bab ii teori dan kajian pustaka a. tinjauan penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/bab 2.pdf ·...

17
10 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain; Penelitian Harwanti (2009) menggunakan 2 alat analisis, analisis regeresi berganda untuk mengetahui variabel yang paling dominan untuk dijadikan moderating dan uji nilai seilisih mutlak untuk melihat perbedaan nilai inflasi setelah dipengaruhi suku bunga SBI. Hasil menunjukkan bahwa Uji F dan Uji t memiliki pengaruh signifikan antara inflasi, suku bunga terhadap Harga Saham dan didapat pengaruh yang lebih besar ketika inflasi dipengaruhi suku bunga sebagai moderating yaitu sebesar 22,7%. Penelitian Astuti et al. (2013) menyatakan bahwa tingkat suku SBI dan nilai tukar (kurs) rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG, sementara itu Indeks Nikei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Secara simulatan terdapat perngaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga SBI, nilai tukar, Indeks Nikei 225 dan Indeks Hang Seng. Witjaksono (2009), didalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG, harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap IHSG, harga emas dunia berpengaruh positif terhadap IHSG, Kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, indeks

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

10

BAB II

TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Ada Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

antara lain; Penelitian Harwanti (2009) menggunakan 2 alat analisis, analisis

regeresi berganda untuk mengetahui variabel yang paling dominan untuk

dijadikan moderating dan uji nilai seilisih mutlak untuk melihat perbedaan

nilai inflasi setelah dipengaruhi suku bunga SBI. Hasil menunjukkan bahwa

Uji F dan Uji t memiliki pengaruh signifikan antara inflasi, suku bunga

terhadap Harga Saham dan didapat pengaruh yang lebih besar ketika inflasi

dipengaruhi suku bunga sebagai moderating yaitu sebesar 22,7%.

Penelitian Astuti et al. (2013) menyatakan bahwa tingkat suku SBI dan

nilai tukar (kurs) rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), inflasi berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap IHSG, sementara itu Indeks Nikei 225 dan Indeks Hang

Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Secara simulatan

terdapat perngaruh yang signifikan terhadap tingkat suku bunga SBI, nilai tukar,

Indeks Nikei 225 dan Indeks Hang Seng.

Witjaksono (2009), didalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat

suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG, harga minyak dunia

berpengaruh positif terhadap IHSG, harga emas dunia berpengaruh positif

terhadap IHSG, Kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, indeks

Page 2: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

11

Nikkei225 berpengaruh positif terhadap IHSG, indeks Dow Jones berpengaruh

positif terhadap IHSG.

Hasil penelitian dari Zuhdi (2012) menunjukkan secara parsial, tingkat

Inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG, tingkat suku bunga SBI berpengaruh

positif terhadap IHSG, nilai kurs dollar (USD/IDR) berpengaruh negatif

terhadap IHSG, dan indeks Dow Jones (DJIA) berpengaruh positif terhadap

IHSG. Variabel yang paling dominan terhadap IHSG adalah tingkat suku

bunga SBI.

Penelitian Jayanti, Darmanto dan Sudjana (2014) menggunakan alat

analisis regresi linier berganda. Hasil uji t, menunjukkan bahwa secara parsial

tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, tingkat suku bunga

SBI dan Nilai tukar Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG,

indeks dow jones dan indeks KLSE berpengaruh positif dan signifikan

terhadap IHSG.

Penelitian Adisetiawan (2009) menunjukkan ada hubungan timbal

balik yang signifikan terhadap antara inflasi dan suku bunga SBI, tidak ada

hubungan timbal balik antara suku bunga SBI dengan Indeks Harga Saham

Gabungan, dan tidak ada hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi

dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian Firda (2015)

menunjukkan terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara tingkat inflasi

dan suku bunga SBI, secara parsial tingkat inflasi dan suku bunga SBI

berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Page 3: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

12

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pergerakan Indeks Harga Saham sangat penting bagi para Investor.

