bab ii telaah pustaka -...

24
11 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (2001), mendis- kripsikan bahwa dalam paradigma baru manajemen manajemen pendidikan menegaskan fungsi-fungsi pen- didikan yang disentralisasikan ke sekolah sebagai berikut: a) Perencanaan b) Kurikulum c) Pembelajaran d) Ketenagaan e) Fasilitas f) Keuangan g) Peserta didik h) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat i) Iklim Se- kolah. Mulyasa (2004), mendeskripsikan pengertian ma- najemen pendidikan adalah proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi. Lebih lanjut, Rivai dan Murni (2012), sebagai- mana halnya pada manajemen secara umum, mana- jemen pendidikan meliputi empat hal pokok, yaitu: perencanaan pendidikan, pengorganisasian pendidikan, penggiatan pendidikan, dan pengendalian atau peng- awasan pendidikan. Secara umum terdapat sepuluh komponen utama pendidikan, yaitu: peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, paket instruksi

Upload: tranliem

Post on 14-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

11

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Manajemen Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional (2001), mendis-

kripsikan bahwa dalam paradigma baru manajemen

manajemen pendidikan menegaskan fungsi-fungsi pen-

didikan yang disentralisasikan ke sekolah sebagai

berikut: a) Perencanaan b) Kurikulum c) Pembelajaran

d) Ketenagaan e) Fasilitas f) Keuangan g) Peserta didik

h) Hubungan Sekolah dengan Masyarakat i) Iklim Se-

kolah.

Mulyasa (2004), mendeskripsikan pengertian ma-

najemen pendidikan adalah proses pengembangan

kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses

pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling)

sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi

aksi.

Lebih lanjut, Rivai dan Murni (2012), sebagai-

mana halnya pada manajemen secara umum, mana-

jemen pendidikan meliputi empat hal pokok, yaitu:

perencanaan pendidikan, pengorganisasian pendidikan,

penggiatan pendidikan, dan pengendalian atau peng-

awasan pendidikan. Secara umum terdapat sepuluh

komponen utama pendidikan, yaitu: peserta didik,

tenaga pendidik, tenaga kependidikan, paket instruksi

Page 2: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

12

pendidikan, metode pengajaran, kurikulum pendidikan,

alat instruksi dan alat penolong instruksi, fasilitas

pendidikan, anggaran pendidikan, dan evaluasi pendi-

dikan.

Perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk

mempersiapkan semua komponen pendidikan, agar

dapat terlaksana proses belajar mengajar yang baik

dalam penyelenggaraan pendidikan dalam mencapai

sasaran pendidikan yang diharapkan. Pengorganisasian

pendidikan ditujukan untuk menghimpun semua

potensi komponen pendidikan dalam suatu organisasi

yang sinergis untuk dapat menyelenggarakan pendi-

dikan dengan sebaik-baiknya. Kegiatan pendidikan

adalah pelaksanaan dari penyelenggaraan pendidikan

yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh organi-

sasi penyelenggara pendidikan dengan memerhatikan

rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam perencana-

naan dalam rangka mencapai hasil pendidikan yang

optimal.

Pengendalian pendidikan dimaksudkan untuk

menjaga agar penyelenggaraan pendidikan dilaksana-

kan sesuai dengan yang direncanakan dan semua

komponen pendidikan digerakkan secara sinergis da-

lam proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan

pendidikan yang dijabarkan dalam sasaran-sasaran

menghasilkan output secara optimal seperti yang telah

ditetapkan dalam perencanaan pendidikan.

Terkait dengan keempat pengertian tersebut,

manajemen pendidikan merupakan proses kerja sama

untuk mencapai tujuan. Dalam lingkup pendidikan di

sekolah, kegiatan manajemen dalam bentuk penataan

Page 3: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

13

yang meliputi mengatur, memimpin, mengelola, meren-

canakan, melaksanakan dan mengawasi sumber daya

yang terdiri dari pendidik, peserta didik, dan masya-

rakat pengguna jasa pendidikan untuk mencapai

tujuan pendidikan yang dipercaya menghasilkan kuali-

tas lebih baik. Manajemen pendidikan pada hakikat-

nya menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang

melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematik,

serta sumber-sumber yang didayagunakan secara dina-

mis.

