bab ii tinjauan pustaka - library.binus.ac.id · 10 mendapatkan hampir seluruh barang yang kita...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Didalam tinjauan pustaka diulas berbagai publikasi mengenai teori-teori
yang digunakan didalam penelitian ini seperti pengertian dan penjelasan mengenai
teori sehingga dengan ulasan teori tersebut diharapkan terjadi persamaan persepsi
antara peneliti dan pembaca mengenai definisi dari teori tersebut.
2.1 Online Shopping
Salah satu inovasi terbesar di dunia teknologi informasi adalah internet.
Secara harfiah Internet (kependekan dari interconnection-networking) ialah
sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan
standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di
seluruh dunia (Wikipedia). Munculnya internet memberikan kemudahan kepada
banyak orang dalam melakukan aktifitas, mencari informasi, bahkan berbisnis.
Dalam dunia bisnis, internet dapat digunakan sebagai media untuk
memasarkan produk (marketing), dan dewasa ini internet juga dapat digunakan
untuk melakukan transaksi jual beli. Dalam proses jual beli, dengan adanya
internet, orang tidak perlu lagi keluar dari rumah untuk berbelanja di toko,
supermarket, ataupun pasar. Kita cukup dengan mudah mengkakses internet
menggunakan perangkat computer yang hampir dimiliki oleh banyak orang saat
9
ini. Memilih dan memesan barang yang ingin dibeli, dan melakukan transaksi jual
beli via internet disebut juga e-commerce atau online shopping. (Ollie, 2008)
Berikut merupakan beberapa asalan kuat mengapa banyak orang lebih
memilih untuk belanja secara online yaitu :
1. Waktu
Waktu yang fleksible merupakan faktor yang cukup menarik perhatian orang
untuk belanja secara online. Karena transaksi dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja asalkan kita memiliki akses terhadap internet tersebut. Dan
biasanya bila kita melakukan pembelian secara online, tidak membutuhkan
waktu yang lama. Kita hanya cukup memilih barang dari tampilan yang sudah
disediakan di dalam website/situs toko online tersebut lalu melakukan
transaksi. Sehingga prose pembelian menjadi lebih cepat karena kita akan
lebih focus dalam memilih barang ketimbang kita belanja secara fisik
mengelilingi mall yang besar tanpa tujuan yang jelas.
2. Harga
Harga yang ditawarkan dibeberapa toko online dapat lebih murah
dibandingkan kita membeli barang secara fisik/offline. Bahkan harga yang
ditawarkan bisa lebih murah 2 kali lipat dari harga barang yang dijual secara
offline.
3. Ketersediaan barang
Bila kita membeli barang secara fisik dengan mendatangi toko/mall tempat
kita belanja, maka kita akan dihadapkan dengan keterbatasan jumlah dan jenis
keanekaragaman barang. Tidak seluruh barang tersedia di toko fisik,
sedangkan bila kita mencari barang melalui internet, maka kita bisa
10
mendapatkan hampir seluruh barang yang kita inginkan, karena internet tidak
di batasi oleh tempat. Banyak toko online yang berlokasi fisik di luar Jakarta
atau luar kota atau diseluruh penjuru Indonesia dan memiliki keanekaragaman
barang dan jasa, dengan internet kita dapat melakukan online shopping dengan
toko online tersebut tanpa memikirkan batasan tempat dan waktu.
Online shopping adalah proses di mana konsumen langsung membeli
barang atau jasa dari penjual secara real-time, tanpa perantara layanan.
Dalam beberapa tahun terakhir online shopping telah menjadi popular, namun
masih melayani konsumen menengah ke atas. Sistem seperti ini memang
punya banyak kemudahan, tapi juga tak sedikit risiko yang bisa muncul. Risiko
tersebut antara lain adalah barang yang tidak terkirim, alamat e-mail “dijual” ke
pihak lain, atau dicurinya data pribadi pembeli. Data-data pribadi yang
rentan terhadap penyalahgunaan, salah satunya, adalah rekening bank, baik
tabungan maupun kartu kredit dan sejenisnya.
