bab ii tinjauan pustaka · 2019. 1. 30. · ilmu faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling...

23
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian warisan Dalam Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa .pewarisan hanya berlangsung karena kematian ”. warisan itu adalah soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia, akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Pendapat tersebut memberikan batasan-batasan mengenai warisan antara lain : a. Seorang peninggal warisan yang pada waktu wafatnya meninggalkan kekayaan ; b. Seseorang atau beberapa orang ahli waris yang berhak menerima kekayaaan yang ditinggalkannya ; c. Harta warisan, yaitu wujud kekayaan yang ditinggalkan dan beralih kepada ahli warisnya. Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu Al-miirats, bentuk masdar dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan, yang artinya adalah berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Sedangkan makna Al-miirats menurut istilah adalah hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang tinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar’i. 11 Di dalam istilah hukum yang baku digunakan kata kewarisan, dengan mengambil kata waris dengan dibubuhi awalan ke dan akhiran an. Kata waris itu sendiri dapat berarti orang, pewaris sebagai subjek dan dapat berarti pula proses. Dalam arti yang _____________________________ 11 Muhammad Ali Ash-Shabuni, “Pembagian Waris Menurut Islam : Penerjemah A.M. Basamalah“, Gema Insani Press : 2005 ( di akses dari www.kewarisan.com ).

Upload: others

Post on 03-Aug-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian warisan

Dalam Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa

“.pewarisan hanya berlangsung karena kematian ”. warisan itu adalah soal apakah

dan bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan

seseorang pada waktu ia meninggal dunia, akan beralih kepada orang lain yang masih

hidup. Pendapat tersebut memberikan batasan-batasan mengenai warisan antara lain :

a. Seorang peninggal warisan yang pada waktu wafatnya meninggalkan kekayaan ;

b. Seseorang atau beberapa orang ahli waris yang berhak menerima kekayaaan yang

ditinggalkannya ;

c. Harta warisan, yaitu wujud kekayaan yang ditinggalkan dan beralih kepada ahli

warisnya.

Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu Al-miirats, bentuk masdar dari kata

waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan, yang artinya adalah berpindahnya sesuatu dari

seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Sedangkan makna

Al-miirats menurut istilah adalah hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada

ahli warisnya yang masih hidup, baik yang tinggalkan itu berupa harta (uang), tanah,

atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar’i. 11

Di dalam istilah hukum yang baku digunakan kata kewarisan, dengan mengambil

kata waris dengan dibubuhi awalan ke dan akhiran an. Kata waris itu sendiri dapat

berarti orang, pewaris sebagai subjek dan dapat berarti pula proses. Dalam arti yang

_____________________________

11 Muhammad Ali Ash-Shabuni, “Pembagian Waris Menurut Islam : Penerjemah A.M.Basamalah“, Gema Insani Press : 2005 ( di akses dari www.kewarisan.com ).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

14

pertama mengandung makna “ hal ikhwal “, orang yang menerima warisan dan dalam

arti yang kedua mengandung makna “ hal ihwal peralihan “ harta dari yang sudah mati

kepada yang masih hidup dan dinyatakan berhak menurut hukum yang diyakini dan

diakui berlaku dan mengikat untuk semua orang yang beragama Islam. Mewaris, berarti

menggantikan tempat dari seseorang yang meninggal ( si pewaris ) dalam hubungan-

hubungan hukum harta kekayaannya. Pewarisan dibedakan menjadi dua, yaitu (1)

Pewarisan berdasarkan Undang-Undang , juga disebut pewarisan ab-in-testato. Dan (2)

Pewarisan testamentair, yaitu pewarisan yang berdasarkan suatu testamen. 12

Di dalam BW, pewarisan berdasarkan Undang-Undang dibicarakan terlebih

dahulu, baru kemudian pewarisan testamentair. Kalau dalam pewarisan testamentair

yang ditonjolkan adalah kehendak dari pewaris, maka pewarisan ab-intestato

berdasarkan berbagai alasan, sebab ada yang bersifat mengatur, tetapi ada juga yang

bersifat memaksa. Salah satu alasan, yaitu pandangan bahwa keluarga terdekat yang

pertama berhak atas warisan itu.

Menurut Idris Djakfar dan Taufik yahya bahwa hukum kewarisanialah seperangkat ketentuan yang mengatur cara-cara peralihan hak dariseseorang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup yangketentuan-ketentuan tersebut berdasarkan pada wahyu Ilahi yang terdapatdalam Al-Quran dan penjelasannya yang diberikan oleh Nabi MuhammadSAW, dalam istilah Arab disebut Faraidl.13

Pasal 171 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam Mendefinisikan : “ Hukum

kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta

peninggalan ( tirkah ) pewaris”.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa hukum kewarisan merupakan

hukum yang mengatur tentang peralihan kepemilikan harta dari orang yang telah

_____________________________

12 R.Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Waris Kodifikasi, ( Surabaya : Airlangga University press,2005 ), halaman 4.

13 Idris Djakfar dan Taufik yahya, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta : PT. DuniaPustaka Jaya, 2005 ), halaman 3-4.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

15

meninggal dunia kepada orang yang masih hidup ( yang berhak menerimanya ), yang

mencakup apa saja yang menjadi harta warisan, siapa-siapa saja yang berhak menerima,

serta bagaimana mekanisme pembagiannya.

Warisan menurut sebagian besar ahli hukum Islam ialah semua harta benda yang

ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia baik berupa benda bergerak maupun

benda tetap, termasuk barang / uang pinjaman dan juga barang yang ada sangkut

pautnya dengan hak orang lain, misalnya barang yang digadaikan sebagai jaminan atas

hutangnya ketika pewaris masih hidup.14 Hukum Islam merumuskan ; ”.Hukum Waris

memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta memindahkankan

barang-barang / harta benda, baik barang-barang yang tidak terwujud, dan benda

(.immaterielle goederen ) dari suatu angkatan manusia (.generatie ) kepada turunannya.

Hukum Waris Islam menyebutkan bahwa aturan-aturan hukumnya mengatur bagaimana

harta peninggalan atau harta warisan diteruskan atau dibagi-bagi dari pewaris kepada

para waris dari generasi ke generasi berikutnya ”.

