8 bab ii landasan teori kajian tentang budaya banyumasanrepository.ump.ac.id/544/3/bab ii_umi...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Tentang Budaya Banyumasan
1. Pengertian Budaya Banyumasan
Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 225) adalah
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat. Budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008: 225) adalah pikiran, akal budi, hasil.
Jadi, dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia yang dalam proses menciptakan
menggunakan perasaan, sehingga menghasilkan karya yang dapat dilihat oleh
manusia, dan dalam setiap sisi manusia mengandung unsur kebudayaan yang
sudah melekat, seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Hampir semua
Negara memiliki kebudayaan yang beraneka ragam, termasuk Indonesia.
Indonesia adalah negara yang memiliki beribu-ribu pulau yang terhampar luas,
sehingga ada berbagai suku bangsa dan wilayah dalam setiap pulaunya.
Sebagai negara yang memiliki beraneka ragam suku bangsa, tentunya
Indonesia harus berani beradaptasi dan harus bisa mempertahankan
kebudayaan.
Menurut C. Kluckhohn dalam Jurnal Analisis Kebudayaan (Luth, 1983: 156), setiap nilai budaya dalam tiap kebudayaan mengenal lima masalah dasar dalam kehidupan manusia, yaitu: masalah mengenai hakikat hidup manusia, masalah mengenai hakikat karya manusia, hakikat kedudukan manusia dalam ruang waktu, hakikat hubungan manusia dengan alam, dan hakikat manusia dengan sesamanya.
8
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
9
Menurut Herusatoto (2008: 10) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai
seperangkat nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap
terhadap dunia luar. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai dasar setiap
langkah yang harus dilakukan. Sehubungan dengan pola hidup dan cara
kemasyarakatannya, akan terwujud dalam wujud norma hidup.
Berdasarkan teori di atas, peneliti akan meneliti dampak pembelajaran
Mulok Budaya Banyumasan terhadap sikap cinta budaya lokal bagi siswa,
khususnya sikap atau tata kesopanan yang masuk ke dalam materi tata krama.
Melalui penelitian ini, nantinya juga akan terlihat stategi seperti yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Banyumasan berasal dari kata Banyumas yang mendapat akhiran -an.
Banyumas adalah salah satu kota yang berada di Propinsi Jawa Tengah, yang
memiliki berbagai adat istiadat yang mampu membedakan adat istiadat dengan
wilayah di sekitarnya. Wilayah selatan berbatasan langsung dengan kabupaten
Cilacap, untuk wilayah timur berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara,
wilayah utara berbatasan langsung dengan kabupaten Pemalang. Jadi, dari
uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan Budaya Banyumasan merupakan hasil
dari rasa, cipta, rasa dan karsa yang di hasilkan oleh masyarakat yang berada di
wilayah Banyumas, baik adat istiadat, makanan, tarian, upacara adat, maupun
tata krama yang ada di daerah Banyumas.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
10
2. Geografi dan Etnografi Banyumas
a. Secara geografis
Banyumas terbentang dari sisi Barat Daya Propinsi Jawa Tengah.
Pulau Jawa terletak diantara 5º Lintang Selatan, 10º Lintang selatan dan 105º
Bujur Timur dan 115º Bujur Timur, sedangkan secara administrasi
pemerintahan wilayah Banyumas terdiri dari empat kabupaten yaitu:
Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, dan Cilacap. Pada zaman dahulu
wilayah-wilayah tersebut merupakan daerah dari kerajaan Jawa sejak
Majapahit, Demak, Pajang, Mataram, Kartasura hingga Kasunanan Surakarta.
Kadipaten Banyumas, dilepaskan dari kekuasaan Kasunanan Surakarta menjadi
wilayah kekuasaan kolonial Belanda tahun 1830, sejak saat itulah bekas
kadipaten Banyumas dipecah menjadi 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten
Banyumas dan Kabupaten Ajibarang (Herususanto, 2008: 13).
Dalam tahun 1831 itu djuga R.Ad. Brotodiningrat wafat dan disemajamkan di pasarean kebutuh.Jang menggantikan adalah putranja dan mendjadi Bupati Purwokerto dengan gelar K.P.A.A. Mertadiredja II, dan berkedudukan di Ajibarang. Karena pada waktu itu Adjibarang adalah kabupaten Purwokerto. Baru pada tahun 1982, setelah Adjibarang mengalami benjana-alam diserang angina taufan selama 40 hari, ibukota Kabupaten dipindahkan ke desa paguwun jaiu Purwokerto sekarang (Brotodiredjo, 1969: 76).
Terjemahan dari kutipan di atas adalah: Dalam tahun 1831 itu juga
R.Ad.Brotodiningrat wafat dan disemayamkan di Pesarean Kebutuh. Yang
menggantikan adalah putranya dan menjadi Bupati Purwokerto dengan gelar
K.P.A.A. Mertadiredja II, dan berkedudukan di Ajibarang. Pada waktu itu
Ajibarang adalah kabupaten Purwokerto. Baru pada tahun 1982, setelah
Ajibarang mengalami bencana alam diserang angin topan selama 40 hari, ibu
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
11
kota Kabupaten di pindahkan ke desa paguwun yaitu Purwokerto sekarang
(Brotodiredjo, 1969: 76).
Berdasarkan perhitungan dan penelitian sejarah oleh panitia Khusus Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang dibantu oleh para pakar Sejarah dan Arkeologi, dan sudah diseminarkan dan disimpulkan bahwa tanggal 12 Rabiulawal 1990 H bertepatan dengan tanggal 6 April 1582 M jatuh pada hari Jumat Kliwon adalah Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang kemudian ditetapkan dengan peraturan daerah Nomor 2 Tahun 1990. Sesuai dengan tanda waktu yang terdapat pada Lambang Daerah yang berbunyi RARASING RASA WIWARAING PRAJA yang bermakna tahun 1966 M adalah hitungan Surya Sangkala, maka Hari Jadi Kabupaten Banyumaspun diberi Surya Sangkala yang berbunyi: BEKTINING MANGALA TUMATANING PRAJA berarti tahun 1582 (Parwoko:2).
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa hari jadi kabupaten
Banyumas ditetapkan pada tanggal 12 Rabiulawal 1990 H bertepatan dengan
tanggal 6 April 1582 M jatuh pada hari Jumat Kliwon. Adapun lambang daerah
Banyumas adalah RARASING RASA WIWARAING PRAJA.
Herusatoto (2008) Kabupaten Banyumas, dipindahkan dari Ajibarang
ke Purwokerto dan setelah resmi wilayah Banyumas dibagi 5 Kabupaten , yaitu
Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, Cilacap dan Purwokerto. Tanggal 1
Januari 1936 Karesidenan Banyumas resmi menjadi 4 Kabupaten, yaitu
Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, dan Cilacap.
Sesuai dengan UU Nomor 13 tahun 1950 Tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah, daerah kabupaten Banyumas termasuk yang dibentuk sebagai Daerah Kabupaten yang berhak mengatur dan mengurusi rumah tanganya sendiri sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 22 Tahun 1948 (Adisarwono & Purwoko: 3).
