bab ii profil kota depoksippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen... · 2018-07-06 ·...
TRANSCRIPT
II -1 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
BAB II
PROFIL KOTA DEPOK
2.1 Wilayah Administrasi
Kota Depok secara geografis terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan
dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Wilayah kota depok dari Utara ke Selatan merupakan
daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi antara 50 – 140 meter di atas
permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok yang merupakan salah
satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 Ha. Wilayah administrasi
Kota Depok dapat dilihat di Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Wilayah Administrasi Kota Depok
No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah
Kelurahan Km2 %
1 Sawangan 29,50 14,73 7
2 Bojongsari 19,79 9,88 7
3 Pancoran Mas 18,21 9,09 6
4 Cipayung 11,63 5,80 5
5 Sukmajaya 18,04 9,01 6
6 Cilodong 16,09 8,03 5
7 Cimanggis 21,22 10,59 6
8 Tapos 32,33 16,14 7
9 Beji 14,30 7,14 6
10 Limo 12,32 6,15 4
11 Cinere 10,47 5,23 4
Jumlah 200,29 100 63
Wilayah Kota Depok berbatasan dengan satu Kabupaten, dua Kota dan dua Propinsi. Secara lengkap
wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan Wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung
Putri Kabupaten Bogor
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten
Bogor.
II -2 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor.
Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini
menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya
perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya.
Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintah yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk
kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan
sebagai kota resapan air. Kota Depok mempunyai keunggulan komparatif apabila dilihat dari letaknya
yang sangat strategis baik dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan dan
keamanan.
2.2 Potensi Kota Depok
Berdasarkan struktur ekonomi, potensi unggulan daerah Kota Depok adalah sektor tersier
yang meliputi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sub sektor jasa. Berdasarkan data
tahun 2010 dari BPS Kota Depok, sektor ini memberikan kontribusi pada perekonomian daerah
sebesar 53,14% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (52,77%). Fenomena dominannya sektor
tersier dalam perekonomian Kota Depok menunjukkan pergeseran struktur ekonomi Kota Depok yang
semakin mengarah pada kota perdagangan dan jasa. Juga dari BPS diketahui sub sektor pada sektor
tersier yang memberikan kontribusi terbesar adalah perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sub
sektor ini mencapai 36,29%, diikuti berturut-turut oleh jasa (7,31%), pengangkutan dan komunikasi
(6,28%), dan Bank dan Lembaga Keuangan lainnya (3,26%). Terakhir, sektor tersier tumbuh dengan
laju yang cukup tinggi, yaitu 7,67% dengan laju pertumbuhan tertinggi pada subsector perdagangan,
hotel dan restoran yang mampu tumbuh dengan LPE sebesar 8,38%. Sub sektor lainnya bertumbuh di
atas 6%.
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Jumlah penduduk Kota Depok menurut sensus pada tahun 2014 mencapai 2.033.508 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki 1.025.784 jiwa dan perempuan 1.007.724 jiwa. Rasio jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan di Kota Depok adalah 101,79. Kecamatan Cimanggis paling banyak
penduduknya dibanding kecamatan lain di Kota Depok yaitu 283.025 jiwa sedangkan kecamatan
dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 102.872 jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
II -3 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Tabel 2. 2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Depok Tahun 2014
Kecamatan
Luas (km2)
Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/ Km²) Laki-laki Perempuan
010 011 020 021 030 031 040 041 050 060 061
Sawangan Bojongsari Pancoran Mas Cipayung Sukmajaya Cilodong Cimanggis Tapos Beji Limo Cinere
25,90 17,79 18,21 11,63 18,04 16,09 21,22 32,33 14,30 12,32 10,47
73.660 59.305
124.019 76.107
134.956 73.943
143.260 127.226 98.361 52.129 62.818
70.868 57.345
122.209 73.505
136.779 72.277
139.765 125.671 95.683 50.743 62.879
144.528 116.650 246.228 149.612 271.735 146.220 283.025 252.897 194.044 102.872 125.697
5.580 6.557
13.522 12.864 15.063 9.088
13.338 7.822
13.570 8.350
12.005
Kota Depok 198,30 1.025.784 1.007.724 2.033.508 10.255
Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2015
Pada tahun 2014, kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 10.255 jiwa/km2. Kecamatan
Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 15.063 jiwa/km2,
walaupun jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Cimanggis. Kecamatan terpadat kedua
adalah Beji dengan tingkat kepadatan 13.570 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan
penduduk terendah adalah kecamatan Sawangan yaitu sebesar 5.580 jiwa/km2.
Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kota Depok
(Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032)
II -4 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Tabel 2. 3 Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan Kota Depok 3 Tahun Terakhir
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju
Pertumbuhan Penduduk (%)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Sawangan 123.356 128.905 134.943 139.474 144.528 4,18
2 Bojongsari 99.768 104.040 108.913 112.603 116.650 4,12
3 Pancoran Mas 210.204 219.601 229.887 237.557 246.228 4,16
4 Cipayung 127.707 133.439 139.689 144.380 149.612 4,18
5 Sukmajaya 232.895 242.335 253.687 262.145 271.735 4,02
6 Cilodong 123.713 130.410 136.519 141.107 146.220 4,48
7 Cimanggis 242.214 252.424 264.248 273.042 283.025 4,07
8 Tapos 216.581 225.547 236.113 243.986 252.897 4,05
9 Beji 164.682 173.064 181.171 187.228 194.044 4,37
10 Limo 87.615 91.749 96.047 99.320 102.872 4,27
11 Cinere 107.830 112.099 117.350 121.318 125.697 4,01
Sumber : Hasil Analisa, 2015
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
2.4.1 Isu Strategis Sosial
Letak Kota Depok sangat strategis apabila dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan dan keamanan karena berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta sebagai pusat
pemerintahan dan ekonomi. Kota Depok berperan sebagai daerah penyangga Ibukota Jakarta
sehingga segala sesuatu yang terjadi di Jakarta akan berdampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap Kota Depok. Sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 13 tahun 1976 tentang
pengembangan Wilayah Jabodetabek, Depok yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor di masa
lalu diarahkan untuk menjadi daerah pemukiman, namun dalam perkembangannya Kota Depok tidak
hanya menjadi tempat pemukiman yang nyaman tapi juga berkembang menjadi kota perdagangan,
jasa dan pendidikan.
Tenaga Kerja
Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
Penduduk usia kerja terdiri dari “angkatan kerja” dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong
“angkatan kerja” adalah mereka yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan
gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap
dikategorikan sebagai penganggur.
Berdasarkan hasil survei Angkatan Kerja Nasional 2010 diperoleh gambaran bahwa pada
tahun 2010, penduduk Kota Depok yang bekerja 714.891 jiwa sedangkan yang menganggur sekitar
65.072 jiwa. Penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja sebanyak 779.963 jiwa sedangkan
penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 441.891 jiwa. Penduduk yang bekerja masih didominasi
laki-laki dari pada perempuan (laki-laki 61,87 % dan perempuan 38,13 %). Dari penduduk yang bekerja
II -5 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
sebagian besar bekerja di sektor 4 (jasa kemasyarakatan). Status pekerjaan didominasi sebagai
buruh/karyawan/pegawai sebanyak 62,99 % sedangkan yang berusaha sendiri 19,42 %. Jumlah dan
presentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama dan tingkat pengangguran
terbuka tahun 2011 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2011 – 2012
Jenis Kegiatan Utama 2012 2013 2014
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Angkatan Kerja :
Bekerja 728.675 89,40 826.191 92,3 877.684 91,56
Mencari Pekerjaan 86.387 10,60 68.669 7,7 80.903 8,44
Bukan Angkatan Kerja :
Sekolah 104.436 21,99 125.260 24 139.380 25,13
Mengurus R. Tangga 310.053 65,28 359.951 68 366.062 65,99
Lainnya 60.501 12,74 46.197 9 49.297 8,89
Jumlah 1.290.052 100,00 1.426.268 100,00 1.513.326 100,00
TPT
Sumber : BPS Kota Depok Dalam Angka, 2012 - 2015
Berdasarkan Tabel 2.4 terlihat bahwa jenis kegiatan utama yang paling banyak dilakukan oleh
penduduk Kota Depok adalah bekerja. Persentase penduduk yang bekerja pada tahun 2013 tercatat
sebesar 92,3 % dari angkatan kerja (826.191 jiwa) dan pada tahun 2014 sebesar 91,56 % (877.684
jiwa).
Penilaian kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan penduduk dapat dijadikan indikator rendahnya
kualitas sumberdaya manusia yang ada.
