalah 76 kg

untuk Bulan Maret dan 126 kg untuk Bulan April, untuk pipa alumunium

adalah 89 lonjor untuk Bulan Maret dan 99 lonjor untuk Bulan April, dan

aksesoris metal adalah 60 buah (5 lusin) untuk Bulan Maret dan 120 buah

(10 lusin) untuk Bulan April.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

23

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Variable

Penelitian

Metode

Analisis

kesimpulan

1 Wawan

Kurniawan

(2008)

Volume

pemakaian

bahan baku,

biaya

persediaan

bahan baku,

harga bahan

baku, waktu

tunggu bahan

baku

Peramalan,

MRP (teknik

Lot for Lot,

EOQ, dan

POQ)

Metode MRP teknik POQ

direkomendasikan sebagai

model alternatif dalam

system pengendalian

persediaan bahan baku

yang optimal dilihat dari

biaya persediaan bahan

bakunya

2 Dwika Ery

Irwansyah

(2010)

Variabel:

perencanaan

persediaan

bahan baku

Indikator:

data

permintaan,

komponen

bahan baku

Mengeplot

data

permintaan

masa lalu,

peramalan,

dan MRP

(Material

Requirement

Planning)

Penerapan metode Lot

Sizing Algoritma Wagner

Whititn untuk setiap

bahan baku Jamu Sehat

Perkasa dapat minimalkan

biaya total persediaan

apabila dibandingkan

dengan metode Lot Sizing

Lot for Lot dan Part Period

Balancing

3 Devi Cinta

Resmi

(2011)

Permintaan

bahan baku,

jadwal induk

produksi,

struktur

MRP teknik

teknik Lot

for Lot,

EOQ, dan

PPB

Metode MRP yang

menghasilkan biaya

terendah untuk bahan

baku PTA adalah metode

MRP teknik Part Period

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalanrepository.untag-sby.ac.id/362/5/BAB 2.pdf · jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan produksi itu disimpan sebagai persediaan

24

produk, status

persediaan,

biaya pesan,

biaya simpan

Balancing (PPB) dengan

penghematan 1,33%,

bahan baku MEG dengan

menggunakan teknik Lot

for Lot (LFL) dengan

penghematan biaya 3,62%

4 Isnaini

Ruhul

Ummiroh

(2013

Permintaan

bahan baku,

jadwal induk

produksi,

struktur

produk, status

persediaan,

biaya pesan,

biaya simpan

Peramalan,

MRP (teknik

Lot for Lot

dan PPB)

ukuran lot optimal, teknik

lot sizing untuk rotan

sintetis

yang dapat digunakan

adalah teknik Lot for Lot,

karena memiliki total

biaya

persediaan yang lebih

kecil daripada Part Period

Balancing (PPB).

Sedangkan untuk pipa

alumunium dan aksesoris

metal, teknik lot sizing

yang

dapat digunaka adalah

Part Period Balancing

(PPB).