bab ii perkembangan berdirinya masjid nur sulaiman a ...repository.ump.ac.id/3680/3/bab ii.pdf ·...

24
BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A. Kondisi Sosial Budaya Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas Secara administratif Desa Sudagaran terletak dijantung kota Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas. Dari Kantor Kecamatan Banyumas Desa Sudagaran berjarak sekitar 300 meter yang dapat ditempuh baik dengan jalan kaki maupun dengan kendaraan bermotor hanya mencakup waktu 5 menit, sedangkan desa Sudagaran dari Pusat Kabupaten Banyumas berjarak sekitar 18 km. Waktu tempuh menuju ibu kota kabupaten sekitar 30 menit itupun jika menggunakan kendaraan bermotor. Luas wilayah desa Sudagaran adalah 115,69 Ha dengan batas-batas desa sebagai berikut : Sebelah Utara : Sungai Serayu Sebelah Barat : Desa Pakunden Sebelah Selatan : Desa Kejawar Sebelah Timur : Desa Kedunguter. 20 Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Upload: others

Post on 21-Aug-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

20

BAB II

PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN

A. Kondisi Sosial Budaya Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas

Secara administratif Desa Sudagaran terletak dijantung kota Kecamatan

Banyumas Kabupaten Banyumas. Dari Kantor Kecamatan Banyumas Desa

Sudagaran berjarak sekitar 300 meter yang dapat ditempuh baik dengan jalan kaki

maupun dengan kendaraan bermotor hanya mencakup waktu 5 menit, sedangkan

desa Sudagaran dari Pusat Kabupaten Banyumas berjarak sekitar 18 km. Waktu

tempuh menuju ibu kota kabupaten sekitar 30 menit itupun jika menggunakan

kendaraan bermotor.

Luas wilayah desa Sudagaran adalah 115,69 Ha dengan batas-batas desa

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Sungai Serayu

Sebelah Barat : Desa Pakunden

Sebelah Selatan : Desa Kejawar

Sebelah Timur : Desa Kedunguter.

20

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

21

Alun-AlunBanyumas

KomplekKecamatanBanyumas

Bala i DesaSudagaran

R T 3/3

R T 1/3

R T 2/3 R T 5/3

R T 4/3

R T 6/3

R T 7/3R T 7/2

R T 6/2R T 5/2

R T 7/1

R T 4/2 R T 3/2

R T 2/2

R T 1/2

R T 3/1

R T 5/1

R T 6/1

R T 4/1

R T 2/1

R T 1/1

DESA SUDA GA RA NK ECA M A TA N BA NYUM A S

Sungai Serayu

Jl. G

ato

t Sub

roto

Jl . Gadean

Jl.

Kulo

n

Jl.

Pu

ngku

ran

Jl. Sekolahan

Jl. Pengadi lan lama

Jl. Mruyung

Jl. Menganti

Jl. Budiutomo

Jl. Family

Jl. Sipanji 2

Jl. Sipanji 1Jl. Kauman

Jl. Kaligawe

Jl. P

ram

uka Jl. E

yang

Driy

a U

tam

a

J l. Sudirman

Jl. Tekhnik

J l. E yang Driy a 1

Jl. Kharisma

Jl . Singaw ik arya

J l . Karangany ar 1

J l. K aranganyar 2

Jl. Tembelang

Jl. Kr. Rena

Jl. Jaya Serayu Jl. Pramuka Jl. Karangsawah

Desa KedunguterDesa

Pakunden

Desa KejawarDesa Kedunggede

Gambar 2.1 Denah Peta Desa Sudagaran

Kec. Banyumas Kab. Banyumas

(Sumber : data monografi Desa Sudagaran 2016)

Kondisi sosial budaya masyarakat desa akan sangat ditentukan oleh 4 pilar

utama, yaitu penduduk, tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan tradisi/ budaya

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

22

masyarakat desa. Ada beberapa ragam kesenian yang berada di desa Sudagaran

seperti Keroncong Gema Kencana yang didirikan pada tahun 1990 yang sekarang

dilestarikan oleh kepala desa Sudagaran yaitu Hadi Mulyono karena beliau

merupakan keluarga keroncong; musik Hirataka yang mempunyai dua studio

musik; lembaga pendidikan SMKI (SMK N 3 Banyumas); seni hadroh Rw 2;

sanggar seni budaya Jumat Manis yang kegiatannya meliputi seni pedalangan

dengan pementasannya setiap malam jumat manis di balai pangringgitan di desa

Sudagaran dengan menggunakan wayang kulit purwo; kelompok macapat di

sanggar Jumat Manis setiap malam Jumat kliwon; Sanggar Panji Mas (LKP) yang

berdiri tahun 2007 diketuai oleh Sayuti (UPK Banyumas) termasuk Indra (sarpras)

dengan anggota sekitar 60-70 orang pada tahun 2017 yang memiliki usia minimal

3 tahun baik laki-laki maupun perempuan; seni kentongan (tek-tek) tetapi

sekarang jarang pentas; ada juga Museum Wayang Sendang Mas yang merupakan

milik Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas yang letaknya di desa Sudagaran

tepatnya di dalam lingkungan Kecamatan Banyumas. Atas gagasan Soepardjo

Rustam dan sesepuh budayawan Banyumas seperti Ki Dalang Soerono (Alm),

Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas

KOL. INF. R.G. Roedjito (1978-1988) yang diresmikan pada tanggal 31

Desember 1983 oleh SENAWANGI (Badan Sekretariat Pewayangan Indonesia).

