bab ii teori dan perumusan hipotesis a. tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39767/3/bab ii.pdf · oleh...
TRANSCRIPT
15
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Winda (2009) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
nasabah deposito pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk. Cabang
Medan. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas, analisis regresi linier berganda, uji f, uji
t, dan uji koefisien determinasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel suku
bunga dan fasilitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
nasabah untuk deposito pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk.
Cabang Medan, sedangkan variabel keamanan dana simpanan dan promosi
tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk deposito pada
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. Cabang Medan. Secara parsial,
variabel suku bunga merupakan yang paling berpengaruh.
Nazrian dan Hidayat (2012) juga meneliti studi tentang keputusan
nasabah dalam menabung di Bank Sumut Cabang USU Medan dengan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Alat analisis yang dipakai dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan Analytical Hierarchy Process
(AHP). Hasil peneliian ini menunjukkan bahwa keputusan nasabah dalam
menabung di Bank Sumut Cabang USU Medan dipengaruhi oleh variabel
produk (bobot sebesar 246), lokasi (bobot sebesar 241), jaminan keamanan
16
(bobot sebesar 186), promosi (bobot sebesar 165), dan kredibilitas (bobot
sebesar 163).
Wulandari dan Iramani (2014) juga meneliti tentang studi experienced
regret, risk tolerance, overconfidance, dan risk perception pada pengambilan
keputusan investasi dosen ekonomi di Surabaya. Alat analisis yang dipakai
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risk tolerance dan risk perception
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi, sedangkan
experienced regret dan overconfidence berpengaruh tidak signifikan terhadap
pengambilan keputusan investasi.
Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah
dua dari tiga penelitian terdahulu sama-sama meneliti tentang simpanan
deposito, sedangkan yang lainnya meneliti tentang keputusan investasi,
Perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah
penelitian sekarang cenderung meneliti tentang kemungkinan pengambilan
keputusan deposito berjangka yang dilakukan oleh nasabah BNI 46 Kantor
Layanan Nasabah (KLN) Universitas Muhammadiyah Malang dengan
mengambil variabel suku bunga deposito, jangka waktu, dan lokasi kantor
sebagai variabel independennya, serta keputusan deposito berjangka sebagai
variabel dependennya.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Winda (2009) cenderung
meneliti tentang keputusan nasabah deposito pada PT. Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk. Cabang Medan dengan mengambil variabel suku
17
bunga, fasilitas pelayanan, keamanan dana simpanan, dan promosi sebagai
variabel independennya, serta keputusan nasabah deposito sebagai variabel
dependennya.
Perbedaan lainnya juga terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh
Nazrian dan Hidayat (2012) yang cenderung meneliti studi tentang keputusan
nasabah dalam menabung di Bank Sumut Cabang USU Medan dengan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan mengambil variabel produk,
lokasi, jaminan keamanan, promosi, dan kredibilitas sebagai variabel
independennya, serta keputusan nasabah dalam menabung sebagai variabel
dependennya.
Perbedaan lainnya juga terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari dan Iramani (2014) yang cenderung meneliti tentang studi
experienced regret, risk tolerance, overconfidance, dan risk perception pada
pengambilan keputusan investasi dosen ekonomi di Surabaya, dengan
mengambil variabel experienced regret, risk tolerance, overconfidance, dan
risk perception sebagai variabel independennya, serta pengambilan keputusan
investasi dosen ekonomi di Surabaya sebagai variabel dependennya.
B. Tinjauan Teori
1. Keputusan Investasi
a. Investasi
Menurut Tandelilin (2014:1), investasi dapat diartikan sebagai
komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan
tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Selanjutnya, Hartono
18
(2014:5) mendefinisikan investasi sebagai penundaan konsumsi
sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu
yang tertentu. Fahmi (2015:3) juga mendefinisikan investasi sebagai
bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara
menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan
memberikan tambahan keuntungan (compounding).
Dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan komitmen untuk
mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption)
dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang. Investasi dapat
berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset rill seperti, tanah,
emas, rumah, dan aset rill lainnya atau pada aset finansial seperti,
deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.
b. Tujuan Investasi
Tandelilin (2014:8) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan
mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan
taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha
bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2) Mengurangi tekanan inflasi. Seseorang yang melakukan investasi
dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain dapat menghindarkan
19
diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat
adanya pengaruh inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia
banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya
investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang
usaha tertentu.
c. Proses Keputusan Investasi
Menurut Tandelilin (2014:12), proses keputusan investasi terdiri
dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai
keputusan investasi yang terbaik, yaitu:
1) Penentuan tujuan investasi.
2) Penentuan kebijakan investasi
3) Pemilihan strategi portofolio
4) Pemilihan aset
5) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
d. Jenis-Jenis Investasi
1) Investasi Langsung
Menurut Hartono (2014:7), investasi langsung dapat
dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal
(capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi
langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan
20
yang tidak dapat diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak
dapat diperjualbelikan biasanya diperoleh melalui bank komersial.
Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan, deposito atau sertifikat
deposito.
2) Investasi Tidak Langsung
Menurut Hartono (2014:10), investasi tidak langsung
dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan
investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke
publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan
ke dalam portofolionya. Contoh investasi tidak langsung adalah
reksadana.
2. Simpanan Deposito
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Selanjutnya
Kasmir (2015:102) menjelaskan bahwa deposito (time deposit) merupakan
salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk
surat-surat berharga.
Lebih lanjut, Latumaerissa (2011:247) menjelaskan bahwa deposito
berjangka adalah simpanan pihak ketiga di bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara
pihak ketiga dengan bank teknis yang bersangkutan. Pemilik deposito
21
disebut deposan. Setiap deposan akan diberikan imbalan bunga atas
depositonya. Bagi bank, bunga yang diberikan kepada para deposan
merupakan bunga yang tertinggi, jika dibandingkan dengan simpanan giro
atau tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank dianggap sebagai
dana mahal.
3. Jenis-Jenis Deposito
a. Deposito Berjangka
Menurut Kasmir (2015:103), deposito berjangka merupakan
deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu
deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18, sampai 24
bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan
maupun lembaga. Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan
di dalam deposito berjangka disebut bilyet deposito.
Setiap deposan diberikan bunga yang besarnya sesuai dengan
berlakunya bunga pada saat deposito berjangka dibuka. Pencairan
bunga deposito dapat dilakukan setiap setelah jatuh tempo sesuai
jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun non
tunai (pemindahbukuan). Setiap deposan dikenakan pajak terhadap
bunga yang diterimanya. Penarikan deposito sebelum jatuh tempo
untuk bank tertentu dikenakan penalty rate (denda).
Selain diterbitkan dalam mata uang rupiah deposito berjangka
juga diterbitkan dalam mata uang asing (valuta asing). Deposito
berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing, biasanya diterbitkan
22
oleh bank devisa. Perhitungan penerbitan, pencairan, dan bunga
dilakukan menggunakan kurs devisa umum. Penerbitan deposito
berjangka dalam valuta asing biasanya diterbitkan dalam valuta asing
yang kuat seperti US Dollar, Yen Jepang, atau DM Jerman.
b. Sertifikat Deposito
Menurut Kasmir (2015:106), sertifikat deposito adalah deposito
yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6, dan 12 bulan. Selanjutnya
Latumaerissa (2011:250) mendefinisikan sertifikat deposito sebagai
suatu bentuk simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank yang
dapat diperjualbelikan atau dapat dipindahtangankan kepada pihak
ketiga. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk
sertifikat. Artinya di dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama
seseorang atau badan hukum tertentu.
c. Deposit on call
Ismail (2016:90) menjelaskan bahwa deposit on call merupakan
jenis deposito yang penarikannya harus dengan pemberitahuan
sebelumnya. Selanjutnya, Kasmir (2015:108) menjelaskan bahwa
deposit on call merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7
hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Bunga yang diberikan sesuai
dengan negosiasi antara bank dan nasabah, dan besarnya bunga tersebut
dihitung perbulan. Pembayaran bunganya dilakukan pada saat
penarikan.
23
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Deposito
a. Suku Bunga
Kasmir (2013:114) mendefinisikan bunga bank sebagai balas jasa
yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional
kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Selanjutnya
Ismail (2016:133) mendefinisikan bunga sebagai harga yang harus
dibayar oleh bank dan/atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi
antara bank dan nasabah.