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan Banyumas adalah wilayah
yang berada diantara Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap yang
resmi terbentuk pada 6 April 1582 M, dan ditetapkan sebagai salah satu
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
12
wilayah Karesidenan Banyumas pada tanggal 1 Januari 1936, dan resmi
menjadi Kabupaten yang berhak mengatur dan mengurusi wilayahnya sendiri
pada tahun 1950.
b. Etnografi Banyumas
1) Wong Banyumas
Kriteria yang termasuk kedalam golongan wong banyumas adalah
Orang yang masih merasa memiliki leluhur, dan mereka mengakui sebagai
keturunan wong Banyumas. Orang yang sampai saat ini masih merasa bangga
menjadi keturunan wong Banyumas dan masih senang memakai bahasa dialek
Banyumas, serta siapa saja yang pernah tinggal-menetap di eks Karesidenan
Banyumas (Herusatoto, 2008: 16). Menurut Herusatoto (2008: 20) ciri bahasa
ibu wong Banyumas adalah jika mereka berbicara terlihat cowag (keras nada
suaranya), gemluthuk (jika berbincang bincang seperti saling tergesa-gesa atau
cepat menanggapi), logatnya kenthel, luged, mbleketake (kental, mengasikkan,
sedap didengar oleh sesama asal daerahnya). Melalui kriteria tersebut, maka
orang-orang yang termasuk wong Banyumas, bukan hanya orang yang tinggal
dan menetap di wilayah Banyumas, tetapi juga orang yang tetap mengakui
masih memiliki darah Banyumas, bisa berdialek Banyumas, dan tentunya
masih bangga pada pergaulan sosial-budaya masyarakat Banyumas.
2) Dialek Banyumas
Dialek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 351) adalah ujaran
yang khas dimiliki oleh suatu daerah atau kelompok, bahasa yang dipakai di
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
13
suatu tempat atau daerah yang agak berbeda dengan bahasa itu yang pada
umumnya disebut logat.
Menurut Sumarsono (2009: 21) Dialek adalah bahasa sekelompok
masyarakat yang tinggal disuatu daerah tertentu. Jadi, Dialek Banyumas adalah
ujaran khas atau logat yang dipakai di daerah Banyumas, yang berbeda dengan
daerah lain.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan Pasal 24 Poin 1 disebutkan bahwa Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia (Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, 2011: 17).
Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah daerah
wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah
agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya. Hal ini di jadikan dasar oleh
peneliti untuk meneliti pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan karena pada
pada materi Mulok Budaya Banyumasan ada materi tentang kesustraan yaitu
tentang kesenian yang ada di Banyumas, diantaranya adalah pewayangan.
Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, sastra dan Aksara Jawa Bab IV tentang Fungsi Bahasa, Sastra Dan Aksara Jawa Pasal 7 di sebutkan bahwa Bahasa Jawa mempunyai fungsi-fungsi sebagai sarana komunikasi dalam keluarga dan masyarakat di daerah, sarana pengungkap dan pengembangan sastra dan budaya Jawa dalam bingkai keIndonesiaan, pembentuk kepribadian dan peneguh jatidiri suatu masyarakat di daerah, sarana pemerkaya kosa kata bahasa Indonesia dan wahana pendukung dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah (Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa Bab IV tentang Fungsi Bahasa, Sastra Dan Aksara Jawa Pasal 7, 2012 :8).
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
14
Dari dua kutipan di atas jelas sekali disebutkan bahwa Pemerintah
Indonesia tetap menginginkan agar Bahasa dan sastra daerah tetap dilestarikan
keberadaannya. Hal ini dikuatkan lagi dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pengajaran bahasa
Jawa sangat penting diajarkan pada anak-anak, salah satu yang termasuk
bahasa Jawa adalah bahasa Jawa Dialek Banyumasan. Orang-orang Banyumas
lebih suka menggunakan Bahasa ngoko atau ngoko andhap (bahasa yang
digunakan orang yang kira-kira sama derajatnya seperti anak dengan anak,
orang tua dengan anak, majikan dengan pembantu, dan orang sebaya yang
sudah akrab, khususnya sesama Banyumas karena dirasa lebih akrab.
Pemakaian Dialek Banyumas digunakan masyarakat daerah eks Karesidenan
Banyumas, dan daerah yang dahulunya pernah masuk wilayah kekuasaan para
Bupati Banyumas seperti gombong, Kebumen, dan Karanganyar.
Menurut Wijana (2010) dialek Banyumasan memiliki ciri khas
tersendiri dibandingkan dengan dialek di daerah lain. Ciri khas inilah yang
membedakan antara dialek Banyumasan dengan dialek lain, seperti dialek
Yogya-Solo, Madura, Bali, dan lain sebagainya. Dialek Banyumasan yang
dapat menutup kata-katanya dengan bunyi bersuara dan tidak bersuara,
misalnya adalah sendok, endog, angop, abab, dan sebagainya.
Menurut Wijana (2010: 89) ada berbagai sebab atau alasan mengapa suatu bahasa punah atau tidak digunakan lagi oleh penutur-penuturnya, satu diantaranya adalah adanya dominasi bahasa atau dialek yang lebih besar secara demografis, ekonomis, sosial, atau politis, seperti yang dialami oleh dialek Banyumas. Pemeliharaan sebuah bahasa salah satunya adalah dengan menumbuhkan rasa banga untuk menggunakan dialek Banyumasan.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
15
Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan dialek Banyumas adalah
sebuah gaya bahasa yang dimiliki oleh orang Banyumas yang memiliki ciri
khas khusus dibandingkan dengan daerah lain, dan apabila keberadaannya
tidak ingin punah maka masyarakat Banyumas harus bangga menggunakan
dialek Banyumas. Mulok Budaya Banyumasan dapat dijadikan salah satu
materi pembelajaran untuk tetap melestarikan dialek Banyumasan.
Menurut Koderi (1991: 167), secara garis besar ada perbedaan antara
Dialek Banyumasan dengan Dialek Yogya-Solo dikelompokkan menjadi tiga
hal, yaitu:
a. Kata yang ucapannya sama namun maksud berbeda dan sebaliknya. Misal
kata Berag dalam dialek Banyumas artinya birahi, dalam dialek Yogya-Solo
artinya gembira.
b. Maksudnya sama namun kosa kata berdeda. Misalnya (bang) kyangen
dalam dialek Yogya Solo tidak dijumpai, yang ada tansah laranen, kedua
kata itu memiliki maksud yang sama yaitu sakit-sakitan.
c. Kata yang hanya berbeda ucapannya, arti dan tulisan sama, seperti: Bapak,
anak, awak. Pengucapan vokal dialek Banyumas hanya ada enam, yaitu a, i,
u, e, o, e.
Menurut Wijana 2010: 90) menyatakan bahwa kebanggaan bahasa (linguistic pride), merupakan faktor yang amat penting bagi keberhasilan usaha pemertahanan sebuah bahasa dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal dari masyarakat pemilik bahasa yang lebih dominan yang secara ekonomis dan politis memiliki pengaruh yang lebih besar.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap bangga
menggunakan dialek Banyumas, maka akan berdampak tidak akan punahnya
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
16
Dialek Banyumasan, karena sesunguhnya ada perbedaan yang sangat mendasar
antara Dialek Banyumasan dengan Dialek bahasa di daerah lain yang
seharusnya menjadi cerminan bagi masyarakat Banyumas khususnya untuk
tetap Bangga dengan Dialek Banyumasan.
3. Kesenian Tradisional Banyumas
Banyumas adalah salah satu wilayah yang memiliki beraneka ragam
kesenian tradisional yang sejak lama tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakakat. Kesenian yang ada di Banyumas diantaranya adalah:
Dhalang Jemblung, dagelan, macapat, angguk, ebeg, aplang, ujungan, calung,
boncis, braen, manongan, slawatan, gending Banyumas, seni batik, wayang
gagrag Banyumas, dan lain sebagainya (Koderi, M , 1991: 43).
a. Jemblung
Jemblung atau lebih dikenal dengan istilah Dhalang Jemblung adalah
salah satu kesenian rakyat Banyumas yang mengandalkan tutur. Pertunjukan
dhalang Jemblung merupakan bentuk sosio drama yang mudah dicerna oleh
masyarakat luas, dan mengandung nilai positif. Perbedaannya dengan wayang
kulit adalah, jika wayang kulit menggunakan kelir maka pada Dhalang
Jemblung tidak menggunakan kelir, wayang atau gamelan. Cerita yang
dibawakan biasanya diambil dari lakon-lakon wayang, dan menggunakan
dialek Banyumas untuk humor atau banyolan.