Tabel 2. 5 Jumlah dan Persentase Penduduk Pencari Kerja
Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Tahun 2010 – 2011
Ijazah Tertinggi yang Dimiliki 2011 2012
Jumlah % Jumlah %
Tidak Tamat SD 11,18 7,12
Tamat SD 19,23 16,00
Tamat SLTP sederajat 20,58 18,48
Tamat SLTA sederajat 22,60 27,20
Diploma III 4,31 5,42
Sarjana/S1 7,00 11,22
Pasca Sarjana/S2 1,14 2,27
Jumlah
Sumber : Inkesra Kota Depok, 2012 dan 2013
Pendidikan
II -6 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting di Kota Depok. Universitas Indonesia
merupakan salah satu universitas terbaik di indonesia yang terletak di wilayah Depok sehingga sedikit
banyak mempengaruhi perkembangan Kota Depok. Taman kanak-kanak di kota Depok pada tahun
Ajaran 2011/2012 sebanyak 357, SD sebanyak 393, dan SMP berjumlah 162. Di tingkat SLTA terdapat
55 SMA dan 97 SMK.
Dari hasil survey Susenas 2010, penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun ke atas yang
memiliki ijazah tertinggi SLTA yaitu berjumlah 23,79 %. Memiliki Ijazah tertinggi SLTA merupakan
persentase terbesar dibanding jenjang pendidikan lainnya. Penduduk Kota Depok yang berumur 10
tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis huruf latin 55,03 %, huruf lainnya 0,18 %, huruf latin,
dan huruf lainnya 42,95 %, dan yang buta huruf 1,84 %.
2.4.2 Isu Strategis Ekonomi
Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi pertumbuhan. Kontribusi sektor yang
bersangkutan dalam perekonomian secara agregat dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor
ekonomi yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta penyerapan tenaga kerja
yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul di antara sektor ekonomi yang ada. Sektor ini akan
menjadi penggerak utama perekonomian pada suatu wilayah.
Berdasarkan distribusi persentase nilai PDRB Kota Depok dari tahun 2008 – 2012 harga berlaku
terlihat bahwa struktur perekonomian Kota Depok didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran dengan distribusi sebesar 37,38 % pada tahun 2012. PDRB Kota Depok menurut lapangan
usaha atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Distribusi Persentase PDRB Berdasarkan Harga Konstan
di Kota Depok Tahun 2009-2013
Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
Pertanian 2,84 2,87 2,76 2,56 2,41
Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Industri Pengolahan 40,77 40,00 38,94 39,15 38,99
Listrik, Gas dan Air Bersih 2,99 2,98 2,90 3,10 3,37
Bangunan 6,21 6,38 6,84 7,07 7,40
Perdagangan, Hotel dan Restoran
30,57 31,15 31,73 31,75 31,76
Angkutan & Komunikasi 5,16 5,18 5,26 5,09 4,90
Keuangan, Persewaan dan Jasa Pelayanan
3,85 3,86 4,05 4,00 4,02
Jasa – jasa 7,61 7,59 7,52 7,27 7,16
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Pertanian
II -7 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Kota Depok pada awalnya merupakan daerah pertanian sebelum mengalami modernisasi
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan beralihnya fungsi lahan dari pertanian ke
pemukiman, industri, fasilitas umum, dan fasilitas sosial. Lahan pertanian dari tahun ke tahun semakin
menyempit karena hasil produksi pertanian bernilai lebih kecil dibanding dengan pemanfaatan pada
sektor lain. Sampai saat ini sektor pertanian mencakup pertanian dalam arti luas mencakup sub sektor
pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan.
Industri dan Perdagangan
Sebagai wilayah yang dekat dengan ibukota Jakarta, Depok memiliki ketersediaan fasilitas
perdagangan dan industri yang relatif lebih lengkap. Keberadaan industri terutama industri
manufaktur yang berpusat di Kecamatan Cimanggis sudah lebih dulu hadir di kota Depok jauh sebelum
Depok menjadi suatu pemerintahan sendiri. Demikian juga dengan listrik yang sudah sejak lama
tersedia hampir di seluruh Kota Depok.