Menurut Purwanta dan Hendy (2006:47) Indeks Harga Saham adalah

indikator yang dapat digunakan investor untuk mengetahui pergerakan

pasar. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk

melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham yang berfungsi

sebagai indikator tren pasar. Menurut Sunariyah (2011:136) Indeks harga

saham merupakan deskripsi dari harga-harga saham pada suatu saat

tertentu maupun dalam periodisasi tertentu pula. Indeks harga saham

tersebut merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupun

pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada

suatu saat tertentu, dan penyajian indeks harga saham berdasarkan

satuan angka dasar yang telah disepakati.

Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar

yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif

(bullish), ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami

kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang

diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang

tetap, sedangkan yang lesu (bearish) ditunjukkan dengan indeks harga

saham yang mengalami penurunan. IHSG dapat dijadikan barometer

Page 4: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

13

kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis

statistik atas kondisi pasar terakhir (current market).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua

perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG

dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia

berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa

Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya

antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki

oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup

besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut

berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG (idx.co.id).

Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.

Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan

saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham (Jogiyanto, 2003:61).

Dasar perhitungan IHSG adalah agregat nilai pasar di seluruh saham

yang tercatat. Agregat nilai pasar adalah total dari perkalian setiap saham

yang tercatat dengan masing-masing harganya pada hari tersebut. Dalam

perhitungan indeks, IHSG menggunakan seluruh saham tercatat sebagai

komponen perhitungan indeks.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Saham

Gabungan adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:60):

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟× 100

Page 5: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

14

Indeks harga saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2009:95),

merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga

saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi:

1) Sebagai indikator trend pasar

2) Sebagai indikator tingkat keuntungan.

3) Sebagai tolak ukur kinerja portofolio.

4) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif

5) Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan

Menurut Samsul (2015:201), faktor makroekonomi

mempengaruhi harga saham di pasar seperti tingkat inflasi, tingkat suku

bunga, peraturan perpajakan, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing,

tingkat bunga pinjaman luar negeri, eknomi internasional, siklus eknomi,

paham ekonomi dan peredaran uang. Menurut Sjahrir (1997:58),

variabel ekonomi yang berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan adalah tingkat suku bunga domestik, yang diwakili oleh

tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai kurs.

Tandelilin (2001:48) mengatakan perubahan suku bunga akan

mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya,

jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris

paribus, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya suku bunga akan

memengaruhi investasi di pasar modal karena investor dapat

mengalihkan dana investasinya dalam bentuk simpanan bank dan

Page 6: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

15

pembelian di pasar uang, sehingga akan berdampak pada merosotnya

Indeks Harga Saham Gabungan.

Meurut Alwi (2003:87) mengungkapkan bahwa Indeks Harga

Saham Gabungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor

eksternal dan faktor Internal. Faktor eksternal diantaranya adalah

perubahan suku bunga, kurs valuta, inflasi, regulasi dan deregulasi

ekonomi yang di keluarkan oleh pemerintah, berbagai isu baik dari

dalam negeri atau luar negeri, serta gejolak politik dalam negeri. Faktor

internal diantaranya pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti

peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal,

earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earning ratio,

net profit margin, return on assets (ROA).

Menurut Sunariyah (2011:166) faktor yang mempengaruhi harga

sekuritas adalah tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga mempunyai

hubungan yang negatif dengan harga sekuritas, apabila suku bunga naik

maka harga sekuritas akan turun. Faktor selain tingkat suku bunga yaitu

laba perusahaan, kebijakan deviden, dan perubahan yang mendasar dalam

organisasi.

3. Inflasi

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pengertian dari inflasi

adalah sebuah nilai ketika tingkat dari harga yang berlaku di dalam suatu

bidang ekonomi. Sebagai salah satu dari indikator di dalam melihat

kestabilitasian perekonomian satu wilayah tertentu, perkembangan harga

Page 7: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

16

jasa dan barang pada umumnya dapat dihitung melalui indeks harga dari

para konsumen. Dengan demikian, angka inflasi amatlah mempengaruhi

besar kecilnya produksi suatu barang.

Inflasi dan perekonomian sangat saling berkaitan. Apabila tingkat

inflasi tinggi, sudah dipastikan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi,

dimana akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi

dihubungkan dengan adanya kenaikan harga barang-barang dan jasa.