1.1 Waris Dalam Hukum Islam

Dalam hukum Islam ahli waris yang berhak menerima kewarisan adadua puluh lima orang, dengan perincian lima belas orang dari pihak laki-lakidan sepuluh orang dari pihak perempuan.a. Ahli waris dari pihak laki-laki adalah anak laki-laki, cucu laki-laki dari

anak laki-laki, bapak,kakek, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak, saudara laki-laki seibu, anak laki-laki saudara laki-lakisekandung, anak laki-laki saudara laki-laki sebapak, paman sekandung,paman sebapak, anak laki-laki paman sekandung, anak laki-laki pamansebapak, suami dan laki-laki yang telah memerdekakan hamba sahaya.

b. Ahli waris dari pihak perempuan adalah anak perempuan, cucuperempuan dari anak laki-laki, ibu, nenek pihak ayah, nenek pihak ibu,saudara perempuan sekandung, saudara perempuan sebapak, saudaraperempuan seibu, isteri, dan perempuan yang telah memerdekakanhamba sahaya. 15

_____________________________

14 Masjfuk zuhdi, Study Islam : Jilid III ( Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007 ), halaman 57.15 Asrory Zain Muhammad dan Mizan, Al-faraidh ( Pembagian Pusaka dalam Islam ),

(.Surabaya.: Bina Ilmu, 2011 ), halaman 9.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

16

Menurut hukum kewarisan Islam besar kecilnya bagian warisan setiap kerabat

adalah berdasarkan derajat kekerabatan mereka. Oleh karena itu, kerabat-kerabatnya

lebih kuat mendapatkan bagian yang lebih banyak. Bahkan tidak semua kerabat akan

mendapatkan warisan, karena hak-hak yang dimiliki oleh sebagian kerabat akan

timbul jika terdapat kerabat tertentu. Hal ini telah diatur secara jelas dalam Al-Quran

dan as-Sunnah. Dalam hukum kewarisan Islam, sebelum harta peninggalan dibagikan

maka harta peninggalan tersebut dikeluarkan dulu yang telah digunakan untuk biaya

perawatan / penguburan, melunasi hutang piutang pewaris, dan melaksanakan wasiat

yang dibuat oleh pewaris.

1.2 Prinsip-prinsip Hukum Waris

Hukum Islam, sebagai bagian agama Islam melindungi hak asasi manusia. Jika

hukum Islam dibandingkan dengan pandangan atau pemikiran hukum barat tentang hak

asasi manusiaakan kelihatan perbedaannya. Hukum barat memandang hak asasimanusia

semata-mata berpusat pada manusia. Dengan demikian pemikiran manusia sangat

dipentingkan.

Sebaliknya, hukum Islam berpusat pada Tuhan. Manusia adalah penting,

tetapi yang lebih utama adalah Allah. Dialah pusat segala sesuatu.16 Perkembangan dan

penetapan hukum Islam, dikenal sejumlah prinsip yang mendasar yang senantiasa harus

dipegangi pada setiap upaya penetapan hukum.

Sejumlah prinsip yang yang dimaksud adalah sebagai berikut :1) Meniadakan kepicikan dan tidak memberatkan

Prinsip tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain, bahwaagama itu mudah, selalu mempermudah dan tidak mempersulit. Secarasubstantif ajaran Islam senantiasa memberikan kemudahan agarpelaksanaannya tidak menjadi beban di luar kapasitas.

_____________________________

16 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam ; Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam diIndonesia, ( Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2008 ), halaman 59.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

17

2) Menyedikitkan bebanTelah menjadi etika dalam menjalankan hukum Islam untuk tidak

selalu mempertanyakannya yang berakibat pada semakin bertambahnyaaturan itu. Nabi Muhammad selalu menganjurkan untuk memahami kaidah-kaidah umum agar dapat leluasa untuk berijtihad dan menggali nilai-nilaihukum di dalamnya.3) Berangsur-angsur dalam penetapan hukum

Sesuai dengan teori sosiologis bahwa penerimaan terhadap sesuatuterkadang memerlukan proses adaptasi yang memerlukan waktu. HukumIslam sangat memperhatikan ini dengan melakukan penetapan hukum secarabertahap atau berangsur sesuai perkembangan dan kapasitas.4) Memperhatikan kemaslahatan manusia

Hukum Islam secara substansial selalu menekankan perlunya menjagakemaslahatan manusia. Hukum Islam senantiasa memperhatikankepentingan dan perkembangan kebutuhan manusia yang pluralistik.Secara praktis kemaslahatan itu tertuju kepada tujuan-tujuan, yaitu :a. Memelihara kemaslahatan agama ;b. Memelihara kemaslahatan jiwa ;c. Memelihara kemaslahatan akal ;d. Memelihara kemaslahatan keturunan ;e. Memelihara kemaslahatan harta benda.

5) Mewujudkan keadilan yang merataHukum Islam senantiasa menuntut kesadaran akan semangat egality

dan equality. Semua manusia dan makhluk lainnya merupakan ciptaanTuhan yang memiliki peluang yang sama untuk mengabdi kepada pencipta-nya. Dan yang membedakan hanyalah tingkatan ketakwaannya. Dalamkonteks ini tidak dibenarkan untuk tidak berlaku adil diantara sesamaciptaan Tuhan. 17

1.3 Hukum Waris ( Kitab Faraidh )

Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya,

oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan bagian masing-

masing dan menerangkan bagian masing-masing ahli waris, sebagian besar diterangkan

diterangkan dalam beberapa ayat yang jelas, karena harta dan pembagiannya

merupakan sumber ketamakan bagi manusia, sebagian besar dari harta warisan adalah

untuk pria dan wanita, besar dan kecil, mereka yang lemah dan kuat, sehingga tidak

terdapat padanya kesempatan untuk berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu.

_______________________

17 Ibid, halaman 89.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

18

Oleh sebab itu Allah-lah yang langsung mengatur sendiri pembagian sertarincianya

dalam Kitab-Nya, meratakannya di antara para ahli waris sesuai dengan keadilan serta

maslahat yang ia ketahui. Manusia memiliki dua keadaan, yaitu keadaan hidup dan

keadaan mati, kebanyakan hukum yang ada dalam ilmu Faraidh berhubungan dengan

mati, maka Faraidh bisa dikatakan setengah dari ilmu yang ada, seluruh orang pasti

butuh kepadanya.

