bab ii plagiat di lingkungan kampus a. pengertian, dan
TRANSCRIPT
17
BAB II
PLAGIAT DI LINGKUNGAN KAMPUS
A. Pengertian, dan Jenis-Jenis Karya Ilmiah
Karya ilmiah membuktikan bahwa penulis mampu bekerja secara
ilmiah. Hal ini mencakup pilihan tematik, persoalan maupun penggunaan
peralatan dan metode ilmiah. Karya ilmiah umumnya terdiri dari
penelitian dan ketertarikan atau penyelesaian yang baru.
Semakin tinggi karangan ilmiah, mulai dari Skripsi S1, Tesis S2
maupun Disertasi S3, semakin penting kebutuhan atas kualitas. Hal ini
terwujud pada persiapan karya ilmiah maupun pembahasan yang menurut
tingkat ilmiah semakin banyak mengandung bobot penelitian ilmiah,
melalui penelitian yang dapat disusun dalam konteks ilmiah aktual dan
yang mencerminkan metode, peroses dan teknologi baru1.
Karya ilmiah atau karya tulis ilmiah adalah karangan atau tulisan
yang membahas masalah-masalah nyata. Masalah-masalah tersebut
disusun dan dipecahkan dengan menggunakan berbagai sumber. Sumber-
sumber itu bisa berupa penuturan orang secara langsung, media cetak,
ataupun media elektronik. Sumber-sumber tersebut dapat memiliki banyak
gagasan untuk dijadikan bahan penulisan karangan. Gagasan-gagasan
tersebut tentu saja harus diseleksi kembali dan disesuaikan dengan tema
karya tulis yang telah ditentukan sebelumnya2.
1 Heinz Frick, Pedoman Karya Ilmiah, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.14 2 Asep Juanda, New Edition Pocket Book Bahasa Indonesia, (Jakarta: Cmedia,
2017), hlm.279
18
Karya tulis ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan tulisan menurut meodelogi penulisan yang baik dan
benar. Fakta dapat berasal dari pengamatan, uji laboratorium, studi
pustaka, wawancara, angket, dan salah satu jenis karangan yang berisi
serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya, suatu karangan yang disusun berdasarkan penelitian,
pengamatan ataupun peninjauan. Membahas secara objektif sesuai fakta
dengan menggunakan metode-metode ilmiah dengan bahasa yang benar,
jelas, ringkas dan kemungkinan kecil salah tafsir.Karya tulis ilmiah juga
merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
berdasarkan pendekatan dan metode ilmiah yang ditujukan untuk
kelompok pembaca tertentu yang ditulis dan disusun secara sistematis
menurut aturan atau kaidah tertentu. Karya ilmiah harus didasarkan atas
proses dan hasil berpikir ilmiah menempuh langkah-langakah tertentu
yang disanggah oleh 3 unsur pokok yakni pengajuan masalah, perumusan
hipothesis dan verifikasi data dan hasilnya ditulis secara sistematis
menurut aturan-aturan dan hasilnya ditulis secara sistematis menurut
aturan-aturan metode ilmiah dan Karya ilmiah harus menggunakan bahasa
ragam resmi, sederhana dan lugas serta selalu digunakan untuk mengacu
hal yang dibicaraka secara objektif3.
Karya ilmiah dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: karya
ilmiah yang berupa laporan hasil pengkajian atau penelitian dan karya
ilmiah yang berupa tinjauan atau ulasan atau gagasan ilmiah. Kedua karya
3 Aziz dan Jufri, Buku Praktis Implementasi Aparatur dalam Bidang Kesehatan
untuk Pembinaan Karir Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan, (Jakarta: Pres,
2015), hlm.277
19
ilmiah tersebut berbeda namun memiliki beberapa kesamaan ciri sebagai
bagian dari suatu karya ilmiah. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka
jenis-jenis karya ilmiah yang dijelaskan pada bagian ini meliputi : laporan
penelitian, artikel hasil penelitian, artikel gagasan konseptual dan
makalah4.
1. Laporan penelitian
Laporan adalah pemberitahuan atau penyampaian suatu hasil
kegiatan secara objektif sesuai kenyataan yang sebenarnya. Kalimat
yang digunakan dalam laporan pendek, singkat dan jelas. Bahasanya
sederhana dan mudah dipahami. Usahakan hindari penggunaan istilah-
istilah yang sulit dipahami5.
Laporan penelitian merupakan karya ilmiah yang ditulis setelah
penulis melakukan suatu penelitian ilmiah dengan tujuan tertentu.
Penelitian yang dilakukan harus didasarkan pada prosedur ilmiah.
Metode penelitian, hasil penelitian, maupun teori yang digunakan
sebagai landasan peneitian kemudian ditulis dalam bentuk karya
ilmiah dengan mengikuti sistematika penulisan ilmiah sesuai dengan
konvensi (Peraturan yang telah disepakati oleh masyarakat) yang
berlaku. Karya ilmiah hasil penelitian berupa:
a. Skripsi adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk
menyelesaikan jenjang studi S1 (Sarjana). Skripsi berisi tulisan
4 Suyono, RIzka Amaliah, Dewi Ariani, Ariva Luciandika, Cerdas Menulis
Karya Ilmiah, (Malang: Gunung Samudra, 2015), hlm.3 5 Muh Darisman, Ayo Belajar Berbahasa Indonesia,(Jakarta: Yudhistira, 2007),
hlm.78
20
sistematis yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat teori orang lain.
b. Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan
jenjang studi S2 (Pasca Sarjana) yang bersifat lebih mendalam
dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan
pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
c. Disertasi adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk
menyelesaikan jenjang studi S3 (meraih gelar Doktor/ Dr) yang
mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis
berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis
terperinci. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri yang
berupa temuan orisinal.
d. Artikel ilmiah hasil penelitian.
e. Laporan penelitian tindakan kelas (PTK) oleh (laporan karya
ilmiah Remaja (KIR), laporan program kreativitas mahasiswa
(PKM) dan laporan karya ilmiah sebagai persyaratan beasiswa.