Berikut beberapa kelebihan dan kelemahan dari online shopping (Made
Lasmadiarta “Sukses Bisnis toko online” 2010”)
Kelebihan Online Shopping
1. Pembeli tidak perlu mengunjungi tempat penjualan baik itu toko, butik, mall,
dan lain sebagainya. Pembeli cukup klik ke web yang dituju dan
memilih barang yang dikehendaki.
2. Pemilihan barang bisa dilakukan dari rumah atau kantor sehingga pembelian
bisa dilakukan berjam-jam tanpa harus keluar rumah.
11
3. Penjual dapat menekan ongkos pembukaan toko karena melalui belanja
online, penjual cukup memasarkan produknya melalui Internet.
Kelemahan Online Shopping
1. Kualitas barang yang diinginkan kadang-kadang berbeda kualitasnya dengan
yang tercantum di website.
2. Rentan aksi penipuan dimana banyak kasus ketika pembeli telah
mengirim sejumlah uang yang disepakati, barang yang dibeli tidak dikirim.
3. Rentan rusak atau pecah karena media pengiriman melalui pos.
4. Rentan aksi pemboboloan rekening karena pembayaran dilakukan melalui
Internet
5. Marak aksi spamming karena setelah pembeli melakukan registrasi,
penjual cenderung selalu mengirimkan katalog online melalui email pembeli
dan hal ini cukup mengganggu privacy.
2.2 Konsep Electronic Commerce (E-Commerce)
Electronic commerce (e-commerce) adalah membeli dan menjual, dan
pemasaran dan pelayanan dari produk, jasa, dan informasi melalui berbagai
jaringan komputer (O’brien & Marakas, 2006). Banyak perusahaan kini
terlibat dalam atau mensponsori tiga kategori dasar dari aplikasi e-commerce:
e-commerce business-to-consumer, business-to-business, dan consumer-to-
consumer (O’brien, 2005).
E-commerce dapat menjadi pedang bermata dua bagi para pengusaha.
Pada satu sisi, mereka dapat menjangkau konsumen tanpa terbatasi oleh letak
geografis. Akan tetapi pada sisi lainnya kompetisi mereka menjadi meningkat
12
bukan hanya dari toko di sekitar mereka akan tetapi dari toko di seluruh
daerah. Dan juga, ketika konsumen mendapatkan produk langsung dari
pabrik atau dari toko grosir, maka pihak perantara akan tersingkirkan.
Menurut Solomon (2009) beberapa keuntungan dan keterbatasan dari
e-commerce adalah:
Tabel 2.1 Keuntungan dan Keterbatasan E-commerce Keuntungan dari e-
commerce
Keterbatasan e-commerce
Bagi konsumen:
• Berbelanja 24 jam sehari. • Mengurangi berpergian. • Dapat menerima
informasi yang relevan dengan cepat tanpa terbatasi oleh lokasi.
• Lebih banyak pilihan produk.
• Lebih banyak produk yang tersedia bagi negara yang kurang berkembang.
• Informasi harga yang lebih banyak.
• Menurunkan harga sehingga dapat menjangkau konsumen dari berbagai kalangan ekonomi.
• Berpartisipasi dalam lelang virtual.
• Pengiriman yang cepat • Komunitas online.
• Kurangnya keamanan. • Penipuan. • Tidak dapat menyentuh
produk. • Warna yang serupa
mungkin tidak dapat ditampilkan dengan jelas di layar monitor komputer.
• Harga yang mahal untuk pemesanan dan pengembalian apabila terdapat ketidaksesuaian.
• Berpotensi merusak hubungan antar sesama.
Bagi pengusaha • Dunia adalah pangsa pasar.
• Mengurangi biaya dalam melakukan bisnis.
• Bisnis yang sangat khusus dapat sukses.