Ilmu Faraidh adalah Ilmu yang menerangkan tentang siapa yang berhak

mendapat warisan, dan siapa yang tidak berhak, dan juga berapa bagian setiap ahli

waris. Pembahasannya yaitu seluruh peninggalan, yaitu apa yang ditinggalkan oleh

mayit baik itu berupa harta ataupun lainnya. Hasilnya adalah memberikan seluruh hak

kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Faridhah adalah bagian tertentu sesuai

syari'at bagi setiap ahli waris, seperti sepertiga, seperempat dan sebagainya. Hak-hak

yang berhubungan dengan harta peninggalan ada lima, dilaksanakan secara berurutan

jika semuanya ada, sebagaimana dibawah ini :

a. Dikeluarkan dari harta warisan untuk penyelesaian kebutuhan mayit, seperti kain

kafan dan lainnya ,

b. kemudian hak-hak yang berhubungan dengan barang yang ditinggalkan, seperti

hutang dengan sebuah jaminan barang dan sebagainya ,

c. Kemudian pelunasan hutang, baik itu yang berhubungan dengan Allah sepertizakat,

kaffarat dan sebagainya, ataupun yang berhubungan dengan manusia ,

d. Kemudian pelaksanakan wasiat, dan

e. Pembagian warisan dan inilah yang dimaksud dalam ilmu ini.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

19

2. Sistem Hukum Kewarisan

Hukum kewarisan Islam merupakan nilai-nilai agama Islam yang telah diyakini

umatnya, kemudian dijadikan sistem kehidupan untuk mengatur hubungan sesama

manusia, yang selanjutnya menjadi sistem hukum kewarisan. Agama Islam merupakan

mayoritas agama yang dianut oleh warga negara Indonesia, maka sistem hukum

kewarisan Islam menjadi salah satu sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Sistem

hukum warisan Islam sebagai bagian dari sistem syari‘at merupakan dalam aspek

sistem hukum mu‘amalah atau juga dalam lingkungan hukum perdata. Dalam ajaran

Islam hukum warisan ini tidak dapat dipisahkan dengan hukum Islam dan ibadah

Karenanya dalam penyusunan kaidah-kaidah hukum warisan harus berdasarkan

sumber-sumber hukum Islam seperti hukum-hukum Islam yang lainnya.

2.1 Sistem Pewarisan Menurut KUH Perdata

KUH Perdata menganut sistem individual, dimana harta warisan jika pewaris

meninggal harus sesegera mungkin diadakan pembagian. Sistem ini kebanyakan dianut

oleh Warga Negara Indonesia keturunan asing seperti keturunan Eropa, Cina, bahkan

Arab atau lainnya yang tidak lagi berpegang pada ajaran agamanya.

Menurut Hukum Waris Perdata yang di anut oleh bangsa Indonesiamenyatakan bahwa :a. Dalam hal seorang mempunyai hak atas sebagian dari sekumpulan harta

benda, seorang itu tidak dipaksa membiarkan harta benda itu tetap tidakdibagi-bagi diantara orang-orang yang bersama-sama berhak atasnya ;

b. Pembagian harta benda ini selalu dapat dituntut, meskipun ada suatuperjanjian yang bertentangan dengan itu ;

c. Dapat diperjanjikan, bahwa pembagian harta benda itu dipertangguhkanselama waktu tertentu ;

d. Perjanjian semacam ini hanya dapat berlaku selama lima tahun tetapidapat diadakan lagi, kalau tenggang lima tahun itu telah lalu. 18

__________________

18 Pasal 1066 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

20

Sistem hukum waris barat tidak sesuai dengan alam pikiran bangsaIndonesia karena sifatnya yang mementingkan hak-hak perseorangan ataskebendaan. Hal mana selalu akan dapat menimbulkan perselisihan tentangharta warisan diantara para waris apabila pewaris wafat, dikarenakanmenurut hukum barat pada hakekatnya semua harta warisan termasukhutang piutang beralih kepada waris, sedangkan parawaris dapat memilihdiantara 3 (tiga) sikap yaitu :a. Sikap menerima secara keseluruhan, berarti waris menerima warisan

termasuk hutang-hutang pewaris ;b. Sikap menerima dengan syarat, berarti waris menerima warisan secara

terperinci dan hutang-hutang pewaris akan dibayar berdasarkan barang-barang warisan yang diterima ;

c. Sikap menolak, berarti waris tidak mau menerima warisan karena iatidak tahu menahu mengenai pengurusan harta warisan itu. 19

2.2 SistemPewarisan Islam

Hukum Kewarisan Islam pada dasarnya bersumber dari beberapa ayat Al-Qur’an

dan Hadist Rasulullah yang terdiri dari ucapan, perbuatan, dan hal-hal yang ditentukan

Rasulullah. Dasar hukum kewarisan itu ada yang secara tegas mengatur, dan ada yang

secara tersirat, bahkan kadang-kadang hanya berisi pokok-pokoknya saja, yang paling

banyak ditemui dasar atau sumber hukum itu dalam Surah An-Nisa’; disamping surah

lainnya sebagai pembantu.

Pewaris ( muwarits ) atau harta peninggalan (Tirkah), ialah apa yang ditinggalkan

pewaris baik hak kebendaan berwujud, maupun tidak berwujud, bernilai atau tidak

bernilai, atau kewajiban yang harus dibayar. Harus ada ahli waris ( warits ), yaitu orang

yang akan menerima harta peninggalan pewaris, yang dapat dibagi dalam 5 (lima)

golongan yaitu :

1. ahli waris sebab ( Sababiyah ) perkawinan antara suami dan istri ;

2. ahli waris nasabiyah, yaitu orang yang menerima warisan karena ada hubungan

nasab ( Qarabat ) ;

__________________

19 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, ( Bandung : PT. Citra Adiya Bakti, 2013 ),halaman.33.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

21

3. ahli waris karena hubungan Wala ( karena pembebasan budak ) ;

4. apabila menangis anak yang baru dilahirkan maka dia akan mewaris ;

5. kematiannya bersamaan, mereka tidak saling mewaris. 20

Sesungguhnya hukum waris Islam adalah perubahan dari hukum waris adat

bangsa Arab sebelum Islam masuk ke negara tersebut, yang berdasarkan sistem

kekeluargaan ( patrilineal ). Setelah datangnya Islam maka Al-Qur’an melakukan

perubahan sebagaimana diatur di dalamnya, dengan memberi bagian pula bagi kaum

wanita sehingga disebut dzawu’I-faraidh.

