bab ii telaah pustaka · 2018. 7. 11. · 10 bab ii telaah pustaka . implementasi ktsp di sekolah...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Implementasi KTSP di sekolah tidak terlepas dari
teori yang dikembangkan oleh pakar terkemuka
manajemen pendidikan George R. Terry, hal ini sebagai
proses untuk membedakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan
memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut
George R. Terry langkah tersebut menjadi tujuan
manajemen setiap sekolah. Diantaranya perencanaan
(planning), pengorganisasian (organization), penggerakan
(actuating) dan pengawasan (controlling).
A. Perencanaan Proses Pembelajaran
1. Pengertian perencanaan (plannning) pembelajaran
Sebelum mengetahui makna dari
pencanaan pembelajaran, tentu kita harus
mengetahui dulu apa itu perencanaan. Ada
beberapa pendapat menurut para ahli,
diantaranya:
a. Banghart dan Trull (1973 dalam Majid, 2012)
Perencanaan adalah awal dari semua proses
rasional dan mengandung sifat optimisme yang
didasarkan atas kepercayaan bahwa akan
dapat mengatasi berbagai macam
permasalahan.
b. Terry (1993 dalam Majid, 2012) menyatakan
bahwa perencanaan adalah menetapkan
11
pekerjaan yang harus dilaksnakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang
digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan
pengambil keputusan. Untuk itu diperlukan
kemampuan untuk mengadakan visualisasi
dan melihat kedepan guna merumuskan suatu
pola tindakan untuk masa mendatang.
c. Nana sudjana (2000 dalam Majid, 2012)
mengatakan bahwa perencanaan adalah
proses yang sistematis dalam pengambilan
keputusan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada waktu yang akan datang.
Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar
pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-
langkah yang akan dipakai untuk mencapai
tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan
segala kebutuhan, memperhitungkan matang-
matang apa saja yang menjadi kendala, dan
merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang
bermaksuud untuk mencapai tujuan. Jadi,
kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat
para ahli diatas adalah bahwa perencanaan
merupakan suatu proses pemecahan masalah
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Perencanaan merupakan suatu dasar dari
fungsi lain dalam manajemen untuk melakukan
penyusunan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Melakukan perencanaan
tadi merupakan suatu kegiatan mempersiapkan
segala kebutuhan, memperhitungkan matang-
matang apa saja yang menjadi kendala, dan
12
merumuskan apa saja kegiatan yang akan
dilakukan. Perencanaan dalam arti seluas-
luasnya tidak lain adalah proses mempersiapkan
kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Definisi yang dikemukakan oleh Guruge
(1972, dalam Majid, 2012) bahwa: “A simple
definision of educational planning is the process of
preparing decisions for action in the future in the
field of educational development is the funtion of
educational planning”. Dengan demikian menurut
Guruge bahwa perencanaan pembelajaran adalah
proses mempersiapkan kegiatan di masa depan
dalam bidang pembangunan pendidikan adalah
tugas perencanaan pendidikan.
Dalam hal ini, perencanaan pembelajaran
adalah rencana yang dibuat oleh guru untuk
memproyeksikan kegiatan apa yang akan
dilakukan oleh guru dan anak agar tujuan dapat
dicapai. Perencanaan pembelajaran Bahasa
Inggris dalam KTSP mengandung komponen yang
ditata secara sistematis dimana komponen-
komponen tersebut saling berhubungan dan
saling ketergantungan satu sama lainya.
Sampai saat ini riset tentang perencanaan
pembelajaran masih jarang, tetapi beberapa
konsep dapat membantu guru dalam
13
meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan
pengajaran. Konsep tersebut mengandung dua
pemikiran utama, yaitu proses pengambilan
keputusan dan pengetahuan profesional tentang
proses pengajaran. Keputusan yang diambil oleh
guru bisa bermacam-macam, mulai dari yang
sederhana sampai pada tingkat yang komplek.
Rencana pembelajaran yang baik menurut
Gagne dan Brigss (1974 dalam Majid, 2012)
hendaknya mengandung tiga komponen yang
disebut anchor point, yaitu : 1) tujuan pengajaran;
2) materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan
metode mengajar, media pengajaran dan
pengalaman belajar; dan 3) evaluasi keberhasilan.
Berdasarkan uraian diatas, menurut Abdul
Majid (2012: 17) konsep perencanaan
pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yaitu:
a. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi
adalah suatu perencanaan yang mendorong
penggunaan teknik-teknik yang dapat
mengembangkan tingkah laku kognitif dan
teori-teori konstruktif terhadap solusi dan
problem-problem pengajaran.
b. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu
sistem adalah subuah susunan dari sumber-
sumber dan prosedur-prosedur untuk
menggerakkan pembelajaran. Pengembangan
sistem pengajaran melalui proses yang
sistematik selanjutnya diimplementasikan
dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.
14
c. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang
senantiasa memperhentikan hasil-hasil
penelitian dan teori tentang strategi pengajaran
dan implementasinya terhadap strategi
tersebut. Perencanaan pembelajaran sebagai
sains (science) adalah mengkreasi secara detail
spesifikasi dari pengembangan, implementasi,
evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi
maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-
unit yang luas maupun yang lebih sempit dari
materi pelajaran dengan segala tingkatan
kompleksitasnya. Perencanaan pembelajaran
sebagai sebuah proses adalah mengembangkan
pengajaran secara sistematik yang digunakan
secara khusus atas dasar teori-teori
pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin
kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini
dilakukan analisis kebutuhan dari proses
belajar dengan alur yang sistematik untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di
dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi
pelajaran dan aktifitas-aktifitas sistematik.
d. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
realitas adalah ide pengajaran dikembangkan
dengan memberikan hubungan pengajaran dari
waktu ke waktu dalam suatu proses yang
dikerjakan perencana dengan mengecek secara
cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai
dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara
sistematik.
15
Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari
pendapat para ahli diatas adalah bahwa
perencanaan merupakan suatu proses pemecahan
masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Maksud perencanaan pembelajaran adalah
proses membantu guru secara sistematik dan
menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun
kemungkinan yang berhubungan dengan
kebutuhan. Perencanana pembelajaran
pembelajaran menurut Degeng adalah upaya
untuk membelajarkan siswa. Istilah pembelajaran
memiliki hakikat perencanaan sebagai upaya
membelajarkan siswa, itulah sebabnya dalam
belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan
guru, tetapi mungkin juga berinteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan
perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”
dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.
Pemaparan pelaksanaan sebagaimana hasil
observasi peneliti kepada guru mata pelajaran
bahasa inggris mengacu pada dokumen instrumen
penilaian kinerga guru (IPKG) 1 yang berisi
tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dan silabus. Diantaranya memuat aspek :
Identitas RPP, rumusan indikator pencapaian
kompetensi (IPK), rumusan tujuan pembelajaran,
materi pokok/pembelajaran, metode dan strategi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan
penilaian alat/bahan/media/sumber belajar.
16
2. Dasar pelaksanaan perencanaan pembelajaran
Dasar Perlunya Perencanana Pembelajaran
sebagiamana disebutkan diatas, dimaksudkan
agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan
dengan asumsi sebagai berikut:
a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
perlu diawali dengan perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya
desain pembelajaran.
b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan sistem.
c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan
pada bagaimana seseorang belajar.
d. Untuk merencanakan suatu desain
pembelajaran diacukan pada siswa secara
perseorangan.
e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara
pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam
hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran,
dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
f. Sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk
belajar.
g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan
semua variabel pembelajaran.
h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat
adalah penetapan metode pembelajaran yang
optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
3. Jenis perencanaan
17
a. Silabus
Merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Silabus harus disusun secara sistematis dan
berisikan komponen-komponen yang saling
berkaitan untuk memenuhi target pencapaian
Kompetensi Dasar.
b. Standar Kompetensi
Merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh peserta didik dalam suatu bidang
pengembangan.
c. Kompetensi Dasar
Merupakan pernyataan yang diharapkan dapat
diketahui, disikapi dan dilakukan peserta didik
d. Hasil Belajar
Merupakan pernyataan kemampuan peserta
didik yang diharapkan dalam menguasai
sebagian atau seluruh kompetensi yang
dimaksud.
e. Indikator
Merupakan kompetensi dasar yang lebih
spesifik dan operasional yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai ketercapaian hasil
pembelajaran.
f. Perencanaan Semester
Merupakan program pembelajaran yang
dipetakan berisi jaringan tema, bidang
18
pengembangan, kompetensi dasar, hasil
belajar, dan indikator yang ditata secara urut
dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan
untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke
dalam semester 1 dan 2.
g. Perencanaan Mingguan Disusun dalam bentuk
satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM
merupakan penjabaran dari perencanaan
semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam
rangka mencapai indikator yang telah
direncanakan dalam satu minggu sesuai
dengan keluasan pembahasan tema dan
subtema.
h. Perencanaan Harian Disusun dalam bentuk
satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan
penjabaran dari satuan kegiatan mingguan
(SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan
pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara
individual, kelompok, maupun klasikal dalam
satu hari. Kegiatan awal merupakan kegiatan
untuk pemanasan dan dilaksanakan secara
klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan antara
lain, misalnya berdoa/mengucap salam,
membicarakan tema atau subtema, dan
sebagainya. Kegiatan inti merupakan kegiatan
yang dapat mengaktifkan perhatian,
kemampuan, sosial dan emosional anak.
Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan
yang memberi kesempatan kepada anak untuk
bereksplorasi dan bereksperimen sehingga
dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan
19
kreativitas anak, serta kegiatan yang dapat
meningkatkan pengertianpengertian,
konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan
bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan
kegiatan yang dilaksanakan secara individual/
kelompok. Istirahat/Makan merupakan
kegiatan yang digunakan untuk mengisi
kemampuan anak yang berkaitan dengan
makan, misalnya mengenalkan kesehatan,
makanan yang bergizi, tata tertib makan yang
diawali dengan cuci tangan kemudian makan
dan berdoa sebelum dan sesudah makan.
Setelah kegiatan makan selesai, anak
melakukan kegiatan bermain dengan alat
permainan di luar kelas dengan maksud untuk
mengembangkan motorik kasar anak dan
bersosialisasi Kegiatan akhir merupakan
kegiatan penenangan yang dilaksanakan
secara klasikal. Kegiatan yang dapat diberikan
pada kegiatan akhir, misalnya membacakan
cerita dari buku, mendramatisasikan suatu
cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu
hari atau menginformasikan kegiatan esok
hari, menyanyi, berdoa, dan sebagainya.
4. Langkah-langkah perencanaan
Sebagaimana biasanya setiap orang
mempunyai pandangannya sendiri-sendiri, maka
isi langkah-langkah itu pun tidak sama antara
seorang ahli dengan ahli lainnya. Morphet
mengingatkan kepada kita apa yang perlu
diperhatikan bila membuat perencanaan.
20
Prosedur-prosedur yang harus diperhatikan ialah:
mengumpulkan informasi dan analisis data,
menyelesaikan perubahan dalam bentuk
kebutuhan, mengidentifikasi tujuan dan prioritas,
membentuk alternatif-alternatif penyelesaian dan
mengimplementasi, menilai serta memodifikasi.
Langkah perencanaan yang di buat oleh Mc
Ashan adalah mewujudkan pernyataan misi dan
tujuan-tujuan, mengumpulkan informasi,
menganalisa kebutuhan, menentukan prioritas,
menspesifikasi tujuan-tujuan, membuat strategi
(maksudnya alternatif-alternatif), menentukan
budget, dan mengadakan evaluasi.
Langkah-langkah perencanaan atau proses
perencanaan adalah melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Menentukan kebutuhan atas dasar antisipasi
terhadap perubahan lingkungan atau masalah
yang muncul. Bila kebutuhan banyak diadakan
prioritas.
b. Melakukan forecasting/ramalan, menentukan
program, tujuan, misi perencanaan. Bila
tujuan banyak diadakan prioritas.
c. Menspesifikasi tujuan.
d. Membentuk/menentukan standar performan.
e. Menentukan alat/ metode/ alternatif
pemecahan
f. Melakukan implementasi dan menilai.
g. Mengadakan review.
5. Manfaat perencanaan pembelajaran
21
Perencanaan pembelajaran memainkan
peran penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam
melayani kebutuhan belajar siswanya.
Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan
sebagai langkah awal sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa
manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses
belajar mengajar, yaitu:
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam
mencapai tujuan.
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan
wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan.
c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik
unsur guru maupun unsur murid.
d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu
pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja.
e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi
keseimbangan kerja.
f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan
biaya.
6. Karakteristik perencanaan
Pembelajaran mempunyai ciri unik dalam
kaitanya dengan pembangunan nasional dan
mempunyai ciri khas karena yang menjadi muara
garapannya adalah manusia. Dengan
mempertimbangkan ciri-ciri pembelajaran dalam
perannya dalam proses pembangunan, maka
22
perencanaan pembelajaran, mempunyai ciri-ciri
seperti antara lain:
a. Perencanaan pembelajaran harus menguta-
makan nilai-nilai manusiawi, karena
pembelajaran itu membangun manusia yang
harus mampu membangun dirinya dan
masyarakatnya.
b. Perencanaan pembelajaran harus memberikan
kesempatan untuk memngembangkan segala
potensi pesrta didik seoptimal mungkin.
c. Perencanaan pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap peserta
didik.
d. Perencanaan pembelajaran harus kompre-
hensif dan sistematis dalam arti tidak praktikal
atau segmentaris tapi menyeluruh dan terpadu
serta di susun secara logis dan rasional serta
mencakup berbagai jalur, jenis dan jenjang
pendidikan.
e. Perencanaan pembelajaran harus diorientasi
pada pembangunan, dalam arti bahwa program
pendidikan haruslah di tujukan untuk
membantu mempersiapakan man power (SDM)
yang di butuhkan oleh berbagai sektor
pembangunan.
f. Perencanaan pembelajaran harus dikem-
bangkan dengan memperhatikan keterkaitan-
nya dengan berbagai komponen pendidikan
secara sistematis.
23
g. Perencanaan pembelajaran harus
menggunakan resources secermat mungkin
karena resources yang tersedia adalah langka.
h. Perencanaan pembelajaran haruslah
berorientasi kepada masa datang, karena
pembelajaran adalah proses jangka panjang
dan jauh menghadapi masa depan.
i. Perencanaan pembelajaran haruslah kenyal
dan responsif terhadap kebutuhan yang
berkembang di masyarakat, tidak setatis tapi
dinamis.
j. Perencanan pembelajaran haruslah
merupakan sarana untuk mengembangkan
inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus
menerus berlangsung.
7. Model perencanaan
a. Perencanaan versi PBTE
Pengembangan program intruksional
dilakanakan dengan pendekatan sistematik.
Pendekatan ini mempertimbangkan semua
faktor dan komponen yang ada sehingga
pelaksanaan program akan berjalan secara
efisiensi dan efektif. Berdasarkan pola
pendekatan tersebut maka sistem
instruksional dikembangkan melalui prosedur
sebagai berikut:
1) Merumuskan asumsi-asumsi secara jelas,
ekspilisit dan khusus.
Asumsi-asumsi tersebut dirumuskan
berdasarkan pada pokok-pokok pikiran
yang bertalian dengan beberapa hal, yaitu:
24
a) Keyakinan tentang masyarakat,
pendidikan dan belajar.
b) Pandangan tentang peranan guru
dalam sistem intruksional.
c) Penjabaran ciri-ciri khusus dan berbagi
hambatan yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan program.
2) Mengidentifikasi kompetensi.
Terdapat enam jenis pendekatan yang
dapat digunakan untuk merumuskan
kompetensi, yaitu sebgai berikut:
a) Menerjemahkan pelajaran yang telah
menjadi sejumlah kompetensi yang
tujuan tingkah lakunya harus diteliti
kembali.
b) Pendekakatan analisis tugas yang harus
dikerjakan, lalu ditentukan peran-peran
apa yang diperlukan, lalu ditentukan
jenis-jenis kompetensi yang dituntut
tersebut.
c) Pendekatan kebutuhan siswa di sekolah
berdasarkan ambisi, nilai dan perspektif
para siswa.
d) Pendekatan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan kebutuhan masyarakat
yang nyata disusun program sekolah
dan program latihan yang perlu
dilakukan.
e) Pendekatan teoritis yang disususn
secara logis dan melalui pemikiran
25
deduktif dalam kerangka ilmu tentang
tingkah laku manusia.
f) Pendekatan cluster yang disusun
berdasarkan program umum yang biasa
berlangsung.