2.2 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

2.2.1 Sejarah MBS di Indonesia

Mengenal dan mendalami lebih jauh tentang

MBS, sebagai bagian dari pelaku di bidang pendidikan

setidaknya kita mengetahui sejarah dan perjalanan

yang cukup panjang perkembangan MBS yang ada di

Indonesia hingga sekarang ini. Dilihat dari perjalanan-

nya, kebijakan MBS di Indonesia secara relatif sung-

guh-sungguh baru dimulai sejak tahun 1999/2000,

yaitu dengan peluncuran dana bantuan yang disebut

dengan Bantuan Operasional Manajemen Mutu

(BOMM). Dana bantuan ini disetor langsung ke reke-

ning sekolah, tidak melalui alur birokrasi pendidikan di

atasnya (Dinas Diknas). Memasuki tahun anggaran

2003, dana BOMM diubah namanya menjadi Dana

Rintisan untuk Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah (MPMBS), khususnya untuk Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP). Program ini sejalan dengan

implementasi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Page 4: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

14

2004 tentang Otonomi Daerah di bidang pendidikan

dan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5

Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014. Berang-

kat dari pengalaman di Amerika Serikat, agaknya

diperlukan waktu cukup lama bagi manajemen sekolah

di Indonesia untuk secara sungguh-sungguh dilak-

sanakan secara berbasis pada pendekatan MBS

(Danim, 2007).

2.2.2 Pengertian MBS

Depdiknas (2001), memberi batasan Manajemen

Berbasis sekolah sebagai “bentuk alternatif pengelolaan

sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan, yang

ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan

yang luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat

yang relatif tinggi, dalam kerangka kebijakan nasional”.

Sejalan dengan pengertian di atas, UU No. 20

Tahun 2003 pada bagian penjelasan pasal 51 ayat 1

menyatakan: “Manajemen Berbasis Sekolah atau Ma-

drasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan

pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala

sekolah atau madrasah dan pendidik dibantu oleh

komite sekolah atau madrasah dalam mengelola

kegiatan pendidikan”.

Mulyono (2008), mengemukakan bahwa MBS

merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah yang

efektif dan produktif. MBS merupakan paradigma baru

manajemen pendidikan, yang memberikan otonomi luas

pada sekolah, dan pelibatan masyarakat dalam ke-

rangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi

Page 5: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

15

diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya,

sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya

sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap

terhadap kebutuhan setempat. MBS merupakan suatu

ide tentang pengambilan keputusan pendidikan yang

diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan

pembelajaran, yakni sekolah. Pemberdayaan sekolah

dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di

samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah

terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana

peningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidi-

kan. MBS adalah suatu konsep yang menempatkan

kekuasaan pengambilan keputusan berkaitan dengan

pendidikan yang diletakkan pada tempat paling dekat

dengan proses belajar mengajar.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari

tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah.

Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya

secara efektif untuk mencapai sasaran; Berbasis me-

miliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas;

sedangkan sekolah berarti lembaga untuk belajar dan

mengajar serta tempat untuk menerima dan mem-

berikan pelajaran (KBBI, 2008). Berdasarkan makna

leksikal tersebut, maka Manajemen Berbasis Sekolah

dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang

berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses

pengajaran atau pembelajaran. Terkait dengan makna

tersebut, MBS merupakan salah satu wujud dari

reformasi pendidikan yang menawarkan kepada seko-

lah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan

memadai bagi murid. Hal ini juga berpotensi untuk

Page 6: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

16

meningkatkan kinerja staf, menawarkan partisipasi

langsung kepada kelompok-kelompok terkait, dan me-

ningkatkan pemahaman kepada masyarakat terhadap

pendidikan.

2.2.3 Tujuan MBS

Rohiat (2008), mengemukakan tujuan dari MBS

adalah meningkatkan kinerja sekolah melalui pembe-

rian kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar

kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prin-

sip-prinsip tata pengelolaan sekolah yang baik, yaitu

partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Kinerja se-

kolah meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efisien-

si, produktivitas, dan inovasi pendidikan, seperti ditun-

jukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1

Kinerja Sekolah

Terkait dengan MBS, Umiarso dan Gojali (2010),

mendeskripsikan bahwa tujuan utama Manajemen

Kualitas dan Inovasi

Konteks Input Proses Output Outcome

Produktivitas

Efisiensi Internal

Efektivitas

Efisiensi Eksternal

Page 7: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

17

Berbasis Sekolah adalah meningkatkan efisiensi, mutu,

dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi

diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya

yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan

birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui parti-

sipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah,

peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan

hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat

menumbuhkembangkan suasana yang kondusif.