3. Sumber Hukum Pewarisan beserta Asas-Asasnya

Sumber-sumber hukum warisan Islam adalah pertama Al-Qur‘an, kedua Sunnah

Rasulullah SAW, dan yang ketiga ialah ijtihad para ahli hukum Islam. Dasar

penggunaan ketiga sumber hukum warisan Islam itu pertama dalam Al-Qur‘an surat

An-Nisa‘ ayat 59 :

“ Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan taatilah Rasul(.Nya ), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainanpendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah ( Al-Quran.) dan Rasul ( sunnahnya ), jika kamu benar-benar beriman kepadaAllah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) danlebih baik akibatnya.” 21

Dalam ayat tersebut mewajibkan bahwa setiap manusia dalammenetapkan hukum harus berdasarkan ketetapan-ketetapan Allah SWT danSunnah Rasulullah SAW, 22 serta Uil Amri mmenyatakan bahwa dapatdimaknakan sebagai sumber ijtihad para mujtahid. 23

Setiap perangkat hukum mempunyai asas atau prinsip masing-masing,tidak terkecuali dalam hukum waris. Dalam hukum waris dikenal 5 asasyaitu :1) Asas ijbari. Dalam bhukum Islam peralihan harta dari orang yang

telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup berlaku dengan_______________________

20 Hilman Hadikusuma, Op.Cit., halaman 87.21 Ulil Amri, Mujitahid Ar-Razi dalam Mafnatihul Ghaib ( dikutip oleh Munawar Chalil, Ulil

Amri ), ( Semarang : Ramadhani, 2008 ) halaman 69.22 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam ( mengutip ayat-ayat Al-Qur’an,

Surat An-Nisa’, Sunah Raullullah SAW ), ( Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 2009 ), halaman 11.23 Ulil Amri, Op.Cit., halaman 20.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

22

sendirinya tanpa usaha dari yang akan meninggal atau kehendak yangakan menerima, cara peralihan inidisebut ijbari. Kata ijbar berasal daribahasa Arab yang diartikan dengan paksaan atau pengendalian Tuhan(atas segala ciptaann-Nya) termasuk segala gerak gerik perbuatanmanusia. Peralihan harta seseorang yang telah meninggal dunia kepadaahli warisnya berlaku dengan sendirinya sesuai dengan kehendak Allahtanpa tergantung kepada kehendak ahli waris atau pewaris. Ahli warislangsung menerima kenyataan pindahnya harta pewaris kepadanyasesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.

2) Asas bilateral, yaitu orang yang menerima warisan dari kedua belahpihak kerabat yaitu kerabat garis keturunan garis laki-laki maupun daripihak kerabat keturunan perempuan. Dalam ayat 7 surah An-Nisa’dijelaskan bahwa seorang laki-laki berhak mendapatkan warisan daripihak ayahnya juga dari pihak ibunya. Begitu pula seorang anakperempuan berhak menerima harta warisan dari pihak ayahnya danjuga dari pihak ibunya.

3) Asas Individual, yaitu harta peninggalan yang ditinggal mati olehpribadi langsung kepada masing-masing. Pembagian secara individualini didasarkan pada ketentuan bahwa setiap insan sebagai pribadimempunyai kemampuan untuk menjalankan hak dan kewajibannya.Dengan demikian, harta waris yang telah dibagi sesuai denganketentuan yang telah ditetapkan menjadi milik ahli waris secaraindividual.

4) Asas keadilan berimbang, yaitu ahli waris laki-laki maupun perempuansemuanya berhak mewarisi harta peninggalan yang ditinggal mati olehpewaris sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 7, yaknibahwa anak laki-laki demikian juga anak perempuan ada bagian hartadari peninggalan ibu bapaknya. Kata keadilan yang berasal dari bahasaArab yaitu “al-adl” berarti keadaan yang terdapat di dalam jiwaseseorang yang membuatnya menjadi lurus.

5) Asas hukum warisan Islam dalam teks Al-Qur‘an dan As-Sunnah tidakdijumpai, dan asas tersebut merupakan hasil ijtihad para mujtahid, atauahli hukum Islam. Dengan demikian kemungkinan asas hukum warisanIslam itu beragam. Menurut Amir Syarifuddin asas hukum warisanIslam lima macam, yaitu asas ijbari, asas bilateral, asas individual, asaskeadilan berimbang, dan asas warisan semata akibat kematian. 24

3.1 Asas Ijbari

Asas Ijbari , yaitu peralihan harta seseorang yang telah meninggal dunia kepada

yang masih hidup berlaku dengan sendirinya yang dalam pengertian hukum

Islam berlangsung secara ijbari. Hal ini mengandung pengertian bahwa peralihan harta

_______________________

24 Amir Syarifuddin, Op.Cit., halaman 17-18.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

23

warisan seorang pewaris yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan

sendirinya sesuai dengan ketetapan Allah SWT, tanpa digantungkan kepada kehendak

pewaris atau ahli waris dengan bagian yang telah ditetapkan.

Kata ijbari secara Etimologi mengandung arti paksaan, artinyamelakukan sesuatu diluar kehendaknya sendiri.25 Karena hukum warisanIslam berasaskan ijbari, maka pelaksanaan pembagian harta warisan itumengandung arti paksaan tidak kehendak pewaris sebagaimana hukumwarisan Perdata barat. Kemudian Amir Syarifuddin pengertian asas ijbariitu mengandung beberpa segi :a. Segi peralihan harta, artinya dengan meninggal dunianya seseorang

dengan sedirinya harta warisannya beralih kepada orang lain dalam halini ahli warisnya. Menurut asas ini, pewaris dan ahli waris tidakdiperbolehkan merencanakan peralihan harta warisan pewaris;

b. Segi jumlah harta artinya jumlah atau bagian ahli waris dari hartapeninggalan orang yang meninggal dunia (pewaris) itu sudahditentukanoleh ketentuan-ketentuan Allah SWT, dan Sunnah RasulullahSAW. Sehingga pewaris dan ahli waris tidak diperbolehkanmenentukan jumlah bagin-bagiannya.

c. Segi kepada siapa harta itu beralih, artinya orang-orang (ahli waris)yang menerima peralihan harta peninggalan pewaris itu sudahditetapkan oleh Al-Qur‘an dan As-Sunnah Rasulullah SAW, sehinggapewaris maupun ahli waris tidak diperbolehkan merubahnya. Kecualiketentuan-ketentuan Al-Qur‘an dan As-Sunah Nabi Muhammad SAWyang bersifat dhonni, artinya nash-nash Al-Qur‘an dan As-Sunah yangbelum jelas, seperti pengembangan ahli waris dari anak berlembang kecucu terus ke bawah. 26

3.2 Asas Induvidual

Maksud dari pada asas ini adalah harta warisan dari pewaris yang telah diterima

oleh ahli warisnya, dapat dimiliki secara individu perorangan. Bagian-bagian setiap ahli

waris tidak terikat dengan ahli waris lainnya tidak seperti dalam hukum Adat, ada

bagian yang sifatnya tidak dapat dimiliki secara perorangan, tetapi dimiliki secara

kelompok. Asas Individual yaitu harta peninggalan yang ditinggalkan oleh yang

meninggal dunia, dibagi secara individual atau secara pribadi langsung kepada masing-

masing individu.