• Kurangnya keamanan. • Harus mengelola situs
untuk mendapatkan hasil. • Kompetisi harga yang
ketat. • Konflik dengan penjual
13
• Harga secara real-time. konvensional. • Masalah legalitas belum
terselesaikan. (Sumber : Solomon, 2009, p403)
Berdasarkan tabel di atas, pada sisi keuntungan konsumen, diketahui
bahwa dengan menggunakan e-commerce konsumen dapat melakukan
transaksi pembelian secara lebih leluasa, terutama dalam memilih dan
membandingkan barang/jasa yang akan dibeli diantara beberapa vendor.
Dengan demikian, pembeli akan memperoleh barang/jasa yang tepat, baik
harga maupun fiturnya.
Keuntungan dari sisi pengusaha atau pelaku bisnis dengan
menerapkan e-commerce, biaya dalam melakukan bisnis dapat dikurangi dan
pangsa pasar yang jauh lebih luas. Sedangkan pada sisi keterbatasan
konsumen banyak menyangkut pada aspek keamanan, pengetahuan pembeli,
dan produk yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Oleh karena itu, seiring
dengan semakin berkembangnya teknologi keamanan e-commerce,
banyaknya informasi dan komunitas pengguna e-commerce, serta semakin
banyaknya tersedia infrastruktur Internet, maka kerugian yang dihadapi
pembeli dapat semakin diperkecil. Keterbatasan e-commerce bagi pengusaha
ialah kompetisi yang sangat ketat serta belum adanya peraturan legalitas yang
baku mengenai peraturan dalam melakukan transaksi secara online
2.3 Perkembangan Internet di Indonesia
Dari tabel di bawah dapat dilihat total populasi di Indonesia dan total
pengguna Internet di Indonesia dari 2007 hingga 2010. Dari tabel tersebut dapat
14
dilihat bahwa sebanyak enam persen penduduk di Indonesia memiliki akses ke
Internet, 7.84 persen pada tahun 2008, 8.60 persen pada tahun 2009 dan 8.99
persen pada tahun 2010. Dari hasil tersebut dapat terlihat peningkatan pengguna
Internet dari tahun ke tahun.
Data tersebut menunjukkan kesempatan untuk mengembang bisnis online
dan melakukan transaksi komersil secara elektronik. Internet pada umumnya
membantu mengatasi masalah jarak dan/atau geografis yang seringkali terjadi
pada perdagangan. Sebuah perusahaan dapat menargetkan lebih banyak konsumen
dengan bantuan Internet yang telah secara dramatis mengurangi kendala yang
ditimbulkan oleh jarak antara pebisnis dengan pasarnya.
Tabel 2.2 Total populasi dan total pengguna Internet di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2010
Tahun Pengguna Internet Populasi % Penetrasi 2007 13,450,875.3 224,481,720 6.00 %
2008 18,602,209.2 237,512,355 7.84 %
2009 20,647,905.6 240,271,522 8.60 %
2010 21,828,255.3 237,641,326 8.99 %
Sumber: total populasi – Badan Pusat Statistik; jumlah total pengguna Internet – Worldbank, World Development Indicators
2.4 Keputusan Pembelian
Kotler (1994) menyebutkan bahwa keputusan untuk membeli yang
diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan.
Dalam proses keputusan, tahap-tahap yang dilewati oleh pembeli online adalah
15
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
membeli dan tingkah laku setelah pembelian.
Gambar 2.1 Model Lima Tahap Proses Membeli
Sumber: Kotler (1994) Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian
Gambar di atas menyiratkan bahwa dalam setiap pembeliannya
konsumen melewati lima tahap. Tetapi pada pembelian yang lebih rutin,
konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Pengenalan
kebutuhan pada tahap pertama proses keputusan membeli, adalah ketika
konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan.
16
Menurut Engel et al. (1994) dapat dibedakan beberapa peranan yang
mungkin dimainkan seseorang dalam sebuah keputusan membeli :
1. Pencetus (Initiator)
Pencetus adalah orang yang pertama-tama menyarankan atau memikirkan
gagasan membeli produk atau jasa tertentu.
