bab ii tinjauan pustaka 1.1. limbah praktikum kimia analisisrepository.ump.ac.id/4361/3/bab ii_umi...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Limbah Praktikum Kimia Analisis
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan. Limbah cair adalah limbah berupa cairan yang berasal dari
hasil buangan dari bahan-bahan yang telah terpakai dari suatu proses produksi
industri, domestik (rumah tangga), pertanian serta laboratorium yang
tercampur (tersuspensi) dan terlarut didalam air.
Limbah laboratorium berasal dari buangan hasil reaksi-reaksi berbagai
larutan kimia berbahaya dalam suatu eksperimen. Larutan kimia tersebut
diantaranya mengandung bahan-bahan kimia toksik dan logam-logam berat
seperti Pb, Cd, Ni, Mg, Cu dan lainnya, yang berbahaya bagi makhluk hidup
dan lingkungan (Azamia 2012). Limbah laboratorium hasil Praktikum Kimia
Analisis merupakan limbah yang memilliki jenis dan jumlah bahan kimia
yang beragam, terutama jenis bahan anorganik yang mendominasi limbah ini.
Pada praktikum ini terjadi berbagai reaksi kimia dari zat yang berbahaya
seperti zat dari golongan kation dan golongan anion. Limbah yang dihasilkan
dari hasil Praktikum Kimia Analisis memiliki pH yang relatif rendah atau
dapat dikatakan bersifat asam. Jenis praktikum kimia analisis yang dilakukan
meliputi :
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
6
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi unsur yang terdapat
dalam suatu sampel, yang terdiri dari golongan kation, dan anion.
Analisis golongan kation meliputi :
1. Golongan I, disebut golongan asam klorida (Pb2+
, Ag+, Hg
2+)
2. Golongan II, disebut golongan hidrogen sulfida (As, Sn, Sb, Cu, Pb2+
,
Bi2+
, Cd2+
, Hg2+
)
3. Golongan III, disebut golongan amonium sulfida (Al, Cr, Fe, Zn,
MN, Co, dan Ni)
4. Golongan IV, disebut golongan amonium karbonat (Ba, Sr, dan Ca)
5. Golongan V, disebut golongan sisa (Mg, K, NH4+
)
Analisis golongan anion
Perubahan spesifik dari sampel yang diuji, meliputi perubahan
warna/terjadinya gas/bau dari sampel atas penambahan asam sulfat encer
atau pekat. Analisis anion dilakukan dengan menambah larutan Na2CO3
jenuh, untuk menghilangkan logam berat. Hal ini menyebabkan logam-
logam akan terlarutkan sebagai garam karbonat, sedangkan anion terlarut
sebagai garam natrium. Analisis anion meliputi :
o Uji sulfat dengan HCl encer dan BaCl2 : jika terjadi endapan maka
mengandung Sulfat (SO42-
).
o Uji untuk reduktor dengan H2SO4 encer dan KmnO4 : jika warna
ungu hilang maka ada sulfit (SO32-
), tiosianat (SCN-), sulfida (S
2-),
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
7
nitrit (NO2-), bromida (Br
-), iodida (I
-), dan arsenit (AsO3
2-). Jika
warna ungu hilang pada pemanasan maka ada oksalat (COO)22-
o Uji untuk oksidator dengan HCl pekat dan MnCl2 jenuh : jika larutan
coklat atau hitam maka ada nitrat (NO3-), klorat (ClO3), nitrit (NO2
-),
kromat (CrO42-
), ferisianida, bromat (BrO3-), iodat, dan permanganat
(MnO4-). Jika hasil uji negatif maka hanya sedikit nitrat dan nitrit.
o Uji dengan larutan perak nitrat : untuk menguji adanya tiosulfat
(S2O32-
), iodida (I-), klorida (Cl
-), dan bromida (Br
-).