Menurut Ismail (2016:134), penerapan bunga yang terdapat pada
bank konvensional dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Bunga Simpanan
Bunga simpanan merupakan tingkat harga tertentu yang
dibayarkan oleh bank kepada nasabah atas simpanan yang
dilakukannya. Bunga simpanan ini diberikan oleh bank untuk
memberikan rangsangan kepada nasabah penyimpan dana agar
menempatkan dananya di bank. Beberapa bank memberikan
tambahan bunga kepada nasabah yang menempatkan dananya
dalam bentuk deposito sejumlah tertentu agar nasabah selalu
meningkatkan simpanan dananya.
2) Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman atau bunga kredit merupakan harga tertentu
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank atas pinjaman yang
diperolehnya. Bagi bank, bunga pinjaman merupakan harga jual
24
yang dibebankan kepada nasabah yang membutuhkan dana. Bank
akan menjual dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan
harga beli untuk memperoleh keuntungan. Artinya, bunga kredit
lebih tinggi dibanding bunga simpanan.
Menurut Darmawi (2006:188), tingkat suku bunga merupakan
salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam berbagai
kegiatan perekonomian sebagai berikut:
1) Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan
investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi.
2) Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan
keputusan pemilik modal
3) Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan pihak bank
dan lembaga keuangan lainnya
4) Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang yang
beredar.
Menurut Ismail (2016:82), bank dalam menarik minat nasabah
agar menempatkan dananya dalam jumlah besar ke dalam deposito
berjangka, memberikan bonus berupa tambahan bunga, Tambahan
bunga tersebut tidak tertera di dalam papan pengumuman bank dan
jumlahnya bervariasi. Tambahan bunga yang diberikan oleh bank untuk
deposito berjangka dengan jumlah tertentu disebut dengan Special
Rate. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi bunga deposito yang
25
ditawarkan, maka semakin besar pula minat nasabah untuk
menempatkan dananya ke dalam deposito berjangka.
b. Jangka Waktu
Menurut Ismail (2016:136), jangka waktu merupakan faktor yang
penting dalam menetapkan suku bunga. Semakin lama jangka waktu
yang diperjanjikan, maka semakin besar kemungkinan adanya fluktuasi
bunga dalam market rate, sehingga semakin lama jangka waktunya,
maka akan semakin besar tingkat bunganya. Lebih lanjut, Kasmir
(2013:116) menjelaskan bahwa semakin panjang jangka waktu
pinjaman, akan semakin tinggi bunganya. Demikian pula sebaliknya,
jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.
Deposito berjangka adalah bentuk simpanan berjangka yang
penarikannya disesuaikan dengan jangka waktu tertentu. Jangka waktu
deposito ini bervariasi, mulai dari 1, 3, 6, 12, sampai 24 bulan.
Perbedaan jangka waktu tersebut di samping merupakan perbedaan
masa penyimpanan, juga bank biasanya memberikan balas jasa berupa
bunga dengan tingkat bunga yang berbeda (Ismail, 2016:80).
Dapat disimpulkan bahwa semakin lama jangka waktu yang
diperjanjikan, maka semakin besar pula minat nasabah untuk
menempatkan dananya ke dalam deposito berjangka karena bunga yang
diberikan juga akan semakin tinggi. Selain itu, semakin bervariasi
jangka waktu yang ditawarkan, maka semakin besar pula minat nasabah
untuk menempatkan dananya ke dalam deposito berjangka, karena
26
nasabah dapat memilih jangka waktu sesuai dengan rencana
investasinya.
c. Lokasi Kantor Bank
Menurut Wahjono (2013:126), lokasi bank adalah jejaring (net-
working) dimana produk dan jasa bank disediakan dan dapat
dimanfaatkan oleh nasabah. Penentuan lokasi bank merupakan
kebijakan yang harus diambil dengan hati-hati. Kantor bank harus
dibangun di tempat yang strategis, yang dekat dengan nasabah berada,
mudah pencapaiannya (aksesibilitas), dekat dengan penyedia tenaga
kerja, dan dekat dengan BI.
Selain itu, nasabah harus merasa nyaman dengan tata letak bank.