3) Merumuskan tujuan-tujuan secara
deskriptif.
Kompetensi yang telah ditentukan
kemudian dirumuskan lebih khusus, lebih
eksplisit menjadi tujuan-tujuan yang dapat
diamati, dapat diukur berdasarkan kreteria
tertentu.
4) Menentukan tingkat kriteria dan jenis
assement.
Dengan kriteria ini dapat ditentukan
tingakat keberhasilan tentang sejauh mana
suatu tujuan telah dicapai.
5) Pengelompokan dan penyusunan tujuan-
tujuan pelajaran berdasarkan urutan
pikologis untuk mencapai maksud
instruksional.
6) Mendesain strategi intruksional.
Beberapa strategi dapat pula
dirancang oleh guru, contohnya dengan
ceramah.
7) Mengorganiasikan sistem pengelolaan
kelas.
Sistem pengelolaan yang ditentukan
disesuaikan dengan berbagai alternatif
kegiatan yang akan dilakukan, seperti
26
pengajaran individual, core pengajaran
unit.
8) Mencobakan program.
Tujuannya adalah untuk mengetes
efektifitas strategi intruksional,
kemantapan alat assement, efektivitas
sistem pengelolaan kelas.
9) Menilai desain intruksional.
Penilaian dilakukan terhadap aspek-
aspek, antara lain validitas tujuan, tingkat
kriteria assement, stategi intruksional dan
organisasi sistem pengelolaan.
10) Memperbaiki kembali program.
Berdasarkan penilaian yang telah
diperoleh, maka perlu dilakukan beberapa
perubahan dan perbaikan.
b. Perencanaan sistematis
Suatu model penggunaan pendekatan
sistem dalam rangka mengembangkan couse
design, sebagai berikut:
1) Identifikasi tugas-tugas
Kegiatan merancang suatu program harus
dimulai dari identifikasi tugas-tugas yang
menjadi tuntunan suatu pekerjaan. Karena
itu perlu dibuat job description secara
cermat dan lengkap.
2) Analisis tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara
dimensional dijabarkan menjadi
seperangkat tugas yang lebih terperinci.
27
3) Penetapan kemampuan
Setiap kemampuan hendaknya didasarkan
pada kriteria kognitif, efektif, performance,
produk, dan ekploratoris.
4) Spesifikasi pengetahuan, ketrampilan dan
sikap
Dari kriteria kognitif, efektif, performance
dirinci menjadi pengetahuan apa, sikap-
sikap apa dan ketrampilan-ketampilan apa
yang perlu dimiliki oleh setiap lulusan.
5) Identifikasi kebutuhan pendidikan dan
latihan
Merupakan jenis-jenis pendidikan atau
latihan-latihan yang sewajarnya disedia-
kan dalam rangka mengembangkan
kemampuan yang telah ditetapkan.
6) Perumusan tujuan
Tujuan pendidikan masih bersifat umum.
Tujuan-tujuan yang dirumuskan harus
koheren dengan kemampuan-kemampuan
yang hendak dikembangkan.
7) Kriteria keberhasilan program
Keberhasilan ditandai dengan tercapainya
tujuan-tujuan yang diharapkan. Tujuan
program dianggap berhasil juka lulusan
dapat menunjukan kemampuan pelak-
sanaan tugas yang telah ditentukan.
8) Organisai sumber-sumber belajar
Menekankan pada materi pelajaran yang
yang akan disampaikan sehubungan
28
pencapaian tujuan kemampuan yang telah
ditentukan.
9) Pemilihan strategi pengajaran
Penentuan strategi dan metode yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan
kemampuan yang diharapkan. Strategi
pengajaran terpadu dapat menunjang
keberhasilan program pengajaran
diamping startegi mengajar remedial.
10) Uji lapangan program
Dimaksudkan untuk melihat kemung-
kinan keterlaksanaan, keberhasilan dan
jenis kesulitan yang akan dihadapi.
11) Pengukuran reliabilitas program
Berdasarkan pengukuran ini dapat dicek
sejauh mana efektifitas program, validitas
dan reabilitas alat ukur, dan efektifitas
system intriksional.
12) Perbaikan dan penyesuaian program
Berguna untuk menjamin konsistensi
koherensi, monitoring sistem dan
selanjutnya memberikan umpan balik
kepada organisasi sumber-sumber, strategi
pengajaran dan motivasi belajar.
13) Pelaksanan program
Langkah yang didasari oleh suatu asumsi,
bahwa rancangan program yang telah
didesain secara cermat dan telah
mengalami uji coba serta perbaikan dalam
dipublikasikan dan dilaksanakan dalam
sampel yang lebih luas.
29
14) Monitoring program
Sepanjang pelaksanaan program perlu
diadakan monitoring secara terus-menerus
dan berkala untuk menghimpun informasi
tentang pelaksanaan program.
c. Perencanaan model Davis
Teknik merancang sistem belajar
berlangsung dalam tahap-tahap sebagai
berikut:
(i) Penetapan status sistem pengajaran
Semua usaha perancangan suatu
sistem senantiasa dimuali dari
menetapkan kedudukan sistem pengajaran
yang ada saat ini, baik input, output
maupun operasinya. Kemudian dilakuakan
kembali perancangan desain baru.
Tahapan ini dimulai dengan memikirkan
daerah pelajaran yang telah diberikan.
Semua lingkungan yang penting untuk
melaksanakan suatu program pengajaran
harus dideskripsikan secara teliti dan
terperinci. Jika perencanaaan sistem
pengajaran hendak menetapkan
kedudukan sistem yang telah ada
sekarang, maka perlu menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini:
(a) Karakterisik-karakteristik apa yang
terdapat dalam sistem pengajaran di
mana dia harus bekerja? Apa tujuan
dan alat atu cara-cara yang
30
dipergunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan itu?
(b) Sumber-sumber apa yang akan
digunakan? Apa batasan-batasannya
dan hambatan-hambatan apa yang
ada?
(c) Siapa siswanya? Ketrampilan-
ketrampilan dan harap-harapan apa
serta kebutuhan belajar apa yang
mereka miliki atau rasakan? Dan
berapa jumlah siswanya?
(d) Apa sebaiknya diperbuat untuk
memberikan kontribusi pelajaran
dalam usaha mencapai tujuan-tujuan
itu dan membantu siswa belajar.
(ii) Perumusan tujuan pengajaran
Tujuan terpenting adalah dalam
menentuak urutan bahan yang akan
disampaikan, metode mengajar, prosedur
evaluasi yang akan dikembangkan. Tujaun
mengandung makna yang penting dalam
rangaka menentukan prosedur
intruksional yang akan ditempuh oleh
guru. Berdasarkan tujuan-tujuan yang
telah dirumuskan tersebut maka
disarankan agar guru merancang kegiatan-
kegaitan yang serasi untuk membantu
siswa belajar. Perumusan tujuan
merupakan hal yang penting dalam sistem
pengajaran. Alasannya yaitu:
31
(a) Umumnya desain pengajaran
didasarkan pada tujuan-tujuan
(b) Tujuan memainkan peranan krisis
dalam evaluasi pengajaran
(c) Kemungkinan terjadinya salah kaprah
sehingga tujuan tadi sebagai media
komunikasi dan memberiakan alat
yang sama bagi semua guru.
(d) Tujuan menjadi pedoman bagi siswa
yang mengarahkan kegiatan belajar
mereka dan untuk menilai kemajuan
belajar yang telah mereka lakukan
sebelumnya.
(iii) Perencanaan dan pelaksanaan evaluasi
Setiap perumusan tujuan belajar
bagi siswa senantiasa harus disertai
dengan perencanaan evaluasi intruksional.
Meskipun masalah evaluasi erupakan
masalah akhir yang perlu dirancang
sebelumnya. Evaluasi harus dilakukan
dengan berhati-hati dan teliti karena hal
berikut:
(a) Dengan program evaluasi, guru dan
siswanya dapat menemukan bukti
telah terjadinya proses belajar.
(b) Evaluasi penting bagi guru dan siswa
karena bertalian dengan kualitas
pengajaran yang ditandai oleh
keberhasilan belajar pada siswanya.
(iv) Pendeskripkian dan pengkajian tugas
32
Deskripsi tugas dimaksudkan untuk
mengidentifikasi langkah-langkah yang
ditempuh oleh seorang ahli bila dia
melakukan suatu tugas. Tugas dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(a) Tugas Tindakan (task action) adalah
seperangkat langkah yang dirumuskan
secara jelas dan dapat diamati serta
dapat diperinci menjasi subtugas-
subtugas.
(b) Tugas Kognitif (cognitive task) adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara mental yang umumnya tidak
dapat diamati.
Suatu deskripsi tugas atau
seperangakat tujuan selanjutnya dianalisis
menjadi jenis-jenis belajar yang perlu
dilakukan. Semua tugas dianalisis menjadi
sejumlah kegiatan belajar. Untuk jenis-
jenis belajar tertentu akan dibutuhkan
prosedur intruksional tertentu pula antara
tujuan, deskripsi tugas dan analisis tugas
yang saling berinteraksi satu dengan yang
lain.
(v) Pelaksanaan prinsip-prinsip Belajar
Sebagai seorang guru perlu
menetapkan lebih dahulu hal-hal yang
akan diajarkan baru mempertimbangkan
berbagi alternatif metode mengajar yang
akan digunakan. Dengan mempelajari
33
prinsip-prinsip belajar maka guru dapat
membantu para siswa belajar, dengan
jalan menyediakan kondisi-kondisi yang
dipergunakan melalui pembelajaran yang
diberikannya sebagaimana gambar 2.1
dibawah ini.
Analisis Desain Evaluasi
34
Bagan 2.1 Garis Waktu Proses Merancang Sistem
Pengajaran (hamalik, 2008:72)
d. Prosedur pengembangan sistem instruksional
(PPSI)
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem
instruksional yang menggunakan pendekatan
sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi,
yang terdiri atas sejumlah komponen yang
berhubungan satu sama lainnya dalam rangka
Analisis
Tugas dan
Tujuan
Merencanak
an Evaluasi
Menentukan
Tugas-tugas
Melaksanakan
Evaluasi
Merancang
Pengajaran
Menetapkan
Sistem yang
ada Sekarang
Menetapkan
dan Menulis
Tujuan-
tujuan
Melaksanakan
Evaluasi
Revisi
Balikan
35
mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan
fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan
perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistemik dan sistmatis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pengembangan model
PPSI ini adalah sebagai berikut:
(i) Merumuskan Tujuan. Langkah ini
menggunakan istilah yang operasional,
berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah
laku, dan hanya ada satu kemampuan atau
tujuan.
(ii) Pengembangan Alat Evaluasi. Dalam
mengembangkan alat evaluasi, langkah-
langkahnya adalah menentukan jenis tes
yang akan digunakan dan menyusun item
soal untuk setiap tujuan.
(iii) Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Langkah ketiga yaitu merumuskan semua
kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan dan menetapkan kegiatan
pembelajaran yang akan ditempuh.
(iv) Pedoman Program Kegiatan Guru.
Merupakan petunjuk bagi guru untuk
merencanakan program kegitan bimbingan
sehingga siswa dapat belajar denga
terstruktur. Yang diperlukan guru, yaitu:
(a) Merumuskan materi pelajaran secara
terperinci.
(b) Memilih metode yang tepat
36
(c) Meyusun jadwal secara terperinci
(v) Pedoman Pelaksanaan Progaram. Dalam
pengembangan program KBM, maka
langkah-langkahnya ialah merumuskan
materi pelajaran, menetapkan metode yang
digunakan, memilih alat dan sumber yang
digunakan dan menyusun program kegiatan
atau jadwal. Petujuk dalam kegiatan belajar
mengjar memungkinkan untuk dapat
berubah sesuai keadaan.
(vi) Pedoman perbaikan atau revisi. Langkah
yang terakhir yaitu mengadakan pre-tes,
menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan post-tes dan revisi. Perbaikan
dilakuakn berdasarkan umpan balik yang
diperoleh dari hasil akhir.
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran
merupakan salah satu tugas penting guru dalam
memproses pembelajaran siswa. Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional yang
dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41
Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan
bahwa salah satu komponen dalam penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu
adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya
menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik
sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan
pembelajaran hendaknya diletakkan dan
dijadikan titik tolak berfikir guru dalam
menyusun sebuah Rencana Pembelajaran, yang
37
akan mewarnai komponen-komponen
perencanan lainnya. Upaya merumuskan tujuan
pembelajaran dapat memberikan manfaat
tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana
Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4
(empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
(1) memudahkan dalam mengkomunikasikan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa,
sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri; (2)
memudahkan guru memilih dan menyusun
bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru
menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran; (4) memudahkan guru
mengadakan penilaian. Dalam Permendiknas RI
No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
memberikan petunjuk untuk memilih isi mata
pelajaran, menata urutan topik-topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih
alat-alat bantu pengajaran dan prosedur
pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar)
untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Berdasarkan kajian diatas, dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran
bahasa inggris yang dimaksud dalam tesis ini
diantaranya :
1) Perencanaan tujuan pembelajaran bahasa
inggris berdasarkan karakteristik peserta
didik.
38
Menguasai karakteristik peserta didik. Guru
mampu mencatat dan menggunakan
informasi tentang karakteristik peserta didik
untuk membantu proses pembelajaran.
Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik,
intelektual, sosial, emosional, moral, dan
latar belakang sosial budaya:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik
belajar setiap peserta didik di kelasnya,
b) Guru memastikan bahwa semua peserta
didik mendapatkan kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran,
c) Guru dapat mengatur kelas untuk
memberikan kesempatan belajar yang
sama pada semua peserta didik dengan
kelainan fisik dan kemampuan belajar
yang berbeda,
d) Guru mencoba mengetahui penyebab
penyimpangan perilaku peserta didik
untuk mencegah agar perilaku tersebut
tidak merugikan peserta didik lainnya,
e) Guru membantu mengembangkan
potensi dan mengatasi kekurangan
peserta didik.
f) Guru memperhatikan peserta didik
dengan kelemahan fisik tertentu agar
dapat mengikuti aktivitas pembelajaran,
sehingga peserta didik tersebut tidak
termarjinalkan (tersisihkan, diolok-olok,
minder, dsb).
39
2) Perencanaan media dan sumber belajar
Perencanaan pemilihan media dan
sumber belajar merupakan komponen dari
sistem instruksional secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, meskipun tujuan dan isinya
sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti
siswa, strategi belajar mengajar, organisasi
kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber,
serta prosedur penilaiannya perlu
dipertimbangkan. Perencanaan media dan
sumber belajar dalam tesis ini mengacu pada
instrumen penilaian kinerja guru (IPKG-2)
pembinaan dan pengembangan profesi guru
buku ke 2, pedoman pelaksanaan penilaian
kinerja guru kementerian pendidikan
nasional direktorat jenderal peningkatan
mutu pendidikan dan tenaga kependidikan
tahun 2011, diantaranya memuat sebagai
berikut:
a) Terampil menggunakan sumber belajar/
media pembelajaran.
b) Menghasilkan pesan yang menarik siswa.
c) Melibatkan siswa dalam pembuatan/
pemanfaatan sumber/media pembela-
jaran.
3) Perencanaan metode dan strategi belajar
Perencanaan pembelajaran juga perlu
memperhatikan keadaan sekolah tempat
pembelajaran ini berlangsung. Terutama
ketersediaan sarana dan prasarana,
kelengkapan dan alat bantu pelajaran
40
menjadi pendukung terlaksananya berbagai
aktivitas belajar peserta didik. Guru tidak
mungkin melaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan bak pasir jika di
sekolah tersebut tidak tersedia bak pasir yang
diperlukan tersebut. Guru juga tiak akan
mungkin meminta peserta didik untuk
mengamati tanaman jika di sekolah tersebut
tidak ada kebun sekolah.