Tujuan utama penerapan MBS menurut Rivai

dan Murni (2012) adalah untuk penyeimbangan

struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah dae-

rah pelaksanaan proses dan pusat sehingga manaje-

men menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap

pembelajaran diserahkan kepada unit yang paling

dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu

sendiri yaitu sekolah. Disamping itu, untuk mem-

berdayakan sekolah agar sekolah dapat melayani

masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan

masyarakat tersebut. Tujuan penerapan MBS adalah

untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah

melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan

mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan

keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya MBS

bertujuan untuk:

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandiri-an dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan mem-berdayakan sumber daya yang tersedia;

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masya-rakat dalam menyelenggarakan pendidikan melaluipengambilan keputusan bersama;

c) Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu se-kolahnya; dan

Page 8: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

18

d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsekolahtentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan

MBS adalah peningkatan mutu pendidikan, yaitu

dengan memandirikan sekolah untuk mengelola lem-

baga bersama pihak-pihak terkait (guru, peserta didik,

masyarakat, wali murid, dan instansi lain). Dengan

demikian, sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi

menunggu instruksi dan sosialisasi dari pemerintah

untuk mengambil langkah-langkah dalam memajukan

pendidikan. Masyarakat dapat mengembangkan suatu

visi pendidikan sesuai dengan kondisi setempat dan

melaksanakannya secara mandiri.

2.2.4 Manfaat MBS

MBS dipandang sebagai alternatif dari pola

umum pengoperasian sekolah yang selama ini

memusatkan wewenang di kantor pusat dan daerah.

MBS adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan

dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan

keputusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat

sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya meru-

pakan sistem manajemen di mana sekolah merupakan

unit pengambilan keputusan penting tentang penye-

lenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberi-

kan kesempatan pengendalian lebih besar kepada

kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua atas proses

pendidikan di sekolah mereka. MBS dipandang dapat

menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi

murid. Dengan demikian MBS adalah upaya meman-

dirikan sekolah dengan memberdayakannya.

Page 9: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

19

Penerapan MBS (Rivai dan Murni, 2013) yang

efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa man-

faat dari MBS, antara lain:

a) Memungkinkan orang-orang yang kompeten di seko-lah untuk mengambil keputusan yang akan me-ningkatkan mutu pembelajaran.

b) Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah un-tuk terlibat dalam pengambilan keputusan pen- ting.

c) Mendorong munculnya kreativitas dalam merancangbangun program pembelajaran.

d) Mengarahkan kembali sumber daya yang tersediauntuk mendukung tujuan yang dikembangkan disetiap sekolah.

e) Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistikketika orang tua dan guru makin menyadari kea-daan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, danbiaya program-program sekolah.

f) Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkankepemimpinan baru di semua level.

2.2.5 Komponen-komponen MBS

Komponen-komponen MBS meliputi Manajemen,

Proses Belajar Mengajar, Sumber Daya Manusia dan

Sumber Daya dan Administrasi, dan masing-masing

komponen dapat diuraikan seperti tabel di bawah ini:

Tabel 2.1Komponen-komponen MBS

ManajemenProses Belajar

MengajarSumber Daya

Manusia

Sumber Dayadan

AdministrasiMenyediakanmanajemen/organisasikepemimpinansekolah

Meningkatkanmutu belajarmurid

Menyebarkanstaf danmenempatkanpersonel yangdapatmemenuhisemuakebutuhanmurid

Mengidentifi-kasi danmengalokasi-kan sumberdaya sesuaidengankebutuhan

Page 10: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

20

Tabel 2.1 (lanjutan)Komponen-komponen MBS

ManajemenProses Belajar

MengajarSumber Daya

Manusia

Sumber Dayadan

AdministrasiMenyusunrencanasekolah danmerumuskankebijakan

Menyusunkurikulumyang cocokdan tanggapterhadapkebutuhanpara murid

Memilih stafyang memilikiwawasan MBS

Mengelolaalokasi danasekolah

Mengelolaoperasionalsekolah

Menawarkanpengajaranyang efektif

Menyediakankegiatan untukpengembanganprofesi padasemua staf

Menyediakandukunganadministratif

Menjaminadanyakomunikasiyang efektifantara sekolahdanmasyarakatterkait (schoolcommunity)

Menyediakanprogrampengembanganpribadi murid

Menjaminkesejahteraanstaf dan murid

Mengelolapemeliharaangedung dansarana lainnya

Mendorongpartisipasimasyarakat

Mengaturpembahasantentang kinerjasekolah

Menjaminterpeliharanyasekolah yangakuntabel

Sumber : Rivai dan Murni, 2012.

