bab ii teori interaksionisme simbolik sebagai alat …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/bab 2.pdf ·...

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 29 BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencangkup: keluarga, etnis/ suku bangsa, komunitas pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, budaya, bisnis dan organisasi lainnya. Thomas khun adalah seorang ahli alam yang mencoba memberikan suatu konsep yang memudahkan mereka mempelajari suatu disiplin ilmu. Dalam karyanya tentang The Structure of Scientific Revolution tahun 1962. Yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi pada saat itu. Istilah ini kemudian di populerkan oleh beberapa tokoh yaitu Robert Friedrich dengan bukunya Sosiology of Sosiology tahun 1970. Selanjudnya diikuti oleh Lodahl dan Cordon tahun 1972, Philips tahun 1973, Effrat tahun 1972 serta Friendrichs sendiri tahun 1972 a dan tahun 1972 b. 1 Yang menjadi tujuan Khun dalam konsep ini adalah untuk menentang asumsi atau pemikiran dikalangan ilmuan pada saat itu tentang perkembangan ilmu pengetahuan. Para ilmuan beranggapan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan itu terjadi secara komulatif. Menurut Khun 1 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 3

Upload: haphuc

Post on 23-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

29

BAB II

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

SEBAGAI ALAT ANALISIS

Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

sosial manusia dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut

mencangkup: keluarga, etnis/ suku bangsa, komunitas pemerintahan, dan

berbagai organisasi sosial, agama, politik, budaya, bisnis dan organisasi

lainnya.

Thomas khun adalah seorang ahli alam yang mencoba

memberikan suatu konsep yang memudahkan mereka mempelajari suatu

disiplin ilmu. Dalam karyanya tentang The Structure of Scientific Revolution

tahun 1962. Yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi pada

saat itu. Istilah ini kemudian di populerkan oleh beberapa tokoh yaitu Robert

Friedrich dengan bukunya Sosiology of Sosiology tahun 1970. Selanjudnya

diikuti oleh Lodahl dan Cordon tahun 1972, Philips tahun 1973, Effrat tahun

1972 serta Friendrichs sendiri tahun 1972 a dan tahun 1972 b.1

Yang menjadi tujuan Khun dalam konsep ini adalah untuk

menentang asumsi atau pemikiran dikalangan ilmuan pada saat itu tentang

perkembangan ilmu pengetahuan. Para ilmuan beranggapan bahwa

perkembangan ilmu pengetahuan itu terjadi secara komulatif. Menurut Khun

1 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2013), 3

Page 2: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

29

hal itu tidak benar adanya, Khun beranggapan bahwa perkembangan ilmu

pengetahuan itu terjadi secara revolusi. Perkembangan ilmu pengetahuan ini

sebagai akibat dari revolusi. Dimana perkembangan ilmu pengetahuan dalam

kondisi tertentu akan mengalami perubahan pengembangan di dalamnya.

Menurut Khun paradigma sosiologi dilihatnya dari konsep

exemplar yang dimilkinya. Dimana hasil-hasil pengembangan ilmu

pengetahuan yang diterima secara umum adalah yang memperoleh

kedudukan sebagai exemplar. Sebagai contoh, Emile Durkheim sosiolog dari

prancis dengan paradigma fakta sosialnya, paradigma definisi sosial yang

dirintis oleh Max Weber dimana ia terkenal sebagai sosiolog ternama di

jerman. Dan paradigma perilaku sosial yang dikembangkan oleh Burrhus

Frederic Skinner. Ada sedikit masalah yang berbau politis dalam kategorisasi

ini. Dan dunia mengakui 3 sosok pembangun fondasi sosiologi yaitu, Emile

durkhem, Max Weber dan Karl Marx.

Ritzer mempaparkan elemen-elemen yang memebentuk tiga

paradigma besar dalam sosiologi. Paradigma fakta sosial, teori-teori yang

berada dilingkup tersebut adalah teori fungsional struktural, teori konflik, dan

teori sistem. Yang menjadi Subject matter Durkhem adalah fakta sosioal, hal

ini terlihat dari karyanya The Rules of Sociological Metbod tahun 1895 dan

Suicide tahun 1897. Ia melihatnya struktur dan institusi sosial dalam skala

yang besar, dimana proposi fakta sosial itu terdiri atas: kelompok, kesatuan

masyarakat tertentu, sistem sosial, posisi, peranan, nilai-nilai keluarga,

Page 3: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

29

pemerintah dan sebagainya. Metode yang dipakai lebih kepada perbandingan

sejarah atau bisa juga kuesioner wawancara.