Sebagai pembeda antara laporan penelitian dengan jenis penelitian
lainnya terdapat beberapa komponen yang wajib hadir pada jenis karya
ilmiah pertama ini. Secara sistematis dan berurutan, komponen-komponen
yang wajib hadir dalam laporan ilmiah mencakup:
a. Sampul : berisi judul, identitas penulis, identitas lembaga
afiliasi penulis atau sponsor penelitian.
b. Halaman pengesahan.
c. Kata pengantar/ prakata/ ucapan terimakasih.
d. Daftar isi.
e. Pendahuluan.
f. Kajian pustaka.
g. Metode penelitia.
21
h. Hasil penelitian.
i. Pembahasan.
j. Penutup berisi kesimpulan dan saran.
k. Daftar rujukan.
l. Lampiran (bila diperlukan).
Kedua belas komponen tersebut menjadi ciri khas penyusunan laporan
penelitian.
2. Arikel Hasil penelitian
Artikel hasil penelitian adalah artikel yang ditulis dari hasil suatu
kegiatan penelitian. Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel
untuk kemudian diterbitkan dalam jurnal ilmiah memiliki kelebihan
dibandingkan dengan ditulis dalam bentuk laporan teknis resmi6.
Sebuah laporan penelitian, umumya dipublikasikan kembali pada
masyarakat dalam wujud yang lebih ringkas yakni artikel. Sebuah
artikel ilmiah hasil penelitian ditulis dalam 12-20 halaman sesuai
dengan konvensi jurnal yang menjadi wadah publikasinya. Substansi
artikel ilmiah hasil penelitian dapat berupa seluruh ringkasan atau
sebagian informasi dari laporan penelitian.
Komponen-komponen yang wajib hadir dalam sebuah artikel hasil
penelitian meliputi:
a. Sampul: berisi judul, identitas penulis, identitas lembaga
afiliasipenulis atau sponsor penelitian.
b. Halaman pengesahan.
c. Kata pengantar/prakata/ucapan terima kasih.
d. Daftar isi.
e. Pendahuluan.
f. Kajian pustaka.
6 . Pena Ilmiah, Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dalam http://pena-ilmiah.blogspot.com
diakses pada tanggal 13 Mei 2019 pukul 08.12 Wib.
22
g. Metode penelitian.
h. Hasil penelitian.
i. Pembahasan.
j. Penutup: berisi kesimpulan dan saran.
k. Daftar rujukan.
l. Lampiran (bila perlu).
Perbedaan spesifik anatara komponen pada artikel ilmiah dan
laporan penelitian adalah pada bagian abstrak, kata kunci, kelengkapan
datayang dilampirakan dan kepadatan sajian. Bahasa dalam artikel ilmiah
hasil penelitian juga dipilih berdasarkan prinsip kemudahan atau
kedekatan dengan pembaca.
3. Artikel Gagasan Konseptual
Artikel gagasan konseptual adalah artikel yang menghasilkan
persfektif teori yang baru, mengusulkan prosedur atau teknik
inovasi/baru, membahas isyu-isyu profesi yang sedang hangat,
menyampaikan posisi penulis terhadap suatu isyu bidang profesi
ataupun menyampaikan reaksi atau respon terhadap publikasi artikel
sebelumnya.
Artikel gagasan konseptual berbeda dengan artikel hasil penelitian.
Informasi yang disajikan melalui jenis karya ilmiah ini adalah hasil
telaah kepustakaan dan pengembangan gagasan ilmiah penulis.
Artinya, karya ilmiah jenis ini bukan berasal dari pengelolahan
kembali laporan penelitian, tetapi berupa gagasan konseptual yang
ditunjang dengan fakta dan teori berdasakan hasil kajian atau telaah
sumber-sumber informasi terpecaya.
Komponen-komponen yang wajib hadir di dalam artikel gagasan
konseptual meliputi :
23
a. Judul jelas, faktual dan menarik.
b. Identitas penulis.
c. Abstrak: gambaran umum subtansi, 50-75 kata bergantung
gaya selingkung.
d. Substansial.
e. Pendahuluan.
f. Pembahasan.
g. Penutup: berisi catatan akhir atau simpulan dan saran.
h. Daftar rujukan7.
Kedelapan kompoen tersebut pada dasarnya sama dengan
komponen-komponen artikel hasil penelitian. Perbedaannya terdapat
dalam pencantuman komponen metode. Pada gagasan artikel konseptual
tidak dicantumkan metode penelitian karena penulis tidak melakukan
penelitian dan pengambilan data secara langsung.
4. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu
yang mencangkup dalam ruang lingkup pengetahuan. Makalah
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi8. Makalah
adalah kajian atau ulasan ilmiah hasil gagasan pribadi penulis yang
disajikan dalam bentuk tulisan. Makalah harus mengandung
permasalahan yang membutuhkan suatu solusi penyelesaiandidalam
makalah juga perlu disertakan prosedur atau metode pemecahan
masalah, pembahasan dan simpulan9. Contohnya seperti paper.
7 Suyono, RIzka Amaliah, Dewi Ariani, Ariva Luciandika, Cerdas Menulis
Karya Ilmiah, (Malang: Gunung Samudra, 2015), hlm.4-5 8 Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung : Grafindo Media
Pratama, 2007), hlm.32 9 Suryono, Rizka Amaliah, Dewi Ariva Luciandika, Cerdas Menulis Karya
Ilmiah, (Malang: Gunung Samudra, 2015), hlm.5
24
Komponen-komponen yang wajib hadir dalam sebuah makalah
meliputi:
a. Judul : Jelas, factual dan menarik.
b. Identitas penulis.
c. Pendahuluan berisi latar belakang penulis dan fokus
pembahasan.
d. Pembahasan.
e. Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
f. Daftar rujukan.