1) Industri
Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri pengolahan digolongkan menjadi industri besar (tenaga
kerja diatas 99 orang), sedang (tenaga kerja antara 20 – 99 orang), dan kecil (tenaga kerja 5 – 19
orang). Jumlah industri besar dan sedang di Kota Depok adalah 87 perusahaan. Industri yang
paling banyak di kota Depok adalah industri barang dari plastik sebanyak 26 perusahaan.
2) Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor yang banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat
dalam kegiatan ekonomi baik itu secara formal maupun informal. Jumlah pasar di kota Depok ada
6 buah, dengan total kios los dan kaki 5 masing-masing sebanyak 2.587 kios dan 1.848 los.
Perdagangan luar negeri digambarkan oleh adanya kegiatan ekspor dan impor. Volume ekspor
kota Depok pada tahun 2012 paling banyak ke negara Jepang sebesar 58.769.878,6 yang nilainya
mencapai 135.573.177,16 US$ kemudian ke negara Italia Serikat dengan volume ekspor sebesar
67.776.643 dengan nilai sebesar 131.736.216,55 US$.
Perhubungan, Komunikasi, dan Hotel
Perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan menuntut
peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu
lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Jumlah angkutan, ijin trayek, jumlah penumpang yang
II -8 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
ada di Kota Depok merupakan investasi yang menunjang pembangunan di Kota Depok dan merupakan
salah satu aset di dalam pembangunan infrastruktur yang ada di Kota Depok.
Lalu lintas Angkutan Penumpang Kereta Api merupakan alat transportasi yang banyak diminati
terutama untuk mobilitas ke Jakarta dan Bogor. Di Kota Depok terdapat 5 stasiun kereta api, yaitu
Stasiun Kereta Api Pondok Cina, UI, Depok Baru, Depok Lama, dan Citayam. Panjang jalan di Kota
Depok tahun 2014 adalah 530,15 km. Jika dirinci menurut status pemerintah yang berwenang maka
panjang jalan negara 36,25 km2, jalan propinsi 17,75 km2, dan jalan kota 476,15 km2.
Pada tahun 2014 jumlah Hotel berbintang di Depok ada 3 dengan rincian bintang tiga 2, dan
bintang dua 1 dengan jumlah kamar 54 sedangkan hotel dengan kelas melati di Kota Depok ada 7
buah.
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu variabel penting dalam pembangunan daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang
lazim diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara umum PDRB Kota Depok terus
mengalami kenaikan dari Rp 16,4 Triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 38,5 Triliyun pada tahun 2013
(atas dasar harga berlaku).
Adapun sektor primer (pertanian) hanya memberikan kontribusi sebesar 2,21%, menurun
dibanding tahun sebelumnya (2,84%). Semakin menurunnya peran sektor ini lebih disebabkan pada
semakin menyempitnya lahan pertanian, peternakan, dan juga perikanan yang ada sehingga
mendorong menurunnya produktifitas sektor ini dan beralihnya pekerjaan masyarakat ke sektor lain,
khususnya perdagangan dan jasa. Namun demikian, secara kualitatif beberapa produk pertanian Kota
Depok memiliki keunggulan komparatif yaitu belimbing yang telah dijadikan ikon kota, tanaman hias,
ikan hias, ikan konsumsi, dan benih ikan konsumsi.
Sektor sekunder, khususnya dari sektor industri pengolahan masih cukup besar peranannya
terhadap PDRB Kota Depok kendati proporsinya mengalami penurunan. Berdasarkan buku PDRB Kota
Depok tahun 2011, kontribusinya mencapai 44,65 %, mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya yaitu sebesar 45,02 %. Masih tingginya peran sektor pengolahan ini perlu mendapat
perhatian terutama dikaitkan dengan daya serap terhadap tenaga kerja.
Laju Inflasi Daerah
Menurut data BI, kendati inflasi Kota Depok cukup rendah pada tahun 2009 terutama pada
Februari 2009 yang mencapai angka di bawah 1 %, namun pada 2010 meningkat sejalan dengan
peningkatan nilai inflasi nasional. Bahkan pada November 2010, nilai inflasi Depok menempati
II -9 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
peringkat tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan nilai 7,16 %. Pembentuk inflasi Kota Depok relatif
berbeda dengan kota lainnya di Provinsi Jawa Barat yakni biaya transportasi, biaya tempat tinggal, dan
harga makanan menjadi penyumbang utama. Karakteristik inflasi ini relatif sama dengan Jakarta
karena Depok merupakan salah satu penyangga Jakarta.