Paradigma definisi sosial, yang menjadi exemplar pada

paradigma ini adalah dari karya Weber. Dengan analisanya tentang tindakan

sosial (social action). Konsep yang dipaparkan Weber sangat berbeda dengan

konsep Durkheim. Ia tidak memisahkan antara struktur sosial dengan

peranata sosial, justru keduanya membantu dalam pembentukan tindakan

manusia. Yang di dalam diri manusia itu sendiri terdapat arti atau makna.

Teori-teori yang masuk kedalam paradigma ini adalah teori aksi (action

theory), interaksionisme simbolik (simbolic interaksionism), dan

fenomenologi (phenomenology). Dimana metode yang dipakai dalam

paradigma ini adalah observasi atau pengamatan, dan tidak hanya itu mereka

juga bisa menggunakan kuesioner dan wawancara.

Dalam paradigma dengan pendekatan sosiologi, periode utama

sejarah manusia dapat dipandang sebagai perangkat paradigma

tertentu dalam sistem kepercayaan, yakni definisi yang jelas tentang

realitas kehidupan fisik dan sosial.2

Gambaran Weber dan Mead tentang tingkah laku masyarakat

dalam paradigma definisi sosial ini terdapat pada bagaimana seseorang

berpikir dan menghasilkan karya yang di dasari oleh hubungan sosial. dimana

masyarakat digambarkan sebagai sejumlah hubungan dan nilai dengan proses

sosialisasi dan interaksi. Untuk individu digambarkan sebagai orientasi nilai-

nilai utama yang muncul dalam konteks masyarakat secara khusus.

2 Graham C. Kinloch, perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi, (Bandung:

Pustaka Setia, 2005), 57

Page 4: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

29

A. Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik ini berkembang pertama kali di

Universitas Chicago yang dikenal sebagai aliran Chicago. Tokoh besar

dari teori ini adalah Jhon Dewey dan Charles Horton Cooley adalah filosof

yang semula mengembangkan teori interaksionisme simbolik di

Universitas Michigan. Dewey yang pindah ke universitas Chicago

mempengaruhi beberapa orang tokoh disana.

Para pemikir tersebut memberikan pemikirannya yang bertujuan

untuk mengembangkan perspektif ini:

1. Georg Simmel, di dalam bukunya yang berjudul “Conflict and The

Web of Group Affiliations” (1922/1955). Menurutnya kepribadian

manusia dapat muncul dan dibentuk oleh kelompok dan budaya

dimana ia hidup. Dimana dia berpikir dan bertingkah laku yang

didapat dari pengaruh keanggotaannya dalam kelompok tertentu.

2. William James, menurutnya manusia mempunyai kemampuan untuk

meliht dirinya sebagai obyek. Self kemampuan itu memungkinkan

terjadinya pengembangan dalam sikap dan perasaan dari dirinya

sendiri dan lebih lanjut ia bisa membentuk tanggapan-tanggapan yang

ditujukan kepada dirinya sendiri sebagai proses membentuk cara-cara

mengenali dunia sekitarnya.

3. Charles Horton Cooley, ia menjelaskan dua hal tentang self. Pertama,

dia melihat self sebagai menjadi suatu proses dimana individu melihat

dirinya sendiri adalah sebagai obyek dan bersamaan dengan obyek

lainnya dalam ruang lingkup sosialnya. Kedua, komunikasinya dengan

orang lain akan memungkin munculnya self itu sendiri. Dengan

terjadinya interaksi dengan orang lain, dimana seorang individu akan

dapat menafsirkan gerak-gerik orang lain dan demikian dia dapat

melihat dirinya berdasarkan sudut pandang orang lain. Mereka

Page 5: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

29

membayangkan bagaimana orang lain menilai mereka. Dengan

demikian mereka membentuk gambaran-gambaran tentang diri

sendiri. Cooley menamakan proses ini “looking glass self” (diri

berdasarkan penilaian orang lain). Dia juga mengakui bahwa self

muncul dari interaksi berdasarkan konteks kelompok. Dilah yang

mengembangkan konsep tentang kelompok primer yang cukup

menentukan perkembangan kepribadian seseorang.

