bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/bab ii.pdfumur yang...

12
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1 Pengertian Lansia Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, namun terdapat beberapa batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah 60 tahun dan 60-74 tahun baik pria maupun wanita. Lansia sendiri bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Proses tua tersebut terjadi secara alami dan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang akan mengalami proses menjadi tua dan pada masa tersebut terjadi kemunduran pada fungsi fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). 2.1.2 Batasan Lansia Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia menurut Azizah (2011 ; WHO, 2013) antara lain: 1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun. 3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun. 4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

Upload: nguyenminh

Post on 20-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia)

2.1.1 Pengertian Lansia

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Lanjut usia adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, namun terdapat beberapa batasan-batasan

umur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya

adalah 60 tahun dan 60-74 tahun baik pria maupun wanita. Lansia sendiri bukan merupakan

suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Proses tua

tersebut terjadi secara alami dan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang akan

mengalami proses menjadi tua dan pada masa tersebut terjadi kemunduran pada fungsi fisik,

mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).

2.1.2 Batasan Lansia

Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia menurut Azizah (2011

; WHO, 2013) antara lain:

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

9

Depkes RI (2013) mengklasifikasikan lansia dalam kategori sebagai berikut:

1. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan.

4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.3 Perubahan Fisiologi Lansia

Terdapat banyak perubahan fisiologi yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut tidak

bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.

Perubahan fisiologis lansia menurut Effendi & Makhfudli (2009) antara lain:

1. Sistem Integumen

Seiring dengan proses penuaan, kulit akan kehilangan elastisitas dan kelembabannya.

Lapisan epitel menipis, serat kolagen elastis juga mengecil dan menjadi kaku. Kulit

menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik,

menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala

dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga

menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,

pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki

tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan

fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya. Kesulitan mengatur suhu tubuh

karena penurunan ukuran, jumlah dan fungsi kelenjar kerigat serta kehilangan lemak

subkutan. Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35OC, hal ini

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

10

diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan tidak

dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

2. Sistem Muskuloskeletal

Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur, penurunan rentang gerak dan

gerakan yang melambat. Perubahan ini merupakan contoh dari banyaknya karakteristik

normal lansia yang berhubungan dengan proses menua. Penurunan massa tulang

menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah. Columavertebralis mengalami kompresi

sehingga menyebabkan penurunan tinggi badan. Peningkatan jaringan adiposa,

penurunan pembentukan kolagen dan massa otot serta penurunan viskositas cairan

sinovial, lebih banyak di membran sinovial yang fibrotik.

3. Sistem Neurologis

Penurunan jumlah sel-sel otak sekitar 1% per tahun setelah usia 50 tahun. Hilangnya

neuron dalam korteks serebral sebanyak 20%. Akibat penurunan jumlah neuron ini,

fungsi neurotrasmiter juga berkurang. Transmisi saraf lebih lambat, perubahan

degeneratif pada saraf-saraf pusat dan sistem saraf perifer, hipotalamus kurang efektif

dalam mengatur suhu tubuh, peningkatan ambang batas nyeri, refleks kornea lebih

lambat serta perubahan kualitas dan kuantitas tidur.

4. Sistem Pernafasan

Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas

dari silia, paru-paru hilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik

napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimal menurun dan kedalaman bernapas

menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada

arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan

kekuatan otot pernapasan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

11

5. Sistem Gastrointestinal

Kehilangan gigi, indra pengecap mengalami penurunan, esofagus melebar, sensitivitas

akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung

menurun, peristalik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati

semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai

aliran darah.

6. Sistem Genitourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun hingga

50%, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih melemah, kapasitasnya menurun

hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung

kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun

ke atas sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga ± 75% dari besar

normalnya.

7. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,

kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20

tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas

pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering

terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya

resistensi dari pembuluh darah perifer.