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk penetapan banyaknya suatu zat
tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif digolongkan
dalam dua jenis yaitu :
1. Analisis Titrimetri (Volumetri)
Analisis ini berkaitan dengan pengukuran volume suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi
dengan analit. Berdasarkan reaksi kimianya, titrimetri dikelompokkan
dalam empat jenis yaitu :
a. Titrasi Asidi Alkalimetri (Reaksi Asam–Basa)
Reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral, analisis asam sitrat, analisis asam salisilat, analisis
natrium tetraborat (boraks), analisis natrium bikarbonat
(NaHCO3).
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
8
b. Titrasi Oksidasi-Reduksi (Reaksi Redoks)
Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi, seperti analisis
iod bebas, analisis ion iodida (I-), analisis ion ferro (Fe
2+)
c. Titrasi Argentometri (Reaksi Pengendapan)
Pengendapan kation perak dengan anion halogen pada suasana
tertentu, seperti analisis ion kalium (K+) dalam KCl, analisis ion
bromida (Br-), analisis ion iodida (I
-)
d. Titrasi Kompleksometri (Reaksi Pembentukan Kompleks)
Suatu titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks, seperti analisis MgSo4,
analisis ion kalsium (Ca2+
), analisis ion alumunium (Al3+
),
analisis ion timbal (Pb2+
)
2. Analisis Gravimetri
Analisis ini merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat
atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat
komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan.
Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Penguapan, misalnya untuk menentukan kadar air, yaitu air kristal
atau air yang ada dalam suatu spesies.
b) Elektrolisis, zat yang dianalisa ditempatkan didalam sel
elektrolisa, sehingga logam yang mengendap pada katoda dapat
ditimbang.
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
9
c) Pengendapan, menggunakan pereaksi yang akan menghasilkan
endapan dengan zat yang dianalisa sehingga mudah dipisahkan
dengan cara penyaringan. Contohnya, Ag+ diendapkan sebagai
AgCl, atau ion besi (Fe3+) diendapkan sebagai Fe(OH)3, yang
setelah dipisahkan, dipijarkan dan ditimbang sebagai Fe2O3.
Contoh lain yaitu:
BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) BaCrO4 (s) + 2 KCl (aq)
Contoh senyawa yang dapat diendapkan dan ditimbang dapat dilihat
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Senyawa yang dapat di endapkan dan di timbang pada
Analisis Gravimetri
1.2. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pencampuran koagulan dan air baku serta
pengadukan secara cepat didalam suatu wadah, agar diperoleh suatu
campuran koagulan dan air baku yang homogen, sehingga proses
pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata.
(Hardina,dkk.,2012). Partikel-partikel dalam sistem koloid mempunyai
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
10
ukuran yang sangat kecil, yaitu berkisar antara 10-7
cm sampai dengan 10-5
cm. Sifat partikel selalu dalam keadaan stabil, hal ini disebabkan karena
muatan antar partikel sama sehingga terjadi gaya tolak menolak. Karena
sifatnya tersebut, maka partikel koloid akan selalu menyebabkan kekeruhan
dan sulit untuk dipisahkan dengan cara penyaringan maupun pengendapan.
Salah satu cara untuk dapat memperbesar ukuran partikel tersebut adalah
dengan menetralkan muatan partikel dengan jalan menambahkan larutan
kimia tertentu, sehingga partikel-partikel koloid akan membentuk suatu
gumpalan. Cara tersebut dinamakan koagulasi (Buchari,1981).
Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan kogulan biasanya
adalah senyawa yang mempunyai molekul berukuran besar dan mempunyai
gugus reaktif disepanjang rantainya, misalnya selulosa, protein dan senyawa
polimer lainnya (Prayudi & Susanto 2000). Bahan koagulan yang digunakan
dalam proses pengendapan limbah cair adalah bahan koagulan utama dan
bahan koagulan pendukung. Bahan koagulan utama termasuk tawas,
ferosulfat, ferisulfat, feriklorida, dan bahan koagulan pendukung termasuk air
kapur, soda abu, dan polyalumunium chlorida
(Droste,R.L1975;Kiely,G.,1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi
Proses koagulasi untuk pengolahan air dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
a. pH
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
11
Nilai pH untuk proses koagulasi beragam, bergantung pada koagulan dan
karakteristik air yang dipilih. Sebagai contoh, pH optimum untuk
aluminium sulfat 5,5-7,5, untuk garam besi 5,0-8,5, sedangkan pH
optimum untuk kitosan adalah pH 5 (Roussy et al., 2005).