Pengukuran inflasi dapat dikaitkan dengan adanya Indeks Harga

Konsumen (IHK), dimana indeks tersebut mengukur harga rata-rata dari

barang tertentu seperti makanan, perumahan, sandang, dan aneka barang

dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Kenaikan harga barang dan jasa

berarti berkurangnya nilai uang terhadap barang dan jasa saat itu.

Menurut Sukirno (2006: 302) bahwa tingkat inflasi yaitu persentase

kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya

digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya

masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat

berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap

yaitu inflasi mencapai angka antara 2 – 4 persen. Sering sekali inflasi lebih

serius, dengan tingkat mencapai 5 sampai 10 persen atau lebih tinggi.

Rahardja dan Manurung (2008:165) menyatakan bahwa, Inflasi

adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus

menerus. Naiknya harga suatu barang dapat dikatakan sebagai gejala

inflasi jika kenaikan harga barang tersebut dapat memicu kenaikan harga

Page 8: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

17

barang secara umum dan terus menerus dalam artian bukan hanya

sesaat.

Peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang

dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.

Selain itu, inflasi yang meningkat menyebabkan penurunan daya beli

rupiah yang telah diinvestasikan. Risiko inflasi juga bisa disebut sebagai

risiko daya beli, jika Inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya

menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan

penurunan daya beli yang dialaminya.

Menurut Tandelilin (2001:212) Inflasi yang tinggi akan berdampak

naiknya harga-harga secara umum, dan ini berdampak pada

melonjakkan biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan

mengalami persaingan investasi yang artinya adanya kecenderungan

investor berinvetasi di pasar uang dan tentunya dapat mengakibatkan harga

saham di pasar modal mengalami penurunan secara signifikan. Sebaliknya

jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan

menjadi sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko

daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil.

Boediono (2012:161) mengemukakan bahwa inflasi adalah

kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus

menerus. Artinya bahwa kenaikan tersebut tidak kepada barang tertentu

saja namun pada sebagian besar-barang. Dikenal, terdapat tiga jenis inflasi

yaitu: (1) tingkat keparahan inflasi, (2) penyebab timbulnya inflasi, dan

Page 9: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

18

(3) asal mula terjadinya inflasi. Berdasarkan hasil pengukuran Indeks

Harga, Inflasi dibedakan menjadi empat tingkat, yaitu (Boedieono,

2012:162):

a. Inflasi ringan (dibawah 10% per tahun),

b. Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun),

c. Inflasi berat (30-100% per tahun), dan

d. Hiper-inflasi (diatas 100% per tahun).

Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus

menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Tandelilin (2001: 214)

melihat bahwa peningkatan inflasi secara relatif merupakan signal negatif

bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akan

meningkatkan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih

tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan,

maka profitabilitas perusahaan akan turun. Secara langsung, inflasi

mengakibatkan turunnya profitabilitas dan daya beli uang. Secara tidak

langsung inflasi mempengaruhi lewat perubahan tingkat bunga.

Inflasi yang didasarkan pada penyebab timbulnya inflasi terdiri

dari: inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat (demand

inflation) dan inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (cost

inflation). Inflasi yang didasarkan pada asal mula terjadinya inflasi

terdiri dari inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

dan inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

Page 10: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

19

Menurut Bank Indonesia, inflasi dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu

sebagai berikut:

a. Tarikan Permintaan (demand full inflation).

b. Dorongan Biaya (cost-push inflation)

c. Ekspektasi Inflasi (inflation expectation)

Menurut Sukirno (2002:303) faktor-faktor yang menimbulkan

inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Inflasi tarikan permintaan

Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila sektor perusahaan tidak

mampu dengan cepat melayani permintaan masyarakat di pasar.

Masalah akan kurangnya barang berlaku dan ini yang akan

mendorong naiknya harga-harga.

b. Inflasi desakan biaya

Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga-harga yang

timbul akibat kenaikan biaya produksi. Bertambanya biaya produksi

akan mendorong perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka

harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan permintaan

barang yang diproduksinya.

Menurut Murni (2006:206) dampak atau akibat yang ditimbulkan

oleh inflasi adalah sebagai beritkut:

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil yang diterima oleh

masayrakat dan ini sangat merugikan orang-orang yang

berpenghasilan tetap.