Mulai saat nasabah memasuki halaman bank, memarkir kendaraannya,
keteduhan halaman, keamanan halaman parkir, kemudahan pencapaian
kantor depan (front office) dimana nasabah dapat melakukan transaksi
perbankan, kenyamanan ruang dalam, tata letak teller, Customer
Service, dan rak-rak aplikasi, meja-meja untuk mengisi aplikasi, ruang
tunggu, tata penerangan ruangan, ketersediaan musik dan media televisi
di ruang tunggu layanan, sampai pada sistem antrian layanan.
Dapat disimpulkan bahwa lokasi bank yang strategis, dekat
dengan nasabah, mudah dicapai (aksesibilitas), dekat dengan penyedia
tenaga kerja, dekat dengan BI, nyaman, dan aman akan menarik minat
nasabah untuk datang mengunjungi kantor bank serta memanfaatkan
27
produk dan jasa yang ditawarkan oleh bank, misalnya pembukaan
rekening tabungan, giro, deposito, maupun jasa perbankan lainnya.
Menurut Sudirman (2013:80), lokasi kantor bank dapat
menentukan besar kecilnya peluang pelayanan bank pada masyarakat
sehingga dapat memengaruhi perkembangan bank. Lokasi kantor bank
yang ada di tengah-tengah kegiatan ekonomi yang berkembang dengan
baik atau sering disebut dengan lokasi kantor bank yang ekonomis, akan
memberi peluang bagi bank untuk berkembang dengan pesat atau
sebaliknya. Lokasi kantor bank yang ekonomis akan memudahkan
dalam membuat perencanaan laba bank. Menurut Kasmir (2015:27-28),
jenis-jenis kantor bank terdiri dari:
1) Kantor Pusat
Kantor pusat merupakan kantor yang semua kegiatan
perencanaan sampai pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank
memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan
kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya tetapi
mengendalikan jalannya kebijakan kantor pusat terhadap cabang-
cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat hanya
melayani cabang-cabangnya saja dan tidak melayani jasa bank
kepada masyarakat umum.
2) Kantor Cabang Penuh
Kantor cabang penuh merupakan salah satu kantor cabang
yang memberikan jasa bank paling lengkap. Semua kegiatan
28
perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang
penuh membawahi kantor cabang pembantu.
3) Kantor Cabang Pembantu
Kantor cabang pembantu merupakan kantor cabang yang
berada di bawah kantor cabang penuh dan kegiatan jasa bank yang
dilayani hanya sebagian dari kegiatan cabang penuh. Perubahan
status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan
apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai
cabang penuh dari kantor pusat.
4) Kantor Kas
Kantor kas merupakan kantor bank yang paling kecil yang
kegiatannya hanya meliputi teller atau kasir saja. Kantor kas hanya
melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada di
bawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan, sekarang ini
banyak kantor kas yang dilayani dengan mobil dan sering disebut
kas keliling.
d. Jaminan Keamanan Simpanan
Mamuaja (2015:39) mengemukakan bahwa kemauan masyarakat
untuk menyimpan sebagian atau seluruh uangnya di bank, semata-mata
dilandasi oleh prinsip kepercayaan bahwa uangnya akan aman dan tetap
akan dapat diperolehnya kembali pada waktu yang diinginkan atau
sesuai dengan yang diperjanjikan, dan disertai pemberian imbalan.
Rush kemungkinan akan terjadi terhadap dana yang disimpan apabila
29
kepercayaan nasabah penyimpan dana terhadap suatu bank telah
berkurang (Mamuaja, 2015:39).
Lahirnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menandai babak baru sistem
perbankan nasional. Menurut Rivai, dkk (2007:370), Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) merupakan lembaga pemerintah yang
berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif
dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya.
Perlindungan bagi deposan atau penyimpan dana pada institusi
perbankan memiliki manfaat bagi berbagai pihak, baik bagi para
nasabah, bagi bank itu sendiri, dan juga bagi terciptanya stabilitas
perekonomian nasional. Bagi nasabah yang menyimpan dananya di
institusi perbankan, adanya program penjaminan melalui LPS akan
memberikan perlindungan bagi deposan dalam bentuk rasa aman,
sehingga terdapat kepastian akan nasib simpanannya yang ditanamkan
di institusi perbankan di Indonesia sepanjang simpanan tersebut
memenuhi kualifikasi (Sihombing, 2010:105).