_______________________

25 Ibid.26 Ibid.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

24

3.3 Asas Bilateral

Asas bilateral, yaitu seseorang menerima warisan dari kedua belah pihak kerabat,

yaitu baik kerabat garis keturunan laki-laki maupun dari pihak kerabat garis keturunan

perempuan. Asas tersebut mengandung pengertian bahwa seseorang yang menjadi ahli

waris dari kedua garis kerabat, yakni dari pihak ayah dan pihak ibu. Asas ini dapat

dilihat dalam surat An-Nisa’ ayat 7 yang maksudnya bahwa laki-laki ada bagian dari

peninggalan ibu bapaknya dan karibnya. Asas bilateral artinya ahli waris menerima

harta warisan dari garis keturunan atau kerabat dari pihak laki-laki dan pihak

perempuan, demikian sebaliknya peralihan harta peninggalan dari pihak garis

keturunan pewaris laki-laki maupun perempuan.

3.4 Asas Keadilan Berimbang

Asas keadilan berimbang yaitu baik laki-laki maupun perempuan sama-sama

berhak tampil sebagai ahli waris, mewarisi harta peninggalan yang ditinggalkan oleh

pewaris. Asas tersebut mengandung pengertian bahwa harus senantiasa terdapat

keseimbangan antara hak dan kewajiban, antar hak yang diperoleh seseorang dengan

kewajiban yang harus ditunaikan laki-laki dan perempuan mendapat hak yang

sebanding dengan kewajiban yang dipikulnya masing-masing kelak dalam kehidupan

keluarga dan masyarakat. Dari pihak laki-laki dan pihak perempuan menerima harta

warisan secara berimbang artinya dari garis keturunan pihak laki-laki dan darl garis

keturunan pihak perempuan menerima harta warisan sesuai dengan keseimbangan

tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga. Antara laki-laki dengan perempuan

keduanya mempunyai hak menerima harta warisan dari pewaris, namun tanggung

jawab antara laki-laki dengan perempuan berbeda, laki-laki ( public family ) sebagai

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

25

kepala rumah tangga bertanggung jawab nafkah keluarganya, sedangkan perempuan

sebagai ibu rumah tangga ( domistic family ), yang mengatur rumah tangga.

3.5 Asas Warisan Semata Kematian

Peralihan peninggalan seseorang kepada orang lain dengan nama kewarisan

berlaku sesudah meninggalnya pewaris. Hukum warisan Islam hanya mengenal satu

bentuk warisan karena adanya kematian, seperti dalam Hukum Warisan Perdata barat

(BW), dengan istilah “ab-intestato”, namun dalam hukum warisan BW, selain ab-

intestato juga karena adanya wasiat yang disebut testament.

Asas ini ada hubungannya sangat erat dengan asas ijbari, disebabkanmeskipun seorang ada kebebasan atas hartanya, tetapi setelah meninggaldunia kebebasan itu tidak ada lagi. Hal ini juga difahami bahwa harta dalamIslam mempunyai sifat amanah ( titipan ), artinya manusia berhak mengatur,tetapi harus sesuai dengan ketetapan-ketetapan Allah SWT, sehinggaapabila seorang telah meninggal dunia tidak mempunyai hak lagi untukmengaturnya, dan kembali kepada-Nya. 27

Selain kelima asas tersebut asas ta’awun atau tolong-menolong jugamerupakan asas hukum warisan Islam. Dasar hukum asas ini akandijelaskan dalam sub bab as-shulh. Ta‘awun atau tolong-menolong diantarapara ahli waris, sudah menjadikan kewajiban diantara ahli waris, bagi ahliwaris yang mampu berkewajiban meringankan beban atau penderitaan ahliwaris yang tidak mampu, dengan menyerahkan atau menggugurkan hakharta warisannya, dan atau rela menerima harta warisan yang tidak sesuaidengan hak yang harus diterimanya. Dengan demikian salah satu ahli waris,dapat meringankan beban penderitaan, kesukaran ahli waris yang lain,apalagi para ahli waris itu dalam satu kekerabatan / hubungan darah. 28

4. Unsur-unsur Hukum Waris

Dalam hukum warisan Islam sama dengan hukum warisan adat, terdapat unsur-

unsur yang dalam hukum Islam disebut rukun. Adapun unsur-unsur hukum warisan

Islam, antara lain : pertama, pewaris ( muwaris ), yaitu orang yang telah meninggal

_______________________

27 Ibid., halaman 35.28 Ibid., halaman 36.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

26

dunia dan meninggalkan harta warisan ; dan kedua, harta warisan adalah harta, baik

berupa harta bergerak, tidak bergerak, dan harta yang tidak maujud, seperti hak

intelektual, hak cipta dan lain-lain. Harta tersebut dapat dibagikan kepada ahli waris,

setelah dikurangi biaya perawatan / pengobatan pewaris, pemakaman, pembayaran

hutang, dan wasiat.

4.1 Pewaris

Pewaris ialah seorang yang telah meninggal dunia dan meninggalkansesuatu yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup.Sedangkan apabila seseorang yang meninggal dunia itu tidak meninggalkansesuatu yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup ia bukanpewaris. Dalam hukum warisan Islam, yang menjadi factor-faktor warisanadalah karena hubungan nasab, karena hubungan perkawinan dan karenahubungan wala‘ atau budak. 29

Kemudian dalam hukum Islam Amir Syarifuddin mengatakan bahwapewaris dalam kelompok pengertian walidani, sebagaimana ketentuan SuratAn-Nisa‘ ayat 7 dan 33 adalah ayah, ibu, kakek, nenek, anak dan cucu.Sedangkan pewaris dalam kelompok pengertian aqrabuna, sebagaimanaditemukan dalam Surat An-Nisa‘ ayat 12 dan 176 adalah suami dan istri dansaudara. Kemudian pengertian menurut Al-Qur‘an diperluas dengan HaditsNabi SAW, dengan memasukan keturunan ayah dan keturunan kakek,sehingga termasuk anak saudara dan paman serta bibi,30 kemudian pewariskarena telah memerdekakan budak ( wala‘ ) yang tidak meninggalkan ahliwaris. 31

Atas dasar prinsip meninggalnya seseorang, berlakunya pembagianharta warisan, sehingga pewaris itu harus nyata meninggal dunia. Kemudianada dua bentuk meninggal dunia :1. pertama, seseorang meninggal dunia, artinya seseorang telah nyata

putusnya nyawa dari jasad yang dibuktikan dengan pancaidera ataumelalui medis atau tidak hidup lagi.