b. Suhu
Dengan turunnya suhu, maka viskositas air semakin tinggi sehingga
kecepatan flok untuk mengendap semakin turun. Penurunan suhu
menyebabkan kecepatan reaksi berkurang, sehingga flok lebih sukar
mengendap.
c. Konsentrasi koagulan
Konsentrasi koagulan akan berpengaruh pada banyaknya jumlah bahan
kimia (koagulan) yang ditambahkan, sehingga proses pengendapan dari
tiap konsentrasi akan bervariasi. Selain itu, hal ini akan berpengaruh
terhadap tumbukan antar partikel yang akan membentuk flok-flok
(Azamia 2012).
d. Kecepatan dan waktu pengadukan
Pengadukan ini diperlukan agar tumbukan antar partikel untuk netralisasi
menjadi sempurna. Dalam proses koagulasi ini, pengadukan dilakukan
dengan cepat. Air yang memiliki turbiditas yang rendah memerlukan
pengadukan yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang memiliki
turbiditas yang tinggi.
Mekanisme Koagulasi
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
12
Mekanisme koagulasi ada dua jenis, yaitu sweep coagulation dan
adsorption coagulation. Sweep coagulation ialah koagulasi yang dimana
partikel koloid yang tidak terlarut membentuk flok-flok yang ternetralkan
oleh koagulan, sedangkan adsorption coagulation ialah koagulasi yang
dimana muatan elektris partikel koloid diubah oleh molekul koagulan yang
menempel pada permukaan koloid (Lilis.,2006). Mekanisme koagulasi dapat di
lihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1. Mekanisme Koagulasi
1.3. Koagulan
Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam air untuk
mengendapkan partikel-partikel koloid yang sulit terhilangkan di dalam air.
Penggunaan koagulan pada proses koagulasi dimaksudkan untuk destabilisasi
muatan dengan menekan atau menghilangkan lapisan diffused layer, sehingga
yang tersisa adalah gaya tarik menarik antar partikel. Koagulan memegang
peranan cukup penting dalam pengolahan air bersih, yaitu dalam hal
menurunkan kekeruhan, total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid
(TSS).
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
13
Menurut Kawamura (1991), koagulan yang digunakan dapat
dibedakan menjadi polimer anorganik dan polimer alami. Koagulan yang
umum digunakan adalah koagulan kimia seperti alum sulfat, polyaluminium
chloride, ferro sulfat (FeSO4), dan ferri khlorida (FeCl3).
Jenis-jenis Koagulan:
Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Alumunium sulfat biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai
karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal
atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah
terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas
memiliki beberapa keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal
luas oleh operator water treatment. Namun tawas juga memiliki kerugian,
yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan, sehingga perlu waktu yang
lama untuk proses pelarutan. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Al2(SO4)3 → 2 Al+3
+ 3SO4-2
H2O → H+
+ OH-
2Al+3
+ 6 OH- → 2 Al (OH)3
3SO4-2
+ 6 H+ → 3H2SO4
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
14
PAC (Poly Alumunium Chlorida)
Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan
pengembangan teknologi air. Sebagai dasarnya adalah alumunium yang
berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan
rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al-
OH. Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m, dimana : n = 2 2,7 <> 0
Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan
menjembatani partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung
efisien. Namun terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan,
yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis.
Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang
dengan membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas
adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik
lainnya, yang terdiri dari persenyawaan kimia. Aktivasi yang ditambahkan
akan meresap dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula
tertutup oleh komponen kimia, sehingga luas permukaan yang aktif
bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara
arang dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif
akan diserap lebih efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa.
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
15
Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh
terhadap jumlah warna yang diserap.