2. Pemberi pengaruh (Influencer)
Seseorang yang memberikan pengaruh adalah orang yang pandangannya atau
nasihatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.
3. Pembuat keputusan (Decider)
Pembuat keputusan merupakan seseorang yang pada akhirnya
menentukan sebagian besar atau keseluruhan keputusan membeli : apakah
jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli atau dimana membeli.
4. Pembeli (Buyer)
Merupakan seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
5. Pemakai (User)
Pemakai merupakan seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau
memakai produk atau jasa.
17
Sebuah perusahaan perlu mengenali peranan-peranan tersebut karena
hal tersebut mempengaruhi dalam kaitan merancang produk, menentukan pesan
dan mengalokasikan biaya anggaran promosi. Dengan mengetahui pelaku utama
dan peranan yang mereka mainkan akan membantu para pemasar
menyelaraskan program pemasaran yang tepat dengan para pembeli (Kotler,
2001).
Untuk dapat mengetahui sejauh mana poses pembelian konsumen, kiranya
perlu adanya upaya seperti: apakah konsumen membutuhkan informasi
tentang produk yang akan dibeli, atau mungkin perlu didorong untuk
melakukan pembelian. Melalui dukungan sistem informasi yang tersedia
dapat pula mendorong seseorang untuk melakukan suatu keputusan termasuk
didalamnya dalam hal pembelian. Hal ini dipertegas dengan pendapat Ajzen
dan Fishbein dalam Engel dkk (1994) pada umumnya seseorang sangat
rasional dalam memanfaatkan informasi yang tersedia serta
mempertimbangkan implikasi dari tindakan tersebut sebelum memutuskan
untuk terlibat atau tidak dalam perilaku tersebut, dengan kata lain disini
informasi berperan penting.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian khususnya
pembelian secara online pada penelitian ini. Namun dari berbagai macam faktor
tersebut, penulis mengambil 4 buah faktor yang diduga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian secara online, yaitu harga (price),
kepercayaan (trust), kualitas informasi (information quality), dan tampilan situs
(website design). Uraian mengenai faktor-faktor tersebut akan di jelaskan pada
beberapa sub bab selanjutnya.
18
2.4.1 Perilaku Konsumen
Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting
dalam pemasaran. Menurut Engel, et al. (1994), perilaku konsumen adalah
suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan
mendahului dan menyusuli tindakan ini. Terdapat dua elemen penting
dari arti perilaku konsumen, yaitu: (1) proses pengambilan keputusan, (2)
kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa ekonomis.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya yaitu faktor
psikologis. Adapun bentuk/macam dari faktor psikologis ini antara lain,
yaitu:
1. Motivasi
adalah suatu kebutuhan yang secara cukup dirangsang untuk
membuat seseorang mencari kepuasan atas kebutuhannya.
2. Persepsi
adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran yang
berarti mengenai dunia.
19
3. Pembelajaran
adalah perubahan pada perilaku individu yang muncul dari
pengalaman.
4. Keyakinan
adalah pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu, dan sikap
menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderungan yang relatif
konsisten dari seseorang atas sebuah obyek atau gagasan.
Penelitian ini meneliti tentang perilaku konsumen toko online
(online shop) yang ada di Indonesia khususnya konsumen yang bertempat
tinggal di Jakarta, yaitu tentang aspek minat dan motivasi konsumen untuk
membeli produk secara online dengan melibatkan beberapa faktor yang
diduga mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian
seperti harga, kepercayaan, kualitas informasi, dan tampilan situs.
2.4.2 Harga
Menurut Kotler dan Amstrong (2001:439) harga adalah sejumlah
uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar
konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan
produk tersebut.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli yaitu:
1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang
20
diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian dengan adanya
harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara
mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa.
Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia,
kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam “mendidik”
konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini
terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan
untuk menilai faktor produksi atau manfaatnya secara objektif.persepsi
yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan
kualitas yang tinggi. (Tjiptono, 1997:152)
Dalam menentukan keputusan pembelian, informasi tentang harga
sangat dibutuhkan dimana informasi ini akan diperhatikan, dipahami dan
makna yang dihasilkan dari informasi harga ini dapat mempengaruhi
perilaku konsumen.(Haryani,2006:13)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Al-masri & Gharaibeh
(2010) harga termasuk salah satu faktor yang berhubungan positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian via internet.