2. kedua, dianggap meninggal dunia secara hukum, artinya meninggaldunia karena putusan pengadilan, artinya seseorang dianggap ataudinyatakan meninggal dunia dengan putusan hakim, kemungkinkanorang tersebut masih hidup tetapi disebabkan oleh sesuatu hal tertentuorang itu dianggap meninggal dunia, seperti dalam kasus seorangpewaris telah hilang bertahun-tahun tidak diketahui tempattinggalnya..32

_______________________

29 Ibid., halaman 51.30 Ibid., halaman 52.31 Ibid.32 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Edisi ketiga : Departemen Pendidikan

Nasional ), ( Jakarta : Balai Pustaka, 2001 ), halaman 723.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

27

Kemudian perincian pewaris dalam hukum warisan Islam dapat dilihat dalam

ayat-ayat Al-Qur‘an dan Sunnah Rasulullah SAW, serta dikembangkan dengan ijtihad,

maka dalam hal ini Amir Syarifuddin memberikan perincian pewaris menjadi 4

kelompok, yaitu :

a. Kelompok ayah dan ibu dan dikembangkan kakek dan nenek terus ke atas ;

b. Kelompok anak baik anak laki-laki dan anak perempuan dan dikembangkan kepada

cucu terus ke bawah ;

c. Kelompok suami dan istri ;

d. Kelompok saudara dan paman.

4.2 Harta Warisan

Harta adalah barang (uang dsb) yang menjadi kekayaan.33 Sedangkan harta

warisan adalah barang atau benda yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia

yang menjadi hak ahli waris, setelah dikurangi untuk kepentingan biaya perawatan

jenasah, hutang-hutang dan wasiat. 34 Dalam pengertian ini antara harta peninggalan

dengan harta warisan dapat dibedakan. Harta peninggalan seluruh barang atau benda

yang ditinggalkan oleh seseorang telah meninggal dunia, dalam arti barang tersebut

milik orang pada saat meninggal dunia, sedangkan harta warisan ialah harta yang

berupa barang atau benda yang berhak diterima oleh ahli waris.

Jenis harta kewarisan ada yang berwujud dan ada yang tak berwujud, yang

berwujud dalam istilah ekonomi disebut harta aktiva, harta ini dalam istilah hukum ada

dua macam sifat, pertama adalah harta disebut barang tak begerak, artinya barang

tersebut tidak dapat dipindahkan, dan harta yang berupa barang begerak artinya harta

_______________________

33 Hasan Alwi, Op.Cit., halaman 390.34 Fatchurahman, Ilmu Waris, ( Bandung : Al-Ma’arif, 2011 ), halaman 36.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

28

itu dapat dipindahkan tempatnya, seperti mobil, peralatan rumah tangga dan lain

sebagainya, namun dalam Hukum Perdata terdapat barang yang sifatnya dapat

dipindahkan tempatnya, tetapi dikelompokan dalam barang tak bergerak.

Harta yang berupa barang bergerak tersebut di atas, terdapat beberapahak atas barang bergerak seperti :a. Hak memetik hasil atau hak memakai ;b. Hak atas uang bunga yang harus dibayar selama hidup seseorang ;c. Saham-saham dari perseroan ;d. Tanda-tanda pinjaman suatu negara baik negara sendiri maupun negara

asing ; dane. Hak menuntut ke Pengadilan tentang penyerahan barang bergerak atau

pembayaran uang terhadap barang bergerak. 35

Dalam hukum Islam hak kebendaan yang berbentuk hutang tidakmenjadi harta warisan. Akan tetapi, harta yang menjadi hak ahli waris ituhanya harta peninggalan dalam keadaan bersih, artinya harta peninggalan itusetelah dikurangi hak-hak lain, seperti biaya-biaya penguburan, pajak, zakattermasuh hutang kepada orang lain. Hutang dalam hukum Islam hutang,selain terhadap orang dan badan hukum juga hutang kepada Allah SWT.Hutang kepada Allah yaitu kewajiban materi kepada Allah yang harusditunaikan, seperti membayar zakat, nadhar dan lain sebagainya. 36

Mengacu kepada pengertian tersebut di atas, bahwa harta peninggalan berbeda

dengan Harta Warisan, harta peninggalan ialah semua harta yang ditinggalkan oleh

pewaris, sedangkan Harta Warisan hanya harta yang berhak diterima oleh ahli waris,

dimana harta harta peninggalan itu setelah dikurangi atau terlepas dari tersangkutnya

segala macam hak-hak orang lain di dalamnya.

Harta peninggalan itu sebelum menjadi harta warisan dan dibagi kepada ahli

warisnya harus dilakukan berbagai tindakan pemurnian agar supaya harta yang menjadi

hak orang lain tidak terpakai oleh ahli waris. Sebelum dilakukan pemurnian harus

dilihat dahulu harta peninggalan tersebut, apakah harta peninggalan itu harta bersama

atau harta bawaan, atau mungkin kedua harta itu menyatu di dalamnya.

_______________________

35 Ibid, halaman 195.36 Ibid, halaman 26.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

29

4.3 Ahli Waris

Ahli waris adalah orang yang mempunyai hak harta warisan yang dtinggalkan

oleh seorang yang telah meninggal dunia. Kemudian orang yang mempunyai hak

sebagai ahli waris dalam hukum Islam ada empat faktor utama, yaitu :

a. Adanya perkawinan, suami ahli waris istri sebaliknya istri ahli waris suami ;

b. Adanya nasab atau hubungan darah ;

c. Wala‘ orang yang telah memerdekakan budak, dan tidak meninggalkan ahli

warisnya ;

d. Hubungan secara Islam, orang Islam yang meninggal dunia tidak meninggalkan

ahli waris, dan harta warisannya diserahkan kepada baitul mal untuk

kepentinganumat Islam. 37

Di Indonesia umumnya hanya dua faktor, yaitu faktor pertama dan kedua, untuk

faktor yang ketiga di Indonesia tidak terdapat perbudakan, akibatnya ahli waris ini tidak

dikenal, sedangkan faktor keempat bukan sistem hukum warisan. Selain adanya kedua

bentuk hubungan dalam kedua foktor tersebut, mereka baru mempunyai hak warisan,

apabila pertama dalam keadaan masih hidup pada saat pewaris menimngal dunia. Dan

kedua mereka tidak ada halangan menjadi ahli waris, tidak tertutup ( terhijab ) oleh ahli

waris lannya, perbedaan agama dan lain-lain.