Dalam menyusun perencanaan
pembelajaran komponen peserta didik perlu
mendapat perhatian yang memadai. Agar
bahan dan cara belajar ini sesuai dengan
kondisi peserta didik, maka penyusunan
skenario program pembelajaran dan keluasan
maupun kedalaman bahan ajar perlu
disesuaikan kelas yang pandai atau cepat
belajar, sedangkan kelompok kurang atau
lambat belajar guru dalam menyusun
rencana pelajaran harus mendasarkan pada
kriteria peserta didik yang akan menerima
pelajaran itu. Untuk mengatasi kemampuan
peserta didik, guru perlu menggunakan
metode atau bentuk keiatan mengajar yang
bervariasi pula.
Data atau informasi tentang peserta
didik dapat dimanfaatkan untuk penyusunan
dan perencanaan penyempurnaan
pengajaran. Pengajaran yang baik hendaknya
disusun dengan berpedoman kepada
keadaan, kemampuan, minat dan
41
kebutuahan peserta didik. Hal ini secara
nyata dapat diketahui melalui proses dan
hasil pengumpulan data. Sebelum
menyiapkan rencana pelajaran, atau satuan
pelajaran guru hendaknya mempelajari dulu
record peserta didik. Melalui pemanfaatan
record tersebut, guru akan memperoleh
gambaran umum tentang kondisi dari
masalah peserta didik, dengan mengetaui
kondisi tersebut guru dapat mengadakan
berbagai usaha penyesuaian pelajaran
dengan perbedaan individu. Tiap peserta
didik mempunyai kemampuan, kondisi
kecepatan belajar, dan lain-lain yang
berbeda.
Dalam proses pembelajaran guru
dituntut memiliki kemampuan dalam segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan pengajaran. Jika seorang guru
suatu saat memiliki kekurangan dalam hal-
hal tertentu, maka guru yang bersangkutan
dituntut untuk belajar meningkatkan
kompetensinya baik melalui jalur pendidikan
dan latihan maupun belajar mandiri dengan
melakukan diskusi dengan teman sejawat
secara intensif. Dalam program semester
guru menyusun rencan penyampaian bahan
ajar, dan bagian akhir tersebut sudah benar-
benar dikuasai oleh guru baik pangajaran di
kelas maupun suatu percobaan yang akan
dilaksanakan di laboratorium atau tempat
42
lain yang ditunjuk sebagai tempat belajar
peserta didik.
B. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Pengertian pelaksanaan pembelajaran
Pengertian pembelajaran menurut para
ahli diantaranya menurut Warsita (2008:85)
adalah “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.
Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.
Menurut Sudjana (2004:28) “Pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang
sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar
terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua
pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar)
dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan
kegiatan membelajarkan”. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar
aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar”. Dan menurut Trianto (2010:17)
“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan
manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya
dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel
43
dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna
kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan
interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangkan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarakan definisi pembelajaran diatas
dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah
proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu
siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang
manusia serta dapat berlaku di manapun dan
kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, namun mempunyai
arti yang berbeda. Pengajaran memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Guru berceramah
sedangkan siswa hanya sebagai pendengar
sehingga interaksi antara guru dengan siswa
dalam proses pengajaran masih belum maksimal.
Pembelajaran yang baik harus ada interaksi
44
antara guru dengan siswa. Untuk memperoleh
pembelajaran yang baik sehingga terjadi interaksi
berupa tanya jawab antara guru maupun siswa
membutuhkan suatu alat bantu pembelajaran
berupa media pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran dan dapat
mempermudah guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran maupun saat ingin
mengilustrasikan cara kerja maupun ilustrasi
yang lainnya.
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses
yang diatur sedemikian rupa menurut langkah –
langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai
hasil yang diharapkan (Nana Sudjana, 2010:136).
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010:1)
pelaksanaan pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa. Interaksi yang bernilai edukatif
dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pelaksanaan pembelajaran dimulai.
2. Dasar hukum pelaksanaan pembelajaran
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN),
pasal 19, dinyatakan bahwa:
(i) Proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
45
menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
(ii) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dalam proses pembelajaran
pendidik memberikan keteladanan.
(iii) Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses bahwa standar proses
untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran
dan pengawasan proses pembelajaran.
3. Komponen pelaksanaa pembelajaran
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses
sudah tentu harus dapat mengembangkan dan
menjawab beberapa persoalan yang mendasar.
Keempat persoalan (tujuan, bahan, metode, alat
peraga, serta penilaian) menjadi komponen
46
utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar
mengajar. Secara skematis keempat komponen
tersebut dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut :
Bagan 2.2 : Interelasi komponen pengajaran
( Nana Sudjana, 2010 : 30 )
a. Tujuan
Dalam proses belajar-mengajar
merupakan komponen pertama yang harus
ditetapkan dalam proses pengajaran yang
Tujuan
Bahan Metode dan Alat
Penilaian
47
berfungsi sebagai indikator keberhasilan
pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya adalah
rumusan tingkah laku dan kemampuan yang
harus dicapai dan dimiliki siswa seteleh
mereka menyelesaikan pengalaman dan
kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi
tujuan pengajaran pada intinya adalah hasil
belajar yang diharapkan. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran maka ada tujuan yang
dibuat oleh guru, untuk mencapai tujuan
pembelajaran maka guru harus
memperhatikan beberapa hal antara lain
(Nana Sudjana, 2010 : 63).
(i) Luas dan dalamnya bahan yang akan di
ajarkan.
(ii) Waktu yang tersedia
(iii) Sarana belajar seperti buku pelajaran,
alat bantu dan lain-lain
(iv) Tingkat kesulitan bahan dan tingkat
permasalahan siswa
Ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi dalam merumuskan tujuan
pembelajaran antara lain :
(i) Rumusan tujuan harus berpusat pada
perubahan tingkah laku siswa
(ii) Rumusan tujuan pembelajaran harus
berisikan tingkah laku operasional, yang
artinya dapat diukur saat itu juga
(iii) Rumusan tujuan berisikan tentang
makana dari pokok bahasan yang akan
diajarkan saat itu.
48
b. Bahan
Tujuan yang jelas dan oprasional dapat
ditetapkan bahan pelajaran yang harus
menjadi isi kegiatan belajar-mengajar. Bahan
pelajaran inilah yang diharapkan dapat
mewarnai tujuan, mendukung tercapai
tujuan atau tingkah laku yang diharapkan
untuk dimiliki siswa. Menurut nana sudjana
(2010: 69), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan bahan
pembelajaran antara lain :
(i) Bahan harus sesuai dan menunjang
tercapainya tujuan
(ii) Bahan yang ditulis dalam perencanaan
mengajar terbatas pada
(iii) konsep saja sehingga tidak perlu ditulis
secara rinci
(iv) Menetapkan bahan pembelajaran harus
sesuai dengan urutan tujuan.
(v) Urutan bahan hendaknya
memperhatikan kesinambungan antara
bahan yang satu dengan bahan yang
lain.
(vi) Bahan disusun dari yang sederhana
menuju yang kompleks, dari yang
mudah menuju yang sulit, dari yang
konkrit menuju yang abstrak.
(vii) Sifat bahan ada yang faktual dan ada
yang konseptual, Bahan yang faktual
sifatnya konkret dan mudah diingat,
sedangkan bahan yang konseptual
49
berisikan konsep – konsep abstrak dan
memerlukan pemahaman.
c. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat
berlangsung pembelajaran (Sudjana,
2005:76). Metode pembelajaran akuntansi
adalah cara atau pendekatan yang
dipergunakan dalam menyajikan atau
menyampaikan materi pelajaran akuntansi.
Menempati peranan yang tak kalah penting
dalam proses belajar mengajar. Dalam
pemilihan metode apa yang tepat, guru harus
melihat situasi dan kondisi siswa serta materi
yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar daya
serap peserta didik tidaklah sama. Dalam
menghadapi perbedaan tersebut, strategi
pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan.
Strategi belajar mengajar adalah pola umum
perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan
mewujudkan kegiatan belajar mengajar
(Hasibuan, 2004:3). Metode pembelajaran
merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menghadapi masalah tersebut sehingga
pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai
dengan baik. Dengan pemanfaatan metode
yang efektif dan efisien, guru akan mampu
mencapai tujuan pengajaran.
50
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru
sebagai alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode dan alat yang
digunakan dalam pengajaran dipilih atas
dasar tujuan dan bahan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat
berfungsi sebagai jembatan atau media
transformasi pelajaran terhadap tujuan yang
ingin dicapai. Metode dan alat yang
digunakan harus betul efektif dan efisien.
(i) Faktor-faktor yang mempengaruhi
metode pembelajaran
Sebagai suatu cara, metode
tidaklah berdiri sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru
akan lebih mudah menetapkan metode
yang paling serasi untuk situasi dan
kondisi yang khusus dihadapinya, jika
memahami sifat-sifat masing-masing
metode tersebut. Menurut Winarno
Surakhmad dalam Djamarah (2002:89)
pemilihan dan penentuan metode
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sebagai berikut:
(a) Anak didik
Anak didik adalah manusia
berpotensi yang menghajatkan
pendidikan. Disekolah, gurulah yang
berkewajiban mendidiknya.
51
Perbedaan individual anak didik
pada aspek biologis, intelektual,
psikologis mempengaruhi pemilihan
dan penentuan metode pembelajaran
mana yang sebaiknya guru ambil
untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kreatif demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
(b) Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang
dituju dari setiap kegiatan belajar-
mengajar. Tujuan dalam pendidikan
dan pengajaran ada berbagai jenis,
ada tujuan instruksional, tujuan
kurikuler, tujuan institusional dan
tujuan pendidikan nasional. Metode
yang dipilih guru harus sejalan
dengan taraf kemampuan anak didik
dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
(c) Situasi
Situasi kegiatan belajar
mengajar yang guru ciptakan tidak
selamanya sama dari hari ke hari.
Guru harus memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan
situasi yang diciptakan itu.
(d) Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang
mempengaruhi pemilihan dan
52
penentuan metode pembelajaran.
Fasilitas adalah kelengkapan yang
menunjang belajar anak didik di
sekolah. Misalnya ketiadaan
laboratorium Bahasa Inggris untuk
praktek kurang mendukung
penggunaan metode eksperimen.
(e) Guru
Setiap guru mempunyai
kepribadian yang berbeda. Latar
pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap
berbagai jenis metode menjadi
kendala dalam memilih dan
menentukan metode
(ii) Syarat-syarat metode pembelajaran
Menurut Ahmadi dalam (Asih,
2007:20) syarat-syarat yang harus
diperhatikan dalam penggunaan metode
mengajar adalah:
(a) Metode mengajar harus dapat
membangkitkan motif, minat atau
gairah belajar siswa.
(b) Metode mengajar harus dapat
menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
(c) Metode mengajar harus dapat
memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mewujudkan hasil karya.
53
(d) Metode mengajar harus dapat
merangsang keinginan siswa untuk
belajar lebih lanjut, melakukan
eksplorasi dan inovasi
(pembaharuan).
(e) Metode mengajar harus dapat
mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh
pengetahuan melalui usaha pribadi.
(f) Metode mengajar harus dapat
meniadakan penyajian yang bersifat
verbalitas dan menggantinya dengan
pengalaman atau situasi yang nyata
dan bertujuan.
(g) Metode mengajar harus dapat
menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai dan sikap-sikap utama
yang diharapkan dalam kebiasaan
cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
(iii) Macam-macam metode pembelajaran
Proses belajar-mengajar yang
baik, hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode pembelajaran
secara bergantian atau saling bahu
membahu satu sama lain. Masing-
masing metode ada kelemahan dan
kelebihannya. Tugas guru ialah memilih
berbagai metode yang tepat untuk
menciptakan proses belajar-mengajar.
Menurut Djamarah (2002:93-110)
54
macam-macam metode pembelajaran
adalah sebagai berikut:
(a) Metode proyek
Metode proyek adalah cara
penyajian pelajaran yang bertitik
tolak pada suatu masalah, kemudian
dibahas dari berbagai segi
pemecahannya secara keseluruhan
dan bermakna. Penggunaan metode
ini bertitik tolak dari anggapan
bahwa pemecahan masalah perlu
melibatkan bukan hanya satu mata
pelajaran, melainkan hendaknya
melibatkan berbagai mata pelajaran
yang ada kaitannya dengan
pemecahan masalah tersebut.
(b) Metode eksperimen
Metode eksperimen (perco-
baan) adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Siswa dituntut untuk
mengalami sendiri, mencari
kebenaran atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil dan menarik
kesimpulan atau proses yang
dialaminya itu.
(c) Metode tugas atau resitasi
55
Metode resitasi (penugasan)
adalah metode penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberikan
tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Metode ini
diberikan karena materi pelajaran
banyak sementara waktu sedikit.
Agar materei pelajaran selesai sesuai
dengan waktu yang ditentukan,
maka metode inilah yang biasanya
digunakan oleh guru. Tugas ini
biasanya bisa dilaksanakan di
rumah, disekolah, diperpustakaan,
dan di tempat lainnya. Tugas dan
resitasi merangsang anak untuk aktif
belajar, baik individu maupun
kelompok, tugas yang diberikan
sangat banyak macamnya
tergantung dari tujuan yang hendak
dicapai.
(d) Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara
penyajian pelajaran, dimana siswa-
siswa dihadapkan pada suatu
masalah yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan
secara bersama. Teknik diskusi
adalah salah satu teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru di sekolah. Dalam
diskusi terjadi interaksi, tukar
56
menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah dan siswa
menjadi aktif.
(e) Metode sosiodrama
Metode sosiodrama dan role
playing dapat dikatakan sama dalam
pemakaiannya sering
disilihgantikan. Sosiodrama pada
dasarnya mendramatisasi tingkah
laku dalam hubungannya dengan
masalah sosial.
(f) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah
cara penyajian bahan pelajaran
dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa
suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya ataupun tiruan dengan
lisan. Dengan metode demonstrasi,
proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan berkesan secara
mendalam sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan
sempurna.
(g) Metode problem solving
Metode problem solving bukan
hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode
berfikir sebab dalam metode problem
solving dapat menggunakan metode-
57
metode lainnya yang dimulai dari
mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
(h) Metode karya wisata
Karyawisata dalam arti metode
mengajar mempunyai arti tersendiri
yang berbeda dalam arti umum.
Karyawisata di sini berarti
kunjungan ke luar kelas dalam
rangka belajar. Teknik karya wisata
adalah teknik mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajar siswa
kesuatu tempat atau objek tertentu
diluar sekolah untuk mempelajari
atau menyelidiki sesuatu.
(i) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah
cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada
siswa, tetapi dapat pula dari siswa
kepada guru. Metode tanya jawab
memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat
dua arah sebab pada saat yang sama
terjadi dialog antara guru dan siswa.
(j) Metode latihan
Metode latihan maerupakan
suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Metode ini dapat juga
58
digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan
dan keterampilan.
(k) Metode ceramah
Metode ceramah adalah
metode tradisional, karena sejak
dulu dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru
dengan siswa dalam proses belajar
mengajar. Dalam metode ceramah
dibutuhkan keaktifan guru dalam
kegiatan pengajaran. Metode ini
banyak digunakan pada pengajar
yang kekurangan fasilitas.
Setiap metode pembelajaran
mempunyai keunggulan dan kelemahannya
sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang
variatif dan sesuai dengan materi serta tujuan
pembelajaran dapat membuat siswa senang
dan termotivasi untuk belajar. Metode
tersebut harus dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran
yang diberikan oleh guru.
d. Alat peraga/media
(i) Pengertian alat peraga
(a) Menurut Sudjana (2009) Pengertian
alat peraga pendidikan adalah suatu
alat yang dapat diserap oleh mata dan
59
telinga dengan tujuan membantu guru
agar proses belajar mengajar siswa
lebih efektif dan efisien.