Kesenian jemblung bisa dimainkan antara 2-4 orang. Pemain
menggunakan pakaian Jawa seperti blangkon, baju surjan, dan kain. Perangkat
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
17
gamelan tidak diperlukan, semua suara gamelan digantikan menggunakan
suara mulut.
b. Dagelan Banyumas
Dagelan Banyumasan adalah salah satu kesenian lawak yang
menggunakan dialek dan gaya Banyumasan. Dagelan tidak selalu menjadi
kesenian yang berdiri sendiri, tetapi bisa muncul pada berbagai kesenian
sebagai selingan, seperti dagelan yang dibawakan oleh seorang dhalang
jemblungan atau dhalang pada wayang kulit, atau kesenian begalan.
Grup dagelan dimulai pada tahun 1938. Sesudah tahun tersebut
munculah grup lawak daerah dimana-mana. Menurut Pak Geono dalam
(Koderi, 1991: 52) ada perbedaan antara lawak dengan dagelan, diantaranya
yaitu:
1). Dagelan berbahasa Jawa sedangkan lawak berbahasa Indonesia.
2). Dagelan pemainnya lebih dari 3 orang, lawak bisa hanya 2 atau bahkan 1
orangpun jadi.
3). Dagelan memakai cerita, lawak tidak mesti.
4). Dagelan biasanya memakai beberapa adegan, lawak cukup satu adegan.
5). Dagelan selalu memakai make up dan pakaian khusus, lawak tidak tentu.
6). Dagelan biasanya menggunakan nama pameran, lawak nama aslinya.
7). Dagelan biasanya menggunakan iring gamelan, lawak tak memerlukan
gamelan musik.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
18
Pertunjukkan biasanya dipentaskan diatas pangung menggunakan
cerita, bentuk cerita dicari yang aneh-aneh. Gerakan mimik dan tingkah polah
para pemain hanya sebagai pendukung.
c. Begalan
Begalan adalah suatu jenis kesenian yang merupakan bagian upacara
adat perkawinan di daerah Banyumas. Upacara perkawinan yang disertai
begalan biasanya dilakukan apabila pasangan penganten terdiri dari anak
bungsu dan anak sulung, terutama kalau yang bungsu dan anak sulung,
terutama kalau yang bungsu atau sulung dari pihak perempuan.
Begalan berasal dari kata begal dan akhiran –an artinya perampasan
atau perampokkan ditengah jalan. Jadi kesenian begalan adalah suatu adegan
yang menggambarkan seorang sedang membawa barang-barang kebutuhan
hidup dirampas ditengah jalan. Dengan iring-iringan gendhing Banyumasan,
mereka melakukan dialog-dialog yang cukup seru penuh banyolan, sindirian
dan nasihat-nasihat.
d. Lengger Calung
Lengger Calung adalah suatu tarian-tarian gambyong yang diiringi
gamelan bambu dengan gamelan Banyumasan. Tarian lengger mempunyai
dasar tari bedhaya serimpi yang diramu dengan tari golek dan iringan
Banyumasan. Gerak tarinya tampak lebih lincah. Pertunjukan lengger biasanya
bersahut-sahutan antara pemain yang satu dengan yang lain, lagu-lagunya
umumnya berupa pantun yang mengandung sindiran jenaka dendang tarian
mengikuti irama lagu.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
19
e. Gending Banyumasan
Kesenian yang diiringi gendhing-gendhing Banyumasan antara lain:
Begalan, Ebeg, Ujungan, Wayang Kulit dan sejumlah tarian-tarian
Banyumasan. Lagu-lagu gendhing Banyumasan dapat dimainkan dengan
gamelan biasa maupun dengan calung. Irama gendhing Banyumasan juga
mengenal laras pelog dan Slendro. Lagu lagu Banyumasan mempunyai ciri-ciri
khas antara lain: Bahasanya menggunakan dialek Banyumasan, mengandung
parikan semacam pantun berisi sindiran-sindiran jenaka, terkadang mirip irama
Sunda, Isi syair umumnya mengandung nasehat, humor, menggambarkan
keadaan atau kejadian didaerah serta berisi kritik-kritik.
f. Pedhalangan Gagrag Banyumasan
Menurut buku Pedhalangan Gragag Banyumasan (1983) (Koderi, M,
1991: 66) masuknya pewayangan di daerah Banyumas diperkirakan sejak
zaman Majapahit. Pedhalangan gragag Banyumasan penuh dengan iringan
gendhing-gendhing Banyumasan, bahasa yang digunakan adalah menggunakan
dialek Banyumasan. Nama-nama tokoh pada umumnya hanya seperti
Punakawan: Semar, Gareng, Petruk, Bagong, dalam versi Banyumas Bawor
adalah anak tertua dari Semar.
g. Ebeg
Ebeg adalah salah satu bentuk tarian rakyat yang berkembang di daerah
Banyumas, yang merupakan jenis tarian rakyat yang lahir di tengah-tengah
pedesaan dan memiliki unsur magis, dan penari ebeg dibuat mabuk, dan pada
saat mabuk penari ebeg menunjukkan kebolehannya seperti makan kaca,
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
20
bunga, mengupas kelapa dengan gigi, memakan bara api. Ebeg dapat
dipergelarkan di tempat yang luas, seperti pelataran, lapangan, atau halaman
yang luas. Pemain, berjimlah 8 orang atau lebih, dan satu grup ebeg bisa terdiri
dari 16 orang atau lebih. Ciri-ciri ebeg antara lain memakai makutha,
pakaiannya tertutup dan diiringi lagu-lagu Banyumasan.
h. Buncis
Buncis adalah tarian rakyat yang berkembang di daerah Banyumas.
Buncis dimainkan oleh 8 orang pemain, semuanya putera dengan 6 orang
sebagai penari dengan memakai angklung dan 2 orang masing-masing sebagai
penabuh kendhang dan gong tiup. Laras angklung bernada slendro yaitu 1, 2, 3,
5, 6, 1. Kostum yang dipakai bernama nistha utama yang mengandung filsafat
jika orang ingin sukses maka harus bekerja keras untuk mendapatkan
keberhasilan.
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Banyumas
adalah kabupaten yang memiliki banyak sekali kesenian tradisional, yang
keberadaannya perlu dilestarikan, dan jangan sampai punah. Selain itu, dengan
banyaknya kesenian yang ada, maka Kabupaten Banyumas bisa menjadi kota
Budaya yang menjadi ciri khas tersendiri dibandingkan dengan wilayah lain.
4. Adat Istiadat
Adat istiadat menurut Koderi (1991: 109) adalah berbagai aturan
kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan sejak lama. Adat istiadat dapat dibagi
menjadi dua kategori. Kategori pertama yaitu adat istiadat yang erat kaitannya
dengan upacara-upacara atau aturan agama dan kepercayaan dengan roh halus,
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
21
sedangkan ketegori yang kedua adalah adat istiadat yang berupa kebiasaan atau
kegemaran saja serta kebutuhan hidup seperti sandang, papan, dan pangan
(pakaian, tempat tinggal dan makanan).
Orang Banyumas atau orang Jawa umumnya mempercayai makhluk
halus. Konon makhluk halus tersebut ada yang membantu manusia dan ada
juga yang mengganggu manusia atau yang sering disebut medi yang kerjanya
menakut-nakuti manusia. Medi ada yang berbentuk bujungan berwujud jenazah
terbungkus, gendruwo, wewe, jrangkong dan lain sebagainya. Orang Banyumas
termasuk orang yang senang melakukan kegiatan apa saja menggunakan
perhitungan hari baik, karena mereka percaya bahwa ketika menggunakan
perhitungan hari baik maka semua yang diharapkan akan berjalan dengan
lancar.