5. Tinjauan Jual Beli Hak Atas Harta Warisan

Pemindahan hak atas harta warisan dapat berupa jual beli, hibah, tukar menukar

dan lelang. Dari perbuatan hukum yang sering dilakukan adalah jual beli harta warisan.

_______________________37 Fatchurahman, Op.Cit., halaman 48.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

30

5.1 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

a. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan secara tegas yang

dimaksud dengan transaksi jual beli, adalah : “ jual beli adalah suatu persetujuan,

dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu

kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan ”.

b. Pasal 1458 Kitab Undang-Undang hukum Perdata menyatakan pula : “ Jual beli ini

dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang ini

mencapai kata sepakat tentang kebendaan tersebut meskipun kebendaan itu belum

diserahkan maupun kebendaan itu belum dibayar ”.

c. Pasal 1459 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan : “ Hak Milik atas

benda yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli selama penyerahannya

belum dilakukan menurut Pasal 612, 613 dan 616 ”.

Transaksi jual beli hak atas tanah itu diperlukan adanya kata sepakat,yang mana harga dari hak atas tanah yang dijual itu belum dibayar tetapisudah kata sepakat maka, transaksi jual beli hak atas tanah itu dianggaptelah sah. Transaksi Jual Beli hak atas tanah itu dianggap sudah terjadiantara kedua belah pihak pada saat mereka sudah mencapai kata sepakatmengenai hak atas tanah yang diperjualbelikan itu serta mengenai harganya,biarpun hak atas tanah itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar. 38

Dari ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 adalahsistem yang dipakai pada hukum agraria kita ( Undang-Undang PokokAgraria ) yaitu : “ Sistem Hukum Agraria Adat ”. Dalam pembentukanhukum tanah nasional yang digunakan sebagai bahan utama adalah konsepsidan asas-asasnya.39

5.2 Menurut Hukum Islam

Dalam konsep hukum Islam kepemilikan mutlak itu berada di tangan Allah. Al-

Quran dalam beberapa ayatnya mengindikasikan mengenai hal ini, dalam surat Al-

________________________38 Effendi perangin, Hukum Agraria Jilid I tentang transaksi jual beli hak atas tanah, ( Jakarta :

Rajawali press, cetakan IV, 2007 ), halaman 114.39 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok

Agraria Isi dan Pelaksanaanya jilid 1 Hukum tanah nasional, ( Jakarta : djambatan, 2009 ),halaman.180.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

31

Baqarah (2) ayat 255 menegaskan : “ Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan dibumi.”

Ayat-ayat lain yang juga menegaskan hal itu di antaranya adalah QS. Al-Baqarah (2) :

284, QS. Ali Imran (3) : 109, dan 129, QS. An-Nisa’ (4) : 126, 131, 132, 170, dan 171,

QS. Yunus (10) : 55 dan 68, QS. Ibrahim (14) : 2, An-Nahl 916) : 52, QS. Thaha 9

(20).: 6, QS. Al-Hajj (22) : 64, QS. Luqman (31) : 26, dan QS. Asy-Syura (42) : 4.

Hukum Islam mengakui adanya kepemilikan individual ataukepemilikan yang diberikan kepada manusia. Kepemilikan Allah atas semuayang ada di alam semesta ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua yangada di dunia ini diciptakan oleh Allah. Begitu juga manusia yang memilikidiri pribadinya dianggap sebagai pemilik kerjanya maupun produk kerjanya.Tingkat kepemilikan seorang individu atas barang yang telah diproduksinyadapat diukur oleh kontribusinya dan proses produksinya. Kepemilikan bisajuga diperoleh karena pemberian alam ( langsung dari Allah ), tanpa harusmengolahnya, misalnya memanfaatkan air sungai / laut atau yang lainnya. 40

Nabi Muhammad Saw, Bersabda : “Barang siapa menyentuh, dengantangannya, sesuatu yang belum pernah disentuh oleh seorang Muslimsebelumnya, dianggap sebagai pemilik sesuatu itu.” Hadits ini mencakupsumber daya alam pada umumnya dan barang-barang konsumsi padakhususnya. 41

Di dalam hal jual beli, berarti bahwa kepemilikan barang akan berpindah setelah

barang itu diperjualbelikan, sehingga hak kepemilikan barang itu akan berpindah dari

penjual kepada pembelinya. Tentu saja hak kepemilikan ini jika dirinci lagi bisa

meliputi berbagai cara, seperti terkait dengan sewa-menyewa, pinjam-meminjam, dan

lain sebagainya. Kasus kepemilikan lainnya bisa juga melalui kasus rampasan perang,

wasiat, dan lain sebagainya.

6. Kajian Umum Tentang Jual Beli Harta Warisan

Jual beli secara Etimologis berarti pertukaran mutlak. Dalam syari’at Islam, jual

beli merupakan pertukaran semua harta ( yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan )

dengan harta lain berdasarkan keridho’an antara keduanya, atau dengan pengertian lain

_______________________40 H. Muhammad Behesti, Kepemilikan dalam Islam ( Diterjemahkan dari buku aslinya :

Ownership in Islam ), ( Jakarta : Pustaka Hidayah, 2002 ), halaman 15.41 Op.Cit., halaman 24.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

32

memindahkan hak milik dengan hak milik orang lain berdasarkan persetujuan dan

hitungan materi.42

Jual beli warisan adalah jual beli dari seluruh hak terhadap warisan, dengan

kewajiban untuk melakukan semua kewajiban yang dilahirkan bagi si penjual dari

kedudukannya sebagai ahli waris. Dapat diartikan, menjual hak yang dapat dilakukan

oleh siahli waris sebagai pengganti si pewaris atas aktiva warisan dengan syarat bahwa

si pembeli mengikat diri terhadap si ahli waris untuk atas tanggungannya sendiri

melunasi hutangnya si ahli waris yang menjadi kewajiban si ahli waris itu sebagai

pengganti dalam kewajiban hukum si pewaris. 43

6.1 Syarat Sah Perjanjian Jual Beli Warisan

Jual beli dinyatakan syah apabila telah memenuhi syarat-syarat atas pelaku akad,

barang yang akan diakadkan, atau tempat berakad, barang yang akan dipindah

kepemilikannya dari salah satu pihak kepada pihak lain baik berupa harga atau barang

yang ditentukan dengan nilai atau harga. Pelaku akad adalah orang yang berakal dan

mempunyai kemampuan memilih. Jadi orang gila, orang mabuk, dan anak kecil tidak

bisa dinyatakan sah. Bagi anak kecil yang sudah mampu membedakan yang benar dan

yang salah maka akadnya sah, tapi tergantung walinya.