(b) Faizal (2010) mendefinisikan alat
peraga pendidikan sebagai instrument
audio maupun visual yang digunakan
untuk membantu proses
pembelajaran menjadi lebih menarik
dan membangkitkan minat siswa
dalam mendalami suatu materi.
(c) Wijaya dan Rusyan, 1994 yang
dimaksud alat peraga pendidikan
adalah media pendidikan berperan
sebagai perangsang belajar dan dapat
menumbuhkan motivasi belajar
sehingga siswa tidak menjadi bosan
dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
(d) Nasution, 1985 alat peraga
pendidikan adalah alat pembantu
dalam mengajar agar efektif”.
(e) Suhardi (1978) Pengertian alat peraga
pendidikan atau Audio-Visual Aids
(AVA) adalah media yang
pengajarannya berhubungan dengan
indera pendengaran.
(f) Sumad (1972) mengemukakan bahwa
alat peraga atau AVA adalah alat
untuk memberikan pelajaran atau
yang dapat diamati melalui panca
indera. Alat peraga merupakan salah
satu dari media pendidikan adalah
60
alat untuk membantu proses belajar
mengajar agar proses komunikasi
dapat berhasil dengan baik dan
efektif.
(g) Amir Hamzah, 1981 bahwa alat peraga
pendidikan adalah adalah alat-alat
yang dapat dilihat dan didengar untuk
membuat cara berkomunikasi
menjadi efektif”. Sedangkan yang
dimaksud dengan alat peraga
menurut Nasution (1985: 95) adalah
“alat bantu dalam mengajar lebih
efektif”.
Dari uraian-uraian di atas jelaslah
bahwa pengertian alat peraga pendidikan
adalah merupakan segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa.
Secara ringkas, proses
pembelajaran memerlukan media yang
penggunaannya diintegrasikan dengan
tujuan dan isi atau materi pelajaran yang
dimaksudkan untuk mengoptimalkan
pencapaian suatu tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Fungsi media
pendidikan atau alat peraga pendidikan
dimaksudkan agar komunikasi antara
guru dan siswa dalam hal penyampaian
61
pesan, siswa lebih memahami dan
mengerti tentang konsep abstrak yang
diinformasikan kepadanya. Siswa yang
diajar lebih mudah memahami materi
pelajaran jika ditunjang dengan alat
peraga pendidikan.
(ii) Tujuan dan manfaat alat peraga
(a) Alat peraga pendidikan bertujuan agar
proses pendidikan lebih efektif dengan
jalan meningkatkan semangat belajar
siswa.
(b) Alat peraga pendidikan memungkin-
kan lebih sesuai dengan perorangan,
dimana para siswa belajar dengan
banyak kemungkinan sehingga belajar
berlangsung sangat menyenangkan
bagi masing-masing individu.
(c) Alat peraga pendidikan memiliki
manfaat agar belajar lebih cepat
segera bersesuaian antara kelas dan
diluar kelas,
(d) Alat peraga memungkinkan mengajar
lebih sistematis dan teratur.
(iii) Manfaat alat bantu/peraga
(a) Menimbulkan minat sasaran
pendidikan
(b) Mencapai sasaran yang lebih banyak
(c) Membantu dalam mengatasi berbagai
hambatan dalam proses pendidikan
(d) Merangsang masyarakat atau sasaran
pendidikan untuk mengim-
62
plementasikan atau melaksanakan
pesan-pesan kesehatan atau pesan
pendidikan yang disampaikan
(e) Membantu sasaran pendidikan untuk
belajar dengan cepat dan belajar lebih
banyak materi/bahan yang
disampaikan
(f) Merangsang sasaran pendidikan
untuk dapat meneruskan pesan-
pesan yang disampaikan pemateri
kepada orang lain
(g) Mempermudah penyampaian bahan/
materi pendidikan/informasi oleh
para pendidik atau pelaku pendidikan
(h) Mempermudah penerimaan informasi
oleh sasaran pendidikan. Seperti
diuraikan di atas, bahwa pengetahuan
yang ada pada seseorang diterima
melalui panca indera. Berdasarkan
penelitian para ahli, bahwa indera
yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke dalam otak adalah
mata. Kurang lebih 75 % sampai 87 %
dari pengetahuan manusia diperoleh/
disalurkan melalui mata. Sedangkan
13 % sampai 25 % lainnya diperoleh
atau tersalur melalui indera yang lain.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa
alat-alat peraga/media/alat bantu
visual akan lebih mempermudah cara
penyampaian dan penerimaan
63
informasi atau bahan atau materi
pendidikan.
(i) Dapat mendorong keinginan orang
untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami, dan akhirnya
mendapatkan pengertian yang lebih
baik. Orang yang melihat sesuatu
yang memang diperlukan tentu akan
menarik perhatiannya. Dan apa yang
dilihat dengan penuh perhatian akan
memberikan pengertian bru baginya,
yang merupakan pendorong untuk
melakukan atau memakai sesuatu
yang baru tersebut.
(j) Membantu menegakkan pengertian/
informasi yang diperoleh. Sasaran
pendidikan di dalam memperoleh atau
menerima sesuatu yang baru,
manusia mempunyai kecenderungan
untuk melupakan atau lupa. Oleh
sebab itu, untuk mengatasi hal
tersebut, AVA (Audio Visual Aid alat
bantu/peraga audio visual) akan
membantu menegakkan pengeta-
huan-pengetahuan yang telah
diterima oleh sasaran pendidikan
sehingga apa yang diterima akan lebih
lama tersimpan di dalam ingatan.
e. Penilaian
64
Untuk menetapkan apakah tujuan
belajar telah tercapai atau tidak maka
penilaianlah yang harus memainkan peran
dan fungsinya. Dengan perkataan lain bahwa
penilaian berperan sebagai barometer untuk
mengukur tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Itulah sebabnya fungsi
penilaian pada dasarnya untuk mengukur
tujuan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan guru dalam penilaian menurut
nana sudjana (2010:117) antara lain :
(i) Penilaian harus dilakukan secara
berlanjut.
(ii) Dalam proses mengajar penilaian dapat
dilakukan dengan tiga tahap yaitu Pre-
test yaitu tes kepada siswa sebelum
pelajaran dimulai, Mid-test yaitu tes yang
diberikan pada pertengahan
pelaksanaan pembelajaran dan Post-test
yaitu tes yang diberikan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
(iii) Penilaian dilakukan tidak hanya didalam
kelas melainkan juga diluar kelas
terutama pada tingkah laku.
(iv) Untuk memperoleh gambaran objektif
penilaian sebaiknya dilakukan penilaian
tes dan non tes.
4. Aspek pembelajaran
Menurut Ela Yulaelawati (2007:71) aspek
pembelajaran digolongkan menjadi tiga asek yang
65
berkaitan dan saling melengkapi, aspek tersebut
meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif digolongkan menjadi enam
tingkatan, dari pengetahuan sederhana atau
penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai
tingkatan yang paling rendah ke penilaian
(evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak
sebagai tingkatan yang paling tinggi.
(i) Pengetahuan, didefinisikan sebagai ingatan
terhadap hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya. Kemampuan ini merupakan
kemampuan awal meliputi kemampuan
mengetahui sekaligus menyampaikan
ingatanya bila diperlukan. Hal ini termasuk
mengingat bahan-bahan, benda, fakta,
gejala, dan teori. Hasil dari pengetahuan
merupakan tingkatan rendah. Contoh kata
kerja: meniru, menyabutkan, menghafal,
mengulang, mengenali, mendaftar,
mengurutkan, mmenyadari, menyusun,
mengaitkan, dan mereproduksi.
(ii) Pemahaman, didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memahami materi/
bahan. Proses pemahaman terjadi karena
adanya kemampuan menjabarkan suatu
materi/bahan ke materi /bahan lain.
Seorang yang mampu memahami sesuatu
antara lain mampu menjelaskan narasi
(pernyataan kosakata) ke dalam angka,
66
dapat menafsirkan sesuatu melalui
pernyataan dengan kalimat sendiri atau
dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat
dilanjutkan dengan kemampuan
memperkirakan kecenderungan, kemam-
puan meramalkan akibat-akibat dari
berbagai penyeban suatu gejala. Hasil
belajar dari pemahaman lebih maju dari
ingatan sederhana, hafalan atau
pengetahuan tingkat rendah. Contoh kata
kerja: menjelaskan, mengemukakan,
menerangkan, menguraikan, memillih,
menunjukan, menyatakan, memihak,
menempatkan, mengenali, menguji ulang,
menurunkan dan menjabarkan.
(iii) Penerapan, merupakan kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari
dan dipahami ke dalam situasi konkret,
nyata, atau baru. Kemampuan ini
mencakup penggunaan pengetahuan,
aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum dan
teori. Hasil belajar dari kemampuan
penerapan ini tingkatanya lebih tinggi dari
pemhaman. Contoh kata kerja:
menerapkan, menggunakan, memilih,
menentukan, mendemonstrasikan, mendre-
matisasi, mengajukan permohonan,
menafsirkan, mempraktikan, menjadwal-
kan, mensketsan, mencari jawaban dan
menulis.
67
(iv) Analisis, merupakan kemampuan untuk
menguraikan materi dalam bagian-bagian
atau komponen-komponen yang lebih
terstruktur dan mudah dimengerti.
Kemampuan menganalisis termasuk
mengidentifikasi bagian-bagian, mengana-
lisis kaitan antar bagian, serta mengenali
atau mengemukakan organiasi dan
hubungan antar bagian tersebut. Hasil
belajar analisis merupakan tingkatan
kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan
mamahami dan menerapkan, karena untuk
memiliki kemampuan menganalisis,
seseorang harus mampu memahami
isi/substansi sekaligus struktur
organisasinya. Contoh kata kerja:
membedakan, membandingkan, mengolah,
menganalisis, memberi harga/nilai,
mengategorikan, mengontraskan, men-
deversifikasikan, mengkritik, mengung-
gulkan, melakukan pengujian, melakukan
percobaan, mempertanyakan dan
mengetes.
(v) Sintesis, merupakan kemampuan untuk
mengumpulkan bagian bagian menjadi
suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh.
Kemampuan ini meliputi memproduksi
bentuk komunikasi yang unik dari segi
tema dan cara mengkomunikasikanya,
mengajukan proposal penelitian, membuat
model atau pola yang mencerminkan
68
struktur yang utuh dan menyeluruh dari
keterkaitan pengertian atau informasi
abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan
pada perilaku kreatif dengan
mengutamakan perumusan pola atau
struktur yang baru dan unik. Contoh kata
kerja: menyiapkan, menyusun, mengoleksi,
menulis, mengubah, mengkonstruksi,
merancang, menciptakan, mendesain,
merumuskan, membangun, mengelola,
mengorganisasikan, merencanakan, meng-
ajukan proposal, membentuk, membuat
pola atau model dan menulis.
(vi) Penilaian, merupakan kemampuan untuk
memperkirakan dan menguji nilai atau
materi (pernyataan, novel, puisi, laporan
penelitian) untuk tujuan tertentu. Penilaian
didasari dengan kriteria yang
terdefinisikan. Kriteria terdefinisi ini
mencakup kriterai internal (organisasi) atau
kriteria eksternal (terkait dengan tujuan)
yang telah ditentukan. Peserta didik dapat
menentukan kriteria sendiri atau
memperoleh kriteria dari narasumber. Hasil
belajar penilaian merupakan tingkatan
kognitif paling tinggi sebab berisi tentang
unsur-unsur dari semua kategori,
termasuk kesadaran untuk melakukan
pengujian yang sarat akan nilai dan
kejelasan kriteria. Contoh kata kerja:
menghargai, menyanggah, menilai,
69
menguji, mengintegrasikan, memper-
tahankan, me-ramalkan, mendukung,
memilih dan mengevaluasi.
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah yang paling populer
dan banyak digunakan, khartwohl
mengurutkan ranah afektif berdasarkan
penghayatan. Penghayatan tersebut
berhubungan dengan proses ketika perasaa
seseorang beralih dari kesadaran umum ke
penghayatan yang mengatur perilakunya
secara konsisten terhadap sesuatu.
(i) Penerimaan, merupakan kesadaran atau
kesepakatan yang disertai keinginan untuk
menenggang atau bertoleransi terhadap
suatu gagasan, benda atau gejala. Hasil
belajar penerimaan merupakan pemilikan
kemampuan untuk membedakan dan
menerima perbedaan. Contoh: menunjukan
penerimaan dengan mengiyakan,
mendengarkan dan menanggapi sesuatu.
(ii) Penanggapan, merupakan kemampuan
memberikan tanggapan atau respon
terhadap suatu gagasan, benda, bahan atau
gejala tertentu. Hasil belajar penanggapan
merupakan suatu komitmen untuk
berperan serta berdasarkan penerimaan.
Contoh: mematuhi, menuruti, tunduk,
mengikuti, mengomentari, bertindak
70
sukarela, mengisi waktu senggang atau
menyambut.
(iii) Penghitungan atau penilaian, merupakan
kemampuan memberi penilaian atau
perhitungan terhadap gagasan, bahan,
benda, atau gejala. Hasil belajar
penghitungan atau penilaian merupakan
keinginan untuk diterima, diperhitungkan
dan dinilai oleh orang lain. Contoh:
meningkatkan kelancaran berbahasa atau
dalam berinteraksi, menyerahkan,
melepaskan sesuatu, membantu,
menyambung, mendukung dan mendebat.
(iv) Pengaturan atau penggolongan, merupakan
kemampuan mengatur atau mengelola
berhubungan dengan tindakan perhitungan
atau menilai yang telah dimiliki. Hasil
belajarnya merupakan kemampuan
mengatur dan mengelola sesuatu secara
harmonis dan konsisten berdasarkan
pemilikan filosofi yang dihayati. Contoh:
mendiskusikan, menteorikan,
merumuskan, membangun opini,
menyeimbangkan dan menguji.
(v) Bermuatan nilai, merupakan tindakan
puncak dalam perwujudan perilaku
seseorang yang secara konsisten sejalan
dengan nilai atau seperangkat nialai-nilai
yang dihayatinya secara mendalam. Hasil
belajarnya merupakan perilaku seimbang,
harmonis dan bertanggung jawab dengan
71
standar nilai yang tinggi. Contoh:
memperbaiki, membutuhkan, menem-
patkan pada standar yang tinggi,
mencegah, berani menolak, mengelola, dan
mencari penyelesaian dari suatu masalah.
c. Ranah Psikomotorik
Pengelolaan ranah psikomotor menurut
derajat koordinasi yang meliputi koordinasi
ketaksengajaan dan kemampuan yang
dilatihkan. Dimulai dengan refleks yang
sederhana pada tingkatan rendah ke gerakan
saraf otot yang lebih kompleks pada tingkatan
tertinggi.
(i) Gerakan refleks, merupakan tindakan yang
ditujukan tanpa belajar dalam menanggapi
stimulus. Contoh: merentangkan,
memperluas, melentur-kan, meregangkan
dan menyesuaikan postur tubuh dengan
keadaan.
(ii) Gerakan Dasar, merupakan pola gerakan
yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan
campuran gerakan refleks dan gerakan yang
lebih kompleks. Contoh: berlari, berjalan,
mendorong, menelikung, menggenggam,
mencekal, menyambar dan menggunakan
atau memanipulasi.
(iii) Gerakan tanggap (perceptual), merupakan
penafsiran terhadap segala rangsangan yang
72
membuat seseorang mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungan. Hasil belajar
berupa kewaspadaan berdasarkan
perhitungan dan kecermatan. Contoh:
wasapada, kecermatan melihat, mendengar,
dan bergerak, atau ketajaman dalam
melihat perbedaan, misalnya pada gerakan
terkoordinasi seperti meloncat, bermain tali,
menyepak dan menggalah.
(iv) Kegiatan Fisik, merupakan kegiatan yang
memerlukan kekuatan otot, kekuatan
mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan
dan kekuatan suara. Contoh: semua
kegiatan fisik yang memerlukan dalam
jangka panjang dan berat, penggerakan otot,
gerakan sendi yang cepat, serta gerakan
yang cepat dan tepat.