Bagi institusi perbankan, program penjaminan akan menciptakan
stabilitas pendanaan, sehingga terhindar dari potensi kesulitan likuiditas
yang diakibatkan oleh penarikan dana secara besar-besaran. Bagi
pemerintah, adanya penjaminan akan menciptakan ketenangan dan
ketertiban (Sihombing, 2010:105).
30
e. Biaya Penalti
Menurut Ismail (2016:84), penalti merupakan denda yang
dibebankan kepada nasabah pemegang rekening deposito apabila
mencairkannya sebelum jatuh tempo. Penalti ini dibebankan karena
bank sudah mengestimasikan penggunaan dana tersebut, sehingga
pencairan deposito berjangka sebelum jatuh tempo dapat mengganggu
likuiditas bank. Atas dasar tersebut, maka bank perlu membebankan
penalti (denda) kepada setiap nasabah deposito berjangka yang menarik
depositonya sebelum jatuh tempo.
Menurut Ismail (2016:84-85), kebijakan mengenai penalti setiap
bank berbeda-beda. Perhitungan penalti yang dilakukan oleh bank
dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Penalti sebesar persentase tertentu dari bunga sebelum pajak.
2) Penalti sebesar persentase tertentu dari bunga setelah pajak.
3) Penalti sebesar persentase tertentu dari nominal deposito
berjangka.
4) Penalti sebesar nominal tertentu.
Dalam praktik bank, pada umumnya bank membebankan penalti
sebesar persentase tertentu dari nominal deposito berjangka dan/atau
sebesar nominal tertentu. Biaya penalti ini disampaikan oleh customer
service kepada pemilik deposito berjangka pada saat pembukaan
deposito, sehingga nasabah mendapat informasi tentang biaya yang
31
harus ditanggung apabila mencairkan depositonya sebelum jatuh
tempo. Beberapa bank tertentu membebaskan biaya penalti kepada
nasabah prima bila mencairkan depositonya sebelum jatuh tempo. Bank
membebaskan penalti karena ingin menarik nasabah deposito berjangka
dalam jumlah besar (Ismail, 2016:87).
f. Jaminan Kredit
Latumaerissa (2011:251), mengemukakan bahwa bagi
masyarakat bank adalah tempat penyimpanan atau penitipan dana yang
aman dan menguntungkan, dan deposan dapat keuntungan lain selain
perolehan bunga, yaitu deposito tersebut dapat dijadikan jaminan kredit
atau di C3-kan (back to back). Ketidakmampuan nasabah dalam
melunasi kreditnya dapat ditutupi dengan suatu jaminan kredit, seperti
deposito berjangka.
Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi bank dari
kerugian. Bank akan aman apabila nilai jaminan melebihi nilai kredit.
Bank dapat mempergunakan atau menjual jaminan kredit untuk
menutupi kredit apabila kredit yang diberikan yang macet. Jaminan
kredit juga akan melindungi bank dari nasabah yang nakal. Hal ini
disebabkan tidak sedikit nasabah yang mampu tetapi tidak mau
membayar kreditnya (Kasmir, 2012:89).
g. Toleransi Risiko (Risk Tolerance)
Menurut Wulandari dan Iramani (2014:58), risk tolerance atau
toleransi risiko adalah tingkat kemampuan yang dapat diterima dalam
32
mengambil suatu risiko investasi. Menurut Tandelilin (2014:10) risiko
bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual (realized return)
yang berbeda dengan return harapan (expected return). Menurut Halim
(2003:38), bila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko
maka investor dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)
Artinya investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan
investasi yang memberikan return yang sama dengan risiko yang
berbeda, maka ia akan lebih mengambil risiko yang lebih tinggi.
Biasanya investor jenis ini bersifat agresif dan spekulatif dalam
mengambil keputusan investasi karena mereka tahu bahwa
hubungan return dan risiko adalah positif.
2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral)
Artinya investor yang akan meminta kenaikan return yang
sama untuk setiap kenaikan risiko. Jenis investor ini umumnya
cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil
keputusan investasi.