2.4.3 Isu Strategis Lingkungan
Gambaran Topografi
Secara umum topografi wilayah Kota Depok di bagian utara merupakan dataran rendah
dengan elevasi antara 50 – 80 mdpl meliputi Kecamatan Beji, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan
Cimanggis, Kecamatan Cinere, Kecamatan Limo, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan, dan
Kecamatan Sukmajaya sedangkan di bagian tengah memiliki ketinggian (80 – 110) mdpl berada di
Kecamatan Tapos, Kecamatan Beji, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Cinere, Kecamatan Cipayung,
Kecamatan Limo, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Sukmajaya dan di
bagian selatan merupakan perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi > 110 mdpl meliputi
Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas,
Kecamatan Sawangan, Kecamatan Sukmajaya, dan Kecamatan Tapos.
II -10 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Gambar 2. 2 Peta Topografi Kota Depok
(Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032)
II -11 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Gambaran Geohidrologi
A. Air Permukaan
Air Permukaan adalah semua air yang terdapat dan berasal dari sumber – sumber air yang
berada di permukaan tanah. Macam-macam air permukaan antara lain yaitu :
1) Air Sungai
Sumber daya air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara umum sungai-
sungai di Kota Depok termasuk ke dalam dua satuan wilayah sungai besar yaitu sungai Ciliwung
dan Cisadane. Kota Depok memanfaatkan potensi kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi
Perusahaan Daerah Air Minum. Sistem jaringan sumber daya air lintas provinsi yang melintas di
Kota Depok meliputi WS Ciliwung sebagai bagian dari WS Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane
– Ciliwung – Citarum sedangkan wilayah sungai di wilayah kota berupa daerah aliran sungai (DAS),
meliputi DAS Ciliwung, DAS Angke, DAS Krukut, DAS Sunter, dan DAS Bekasi. Beberapa sungai yang
mengalir melalui kota Depok adalah sebagai berikut :
Sungai Angke
Sungai ini merupakan batas wilayah antara kota Depok dan Kabupaten Tangerang yang
mengalir ke arah utara. Sungai Angke ini mempunyai perbedaan debit yang besar antara
musim hujan dan musim kemarau.
Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi kota Depok dan Jakarta. Pada
perbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat pada musim kemarau mempunyai debit
sebesar (9,06 - 13,40) m3/detik.
Sungai Pesanggrahan
Sungai ini merupakan sumber daya air terpenting untuk Sawangan dan kondisi air berwarna
coklat bercampur lumpur dan kotoran. Sungai ini mempunyai fluktuasi yang tinggi antara
musim hujan dan musim kemarau, bahkan pada musim hujan sering menimbulkan banjir
setempat.
2) Saluran Irigasi
Berdasarkan KEPMEN PU No. Kota Depok terdapat 5 (lima) jaringan irigasi lintas kabupaten/kota
dan 2 (dua) jaringan irigasi di wilayah kota. Jaringan irigasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Jaringan irigasi lintas kabupaten/kota meliputi :
DI Cisadane Empang dengan luas kurang lebih 256 Ha;
DI Parakanjati dengan luas kurang lebih 70 Ha;
II -12 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
DI Ciliwung/Katulampa dengan luas kurang lebih 72 Ha;
DI Karanji dengan luas kurang lebih 98 Ha; dan
DI Angke V dengan luas kurang lebih 252 Ha.
b. Jaringan irigasi utuh kabupaten/kota yaitu DI Angke dengan luas kurang lebih 1.242 Ha
c. Jaringan irigasi di wilayah kota meliputi :
DI Enggram dengan luas kurang lebih 51 Ha; dan
DI Situ Ciriung dengan luas kurang lebih 13 Ha
3) Danau/Situ
Salah satu sumber air permukaan yang ada di Kota Depok adalah danau atau situ. Situ-situ ini
berfungsi sebagai irigasi lokal, perikanan, sanitasi, pengendali banjir, air minum, industry, dan
rekreasi. Berdasarkan data Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok di dalam Penyusunan
Naskah Akademis RTRW Kota Depok Tahun 2011-2031 saat ini Kota Depok memiliki 25 Situ yang
tersebar di 11 Kecamatan.