(v) Komunikasi tidak berwacana, merupakan
komunikasi
(vi) Melalui gerakan tubuh. Gerakan ini
merentang dari ekspresi mimik muka
sampai dengan gerakan koreografi yang
rumit.
5. Tahap pelaksanaan pembelajaran
Tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
a. Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
73
(i) Menyiapkan Peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
(ii) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari.
(iii) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai.
(iv) Menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan ini dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini
menggunakan metode yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, yang meliputi proses
kolaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi.
(i) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
(a) Melibatkan peserta didik mencari
informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang
akan dipelajari dengan
74
menerapkan prinsip alam
takambang dan belajar dari aneka
sumber.
(b) Menggunakan beragam pende-
katan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar
lain.
(c) Memfasilitasi terjadinya interaksi
antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar
lainya.
(d) Melibatkan peserta didik secara
aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
(e) Memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau
lapangan.
(ii) Elaborasi
Dalam Kegiatan elaborasi, guru:
(a) Membiasakan peserta didik
membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna.
(b) Memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis.
75
(c) Memberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis, menyele-
saikan masalah, dan bertindak
tanpa rasa takut.
(d) Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif.
(e) Memfasilitasi peserta didik
berkompetensi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi
belajar.
(f) Memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik secara lisan
maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok.
(g) Memfasilitasi peserta didik
melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang
dihasilkan.
(h) Memfasilitasi peserta didik
melakukan kegiatan menum-
buhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
(iii) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
(a) Memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik.
76
(b) Memberikan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai
sumber.
(c) Memfasilitasi peserta didik
melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan.
(d) Memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar yang berfungsi.
c. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
(i) Bersama-sama dengan peserta didik
dan/atau sendiri membuat rangkuman/
simpulan pelajaran.
(ii) Melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram.
(iii) Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
(iv) Merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik
individual maupun kelompok sesuai
dengan belajar peserta didik.
(v) Menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
77
C. Penilaian Hasil Pembelajaran
Didalam BSNP dijelaskan bahwa penilaian
adalah prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja
peserta didik, hasil penilaian digunakan untuk
melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan
terhadap ketuntasan belajar siswa dan efektivitas
proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai
bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar,
dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian
dilakukan secara konsisten, sistematik, dan
terprogram dengan menggunakan tes dan non tes
dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio,
dan penilaian diri. Penilaian hasil belajar
menggunakan standar penilaian pendidikan dan
panduan penilaian kelompok mata pelajaran.
Standar nasional pendidikan
mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Sehubungan dengan penilaian
pembelajaran ini, Moekijat (1992 dalam Mulyasa
78
2006) mengemukakan teknik penilaian
pembelajaran yang mencakup aspek pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap sebagai berikut:
1. Penilaian belajar pengetahuan dapat dilakukan
dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian
pertanyaan.
2. Penilaian belajar ketrampilan dapat dilakukan
dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan
analisis tugas, serta penilaian oleh peserta didik
sendiri.
3. Penilaian belajar sikap dapat dilakukan dengan
daftar isian sikap dari diri sendiri dan daftar isian
sikap yang disesuaikan dengan tujuan program.
Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta
didik didasarkan pada data sahih yang diperoleh
melalui prosedur dan instrumen yang memenuhi
persyaratan dengan mendasarkan diri pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Mendidik
Proses penilaian hasil belajar harus mampu
memberikan sumbangan positif pada peningkatan
pencapaian hasil belajar peserta didik, dimana
hasil penilaian harus dapat memberikan umpan
balik dan motivasi kepada peserta didik untuk
lebih giat belajar.
b. Terbuka atau transparan
Prosedur penilaian, kriteria penilaian ataupun
dasar pengambilan keputusan harus disampaikan
secara transparan dan diketahui oleh pihak-pihak
terkait secara obyektif.
c. Menyeluruh
79
Penilaian hasil belajar yang dilakukan harus
meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan
dinilai yang terdiri dari ranah pengetahuan
kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai
afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak.
d. Terpadu dengan pembelajaran
Dalam melakukan penilaian kegiatan
pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif,
afektif, dan psikomotor, sehingga penilaian tidak
hanya dilakukan setelah siswa menyelesaikan
pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses
pembelajaran.
e. Obyektif
Proses penilaian yang dilakukan harus
meminimalkan pengaruh-pengaruh atau
pertimbangan subyektif dari penilai.
f. Sistematis
Penilaian harus dilakukan secara terencana dan
bertahap serta berkelanjutan untuk dapat
memperoleh gambaran tentang perkembangan
belajar siswa.
g. Berkesinambungan
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
sepanjang rentang waktu pembelajaran.
h. Adil
Proses penilaian tidak ada siswa yang
diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar
80
belakang sosial ekonomi, agama, budaya, bahasa,
suku bangsa, warna kulit, dan gender.
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan
kriteria
Menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pedoman Penilaian oleh Pendidik BSNP dalam
pedoman umum penilaian juga mengemukakan
adanya standar penilaian oleh pendidik dan standar
penilaian oleh satuan pendidikan. Standar penilaian
oleh pendidik merupakan standar yang mencakup
standar umum, standar perencanaan, standar
pelaksanaan penilaian, standar pengolahan dan
penyajian hasil penilaian serta tindak lanjutnya,
yang masing-masing bagian dapat dijabarkan
sebagai berikut:
(i) Standar umum penilaian adalah aturan main
dari aspek-aspek umum dalam pelaksanaan
penilaian, sehingga untuk melakukan penilaian
pendidik harus selalu mengacu pada standar
umum penilaian ini. BSNP menjabarkan standar
umum penilaian ini dalam prinsip-prinsip
sebagai berikut:
(a) Pemilihan teknik penilaian yang disesuaikan
dengan karakteristik mata pelajaran serta
jenis informasi yang ingin diperoleh dari
peserta didik.
(b) Informasi yang dihimpun mencakup ranah-
ranah yang sesuai dengan standar isi dan
standar kompetansi lulusan.
81
(c) Informasi mengenai perkembangan perilaku
peserta didik dilakukan secara berkala pada
kelompok mata pelajaran masing-masing.
(d) Pendidik harus selalu mencatat perilaku
siswa yang menonjol baik yang bersifat
positif maupun negatif dalam buku catatan
perilaku.
(e) Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali
ulangan harian menjelang ulangan tengah
semester dan tiga kali menjelang ulangan
akhir semester.
(f) Pendidik harus menggunakan teknik
penilaian yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan.
(g) Pendidik harus selalu memeriksa dan
memberi balikan kepada peserta didik atas
hasil kerjanya sebelum memberikan tugas
lanjutan.
(h) Pendidik harus memiliki catatan komulatif
tentang hasil penilaian untuk setiap siswa
yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Pendidik harus pula mencatat semua
kinerja siswa, untuk menentukan
pencapaian kompetensi siswa.
(i) Pendidik melakukan ulangan tengah dan
akhir semester untuk menilai penguasaan
kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam
Standar kompetensi (SI) dan standar lulusan
(SL).
(j) Pendidik yang diberi tugas menangani
pengembangan diri harus melaporkan
82
kegiatan siswa kepada wali kelas untuk
dicantumkan jenis kegiatan pengembangan
diri pada buku laporan pendidikan.
(k) Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi siswa
dan tidak disampaikan pada pihak lain
tanpa seijin yang bersangkutan maupun
orang tua/ wali murid.
(ii) Standar perencanaan penilaian oleh pendidik
Standar perencanaan penilaian oleh
pendidik merupakan prinsip-prinsip yang harus
dipedomani bagi pendidik dalam melakukan
perancanaan penilaian. BSNP menjabarkannya
menjadi tujuh point sebagai berikut:
(a) Pendidik harus membuat rencana penilaian
secara terpadu dengan silabus dan rencana
pembelajarannya. Perencanaan penilaian
setidak-tidaknya meliputi komponen yang
akan dinilai, teknik yang akan digunakan
serta kriteria pencapaian kompetensi.
(b) Pendidik harus mengembangkan kriteria
pencapaian kompetensi dasar (KD) sebagai
dasar untuk penilaian.
(c) Pendidik menentukan teknik penilaian dan
instrumen penilaiannya sesuai indikator
pencapaian KD;
(d) Pendidik harus menginformasikan se awal
mungkin kepada peserta didik tentang
aspek-aspek yang dinilai dan kriteria
pencapaiannya;
(e) Pendidik menuangkan seluruh komponen
penilaian ke dalam kisi-kisi penilaian;
83
(f) Pendidik membuat instrumen berdasar kisi-
kisi yang telah dibuat dan dilengkapi dengan
pedoman penskoran sesuai dengan teknik
penilaian yang digunakan;
(g) Pendidik menggunakan acuan kriteria
dalam menentukan nilai siswa.
(iii) Standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik
Menurut pedoman umum penilaian yang disusun
oleh BSNP, standar pelaksanaan penilaian oleh
pendidik meliputi:
(a) Pendidik melakukan kegiatan penilaian
sesuai dengan rencana penilaian yang telah
disusun diawal kegiatan pembelajaran;
(b) Pendidik menganalisis kualitas instrumen
dengan mengacu pada persyaratan
instrumen serta menggunakan acuan
kriteria;
a. Pendidik menjamin pelaksanaan
ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadi tindak kecurangan;
b. Pendidik memeriksa pekerjaan peserta
didik dan memberikan umpan balik dan
komentar yang bersifat mendidik.
(iv) Standar pengolahan dan pelaporan hasil
penilaian oleh pendidik. Standar pengolahan dan
pelaporan hasil penilaian, yang ada dalam
pedoman umum penilaian yang disusun oleh
BSNP meliputi:
(a) Pemberian skor untuk setiap komponen
yang dinilai.
84
(b) Penggabungan skor yang diperoleh dari
berbagai teknik dengan bobot tertentu
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
(c) Penentuan satu nilai dalam bentuk angka
untuk setiap mata pelajaran, serta
menyampaikan kepada wali kelas untuk
ditulis dalam buku laporan pendidikan
masing-masing siswa.
(d) Pendidik menulis deskripsi naratif tentang
akhlak mulia, kepribadian dan potensi
peserta didik yang disampaikan kepada wali
kelas.
(e) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan
hasil penilaiannya dalam rapat dewan guru
untuk menentukan kenaikan kelas.
(f) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan
hasil penilaian kepada rapat dewan guru
untuk menentukan kelulusan peserta didik
pada akhir satuan pendidikan dengan
mengacu pada persyaratan kelulusan
satuan pendidikan.
(g) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan
hasil penilaiannya kepada orang tua/ wali
murid.
(v) Standar pemanfaatan hasil penilaian
Berdasarkan pedoman umum penilaian yang
dikeluarkan oleh BSNP, ada lima standar
pemanfaatan hasil penilaian yaitu:
(a) Pendidik mengklasifikasikan siswa berdasar
tingkat ketuntasan pencapaian standar
85
kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD).
(b) Pendidik menyampaikan balikan kepada
peserta didik tentang tingkat capaian hasil
belajar pada setiap KD disertai dengan
rekomendasi tindak lanjut yang harus
dilakukan.
(c) Bagi siswa yang belum mencapai standar
ketuntasan, pendidik harus melakukan
pembelajaran remidial, agar setiap siswa
dapat mencapai standar ketuntasan yang
dipersyaratkan.
(d) Kepada siswa yang telah mencapai standar
ketuntasan yang dipersyaratkan, dan
dianggap memiliki keunggulan, pendidik
dapat memberikan layanan pengayaan.
(e) Pendidik menggunakan hasil penilaian
untuk mengevaluasi efektifitas kegiatan
pembelajaran dan merencanakan berbagai
upaya tindak lanjut.
Sedangkan didalam standar proses
penilaian pendidikan dijelaskan bahwa penilaian
hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam
bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas.
Standar penilaian dilakukan dengan cara:
1. Penilaian melalui portofolio (Portofolio)
86
Penilaian portofolio merupakan
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
berbagai informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan siswa dalam satu
periode tertentu. Informasi perkembangan
siswa tersebut dapat berupa karya siswa dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik
oleh siswanya, hasil tes (bukan nilai), piagam
penghargaan atau bentuk informasi lain yang
terkait dengan kompetensi tertentu dalam
satu mata pelajaran.
2. Penilaian Melalui Unjuk Kerja (Performance)
Penilaian unjuk kerja merupakan
penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan atau kinerja siswa dalam melakukan
sesuatu. Cara penilaian ini lebih otentik
daripada tes tertulis karena bentuk tugasnya
lebih mencerminkan kemampuan siswa yang
sebenarnya. Semakin banyak kesempatan
guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin
reliable hasil penilaian kemampuan siswa.
Penilaian dengan cara ini lebih tepat
digunakan untuk menilai kemampuan siswa
dalam penyajian lisan (keterampilan
berbicara, berpidato, baca puisi, berdiskusi,
dan sebagainya), pemecahan masalah dalam
suatu kelompok, partisipasi siswa dalam
diskusi kelompok kecil, kemampuan siswa
menari, kemampuan siswa memainkan alat
musik, kemampuan siswa dalam cabang-
cabang olah raga, kemampuan siswa
87
menggunakan peralatan laboratorium,
kemampuan siswa mengoperasikan suatu
alat, dan sebagainya.
3. Penilaian Melalui Penugasan (Proyek/Project)
Penilaian melalui proyek dilakukan
terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang
dilakukan siswa secara individual atau
kelompok untuk periode tertentu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
data. Proyek seringkali melibatkan pencarian
data primer dan sekunder, mengevaluasi
secara kritis hasil penyelidikan, dan
kerjasama dengan orang lain.
Oleh karena itu, proyek sangat
bermanfaat bila digunakan untuk menilai
keterampilan menyelidiki secara umum untuk
segala bidang pembelajaran. Di samping itu,
proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman dan pengetahuan siswa dalam
bidang tertentu, mengetahui kemampuan
siswa mengaplikasikan pengetahuan itu
dalam penyelidikan tertentu, dan mengetahui
kemampuan siswa dalam menginformasikan
subyek tertentu secara jelas.
4. Penilaian Melalui Hasil kerja (Produk/Product)
Penilaian hasil kerja adalah penilaian
terhadap kemampuan siswa membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti
makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar,
88
lukisan, pahatan), barang-barang terbuat dari
kayu, keramik, plastik, logam, dan lain
sebagainya.
Cara ini tidak hanya melihat hasil
akhirnya saja tetapi juga dari proses
pembuatannya, contoh: kemampuan siswa
menggunakan berbagai teknik menggambar,
menggunakan peralatan dengan aman,
membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa
enak, dan lain-lain.
5. Penilaian melalui tes tertulis (paper & pen)
Tes tertulis biasanya diadakan untuk
waktu yang terbatas dan dalam kondisi
tertentu. Tes Tertulis merupakan tes dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal
siswa tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam
bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu
soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda,
dua pilihan, menjodohkan), dan soal dengan
mensuplai jawaban (isian atau melengkapi,
jawaban singkat atau pendek, soal uraian).
Fokus Penilaian hasil pembelajaran bahasa
inggris di SMP N 1 Pabelan yang termaktub dalam
tesis ini merujuk pada Instrumen penilaian kinerja
guru (IPKG 3, IPKG 4 dan IPKG 5) membahas
pokok permasalahan diantaranya :
a. Penilaian Kognitif, psikomotorik dan Afektif
89
Pada umumnya hasil belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu;
ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara
eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Setiap mata
pelajaran selalu mengandung ketiga ranah
tersebut, namun penekanannya selalu
berbeda. Mata pelajaran praktek lebih
menekankan pada ranah psikomotor,
sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep
lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun
kedua ranah tersebut mengandung ranah
afektif.
Ranah psikomotor berhubungan dengan
hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot
dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan aktivitas fisik,
misalnya; menulis, memukul, melompat dan
lain sebagainya. Ranah kognitif berhubungan
erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di
dalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan
kemampuan mengevaluasi. Sedangkan ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti sikap,
minat, konsep diri, nilai dan moral.