2.2.6 Prinsip MBS

Dalam mengimplementasikan MBS, terdapat

empat prinsip yang dapat dipahami yaitu: kekuasaan;

pengetahuan; sistem informasi; dan sistem penghar-

gaan, (Rivai dan Murni, 2012).

Page 11: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

21

a. Kekuasaan

Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih

besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan

kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan

sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimak-

sudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan

efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala

sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan par-

tisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orang

tua murid. Seberapa besar kekuasaan sekolah ter-

gantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan.

Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam

teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika,

melainkan ada proses transisi dari manajemen yang

dikontrol pusat ke MBS.

Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh

kepala sekolah dalam pengambilan keputusan perlu

dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan: a)

melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang

tua; b) membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang

diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang

relevan dengan tugasnya; c) menjalin kerjasama dengan

organisasi di luar sekolah.

b. Pengetahuan

Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus

menjadi seseorang yang berusaha secara terus menerus

menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rang-

ka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah

diharapkan memiliki sistem pengembangan sumber

Page 12: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

22

daya manusia (SDM) melalui berbagai pelatihan atau

workshop guna membekali guru dengan berbagai ke-

mampuan yang berkaitan dengan proses belajar meng-

ajar.

Pengetahuan yang penting diharapkan dimiliki

oleh seluruh staf adalah: a) pengetahuan untuk me-

ningkatkan kinerja sekolah; b) memahami dan dapat

melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality control,

self assessment, school review, benchmarking, SWOT,

dan lain-lain.

c. Sistem Informasi

Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki

informasi yang jelas berkaitan dengan program sekolah.

Informasi ini diperlukan agar semua warga sekolah

serta masyarakat sekitar dapat dengan mudah meme-

roleh gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi

tersebut warga sekolah dapat mengambil peran dan

partisipasi. Di samping itu, ketersediaan informasi

sekolah akan memudahkan pelaksanaan monitoring,

evaluasi dan akuntabilitas sekolah. Informasi yang

amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang

berkaitan dengan kemampuan guru dan prestasi

murid.

d. Sistem Penghargaan

Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyu-

sun sistem penghargaan untuk memberikan peng-

hargaan kepada warga sekolah yang berprestasi. Sistem

penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier

Page 13: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

23

warga sekolah, yaitu guru, karyawan dan murid.

Dengan sistem ini diharapkan akan muncul motivasi

dan etos kerja dari kalangan sekolah. Sistem penghar-

gaan yang dikembangkan diupayakan bersifat adil dan

merata.

Dalam panduan MBS untuk sekolah dasar,

dijelaskan tentang sepuluh prinsip MBS (Depdiknas

2001). Prinsip-prinsip tersebut yaitu :

a) Keterbukaan, artinya manajemen berbasis sekolah di-lakukan secara terbuka dengan sumber daya manusiadi sekolah dan masyarakat (kepala sekolah, pendidik,siswa, dan tokoh masyarakat);

b) Kebersamaan, artinya manajemen berbasis sekolahdilakukan bersama oleh sekolah dan masyarakat;

c) Berkelanjutan, artinya manajemen berbasis sekolahdilakukan secara berkelanjutan tanpa dipengaruhipergantian pimpinan sekolah;

d) Menyeluruh, artinya manajemen berbasis sekolahyang disusun hendaknya mencakup semua komponenyang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan;

e) Pertanggungjawaban, artinya pelaksanaan manaje-men berbasis sekolah dapat dipertanggungjawabkanke masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan;

f) Demokratis, artinya keputusan yang diambil dalammanajemen berbasis sekolah hendaknya dilaksanakanatas dasar musyawarah antara komponen sekolahdan masyarakat;

g) Kemandirian sekolah, artinya sekolah memiliki pra-karsa, inisiatif dan inovatif dalam kerangka pencapai-an tujuan pendidikan;

h) Berorientasi pada mutu, artinya berbagai upaya yangdilakukan selalu didasarkan pada peningkatan mutu;

i) Pencapaian standar pelayanan minimal secara total,bertahap dan berkelanjutan;

j) Pendidikan untuk semua, artinya semua anak memi-liki hak memperoleh pendidikan yang sama.

