bab ii teori dan perumusan hipotesis a. tinjauan...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan
oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dari Anggoro & Soesatyo (2015), Menunjukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pertumbuhan
ekonomi terhadap tingkat pengangguran di kota surabaya yang
berbanding terbalik atau berlawanan. Sedangkan variabel pertumbuhan
angkatan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Kota Surabaya. Sedangkan kedua variabel independen
yakni pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkatan kerja secara
bersama-sama menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat pengangguran di Kota Surabaya.
2. Penelitian dari Kurniawan (2014), Menunjukan bahwa 1) setiap
kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% (persen) maka jumlah
pengangguran akan menurun sebesar 4361.485 orang/jiwa di
Kabupaten Gresik, 2) setiap kenaikan upah minimum sebesar Rp. 1,-
maka jumlah pengangguran akan meningkat sebesar 0.029252
orang/jiwa di Kabupaten Gresik, 3) setiap kenaikan investasi sebesar
13
Rp. 1,- juta maka jumlah pengangguran akan menurun sebesar
0.004904 orang/jiwa di Kabupaten Gresik.
3. Penelitian dari Wijaya (2014), Menyatakan 1) bahwa setiap kenaikan
upah minimum sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat
pengangguran terbuka sebesar 0,09 persen di Gerbangkertasusila, 2)
menyatakan bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1 persen maka
tingkat pengangguran terbuka akan meningkat sebesar 0,03 persen di
Gerbangkertasusila, 3) menyatakan bahwa setiap kenaikan populasi
penduduk sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat pengangguran
terbuka sebesar 0,03 persen di Gerbangkertasusila.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Malthus sama sekali tidak benar bahwa pertambahan
penduduk dengan sendirinya dapat membawa ekspansi ekonomi.
bertambahnya jumlah penduduk secara kuantitatif sekali-kali bukan menjadi
jaminan bahwa pendapatan riilnya juga akan meningkat dengan sepadan.
Pertambahan penduduk hanya akan mendukung pertumbuhan dalam tata
susunan ekonomi, sejauh perkembangan ekonomi juga meningkatkan daya
beli riil (permintaan efektif) dalam masyarakat secara menyeluruh. Baru
dalam keadaan demikian akan terlaksana akumulasi modal sebagai ciri pokok
dalam proses pertumbuhan, hal yang sekaligus menimbulkan permintaan akan
tenaga kerja (Djojohadikusumo, 1994;33)
14
Menurut Robert Sollow terdapat kemungkinan adanya perubahan pada
tingkat bunga maupun tingkat upah. Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu
proses yang berlangsung dengan perimbangan-perimbangan yang variabel
diantara faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi dianggap fleksibel
sehingga terdapat kemungkinan subtitusi diantara faktor-faktor produksi
tersebut. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasokan
modal, harga tenaga kerja (tingkat upah) akan menurun secara nisbi terhadap
harga modal (tingkat bunga). Sebaliknya jika pertambahan modal melampaui
pertambahan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah akan meningkat.
Dengan adanya perubahan pada harga faktor produksi dan melalui subtitusi
satu jenis faktor produksi lainnya, hal itu satu sama lain dapat membatasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dari ekuilibrium pertumbuhan
(Djojohadikusumo, 1994;45)
Menurut teori pertumbuhan klasik apabila terdapat kekurangan
penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan
perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikan pendapatan
perkapita. Akan tetapi apabila penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil
tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi,
yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya
pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat
pertumbuhannya (Sukirno, 2006, 433).
15
2. Angkatan Kerja
Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) angkatan kerja merupakan
penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja atau labour force terdiri dari (1) golongan
yang bekerja, dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.
Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari (1) golongan bersekolah, (2)
golongan yang mengurus rumah tangga, dan (3) golongan lain-lain atau
penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja
sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu,
kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potential labour force
(Simanjuntak, 1998, 3).
Sebagaimana halnya penentuan batas umur untuk tenaga kerja, maka
definisi yang diberikan untuk membedakan angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja, demikian juga yang bekerja dan menganggur. Misalnya
seseorang pembantu rumah tangga yang mendapat upah digolongkan sebagai
bekerja dan oleh sebab itu termasuk angkatan kerja. Sebaliknya seseorang ibu
rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan sama atau lebih banyak dari
pekerjaan yang dilakukan pembantu rumah tangga tidak tergolong angkatan
kerja ( Simanjuntak, 1998, 5).