Dalam paradigma lama, penilaian
pembelajaran lebih ditekankan pada hasil
(produk) dan cenderung hanya menilai
kemampuan aspek kognitif, yang kadang-
kadang direduksi Sedemikian rupa melalui
90
bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian
dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali
diabaikan. Kemampuan afektif berhubungan
dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk
tanggung jawab, kerjasama, disiplin,
komitmen, percaya diri, jujur, menghargai
pendapat orang lain, dan kemampuan
mengendalikan diri.
Penilaian Kognitif, psikomotorik dan
afektif tertuang dalam instrumen penilaian
kinerja guru (IPKG 3) tentang penilaian hasil
belajar diantaranya :
(i) Penilaian pengetahuan (kognitif)
(1) Merencanakan jumlah ulangan harian
(UH) dalam program semester.
(2) Memiliki penetapan KKM ulangan per
semester (UH, UTS, UAS/UKK)
(3) Memiliki lembar penilaian yang
terdapat kolom perbaikan (remedial)
(4) Memiliki daftar nilai yang dinyatakan
telah tuntas secara klasikal.
(5) Melaksanakan ulangan harian
(tertulis/lisan/kinerja), jumlah nilai
sesuai program semester.
(6) Memiliki daftar kumpulan nilai (DKN)
yang berisi nilai UH, UTS, UAS/UKK,
PT/KMTT, dan nialai akhir (NA).
(7) Memiliki arsip soal UH, UTS,
UAS/UKK yang tersusun dengan baik.
(ii) Penilaian praktik (psikomotorik)
91
(1) Merencanakan jumlah penilaian
praktik untuk setiap semester.
(2) Memiliki penetapan KKM praktik
(3) Memiliki lembar penilaian praktik
(rubrik) yang terdapat indikator.
(4) Memiliki daftar nilai praktik, jumlah
nilai sesuai prencanaan.
(5) Memiliki dokumen hasil kegiatan
praktik (laporan, karya, dll).
(6) Memiliki dokumen soal ulangan
tengah semester (UTS).
(iii) Penilaian sikap (afektif)
(1) Merencanakan teknik pelaksanaan
untuk penilain sikap.
(2) Mengembangakan instrumen pengu-
kuran ranah afektif/sikap (instrumen
sikap, instrumen minat, instrumen
konsep diri, instrumen nilai, atau
instrumen moral).
(3) Memiliki daftar nilai sikap, nilai
berasal dari lembar penilaian (rubrik)
atau instrumen pengukuran ranah
afektif.
(4) Memiliki agenda/catatan perkem-
bangan pribadi siswa terkait dengan
kemajuan/kesulitan belajar selama
proses pembelajaran.
(5) Memiliki dokumen soal ulangan akhir
semester/ulangan kenaikan kelas
(UAS/UKK).
92
b. Analisa penilaian hasil belajar menyangkut
penilaian kognitif dan psikomotorik.
Mengacu pada instrumen penilaian
kinerja guru (IPKG-4) analisis nilai
pengetahuan (kognitif) menyangkut analisis
hasil penilaian ulangan harian (UH), ulangan
tengah semester (UTS), ulangan akhir semester
(UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK),
daftar siswa yang sudah dan belum tuntas
(pencapaian KKM) pada setiap kegiatan
analisis, dan memiliki catatan tentang
pencapaian IPK khsusnya bagi siswa yang
belum mencapai KKM. Sedangkan analisis
nilai praktik (psikomotorik) meliputi analisis
hasil penilaian praktik harian (UH), analisis
hasil penilaian praktik tengah semester (UTS),
analisis hasil penilaian praktik akhir semester
(UAS) dan penilaian praktik kenaikan kelas
(UKK), Memiliki daftar siswa yang sudah dan
belum tuntas (pencapaian KKM) pada setiap
kegiatan analisis dan Memiliki catatan tentang
pencapaian IPK khususnya bagi siswa yang
belum mencapai KKM.
c. Program tindak lanjut menyangkut penilaian
remidial dan pengayaan.
Sebagaimana termaktub dalam
dokumen IPKG 5 tentang instrumen tindak
lanjut pembelajaran diantaranya Komponen
Perbaikan (remedial) memiliki daftar sisiwa
yang mengikuti program perbaikan, memiliki
daftar kompetensi/indikator yang belum
93
dicapai oleh siswa yang mengikuti program
remedial, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran perbaikan (RPPPb),
melaksanakan pembelajaran remedial
(remedial teaching), memiliki soal ulangan
perbaikan, melaksanakan ulangan perbaikan/
tes ulang dan memiliki daftar nilai hasil
ulangan perbaikan. Sedangkan komponen
pengayaan (enrichment) Memiliki daftar siswa
yang mengikuti program pengayaan, memiliki
daftar kompetensi/ indikator yang belum
dicapai oleh siswa yang mengikuti program
pengayaan, menyususn rencana pelaksanaan
pembelajaran pengayaan (RPPPy),
melaksanakan pembelajaran pengayaan
(enrichment teaching), memilki dokumen hasil
program pengayaan (portofolio), dan memiliki
nilai hasil penilaian pengayaan.
D. Kurikulum Tingkat Satun Pendidikan
(KTSP)
1. Pengertian KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi (SI), standar proses, standar
94
kompetensi lulusan (SKL), standar tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan dan
standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan
standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) merupakan acuan utama bagi satuan
pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP
19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan
mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang
pendidikan dasar dan menengah disusun oleh
satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI
dan SKL serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga
harus mengikuti panduan yang disusun oleh
BSNP. Panduan itu terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Panduan Umum yang memuat ketentuan
umum pengembangan kurikulum yang dapat
diterapkan pada satuan pendidikan dengan
mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan
SKL. Termasuk dalam ketentuan umum
adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003
dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan
langkah yang harus diacu dalam
pengembangan KTSP.
95
b. Model KTSP sebagai salah satu contoh hasil
akhir pengembangan KTSP dengan mengacu
pada SI dan SKL dengan berpedoman pada
Panduan Umum yang dikembangkan BSNP.
Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat
mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai
referensi.
Panduan pengembangan kurikulum
disusun antara lain agar dapat memberi
kesempatan peserta didik:
(i) Belajar untuk beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(ii) Belajar untuk memahami dan
menghayati.
(iii) Belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif.
(iv) Belajar untuk hidup bersama dan
berguna untuk orang lain, dan
(v) Belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri melalui proses
belajar yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
2. Landasan KTSP
Landasan pelaksanaan kurikulum tingkat
satuan pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Ketentuan dalam UU 20/2003 yang
mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal
96
18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3);
Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4);
Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.Ketentuan di dalam PP
19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1
ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2);
Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5),
(6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10
ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4);
Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1),
(2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal
17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal
20.
c. Standar Isi
Standar isi mencakup lingkup materi dan
tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Termasuk dalam Standar
isi adalah: kerangka dasar dan struktur
kurikulum, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar.
d. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan.
3. Tujuan Penyusunan
97
Tujuan ditetapkan KTSP adalah untuk
mendirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
mengembangkan kurikulum.
Menurut mumbrita dkk dalam jurnal
kependidikan Volume 40, Nomor 1 bulan Mei
2010, hal. 1-16 menyabutkan bahwa
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP
adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum (Mulyasa, 2006).
Secara khusus tujuan ditetapkan KTSP
adalah untuk:
a. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputusan bersama.
b. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar
satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang dicapai.
c. Meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
4. Prinsip Pengembangan KTSP
98
Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan adalah: KTSP dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok
atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan
supervisi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan atau
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah. Pengembangan KTSP
mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada
panduan penyusunan kurikulum yang disusun
oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan
komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP
untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan
disupervisi oleh Dinas Pendidikan Provinsi, dan
berpedoman pada SI dan SKL serta panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah.
KTSP disusun dengan memperhatikan
acuan operasional sebagai berikut:
99
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat
sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan siswa.
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah
dan lingkungan.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
g. Agama.
h. Dinamika perkembangan global.
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
k. Kesetaraan gender.
l. Karakteristik satuan pendidikan.
5. Implementasi KTSP
Implementasi merupakan suatu penerapan
ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu
tindakan praktis sehingga memberikan dampak,
baik berupa perubahan pengetahuan,
ketrampilan, maupun nilai dan sikap.
Berdasarkan definisi tersebut, implementasi
kurikulum didefinisikan sebagai suatu proses
penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum
dalam aktifitas pembelajaran, sehingga peserta
didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu,
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
100
Hal tersebut sejalan dengan apa yang
diungkapkan Miller dan Seller dalam Mulyasa
(2007) bahwa “in some cases implementation has
been identified with instruction…”. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa implementasi kurikulum
merupakan suatu proses penerapan konsep, ide,
program, atau tatanan kurikulum ke dalam
praktik pembelajaran atau aktivitas-aktivitas
baru, sehingga terjadi perubahan pada
sekelompok orang yang diharapkan untuk
berubah. Dikemukakanya juga bahwa
implementasi kurikulum merupakan interaksi
antara fasilitator sebagai pengembang kurikulum,
dan peserta didik sebagai subjek pembelajar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa Implementasi KTSP adalah
bagaimana menyampaikan pesan-pesan
kurikulum kepada peserta didik untuk
membentuk kompetensi mereka sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan masing-masing.
Tugas guru dalam implementasi KTSP adalah
bagaimana memberikan kemudahan belajar
kepada peserta didik, agar mereka mampu
berinteraksi dengan lingkungan eksternal
sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai
dengan yang dikemukakkan dalam standar isi (SI)
dan standar kompetensi lulusan (SKL).
Implementasi KTSP setidaknya dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu sebagai berikut:
101
a. Karakteristik kurikulum, yang mencakup
ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan
kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi, yaitu strategi yang
digunakan dalam implementasi, seperti
diskusi profesi, seminar, penataran, loka
karya, penyedian buku kurikulum, dan
kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong
penggunaan kurikulum dilapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemampuannya untuk merealisasikan
kurikulum dalam pembelajaran (Mulyasa,
2007).
Implementasi KTSP akan bermuara pada
pelaksanaan pembelajaran yakni bagaimana agar
isi atau pesan-pesan kurikulum standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dapat
dicerna oleh peserta didik secara tepat dan
optimal. Guru harus berupaya agar peserta didik
dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai
dengan apa yang digariskan dalam kurikulum (SK-
KD), sebagaimana dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini
akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini
tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku tersebut.
102
6. Pembelajaran dalam KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang
disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan
standar kompetensi, kompetensi dasar yang
dikembangkan BSNP. KTSP juga dikenal dengan
sebutan kurikulum 2006 karena kurikulum ini
mulai diberlakukan secara berangsur-angsur pada
tahun ajaran 2006/2007. Satuan pendidikan
dasar dan menengah harus sudah menerapkan
kurikulum ini paling lambat pada tahun ajaran
2009/2010.
KTSP merupakan penyempurnaan dari
kurikulum 2004 atau KBK. Seperti KBK, KTSP
berbasis kompetensi. KTSP memberikan
kebebasan yang besar kepada Sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan yang
sesuai dengan: kondisi lingkungan sekolah,
kemampuan peserta didik, sumber belajar yang
tersedia, dan kekhasan daerah. Karena KTSP
dikembangkan dan disusun oleh satuan
pendidikan atau sekolah sesuai dengan kondisi
masing-masing, setiap sekolah mempunyai
kurikulum yang berbeda. Dengan demikian,
bahan ajar yang digunakan juga mempunyai
perbedaan. Tidak ada ketentuan tentang buku
pelajaran yang dipakai dalam KTSP. Buku yang
sudah ada dapat dipakai. Karena pembelajaran
didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan
sekolah, bahan ajar harus sesuai dengan
kurikulum tersebut. Oleh karena itu guru dapat
103
mengurangi dan menambah isi buku pelajaran
yang digunakan. Hal ini kuatkan dalam jurnal
internasional yang di tulis oleh Sri Haryati
Fakultas Pendidikan Universitas Tidar Magelang
dikutip dari An Evaluative Review of School
Accreditation Implementation Program in
Indonesian Contexts menyebutkan bahwa
Some schools should provide
additional hours of teaching for students’ improvement. Each syllabus
must be accompanied by the lesson
plan. All teachers should at least hold
bachelor degrees. The school should
also provide guidance and counseling
services for the students. Thereshould be more extra-curricular activities next
to boy-scouting.
Dari kutipan diatas dapat di ketahui bahwa
Kegiatan belajar harus berbasis karakter.
Beberapa sekolah harus memberikan jam
tambahan mengajar untuk peningkatan siswa.
Setiap silabus harus disertai dengan rencana
pelajaran. Semua guru setidaknya harus terus
gelar sarjana. Sekolah juga harus menyediakan
layanan bimbingan dan konseling bagi para siswa.
Disana harus lebih banyak kegiatan ekstra
kurikuler di samping anak-kepramukaan yang
harus diselenggarakan.
Dengan demikian, guru harus mandiri dan
kreatif. Guru harus menyeleksi bahan ajar yang di
gunakan dalam pembelajaran sesuai dengan
kurikulum sekolahnya. Guru dapat
memanfaatkan bahan ajar dari berbagai sumber,
misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi,
104
internet, dan sebagainya. Bahan ajar di kaitkan
dengan isu-isu lokal, regional, nasional, dan global
agar peserta didik nantinya mempunyai wawasan
yang luas dalam memahami dan menanggapi
berbagai macam situasi kehidupan.
Dalam KTSP guru juga di beri kebebasan
untuk memanfaatkan berbagai metode
pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai
metode pembelajaran yang dapat membangkitkan
minat, perhatian, dan kreatifitas peserta didik.
Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai
fasilitator dan pembelajaran berpusat pada
peserta didik, metode ceramah perlu di kurangi.
Metode-metode lain seperti diskusi, pengamatan,
tanya jawab perlu di kembangkan.
Kegiatan pembelajaran tidak selalu
berlangsung di dalam kelas. Kegiatan dapat di
lakukan di luar kelas, misalnya: perpustakaan,
kantin, taman, ataupun di luar sekolah, misalnya:
mengunjungi lembaga bahasa, stasiun radio atau
televisi, penerbit dsb. Beragamnya tempat
pembelajaran dapat membuat suasana belajar
yang tidak membosankan.
Kegiatan pembelajaran dapat juga
melibatkan orang tua dan masyarakat. Sekolah
dapat mengundang orang tua yang mempunyai
profesi tertentu atau ahli dalam bidang tertentu
untuk berbicara dan berdialog dengan peserta
didik. Dalam lingkungan sekolah, staf sekolah
juga dapat di manfaatkan. Misalnya untuk
pelajaran menulis surat resmi guru bisa meminta
105
staf administrasi untuk berbicara tentang
penulisan surat. Di samping berguna sebagai
sumber pembelajaran, kegiatan ini juga berguna
untuk membentuk lingkungan sekolah yang
kondusif, yaitu adanya hubungan dan kerja sama
yang baik diantara perserta didik, guru, dan staf.
Kalau memungkinkan, kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dengan kunjungan peserta didik
kepada orang dengan profesi tertentu (misalnya
penterjemah) atau ke lembaga tertentu (misalnya
lembaga bahasa) untuk menggali informasi
tentang bahasa. Kegiatan ini akan membuka
wawasan peserta didik dan guru akan profesi yang
berkaitan dengan bahasa dan akan pentingnya
bahasa sehingga di harapkan muncul sikap positif
terhadap bahasa. Guru memainkan peranan
penting dalam proses belajar mengajar, dan tanpa
mereka mengajar dan belajar proses tidak terjadi.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa
peran pendidik merupakan bagian penting dalam
membentuk siswa menjadi pembaca yang baik.