Harga merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan
pembelian pada toko online seperti halnya Howard (2007) menyatakan
bahwa alasan paling sederhana dari pembelian online adalah untuk
menghemat uang. Pada beberapa kategori online, harga secara signifikan
lebih rendah daripada daftar harga produsen atau outlet pembelian oleh
21
karena itu harga termasuk penting di dalam mempengaruhi keputusan
pembelian pada toko online.
Atas dasar penelitian terdahulu penulis membuat hipotesis bahwa
harga (price) berpengaruh terhadap keputusan pembelian secara online.
2.4.3 Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis, suatu transaksi
bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing
saling mempercayai. Kepercayaan adalah sebuah ekspektasi bahwa seseorang
yang dipilih untuk dipercaya tidak akan berbuat oportunis dengan mengambil
kesempatan dalam suatu situasi (Gefen et al. 2003).
Menurut Becerra et al. (2011) Kepercayaan adalah kemauan dari
kelompok yaitu pihak yang memberikan kepercayaan (trustor), menjadi
rentan terhadap tindakan dari kelompok lain yaitu pihak yang dipercayai
(trustee), berdasarkan harapan bahwa yang lain akan melakukan tindakan
tertentu yang penting untuk trustor, terlepas dari kemampuan untuk
mengontrol atau memantau pihak lain. Seiring maraknya kejahatan internet
seperti misalnya pembobolan kartu kredit dan penipuan, faktor
kepercayaan (trust) menjadi hal yang sangat penting dalam transaksi
online shopping. Konsep kepercayaan ini berarti bahwa pembeli percaya
terhadap keandalan pihak penjual online yang dapat menjamin
keamanan bertransaksi online. Keamanan berarti bahwa transaksi
penjualan online dapat dipercaya.
22
Kepercayaan akan menimbulkan sebuah celah bagi seorang konsumen
untuk menghadapi resiko penipuan, ketidakpastian, dan/atau kerentanan pada
saat melakukan belanja secara online. Kepercayaan dari konsumen penting
bagi situs toko online karena dengan tingkat kepercayaan yang tinggi maka
dapat mendorong konsumen untuk lebih berani dalam melakukan pembelian
melalui situs toko online.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tri Handayani (2010) yang
berjudul “ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN KONSUMEN
TERHADAP PERSEPSI RISIKO BELANJA ONLINE DI SURABAYA”
menjelaskan bahwa faktor kepercayaan (trust) memiliki pengaruh terhadap
persepsi konsumen terhadap resiko belanja online.
Dari uraian di atas serta penjelasan dari penelitian terdahulu, penulis
membuat hipotesis bahwa kepercayaan (trust) mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian secara online.
2.4.4 Kualitas Informasi
Informasi yang disajikan pada toko online sebaiknya mencakup
informasi berkaitan dengan produk dan jasa yang ada pada online shopping.
Informasi tersebut sebaiknya berguna dan relevan dalam memprediksi
kualitas dan kegunaan produk atau jasa. Untuk memuaskan kebutuhan
informasi konsumen/pembeli online, informasi produk dan jasa harus up-
to-date, membantu pembeli online dalam membuat keputusan, konsisten,
dan mudah dipahami.
23
Kualitas informasi mengacu pada akurasi, jumlah dan bentuk
informasi tentang produk dan jasa yang ditawarkan di situs (Sam et al.,
2009). Tujuan awal situs adalah untuk menarik perhatian pelanggan potensial
melalui berbagai produk dan jasa yang menawarkan nilai (Sam et al., 2009).
Kualitas informasi adalah salah satu alasan penting kenapa para wisatawan
melakukan pemesanan melalui situs agen perjalanan tertentu (Nursair et al.,
2008).