4. John Dewey, yang menjadi pendukung utama pragmatisme, dia

memusatkan perhatiannya pada proses penyesuaian diri manusia

dengan dunia. Menurutnya di dalam diri manusia mempunyai

keunikan, keunikan ini dilihat dari proses penyesuaian diri dengan

kondisi-kondisi hidupnya. Ia menegaskan bahwa yang unik dalam diri

manusia adalah kemampuannya untuk berfikir. Selama hidupnya

manusia berusaha untuk memahami kesadaran manusia. Konsep yang

seperti ini banyak mempengaruhi Herbert Mead, ia telah menunjukan

bahwa pikiran timbul dari interaksi dengan dunia sosial.3

Teori ini berasal dari berbagai sumber tetapi tidak ada satupun

sumber yang dapat memberikan pernyataan tunggal isi dari teori ini.

Tetapi ada satu pemikiran yang memaparkan bahwa ide dasar teori ini

bersifat menentang behaviorisme radikal yang dipelopori oleh J.B Watson.

Dimana hal ini tercermin dari gagasan tokoh sentral teori interaksionisme

simbolik yaitu G.H Mead yang bermaksud untuk membedakan teori ini

dengan teori beaviorisme radikal itu.4 Dalam pengertiannya behavior

adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia secara obyektif dari

luar. Sedang kan Mead dari interaksionisme simbolik, mempelajari

3 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007), 97 4 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2013), 51

Page 6: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

29

tindakan sosial dengan mempergunakan teknik itrospeksi untuk dapat

mengetahui barang sesuatu yang melatar belakangi tindakan sosial itu dari

sudut actor.

Teori ini berpandangan bahwa kenyataan sosial didasarkan

kepada definisi dan penilaian subjektif individu. Struktur sosial merupakan

definisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-

bentuk yang cocok, yang menghubungkannya satu sama lain. Tindakan-

tindakan individu dan juga pola interaksinya dibimbing oleh definisi

bersama yang sedemikian itu dan dikonstruksikan melalui proses interaksi.

Teori ini menolak pandangan paradigma fakta sosial dan

paradigma prilaku sosial (social behavior) dengan alasan yang sama.

Karna keduanya tidak mengakui arti penting kedudukan individu. bagi

paradigma fakta sosial, individu dipandangnya sebagai orang yang terlalu

mudah dikendalikan oleh kekuatan yang berasal dari luar dirinya seperti

kultur, norma dan peran-peran sosial. Mereka tidak melihat bahwa didiri

manusia mempunyai kepribadian sendri. Sedangkan paradikma perilaku

sosial melihat tingkahlaku manusia sama-sama ditentukan oleh suatu

rangsangan yang datang dari luar dirinya. Dengan melupakan bahwa

manusia mampu menciptakan dunia sendiri.

Prinsip dasar teori ini adalah:

1. Tak seperti binatang, manusia memiliki akal untuk berfikir

2. Kemampuan berfikir dibentuk oleh interaksi sosial

Page 7: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

29

3. Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol

yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan

berpikir mereka yang khusus itu.

4. Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan

tindakan khusus dan berinteraksi.

5. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka

gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan

penafsiran mereka terhadap situasi.

6. Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan

perubahan,sebagian karena kemampuan mereka berinteraksi

dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka

menguji serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan

dan kerugian relatif mereka dan kemudian memilijh satu di

antara serangkaian peluang tindakan itu. Pola tindakan dan

interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok

dan masyarakat.5

Berbeda dengan hewan manusia mempunyai otak untuk

mengembangkan pikiran. Dimana interaksionisme simbolik ini tidak

membeyangkan pikiran sebagai benda, sesuatu yang memiliki struktur

fisik, tetapi lebih membayangkan sebagai proses yang berkelanjutan. Hal

ini yang membedakan manusia dengan hewan, yang mana hewan hanya

bisa melakukan tukar menukar isyarat yang di dalamnya akan terjadi aksi

dan reaksi. Namun hal tersebut tidak bermaksud untuk memberikan suatu

pesan yang akurat.