Angkatan kerja menurut Soemitro Djojohadikusumo, sebagian bagian
dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari
16
kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga di sebut
sumber daya manusia ( Heru & Yoyok, 2015).
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduk. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia
kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja
yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan
kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu
memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan (Heru & Yoyok,
2015).
3. Upah Minimum
Berdasarkan Undang-Undang Nomor.13 Tahun 2003, upah adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan
(Kurniawan, 2014).
17
4. Teori pengangguran
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan (Simanjuntak, 1998, 5)
Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif
mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran (Sukirno, 2006; 13).
Pada umumnya pengeluaran agregat yang terwujud dalam
perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluaran agregat yang diperlukan
untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan
permintaan agregat ini adalah faktor penting yang menimbulkan
pengangguran (Sukirno, 2006; 13).
Menurut (Sukirno, 2006; 328-329) ada 4 jenis pengangguran
berdasarkan penyebabnya.
1. Pengangguran normal atau friksional
Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan
pengangguran normal atau pengangguran friksional. Peran
pengangguran ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat
memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari kerja lain yang lebih
baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat tingkat
pengangguran rendah dan pekerjaan mudah diperoleh dan sebaliknya
pengusaha kesulitan dalam mencari pekerja. Maka pengusaha
18
menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal ini mendorong pekerja untuk
meninggalkan pekerjaan yang lama dan mencari pekerjaan baru yang
lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses
mencari kerja baru ini mereka digolongkan sebagai pengangguran
normal.
2. Pengangguran siklikal
Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi hal ini mendorong
pengusaha menaikan produksi sehingga lebih banyak pekerja baru yang
digunakan dan pengangguran berkurang. Dan sebaliknya permintaan
agregat menurun dengan banyaknya menyebabkan perusahaan
mengurangi pekerjanya atau bahkan menutup perusahaannya maka
pengangguran akan bertambah. Pengangguran seperti ini dinamakan
pengangguran siklikal.
3. Pengangguran struktural
Tidak semua industri atau perusahaan akan berkembang maju terus
adakalanya suatu perusahaan akan mengalami kemuduran karena
beberapa faktor. Dari kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan
produksi dalam industri menurun sebagian pekerja terpaksa
diberhentikan dan menjadi penganggguran. Pengangguran yang
disebabkan perubahan struktur kegiatan ekonomi tersebut dinamakan
pengangguran struktural.
19
4. Pengangguran teknologi
Pengangguran ini disebabkan karena adanya pergantian tenaga manusia
oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Pengangguran yang ditimbulkan
oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya dinamakan
pengangguran teknolgi.
Jenis pengangguran berdasakan cirinya (Sukirno,2006; 330)
1. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai
akibat dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang
tidak memperoleh pekerjaan. Pengangguran terbuka dapat pula wujud
sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan
teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai
akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.
2. Pengangguran tersembunyi
Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap
kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja
yang digunkan tergantung kepada banyak faktor. Faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah: besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan
perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif
modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Dibanyak negara
berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu
20
kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan
supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan
tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran
tersembunyi.
3. Pengangguran bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat disektor pertanian dan perikanan.
Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan
pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula
para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu pada
umumnya para pesawah tidak begitu aktif diantara waktu sesudah
menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa diatas para
penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain
maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini
digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
4. Setengah menganggur
Dinegara-negara berkembang, migrasi dari desa kekota adalah sangat
pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah kekota dapat
memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi
penganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada pula yang tidak
mengganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja
mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin
hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat
jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang
21
dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam
bahasa inggris: underemployed. Dan jenis penganggurannya dinamakan
underemployment.
5. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
pengangguran
Kenaikan tingkat pengangguran mestinya terasosiasi dengan penurunan
GDP riil. Regresi negatif antara pengangguran dan GDP ini disebut Hukum
Okun. Hukum okun itu sendiri digunakan sebagai acuan dalam penelitian
beberapa negara dan wilayah. Penelitian di Amerika serikat pada tahun 1970-
2005 mengatakan, jika tingkat pengangguran tetap sama, GDP riil tumbuh
sebesar 3,5%, pertumbuhan normal produksi barang dan jasa disebabkan
pertumbuhan tenaga kerja, akumulasi modal dan kemajuan teknologi.