Malmquist (1973:142) menyatakan bahwa "Studi
menunjukkan bahwa guru adalah variabel yang
lebih penting dalam membaca instruksi daripada
metode pengajaran dan bahan ajar." Mackey
(1975) berpendapat bahwa guru memainkan
peranan penting dalam proses belajar mengajar
untuk mendapatkan tujuan pembelajaran seperti
yang dinyatakan bahwa efektivitas metode ini di
tangan guru. Dengan demikian, membaca
pendidik harus memahami sifat membaca
106
pengajaran, metode pengajaran membaca, belajar
dan teori-teori pengajaran, teori bahasa, dan aspek
pedagogis mengajar dan belajar sebagaimana
dikutip Arifuddin Hamra dan Eny Syatriana dalam
jurnal internasional yang berjudul ”A Model of
Reading Teaching for University EFL Students: Need
Analysis and Model Design Faculty of Languages
and Literature, State University of Makassar,
Indonesia Correspondence:, Faculty of Languages
and Literature, State University of Makassar,
Indonesia. Kampus UNM Parangtambung june 12,
2008.
Many research results indicate that the
lecturers’ role is an essential part in
forming students to be good readers. Malmquist (1973, p. 142) stated that
“Studies indicate that the teacher is a
more important variable in reading
instruction than are the teaching
methods and instructional materials.”
Mackey (1975) argued that a teacher plays an important role in the teaching
and learning process to get the learning
objectives as stated that the
effectiveness of the method is in the
hand of the teacher. Thus, reading lecturers have to understand the
nature of reading teaching, methods of
teaching reading, learning and
teaching theories, language theories,
and the
pedagogical aspects of teaching and learning.
Sejalan dengan pergeseran makna
pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi
kepada guru ke pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa, maka peran guru dalam proses
107
pembelajaranpun mengalami pergeseran, salah
satunya adalah penguatan peran guru sebagai
motivator. Proses pembelajaran akan berhasil
manakala siswa mempunyai motivasi dalam
belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan
motivasi terhadap siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru di tuntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga
terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Menurut Wina Senjaya (2008 dalam Isjoni
2009) mengemukakan beberapa petunjuk umum
bagi guru dalam rangka meningkatkan motifasi
belajar siswa diantaranya:
a. Membangkitkan minat siswa
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam
belajar
c. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap
keberhasilan siswa
d. Berikan penilaian
e. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan
siswa
f. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Dalam rangka membantu peserta didik
mencapai standar isi dan standar kompetensi
lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran
perlu di usahakan agar interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotifasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
108
Kendati demikian tidak dapat di pungkiri bahwa
untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya
peserta didik yang mengalami kesulitan atau
masalah belajar. Untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut, setiap satuan pendidikan perlu
menyelenggarakan program pembelajaran
remidial atau perbaikan.
Pembelajaran dan media merupakan
layanan pendidikan yang di berikan kepada
peserta didik untuk memperbaiki prestasi
belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan
yang ditetapkan. Untuk memahami konsep
penyelenggaraan model pembelajaran remedial,
terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa KTSP
yang diperlakukan menerapkan sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar
tuntas, dan sistem pembelajaran yang
memperhatikan perbedaan individual peserta
didik.
Sistem yang dimaksud ditandai dengan
dirumuskanya secara jelas standar kompetensi
(SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang harus
dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD
setiap peserta didik diukur menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta
didik mencapai standar tertentu maka peserta
didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi
dan pembelajaran tuntas, dilaksanakan
pembelajaran menggunakan berbagai metode
109
seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran
kolaboratif, inkuiri, discoveri, dan sebagainya.
Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga
berbagai media seperti media audio, video, dan
audiovisual dalam berbagai format, mulai dari
kaset audio, slide, video, komputer, multimedia,
dan sebagainya.
Ditengah pelaksanaan pembelajaran atau
pada saat kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung, diadakan penilaian proses
menggunakan berbagai teknik dan instrumen
dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan
belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang
dipelajari. Pada akhir program pembelajaran
diadakan penilaian yang lebih formal berupa
ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar
peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal
atau berhasil mencapai tingkat penguasaan
tertentu yang telah dirumuskan pada saat
pembelajaran direncanakanlebih terperinci lagi,
didalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan dijelaskan
bahwa salah satu standar yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran berbasis KTSP
adalah standar proses. Standar proses meliputi
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses
110
pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efesien.
E. Peran Guru Bahasa Inggris dalam
Implementasi KTSP di SMP N 1 Pabelan
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar
pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-
langkah yang akan dipakai untuk mencapai
tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan
segala kebutuhan, memperhitungkan matang-
matang apa saja yang menjadi kendala, dan
merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang
bermaksuud untuk mencapai tujuan.
Perencanaan merupakan suatu dasar dari
fungsi lain dalam manajemen untuk melakukan
penyusunan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Melakukan perencanaan
tadi merupakan suatu kegiatan mempersiapkan
segala kebutuhan, memperhitungkan matang-
matang apa saja yang menjadi kendala, dan
merumuskan apa saja kegiatan yang akan
dilakukan. Menurut Prajudi Atmusudirdjo
perencanaan merupakan perhitungan dan
penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan
dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa dan
bagaimana. Perencanaan dalam arti seluas-
luasnya tidak lain adalah proses mempersiapkan
kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
111
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Definisi yang dikemukakan oleh Guruge
(1972) bahwa: “A simple definision of educational
planning is the process of preparing decisions for
action in the future in the field of educational
development is the funtion of educational planning”.
Dengan demikian menurut Guruge bahwa
perencanaan pembelajaran adalah proses
mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam
bidang pembangunan pendidikan adalah tugas
perencanaan pendidikan.
Dalam hal ini, perencanaan pembelajaran
adalah rencana yang dibuat oleh guru untuk
memproyeksikan kegiatan apa yang akan
dilakukan oleh guru dan anak agar tujuan dapat
dicapai. Perencanaan pembelajaran Bahasa
Inggris dalam KTSP mengandung komponen yang
ditata secara sistematis dimana komponen-
komponen tersebut saling berhubungan dan
saling ketergantungan satu sama lainya.
Rencana pembelajaran yang baik menurut
Gagne dan Brigss (1974) hendaknya mengandung
tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu :
1) tujuan pengajaran; 2) materi pelajaran/bahan
ajar, pendekatan dan metode mengajar, media
pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3)
evaluasi keberhasilan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kenneth D. Moore (2001:126) bahwa
112
komposisi format rencana pembelajaran meliputi
komponen:
a. Tujuan
b. Materi
c. Kegiatan belajar mengajar
d. Media dan sumber belajar
e. Metode
f. Evaluasi
Pemaparan pelaksanaan sebagaimana hasil
observasi peneliti kepada guru mata pelajaran
bahasa inggris mengacu pada dokumen instrumen
penilaian kinerga guru (IPKG) 1 yang berisi
tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Diantaranya memuat aspek :
a. Identitas RPP
b. Rumusan indikator pencapaian kompetensi
(IPK)
c. Rumusan tujuan pembelajaran
d. Materi pokok/pembelajaran
e. Metode dan strategi pembelajaran
f. Langkah-langkah pembelajaran
g. Penilaian
h. Alat/bahan/media/sumber belajar.
2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Demi mendapatkan produk proses belajar
mengajar merujuk pada dokumen fisik IPKG 2
yang merajuk pada proses pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi :
a. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran meliputi: silabus,
KKM, RPP, buku teks siswa, buku
113
rujukan/referensi guru, peraga, model, carta,
alat/bahan, atau media lain.
b. Persiapan pembelajaran
Persiapan pembelajaran yang dimaksud
adalah memeriksa dan menyiapkan ruangan,
menyiapkan alat, bahan, media pembelajaran,
memerikasa presensi siswa, mengisi jurnal
pembelajaran, dan memeriksa dan mengatur
kesiapan siswa.
c. Membuka pembelajaran
d. Kegiatan inti pembelajaran
Kegiatan inti pembelajaran berisi tentang
penguasaan materi pembelajaran, pedekatan/
strategi pembelajaran, pemanfaatan sumber
belajar/media pembelajaran, peran aktif dan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
penggunaan bahasa, dan penilaian proses dan
hasil belajar.
3. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran terbagi atas tiga (3)
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan. Atau
dikenal dengan dokumen IPKG 3 yang
menyangkut persoalan penilaian hasil belajar,
IPKG 4 yang menyangkut pada analisis penilaian
hasil belajar dan IPKG 5 mencangkup hal program
tindak lanjut evaluasi pembelajaran.
a. Penilaian hasil belajar, mencangkup pada
Penilaian pengetahuan kogniif, psikomotorik,
afektif dan penilaian penugasan (PT/KMTT).
114
b. Analisis penilaian hasil belajar, meliputi ;
analisis nilai pengetahuan (kognitif), dan
analisis nilai praktik (Psikomotorik).
c. Program tindak lanjut, meliputi komponen
perbaikan (remidial) dan komponen pengayaan
(enrichment).
Guru dalam proses pembelajaran memiliki
peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya
kemajuan teknologi, peran guru akan tetap
diperlukan. Teknologi yang konon dapat
memudahkan manusia mencari dan mendapatkan
informasi dan pengetahuan, tidak mungkin bisa
mengganti peran guru. Misalnya dalam
pembelajaran bahasa Inggris guru lebih dituntut
untuk komunikatif dengan peserta didik,
diantaranya membuat teks humor. Hal ini
diharapkan untuk memotivasi siswa dalam
melakukan penerjemahan karena teks humor yang
lucu. Kedua, unsur ini kelucuan dapat digunakan
untuk tes kemampuan siswa dalam mentransfer
konten. Jika mereka atau orang lain bisa tertawa
ketika membaca terjemahan, itu berarti bahwa
terjemahan mereka sudah benar. Jika tidak, berarti
ada kesalahan dalam mentransfer meaning
sebagaimana dikutip dalam jurnal internasional
yang berjudul ”Difficulties in Translating Texts for
Beginnern Translator Students, Julia Eka Rini
English Department, Faculty of Letters, Petra
Christian University Volume 9, Number 2, December 2007:
169-178.
115
Humor texts are used based on the following considerations. First, humor texts are expected
to motivate students in doing translation
because humor texts are funny. Second, this
element of funniness can be used to test
students’ ability in transferring the content. If they or others can laugh when reading the
translation, it means that their translation is
already correct. If not, it means that there is a
mistake in transferring the meaning.It seems
that transferring message or meaning and
restructuring it into good Indonesian are not that easy. Students still make many mistakes in
understanding the text and in restructuring it
into good Indonesian.
Peran yang harus dilaksanakan guru dalam
upaya membelajarkan siswa adalah:
a. Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran,
ada beberapa hal yang harus dipahami,
khususnya hal-hal yang berhubungan dengan
pemanfaatan berbagai media dan sumber
pembelajaran, yaitu :
1) Guru harus memiliki ketrampilan dalam
merancang suatu media. Kemampuan
merancang media merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru. Dengan perancangan media yang
dianggap cocok akan memudahkan proses
pembelajaran, sehingga pada giliranya tujuan
116
pembelajaran akan dapat tercapai dengan
optimal.
2) Guru dituntut untuk mampu
mengoperasikan berbagai jenis media, serta
dapat memanfaatkan berbagai sumber
belajar. Perkembangan teknologi informasi
menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi mutakhir. Berbagai
perkembangan teknologi informasi
memungkinkan setiap guru untuk dapat
menggunakan berbagai pilihan yang
dianggap cocok.
3) Sebagai fasilitator, guru dituntut agar
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi
dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat
penting, kemampuan berkomunikasi secara
efektif dapat memudahkan siswa menangkap
pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar mereka.
b. Guru sebagai pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran
(learning manager), guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga
kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses
belajar seluruh siswa. Dalam melaksanakan
pengelolaan pembelajaran, guru berperan
sebagai manajer yang memiliki 4 fungsi umum,
yaitu:
1) Merencanakan tujuan belajar
117
Fungsi perencanaan merupakan fungsi
yangsangat penting bagi seorang manajer.
Dalam kegiatan perencanaan ini, guru
memperkirakan tuntutan dan kebutuhan,
menentukan tujuan, menulis silabus
kegiatan pembelajaran, mengaloka-sikan
waktu serta menentukan sumber-sumber
yang diperlukan.
2) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar
untuk mewujudkan tujuan belajar.
Tujuan dari pengorganisasian adalah
membuat agar siswa dapat bekerja dan
belajar secara bersama-sama. Harus diingat
bahwa pengorganisasian yang efektif hanya
dapat diciptakan manakala siswa dapat
belajar secara individual, karena pada
dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah
siswa secara individual meskipun pengajaran
itu dilaksanakan secara klasikal. Misalnya
dalam penyediaan bahan ajar seperti buku
paket dalam pembelajaran. Rasio yang harus
dipenuhi adalah 1:1 pada setiap peserta
didik.
Di sekolah, buku teks yang baik berisi
materi yang tidak hanya sesuai dengan
kurikulum, tetapi juga harus ditulis dengan
tingkat keterbacaan yang tinggi. Wacana
buku teks dengan tingkat keterbacaan yang
tinggi akan mendukung pencapaian
pendidikan yang berkualitas. Terlebih lagi,
buku teks memberikan wacana dengan
118
tingkat membaca yang tinggi juga akan
meningkatkan kemam-puan siswa dalam
proses pembelajaran. Sebuah penelitian pada
mata pelajaran buku teks Ilmu karena bahan
pengajaran dalam mata pelajaran ilmu
pengetahuan menggunakan narasi, deskripsi
dan ilustrasi dalam bahasa Inggris, sehingga
perlu untuk mempelajari tingkat penggunaan
istilah itu, kompleksitas kalimat dan
hubungannya dengan tingkat siswa
keterbacaan oleh peserta program.
Menimbang bahwa RSBI (program sekolah ini
secara resmi ditutup pada 2012) sekolah
menggunakan buku teks dalam bahasa
Inggris, harus menggunakan bahasa Inggris
yang dapat mudah diterima oleh siswa atau
untuk mendukung keberhasilan program.
Jika tingkat membaca bahan ajar sesuai
dengan kondisi siswa, hal ini akan
mendukung proses belajar dilakukan dengan
benar sebagaimana dikutip dalam jurnal
internasional The Readability of Science:
Student’s Book for Junior High School Year VIII
Viewed From The Lexis and Grammatical
Aspects (A Content Analysis of Science Lesson
of Junior High Schools of Surakarta) Sri
Handayani English Department Faculty of
Teacher Training and Education Surakarta,
Indonesia menyebutkan :
In school, good textbook contains material
that is not only in accordance with the
119
curriculum, but also must be written with a high level of legibility. Textbook discourse
with a high level of legibility will support the
achievement of quality education. Morever,
textbook providing the discourse with high
reading level will also increase the ability of students in the learning process. A
research on textbook subjects of Science
due to the teaching materials in science
subjects are using narration, description
and illustration in English language, so it is
necessary to study the level of usage of the term, sentence complexity and its relation
to the students' level of legibility by the
program participants. Considering that
RSBI (this school program was officially
closed at 2012) schools use textbooks in the
English language, it must use English language that can be readily accepted by
the students or to support the program's
success. If the reading level of teaching
materials in accordance with the conditions
of the students , this will support the learning process to be carried out properly.
3) Memimpin, yang meliputi memotivasi,
mendorong, dan menstimulasi siswa.
Fungsi memimpin adalah berhubungan
dengan membimbing, mendorong dan
mengawasi murid, sehingga mereka dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan akhirnya adalah untuk
membangkitkan motivasi dan mendorong
murid-murid sehingga mereka menerima dan
melatih tanggung jawab untuk belajar
mandiri.
4) Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah
berfungsi sebagaimana mestinya atau belum
dalam rangka pencapaian tujuan.
120
Fungsi mengawasi bertujuan untuk
mengusahakan peristiwa yang sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Dalam
batas-batas tertentu, fungsi pengawasan
melibatkan pengambilan keputusan yang
terstruktur, walaupun proses tersebut
mungkin sangat kompleks, khususnya bila
mengadakan kegiatan remidial.
c. Guru sebagai demonstrator
Dalam setiap aspek kehidupan guru
merupakan sosok ideal bagi setiap siswanya.