Yang kedua, kemampuan berpikir manusia dikembangkan dari

proses interaksi (sosialisasi). Yang mana hal ini ditujukan untuk

mengembangkan cara hidup manusia itu sendiri. Dimana dalam proses ini

manusia akan menerima berbagai informasi, menyusun, dan menyesuaikan

informsi itu dengan kebutuhan mereka sendiri.

5 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 289

Page 8: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

29

Selanjutnya, manusia akan mempelajari suatu simbol atau

makana yang didapatnya dari proses sosialisasi tersebut. Selanjutnya

mereka juga bisa menanggapi tanda-tanda atau simbol-simbol dengan cara

berfikir. Tanda-tanda atau simbol-simbol mempunyai artinya sendiri, yang

mana simbol ini merupakan aspek penting yang memungkinkan manusia

untuk bertin dak menurut cara-cara yang khas yang dilakukan manusia itu

sendiri (kemampuan berfikir khusus).

Makna dan simbol merupakan dampak dari tindakan dan

interaksi manusia. Simbol atau arti memberikan ciri-ciri khusus pada

tindakan sosial manusia yang mana melibatkan aktor tunggal dan pada

interaksi sosial manusia dengan melibatkan dua orang aktor atau lebih

yang terlibat dalam tindakan sosial tersebut. Dalam proses interaksi sosial

inilah manusia secara simbolik mengkomunikasihkan arti terhadap orang

lain yang terlibat. Dimana orang lain akan menafsirkan simbol komunikasi

itu dan mengorientasikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran

mereka.

Mereka juga mampu mengubah arti atau simbol yang mereka

dapatkan dari proses interaksi tersebut. Hal ini dikarenakan manusia juga

mempunyai hak untuk membuat suatu pilihan dengan cara berpikir mereka

yang berbeda. Orang tidak harus menyetujui arti dan simbol yang

dipaksakan terhadap mereka. Dalam penafsiran mereka sendiri, manusia

mampu membentuk arti baru dan deretan arti baru terhadap situasi yang

Page 9: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

29

mereka rasakan. Mereka juga mampu membuat pilihn yang unik dan

bebas.

Kemampuan aktor untuk membuat perbedaan ini , dimana

mereka melihat pada fenomena “jaringan sosial”. dalam jaringan sosial ini

tidak melihat pada struktur sosial yang di dasari oleh suatu paksaan dalam

suatu struktur. Melainkan lebih melihat dari sebagai hubungan sosialnya

memberkahi individunya dengan arti dan menggunakannya untuk tujuan

pribadi dan kolektif.

Teori ini memiliki spektrum pemikiran yang beragam. Antara

George Herbert Mead dan Herbert Blumer, yang menjadi tokoh utama

teori ini, ternyata memiliki segi-segi persamaan dan perbedaannya. Konsep

sosialitas Mead dipengaruhi oleh teori relativitas Einstein dan prinsip-

prinsip teori evolusi Darwin. Sementara itu, konsep-konsep yang

dikembangkan Blumer adalah beberapa yang mengacu pada gurunya yaitu

Mead. Selain itu, Blumer mendapat pengaruh kuat dari aliran pragmatisme

filsafat, terutama dari Jhon Dewey.

a. Interaksionisme Simbolik George H. Mead

Dalam bukunya yang berjudul Mind, Self, Society, dalam buku ini

Mead lebih memperhatikan bagaiman pemikiran itu muncul setelah

masyarakat. Yang artinya keseluruhan sosial mendahului pemikiran

individual secara logika maupun temporer. Bagi Mead mustahil jika tanpa

didahului adanya kelompok sosial.

Page 10: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

29

Mead adalah pemikir yang sangat penting dalam sejarah

interaksionisme simbolik. Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide

mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Yang menjadi

penting dalam pemikiran Mead adalah:

Pentingnya makna bagi perilaku manusia

a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang

diberikan orang lain terhadap mereka.

b. Makan yang diciptakan dalam interaksi antar manusia.

c. Makna dimodofikasi melalui proses interpretif. .