8. Sistem Sensori

Penurunan daya akomodasi mata, penurunan adaptasi terang- gelap, lensa mata

menguning, perubahan persepsi warna, pupil lebih kecil, kehilangan pendengaran untuk

frekuensi nada tinggi, penebalan membran timpani, kemampuan mengecap biasanya

menurun, penurunan jumlah reseptor kulit dan penurunan fungsi sensasi akan posisi

tubuh.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

12

2.2 Konsep Dasar Posyandu Lansia

2.2.1 Pengertian Posyandu Lansia

Menurut Kemenkes (2011), posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

masyarakat lanjut usia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, dan di gerakkan oleh

masyarakat agar lanjut usia mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan merupakan

kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia yang

penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga,

tokoh masyarakat dan organisasi social.

Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarakat

dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintahan, non pemerintahan, swasta, organisasi

sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif

(KomNas, 2010).

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu

wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat di mana mereka bisa

mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dan kebijakan

pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program

puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Sunaryo, 2015)

2.2.2 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah: Pertama, meningkatkan

jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan

yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Kedua, mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran

serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi

antara masyarakat usia lanjut (Sunaryo, 2015).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

13

Tujuan pelayanan posyandu lansia, antara lain :

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.

3. Membina kesehatan dirinya sendiri.

4. Meningkatkan kesadaran pada lansia.

5. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut

dimasyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga

(Sulistyorini, 2010)

2.2.3 Manfaat Posyandu Lansia

Menurut Depkes RI (2006), manfaat dari posyandu lansia adalah :

1. Kesehatan fisik lanjut usia dapat dipertahankan tetap bugar.

2. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara.

3. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.

4. Pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan

dapat mendorong minat lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.

2.2.4 Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran tidak Iangsung. Sasaran

langsung adalah prausia lanjut (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), dan usia lanjut risiko

tinggi, yaitu usia lebih dan 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan. Sasaran tidak langsung adalah keluarga di mana usia lanjut berada, masyarakat tempat

lansia berada, organisasi sosial, petugas kesehatan, dan masyarakat luas (Sunaryo, 2015)

Sasaran posyandu lansia menurut Depkes RI (2006), dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu :

1. Sasaran langsung meliputi kelompok pra usia lanjut usia 45 s.d 59 tahun, kelompok

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

14

lansia 60 tahun keatas, dan kelompok lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.

2. Sasaran tidak langsung adalah keluarga yang mempunyai lansia, masyarakat di lingkungan

lansia berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan lansia, masyarakat luas.

2.2.5 Kegiatan Posyandu Lansia

Menurut Komnas (2010), Kegiatan posyandu lansia ini mecakup upaya-upaya

perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat, seperti:

1. Promotif yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku hidup

sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani.

2. Preventif yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit

dengan menggunakan KMS lansia.

3. Kuratif yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.

4. Rehabilitatif yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia.

5. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter/ spigmomanometer dan

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

6. Pemeriksaan kadar gula darah dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

diabetes.

7. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun diluar kelompok dalam rangka

kunjungan rumah atau konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan

yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok lansia.

2.2.6 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme pelayanan posyandu lansia terdiri atas 5 meja, yaitu :

1. Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader mencatat lansia

tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register kemudian menuju meja

selanjutnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

15

2. Meja 2 : Tempat pengukuran dan penimbangan berat badan.

3. Meja 3 : Pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan, Indeks Masa

Tubuh (IMT), dan mengisi KMS.

4. Meja 4 : Tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan pojok gizi,

Penyuluhan kesehatan individu berdasarkan KMS, serta pemberian PMT.

5. Meja 5 : Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil pemeriksaan

kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk

selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatan (Sulistyorini, 2010).

2.2.7 Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan

mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk

mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan

yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada lanjut usia di posyandu lansia

berupa pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar (Activity Dayli Living)

(Sulistyorini, 2010).

Pertama, kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun

tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. Kedua, pemeriksaan status mental.

Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman

metode 2 (dua) menit. Ketiga, pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT). Keempat,

pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut

nadi selama satu menit. Kelima, pemeriksaan Hemoglobin menggunakan taiquist, sahli, atau

cuprisulfat. Keenam, pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya

penyakit gula (Diabetes Mellitus). Ketujuh, pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam

air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. Kedelapan, pelaksanaan rujukan ke

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

16

Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga

7. Kesembilan, penyuluhan kesehatan. (Sulistyorini, 2010).

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia

dan kegiatan olahraga, seperti senam lansia dan gerak jalan santai untuk meningkatkan

kebugaran (Sulistyorini, 2010).