Dalam implementasi di sekolah, prinsip-prinsip

MBS di atas dimaksudkan untuk memenuhi terca-

painya standar pelayanan minimal terhadap pengguna

jasa pendidikan. Bahkan dari uraian prinsip-prinsip

Page 14: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

24

MBS sebagaimana tertuang di atas prinsip-prinsip

tersebut menjadi bagian yang penting dalam penge-

lolaan manajemen sekolah, keterkaitan antara prinsip

yang satu dengan yang lain memberikan arti bagi

penguatan pengelolaan sekolah, sekolah diharapkan

mampu berkreasi melalui ide-ide kreatif yang dapat

membangkitkan gairah kerja dan motivasi sumber daya

sekolah dalam rangka pencapaian tujuan sekolah seca-

ra optimal.

2.2.7 Karakteristik MBS

MBS yang telah dilaksanakan merupakan bentuk

operasional desentralisasi pendidikan dalam konteks

otonomi daerah. Hal ini diharapkan dapat membawa

dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas

kinerja sekolah, dengan menyediakan layanan pendi-

dikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebu-

tuhan masyarakat. Sebab peserta didik biasanya

datang dari berbagai latar yang berbeda, salah satu

perhatian sekolah sebaiknya ditujukan pada asas

pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, mau-

pun politik. Di sisi lain, sekolah diharapkan dapat

meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan kualitas, serta

bertangungjawab kepada masyarakat dan pemerintah.

Karakteristik MBS dapat diketahui antara lain

dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja-

nya, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,

profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem ad-

ministrasi secara keseluruhan. Karakteristik dasar

MBS adalah pemberian otonomi yang luas kepada

sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta

Page 15: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

25

didik yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demo-

kratis dan profesional, serta adanya kerjasama yang

baik dan profesional.

Menurut Levacic, seperti yang dikutip oleh

Bafadhal (2003), bahwa dalam MBS ada tiga karak-

teristik yang menjadi ciri khas dan harus dikedepankan

dari yang lain pada manajemen tersebut:

Pertama, kekuasaan dan tanggung jawab dalampengambilan keputusan yang berhubungan denganpeningkatan mutu pendidikan yang didesentralisasikankepada para stakeholder sekolah. Kedua, domainmanajemen peningkatan mutu pendidikan yang men-cakup keseluruhan aspek peningkatan mutu pendidik-pendidikan, mencakup kurikulum, kepegawaian, keu-angan, sarana prasarana, dan penerimaan siswa baru.Ketiga, walaupun keseluruhan domain manajemenpeningkatan mutu pendidikan didesantralisasikan ke-pada sekolah-sekolah, namun diperlukan regulasi yangmengatur fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhanpelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab peme-rintah.

Menurut Edmon, seperti yang dikutip oleh

Suryosubroto (2004), mengemukakan berbagai indika-

tor yang menunjukkan karakteristik dari konsep MBS,

antara lain:

a. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib;b. Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin

dicapai;c. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat;d. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah

(kepala sekolah guru, dan staf lainnya, termasuksiswa) untuk berprestasi;

e. Adanya pengembangan staf sekolah yang terusmenerus sesuai tuntutsn IPTEK;

f. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerusterhadap berbagai aspek akademis dan adminis-tratif, serta pemanfaatan hasilnya untuk penyem-purnaan/perbaikan mutu; dan

g. Adanya komunikasi dan dukungan intensif dariorang tua murid serta masyarakatnya.

Page 16: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

26

Saud, seperti yang dikutip oleh Mulyasa (2004),

mengatakan bahwa berdasarkan pelaksanaan di negara

maju, MBS mempunyai beberapa karakteristik dasar,

yaitu pemberian otonomi yang luas kepada sekolah,

partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik

yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis

dan profesional, serta adanya teamwork yang tinggi dan

profesional.

Pada tataran ini, apabila manajemen berbasis

lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka

MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang

komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masya-

rakat di mana sekolah itu berada. Karakteristik MBS

dapat dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut

dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,

kegiatan belajar mengajar, pengelolaan sumber daya

manusia, dan sumber daya serta pengelolaan adminis-

trasi yang baik.

Adapun karakteristik sekolah yang melaksana-

kan manajemen berbasis sekolah dapat digambarkan

dalam tabel berikut.

Tabel 2.2Karakteristik sekolah yang melaksanakan MBS

OrganisasiSekolah

KegiatanBelajar

Mengajar

Sumber DayaManusia

Sumber Dayadan

Administrasi

Menyediakanmanajemen/organisasi/kepemimpin-an Transfor-masional

Meningkatkankualitasbelajar pesertadidik.

Memberdaya-kan staf danmenempatkanpersonel yangdapat melayanikeperluan

Mengidentifi-kasi sumberdaya yangdiperlukan danmengalokasi-kan sumber

Page 17: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

27

Tabel 2.2 (lanjutan)Karakteristik sekolah yang melaksanakan MBS

OrganisasiSekolah

KegiatanBelajar

Mengajar

Sumber DayaManusia

Sumber Dayadan

Administrasi

dalammencapaitujuansekolah.

peserta didik. daya tersebutsesuai dengankebutuhan.

Menyusunrencanasekolah danmerumuskankebijakanuntuksekolahnyasendiri.

Mengembang-kan kurikulumyang cocokdan tanggapterhadapkebutuhanpeserta didikdanmasyarakat.

Memilih stafyang memilikiwawasan MBS.

Mengelolasekolah secaraefektif danefisien.

Mengelolakegiatanoperasionalsekolah.

Menyelengga-rakan kegiatanpembelajaranyang efektif.

Menyediakankegiatan untukpengembanganprofesi padasemua staf.

Menyediakandukunganadministratif.

Menjaminadanyakomunikasiyang efektifantarasekolah danmasyarakat.

Menyediakanprogrampengembanganyangdiperlukanpeserta didik.

Menjaminkesejahteraanstaf danpeserta didik.

Mengelola danmemeliharagedung dansaranasekolah.

Menggerak-kan partisi-pasi masyara-kat.

Berperan sertadalammemotivasisiswa

Menyelengga-rakanforum/diskusiuntukmembahaskemajuankinerjasekolah.

Page 18: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

28

Tabel 2.2 (lanjutan)Karakteristik sekolah yang melaksanakan MBS

OrganisasiSekolah

KegiatanBelajar

Mengajar

Sumber DayaManusia

Sumber Dayadan

Administrasi

Menjaminterpelihara-nya sekolahyangbertanggung-jawab kepadamasyarakatdan sekolah.

Sumber: Rivai dan Murni, (2013). Mengadopsi dari: Focus onschool: the Future Organization of Education Service forStudent. Australia: Departement of Education

2.2.8 Implementasi MBS dalam pengelolaan sekolah

Kesadaran masyarakat terhadap urgensi pendi-

dikan semakin meningkat dari waktu ke waktu, hal ini

dapat diindikasikan dengan animo masyarakat yang

semakin banyak mempercayakan anaknya untuk ber-

sekolah di lembaga-lembaga pendidikan yang bermutu.

Sebagian besar masyarakat sadar bahwa untuk meng-

hadapi tantangan yang semakin berat disebabkan oleh

perubahan dan tantangan zaman adalah kesiapan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, lembaga

pendidikan yang bermutu dan mampu memberikan

layanan yang maksimal kepada masyarakat sesuai

dengan kebutuhan masyarakat akan menjadi lembaga

pendidikan tujuan bahkan idola yang dipercaya masya-

rakat untuk mendidik anak-anaknya.

Di era yang kompetitif ini bukan hanya instansi

bersifat komersial saja yang dituntut untuk mening-

Page 19: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

29

katkan layanan yang maksimal, akan tetapi lembaga

pendidikan juga dituntut untuk bersaing dengan lem-

baga pendidikan yang lain guna menawarkan jasa yang

mempunyai kesesuaian dan keserasian dengan kebu-

tuhan masyarakat sebagai pengguna layanan pendi-

dikan. Sehingga lembaga pendidikan diharapkan

memiliki sistem manajemen pendidikan yang baik dan

berkualitas untuk menghadapi kompetitor lain di era

kompetitif ini. Artinya, apabila pendidikan akan dilak-

sanakan secara terencana dan teratur, maka berbagai

elemen yang terlibat dalam kegiatan perlu dikenali.

Untuk itu, diperlukan pengkajian usaha pendidikan

sebagai suatu sistem (Nanang, 2001). Sistem di sini

merupakan suatu mekanik dalam suatu anatomi pendi-

dikan.

Implementasi MBS pada hakikatnya adalah pem-

berian otonomi yang lebih luas kepada sekolah dengan

tujuan akhir meningkatkan mutu hasil penyeleng-

garaan pendidikan, sehingga dapat menghasilkan pres-

tasi yang sebenarnya melalui proses manajerial yang

berkualitas. Melalui peningkatan kinerja dan partisipasi

semua stakeholder-nya, maka sekolah pada semua jen-

jang dan jenis pendidikan dengan sifat otonomistisnya

akan menjadi suatu instansi pendidikan yang organik,

demokratis, kreatif, dan inovatif, serta unik dengan

karakternya masing-masing untuk melakukan pemba-

haruan sendiri (Umiarso dan Gojali, 2010).

Sejalan dengan konteks di atas, sekolah memiliki

wewenang untuk mengambil keputusan. Menurut

Syaiful Sagala, kekuasaan yang dimiliki sekolah antara

lain mengambil keputusan berkaitan dengan serta

Page 20: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

30

pengelolaan kurikulum; keputusan berkaitan dengan

rekrutmen serta pengelolaan guru dan pegawai admi-

nistrasi; serta keputusan berkaitan dengan pengelolaan

sekolah.

Adapun komponen yang didesentralisasikan ada-

lah manajemen kurikulum, manajemen tenaga kepen-

didikan, manajemen kesiswaan, manajemen pendana-

an/keuangan, serta manajemen hubungan sekolah

dengan masyarakat. Secara visualistis, implementasi

MBS tersebut dapat dilihat pada skema sebagai

berikut:

Gambar 2.2Bagan Implementasi MBS

Implementasi MBS dalam suatu lembaga pendi-

dikan akan menjadi lebih baik apabila lembaga tersebut

melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

pelaporan hasil. Rivai dan Murni (2012), mengemuka-

kan bahwa untuk mengelola sekolah di era kompetitif

ini, kepala sekolah harus tampil sebagai kordinator dari

sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang

ImplementasiManajemen

Kurikulum, TenagaKependidikan,

Kesiswaan,Keuangan, dan

Hubungan Sekolahdengan Masyarakat

Input Proses Output

ProsesPembelajaran

PrestasiBelajarSiswayang

Meningkat

Page 21: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

31

memiliki perbedaan di dalam masyarakat sekolah dan

secara profesional harus terlibat dalam setiap proses

perubahan di sekolah melalui perencanaan dan pelak-

sanaan MBS yang didukung penerapan prinsip-prinsip

pengelolaan mutu secara total.

Terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan

MBS, Rivai dan Murni (2012) menegaskan bahwa pe-

rencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu

yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Sedangkan pelaksanaan dari peren-

canaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan

dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan

pembuat perencanaan. Namun, yang lebih utama ada-

lah perencanaan harus dapat dilaksanakan dengan

mudah dan tepat sasaran.

Berdasarkan hal tersebut, aspek-aspek yang

perlu direncanakan diharapkan dapat memenuhi stan-

dar kompetensi yang terfokus pada hasil pengelolaan

sekolah yang bermutu, dengan demikian untuk menca-

pai kompetensi tersebut diperlukan evaluasi hasil dari

pelaksanaan implementasi MBS yang sudah dilakukan.

Pengelolaan lembaga pendidikan berkaitan de-

ngan MBS juga perlu memerhatikan evaluasi (feed

back) dari berbagai pihak. Kriteria yang efektif digu-

nakan untuk mengevaluasi kegiatan manajerial pendi-

dikan adalah yang berfokus pada outcome-nya (hasil

akhir). Lemahnya evaluasi dapat menjadi permasalahan

serius dalam suatu kegiatan kelembagaan, dalam

ranah pendidikan evaluasi sangat diperlukan untuk

mengetahui apakah program yang telah direncanakan

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sering

Page 22: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

32

diasumsikan bahwa MBS akan bernilai hanya karena

isi program tampak penting. MBS memerlukan evaluasi

untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian

tujuan.

2.2.9 Sekolah Potensial

Sekolah potensial merupakan suatu satuan

pendidikan yang belum memenuhi standar nasional

pendidikan. Adapun definisi sekolah potensial yang

dikutip oleh Riza Sativa dalam situs (http://oryza-

sativa135rsh.blogspot.com/2011/01/sekolah-bertaraf-

international-sbi-dan.html) yaitu:

“Sekolah potensial, yaitu sekolah yang masih relatifbanyak kekurangan/kelemahan untuk memenuhikriteria sekolah yang sesuai dengan Standar Nasio-nal Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalamUUSPN Tahun 2003 pasal 35 maupun dalam PP No.19 Tahun 2005. Ditegaskan dalam penjelasan PPNo.19 Tahun 2005 pasa 11 ayat 2 dan 3 bahwakategori sekolah potensial adalah sekolah yangbelum memenuhi (masih jauh) dari SNP.”

Karena sekolah potensial tersebut belum dan

masih jauh dari standar nasional pendidikan, maka un-

tuk mengetahui karakteristik sekolah tersebut, berikut

ada beberapa kriteria sekolah potensial yaitu:

a) Sekolah negeri maupun swasta;

b) Memiliki rata-rata UN yang lebih rendah daripada

rata-rata UN untuk kriteria sekolah standar nasio-

nal (SSN), misalnya untuk penetapan SSN tahun

2006 persyaratan UN tahun 2004 minimal 6,33 dan

UAN tahun 2005 6,50. Sedangkan untuk penetapan

SSN tahun 2007 UN tahun 2005 minimal 6,35 dan

UN tahun 2006 minimal 6,75;

Page 23: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

33

c) Termasuk sekolah yang tergolong ketagori cukup

atau kurang di kabupaten/kota yang bersangkutan,

yaitu memiliki karakteristik cukup atau kurang

terhadap 8 SNP (Standar kompetensi lulusan, stan-

dar isi, standar proses, standar sarana dan prasa-

rana, standar pendidik dan kependidikan, standar

manajemen, standar pembiayaan, dan standar peni-

laian) atau di bawah nilai baik dan amat baik. Hal

ini dibuktikan dengan penilaian kinerja sekolah

yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/

Kota;

d) Bukan sekolah yang didukung oleh yayasan yang

memiliki pendanaan yang kuat, baik dari dalam

maupun luar negeri; dan

e) Sekolah dengan nilai akreditasi di bawah A.

2.2.10 Sekolah Standar Nasional (SSN)

Sekolah Standar Nasional (SSN) adalah sekolah

yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional

Pendidikan, yaitu standar kompetensi lulusan, standar

isi, standar proses, standar sarana dan prasarana,

standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar

manajemen, standar pembiayaan, dan standar penilai-

an.

Pengertian delapan standar nasional pendidikan

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasikemampuan lulusan yang mencakup sikap, penge-tahuan dan keterampilan; 2) Standar isi adalah ru-ang lingkup materi dan tingkat kompetensi yangdituangkan dalam kriteria tentang kompetensi ta-matan, kompetensi bahan kajian, kompetensi matapelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus di-

Page 24: BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5108/3/T2_942011019_BAB II.pdf · TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan ... Terkait dengan keempat

34

penuhi oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikantertentu; 3) Standar proses adalah standar nasionalpendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaanpembelajaran pada satu satuan pendidikan untukmencapai standar kompetensi lulusan; 4) Standarpendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteriapendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupunmental, serta pendidikan dalam jabatan; 5) Standarsarana dan prasarana adalah standar nasional pen-didikan yang berkaitan dengan kriteria minimal ten-tang ruang belajar, tempat berolah raga, tempatberibadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel ker-ja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,serta sumber belajar lain, yang diperlukan untukmenunjang proses pembelajaran, termasuk peng-gunaan teknologi informasi dan komunikasi; 6)Standar pengelolaan adalah standar nasional pendi-dikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksa-naan dan pengawasan kegiatan pendidikan padatingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provin-si, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivi-tas penyelengaraan pendidikan; 7) Standar pembia-yaan adalah standar yang mengatur komponen danbesarnya biaya operasi satuan pendidikan yangberlaku selama satu tahun; 8) Standar penilaianpendidikan adalah standar nasional pendidikan yangberkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instru-men penilaian hasil belajar siswa.