Cara penyajian informasi didalam situs akan memastikan peluang
untuk mendapatkan konsumen potensial, tapi konten situs tetap merupakan
hal yang penting dalam pembelian online. Desain mewah dan cara
penyajiannya hanya akan menarik pada tahap awal tapi tanpa konten yang
baik, konsumen kemungkinan akan dapat berpindah ke situs lainnya. Oleh
karena itu kualitas informasi yang baik dari sebuah situs dapat mempengaruhi
keputusan seseorang membeli melalui toko online.
Dari uraian di atas, penulis mengajukan hipotesis bahwa kualitas
informasi (information quality) mempengaruhi keputusan pembelian secara
online.
2.4.5 Tampilan Situs
Beberapa perancang situs mengamati bahwa penggunaan tampilan
latar belakang situs dan tampilan kata-kata (typography) merupakan faktor
yang signifikan bagi keseluruhan tampilan dan originalitas dari halaman dan
situs (Harris et al., 2010). Terdapat 5 kategori umum untuk menilai kualitas
24
sebuah situs yaitu: kemudahan penggunaan, kegunaan, hubungan
komplementer, dan layanan konsumen (Loiacono et al., 2002).
Tampilan situs toko online dapat menjadi sebuah daya tarik tersendiri
bagi para calon konsumen untuk berkunjung. Sebuah situs yang dirancang
dengan baik juga dapat secara efektif mengelola pengalaman menunggu
pelanggan dengan fitur-fitur khusus yang dapat menetralkan potensi efek
negatif dari menunggu waktu load situs yang lama (Chen et al., 2003). Hasil
dari tampilan situs dapat berbeda-beda antar konsumen. Sebuah situs yang
menarik bagi seorang konsumen, belum tentu menarik bagi konsumen
lainnya. Situs dengan tampilan yang mudah untuk diakses dan interaktif akan
meningkatkan jumlah pembelian konsumen terhadap situs tersebut.
Oleh karena itu tampilan situs (website design) diduga mempengaruhi
keputusan pembelian secara online.
2.5 Penelitian Terdahulu
Keputusan konsumen melakukan pembelian secara online dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun ada banyak sekali faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian secara online. Karena keterbatasan waktu
penelitian, peneliti hanya mengambil empat buah faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian secara online tersebut. Ke empat faktor tersebut merupakan
adaptasi dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di luar
Indonesia, namun masih sedikit di teliti di Indonesia. Beberapa penelitian
terdahulu tersebut akan dibahas selanjutnya.
25
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuseir, Arora, Al- Masri dan
Gharaibeh (2010) di Jordania, variabel harga memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian secara online. Metode pengumpulan data penelitian
menggunakan kuisioner sebagai instrument penelitian dengan skala likert 5 poin,
dari survey yang diberikan kepada 181 menyatakan bahwa variabel keamanan,
infrastruktur internet, karakteristik produk/servis, harga online, dan promosi
online memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen melalui
internet. Metode analisis yang digunakan adalah SEM. Hal ini yang menjadi dasar
peneliti melakukan pengujian terhadap pengaruh harga dengan keputusan
pembelian secara online dengan melakukan adaptasi terhadap indikator dan
instrument penelitian.
Gambar 2.2 Model Penelitian Nuseir et al. (2010)
Lee et al. (2011) melakukan penelitian di Malaysia pada tahun 2010,
instrumen yang digunakan adalah kuesioner survei yang disusun menggunakan
tujuh skala likert. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah efek bola
salju untuk mendapatkan 102 orang responden. Melalui analisis regresi dan
korelasi ditemukan bahwa nilai yang didapat, kemudahan penggunaan yang
dirasakan, kegunaan yang diperoleh, reputasi perusahaan, privasi, kepercayaan,
26
reabilitas dan fungsionalitas memiliki hubungan linier yang signifikan terhadap
minat membeli kembali secara online.