Seseorang bebas mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur oleh Undang-

Undang maupun yang tidak diatur oleh Undang-Undang, dengan ketentuan sepanjang

perjanjian yang dibuat tersebut tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan

dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Dasar hukum berlakunya perjanjian bagi para

_______________________42 Slamet Ariyanto, “ Pemberian Warisan Dengan Jalan Hibah Menurut Pandangan Islam ”,

(.Studi Kasus di Desa Japar, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang ), STAIN Salatiga, 2009,halaman 45.

43 Hartono Soerjopratiknjo, “Aneka Perjanjian Jual Beli ”, Materi Kuliah, ( Yogyakarta : FakultasHukum Universitas Gadjah Mada, 2012 ), halaman 48.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

33

ahli waris dan mereka yang memperoleh hak terdapat dalam Pasal 1318 KUH perdata,

yang menyatakan jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap bahwa

itu adalah untuk ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.

Suatu perjanjian jual beli warisan pada hakekatnya mempunyai syarat sah sama dengan

syarat sahnya perjanjian pada umumnya. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata suatu

perjanjian jual beli tanah baru dapat dikatakan sah bila dipenuhi syarat-syarat :

a. Bahwa perjanjian itu didasarkan atas kesepakatan para pihak, bebas dari paksaan,

kekeliruan dan penipuan ;

b. Bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu harus orang-orang yang cakap

untuk membuat suatu perikatan, maka orang yang belum dewasa, di bawah

pengampuan, dan Wanita yang masih terikat perkawinan tidak di perbolehkan.

c. Adanya suatu hal tertentu yang diperjanjikan ;

d. Adanya suatu sebab yang halal ( yang dibenarkan dan tidak dilarang merupakan

sebab yang masuk akal untuk dipenuhi ) yang mendasari perjanjian itu.

6.2 Masalah Hukum Penjualan Harta Warisan

Warisan yang belum dibagi tidak sah untuk diperjual belikan, karena di dalam

warisan tersebut masih terdapat hak ahli waris yang lain. Dalam rukun jual beli yang

dijelaskan dalam persyaratan untuk kedua penjual dan pembeli dalam melaksanakan

transaksi yaitu menerangkan bahwa penjual yang menjual tersebut adalah pemilik asli

atau pemilik mutlak dari harta warisan tersebut. Sedangkan dalam syarat jual beli,

barang yang diakadkan dalam jual beli dijelaskan bahwa barang yang diperjual belikan

adalah milik orang yang melakukan akad atau yang diberi izin oleh pemilik.44

_______________________44 Siti Nurkayah, “ Syarat dan Wewenang Wali Waris”, ( Studi Komparatif KHI dan KUH Perdata ),

Skripsi, STAIN Salatiga, 2014, halaman 56.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

34

Dalam KUH Perdata menjelaskan tepatnya dalam Pasal 1334 ayat 2 KUH

Perdata yaitu melarang jual beli warisan yang belum terbuka, dengan melarang

seseorang membuat suatu perjanjian tentang barang-barang yang akan masuk

hakwarisnya, kalau seseorang lain akan meninggal dunia, meskipun dengan izin orang

yang akan meninggalkan barang-barang warisan itu. Kalimat “ akan masuk hak

warisnya ” mengandung maksud atau arti bahwa suatu harta kekayaan tersebut belum

menjadi hak miliknya atau hak warisnya. Dalam Pasal 1334 ayat 2 KUH Perdata

dengan adanya anak kalimat “ juga tidak dengan izin dari si peninggal warisan ” , dapat

dilihat bahwa ayat 2 ini hanya mengenai persetujuan dari dua orang tentang bakal

warisan dari seorang ketiga.

Pasal 1471 KUH Perdata yang menyatakan bahwa jual beli barang orang lain

adalah batal, dan serta secara eksplisit menyangkut Pasal 1083 KUH Perdata yang pada

intinya bahwa setiap ahli waris dianggap seketika menggantikan si pewaris dalam hal

barang-barang yang dibagikan kepadanya. Hal tersebut di atas menggambarkan

ketidakmungkinan menyerahkan hak kebendaan yang masih menjadi milik bersama,

dan belum diadakan pembagian untuk menjadi milik perseorangan.

Jikalau si pewaris belum meninggal, maka yang berhak menjual harta kekayaan

yang akan menjadi harta warisan adalah si pewaris sendiri. Sebab harta kekayaan si

pewaris belum merupakan harta warisan, masih hak sepenuhnya dari si pewaris,

sehingga belum dibagikan kepada ahli waris. Kalau si penerima waris hendak menjual

harta kekayaan si pewaris, hendaknya meminta kepada si pewaris ( tentunya ketika si

pewaris masih hidup ) untuk menjualkan harta kekayaannya itu, atau meminta lebih

dahulu harta kekayaan yang kelak akan menjadi harta warisan bagiannya ( kalau ia tega

memintanya ).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2019. 1. 30. · Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan

35

Pasal 1121 KUH Perdata menyatakan bahwa pembagian dan pemisahan harta

warisan pada waktu pewaris masih hidup itu diperbolehkan. Seandainya dulu ketika si

pewaris masih hidup membolehkan menjualnya, itu berarti dapat dianggap pewaris

telah memberikan hak warisnya kepada si penjual warisan tersebut. Sehingga ahli waris

tersebut telah mempunyai kedudukan yang kuat untuk menjual bagian harta warisan itu.

Karena dalam jual beli suatu warisan penyerahannya ( Leveringnya ) tidak dapat

dilakukan dengan satu perbuatan, melainkan masing-masing unsur-unsurnya harus

diserahkan ( Dilever ) kepada pembelinya dengan cara yang ditentukan dalam Buku II

KUH Perdata.