Page 11: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

20

b. Inflasi menimbulkan dampak buruk terhadap neraca pembayaran,

karena menurunnya ekspor dan meningkatnya impor menyebabkan

ketidaksengajaan terhadap aliran masuk ke luar negeri

c. Pada saat keadaan inflasi, pemilik modal lebih cenderung

menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian tanah, rumah dan

bangunan. Pengalihan investasi ini menyebabkan kegiatan investasi

berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.

d. Biaya produksi naik akibat inflasi, hal ini merugikan pengusaha dan

menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan yang kurang

mendorong produk nasional.

e. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan berbentuk uang. Seperti

tabungan masyarakat di bank nilai riilnya akan menurun.

4. Tingkat Suku Bunga

Karl dan Fair (2001:635) mendefinisikan Suku Bunga adalah

pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase

dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun

dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut Sunariyah (2011:80) suku bunga

adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai presentase

uang pokok per unit. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya

yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur.

Menurut Boediono (2012:4) suku bunga adalah harga dari

penggunaan dana investasi (loanable fund). Tingkat suku bunga

merupakan salah satu indikator dalam menentukan seseorang akan

Page 12: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

21

melakukan investasi atau menabung. Pada umumnya ketika tingkat bunga

rendah, maka semakin banyak dana mengalir sehingga mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Begitu juga ketika tingkat bunga

tinggi, maka sedikit dana yang mengalir akan mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi yang rendah. (Sundjaja dan Barlian, 2003:57).

Selain suku bunga internasional, tingkat diskonto suku bunga

Indonesia juga merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di

Indonesia. Tingkat suku bunga atau interest rate merupakan rasio

pengembalian sejumlah investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan

kepada investor. Besarnya tingkat suku bunga bervariatif sesuai dengan

kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian kepada

kreditur. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman

investor dalam pengembalian keputusan investasi pada pasar modal.

Sebagai wahana alternatif investasi, pasar modal menawarkan suatu

tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu.

Investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu

menghasilkan keuntungan yang optimal dengan membandingkan tingkat

keuntungan dan resiko pada pasar modal dengan tingkat suku bunga yang

ditawarkan sektor keuangan. Tingkat suku bunga sector keuangan yang

lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga

bebas resiko (risk free), yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan

tingkat suku bunga deposito.

Page 13: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

22

Menurut Sukirno (2006:103), suku bunga adalah persentase

pendapatan yang diterima oleh kreditur dari pihak debitur selama interval

waktu tertentu. Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan

mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada

surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat

bunga, bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya,

sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita

capital loss atau capital gain.

Menurut Siamat (2005:455-456) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek dan diperjual belikan dengan diskonto. Suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral

untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat, dengan kata lain

pemerintah melakukan kebijakan moneter.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di dalam Undang-Undang No. 13

Tahun 1968 tentang Bank Sentral disebutkan bahwa salah satu tugas Bank

Indonesia (BI) adalah sebagai otoritas moneter yang salah satunya adalah

operasi pasar terbuka. Dalam operasi pasar terbuka, BI dapat melakukan

transaksi surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang

merupakan hutang berjangka waktu pendek.

Tingkat suku bunga SBI yang tinggi dilakukan untuk menyedot dana

dari masyarakat agar investasi dan konsumsi menurun, dan tesimpan di

Page 14: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

23

perbankan. Hal tersebut biasanya dilakukan pada saat kondisi inflasi yang

tinggi dan nilai uang rendah sedangkan tingkat suku bunga SBI yang

rendah dilakukan agar investasi dan konsumsi menjadi bergairah dengan

demikian dana akan berputar dan dunia usaha berjalan. Penentuan tingkat

bunga haruslah memperhatikan tingkat inflasi yang terjadi.

Tingkat suku bunga SBI di pasar juga menentukan minat masyarakat

dalam menentukan pilihannya. Apabila tingkat suku bunga semakin tinggi,

maka pilihan investor dalam melakukan investasi akan semakin rendah.