Gambar 2.3 Model Penelitian Lee et al. (2011)
Kwek et al. (2010) melakukan penelitian di Malaysia terhadap 242
responden dengan menggunakan analisis regresi berganda menemukan bahwa
dorongan niat beli, orientasi konsumen terhadap kualitas, orientasi konsumen
terhadap merk, kepercayaan online dan pengalaman pembelian online sebelumnya
secara positif berhubungan dengan niat beli pelanggan secara online.
27
Gambar 2.4 Model Penelitian Kwek et al. (2010)
Shergill & Chen (2005) mengumpulkan data dengan cara melakukan
survei melalui e-mail secara acak terhadap 102 orang responden di New Zealand.
Kemudian dengan menggunakan analisis faktor eksploratori dan ANOVA
menemukan bahwa desain situs, realibilitas situs, layanan konsumen situs, dan
keamanan situs adalah empat faktor dominan yang mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap pembelian online.
Gambar 2.5 Model Penelitian Shergill & Chen (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Sam et al. (2009) terhadap 208 responden
di Malaysia dengan menggunakan metode multiple regressions menunjukkan
bahwa empati dan kepercayaan adalah faktor-faktor yang paling berpengaruh
28
langsung dalam memprediksi niat pembelian online. Untuk meningkatkan niat
beli konsumen secara online, penyedia layanan harus memberikan pelayanan
dengan empati dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. kepercayaan dan
empati memiliki peran mediasi dalam hubungan antara konstruk independen lain
(kegunaan, desain situs, informasi kualitas dan persepsi risiko) dengan konstruk
variabel terikat (niat beli online).
Gambar 2.6 Model Penelitian Sam et al. (2009)
Sebuah penelitian di China terhadap 35 orang responden yang dilakukan
oleh Su et al. (2008) menunjukkan bahwa konsumen online lebih mementingkan
atribut kualitas yang berhubungan dengan kualitas yang dihasilkan dan layanan
konsumen daripada atribut yang terkait dengan transaksi web. Terdapat enam
persepsi kualitas yang dirasakan oleh pelanggan yaitu:
29
(1) ease of use;
(2) information quality;
(3) consumer service;
(4) web site design;
(5) process controllability; and
(6) outcome quality.
Beccera et al. (2011) melakukan penelitian di Amerika dengan 422 orang
responden. Menggunakan instrumen pengumpulan data kuesioner. Sedangkan
analisis data menggunakan analisis multivariat kovarians, regresi linier, dan uji
SOBEL untuk menganalisis hipotesis. Dari penelitian ini diketahui bahwa
kepercayaan terhadap merk mempengaruhi niat online, dan mungkin diperlukan
untuk meningkatkan penjualan online. Pengaruh keyakinan kepercayaan terhadap
penjual bervariasi dengan kepercayaan terhadap merk, keyakinan untuk produk
dan jasa dipengaruhi oleh keyakinan kepercayaan terhadap merk.
Gambar 2.7 Model Penelitian Beccera et al. (2011)
30
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tri Handayani (2010) yang berjudul
“ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN KONSUMEN TERHADAP
PERSEPSI RISIKO BELANJA ONLINE DI SURABAYA” menjelaskan bahwa
faktor kepercayaan (trust) memiliki pengaruh terhadap persepsi konsumen
terhadap resiko belanja online. Penilitian tersebut menggunakan 112 responden
sebagai sample penelitiannya, dan menggunakan metode analisis SEM untuk
menguji hipotesisnya.
Gambar 2.8 Model Penelitian Tri Handayani (2010)
2.6 Kerangka Konseptual Penelitian
Dari penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya
maka kerangka konsep untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
31
Gambar 2.8 Model Konseptual Penelitian
Berdasarkan studi pustaka lebih lanjut dari penelitian terdahulu,
beberapa faktor atau variabel yang telah dikemukakan pada penelitian
terdahulu di beberapa negara diadaptasi menjadi variabel yang serupa pada
penelitian ini, seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas. Namun karena
keterbatasan waktu penelitian, peneliti mengambil 4 buah variabel yang
diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian
secara online di Indonesia khususnya di Jakarta.