Pentingnya konsep mengenai diri

a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi

dengan orang lain.

b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.

Hubungan antara individu dan masyarakat

a. Orang dan kelompok- kelompk dipengaruhi oleh proses budaya dan

sosial.

b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Mead dalam menganalisis suatu tindakan hampir sama dengan

pendekatan behavioris dengan memusatkan perhatian pada rangsangan

yang juga disebut stimulus dan tanggapan atau response. Tetapi, stimulus

disini tidak menghasilkan respon manusia secara otomatis dan tanpa

pikiran. Stimulus yang dipikirkan Mead adalah sebuah kesempatan atau

peluang untuk bertindak, bukan sebagai paksaan atau perintah. Dalam hal

Page 11: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

29

ini Mead mencoba mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan yang

saling berhubungan. Dengan melihat dari perbedaan antara hewan dengan

manusia.

Yang pertama adalah Impuls (dorongan hati), dimana dengan

adanya rangsangan yang spontan muncul dari dirinya atau dari luar dirinya

(lingkungan) yang mendorong actor untuk melakukan sesuatu terhadap

rangsangan itu. Terkait dengan perbedaan manusia dengan hewan, ia

mencontohkan ketika actor (hewan maupun manusia) merasakan lapar

maka secara spontan dan tanpa pikir akan memberikan respon atas impuls

tersebut. Akan tetapi ada kemungkinan besar pada actor manusia akan

memikirkan reaksi yang tepat. Manusia akan mempertimbangkan dan

mengantisipasi akibat reaksinya itu untuk situasi saat ini dan masa depan.

Hal itu ia dapat dari dalam dirinya, ada juga yang di dapat dari luar dirinya

atau liangkungan sekitarnya. Dimana ia menghadapi suatu masalah dari

lingkungannya yang harus diatasi oleh octor tersebut. Seperti, jika ia

merasa lapar dan di dalam lingkungan tersebut tidak ditemukannya sesuatu

yang bisa dimakan atau keterbtasan makanan. Hal ini dapat menimbulkan

dorongan bagi actor untuk bertindak. Konsep dari Mead tentang

melibatkan aktor dan lingkungan.

Yang kedua, persepsi (perception). Dimana aktor manusia

mempunyai hak untuk menyelidiki dan beraiksi terhadap rangsangan yang

ia dapat dari luar. Mereka akan menerima sekaligus akan berfikir sejenak

untuk memahami dan menilai stimuli tersebut. Menurut keyakinan Mead,

Page 12: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

29

manusia tidak hanya tunduk pada rangsangan yang ia dapatkan dari luar,

mereka juga aktif untuk memilih ciri-ciri rangsangan dan memilih dari

sekumpuln rangsangan.

Yang ketiga, manipulasi (manipulation). Setelah aktor memahami

implus dari dirinya dan objek tersebut, langkah selanjutnya adalah

memanipulasi objek atau mengambil tindakan yang berkenaan dengan

objek tersebut. Tahap ini merupakan hal yang penting dalam proses

tindakan agar tanggapan tidak diwujudkan secara spontan atau tanpa

adanya proses berpikir. Dalam proses ini memungkinkan aktor untuk

merenungkan berbagai macam tanggapan dari luar dirinya sebagai salah

satu pertimbangannya.

Yang keempat, konsumsi (consumation), setelah sebelumnya aktor

mempertimbangkan tindakannya barulah aktor bisa memutuskan atau

mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yan sesungguhnya.6

Pandangan Mead tentang isyarat (gesture) adalah gerakan

organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang

menimbulkan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme

kedua.7

Begitupun pandangan Mead terhadap simbol-simbol yang signifikan.

Menurutnya simbol yang signifikan yang dimiliki manusia adalah suara

dalam bentuk bahasa. Dimana fungsi dari bahasa itu sendiri adalah

menggerakan tanggapan yang sama di pihak individu yang gerbicara

maupun pihak lainnya. Hal ini bisa sangat mudah untuk merangsang orang

6 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 276 7 Ibid, 276

Page 13: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

29

yang berbicara dan yang mendengarkan. simbol disini beda dengan tanda.