Menurut Koderi (1991: 114-134) ada beberapa adat istiadat yang sering
digunakan oleh masyarakat Banyumas, adapun rangkuman adat istiadat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Upacara Kelahiran
a. Sebelum Kelahiran
Upacara sebelum kelahiran dilakukan oleh orang Banyumas dengan
tujuan agar nantinnya ketika bayi lahir maka akan selamat tanpa adanya
halangan. Adapun upacara sebelum lahir dilakukan ketika sang ibu hamil 3
bulan diadakan selamatan jenang bening, bubur sumsum, dan nasi punar.
Hamil 4 bulan selamatan dengan sebutan ngupati, yaitu ketupat, gudeg,
nasi pecel, tumpeng, enten-enten, dan ketan. Pada masa kandungan 7
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
22
bulan ada upacara yang disebut mitoni yang konon upacara mitoni terdapat
pada Serat Pustaka Raja Madya. Pada usia kehamilan 9 bulan, ada
selamatan lagi yang disebut mrocoti. Makanan yang diperlukan antara lain
adalah jenangprocot, ketupat, nasi golong, bulus angrem, dhawet, dan lain-
lain.
b. Upacara Kelahiran
Apabila sisa usus bayi yang melekat pada pusarnya itu mengering
dan lepas, sering disebut puput puser. Menurut adat, bayi laku-laki apabila
sudah puput lubang pusarnya disumbat dengan dua buah mrica agar kelak
menjadi laki-laki sejati, sedangkan bayi perempuan maka pusarnya
disumbat dengan ketumbar.
Pada sore harinya maka diadakan upacara selamatan, dengan menu
makanan nasi dengan lauk sayur-sayuran, jenang merah putih, baro- baro,
dan jajanan pasar. Prosesi setelah diadakan selamatan, maka bayi diberi
nama, dan sebagai orang tua maka melakukan lek-lekan, yaitu tidak tidur
dengan melakukan jagong bayen dengan macapatan, pembacaan Barzanji.
2. Upacara Sepitan atau Khitanan
Sepitan atau Khitanan biasanya dilakukan pada saat anak laki-laki
menginjak usia 12 atau 13 tahun. Upacara sunatan biasanya disaksikan oleh
keluarga dan tetangga. Dahulu menyunat dilakukan oleh dukun sunat atau
dukun sepit, sebelum sunat maka anak berendam selama 1 jam agar
darahnya tidak keluar.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
23
Biasanya anak-anak yang disunat akan mendapatkan hadiah dari
orang tuanya ataupun keluarga. Hari penyelenggaraan sunatan biasanya
dilakukan dengan memilih hari baik, bukan hari pantangan. Bulan untuk
melaksanakan sunatan pun dilakukan pada bulan baik, biasanya bulan puasa
tidak digunakan untuk melakukan hajatan dan bulan yang dianggap baik
adalah Bulan Zulhijjah, Rabbi’ulawal, Jumadilakhir, Rajab, Sya’ban.
3. Upacara Perkawinan
Upacara perkawinan merupakan upacara terpenting dalam rangkaian
upacara siklus kehidupan manusia. Masyarakat Banyumas sebelum
melaksanakan upacara perkawinan maka ada serangkaian acara yang
dilakukan diantaranya yaitu memilih jodoh atau adat gowok. Pemilihan
jodoh orang Banyumas maka sangat memperhatikan bibit, bebet, bobot yang
dalam pemilihannya maka berdasarkan keturunan atau asal usulnya,
berdasarkan lingkunagn pergaulannya, dan berdasarkan status sosialnya
seperti kedududkan, harta, dan kecantikannnya.
Adat istiadat orang Banyumas yang berkaitan dengan upacara
perkawinan adalah begalan. Upacara begalan biasanya dilakukan pada
waktu calon pengantin pria memasuki pelataran rumah pengantin wanita
sebelum akad nikah berlangsung. Hal-hal yang penting dalam kata urut
perkawinan menurut tata aturan Jawa adalah sebagai berikut:
1) Utusan
Pada zaman dahulu umumnya para gadis dipingit, yaitu tidak boleh
keluar dari rumah apalagi pergi. Pihak orang tua yang ingin mencarikan
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
24
isteri untuk anak laki-lakinya maka akan melakukan penyelidikan
terlebih dahulu kepada wanita tersebut, apabila wanita tersebut
memenuhi kriteria maka pihak laki-laki akan mengutus orang untuk
melamar melalukan penyelidikan terhadap gadis yang sedang dipingit
tersebut. Utusan tersebut bertugas untuk menarik simpati keluarga gadis.
Tahap berikutnya dalah nontoni, artinya menonton atau melihat. Jika
gadis tersebut belum ada yang melamar dan sekiranya ada tanda-tanda
setuju maka pihak laki-laki dating untuk melihat lebih dekat keadaan si
gadis.
2) Melamar
Melamar yaitu pembicaraan yang resmi yang disampaikan oleh utusan
pihak laki-laki dengan maksud melamar di rumah orang tua si gadis.
Apabila lamaran diterima maka pihak laki-laki memberikan peningset
yaitu tanda pengikat pembicaraan yang biasanya diberikan pada waktu
melamar. Pada saat melamar biasanya sekaligus dibicarakan tentang hari,
tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakan pernikahan, upacara ini ditambah
dengan acra tukar cincin dari calon suami kepada calon isteri.
3) Srah-srahan atau Bawa Besan
Srah-srahan atau Bawa Besan merupakan penyerahan uba rampe
(barang-barang) kepada calon pengantin wanita dari keluarga calon
pengantin pria. Barang yang dibawa diantaranya dalah : sirih ayu
sebagai simbol agar nantinya dapat terlaksana dengan rahayu (selamat),
kain batik dengan motif yang mengandung makna kebahagiaan, bahan
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
25
makanan (beras, gula, kelapa, garam, minyak kelapa, dan buah-buahan),
uang sebagai bantuan pengantin pria untuk penyelenggaraan upacara
perkawinan di rumah pengantin wanita.
4) Siraman
Siraman yaitu upacara memandikan calon pengantin wanita yang
biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah berlangsung. Rambut
calon pengantin wanita dikeramasi dengan air landha merang (sekarang
menggunakan shampo), badannya digosok menggunakan bahan yang
terbuat dari ramuan beras ketan yang ditumbuk kasar, kunyit, pandan
wangi, kulit jeruk, pucuk daun kemuning, bunga kenanga dan mawar.
Malam hari setelah siraman, biasanya adalah malam midodareni (berasal
dari kata widodareni=bidadari), dan pengantin pria berkunjung ke rumah
pengantin wanita ditemani oleh pemuda dan teman-temannya.
5) Rias Pengantin
Adat sebelum akad nikah adalah rias pengantin. Tugas merias
dilakukan oleh ahli perias yang sering disebut dukun penganten. Tata
rias pengantin wanita meliputi tata rias wajah, sanggul, hiasan bunga, dan
busana. Tata rias wajah yang terutama adalah membuat paes pada dahi,
sebelum dipaes rambut di dahi yang menyembul ke depan ketika disisir
maka dicukur terlebih dahulu. Rambut tersebut disebut sinom atau wulu
kalong.
Busana atau pakaian pengantin untuk pengantin wanita
menggunakan kain batik, stagen, rimong cinde, baju kebaya dan selop.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
26
Busana dan perlengkapan pengantin pria yaitu kemeja putih lengan
panjang, kain jarit, stagen, sabuk bora, epek timang, rompi dan dasi
kupu-kupu, jas bukak warna hitam, selop dan blangkon nodang
Banyumasan. Perhiasan yang deperluka pengantin putri yaitu kalung
tumanggal, dipakai pada leher hingga dada berbentuk bulan sabit, bros,
cincin dan gelang, cundhuk jungkat dipasang di panunggul. Perhiasan
pengantin pria antara lain berupa bros, bunga sumping, jenthitan untuk
blangkon dan kalung karset atau bunga papaya yang memiliki makna
dawa ususe atau sabar.