3) Investor yang tidak menyukai risiko (risk averter)
Artinya investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan
investasi yang memberikan return yang sama dengan risiko yang
berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan
risiko yang lebih rendah.
33
Menurut Tandelilin (2014:102), ada beberapa sumber risiko yang
bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber
tersebut antara lain, risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko
bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang,
dan risiko negara. Perbedaan dalam memberikan toleransi risiko dapat
disebabkan antara lain, usia, status karir, sosial ekonomi, pendapatan,
kekayaan, dan jangka waktu prospek pendapatan. Dapat dikatakan
bahwa toleransi risiko mempunyai pengaruh terhadap pengambilan
keputusan investasi (Wulandari dan Iramani, 2014:58).
h. Keterkaitan antara Keputusan Deposito Berjangka dengan Suku Bunga
Deposito, Jangka Waktu, dan Lokasi Kantor
Menurut Darmawi (2006:188), tingkat suku bunga akan
mempengaruhi keputusan melakukan investasi, sedangkan menurut
Ismail (2016:82), bank dalam menarik minat nasabah deposito,
memberikan bonus berupa tambahan bunga sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi bunga deposito yang ditawarkan,
maka semakin besar pula minat nasabah untuk menempatkan dananya
ke dalam deposito berjangka.
Menurut Ismail (2016:80), jangka waktu deposito bervariasi
mulai dari 1, 3, 6, 12, sampai 24 bulan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin bervariasi jangka waktu yang ditawarkan, maka
semakin besar pula minat nasabah untuk menempatkan dananya ke
34
dalam deposito berjangka, karena nasabah dapat memilih jangka waktu
sesuai dengan rencana investasinya.
Menurut Wahjono (2013:126-127), lokasi bank yang strategis,
dekat dengan nasabah, mudah dicapai (aksesibilitas), dekat dengan
penyedia tenaga kerja, dekat dengan BI, nyaman, dan aman akan
menarik minat nasabah untuk datang mengunjungi kantor bank serta
memanfaatkan produk dan jasa yang ditawarkan oleh bank, misalnya
pembukaan rekening deposito berjangka.
C. Kerangka Pikir
Menurut Darmawan (2013:15), kerangka pikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting untuk diteliti. Kerangka pikir
dapat digunakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
penelitiannya. Kerangka pikir penelitian ini digambarkan seperti pada gambar
2.1.
Sumber: Dikembangkan untuk skripsi ini
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Suku Bunga Deposito
(X1)
Jangka Waktu (X2)
Lokasi Kantor (X3)
Keputusan Deposito
Berjangka (Y)
35
Dilihat dari gambar 2.1, keputusan nasabah dalam melakukan deposito
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suku bunga deposito, jangka
waktu, dan lokasi kantor bank. Peluang nasabah dalam melakukan atau
membuka rekening deposito akan lebih besar apabila suku bunga deposito yang
ditawarkan tinggi (Ismail, 2016:82), jangka waktu yang ditawarkan bervariasi
(Ismail, 2016:80), dan lokasi kantor bank yang strategis, dekat dengan nasabah,
mudah dicapai/dijangkau, dekat dengan penyedia tenaga kerja, dekat dengan
BI, nyaman, serta aman (Wahjono, 2013:126-127).
D. Hipotesis
Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2009:136), hipotesis adalah
kesimpulan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya atau dapat
dikatakan proporsi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Lebih lanjut, Darmawan (2013:120) menjelaskan bahwa hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan latar
belakang dan kerangka pikir yang telah disusun, hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Suku bunga deposito, jangka waktu, dan lokasi kantor secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan deposito berjangka pada BNI
46 Kantor Layanan Nasabah (KLN) Universitas Muhammadiyah Malang
2. Suku bunga deposito, jangka waktu, dan lokasi kantor secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap keputusan deposito berjangka pada BNI
46 Kantor Layanan Nasabah (KLN) Universitas Muhammadiyah Malang
36
3. Suku bunga deposito yang paling berpengaruh terhadap keputusan deposito
berjangka pada BNI 46 Kantor Layanan Nasabah (KLN) Universitas
Muhammadiyah Malang