Makna sebuah tanda biasanya identik dengan panca indra, sedangkan

simbol bisa abstrak.

Simbol adalah sesuatu yang lepas dari apa yang disimbolkan, karena

komunikasi manusia itu tidak terbatas pada ruang, penampilan atau sosok

fisik, dan waktu di mana pengalaman inderawi itu berlangsung. Sebaliknya

manusia dapat berkomunikasi tentang objek dan tindakan jauh di luar batas

waktu dan ruang. Manusia mempunyai daya khayal dan memilki

kesepakatan bersama akan pengertian suatu simbol.

Mengingat teori Mead ini adalah hanya melalui simbol yang

signifikan dalam bentuk bahasa manusia bisa berfikir, satu hal yang

memebedakannya dengan hewan.8

Kaum Interaksionisme simbolik menggunakan istilah makna dan

penafsiran pada tahapan manusia yang komplek. Yang di dalamnya

melibatkan simbol-simbol dan kesadaran, tetapi mereka juga dapat

menghindari istilah tersebut pada level yang non-sombolis. Akan tetapi

dalam pemikiran Mead posisi makna terletak pada proses sosial secara

menyeluruh yang di dalamnya tidak meletakan pemikiran dalam wilayah

yang terpisah. Dalam proses sosialah manusia bisa mengkomunikasikan

dan juga membentuk objek pemikirannya.9

Mind (pikiran), Guna mempertahankan keberlangsungan suatu

kehidupan sosial, maka para aktor harus menghayati simbol-simbol yang

8 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 279 9 Irving M. Zetlin, Memahami Kembali Sosiologi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Perss, 1998), 344

Page 14: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

29

sama. hal itu berarti bahwa mereka harus mengerti bahasa yang sama.

proses-proses berpikir, beraksi, dan berinteraksi menjadi mungkin karena

simbol-simbol yang penting dalam kelompok sosial itu mempunyai arti

yang sama dan membangkitkan reaksi yang sama pada orang yang

menggunakan simbol-simbol itu maupun pada orang yang bereaksi

terhadap simbol-simbol tersebut.

Mead juga menekankan pentingnya fleksibilitas dari akal budi itu.

Hal ini memungkinkan terjadinya interaksi walaupun dalam suatu kondisi

tertentu orang tidak mengerti arti dari simbol yang diberikan. Maereka

akan menerka-nerka atau mencari tahu akan simbol yang sudah diberikan

sehingga itu akan memungkinkan terjadinya suatu interaksi. Hal ini

membuktikan bahwa sifat dari akal budi itu sendiri adalah bersifat

fleksibel dari pikiran. Dengan singkat Mead beranggapan bahwa Berpikir

adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan

memilih dan menggunakan symbol-simbol yang bermakna. Melalui proses

interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih mana diantra stimulus

yang tertuju kepadanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu

tidak secara langsung menanggapi stimulus,tetapi terlebih dahulu memilih

dan kemudian memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.

Self (kedirian), dalam hal ini Mead melihatnya dari bagaimana

kemampuan manusia mengembangkan akal budi itu sendiri. Dalam arti ini

self bukanlah suatu obyek melainkan suatu proses yang mempunyai

kemampuan untuk memberikan jawaban ataupun tanggapan kepada diri

Page 15: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

29

sendiri sebagaimana orang lain juga memberikan jawaban atau tanggapan

tersebut. Kemampuan untuk memberikan jawaban sebagaimana aturan-

aturan, norma-norma, hukum memberikan jawaban kepadanya. Untuk

mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain. Dengan

kemampuan untuk menyadari apa yang sedang dikatakannya dan

kemampuan untuk menentukan apa yang harus dilakukan pada tahap

berikutnya.