6) Upacara Akad Nikah
Akad nikah merupakan inti dari serangkaian upacara perkawinan, karena
merupakan yang menentukan sah tidaknya perkawinan. Urut-urutan
acara akad nikah adalah sebagai berikut:
a. Pengantin pria yang diiringi para kerabat, dan kawan-kawan pengantin
datang ketempat pengantin wanita. Apabila pengantin pria beserta
rombongannya sampai dipelataran rumah pengantin wanita maka
berhenti dahulu untuk menyaksikan acara begalan. Selesai upacara
begalan maka pengantin laki-laki memasuki rumah pengantin wanita
dan duduk ditempat yang sudah disediakan.
b. Ijab Qobul
Apabila rukun nikah kainnya sudah terpenuhi (calon suami,
calon isteri, wali, dua orang saksi) maka dapat diteruskan kepada
rukun berikutnya yaitu ijab qabul. Ijab diucapkan oleh wali atau orang
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
27
yang bertindak sebagai wali pengantin wanita denagn ucapan: “Aku
nikahkan engkau dengan si….(calon pengantin wanita) Qabul
diucapkan oleh calon suami: “Aku terima nikahnya si (calon istri)
dengan mahar (mas kawin)….”. Ijab Qabul boleh diucapkan
menggunakan bahasa Jawa, Indonesia, atau Arab, setelah
mengucapkan ijab qabul maka suami mengucapkan janji. Acara
selanjutnya penghulu membacakan doa dan memberikan khutbah
untuk pengantin.
Jika acara ijab qabul telah selesai maka kedua mempelai sudah
resmi menjadi sepasang suami istri, dan acara selanjutnya adalah
upacara panggih dengan urut-urutan sebagai berikut:
- Memutus Benang Lawe
Pengantin pria memasuki pintu menuju pelaminan, di pintu masuk
maka penagntin pria memutus benang lawe. Maknanya adalah dia
sudah berhasil melewati rintangan, dan pengantin wanita
menjemput dengan saling berhadap-hadapan dan melempar sirih.
- Menginjak telor
Pengantin pria menginjak telor ayam kampong dan pengantin
wanita membasuh kaki suaminya dengan kembang setaman.
Simbol ini menandakan bahwa masa kegadisan pengantin wanita
sudah berakhir serta siap untuk berbakti kepada suami dan
pengantin laki-laki memulai tanggung jawab sebagai suami.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
28
- Tuntunan
Pada tahap ini, kedua pengantin saling bergandengan tangan
mengikuti ayah pengantin wanita menuju pelaminan. Artinya
adalah ayah dari pengantin wanita menunjukkan jalan yang lurus
untuk mendapatkan kebahagiaan dalam berumah tangga. Ibu dari
pengantin wanita mengikuti dari belakang yang menandakan
bahwa si ibu memberikan dorongan semangat dari belakang atau
tut wuri handayani.
- Menanam
Jika sudah sampai di depan pelaminan maka kedua pengantin
berbalik arah. Ayah pengantin wanita sambil memegang pundak
pengantin, mempersilakan keduanya duduk. Maknanya adalah
orang tua sudah merestui kedua pengantin menjadi suami istri.
- Tarik-tarikan panggang
Sebuah ayam panggang dipegang oleh kedua mempelai,
selanjutnya baik pengantin wanita maupun laki-laki saling menarik
ayam tersenut sampai terbelah menjadi dua. Ini merupakan
peringatan bahwa dalam berumah tangga tidak boleh saling ngotot
atau ingin menang sendiri.
- Suap-suapan
Kedua pengantin makan berdua di pelaminan saling suap-suapan.
Maknanya adalah apabila mereka memperoleh rezeki maka akan
dirasakan bersama dan dimanfaatkan bersama.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
29
- Sungkeman
Kedua pengantin berlutut dihadapan kedua orang tua untuk
meminta restu, permohonan maaf, mohon nasehat dari orang tua.
Kedua pengantin sungkeman kepada kedua orang tua baik orang
tua pengantin laki-laki maupun kepada orang tua perempuan.
Maknaya adalah walaupun mereka sudah menikah maka mereka
harus tetap berbakti kepada kedua orang tua, menjaga nama baik
kedua orang tua (mikul dhuwur mendhem jero).
7) Upacara Kematian
Tata upacara kematian di Banyumas tidak berbeda jauh dengan
upacara kematian di daerah lain. Tata urutan upacara kematian adalah
memandikan, mengkafani, menyembayangkan, dan menguburkan. Pada
saat memadikan maka alat yang perlu disediakan adalah: belahan batang
pisang, tiga buah tempat air yang berisi air bersih, tiga buah gayung,
sabun, shampoo untuk keramas jika sudah dimandikan maka langkah
selanjutnya adalah mengkafani jenazah, setelah dikafani maka jenazah
dishalatkan boleh secara sendiri-sendiri atau secara berjamaah, sebelum
diberangkatkan untuk di kubur maka keluarga meminta maaf atas segala
kesalahan yang sudah diperbuat oleh si mayat selama hidupnya dan
menanyakan apakah si mayat memiliki tanggungan hutang. Apabila ada,
maka pihak yang dihutangi mendatangi keluarga untuk meminta
sejumlah uang yang telah dipinjam oleh si mayat.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
30
Prosesi selanjutnya setelah jenazah siap maka jenazah
diberangkatkan ke pemakaman dengan di[ikul oleh 4 orang dan seorang
untuk memayunginya. Pada saat jenazah dipikul maka ada orang yang
bertugas membuang sawur (terdiri dari beras yang dikuningi dengan
kunyit, bunga-bungaan, dan uang logam). Hal ini pertanda bahwa
jenazah sudah tidak bisa lagi bersedekah. Jika sudah sampai di
pemakaman maka jenazah di kuburkan, dan ikatan tali dilepas dan wajah
dibiarkan untuk terbuka.
Pihak keluarga yang sudah ditinggalkan pada malam harinya
mengadakan malam kenduri yaitu mengadaka selamatan atau doa-doa
dengan mengundang keluarga dan tetangga untuk mendoakan si mayat.
Upacara kenduri dilakukan pada malam pertama setelah jenazah dikubur,
malam ke-3, ke-7, ke-40, hari ke-10, dan hari ke-1000. Kepercayaan ini
masih terdapat pada masyarakat karena masyarakat beranggapan bahwa
pada hari-hari tersebut arwah orang yang sudah meninggal masih berada
di sekitar rumah.
Uraian di atas adalah berbagai macam adat istiadat yang dilakuan
oleh orang Banyumas. Melalui adat istiadat tersebut maka dapat
dikatakan bahwa karakter orang Banyumas adalah orang yang sangat
kental akan nuansa adat, sehingga diharapkan melalui penelitian ini
kebudayaan yang ada di Banyumas akan lebih dikenal orang, dan tetap
terjaga keberadaannya.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
31
B. Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Nomor
420/1763/2007 pada tanggal 16 April 2007
Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Nomor
420/1763/2007 pada tanggal 16 April 2007 diterbitkan langsung oleh kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas. Adapun isi dari Surat keputusan
tersebut adalah:
Budaya Banyumasan mencakup seluruh kebudayaan yang ada di
Banyumas, yang harus dikuasai oleh anak sekolah dasar yaitu dimulai pada
kelas III dengan materi Tata Krama I, Tata Krama II, dan III, Babad
Purwokerto, Babad Baturaden, Babad Ajibarang. Materi kelas IV mencakup
Tata Krama I dan II, makanan khas Banyumas I dan II. Pada kelas V materi
mencakup Tata Krama sekolah, tata ktama di Lingkungan Masyarakat,
makanan khas yang berasal dari ketela, mendoan, dan kripik, dan materi kelas
VI mencakup tata karma I dan II, Pewayangan dan cerita rakyat, serta makanan
khas yaitu nopia/mino dan soto Sokaraja. Materi-materi tersebut nantinya
diharapkan siswa dapat memahami dan mengetahui lebih dalam tentang
kebudayaan di Indonesia khususnya Budaya Banyumasan, yaitu kebudayaan
disekitar mereka tinggal.
Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten tersebut merupakan
penyempurna dari Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa tengah Nomor: 067/103/M/1999 tanggal 12
Februari 1999 yang berisi bahwa pada sekolah-sekolah harus dimasukkan
materi budaya lokal kedalam kurikulum sebagai pembelajaran di sekolah-
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
32
sekolah, sehingga dari surat keputusan yang baru diharapkan guru dapat benar-
benar memahami Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal
Budaya Banyumasan. Melalui SK tersebut, nantinya kebudayaan yang ada di
Banyumas akan diketahui, dipelajari mulai dari kelas siswa kelas III Sekolah
Dasar sampai kelas VI, ketika siswa mengetahui kebudayaan sejak dini maka
akan berdampak pada rasa cinta pada budaya disekitar mereka tinggal.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengkaji Implementasi Mulok
pada materi tata krama dan Babad Banyumasan di kelas III. Hal yang akan
menjadi dasar penelitian adalah Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal
(Mulok) Banyumasan Kelas III di SD Negeri UPK Kalibagor. Sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk melihat proses pembelajaran di SD, seperangkat
pembelajaran yang digunakan guru seperti (pengembangan RPP,
pengembangan silabus, dan strategi apa yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran, serta mengetahui dampak pembelajaran Mulok Budaya
Banyumasan tentang sikap cinta budaya lokal bagi siswa). Melalui penelitian
ini, nantinya dapat diketahui tentang Implementasi pembelajaran Mulok di
UPK Kalibagor.
C. Pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan di Sekolah Dasar
1. Materi Pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan
Mulok secara bahasa berasal dari kata muatan dan lokal, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 1044) muatan berasal dari kata dasar muat yang
memiliki arti isi, yang mendapat akhiran –an yang mengandung isi di
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
33
dalamnya. Lokal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 940) berarti
setempat, terjadi, berlaku di satu tempat saja, tidak merata.
Dari pengertian di atas dirangkai menjadi kata muatan lokal yang
berarti sesuatu yang yang mengandung isi didalamnya yang sesuai dengan
keadaan setempat. Menurut Pettalongi (2004) menyatakan bahwa muatan lokal
adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan
kebutuhan daerah yang perlu dipelajari oleh murid yang terdapat dalam
keputusan Mendikbud No 142 tahun 1987 Pasal 1.
Muatan lokal merupakan kurikulum yang ada di sekolah dasar dan
merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dimasukkan materi budaya
lokal kedalam kurikulum sebagai pembelajaran di sekolah. Menghadapi
perkembangan zaman dengan diiringi masuknya budaya global yang dapat
mempengaruhi mental serta perilaku masyarakat Indonesia pengenalan budaya
lokal dalam usaha pewarisan kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai
luhur sangat tepat untuk membentengi diri dari budaya asing yang tidak sesuai
dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Muatan lokal pada intinya berupa pelajaran dan pengenalan berbagai
khas daerah tertentu bukan saja atas berbagai keterampilan dan kerajinan
tradisional, tetapi juga berbagai manifestasi kebudayaan daerah seperti
bahasa, tulisan, kesenian daerah, legenda, dan adat istiadat.
Ada beberapa tujuan pengajaran Muatan Lokal Menurut Depdikbud
(Pettalongi, 2004: 65) diantaranya yaitu sebagai berikut:
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
34
1. Tujuan Umum
a. Untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pembentukan sikap
dan perilaku siswa. Agar siswa nantinya akan memiliki wawasan yang luas,
mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, termasuk potensi yang
ada pada wilayah tempat tinggalnya seperti Sumberdaya Alam, dan
kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional.
b. Agar pengembangan Sumber Daya Manusia yang terdapat di daerah setempat
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan, sekaligus mencegah
terjadinya depopulasi daerah dari tenaga produktif.
c. Agar sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan.
d. Agar dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Tujuan Khusus
Menurut Mulyadi & Riyanto (Pettalongi, 2004: 65) menyatakan bahwa
dengan muatan lokal ini, peserta didik akan mempunyai wawasan yang
luas dan mendalam tentang lingkungannya, baik lingkungan sosial
budayanya maupun potensi-potensi alam lingkungannya, sehingga ada
kesiapan bagi peserta didik untuk menjaga, mengembangkan, dan
melestarikannya, selanjutnya, muatan lokal dimaksudkan agar
pengembangan sumber daya alam dan dan sumber daya manusia yang terdapat
di daerah setempat dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan
daerah.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
35
Menurut Wadoro, B (2002: 2) menyatakan bahwa muatan lokal Badaya
Banyumasan pertama kali dicanangkan yaitu pada tahun 1994 oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Banyumas, bahan ajar yang diterapkan pertama adalah
wayang. Wayang merupakan salah satu jenis kesenian yang cukup dikenal oleh
masyarakat Banyumas, dan secara geografis Banyumas memiliki kekhasan
tersendiri tentang pewayangan. Setelah berjalan beberapa saat, ternyata
didalam pelaksanaannya mengalami berbagai persoalan terutama jarangnya
guru yang memahami dan menguasai tentang pewayangan, sehingga dalam
prosesnya mengalami perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Mulok Budaya
Banyumasan adalah merupakan salah satu materi Wajib di Sekolah Dasar yang
dalam perkembangannya mengalami perubahan dan peraturan terbaru adalah
sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyumas Nomor: 420/1763/2007 pada tanggal 16 April 2007 yang dalam
proses pelaksanaannya seorang guru harus benar-benar paham dan mengerti
tentang Budaya yang ada di Banyumas agar nantinya apa disampaikan benar-
benar sesuai dengan aslinya.
Menurut Luth, (1983: 160) ditegaskan bahwa jika manusia ingin tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional berkembang terus dari satu generasi ke generasi berikutnya, jalur yang harus ditempuh adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal seperti keluarga sebab betapa pentingnya dasar-dasar yang diletakkan pada masa kanak-kanak karena berjalan terus sampai dewasa. Proses sosialisasi dimulai dalam keluarga. Oleh sebab itupula, sangat besar peran orang tua terutama ibu.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, jika nilai-nilai
budaya tidak ingin luntur dan terkikis oleh zaman, maka wajib diajarkan pada
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
36
anak mulai sejak dini, dan peran orang tua sangat membantu untuk tetap
mengajarkan tentang budaya yang ada disekitarnya. Hal ini juga yang menjadi
bahan pertimbangan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas dalam
pengelompokkan materi ajar yang akan diajarkan pada siswa di Sekolah Dasar.
Pembelajaran muatan lokal budaya Banyumasan, mulai diajarkan di sekolah
dasar kelas III, pokok bahasannya meliputi : materi Tata Krama I, Tata Krama
II, dan III, Babad Purwokerto, Babad Baturaden, Babad Ajibarang. Materi di
kelas III, akan dilanjutkan di kelas IV dengan pokok bahasan: Tata Krama I
dan II, makanan khas Banyumas I dan II. Pada materi kelas IV, akan
dilanjutkan pada pembelajaran kelas V, yaitu: Tata Krama sekolah, tata krama
di Lingkungan Masyarakat, makanan khas yang berasal dari ketela, mendoan,
dan kripik. Dari materi kelas III-kelas V akan di lanjutkan pada kelas VI
dengan materi mencakup tata krama I dan II, Pewayangan dan cerita rakyat,
serta makanan khas yaitu nopia atau mino dan soto Sokaraja.