Activated silica
Activated silica merupakan sodium silikat yang telah direaksikan
dengan asam sulfat, alumunium sulfat, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai
koagulan, activated silica memberikan keuntungan antara lain meningkatkan
laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan pH
optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk.
Umumnya digunakan bersama dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 –
11% dari dosis alum.
Bentonic clay
Bentonic clay digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat
warna tinggi, kekeruhan rendah dan mineral yang rendah.(Romel.2013)
Bahan-Bahan Pembantu Koagulan
a. Penambahan alkalinitas, biasanya menggunakan kapur dan soda abu.
b. Polielektrolit, untuk memperoleh koagulasi yang optimum seperti anionik,
kationik, dan poliamfolit.
c. Penambahan kekeruhan, dilakukan dengan meresirkulasikan lumpur
endapan, sehingga konsentrasi partikulat yang diperlukan untuk
menghasilkan koagulasi tumbuh dengan cepat, contohnya tanah liat.
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
16
1.4. Kitosan
Kitosan (C6H11NO4) merupakan polimer dengan nama kimia 2-amino-
2-deoksi-D-glukosa, mengandung gugus amino bebas dalam rantai karbonnya
dan bermuatan positif. Gugus amina bebas inilah yang banyak memberikan
kegunaan bagi kitosan. Kitosan berbentuk padatan amorf, merupakan salah
satu dari sedikit polimer alami yang berbentuk polielektrolit kationik dalam
larutan asam organik (Hirano.,1986). Struktur kimia kitosan disajikan pada
Gambar 2.3
Gambar 2.3 Struktur kimia kitosan
Kitosan merupakan turunan dari khitin melalui proses deastilasi.
Ekstraksi khitin dari kulit udang dilakukan dalam 2 tahap, yaitu deproteinasi
yang bertujuan untuk menghilangkan protein yang terdapat dalam kulit
udang, dan demineralisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mineral yang
terkandung dari kulit udang (Suptijah et al., 1992). Semakin banyak gugus
asetil yang hilang dari polimer khitin, semakin kuat interaksi ikatan hidrogen
dan ion dari kitosan. Kitosan mempunyai potensi untuk digunakan dalam
industri dan bidang kesehatan.
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
17
Beberapa kegunaan kitosan antara lain sebagai berikut :
1. Membran penukar ion
2. Bahan pemurni air
3. Bahan baku benang untuk operasi plastik/bedah
4. Bahan powder untuk sarung tangan pembedahan
5. Koagulan dan flokulan
Penggunaan kitosan tergantung dari kualitasnya. Sebagai contoh
kitosan dengan kualitas rendah dapat digunakan pada pemrosesan limbah cair
industri, sedang kitosan dengan kemurnian tinggi dibutuhkan dalam bidang
kesehatan, seperti bahan obat-obatan (Bastaman,1989). Sebagai bahan
pemrosesan limbah cair, kitosan mampu menurunkan kadar COD, BOD,
padatan tersuspensi, warna, kekeruhan dan mampu mengikat logam berat
seperti Fe, Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni, Mn, Co, Zn dan lain lain (Bough,1976).
Kitosan mempunyai gugus amino bebas sebagai polikationik, pengkhelat dan
pembentuk dispersi dalam larutan asam asetat. Gugus amino bebas inilah
yang memberikan banyak kegunaan pada kitosan (Knorr,1982).
Menurut Dunn et al.,(1997) Pelarutan kitosan terjadi karena interaksi
hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina dari kitosan. Kitosan
dapat larut dalam bermacam macam asam organik, asam klorida, dan asam
nitrat pada konsentrasi 0,15% s/d 1,1%. Kitosan tidak larut dalam asam sulfat
dan sedikit larut dalam asam ortho pospat pada konsentrasi 0,5%. Kualitas
kitosan tergantung pada beberapa parameter, misalnya untuk kitosan kualitas
komersil disajikan pada Tabel 2.2.