Selanjutnya untuk setiap presentase tingkat kenaikan pengangguran,
pertumbuhan GDP riil bisa turun 2%. Maka, pada kenaikan tingkat
pengangguran dari 5 ke 8 persen pertumbuhan GDP riil mengalami
penurunan 2,5%, mengindikasikan perekonomian resesi (Mankiw, 2006;
249).
Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith yang mengatakan
jika pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan maka tingkat pengangguran
mengalami kenaikan ( Heru & Yoyok, 2015).
Adanya hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan
jumlah pengangguran bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat
22
memberikan kesempatan kerja dan berorientasi pada padat karya, sehingga
pertumbuhan ekonomi mengurangi pengangguran (Amir Amri, 2007 dalam
Heru & Yoyok, 2015).
Menurut Kuznet meningkatnya laju pendapatan perkapita, diversifikasi
sektor kegiatan ekonomi dan relokasi sumber daya dan dana dalam proses
diversifikasi itu, aglomerasi penduduk dilingkungan kota dan sekitarnya,
segala sesuatunya berkaitan dengan revolusi teknologi. Sejak awal era
pertumbuhan, perkembangannya ditandai oleh banyaknya penemuan-
penemuan baru serta inovasi-inovasi yang diterapkan dalam kegiatan
ekonomi. Tenaga manusia dan hewan sebagai unsur ketenagaan dalam proses
ekonomi diganti oleh tenaga uap dan listrik dengan batu bara sebagai bahan
bakar utama. Kemudian hal itu disusul oleh peranan minyak bumi dan gas
alam. Bahan mineral semakin berarti sebagai bahan baku dalam produksi
berbagai jenis barang. Mekanisasi membawa perluasaan skala produksi dan
perubahan pada organisasi usaha. Semuanya itu disertai oleh pengambangan
teknik yang baru dibidang transportasi dan komunikasi (Djojohadikusumo,
1994; 56).
Menurut penelitian Wijaya (2014), mengatakan bahwa variabel PDRB
memiliki pengaruh positif terhadap variabel tingkat pengangguran di
Gerbangkertasusila.
23
6. Hubungan antara angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran
Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah
jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara
mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang
atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja atau employed person.
Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari
pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang
bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force.
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau
demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan
ekonomi dan tingkat upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja
melalui penyediaan dan permintaan tenagakerja dinamakan pasar kerja.
Sesorang dalam pasar kerja berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi,
apakah dia sedang bekerja atau mencari pekerjaan.
Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat
employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan
tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh tingkat upah ( Simanjuntak, 1998, 3-4).
24
7. Hubungan antara upah minimum terhadap tingkat pengangguran
Upah riil Jumlah Penawaran
Upah riil Pengangguran
Yang berlaku
Jumlah
tenaga Kerja Permintaan
Jumlah Tenaga Kerja Tenaga Kerja
Yang ingin bekerja
Sumber : Mankiw, 2006
Gambar 2.1. Kekakuan Upah-Riil
Kekakuan upah menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada
diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan
harus menjatah pekerjaan yang langka diantara para pekerja. Kekakuan upah
riil mengurangi tingkat perolehan tenaga kerja dan mempertinggi
pengangguran (Mankiw, 2006; 160).
Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu
masyarakat adalah pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai
maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan.
Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu mengurangi
tingkat kemakmuran yang mereka capai (Sukirno, 2006 ;14).
25
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan sebuah dugaan awal dalam sebuah penelitian,
untuk membuktikan hipotesa tersebut maka perlu dilakukan sebuah penelitian
lebih lanjut dengan menggunakan sebuah alat analisis.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diduga terdapat pengaruh negatif/positif antara pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat pengangguran.
Pertumbuhan
Ekonomi
Angkatan
Kerja
Pengangguran
UMK
Lapangan
Pekerjaan
Pasar Kerja Permintaan
Tenaga Kerja
Pendapatan
Perusahaan
PHK
26
Diduga terdapat pengaruh positif antara angkatan kerja dan upah
minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat pengangguran.