Tata krama menjadi salah satu materi yang wajib diajarkan pada Mulok
Budaya Banyumasan mulai dari kelas III-VI SD, dengan tujuan siswa dapat
memahami, serta menerapkan nilai-nilai sopan santun dalam kehidupan sehari-
hari. Melalui tata krama, pemerintah kabupaten Banyumas mengharapkan
siswa dapat memahami betul tentang tata krama. Diantaranya pada
pembelajaran tata krama di kelas III, siswa dapat memahami tata krama ketika
makan, tata krama ketika akan tidur dan sesudah tidur, tata krama ketika akan,
sedang, dan sesudah mandi, tata krama cara memberi salam kepada orang lain,
tata krama ketika duduk, berjalan, dan berpakaian, serta tata krama saat
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
37
menjamu tamu. Melalui tata krama tersebut, siswa diharapkan dapat
menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain tata krama, materi yang diajarkan di kelas III adalah Babad
Baturaden, dan Babad Ajibarang. Melalui Babad atau serita rakyat tersebut,
nantinya siswa dapat menjelaskan asal mula nama Baturaden, menunjukkan
objek wisata yang ada di Baturaden, serta menjelaskan sapta pesona yang ada
di Baturaden, selain Babad Baturaden juga diperkenalkan Babad Ajibarang
dengan tujuan siswa nantinya dapat mengetahui asal usul Ajibarang, dan
mengetahui objek wisata yang berada di sekitar Ajibarang.
2. Sistem Perekonomian Rakyat
Sistem perekonomian rakyat, menjadi salah satu materi yang diajarkan
pada Mulok Budaya Banyumasan mulai dari kelas IV- VI. Adapun materi
sistem perekonomian rakyat Mulok Budaya Banyumasan yaitu melalui
pembelajaran Makanan Khas Banyumas. Khas dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 765), yaitu teristimewa, khusus. Jadi Makanan Khas
Banyumas adalah Makanan yang berasal dari wilayah Banyumas, yang tidak
umum dimiliki oleh wilayah lain karena memiliki ciri dan keistimewaan
tersendiri dibandingkan dengan makanan di daerah lain.
Materi pada Kelas IV yaitu makanan khas dari Banyumas yang terbuat
dari singkong seperti combro, getuk goreng asli Sokaraja, makanan khas
Banyumas yang terbuat dari kedelai seperti tempe mendoan, dan kripik. Materi
pada kelas V yang menyangkut sistem perekonomian rakyat yaitu makanan
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
38
khas dari Banyumas yang terbuat dari singkong seperti combro, getuk goreng
asli Sokaraja, makanan khas Banyumas yang terbuat dari kedelai seperti tempe
mendoan, dan kripik, dan materi pada kelas VI yang menyangkut tentang
sistem perekonomian rakyat yaitu makanan khas nopia atau mino dan soto
Sokaraja.
Makanan khas Banyumas yang dijadikan materi pembelajaran
merupakan makanan yang dikenal oleh masyarakat secara umum, sehingga
ketika dewasa nanti diharapkan siswa dapat memproduksi, selain itu melalui
materi-materi tentang makanan khas yang ada di Banyumas, diharapkan siswa
nantinya juga dapat membuat, mengembangkan, serta memodifikasi sehingga
perekonomian keluarga dapat meningkat, dan tentunya tetap membawa nama
Banyumas sebagai tempat yang memiliki makanan khas tersebut, dan tidak
dimiliki oleh daerah lain.
3. Babad Banyumasan
Babad dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 109) adalah
riwayat, sejarah, tambo. Jadi, Babad Banyumas adalah riwayat atau sejarah
atau asal mula kota Banyumas.
Menurut Priyadi, (2007: 37) menyatakan bahwa naskah Babad Banyumasan telah tersimpan pada beberapa lembaga yang bisa terlacak melalui katalog naskah-naskah induk. Katalog yang telah disusun oleh Pigeaud (1967:146) memberikan keterangan tentang keberadaan naskah-naskah Banyumas yang tersimpan pada Perpustakaan Universitas Leiden dengan kode Lor (Leiden Orientalist), meliputi Babad Pasir (Lor.2196 dan Lor.7569), Babad Pasir Sindhula (Lor.8992 no.2), Sejarah Cahyana (Lor.7543), Babad Wirasaba (Lor.6427, Lor.7718, Lor.7469), Babad Banyumas (Lor.8992 no.1), dan Silsilah Ing para Leluhur ing Kadanuredjan (Lor.6686).
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
39
Jadi, dari kutipan di atas sudah jelas bahwa Babad Banyumas sudah
diakui keberadaannya oleh perpustakaan di luar negeri sehingga sebagai warga
Banyumas harus Bangga dan meyakini bahwa Banyumas adalah daerah yang
kental akan kebudayaan dan sejarah. Selain Babad Banyumas dijadikan dalam
sebuah buku, Priyadi, (2008: 21) juga membuat Teks Diplomatik Babad Pasir
Luhur Raden Banyak Catra Tinatun Krama dalam bentuk lagu Macapat Jawa
dengan judul Asmarandana: 38 pada Macapat Asmarandana yang terdiri dari
38 bait.
Babad Banyumasan merupakan salah satu materi yang diajarkan kepada
siswa dalam Mulok Budaya Banyumasan. Ada beberapa versi mengenai Babad
Banyumasan. Adapun Babad Banyumas yang diajarkan di Sekolah Dasar
adalah: Babad Baturaden dan Ajibarang. Adapun Ringkasan Babad Baturaden
yang ditulis Koderi, (1991: 90-92) adalah sebagai berikut:
Asal Mula Nama Baturraden
Dahulu kala di sebelah selatan Gunung Slamet ada tempat bernama
Kuthaliman yang banyak penduduknya. Disana ada seorang Adipati yang
bernama Kuthaliman, dan mempunyai istri dan beberapa putra dan diantara
puteranya terdapat seorang gadis yang sudah waktunya menikah, namun setiap
kali diperintah untuk menikah selalu menolaknya dan dengan bijaksana Adipati
menasehati agar puterinya menikah namun tetap menolaknya. Adipati
memerintahkan orang untuk menyelidiki, dan setelah diselidiki ternyata sang
puteri telah menjalin hubungan dengan seorang Batur atau dalam bahasa jawa
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
40
adalah pembantunya, dan itu adalah salah satu aib besar sehingga jalan satu-
satunya adalah mengusir keduanya dari istana Kadipaten.
Puteri dan suaminya pergi kearah utara, karena terlalu lelah kadang
berjalan merangkak-rangkak dan orang jawa menyebutnya nglangsur, dan
kemudian kali yang dilewatinya dinamakan Kali Kesur. Pada tengah
perjalanan puteri melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, dan tempat
dilahirkannya dinamakan Kali Putra, tempat didaerah sang puteri dilahirkan
dinamakan Desa Kali. Lama kelamaan sang puteri merasa sedih dan menderita
karena jauh dari keluarga, dan akhirnya sang puteri meninggalkan suaminya.
Ketika anak dari Batur dan Puterinya sudah besar, dia menanyakan kepada
ayahnya tentang jadi dirinya dan ayahnya menceritakan bahwa puteri adalah
keturunan dari batur dan ibunya adalah Raden sehingga dia dan tempat tersebut
dikenal dengan nama Batur Raden, sekarang orang menyebutnya
Baturraden.
D. Strategi Pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan Di Sekolah Dasar
1. Strategi Pembelajaran
Strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1529) adalah ilmu
dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa) untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu, sedangkan pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 23), berasal dari kata ajar yang mendapat imbuan pe-an yang
memiliki arti segala sesuatu yang dipelajari atau yang diajarkan. Menurut
Kozna (Aqib, 2013: 68) menyatakan bahwa strategi pembelajaran dapat
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
41
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu. Jadi, strategi pembelajaran adalah ilmu yang digunakan
dalam mengajar kepada seseorang agar nantinya perkataan kita yang diberikan
akan diketahui dan dituruti oleh orang tersebut. Pada pembelajaran di Sekolah,
maka ada strategi yang harus dilakukan oleh seorang guru agar materi yang
disampaikan nantinya akan diketahui oleh siswa dengan baik. Menurut
Wadoro, B (2002: 8) strategi Pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan di
Sekolah Dasar adalah guru atau pengajar, langkah-langkah Kegiatan Belajar
Mengajar, penilaian, dan sumber bahan ajar.