Hal ini ditunjukannya dengan penegasan “I” dan “Me”. Dimana “I”

menjadi subyek dan “Me” sebagai obyek. “I” adalah diri yang mempunyai

sifat non-reflektif. Dimana ia merespon pada suatu prilaku tanpa adanya

refleksi dan pertimbangan. Dan untuk “Me” adalah kebalikan dari “I”. Jika

di dalam suatu aksi dan reaksi itu ditemukan sedikit pertimbangan, pikiran,

atau refleksi, maka pada saat itu “I” menjadi “Me”.10

Dapat disimpulkan

bahwa, faktor I dalam kehidupan individu sangat menentukan proses

perubahan baik di level individu dan masyarakat pada umumnya.

Society (masyarakat), beda dengan pandangan Durkhem atau Marx

yang melihat masyarakat secara luas atau dalam strukturnya yang makro.

Dia hanya melihat masyarakat ada sebelum individu dan proses mental

atau proses berpikir muncul dari masyarakat.

Analisis Mead tentang masyarakat, menggabungkan kajian

fenomena mikro dan makro dari masyarakat. Mead mengatakan ada tiga

10 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007), 104

Page 16: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

29

unsur dalam masyarakat yaitu individu biologis, masyarakat mikro, dan

masyarakat makro.

Pada awalnya, konsep individu biologis dimaknai oleh Mead sebagai

individu yang polos dan belum mendapatkan pengaruh apa-apa dari

lingkungannya. Dan ketika individu itu mulai memasuki wilayah

masyarakat yang mikro, maka individu itu akan terpengaruh dalam

perilakunya. Dan masyarakat makro itu sendiri terbentuk dari serangkaian

kompleks dari perilaku individu yang dipengaruhi oleh lingkungan mikro

dari individu itu sendiri, seperti keluarga. Sehingga dapat dikatakan bahwa

pengaruh antara perilaku individu dan masyarakat baik mikro dan makro

berhubungan timbal balik.

Med tetap konsisten dalam pemikirannya tentang karakter dialektika

interaksi manusia dengan lingkungannya. Dimana manusia berhak untuk

menentukan lingkungannya dan dengan waktu bersamaan pula lingkungan

akan menentukan dirinya.11

b. Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer

Menurut Blumer, yang menjadi pokok pikiran interaksionisme

simbolik ada tiga, yaitu: tindakan manusia terhadap sesuatu atas dasar

makna, dan makna itu berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang

lain, serta makna itu bisa dirubah melalui proses penafsiran yang di

gunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.12

Hal ini

11

Irving M. Zetlin, Memahami Kembali Sosiologi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Perss, 1998), 359 12 I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group,2012), 115

Page 17: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

29

berhubungan dengan ketiga bagian dari Mind, Self, and Society dari

Mead. Titik- tolak pemikiran Mead adalah diskusi mengenai ciri-ciri

terpenting yang memisahkan manusia dengan binatang.

Menurut Blumer manusia itu memiliki “kedirian” (slef). Ia dapat

membuat dirinya sebagai objek dari tindakannya sendiri, atau ia bertindak

menuju pada dirinya sendiri sebagaimana ia dapat bertindak menuju pada

tindakan orang lain. Hal ini mendorong individu untuk membuat indikasi

terhadap dirinya sendiri, adapun indikiasi kedirian itu kita sebut dengan

keseluruhan kesadaran.13

Menurutnya tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa

pengaruh dari luar beda dengan pendapat dari kaum fungsionalis struktural

tidak pula dari kekuatan dalam yang di nyatakan oleh kaum reduksionis-

psikologis. Bulmer menyanggah individu bukan dikelilingi oleh

lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkannya dan

membentuk perilakunya. Tapi ia setuju jika keberadaan individu ini

membentuk obyek-obyek itu. Melihat dari penafsiran atau tindakan

seseorang berdasarkan simbol-simbol. Dengan demikian manusia

merupakan aktor yang sadar dan refleksif, yang menyatukan obyek-obyek

yang diketahuinya melalui proses self-indication. Proses dimana terjadinya

komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu,

menilainya, memberi makna, dan memutuskan untuk bertindak

berdasarkan makna itu.