2.2.8 Pemanfaatan Posyandu

Pemanfaatan posyandu merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, kesadaran akan kesehatan, dan nilai-nilai

sosial budaya, pola relasi gender yang ada di masyarakat akan mempengaruhi pola hidup dalam

masyarakat itu sediri (Kemenkes, 2010).

Pelayanan kesehatan adalah sebuah sistem palayanan kesehatan yang tujuan utamanya

adalah untuk memberikan pelayanan preventif (pencegahan), dan promotif (peningkatan

kesehatan) dengan sasaran utamanya adalah masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

2.2.9 Indikator Pemanfaatan Posyandu

Sesorang dikatakan memanfaatkan posyandu apabila ia dapat memberikan konstribusi

besar dalam upaya menurunkan masalah kesehatan yaitu dengan mengunjungi posyandu lansia

secara rutin dalam 3 bulan terakhir tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari. Semakin rendah

angka kesakitan, menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Sebaliknya,

semakin tinggi angka kesakitan, menunjukkan derajat kesehatan penduduk semakin buruk

(Kemenkes, 2010).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

17

2.2.10 Faktor yang harus Tersedia pada Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan

Kendalanya.

Ada beberapa faktor yang harus tersedia pada pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk

menunjang pelaksanaan yaitu faktor kemampuan baik dari keluarga misalnya (penghasilan,

simpanan asuransi atau sumber-sumber lainnya) dan dari komunitas misalnya tersedianya fasilitas

dan tenaga pelayanan kesehatan. Salah satu kendalanya dapat berupa lamanya menunggu

pelayanan serta lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut

(Muzaham, 2007).

2.2.11 Fungsi Pelayanan Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan

Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak dapat lagi seluruhnya

ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan itu mencakup kelompok masyarakat luas. Para

dokter sangat memerlukan bantuan tenaga paramedik lainnya seperti perawat, ahli gizi, ahli ilmu

sosial, dan juga anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk melaksanakan program

kesehatan. Tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut tahap atau jenis program kesehatan

yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitas

(DepKes, 2006).

2.2.12 Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Posyandu Lansia

Menurut Kusuma Ningrum (2014) mengemukakan dalam penelitianya yang berjudul

Faktor internal yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu adalah sebagai berikut :

a. Umur

Dikatakan faktor usia mempengaruhi lansia karena semua fungsi ingatan, penglihatan,

pendengaran, daya konsentrasi dan kemampuan fisik secara umum mulai menurun

sehingga memerlukan orang lain untuk memenuhi keperluanya dalam mempertahankan

kunjungan ke posyandu lansia.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

18

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu

yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan

memberikan respon yang lebih rasional dan juga dalam motivasi kerjanya akan

berpotensi dari pada mereka yang berpendidikan lebih rendah atau sedang. Maka visi

pendidikan adalah mencerdaskan manusia. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang posyandu lansia.

c. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan penginderaan

terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang, pengetahuan tersebut bisa didapat dari pengalaman

sendiri ataupun dari pengalaman orang lain (Notoadmdjo, 2012).

d. Jarak rumah

Konsep jarak tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Semakin jauh jarak antara tempat tinggal

dengan tempat kegiatan semakin menurunkan motivasi seseorang dalam melakukan

aktivitas. Sebaliknya semakin dekat jarak tempat tinggal dengan tempat kegiatan dapat

meningkatkan usaha. Pengaruh jarak tempat tinggal dengan tempat kegiatan tidak terlepas

dari adanya besarnya biaya yang digunakan dan waktu yang lama. Kaitannya dengan

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah, sehingga jarak antara

rumah tinggal dan tempat pelayanan kesehatan mempengaruhi perilaku mereka (Azwar,

2010).

e. Dukungan keluarga

Sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial

berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Dukungan keluarga membuat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/3/BAB II.pdfumur yang mencakup batasan umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah

19

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal

ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

f. Peran kader posyandu

Seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat yang bertugas

membantu kelancaran pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu

harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan

posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan

mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati,.et al, 2010).