Perbedaan spesifik antara komonen pada arikel ilmiah dan laporan
penelitian adalah pada bagian abstrak, kata kunci, kelengkpan datayang
dilampirakn dan kepadatan sajian.Bahasa dalam artikel ilmiah hasil
penelitian juga dipilih berdasarkan prinsip kemudahan dan kedekatan
dengan pembaca. Meskipun demikian aturan kebakuan dan keefektifan
juga perlu tetap diperhatikan.
5. Artikel Ilmiah Populer
Artikel ilmiah popular adalah atikel ilmiah yang ditulis dengan
gaya bahasa popular (Bahasa media/bahasa jurnalistik) untuk dimuat di
media massa (Surat kabar, majalah, tabloid). Bedanya dengan artikel
ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan peraturan
penulisan ilmiah. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk
keperluan akademik tetapi untuk dikomunikasikan kepada public melalui
media massa10.
10. Dkampus, “Ciri dan Jenis Karya Tulis Ilmiah Populer”, dalam
http://www.dkampus.com, diakses tanggal 13 Mei 2019 pada pukul 04.40 Wib.
25
B. Plagiat di Indonesia
1. Pengertian Plagiat, Tipe, Sanksi dan Faktor Penyebab Plagiat
Salah satu bentuk pelanggaran kode etik dalam penulisan karya
ilmiah adalah plagiarisme atau plagiat. Plagiarisme berasal dari dua kata
Latin plagiaries yang berarti penculik, dan plagiare yang artinya mencuri.
Yang dimaksud dengan plagiarisme adalah mencuri gagasan, kata-kata,
kalimat, atau hasil penelitian orang lain dan menyajikanya seolah-olah
sebagai karya sendiri.
Dalam kamus Besar Indonesia (1997) istilah plagiarisme atau
sering disebut plagiat adalah menjiplak atau mengambil karangan,
pendapatan dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah
karangan dan pendapat sendiri11, sedangakan Pasal satu butir pertama
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi menyebutkan
plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh
atau mecoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah
dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak
lain yang diakui sebagai karya ilmianya tanpa menyatakan sumber secara
tepat dan memadai12.
Tindakan plagiat merupakan tindakan yang melanggar hak cipta
karena pelanggaran hak cipta terjadi apabila ciptaan yang diplagiat
merupakan karya yang dilindungi. Tindakan plagiat khususnya dengan
11 Hari Santoso, “Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme dalam
Penulisan Karya Ilmiah di Lingkungan Perpustakaan Perguruan Tinggi”.No.3 (jurnal) 12 Syihaabul Huda, Estetika Berbahasa Mengapresiasi Bahasa Indoesia,
(Jakarta: CV Jejak, 2018), hlm.138
26
sengaja tidak mencantumkan identitas pengarang dalam tulisan yang
dikutip merupakan bentuk pelanggaran hak moral. Konsep hukum hak
cipta, hak moral mewajibkan pengutipan ciptaan orang lain dilengkapi
dengan catatan mengenai sumbernya. Bila seseorang mengingkari
kewajiban itu, ia melakukan tindakan yang oleh Undang-Undang Hak
Cipta dianggap sebagai pelanggaran hukum. Ancaman pidananya penjara
maksimum 2 tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 150 juta13.
Plagiat mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak hanya sekedar
plagiat dalam definisi saja, tetapi juga dalam bentuk, jenis, dan macamnya.
Penting sekali memahami plagiat secara menyeluruh dan mendalam.
Mengacu pada konsep plagiarisme selanjutnya penting untuk mengetahui
tipe-tipe palgiat. Berikut akan menguraikan tipe-tipe plagiat:
a. Plagiarisme ide (Plagiarisme of ideas)
Tipe plagiarisme ini relative sulit dibuktikan karena ide atau
gagasan itu bersifat abstrak dan kemungkinan memiliki persamaan
dengan ide orang lain atau ada kemungkinan terjadi adanya dua ide
yang sama pada dua orang pencipta yang berbeda. Oleh kerena itu
perlu bahan bukti yang cukup untuk memastikanadanya plagiarisme.
Namun demikian, salah satu kunci untuk memastikan apakah si plagiat
mendapatkan keuntungan dari pemikiran orang lain. Dalam Undang-
Undang Hak Cipta, karya tulis ilmiah termasuk dalam karya tafsir dan
terjemahan mendapatkan perlindugan tersendiri.
b. Plagiarisme kata demi kata (Word for word Plagiarisme)
13 Muhammad Agung Aprilian Widiantoko, Plagiat Pada Tugas Akhir Skripsi
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, hlm. 19
27
Tipe ini serupa dengan slavish copy, yaitu mengutip karya orang
lain secara kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiarisme
dianggap terjadi karena skala pengutipannya sangat substansasi
sehingga seluruh ideatau gagasan penulinya benar-benar terampil.
c. Plagiarisme atas sumber (Plagiarisme of Source)
Plagiarisme tipe ini merupakan pelangaran hak cipta yang paling
besar karena tidak menyebutkan secara lengkap referensi yang dirujuk
dalam kutipan. Jika sumber itu merujuk seseorang sebagai sesuatu
yang terkait dengan kutipan, maka nama penulis tersebut harus turut
serta disebut. Ini tentu sikap yang fair dan tidak merugikan
kepentingan penulis tersebut serta kontributor lainnya14.
d. Plagiarisme kepengarangan (Plagiarism of Authorship)
Plagiarisme kepengarangan yaitu tindakan yang mengakui sebagai
pengarang dari karya yang disusun orang lain. Dalam tindakan plagiat
ini penulis mengakui sebagai pengarang atas karya yang telah disusun
oleh orang lain. Tindakan ini dilakukan atas dasar kesadaran dan motif
kesengajaan yangdilakukan orang lain15, misalnya mengganti cover
buku atau sampul karya tulis ilmiah lain dengan cover atas namanya
tanpa izin16.