13 Irving M. Zeitlin, Memahami Kembali Sosiologi, (Yogyakarta: Gajah Mada Univercity

Perss, 1998), 332

Page 18: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

29

Dalam konteks sosial dimana individu mencoba mengantisipasi

tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana

ia menafsirkan tindakan itu. Blumer mempunyai ambisius dalam

memunculkan paradigma baru dalam sosiologi, yakni dengan melakukan

berbagai studi yang mendalam mengenai berbagai persoalan dengan

menggunakan pendekatan interaksionisme simbolik. Blumer membedakan

secara lebih jelas antara model stimulus-respon dari pendektan

behaviorisme dan simbolik atau komponen meaningful dari interaksi

sosial.

Blumer melihatnya bahwa semua stimulus pertama kali dilihat dan

diinterpretasikan oleh aktor dalam makna sebelum aktor merespon

(bertindak). Kontribusi penting dari Blumer antara lain adalah konsepnya

mengenai penafsiran (interpretation). Dalam tindakan manusia itu penuh

dengan penafsiran dan pengertian. Tindakan-tindakan dimana tindakan itu

saling diselaraskan yang disebut oleh kaum fungsionalis sebagai struktur

sosial. Blumer menyebutnya fenomena sebagai tindakan bersama. Orang

terlibat dalam tindakan bersama yang erupakan struktur sosial. Proses

sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan

menghancurkan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan

menghancurkan kelompok. Hal ini terlihat pada penekanan dalam

penjelasan kaum fungsionalisme struktural dan interaksionisme simbolik.

Dimana kaum fungsionalis menekankan bahwa manusia adalah hasil

Page 19: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

29

produk dari masyarakatnya, dan kaum interaksionisme simbolik

menekankan bahwa struktur sosial merupakan hasil interaksi manusia.

Blumer menegaskan dua perbedaan kaum fungsional struktural dan

interaksionis-simbolis. Pertama dari sudut interaksi simbolis. Organisasi

masyarakat manusia merupakan suatu kerangka dimana tindakan sosial

berlangsung dan bukan merupakan penentu tindakan itu. Kedua, organisasi

yang demikian dan perubahan yang terjadi di dalamnya adalah produk dari

kegiatan unit-unit yang bertindak dan tidak oleh “kekuatan-kekuatan” yang

membuat unit-unit itu berada di luar penjelasan.14

Sebagaimana Mead yang menjelaskan tentang “I” dan “Me”, dimana

“I” menjadi unsur dari dorongan, pengalaman, ambisi, dan orientasi

pribadi. Dan “Me” adalah suara pendukung yang di dapat dari masyarakat

sekitar. Dalam self dikontruksi melalui interaksi, dalam hal ini bisa dilalui

dengan beberapa tahap.

Tahap pertama, individu menginternalisasi objek. Dalam tahap ini

individu menyadari ataupun memahami realitas yang menjadi tempat dia

berhunbungan dan berusaha melepaskan diri dari tekanannya. Selanjutnya

ketika individu sudah menginternalisasi objek secara fisik dan benar-benar

menguasainya, dan objek tersebut menjadi bagian dari pengalaman

batinnya. Maka tahap selanjutnya adalah proses transmisi dimana dia

14 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2000), 261

Page 20: BAB II TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK SEBAGAI ALAT …digilib.uinsby.ac.id/5928/5/Bab 2.pdf · SEBAGAI ALAT ANALISIS Sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

29

menyadari bahwa dia merupakan objek bersama dari objek-objek lain yang

berada di lingkungannya.15

Masjid adalah simbol agama yang dimiliki oleh orang Islam, dimana

masjid diartikan sebagai lembaga, pusat ibadat dan kebudayaan adalah di

dapat dari bentuk bangunannya. Dengan memberikan fungsi-fungsi masjid

kepadanya, menjadikanlah masjid. Waktu masyarakat tertentu masuk

Islam, mereka menjadikan bangunan-bangunan suci mereka sebelum Islam

menjadi masjid.

Dalam sejarah Islam setelah kurun Nabi kelihatan kekudusan masjid

meningkat dalam tanggapan umat Islam. Hal ini dinyatakan diri dalam

ungkapan bait Allah (rumah Allah), yang disebutkan pada tiap masjid,

sedang pada mulanya ungkapan itu hanya dipergunakan pada ka’bah saja.

15 Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik Hingga Moderen), (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012), 83