2. Guru Sekolah Dasar
Dalam pasal 1 UU RI Nomor 14, Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
dengan jelas disebutkan bahwa, guru adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih, menilai,
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jaur pendidikan
formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Kedudukan tenaga
pendidik sebagai tenaga professional yang bertujuan untuk melaksanakan
system pendidikan nasional dan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan,
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
42
mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Melalui
pendidikan nasional diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan
martabat manusia Indonesia, sehingga pendidikan nasional menghasilkan
menusia yang terdidik, beriman, berpengetahuan, berketerampilan, dan
memiliki rasa tanggung jawab. Jadi, guru Sekolah Dasar adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada jenjang
Sekolah Dasar.
Menurut Tabrani (Aqib, 2013:84) guru yang profesional adalah guru
yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik, dalam mengajar
diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran
proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Keterampilan guru dalam
proses belajar mengajar antara lain: keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan menggunakan media pembelajaran,
keterampilan membimbing diskusi, keterampilan mengelola kelas,
keterampilan mengadakan variasi, dan keterampilan mengajar perorangan dan
kelompok kecil.
3. Langkah-langkah yang Harus Ditempuh
Agar proses pelaksanaan pembelajaran dapat berhasil dengan baik,
guru harus melaksanakan tahapan-tahapan seperti pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah yang dapat ditempuh oleh guru dalam
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
43
proses pembelajarabn Mulok Budaya Banyumasan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Silabus
Menurut pusat kurikulum (Balitbang Depdiknas, 2006) silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
a) Apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar
kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok.
b) Bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar
beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan.
c) Bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan
penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek
yang akan dinilai. Adapun cara pengembangan silabus adalah:
- Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
- Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
44
- Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
- Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian.
- Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar.
- Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
- Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
- Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
45
2) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan managemen pembelajaran untuk mencapai satu
atau lebih Kompetensi Dasar.
3) Fungsi RPP
Ada dua fungsi RPP, yaitu: fungsi perencanaan (rencana pelaksanaan
pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru untuk lebih siap melakukan
pembelajaran, mencermati tujuan pembelajaran, pokok bahasan, uraian
materi, dan alokasi waktu), dan fungsi pelaksanaan (mengefektifkan proses
pembelajaran sesuai dengan rencana, yang ditentukan dengan menggunakan
metode yang ditentukan sebelumnya).
4) Sumber Bahan
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran Muatan Lokal, guru harus
dapat memilih dan menggunakan buku Budaya Banyumasan Meskipun telah
tersususn buku Mulok Budaya Banyumasan yang disusun oleh para tim
Kabupaten, akan lebih baik apabila guru menggunakan sumber lain seperti
televisi, radio, koran, majalah, dan lain-lain (Wadoro, B, 2002: 11).
5) Metode
Menurut Arikunto (2012, :334) metode adalah cara atau teknik yang
digunakan dalam mengajar, misalnya adalah metode ceramah, tanya jawab,
diskusi, demonstrasi, dan lain sebagainya. Strategi pembelajaran adalah
bagaimana cara guru mengatur keseluruhan proses belajar mengajar yang
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
46
meliputi mengatur waktu, pemenggalan penyajian, pemilihan metode,
pemilihan pendekatan, dan sebagainya.
a). Metode Ceramah
Menurut Aqib (2013: 103) metode ceramah dilakukan guru jika guru
memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran, waktu terbatas
sedangkan materi/informasi yang disampaikan banyak, lembaga pendidikan
sedikit staf pengajar sedangkan siswa yang di ajar banyak. Metode ceramah
berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta. Metode ceramah dapat
dilakukan dengan metode yang divariasikan seperti tanya jawab, dan lain
sebagainya.
b). Metode Tanya Jawab
Menurut Aqib (2013: 105) metode tanya jawab dapat dilaksanakan untuk
hal-hal sebagai berikut
- Meninjau ulang pelajaran yang lalu agar siswa memusatkan perhatian.
- Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa
(mengikut sertakan siswa).
- Mengrahkan pengamatan dan pemikiran mereka.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab
dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa, namun tidak untuk
menilai kemajuan peserta didik, dan bukan untuk membatasi jawaban dari
siswa. Metode tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang aktif jika
dibandingkan dengan metode ceramah, selain itu metode ceramah juga
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
47
dapat digunakan untuk mengemukakan pendapat siswa dan mengetahui
perbedaan-perbedaan pendapat.
c). Metode Diskusi
Menurut Aqib (2013: 107-108) metode diskusi merupakan
interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk
menganalisis, memecahkan masalah, mengali, memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu. Metode diakusi dapat membiasakan siswa untuk
beraragumentasi dan berfikir rasional, menghadapi masalah secara
berkelompok, membiasakan siswa untuk berhadapan dengan berbagai
pendekatan, belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta
mengambil keputusan. Metode diskusi nantinya akan membuat siswa lebih
terarah dalam menguasai materi, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih
bermakna bagi siswa.
d). Metode deduktif dan Induktif
Menurut Aqib (2013: 116-117) metode deduktif merupakan
pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian
dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam
situasi tertentu. Metode deduktif menjelaskan teoti kedalam bentuk
realitas. Guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemui para ahli
kemudian mengambil contoh-contoh.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika guru
menggunakan metode induktif sebaiknya jika keadaan siswa belum
mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari. Pembelajaran pada tahap
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
48
ini maka guru harus melakukan persiapan secara baik dan matang.
Berbeda dengan metode deduktif, metode induktif dimulai dengan
pemberian berbagai kasus, fakta, contoh yang mencerminkan konsep atau
prinsip. Siswa dibimbing untuk berusaha merumuskan atau menyimpulkan
pembelajaran. Metode ini digunakan jika siswa sudah mempunyai
pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Guru
memiliki keterampilan fleksibel, keterampilan mengajukan pertanyaan,
terampil mengulang pertanyaan, dan sabar.
6) Sarana: Alat atau Media Pendidikan
Menurut Arikunto (2012: 335) menyatakan bahwa komponen lain yang
perlu dievaluasi oleh guru adalah sarana pendidikan, yang meliputi alat
pelajaran dan media pendidikan. Pada saat guru akan menjajar, sebaiknya
guru menyiapkan alat apa yang akan digunakan sebagai penunjang
pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran akan membantu konsep
yang akan diajarkan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak
alat pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menunjang pembelajaran
Mulok Budaya Banyumasan, diantaranya adalah media gambar, alat
kebersihan, kapur/spidol, papan tulis,kartu pintar, dan lain sebagainya.
Menurut Gerlach dan Ely, 1980 (Aqib, 2013: 70) menyatakan bahwa
antara strategi, metode, dan teknik meliki perbedaan. Perbedaan tersebut
adalah: teknik merupakan jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru
untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah yang ingin dicapai. Metode
adalah cara yang digunakan guru dalam menjalankan tujuan pembelajaran
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
49
yang bersifat prosedural. Strategi adalah cara yang akan digunakan oleh
pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Wagiarti Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Purwokerto tahun 2002, dengan judul Tanggapan Guru
Sekolah Dasar Terhadap Muatan Lokal Budaya Banyumasan Pada Cabang
Dinas Pendidikan Purwokerto Selatan dapat disimpulkan bahwa Guru SD di
Cabang Dinas Purwokerto Selatan mempunyai tanggapan yang baik terhadap
pelajaran Mulok Budaya Banyumasan. Adapun perbedaan dengan yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah seberapa pentingnya pendidikan Budaya
Banyumasan menurut para guru, dan Kepala Sekolah serta dampak
pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan tentang sikap cinta budaya lokal
bagi siswa, dan mengetahui strategi, pendekatan, dan proses pembelajaran yang
berhasil, yang hanya masuk dalam muatan lokal di SD wilayah Unit
Pendidikan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014