Menjiplak karya orang lain merupakan tindak pidana menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
14. Budi agus riswadi, Hak Cipta di Era Digital, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 2017), hlm.72-73 15Dwi Ratna Sari, Analisis Plagiat dalam Penulisan Laporan Ilmiah Kelas XI
SMK Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2015/2016, hlm.3 (journal) 16Budi Agus Riswadi, Hak Cipta di Era Digital, (Bandung : PT Citra Aditya
Bakti, 2017), hlm, 73
28
Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut menggunakan istilah
jiplakan:
1. lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, propesi atau vokasi terbukti
merupakan jiplakan dicabut gelarnya.
2. lulusan yang karya ilmiahnya digunkannya untuk mendapatkan
gelar akademik, propesi atau vokasi sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 25 ayat 2 terbukti merupakan jiplakan dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
Plagiarisme merupakan tugas dari perguruan tinggi tersebut. Di
lingkungan perguruan tinggi sanksi para plagiator diberikan oleh rektor
bukan oleh pengadilan dan sanksi tersebut adalah sanksi akademik bukan
sanksi hukum. Kementerian telah menerbitkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Pagiat di perguruan tinggi.
Dalam peraturan tersebut pencegahan atas kegiatan plagiarisme
merupakan tugas dari pemimpin perguruan tinggi tersebut17.
Sanksi plagiator terdapat dalam Pasal 12 Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat bagi mahasiswa:
1. Teguran
2. Peringgatan Tertulis
3. Penundaan pemberian sebagai hak mahasiswa
4. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh
mahasiswa
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
17 .Rianto Adi, “Aspek Hukum dalam Penelitian”, (Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2015), hlm 24
29
6. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai
mahasiswa
7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari suatu program.
Bagi dosen:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan
4. Penurunan pangkat dan jabatan akademik / fungsional
5. Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar / professor/
ahli peneliti utama bagi yang memenuhi syarat
6. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/
peneliti/ tenaga kependidikan
7. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai dosen/
peneliti/ tenaga kependidikan, atau
8. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang
bersangkutan18.
Selain mendapatkan sanksi tersebut, tentunya malu pelaku
plagiator. Dan malu ini merupakan sanksi sosial.Untuk produktivitas
karangan, bahayanya kreativitas menulis seseorang menjadi mandek. Hasil
pemikiran yang dia tuangkan dalam karya ilmiah kalau sering diambil
orang lain tanpa menyebutkan namanya tentunya akan membuat orang
malas menulis ide-ide atau temuannya untuk diterbitkan agar orang lain
dapat memanfaatkannya tanpa menghilangkan nama pemilik ide atau
temuan. Apalagi jika ideatau temuannya itu mempunyai nilai ekonomis.
Jadi dengan adanya aturan larangan plagiat, para pengarang terlindung
dari pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah
karangan sendiri.
18 . “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat”.
30
Seorang Kaum intlektual tentu sering mendengar atau membaca
kabar buruk tentang tindakan plagiat yang marak yang dilakukan oleh
oknum-oknum kaum intlektual itu sendiri. Tindakan yang tidak terpuji itu
sering mengundang respon dari berbagai kalangan, baik dari segi kalangan
akademis maupun dari kalangan praktisi dalam beragam temperamennya.
Kaum intlek yang interest terhadap pembangunan mutu SDM tentunya
lebih sensitif terhadap kabar buruk seperti ini bahkan bisa jadi
memberikan responya dengan mengutuk perbuatan yang dianggap
memalukan itu. Bagi kaum intlek yang bijaksana mungkin lebih bersikap
hati-hati, bahkan akan bersikap parsial terhadap para plagiat.
Seorang mahasiswa bisa saja melakukan tindakan plagiat karena
tiga alasan, yakni:
1. Karena ambisinya untuk menyelesaikan studinya.
2. Karena ia mempunyai peluang dan memiliki keberanian untuk
mengambil resiko.
3. Karena ia tidak memiliki referensi yang cukup banyak tentang
wilayah penelitian dan tidak mau bekerja keras.
Ketiga alasan diatas bisa memberikan kita ruang untuk melihat
tindakan plagiat dari beberapa sisi pandangan, seperti:
1. Dari sisi kesiapan kompetensi penelitian
Kalau melihat tindakkan plagiat ini dari sisi kompetensi penelitian,
kita bisa menemukan alasan mengapa seseorang peneliti bisa
melakukan tindakan plagiat. Apabila seorang skripsi belum memiliki
kesiapan kompetensi yang memadai untuk bisa menjadi seorang
peneliti maka ia akan memiliki kecenderungan untuk melakukan
31
tindakan plagiat. Hal ini berarti, kita bisa mengatasi tindakan plagiat
ini dengan meningkatkan kompetensi peneliti baik melalui belajar
mandiri maupun melalui pembelajaran formal reguler.
Melalui pembelajaran mandiri dan pembelajaran formal leguler ini,
penelitian akan memiliki wawasan keilmuan yang luas tentang apa
yang sedang ia teliti dan menguasai metodelogi penelitian serta
memiliki norma dan etika sebagai seseorang peneliti. Dengan memiliki
wawasan keilmuan yang luas dan menguasai metodelogi ini, seorang
peneliti bisa lebih percaya diri karena langsung menjadi motivasi bagi
dirinya untuk bekerja cerdas dan profesional. Masih ada aspek lain
yang tidak kalah pentingnya, yaitu pihak lembaga/perguruan tinggi
perlu mempersiapkan mental peneliti pemula (Mahasiswa S1) sampai
pada tingkat kesadaran yang tinggi berkaitan dengan etika keilmuan
(norma dan etika penelitian).