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
18
Tabel 2.2 Standar mutu kitosan
Parameter Nilai
Ukuran partikel Dari bubuk smpai serpihan
Kadar air < 10%
Kadar abu < 2 %
Warna larutan Jernih
Derajat deasetilasi > 70
Viskositas:
- Rendah < 200 (cps)
- Medium 200 s/d 799 (cps)
- Tinggi 800 s/d 2000 (cps)
- Ekstra tinggi >2000 (cps)
(Sumber : Protan Laboratories Inc)
Kelarutan kitosan dalam asam asetat dipengaruhi oleh suhu dan
lamanya perendaman dalam NaOH. Asam asetat tergolong asam lemah
golongan asam karboksilat yang mengandung gugus karboksil (-COOH).
Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil dan gugus hidroksil.
Titik didihnya mencapai 118˚C dan baunya sangat tajam (Fessenden &
Fessenden, 1986). Adapun dalam larutan asam, gugus amina bebas sangat
cocok sebagai polikationik untuk mengkhelat logam atau membentuk
dispersi. Oleh karena itu, dalam larutan asam kitosan akan menjadi polimer
dengan struktur lurus sehingga sangat berguna untuk flokulasi, pembentuk
film atau imobilisasi enzim. Gugus amina bebas dari kitosan dalam suasana
asam akan terprotonasi membentuk gugus amino kationik (NH3+
). Kation
dalam kitosan tersebut jika bereaksi dengan polimer anionik akan membentuk
kompleks elektrolit (Sanford, 1989). Reaksi pembentukan kitosan dari khitin
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
19
dan reaksi kelarutan kitosan dengan asam asetat dapat di lihat pada Gambar
2.4 dan Gambar 2.5
Gambar 2.4 Reaksi pembentukan kitosan dari khitin.
Gambar 2.5 Reaksi kelarutan kitosan dengan asam asetat.
Spesifikasi kitosan sebagai koagulan :
a. Kitosan merupakan senyawa polimer organik.
b. Kitosan berbentuk padatan amorf berwarna kuning.
c. Kitosan larut dalam larutan asam asetat.
d. Kitosan efektif pada pH 5.
e. Penambahan kitosan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
PAC untuk menghasilkan pengendapan zat terlarut dalam proses
koagulasi.
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
20
f. Jika penambahan kitosan berlebihan, akan menambah nilai kekeruhan dan
menurunkan nilai pH secara drastis namun tidak beracun, dan ramah
lingkungan.
g. Kitosan mampu mengikat logam berat seperti Fe, Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni,
Mn, Co, dan Zn.
1.5. Jar Test
Jar test atau uji jar merupakan metode standar yang digunakan untuk
menguji proses koagulasi. Data yang didapat dengan melakukan jar test
antara lain dosis optimum penambahan koagulan, lama pengendapan serta
volume endapan yang terbentuk. Jar test yang dilakukan adalah untuk
membandingkan kinerja koagulan yang digunakan untuk mendapatkan
padatan yang tersuspensi. Metode ini dapat dilakukan untuk menentukan pH
optimum, variasi dosis koagulan, alternatif kecepatan pengadukan atau
menguji jenis koagulan yang berbeda (Hardina.,2012).
Pelaksanaan jar test ini dilakukan agar diketahui titik kekeruhan akhir
pada penambahan kedua koagulan yang sesuai dengan baku mutu air bersih
yang ditetapkan oleh Kep Menkes RI No.416/Menkes/Per/XI/1990.
Konsentrasi koagulan yang optimum dapat ditentukan berdasarkan hasil jar
test, yaitu konsentrasi yang memberikan kekeruhan akhir tepat dibawah 5
NTU, bukan kekeruhan terendah (SOP Lab PDAM Tirta Pakuan, 2011). Jar
test dapat dilihat pada Gambar 2.6
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017
21
Gambar 2.6 Jar test
Faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan dengan Jar-Test, adalah :
1. Bahan kimia yang dipakai untuk menurunkan kadar logam berat
2. Penambahan dosis Presipitan
3. pH
4. Kecepatan pengadukan
5. Waktu pengendapan
Pengolahan Limbah Cair…, Umi Uswatun Khasanah, Fakultas Teknik UMP, 2017