B. Air Tanah
Air tanah di Kota Depok terbagi menjadi 3 yaitu :
1) Air tanah dangkal
Masyarakat Kota Depok banyak menggunakan sumur gali sebagai sumber kebutuhan air minum.
Pada umumnya kondisi sumur gali baik tetapi air tawar di sebagian tempat kondisinya keruh dan
berbau dengan kedalaman rata-rata 10 m.
2) Air tanah dalam
Di Kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini air tanah merupakan sumber
penyediaan air yang utama untuk Kota Depok. Formasi genteng dan endapan vulkanik mempunyai
potensi (3 – 4) lt/det/km2, alluvium potensi (5 – 7) lt/det/km2. Sejalan dengan pengembangan Kota
Jakarta dan kota-kota sekitarnya termasuk Kota Depok, pengambilan air tanah meningkat
sehingga di beberapa tempat terjadi pemanfaatan air tanah yang berlebihan.
3) Informasi berdasarkan sumur bor
Dari survei air tanah Botabek didapatkan tiga sistem akuifer yang sangat umum, yaitu :
Akuifer dangkal
:
0-20 m, preatik semi terikat pada tempat lebih dalam,
20-70 m, semi terikat hingga semi tak tertekan
II -13 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Akuifer menengah : 70 m, semi terikat atau tertekan, artesis di lokasi dekat
pantai.
Gambaran Geologi
Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung
tahun 1992, Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu 1 : 100.00, stratigrafi wilayah Depok sekitarnya dari
tua ke muda disusun oleh batuan perselingan, batupasir dan batu lempung sebagai berikut :
Formasi Bojongmanik (Tmb), batuannya terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir, batu
lanau, batu lempung;
Formasi Serpong (Tpss) : breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung;
Satuan Batuan Gunung Api Muda (Qv) : tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan dengan
konglomeratan;
Satuan Batuan Kipas Alluvium: endapan lempung, pasir, kerikil, kerakal; dan
Satuan Endapan Alluvial (Qa).
Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan dengan
kemiringan lapisan yang hampir datar serta sesar mendatar yang diperkirakan berarah utara – selatan.
Menurut Laporan Penelitian Sumber Daya Air Permukaan di Kota Depok, kondisi geologi Kota Depok
termasuk dalam sistem geologi cekungan Botabek yang dibentuk oleh endapan kuarter yang berupa
rombakan gunung api muda dan endapan sungai. Singkapan batuan tersier yang membatasi cekungan
Bogor – Tangerang – Bekasi terdapat pada bagian barat –barat daya dimana dijumpai pada Formasi
Serpong, Genteng dan Bojongmanik.
II -14 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Gambar 2. 3 Peta Jenis Tanah Kota Depok
(Sumber : SLHD Kota Depok, 2010)
II -15 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Gambar 2. 4 Peta Kawasan Bencana Kota Depok
(Sumber : SLHD Kota Depok, 2010)
II -16 Bab II Profil Kota Depok
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019
Gambaran Klimatologi
Kota Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi kawasan
lalu lintas Jakarta – Depok – Bogor - Tangerang - Bekasi, satu sisi potensi ini mendukung untuk
dijadikan sebagai tempat bermukim, berusaha, dan sebagai daerah pemerintahan. Secara biogeografis
karena kestrategisan Kota Depok yang merupakan bagian dari berbagai daerah aliran sungai yang
berpusat di pegunungan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, menjadikan curah hujan di Kota Depok
cukup tinggi sehingga Depok kaya akan potensi flora dan fauna.
Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang
cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum kemarau antara bulan April – September
dan musim hujan antara Oktober – Maret. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk pemanfaatan
lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang berlanjut sepanjang tahun.
Permasalahan mendasar walaupun di satu sisi didukung oleh iklim tropis yang baik, alokasi tata guna
lahan yang harus mempertimbangkan sektor lain terutama lahan hijau dan permukiman. Perlu
dipertimbangkan juga banyaknya penetrasi penggunaan lahan hijau untuk perdagangan dan
permukiman pada lahan pertanian dan lahan terbuka hijau.
Temperatur : (24,3 – 33)oC
Kelembaban rata- rata : 82 %
Penguapan rata – rata : 3,9 mm/th
Kecepatan angin rata- rata : 3,3 knot
Penyinaran matahari rata – rata : 49,8 %
Jumlah curah hujan : 2.684 mm/th
Jumlah hari hujan : 222 hari/th