Dari uraian diatas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa
apabila kompetensi atau kualitas peneliti disiapkan dengan baik maka
ia akan bersikap jujur dan objektif, serta mau bekerja keras secara
mandiri dalam menyelesaikan skripsi atau penelitiannya tanpa harus
melakukan tindakan plagiat.
2. Dari sisi Pembimbing
Seorang peneliti di perguruan tingi biasanya ditetapka oleh sebuah
surat keputusan (SK). Hal ini berarti, seseorang pembimbing penelitian
merasa bahwa dirinya pasti telah memenuhi syarat-syarat tertentu dan
dipandang layak untuk menjadi seorang pembimbing. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa kesibukan seorang pembimbing sering
32
menjadi alasan untuk tidak menjadikan tugas bimbingan ini menjadi
prioritas sehingga dengan demikian dalam menjalankan tugas sebagai
pembimbing peneliti menjadi tidak fokus dan tidakprofesional.
Berbeda halnya dengan pembimbing yang kerjanya selalu berorientasi
pada kualitas. Bagi pembimbing seperti inikesibukan tidak menjadi
alasan dalam melaksanakan tugas bimbingan. Ia akan menganggap
bahwa membimbing adalah tugas yang teramat penting sehingga ia
selalu bersedia menjalankannya dengan senang hati dan penuh dengan
tanggung jawab.
Prilaku yang nampak dari pembimbing seperti ini adalah bahwa
dalam melaksanakan tugas bimbingannya, ia selalu dengan cermat
mengikuti kemajuan kerja penelitian, ia membaca secara teliti semua
tulisan dan memberikan arahan perbaikan dalam kaitan dengan sikap
menjunjung tinggi norma dan etika keilmuan yang berlaku. Apabila ia
menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh peneliti/penulis skripsi
baik secara sengaja ataupun tidak sengaja maka ia merasa
berkewajiban untuk membimbing dan memperbaikinya sehingga
dengan demikian hasil karya dari orang yang dibimbingnya menjadi
orisial dan diterima oleh berbagai kalangan baik disaat publikasi
maupun setelah publikasi. Apabila hal demikian terjadi selama proses
penelitian berlangsung maka tindakan plagiat tidak akan mungkin
terjadi.
3. Dari sisi pemanfaatannya
Apabila kita ingin memahami secara sungguh-sungguh hal ikhwal
tentang riset itu sendiri maka riset dipahami sebagai sebuah kegiatan
33
yang panjang dimana setiap riset selalu bertujuan spesifik, seperti
untuk menemukan suatu pengetahuan baru, untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan-pertannyaan untuk memberikan solusi atau
cara pemecahan atas permasalahan yang sedang dihadapi.
Terlepas dari tujuan-tujuan spesifik di atas bahwa manusia (kaum
intelek) akan selalu tetap melakukan riset karena salah satu ciri khas
manusia adalah selalu memiliki sifat rasa ingin tahu. Dari sifat dasar
inilah manusia akan selalu melakukan penelitian untuk memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu. Sifat dasar lain dari manusia adalah
selalu merasatidak puas. Hal ini tergambar bahwa setelah manusia
meperoleh pengetahuan baru melalui penelitian, kecenderungan
berikutnya adalah ingin mengetahui lebih mendalam lagi atau ingin
mengetahui lebih luas lagi tentang pengetahuan itu, sehingga kegiatan
penelitian tidak akan pernah berhenti bahkan para ilmuan terus
menerus mengembangkan tujuan maupun metode penelitian itu
sendiri. Manusia tidak pernah merasa bahwa ia telah sampai pada
suatu titik di mana kepuasan untuk memiliki ilmu pengetahuan itu
berhenti, atau dengan katalain manusiatidak akan pernah merasakan
bahwa kepuasan mutlak dan mapan dalam hal memilki ilmu
pengetahuan sudah tercapai dan berakhir sudah.
Seseorang penelitian harus benar-benar menyadari akan hakikat
dari tujuan-tujuan penelitian yang tergambar secara eksplisit di atas
dan menjadikannya pada dirinya, ia akan melaksanakan penelitian
secara procedural, jujur, beretika, bertanggung jawab dan objektif.
Selain itu, si peneliti harus memiliki sifat dasar seperti tergambar di
34
atas yakin memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, selalu tidak puas
dengan hasil yang sudah tercapai dan lainnya.
Bagi seorang peneliti professional, kepuasan yang paling utama
baginya adalah jika ia bisa berhasil merumuskan sebuah generalisasi
yang baru yang bermanfaat bagi masyarakat banyak dan kebenaran
dari generalisasinya itu dapat bertahan dari pengujinya. Penelitian
yang demikian ini tidak akan memiliki kecendrungan lain selain untuk
mencapai kepuasan dan kebahagiaan atas manfaat dari hasil karyanya
itu. Ia tidak akan mengotori proses dari hasil penelitiannya dengan
melakukan tindakan plagiat.
4. Dari sisi keterbatasan referensi
Seorang peneliti sering megalami kesulitan dalam hal mengetahui
secara persis posisinya. Ia tidak mengetahui bahwa ia sedang berada di
wilayah penelitian apa, dalam arti tidak menguasai secara persis
pemetaan wilayah penelitian secara baik. Kesulitan seperti ini biasanya
dialami oleh peneliti pemula yang memiliki referensi yang kurang
memadai serta orientasi penelitiaanya masih terbatas pada kepentingan
jangka pendek dan belum menyentuh pada aspek mutu. Hal inilah
yang bisa didefinasikan menjadi salah satu penyebab terjadinya
tindakan plagiat19.
Faktor-faktor lain yang menyebabkan Mahasiswa dapat melakukan
plagiat, antara lain:
1. Malas, mahasiswa menjadi jenuh dan malas karena selalu
dihadapkan dengan tugas yang menumpuk dan deadline tugas yang
19Ratu Ile Tokan, Manajemen Penelitian Guru untuk Pendidikan Bermutu,
(Jakarta: PT Grasindo, 2016), hlm,107-111
35
hampir bersamaan. Hal ini tentu saja membuat mahasiswa kurang
optimal mengerjakan tugasnya. Tidak jarang mahasiswa
mengerjakan tugas dengan jalan pintas, yaitu melakukan copypaste
atau plagiarisme dari hasil pekerjaan teman atau hasil browsing di
internet.
2. Tidak percaya diri, suatu hal yang mendasari seseorang untuk
dapat melakukan copy paste. ketidak siapan seseorang untuk
membuat tugas yang menyebabkan hal ini dapat terjadi. Maka dari
itu mahasiswa harus menanamkan rasa percaya diri didalam diri
mereka.
3. Penyalahgunaan teknologi, Kemajuan teknologi telah
memperkenalkan internet pada mahasiswa. Dengan menggunakan
internet, mahasiswa mendapatkan kemudahan untuk memperoleh
referensi. Tanpa berpikir panjang mahasiswa melakukan copy
paste tanpa mencantumkan sumber copyan dari referensi tersebut.
Bahkan tidak jarang mahasiswa mengumpulkan tugas dari hasil
copy paste tanpa adanya pengeditan terlebih dahulu20.
2. Plagiat dalam Pandangan Islam
Pengambilan hasil karya orang lain sebagai karya sendiri atau
plagiat berimplikasi besar. Dalam kasus karya tulis plagiat adalah
menggambil karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah
karangan sendiri. Dalam ketentuan Majelis Ulama Indonesia(MUI)
menerangkan bahwa plagiat termasuk dalam hak kekayaan intlektual yang
diberikan fatwa mencakup hasil olah pikir otak yang menghasilkan sebuah
produk yang berguna untuk manusia dan diakui oleh Negara.
MUI menegaskan segala bentuk pelanggaran atas hak kekayaan
intelektual merupakan kezaliman dan haram hukumnya larangan ini
mencakup menggunakan, membuat, memakai, menjual, dan menjiplak
20Faisetiawan, Faktor Penyebab Orang Melakukan Plagiat, dalam
http://faisetiawa.blogspot.coml, diakses pada tan ggal 24 Januari 2019, jam 15.38
36
tanpa izin. Beberapa kaidah yang menjadi dasar fatwa MUI tersebut
adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah an-Nisa ayat 29:
أيهاٱلذين لكمبينكمي اأمو طلبءامنوالتأكلو رةعنٱلب أنتكونتج إل
إن اأنفسكم ولتقتلو نكم تراضم ٢٩كانبكمرحيماٱلل
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan cara
berniaga yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu bembunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha
penyayang kepadamu”
Karena hak kekayaan intelektual termasuk harta kekayaan maka
keberadaanya sangat dilindungi. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya darah(jiwa) dan hartamu adalah haram (dilindungi,
mulia).(HR.Tirmidzi).
Mayoritas ulama dari kalangan madzhab Maliki, Syafi’I dan
Hambali mengatakan hak cipta atas ciptaan yang asli tergolong harta
berhargasebagaimana harta tersebut boleh dimanfaatkan secara syarak.
Wahba al-Zuhaili dalam fiqh al-Islami wa Adillatuhu mengatakan
mencetak ulang atau mengcopy buku tanpa izindipandang sebagai
kejahatan terhadap hak pengarang. Hal tersebut dikategorikan pencurian
dan mengharuskan ganti rugi. Ulama NU juga menegaskan mencetak dan
menerbitkan karya tulis orang lain hukumnya haram kecuali ada izin21.
21.Agung Sasongko, Plagiat pada Pandangan Ulama, dalam
http://m.republika.co.id, diakses 31 Januari 2019, jam.23.24
37
C. Hak Cipta Di Indonesia
1. Pengertian dan Sanksi Hak Cipta Dalam Pandangan Hukum
Positif
Adapun yang di maksud pencipta menurut Undang-Unadang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pencipta adalah seseorang
atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.Dari ketentuan
tersebut dapat dikatakan bahwa sejak suatu pencipta lahir atau terwujud
maka sejak itu pulah lahirnya hak dari pada penciptanya.Apabila diambil
perbandingan dengan “oktroot” kedua hal ini tentu berbeda. Menurut
peraturan hukum yang berlaku wujut dari hak cipta dengan oktrooi
adalah berlainan dimana masalah dengan hak oktrooi atau paten
merupakan hak yang diberikan oleh pemerintah terhadap seseorang yang
menentukan sesuatu. Oleh karena itu wujud hak oktrooi itu baru lahir
setelah terlebih dahulu ada pengakuan dari pemerintah22.
Hak cipta merupkan kekayaan intlektual di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan satra yang mempunyai peran strategi dalam
mendukung pembangunan bangsa dan menunjukan kesejahteraan umum
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang dasar Negara Republik
Indonesia23.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju pesat ini
mengancam para pelaku seni dan hasilkeratifitas mereka, sehingga perlu
22 . Sophar Maru Hutagalung, “Hak Cipta Kedudukan dan Peran dalam
Pembangunan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm, 14-15. 23Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta,
(Yogyakarta: Pustaka mahardika, 2015)
38
adanya perlindungan bagi berbagai produk intelektual dari upaya
pelanggaran hak atas produk yang dihasilkan baik oleh individu maupun
suatu korporasi dalam bidang industri dan perdagangan dalam upaya
menjaga pelanggaran hak atas keaslian karya cipta yang menyangkut hak
cipta, merek, paten, desain produk, rahasia dagang dan desain tata letak
sirkuit terpadu.
Mengenai hak cipta diatur dalam undang-undang nomor 28 tahun
2014. Hak cipta (Lembaga Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor
266. Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599).
Dengan berlakunya Undang-undang ini maka Undang-undang nomor 19
tahun 2002 tentang hak cipta dinyatakan tidak berlaku.
Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta dikemukakan, bahwa yang dimaksudkan dengan:
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Ciptaaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni,dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau
keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.
3. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta,
pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut sah24.
Apabila kita membaca ketentuan Pasal 14 Undang-Undang No.6
Tahun 1982, maka dikatakan bahwa tidak dianggap sebagai pelanggaran
24 Zani Asyhadie, Hukum Keperdataan, (Depok: Rajawali, 2018), hlm.206
39
hak cipta apabila mengutip hak cipta orang lain sampai sebanyak-
banyaknya 10% dari kesatuan yang bulat dengan syarat harus
menyebutkan sumber dari kutipan tersebut. Yang jadi pertanyaan,
bagaimana jika timbul suatu kasus perkara pelanggaran hak cipta di
pengadilan. Misalnya, kasus pengutipan sebagian dari hak cipta orang lain
tanpa izin dari penciptanya di mana pengutip karangan atau pencipta
tersebut sebanyak 20% berarti selisih 10% dari ketentuan yang terdapat
dari pada Pasal 14. Dengan selisih 10% itu, tolak ukur apakah yang
dipakai atau digunakan oleh hakimdi pengadilan dalam kasus seperti
diatas hubungannya dengan ancaman pidana yang akan dikenakan kepada
pelaku pengutipan itu.
Secara analog bunyi Pasal 14 penulisan tafsirkan, bahwa para
pembuat undang-undang dapat juga membuat suatu ketentuan tentang
tahapan jumlah persentase pengutipan itu.Misalnya, bagaimana apabila
pengutipan itu diambil sebanyak 20%, 30%, 40% dan seterusnya. Dengan
demikian hal ini akan menolong hakimdi dalam mempertimbangkan
ganjaran hukuman yang akan diambilnya bagi pelaku pelanggaran hak
cipta itu. Jadi, jika semata-mata atas dasar keyakinan yang diberikan oleh
Undang-Undang kepadanya (kepada hakim di pengadilan) di dalam
mengambil keputusan tentang suatu perkara, yang dalam hal ini
menyangkut tindak pidana hak cipta.
Sesuai arah pemkiran penulis kemukakan di atas, setidaknya
adalah penting membuat rumusan tentang pendoman pemindahan yang
berkenaan dengan maslah hak cipta. Kemudian ada peganggan atau
petunjuk bagi hakim dipengadilan maupun bagi petugas hukum kita, di
40
samping Peraturan Pemerintahan tentang pelaksanaan Undang-Undang
hak cipta tersebut. Pembatasan hak cipta perlu dilakukan karena ukuran
kuantitatif untuk menentukan pelanggaran Hak Cipta sulit diterapkan.
Akan tetapi tepat apabila penentuan pelanggaran hak cipta didasarkan
pada ukuran kualitatif. Misalnya, pengambilan bagian yang paling
substansial dan khas yang menjadi ciri dari ciptaan, meskipun pemakaian
itu kurang dari 10%.
Pemakainan itu secara subtansi merupakan pelanggaran hak
cipta.Pemakaian ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta
apabila sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu
dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkemersial termasuk
untuk kegiatan sosial. Misalnya kegiatan dalam lingkup pendidikan dan
ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan dengan
ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari penciptanya.
Termasuk dalam pengertian ini adalah pengambilan ciptaan untuk
pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk
pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan dan
nama penerbit jika ada. Sementara itu yang dimaksud dengan kepentingan
wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta adalah suatu kepentingan
yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi
atas suatu ciptaan25.
Sanksi bagi yang melanggar Hak cipta yang telah diatur dalam
Pasal 112 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta:
25. Sophar Maru Hutagalung, “Hak Cipta Kedudukan dan Peranan dalam
Pembangunan”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 20-21
41
“setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 dan/atau pasal 52
untuk menggunakan secara komersial dipidana dengan penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)”.
Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta:
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 huruf I
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta melakukan pelanggara hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 huruf c,
huruf d, huruf f dan /atau huruf h untuk penggunaan secara
komersial pidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun
penjara dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000
(lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 huruf a,
huruf b, huruf e dan/atau huruf g untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 ( satu
miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud
pada ayat 3 yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 tahun penjara dan/atau
pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.00,00 ( empat miliar
rupiah )26.
26 . Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
42
2. Hak Cipta dan Sanksi dalam Pandangan Islam
Hak cipta menurut pandangan Islam Mengenai hak cipta seperti
karya tulis, menurut pandangan Islam tetap pada penulisnya, sebab karya
tulis itu merupakan hasil karya yang halal melalui kemampuan berpikir
dan menulis, sehingga karya tulis itu menjadi hak milik pribadi. Karena itu
karya tulis dilindungi hukum, sehingga bisa dikenakan sanksi hukuman
terhadap siapapun yang berani melanggar hak cipta seseorang. Misalnya,
dengan cara pencurian, penyerobotan, penggelapan, pembajakan, plagiat
dan sebagainya.
Islam sangat menghargai karya tulis yang bermanfaat untuk
kepentingan agama dan umat, sebab ia termasuk amal saleh yang
pahalanya terus-menerus bagi penulisnya, sekalipun ia telah meninggal
sebagaimana dalam Hadis Nabi riwayat Muslim:
ن ثلاث نسان اين قطع عمله ايلا مي عن ابي هري رة ان رسول اللهي .ص. قال : ايذا مات الايت فع بيهي، او ولد صاليح يدعو له لم ي ن )صدقة جاريية،او عي
Artinya : “Jika anak adam meninggal maka amalnya terputus
kecuali tiga perkara, yaitu ; sedekah jariyah (wakaf) ,ilmu yang
bermanfaat, dan anak sholeh yang berdoa kepadanya” (HR Muslim).
Karena hak cipta itu memiliki hak pribadi, maka agama melarang
orang yang tidak berhak (bukan pemilik hak cipta) memfotokopi baik
untuk kepentingan pibadi maupun untuk kepentingan bisnis. Demikian
pula menterjemahkannya kedalam bahasa lain dan sebagainya dilarang,
kecuali dengan izin penulis atau penerbit yang diberi hak untuk
menerbitkannya. Perbuatan memfotokopi, mencetak, menterjemahkan,
43
membaca dan sebagainya terhadap karya tulis seseorang tanpa izin penulis
sebagai pemilik hak cipta atau ahli warisnya yang sah atau penerbit yang
diberi wewenang oleh penulisnya adalah perbuatan tidak etis dan dilarang
oleh islam. Sebab perbuatan seperti itu bisa termasuk pencurian kalau
dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Adapun dalil-dalil syar’i yang
dapat dijadikan melarang pelanggaran hak cipta dengan perbuatan-
perbuatan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 188:
لكمبينكمبول أمو ا طلتأكلو بٱلب فريقاٱلحكامهاإلىوتدلوا لتأكلوا
ل نأمو ثمبٱلناسم ١٨٨وأنتمتعلمونٱل
Artinya: “Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang
lain dengan jalan yang batil”
2. Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ ayat 183
ءهمولٱلناستبخسواول ١٨٣سدينمفٱلرضتعثوافيأشيا
Artinya: “dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-
haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan”.
3. Hadits Nabi:
نه يب ن فس مي لا ييل ما ل امريئي مسليم ايلا بيطي
Artinya; “tidak halal mengambil harta seorang muslim kecuali
dengan kerelaan dirinya (HR Abu dawud dan daruqutni, dishahih oleh
syaikh al-bani dalam shahilul jami’ no.7662)”
44
“Mayoritas Ulama’ dari kalangan madzhab Maliki, Syafi’I, dan
Hambali berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orisinil dan
manfaat tergolong harta berharga sebagaimana jika boleh dimanfaatkan
secara syara’ (Hukum Islam).Ayat dan Hadits Nabi tersebut diatas
mengingatkan umat Islam agar tidak memakai atau menggunakan hak
orang lain, dan tidak pula memakan harta orang lain kecuali dengan
persetujuanya. Pelanggaran terhadap hak orang lain termasuk hak cipta
bisa termasuk kedalam kategori muflis, yaitu orang yang bangkrut
amalnya nanti di akhirat.
Islam menghormati hak milik pribadi tetapi hak milik pribadi itu
bersifat sosial karena hak milik pribadi pada hakikatnya adalah hak milik
Allah yang diamantkan kepada orang yang kebetulan memilikinya.
Karenanya karya tulis itu pun harus bisa dimanfaatkan oleh umat, tidak
boleh dirusak, dibakar atau disembunyikan oleh penulisnya.
Sanksi bagi pelanggar hak cipta yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa plagiat sama saja seperti melakukan pelanggaran hak cipta.
Pelanggaran hak cipta sama seperti mencuri karena plagiat merupakan
perbuat secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh keredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah dengan
mengutip sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain untuk diakui
sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai27.
27Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat.
45
Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan
dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan28. Hukuman bagi orang yang
mencuri sudah jelas akan dikenakan hukuman hudud. Hudud bentuk
jamak dari had adalah sebuah istilah Islam yang mengacu pada hukuman
yang berdasarkan hukum islam yang diamanatkan dan ditetapkan oleh
Allah29.
Dalam pencurian ada dua cara seseorang mengambil hak milik
orang lain, yang pertama menggambil dengan cara terang-terangan dan
kedua mengambil dengan cara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh
pemiliknya. Dalam istilah fiqh yang pertama disebut dengan istilah
ghashab (merampas) dan yang kedua disebut dengan sirqah (mencuri).
Bagi pelaku pencurian harus dikenakan hukuman potong tangan. Para
ulama fiqh menjelaskan apabila pencuri melakukan tindakan pencurian
baru satu kali maka dikenakan hukuman potong tangan kanan, pencurian
dua kali hukumannya potong kaki kiri, pencurian ke tiga potong tangan
kiri dan pencurian ke empat potong kaki kanan30.
Mayoritas ulama baik dari kalangan ulama salaf maupun khalaf
menetapkan had pencurian (sariqoh) jika harta yang dicuri telah mencapai
nishab yaitu ¼ Dinar atau lebih. Pencurian harta yang tidak mencapai
nishab hanya dapat dijatuhkan hukuman ta’zir. Nishab harta curian itu
28Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta. 29 Wikipedia, Hudud, dalam http://id.m.wikipedia.org diakses pada tanggal 03
Febuari 2019 pukul 20.14 Wib. 30 M. Kadar Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, (Jakarta: Amza, 2013), hlm. 333-334
46
dapat ditinjau kembali, disesuaikan dengan keadaan ekonomi, waktu dan
situasi pada masa Nabi Saw. Nishab harta curian senilai ¼ dinar sekarang
ini bisa jadi secara kuantitas jumlahnya kecil dan tidak seberapa. Batasan
Nisab harta yang dicuri seperti itu dimaksudkan untuk menghilangkan
kejahatan pencurian yang sangat merugikan dan menggaggu ketentraman
masyarakat, jangan sampai hak milik seseorang tidak dilindungi
keselamatannya31.
31Fuad Thohari, Hadis Ahkam Kajian Hadis-Hadis Hukum Pidana Islam
(Hudud, Qishash, dan Ta’zir). (Yogyakarta: Cv Budi Utama, 2018), hlm.72-73