Biasanya apa yang di lakukan guru akan menjadi
acuan bagi siswa. Sebagai demonstrator dapat
diartikan guru harus menjadi teladan bagi
siswanya.
d. Guru sebagai evaluator
Evaluasi merupakan salah satu
komponen yang memiliki peran sangat penting
dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran.
Melalui evaluasi bukan saja guru dapat
mengumpulkan informasi tentang berbagai
kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai
umpan balik untuk perbaikan selanjutnya, akan
tetapi juga dapat melihat sejauh mana siswa
telah mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa hal yang cukup penting dalam
melaksanakan fungsi evaluator bagi guru
diantaranya:
1) Evaluasi harus dilaksanakan terhadap semua
aspek perkembangan siswa, baik aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini
121
sangat penting karena pencapaian manusia
seutuhnya merupakan tujuan akhir dari
proses pembelajaran.
2) Evaluasi harus di laksanakan secara terus
menerus, dengan menekankan kepada
evaluasi hasil dan evaluasi proses. Artinya
target evaluasi bukan hanya untuk
mengumpulkan informasi tentang hasil
belajar yang telah dicapai siswa akan tetapi
juga bagaimana siswa belajar.
3) Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
berbagai instrumen penilaian. Guru banyak
yang beranggapan bahwa evaluasi identik
dengan melaksanakan tes. Padahal tidak
demikian, tes hanya sebagai salah satu
instrumen untuk melaksanakan evaluasi.
Masih banyak instrumen yang lain yang
dapat di gunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang pelaksanaan proses
pembelajaran dan hasil yanng telah di capai
siswa. Evaluasi harus dilaksanakan secara
terbuka dengan melibatkan siswa. Hal ini di
maksudkan agar siswa memahami tentang
makna evaluasi. Melalui pemahaman
tersebut siswa akan terdorong untuk
mengenal kelemahannya sendiri baik
kelemahan dalam proses pembelajaran yang
telah dilakukannya maupun kelemahan
dalam pencapaian hasil belajar.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan
didalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun
122
2005 tentang standar Nasional Pendidikan
bahwa salah satu standar yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran berbasis
KTSP adalah standar proses. Standar proses
meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efesien.
Berdasarkan keterangan diatas penulis
menyimpulkan bahwa untuk memenuhi
tanggung jawab guru dalam melaksanakan
standar proses yang sudah diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005), berikut
adalah peran dan tugas-tugas yang harus
dilakukan guru dari masing-masing bagian,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun
dalam penilaian pembelajaran.
e. Guru Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran
(learning manager), guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga
kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses
belajar seluruh siswa. Dalam melaksanakan
pengelolaan pembelajaran, guru berkewajiban
merencanakan pembelajaran dengan baik yang
meliputi penyusunan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
123
1) Silabus
Guru sebagai agen pembelajaran
bertugas untuk mengembangkan silabus.
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh
guru itu sendiri maupun oleh kelompok kerja
guru/MGMP dibawah koordinasi dan
supervisi Dinas Pendidikan. Pengembangan
silabusharus mengacu pada SI dan SKL dan
berpedoman pada panduan KTSP. Dalam
mengembangan silabus, guru harus
menyusunya berdasarkan prinsip yang
berorientasi pada pencapaian kompetensi
diantaranya ilmiah, sistematis, konsisten,
memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel,
dan menyeluruh. Silabus disusun
berdasarkan langkah-langkah sebagai
berikut:
(i) Identifikasi
(ii) Pengembangan indikator
(iii) Pengembangan materi
(iv) Pokok/pembelajaran
(v) Pengembangan kegiatan pembelajaran
(vi) Penetapan jenis penilaian
(vii) Penetapan alokasi waktu
(viii) Penentuan sumber/bahan/alat
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Selain menyusun silabus, sebagai
pengelola guru juga harus memformulasikan
RPP yang disusun dengan memperhatikan
prinsip-prinsip penyusunan RPP sebagai
berikut :
124
(i) Memperhatikan perbedaan individu
peserta didik.
(ii) Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
(iii) Mengembangkan budaya membaca dan
menulis.
(iv) Memberikan umpan balik dan tindak
lanjut.
(v) Keterkaitan dan keterpaduan.
(vi) Menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
disusun dari komponen-komponen
diantaranya kompetensi dasar, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan
Pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembela-
jaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
ajar.
3) Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan
untuk memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran. Dalam melaksanakan
tugasnya sebagai fasilitator, agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar, maka
guru harus melakukan proses pembelajaran
dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
(i) Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
125
a. Menyiapkan Peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai
d. Menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
(ii) Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, proses
pembelajaran harus dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian
sesuai bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan ini meliputi proses kolaborasi,
eksplorasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1. Melibatkan peserta didik mencari
informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang
akan dipelajari dengan menerap-
126
kan prinsip alam takambang dan
belajar dari aneka sumber.
2. Menggunakan beragam pende-
katan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar
lain.
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi
antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar
lainya.
4. Melibatkan peserta didik secara
aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
5. Memfasilitasi peserta didik mela-
kukan percobaan di laboraturium,
studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalam Kegiatan elaborasi, guru:
1. Membiasakan peserta didik
membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna.
2. Memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memun-culkan gagasan
baru baik secara lisan maupun
tertulis.
3. Memberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis, menyele-
127
saikan masalah, dan bertindak
tanpa rasa takut.
4. Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif.
5. Memfasilitasi peserta didik
berkompetensi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar.
6. Memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik secara lisan
maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok.
7. Memfasilitasi peserta didik
melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang
dihasilkan.
8. Memfasilitasi peserta didik
melakukan kegiatan menum-
buhkan kebanggaan dan rasa
percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1. Memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat , maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta
didik.
2. Memberikan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi
128
peserta didik melalui berbagai
sumber.
3. Memfasilitasi peserta didik
melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan.
4. Memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar yang berfungsi.
(iii) Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik
dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran
b. Melakukan penilaian dan/atau
refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram
c. Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran
d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan
tugas baik individual maupun
kelompok sesuai dengan belajar
peserta didik.
e. Menyampaikan rencana pembela-
jaran pada pertemuan berikutnya.
129
4) Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator, guru harus
melaksanakan penilaian terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik, serta
digunakan sebagai bahan penyusunan
laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil dalam bentuk ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas.Penilaian dilakukan secara konsisten,
sistematik, dan terprogram dengan
menggunakan prinsip penilaian sebagai
berikut :
(i) Validitas
(ii) Reliabilitas
(iii) Menyeluruh
(iv) Berkesinambungan
(v) Terfokus kompetensi
(vi) Komprehensif
(vii) Objektif
(viii) Mendidik
(ix) Sistematis
(x) Kebermaknaan
130
Beberapa hal yang cukup penting
dalam melaksanakan fungsi evaluator bagi
guru adalah :
(a) Evaluasi harus dilaksanakan
terhadap semua aspek perkembangan
siswa, baik aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
(b) Evaluasi harus di laksanakan secara
terus menerus, dengan menekankan
kepada evaluasi hasil dan evaluasi
proses.
(c) Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan berbagai instrumen
penilaian.
Beberapa instrumen yang bisa
digunakan dalam standar penilaian
dilakukan dengan cara:
(a) Penilaian melalui portofolio (Portofolio)
(b) Penilaian melalui unjuk kerja
(Performance).
(c) Penilaian melalui penugasan
(proyek/Project)
(d) Penilaian melalui hasil kerja
(Produk/Product)
(e) Penilaian melalui tes tertulis (paper &
pen).
131
a. Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup
Pelajaran Bahasa Inggris.
1. Pengertian
Bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik
dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Pembelajaran
bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain.
Selain itu, pembelajaran bahasa juga
membantu peserta didik mampu
mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat, dan bahkan menemukan
serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada
dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan
alat untuk berkomunikasi secara
lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah
memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan budaya. Kemampuan
berkomunikasi dalam pengertian
yang utuh adalah kemampuan
berwacana, yakni kemam-puan
memahami dan menghasilkan teks
132
lisan atau tulis yang direalisasikan
dalam empat keterampilan
berbahasa, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan inilah yang
digunakan untuk menanggapi atau
menciptakan wacana dalam
kehidupan bermasya-rakat. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa
Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-
keterampilan tersebut agar lulusan
mampu berkomunikasi dan
berwacana dalam bahasa Inggris pada
tingkat literasi tertentu.
Tingkat literasi mencakup
performative, functional,
informational, dan epistemic. Pada
tingkat performative, orang mampu
membaca, menulis, mendengarkan,
dan berbicara dengan simbol-simbol
yang digunakan. Pada tingkat
functional, orang mampu
menggunakan bahasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari seperti membaca surat kabar,
manual atau petunjuk. Pada tingkat
informational, orang mampu
mengakses pengetahuan dengan
kemampuan berbahasa, sedangkan
pada tingkat epistemik orang mampu
133
mengungkapkan pengetahuan ke
dalam bahasa sasaran.
Pembelajaran bahasa Inggris
di SMP/MTs ditargetkan agar peserta
didik dapat mencapai tingkat
functional yakni berkomunikasi
secara lisan dan tulisan untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari.
2. Tujuan
Mata Pelajaran Bahasa Inggris
di SMP/MTs bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a. Mengembangkan kompetensi
berko-munikasi dalam bentuk lisan
dan tulis untuk mencapai tingkat
literasi functional.
b. Memiliki kesadaran tentang
hakikat dan pentingnya bahasa
Inggris untuk meningkatkan daya
saing bangsa dalam masyarakat
global.
c. Mengembangkan pemahaman
peserta didik tentang keterkaitan
antara bahasa dengan budaya.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran
Bahasa Inggris di SMP/MTs meliputi:
a. Kemampuan berwacana, yakni
kemampuan memahami atau
menghasilkan teks lisan atau tulis
134
yang direalisasikan dalam empat
keterampilan berbahasa, yakni
mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis secara
terpadu untuk mencapai tingkat
literasi fungsional.
b. Kemampuan memahami dan
menciptakan berbagai teks
fungsional pendek dan monolog
serta esei berbentuk procedure,
descriptive, recount, narrative, dan
report. Gradasi bahan ajar tampak
dalam penggunaan kosa kata, tata
bahasa, dan langkah-langkah
retorika.
c. Kompetensi pendukung, yakni
kompetensi linguistik
(menggunakan tata bahasa dan
kosa kata, tata bunyi, tata tulis),
kompetensi sosiokultural
(menggunakan ungka-pan dan
tindak bahasa secara berterima
dalam berbagai konteks
komunikasi), kompetensi strategi
(mengatasi masalah yang timbul
dalam proses komunikasi dengan
berbagai cara agar komunikasi
tetap berlangsung), dan
kompetensi pembentuk wacana
(menggunakan piranti pembentuk
wacana).
135
F. Penelitian Terdahulu
Dari pengamatan yang dilakukan penulis saat
ini, sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam
hal sistem kependidikan. Baik yang berdasarkan
pengamatan lapangan maupun library research,
diantranya adalah:
1. Skripsi yang dilakukan oleh Eka Nurlisa pada
tahun 2010 yang berjudul The Teaching of English
to the Twelfth Graders of the Office Administration
Two of the SMKN 12 Jakarta Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang Jawa
Timur Penelitian ini menggambarkan kurikulum
bahasa Inggris yang digunakan oleh SMK N 12
Jakarta. Implementasi dari kurikulum di jelaskan
di dalam skripsi ini. Implementasi kurikulum
mencakup penjelasan mengenai materi yang telah
diajarakan oleh guru bahasa Inggris di kelas,
sistem evaluasi yang digunakan dan tujuan dari
kurikulum tersebut. Menganalisa kurikulum
membuat penulis meneliti teknik yang digunakan
oleh guru dalam mengajar bahasa Inggris di kelas
dan juga bahasa yang digunakan oleh guru dalam
mengajar bahasa Inggris di kelas. Penelitian ini
dijelaskan secara deskriptif guna memperoleh
pemahaman yang lebih baik mengenai suatu
kelompok. Berbeda dengan kajian tesis yang
sedang diteliti, bukan hanya membahas materi
dan evauasi/penilaian namun tesis ini
mencangkup implementasi KTSP secara umum
136
mulai dari perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran dikelas serta tindak lanjut
(penilaian).
2. Skripsi oleh Rusma Dian Pujilestari pada tahun
2009 dengan mengangkat judul “The
Implementation of the 2006 KTSP in the
English Class of Grade XII at SMAN 8 Malang”.
Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra,
Universitas Negeri Malang Jawa Timur bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
implementasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) tahun 2006 di kelas XII SMAN 8
Malang. Untuk lebih spesifik, penelitian ini fokus
terhadap implementasi silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, materi pembelajaran,
dan metode mengajar yang sesuai dengan KTSP
yang dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa
Inggris di kelas XII SMAN 8 Malang. Sejalan
dengan konsep tesis yang disusun oleh peneliti,
namun fokus pembahasan pada skripsi yang
disusu oleh Rusma Dian Pujilestari tidak
mencangkup pada aspek penilaian hasil belajar
siswa.
3. Persepsi dan Kesulitan Guru Bahasa Inggris
SMP/MTs di Jawa Barat dalam Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Oleh
Wachyu Sundayana Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universtas Pendidikan Indonesia menjelaskan
Bagimanakah pengetahuan guru (guru bahasa
Inggris SMP/MTs) tentang pengembangan KTSP,
137
kemudian persepsi mereka terhadap
pengembangan KTSP serta untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam
pengembangan kurikulum mata pelajaran bahasa
inggris. Tesis yang disusun oleh peneliti tidak
membahas tentang hambatan pembelajaran
bahasa inggris secara spesifik namun diuraikan
dengan lebih detail pada kegiatan pembelajaran.
4. Skripsi yang dilakukan oleh I Wayan Sudiana yang
berjudul “Pengaruh Implementasi Model
Pembelajaran Bermainn Peran terhadap
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris ditinjau dari
bakat verbal siswa kelas XI SMA Negeri 2 Bangli
tahun pelajaran 2010/2011 Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran bermain peran dan bakat verbal
terhadap kemampuan berbicara Bahasa Inggris
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Bangli. Penelitian ini
adalah penelitian eksperimen dengan
menggunakan rancangan Post-Test Only Control
Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMA Negeri 2 Bangli. Penelitian ini fokus
pada metode dan strategi pembelajaran bahasa
inggris melalui bermain peran, berbeda dengan
penelitan yang sedang disusun ini memfokuskan
pada implementasi KTSP dalam ranah
pembelajaran.
5. Tesis yang disusun oleh Hasinah yang berjudul
“Penerapan Metode Pemberian Tugas dan Umpan
Balik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Inggris Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Otomasi
138
Industri pada SMKN 1 Batam Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang Tahun 2012.
Penelitian ini untuk mengungkap apakah
penerapan Memberikan Tugas dan Tanggapan
Metode dapat meningkatkan prestasi siswa,
motivasi, dan aktivitas siswa. Tesis ini bertujuan
untuk mengembangkan proses pembelajaran pada
tahap evaluasi penilaian hasil belajar. Sehingga
sangat relevan untuk dijadikan referensi dalam
penyusunan tesis ini. Berbeda dengan tesis yang
disusun oleh peneliti, dengan melibatkan seluruh
stakeholder sekolah untuk mengembangkan KTSP
bahasa inggris yang menyenangkan dan
menantang.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas,
dapat disimpulkan bahwa implementasi KTSP dalam
proses pembelajaran Bahasa Inggris telah banyak
dikaji oleh peneliti terdahulu, baik dalam skripsi
maupun tesis. Namun menurut peneliti kajiannya
masih sederhana dan spesifik hanya merujuk pada
salah satu pembelajaran. Sehingga sangat tepat jika
peneliti mengangkat pembahasan pembelajaran
secara detail dimulai dari perencanaan pembelajaran
yang dapat dilihat langsung hasil (produk) berupa
RPP dan Silabus, proses (pelaksanaan) pembelajaran
berhubungan dengan cara mengelola pembelajaran
mulai dari melaksanakan perencanaan, membuka
pembelajaran, kegiatan inti, sampai dengan penilaian
139
hasil belajar bahasa inggris yang sebelumnya belum
pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya.