bab ii teknologi seluler gsm 2.1 tinjauan pustaka · 8 2.2 landasan teori 2.2.1 global system for...

22
7 BAB II TEKNOLOGI SELULER GSM 2.1 Tinjauan Pustaka Metode akses telepon seluler ada tiga macam yaitu, metode akses FDMA (Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple Access), dan metode akses CDMA (Code Division Multiple Access), dan ketiga metode akses itu sama-sama digunakan di berbagai belahan dunia sebagai penunjang sarana komunikasi tanpa kabel (Jerry D. Gibson, 1996). Pemakaian teknologi komunikasi sangat tinggi, sebagai contoh di Jerman pada bulan Agustus 1992 penggunaan GSM sudah mencapai 20.000 unit, kemudian pada bulan Januari 1993 sudah mencapai 200.000 unit, pertambahan perbulan minimal mencapai angka 20.000 unit. Hal ini juga dimungkinkan karena adanya keunggulan dan kelebihan dari masing-masing jasa telekomunikasi. (Eddy Yuliarso, 1995). Jumlah pelanggan layanan telekomunikasi bergerak akan menyusul jumlah pelanggan telepon biasa (fixed telephone), mendekati tahun 2010 dengan estimasi sebesar 1,4 miliar. Seiring dengan itu pula, peran multimedia bergerak yang baru sudah mulai tampak (ETSI, 2005).

Upload: dangdan

Post on 13-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TEKNOLOGI SELULER GSM

2.1 Tinjauan Pustaka

Metode akses telepon seluler ada tiga macam yaitu, metode akses FDMA

(Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple

Access), dan metode akses CDMA (Code Division Multiple Access), dan ketiga

metode akses itu sama-sama digunakan di berbagai belahan dunia sebagai penunjang

sarana komunikasi tanpa kabel (Jerry D. Gibson, 1996).

Pemakaian teknologi komunikasi sangat tinggi, sebagai contoh di Jerman

pada bulan Agustus 1992 penggunaan GSM sudah mencapai 20.000 unit, kemudian

pada bulan Januari 1993 sudah mencapai 200.000 unit, pertambahan perbulan

minimal mencapai angka 20.000 unit. Hal ini juga dimungkinkan karena adanya

keunggulan dan kelebihan dari masing-masing jasa telekomunikasi. (Eddy Yuliarso,

1995).

Jumlah pelanggan layanan telekomunikasi bergerak akan menyusul jumlah

pelanggan telepon biasa (fixed telephone), mendekati tahun 2010 dengan estimasi

sebesar 1,4 miliar. Seiring dengan itu pula, peran multimedia bergerak yang baru

sudah mulai tampak (ETSI, 2005).

8

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Global System for Mobile Communication (GSM)

GSM adalah sebuah sistem telekomunikasi terbuka dan berkembang secara

pesat dan konstan. Keunggulan utamanya adalah kemampuannya untuk internasional

roaming. Ini memberikan sebuah sistem yang standar tanpa batasan hubungan pada

lebih dari 159 negara. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat mencapai

daerah-daerah yang terpencil.

GSM merupakan sistem yang sangat modern karena disamping sarat akan

teknologi ternyata sistem ini bekerja dengan mengaplikasikan sistem elektronika

secara maksimal. Hal ini bisa diindikasikan dengan kemampuan sistem ini untuk

membagi suatu kawassan dalam beberapa sel/wilayah yang kecil. Hal ini yang

digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi dapat meluas sehingga mencapai

kesemua bagian pada kawasan tertentu sehingga beberapa pengguna dapat

menggunakan telepon seluler mereka secara bersama tanpa adanya jeda pada saat

berbicara yang membuat suara menjadi terputus-putus.

Pada sistem GSM, untuk menggambarkan cakupan area secara geografis

digunakan penggambaran secara heksagonal bukan berupa penggambaran lingkaran

dalam pemaparan konfigurasi selnya.

9

Gambar 2.1 Perbandingan penggambaran heksagonal dan lingkaran

[Sumber : Dikutip dari Laporan Tugas Akhir: Perbandingan Teknologi GSM dan Teknologi CDMA, Rakhman A. Nurbani-UMP: 2006]

Jika sel digambarkan dalam bentuk lingkaran dan lainnya maka

penggambaran sel yang satu dengan yang lainnya tidak akan dapat saling

bersinggungan dengan sempurna. Pada sistem sel GSM ini, semua daerah dapat

dicakup tanpa adanya batas sel yang satu dengan yang lainnya, sehingga kurva

heksagonal lebih mewakili karena cakupan area dapat tergambarkan dengan rapi serta

mencakup keseluruhan area. Setiap sel terbagi dalam beberapa sektor atau area

individu untuk efisiensi cakupan area secara keseluruhan sehingga tidak terjadi

adanya blank spot.

Sistem GSM berbeda dengan generasi pertama dalam sistem wireless, karena

GSM memakai teknologi digital dan metode transmisi Time Division Multiple Access

(TDMA). Voice atau suara di encode secara digital melalui sebuah encoder unik,

yang kemudian mengemulasi karakteristik dari pembicaraan manusia. Metode

transmisi ini membuat rasio data/informasi sangat efisien.

Pelayanan High bandwidth telah ada pada teknologi saat ini yaitu yang biasa

disebut 2G (Second Generation) technologies. Selain GSM 900 juga ada GSM 1800

dan GSM 1900. Jalur pengembangan ke teknologi 3G (Third Generation) sudah

10

sangat jelas yaitu membawa kemungkinan-kemungkinan penggunaan data dan

multimedia secara canggih. Standar GSM akan terus berkembang dengan sistem

wireless, satellite dan cordless yang menawarkan jasa pelayanan yang lebih banyak,

seperti kecepatan tinggi dalam transmisi, jasa transmisi data multimedia dan integrasi

dengan internet. Di Indonesia frekuensi yang digunakan oleh provider-provider

jaringan adalah 900 Mhz dan 1800 Mhz.

Tabel 2.1 Alokasi Frekuensi pada GSM

Services Up-link Down-link

GSM 900 890 – 915 Mhz 935 – 960 Mhz

GSM 1800 1710 – 1785 Mhz 1805 – 1880 Mhz

GSM 1900 1900 – 1910 Mhz 1980 – 1990 Mhz

[Sumber : Cellular Frequency in Indonesia, Pasific Wave-Indonesia: 2007]

Frekuensi pada Up-link digunakan pada sinyal yang dipancarkan dari Mobile

Station (MS) ke Base Tranceiver Station (BTS), dan Down-link digunakan pada

sinyal yang diierima dari Base Tranceiver Station (BTS) ke Mobile Station (MS).

Satu kanal frekuensi digunakan untuk satu sektor atau cell pada BTS, dan jarak per-

kanal sebesar 200 Khz. Jumlah total penggunaan kanal pada GSM 900 adalah 124

kanal, dan pada GSM 1800 adalah 374 kanal, kemudian penggunaan kanal tersebut

biasa disebut dengan Frecuency Carriers. Sedangkan perangkat pada BTS untuk

memancarkan dan menerima sinyal pada setiap kanal GSM (Uplink - Downlink)

disebut dengan Tranceivers (TRx).

11

2.2.2 Arsitektur GSM

Dengan semakin meningkatnya permintaan pelayanan telepon bergerak serta

tingkat kepadatan pelayanan per-area yang tinggi, teknologi GSM terus berkembang

dan tingkat pertumbuhan pengguna seluler Indonesia mencapai kurang lebih 60% per-

tahun. Hal ini merupakan gambaran tinggi dan pesatnya kebutuhan jasa

telekomunikasi seluler. Kecenderungan ini harus dapat diatasi dengan cepat oleh para

operator seluler di Indonesia. Upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan

kualitas dan meningkatkan kapasitas dan kualitas network. Arsitektur jaringan seluler

terdiri atas perangkat yang saling mendukung diantaranya area BSS, area NSS, dan

area OSS.

Dalam area Base Station System (BSS) terdapat beberapa komponen,

diantaranya :

a. Mobile Station (MS)

Perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan

komunikasi bergerak. MS dilengkapi dengan sebuah smartcard yang dikenal

dengan SIM (Subscriber Identity Module) card yang berisi nomor identitas

pelanggan.

b. Base Transceiver Station (BTS)

Perangkat pemancar (Transceiver) dan penerima (Receiver) yang memberikan

pelayanan radio kepada Mobile Station (MS). Alat ini berfungsi sebagai

interkoneksi antara infrastruktur sistem seluler dengan Out Station. BTS harus

selalu memonitor Out Station yang masuk atuapun yang keluar dari sel BTS

tersebut. Luas jangkauan dari BTS sangat dipengaruhi oleh lingkungan, antara

12

lain topografi dan gedung tinggi. BTS sangat berperan dalam menjaga kualitas

GSM, terutama dalam hal frekuensi hopping dan antena diversity.

c. Base Station Controller (BSC)

Perangkat yang membawahi beberapa BTS dan mengatur trafik yang datang dan

pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC sangat diperlukan untuk mengatur

perpindahan Out Station dari satu BTSke BTS lainnya. Perpindahan area

ditentukan oleh beda kekuatan sinyal antara dua BTS overlapping.

Gambar 2.2 Arsitektur GSM Base Station Subsystem

[Sumber : GSM Architecture, System Training Document-Nokia Networks: 2002]

Network Switching System (NSS) berfungsi sebagai switching pada jaringan

seluler, memanajemen jaringan, dan sebagai interface dengan jaringan lainnya.

Komponen NSS terdiri dari :

a. Mobile Switching Center (MSC), yaitu merupakan unit pusat pada NSS yang

mengontrol trafik semua BSC. MSC merupakan inti dari jaringan seluler, dan

13

berperan untuk interkoneksi pembicaraan, baik antar pelanggan seluler maupun

antar seluler dengan jaringan telepon kabel, atau dengan jaringan data.

b. Home Location Register (HLR), yaitu merupakan database yang digunakan untuk

menyimpan data-data pelanggan. HLR bertindak sebagai pusat informasi

pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi

terjadinya komunikasi pembicaraan, VLR selalu berhubungan dengan HLR dan

memberikan informasi posisi pelanggan berada.

c. Authentication Center (AuC), yaitu unit yang menyediakan parameter autentikasi

yang memeriksa identitas pemakai dan memastikan kemantapan dari setiap call.

Disamping itu AuC berfungsi untuk menghindarkan adanya pihak ketiga yang

secara tidak sah mencoba untuk menyadap pembicaraan. Dengan fasilitas ini

maka kerugian yang dialami pelanggan sistem seluler analog saat ini akibat

banyaknya usaha memparalel tidak mungkin terjadi lagi pada GSM. Sebelum

proses penyambungan switching dilaksanakan, sistem akan memeriksa terlebih

dahulu untuk pelanggan yang akan melakukan panggilan adalah pelanggan yang

sah atau bukan. Karena fungsinya yang sangat penting maka Operator seluler

harus dapat menjaga keamanannya agar tidak dapat diakses oleh pihak yang tidak

berkepentingan.

d. Visitor Location Register (VLR), yaitu merupakan database yang memiliki

informasi pelanggan sementara yang diperlukan oleh MSC untuk melayani

pelanggan yang berkunjung dari area lain. Adanya informasi mengenai pelanggan

dalam VLR memungkinkan MSC untuk melakukan hubungan baik panggilan

masuk ataupun panggilan keluar. VLR bertindak sebagai basis data pelanggan

yang bersifat dinamis, karena selalu berubah setiap waktu menyesuaikan dengan

14

pelanggan yang memasuki atau berpindah MSC. Data yang tersimpan dalam VLR

secara otomatis akan selalu berubah mengikuti pergerakan pelanggan. Dengan

demikian akan dapat dimonitor secara terus menerus posisi pelanggan, dalam hal

ini akan memungkinkan MSC untuk melakukan interkoneksi pembicaraan dengan

pembicara yang lain, VLR selalu berhubungan secara intensif dengan HLR yang

berfungsi sebagai sumber data pelanggan.

Gambar 2.3 Arsitektur GSM Network Switching System

[Sumber : GSM Architecture, System Training Document-Nokia Networks: 2002]

Operation and Support System (OSS) terdiri dari beberapa OMC (Operation

Maintenance Centers). Kemudian OSS itu sendiri memiliki tiga fungsi utama, yaitu :

1. Memelihara semua perangkat telekomunikasi dan operasi jaringan.

2. Memanajemen semua prosedur billing.

3. Memanajemen semua perangkat mobile dalam sistem.

15

Gambar 2.4 Arsitektur GSM Operation and Support System

[Sumber : GSM Architecture, System Training Document-Nokia Networks: 2002]

2.2.3 Coverage Area

Suatu antena akan mempunyai daya pancar yang terbatas dan mempunyai

daerah/kawasan tertentu. Coverage area merupakan suatu daerah atau area geografis

yang telah ditetapkan sebagai cakupan area layanan kepada pengguna yang dapat

dijangkau oleh antena untuk memancarkan dan menangkap suatu sinyal.

Daerah ini dapat ditentukan oleh kekuatan daya pancar antena, semakin bagus

kualitas dan daya pancar antena maka coverage area semakin besar. Pada sistem

GSM jangkauan antena dapat digambarkan dengan sistem heksagonal, sehingga

secara global dapat tergambar seperti sarang lebah, hal ini yang akan menjadikan

dasar penyebaran Base Station. Untuk membuat daya pancar maksimal maka posisi

antena dibuat dengan jarak tertentu, hal ini dilakukan untuk mengurangi interferensi

diantara BTS. Setiap antena dibuat dengan sistem sebar 360o, ini dimaksudkan untuk

mengurangi daerah tanpa sinyal. Keterbatasan sinyal dan coverage area yang sempit

16

membuat pembicaraan melemah hal itu sering terjadi pada tepi daerah dengan

indikasi no-signal pada layar sebuah telepon seluler. Batas akhir dari coverage area

tergantung dari frekuensi yang digunakan dari jaringan GSM tersebut, frekuensi yang

besar akan memperpendek coverage area, dan sebalikya frekuensi yang kecil akan

memperluas area jangkauan signal.

Gambar 2.5 Coverage area dengan BTS 3 sektor

[Sumber : GSM Architecture, System Training Document-Nokia Networks: 2002]

2.2.4 Frekuensi Reuse

Terbatasnya spektrum frekuensi yang dapat digunakan pada sistem

komunikasi bergerak menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi tersebut harus

seefisien mungkin. Oleh karena itu diterapkan konsep frekuensi reuse yaitu

penggunaan kembali frekuensi yang sama pada suatu sel atau pengulangan frekuensi

yang sama pada area yang berbeda di luar jangkauan interferensinya.

Beberapa hal yang mendasari atau melatar belakangi pola frekuensi reuse,

diantaranya :

17

1. Keterbatasan alokasi frekuensi

2. Keterbatasan area cakupan cell (coverage area).

3. Menaikkan jumlah kanal.

4. Membentuk cluster yang berisi beberapa cell.

5. Co-channel interference.

Teknologi GSM sangat bergantung pada jaringan sel-sel yang terdistribusi.

Setiap sel site mempunyai antena sendiri dan peralatan radio yang lain dengan

menggunakan daya yang rendah dan berkomunikasi secara bergerak. Pada setiap sel

digunakan frekuensi yang sama dan diatur pula untuk digunakan di sel yang lain,

akan tetapi setiap sel yang mempunyai frekuensi sama tersebut diberikan jarak ruang

yang jauh untuk mengurangi interferensi. Oleh karena itu pada sistem sel ini,

frekuensi yang sama dapat digunakan beberapa kali.

Pada Gambar 2.6 dapat dilihat penggunaan ulang kanal frekuensi, pada Sel a

yang menggunakan kanal radio f1 mempunyai radius R dapat digunakan ulang pada

sel yang berbeda dengan jangkauan yang sama pada jarak D dari sel yang

sebelumnya.

Gambar 2.6 Konsep Frekuensi Reuse

[Sumber : Sistem Seluler, Laporan Tugas Akhir: Performansi Sistem Repeater Indoor, Fuji Fitriani-Learning Center IT Telkom: 2009]

18

Sedangkan jarak pemisah relatif terhadap radius sel dinyatakan dengan D/R.

Persamaan rumus dibawah ini:

KRD 3/ = ..................... (2.1)

Keterangan :

D = Jarak antara BS dengan BS yang lain

R = Radius sel

K = Jumlah pola frekuensi

Konsep frequency reuse dapat meningkatkan efisiensi pada penggunaan

spektrum frekuensi, akan tetapi harus diikuti dengan pola tertentu dan teratur agar

tidak terjadi interferensi kanal. Pada frequency reuse, penggunaan kanal tidak

tergantung pada frequency carrier yang sama untuk beberapa wilayah cakupan.

Gambar 2.7 Reuse Frequency

[Sumber : Sistem Komunikasi Bergerak, Document-PT. Nexwave: 2009]

Setiap Base Station (BS) akan mengatur daya keluaran untuk memberikan

kecukupan sinyal tenaga pada seluruh sirkuit dan mengatur untuk tidak terlalu tinggi

sehingga akan meluas pada sel yang lain. Setiap sel mewakili pengaturan kanal yang

19

berbeda-beda pada frekuensi yang sama. Pada sistem GSM setiap sel akan dibagi

pada sebuah kanal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi gangguan saat penggunaan

frekuensi yang sama dalam sistem tersebut. Sel dapat diperluas cakupannya dengan

menambah sel baru dan mengatur arah sektornya.

Sel terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau disebut dengan

istilah split cell, akan tetapi membagi sel tidak berarti memecah berdasarkan

sektornya. Pembagian sel ini adalah solusi yang tepat akan tetapi membutuhkan biaya

yang relatif besar. Dengan adanya pembagian sel ini akan menambah kapasitas jalur

pada daerah yang mempunyai permintaan sinyal yang tinggi.

Gambar 2.8 Split Cell area Urban/Perkotaan

[Sumber : Sistem Komunikasi Bergerak, Document-PT. Nexwave: 2009]

Layanan jaringan GSM dicakup oleh beberapa sel-sel yang berukuran kecil,

cakupan sinyal dalam sel ini terdiri atas dua jenis :

1. Omnidirectional (azimuthally) yaitu satu site BTS terdapat satu antena.

20

2. Sectored yaitu dalam satu site BTS menggunakan 3 antena sektorial dengan arah

ideal per sektor 120o.

Setiap sektor mempunyai Radio Frequency (RF) sebagai frekuensi pembawa

informasi (Frequncy Carrier). Frequency carrier ini mengidentifikasi dua buah

frekuensi yang berlainan, yaitu downlink dan uplink. Kedua frekuensi ini digunakan

secara simultan.

2.2.5 Teori Trafik

Definisi trafik secara umum adalah perpindahan suatu informasi yang dapat

berupa pulsa, frekuensi atau pembicaraan dari suatu tempat ke tempat lain melalui

suatu media jaringan telekomunikasi. Dalam sistem seluler, media untuk mengadakan

suatu hubungan pembicaraan yaitu kanal frekuensi yang telah di berikan oleh suatu

base station. Biasanya satu kanal frekuensi hanya dapat melayani sebuah panggilan

setiap saat. Konsep ini dapat berubah apabila digunakannya fasilitas frekuensi reuse.

Pada saat melayani panggilan dikatakan bahwa kanal tersebut sedang sibuk dan

dikatakan sedang bebas (idle) apabila tidak diduduki oleh panggilan.

Trafik seluler yang disingkat dengan trafik didefinisikan sebagai sejumlah

panggilan dari telepon seluler yang dilayani sejumlah kanal dengan memperhatikan

durasi waktu dan jumlah panggilan. Intensitas trafik di definisikan sebagai jumlah

panggilan rata-rata yang menduduki kanal selama periode waktu tertentu dan rata-rata

waktu tersebut disebut dengan call holding time. Dalam teori trafik biasanya satuan

waktu tersebut adalah periode dari 1 jam. Sehingga jumlah panggilan dapat

dihubungkan dengan rate kedatangannya dengan satuan jumlah panggilan per satuan

21

waktu dan rata-rata durasi waktunya disebut satuan waktu per panggilan. Intensitas

trafik A didefinisikan dengan :

A = ..................... (2.2)

Keterangan :

A = Kepadatan trafik dalam sistem jaringan dengan satuan Erlang.

n = Jumlah pengguna per jam dengan satuan call/jam.

T = Rata-rata waktu percakapan pengguna per satu waktu dalam menit.

Satuan trafik yang biasa digunakan yaitu Erlang. Satu Erlang adalah

pendudukan suatu sirkuit/kanal terus-menerus selama satu jam. Sehingga dapat

didefinisikan bahwa satu Erlang dalam sistem seluler adalah satu panggilan yang

menggunakan satu kanal selama satu jam. Selain satuan Erlang juga terdapat satuan

lain yang biasa di pakai dan berhubungan dengan satuan Erlang yaitu :

1 Erlang = 1 TU (Traffic Unit)

= 36 CCS (Cent Call Seconds)

= 36 HCS (Hundred Call Seconds)

= 36 UC (Unit Calls)

= 30 EBHC (Equated Busy Hour Call)

Kongesti Trafik atau Kemacetan Trafik adalah suatu keadaan dimana semua

server sedang dalam keadaan diduduki panggilan secara bersamaan pada suatu waktu.

Pelayanan terhadap panggilan yang datang pada saat terjadi kongesti bergantung pada

sistem operasi yang digunakan oleh server tersebut. Sistem pelayanan pada saat

22

kongesti terbagi dalam dua bagian yaitu Sistem Hilang (Loss System) dan Sistem

Tunda (Delay System).

2.2.6 Handover

Handover merupakan suatu keadaan perpindahan sinyal dari sel yang satu ke

sel yang lainnya pada suatu sistem seluler yang dilakukan secara otomatis. Hal ini

merupakan unsur utama dalam jarinan nirkabel karea merupakan hal yang sangat

penting dalam proses perpindahan sinyal demi kelancaran komunikasi.

Gambar 2.9 Proses terjadinya Handover/Hand off (use a call)

[Sumber : Sistem Komunikasi Bergerak, Document-PT. Nexwave: 2009]

Dengan teknik handover atau hand off sinyal akan terus terkoneksi dan

hubungan Mobile Station dengan router atau switching dapat terjaga. Pengguna

seluler mempunyai ruang gerak yang sangat luas dan selalu berpindah-pindah sel

dengan leluasa sehingga keutuhan sinyal akan sangat diperlukan dalam proses

23

komunikasi. Cakupan sel mempunyai area yang sangat terbatas sehingga beberapa sel

dibuat untuk menjaga kebutuhan sinyal yang tetap kontinyu. Pengguna yang

berpindah antar sel tanpa disadari telah melakukan proses handover atau hand off.

Ketika sinyal melemah, Base Station (BS) terdekat akan memberikan informasi pada

Base Station (BS) lain yang lebih dekat untuk memindahkan frekuensinya ke Base

Station (BS) tersebut, sehingga kualitas sinyal akan lebih baik. Pemindahan ini

dilakukan secara otomatis dan sangat cepat sehingga pengguna tidak merasa bahwa

telah dilakukan pemindahan frekuensi ke Base station (BS) baru yang terdekat.

Gambar 2.10 Proses terjadinya Cell Re-selection (idle)

[Sumber : Sistem Komunikasi Bergerak, Document-PT. Nexwave: 2009]

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya handover antara lain :

1. Kualitas penerimaan (Received quality)

24

2. Level penerimaan (Received level)

3. Jarak (MS – BTS distance)

4. Power Budget (Better cell)

Tiga penyebab yang pertama dikenal dengan Mandatory/Imperative Causes

dalam arti jika salah satu dari tiga penyebab tersebut terjadi, maka handover sangat

diperlukan untuk mempertahankan/menjaga hubungan. Hal ini mungkin terjadi

karena Mobile Station (MS) bergerak meninggalkan coverage area dari sel yang

melayani (intercell handover) atau karena adanya interferensi yang kuat dari sel lain

yang menggunakan kanal frekuensi sama (intracell handover).

Faktor penyebab yang keempat adalah optional handover dalam arti jika

kualitas link didalam serving cell masih cukup bagus namun cell tetangga mempunyai

level terima yang lebih baik, maka akan terjadi handover ke sel yang lebih baik.

Walaupun hal ini kurang penting, tetapi berguna untuk meningkatkan performansi

jaringan secara keseluruhan.

Handover berdasarkan alasan/tujuan pelayanan dapat dibagi menjadi :

a. Rescue handover adalah handover yang dilakukan untuk menghindari panggilan

yang hilang saat Mobile Station (MS) meninggalkan daerah cakupan. Rescue

handover dapat juga disebut emergency handover.

b. Confinement handover adalah handover yang berdasarkan kualitas sel tetangga

yang lebih baik, walaupun kualitas sinyal hubungan saat itu masih memadai.

Dapat juga disebut sebagai better cell handover.

c. Traffic handover adalah handover yang dilakukan karena sel setempat mengalami

kepadatan yang tinggi sedangkan sel tetangga mempunyai banyak kanal bebas.

Dengan traffic handover akan didapatkan keseimbangan trafik.

25

Intracell Handover yaitu pemindahan informasi yang dikirim dari satu kanal

ke kanal yang lain pada sel yang sama. Dilakukan karena terjadi gangguan

interferensi.

Gambar 2.11 Intracell Handover

[Sumber : GSM Traffic Management, Sistem Training Document-Nokia Networks: 2002]

Intra – BSS Handover yaitu handover yang dikontrol oleh BSC. BTS yang

lama dan yang baru, sama – sama dibawah kendali sebuah BSC. Handover ditangani

seluruhnya oleh BSC.

Gambar 2.12 Intra-BSS Handover

[Sumber : GSM Traffic Management, Sistem Training Document-Nokia Networks: 2002]

26

Intra – MSC Handover yaitu handover yang terjadi dalam sebuah MSC, BTS

lama dan BTS baru berada dibawah sebuah MSC tapi dikendalikan oleh BSC yang

berbeda.

Gambar 2.13 Intra-MSC Handover

[Sumber : GSM Traffic Management, Sistem Training Document-Nokia Networks: 2002]

Inter – MSC Handover yaitu handover antar dua MSC, BTS lama dan BTS

baru berada pada MSC area yang berbeda.

Gambar 2.14 Inter-MSC Handover

[Sumber : GSM Traffic Management, Sistem Training Document-Nokia Networks: 2002]

27

2.2.7 Blocking

Blocking adalah suatu kemampuan sistem untuk menolak melayani panggilan

karena kanal yang tersedia sudah terisi. Blocking Call terjadi bila terdapat panggilan

baru dan langsung diarahkan ke mikro-sel ataupun makro-sel tetapi tidak bisa

dilayani oleh sel tersebut karena trafik sudah terlalu tinggi. Panggilan tersebut adalah

panggilan baru yang bukan berasal dari luapan makro-sel ataupun mikro-sel.

Gambar 2.15 Proses terjadinya Block Call

[Sumber : GSM Traffic Management, Sistem Training Document-Nokia Networks: 2002]

Blocking terjadi karena tingginya jumlah panggilan yang tidak sebanding

dengan jumlah kanal yang tersedia. Terdapat 3 jenis blocking, diantaranya :

a. Blocking call setup, yaitu terjadinya banyak percobaan pengulangan melakukan

panggilan

28

b. Blocking kanal suara, yaitu jika panggilan datang sebagian tidak dapat dilayani

karena tidak mendapatkan kanal suara, evaluasi pada cell site.

c. Blocking End-Office, yaitu trunk panggilan dari MSC ke end-office mulai

meningkat dan jumlah terhubung ke end-office menjadi tidak mencukupi.

2.2.8 Switching

Switching merupakan proses vital dalam sebuah sistem telekomunikasi.

Swiching akan melayani permintaan pemindahan transmisi diantara peralatan-

peralatan terminal khususnya pengirim dan penerima. Tanpa sistem switching setiap

peralatan yang membutuhkan komunikasi akan disambungkan secara manual, seperti

cordboard switch pada sistem tradisional. Proses switching pada jaringan seluler

GSM adalah memerintahkan setiap sel yang kualitas sinyalnya paling baik untuk

melakukan handover. Switching dikendalikan secara otomatis oleh setiap BSC dan

MSC untuk masing-masing sel yang uplink maupun downlink sehingga proses

handover bisa berjalan dengan lancar.