Alasannya, karena investor akan menambah pengeluaran investasinya

apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi yang lebih besar dari

tingkat suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang

merupakan biaya dari penggunaan dana, demikian pula sebaliknya.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No 18/12/PBI/2016 tentang

Operasi Moneter, Sertifikat Bank Indonesia memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Berjangka waktu sekurangnya 1 bulan dan paling lama 12 bulan,

yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal

penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo

b. Diterbitkan dan diperdagangkan dengan system diskonto

c. Diterbitkan tanpa warkat (Scripless), artinya Sertifikat Bank

Indonesia yang diterbitkan tanpa adanya fisik Sertifikat Bank

Indonesia itu sendiri, dan bukti kepemilikan bagi pemegang Sertifikat

Bank Indonesia hanya berupa pencatatan elektronik

Page 15: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

24

d. Dapat dipindah tangankan (negotiable),

5. Hubungan Inflasi, Suku Bunga SBI dengan Indeks Harga Saham

Gabungan.

Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat

umum dan terus menerus (Rahardja dan Manurung, 2008:165). Tingkat

inflasi yang tinggi dapat menyebabkan daya beli masyarakat akan

mengalami penurunan dan terjadinya peningkatan harga faktor produksi.

Hal itu akan memicu jumlah uang yang beredar di masyarakat akan lebih

banyak. Samsul (2015:209) mengatakan, apabila ingin menekan inflasi

maka jumlah uang yang beredar harus dikurangi (tight money) dengan cara

menjual surat surat berharga (SBI). Jumlah uang beredar akan

mempengaruhi tingkat suku bunga yang pada gilirannya akan

mempengaruhi harga sekuritas.

Jumlah uang yang beredar meningkat, maka tingkat bunga akan

menurun dan harga saham naik sehingga pasar akan menjadi bullish, jika

tingkat suku bunga naik, harga saham akan turun dan pasar modal akan

dapat mengalami bearish (Samsul 2015:210). Mankiw (2000:158)

mengatakan menurut persamaan Fisher, kenaikan dalam tingkat inflasi

akan menyebabkan kenaikan dalam tingkat suku bunga. Hubungan ini

disebut hubungan satu untuk saatu anatara tingkat inflasi dan tingkat suku

bunga. Hal ini akan berdampak pada harga saham di pasar, dengan

menurunnya tingkat suku bunga, akan mendorong harga saham meningkat.

Investor akan mengalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal,

Page 16: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

25

sehingga harga saham terdorong naik dan meningkatkan IHSG (Samsul,

2015:201).

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir ini menunjukkan bahwa adanya hubungan

langsung antara Inflasi terhadap suku bunga dan Indeks Harga Saham

Gabungan sedangkan suku bunga berhubungan langsung dengan Indeks

Harga Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan pada gambar kerangka

berfikir dibawah ini:

Indeks Harga Saham Gabungan merupakan variabel terikat yang

dipengaruhi oleh variabel bebas dan merupakan faktor ekstern yang

mempunyai pengaruh besar terhadap indeks harga saham gabungan (Z),

yaitu tingkat inflasi (X), dan suku bunga (Y) sebagai variabel mediasi.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah proposisi hasil pemikiran atau pemahaman logis.

Hipotesis merupakan proposisi atau dugaan belum terbukti bahwa

tentatif menjelaskan fakta atau fenomena, serta kemungkinan jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan penelitin. Dari teori diatas, peneliti

SBI

(Y)

INF

(X) IHSG

(Z)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Page 17: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian …eprints.umm.ac.id/42707/3/BAB 2.pdf · 2018. 12. 29. · peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun

26

merumuskan hipotesis sebagai kesimpulan sementara atas masalah-masalah

yang diajukan. Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini sebagai berikut:

H0: Tingkat Inflasi tidak berpengaruh terhadap suku bunga SBI

H1: Tingkat inflasi berpengaruh terhadap suku bunga SBI,

H0: Suku bunga SBI tidak terbukti menjadi mediator peranan Inflasi ke

Indeks Harga Saham Gabungan

H2: Suku bunga SBI terbukti menjadi mediator peranan Inflasi ke Indeks

Harga Saham Gabungan

H0: Tingkat Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan

H3: Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.