Seni pedalangan Banyumas diperkirakan masuk ke Banyumas sejak R.A.

Baribin singgah di Banyumas. Perkiraan lain seni pedalangan ini disebarkan oleh

orang-orang Hindu yang meninggalkan Majapahit ketika terdesak oleh agama

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

23

Islam. Kemudian ada juga gendhing Banyumasan, jenis irama gendhing Jawa di

Banyumas jelas dibawa dari pusat keraton, namun irama gendhing khas

Banyumas barangkali dari lagu-lagu calung seperti yang diciptakan oleh Kyai

Demang Nurdaiman, seperti lagu Gunungsari dan Eling-eling, sedangkan tahun

1974 S. Bono dari Purbalingga berhasil menciptakan lagu-lagu gendhing

Banyumasan. Ciptaan pertamanya berjudul “Tempe Bongkrek.”

Dengan adanya berbagai kesenian tersebut, masyarakat sendiri ada yang

aktif ikut, ada juga yang hanya sebagai penikmat saja, tetapi ada masyarakat

secara kelompok ikut dalam berpartisipasi. Misalnya orang yang hobi dalam

pedalangan bisa menjadi anggota kelompok tersebut. Sanggar seni budaya

pedalangan Jumat Manis mewadahi wilayah Banyumas dan sekitarnya, tetapi dari

Solo juga ada. pementasannya sudah sampai ke Semarang dan Taman Mini

Jakarta mewakili anjungan Jawa Tengah. Pada tanggal 12 Juli 2007 sanggar Jumat

Manis mendapat juara II karawitan klasik tingkat provinsi Jawa Tengah di RRI

Semarang. Mendapatkan penghargaan langsung dari Gubernur Jawa Tengah pada

saat itu. Ada beberapa tamu yang sudah pernah berkunjung di sanggar Jumat

Manis dan melihat pementasannya yaitu :

- Sinuwun Tejo Wulan dari Surakarta

- Mardiyanto beserta ibu mantan Mendagri

- Yayasan Kantil Semarang (Prof. Soetomo)

- Bupati, pejabat pemerintah Kabupaten Banyumas

Sedangkan keroncong Gema Kencana sering siaran di TVRI Semarang

anggotanya merupakan orang dari wilayah Banyumas saja. Kesenian yang

anggotanya paling sedikit adalah kelompok hadroh yang anggotanya hanya

lingkup desa Sudagaran saja.

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

24

Sanggar Jumat Manis didanai oleh sendiri, tetapi suatu ketika ada bantuan

dari pemerintah itu juga tidak selamanya, sedangkan musik keroncong Gema

Kencana dan yang lainnya didanai oleh orang daerah sendiri yang bisa dikatakan

sukses. Apabila organisasi seni ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah harus

ada akta notaris, tetapi hal itu kurang efektif bagi organisasi tersebut karena biaya

minimal membuat akta notaris sekitar Rp 2.000.000,00 tidak sebanding dengan

bantuan dari pemerintah yang tidak datang setiap bulan atau tahun. Pada

prinsipnya setiap sanggar kesenian harus mandiri (partisipasi dari para

anggotanya) tidak memungut biaya.

Sebenarnya kelompok kesenian itu hanya bermodal hobi, sehingga dapat

membantu melestarikan budaya daerah, jika tidak ada mereka maka kesenian di

suatu daerah akan punah. Bisa dikatakan mereka adalah aset suatu daerah. Dengan

adanya berbagai ragam kelompok kesenian tersebut, maka ada hal positif

misalnya ada hubungan antara sesama manusia dan antar manusia dengan

lingkungannya. Sementara di tingkat interaksi sosial, nilai-nilai kerukunan,

keselarasan, dan kepatutan selalu menjadi pedoman dalam menciptakan ketertiban

dan kedamaian dalam berinteraksi sosial antarmasyarakat maupun dengan

masyarakat lainnya. Oleh karena itu, pelestarian dan pengembangan nilai-nilai

budaya ini perlu terus dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat

yang sejahtera lahir dan batin (wawancara dengan Drs. Darkam Anom Sugito

S.Kar, tanggal 17 Juni 2017).

B. Sejarah Desa Sudagaran Kecamatan Banyumas

Sebenarnya sejarah desa Sudagaran ada beberapa versi, tetapi juga ada

yang tidak tahu atau belum ditemukan asal-usul desa Sudagaran. Menurut Yekti

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

25

Rahayu (wawancara tanggal 21 Maret 2017) yang menjabat sebagai sekretaris

desa Sudagaran, bahwa sejarah desa Sudagaran belum ditemukan asal-usulnya

sampai sekarang. Tulisan yang membicarakan tentang desa Sudagaran belum ada,

sehingga belum banyak yang mengetahui hanya orang-orang tertentu saja.

Menurut Kepala Desa Hadi Mulyono Putro (wawancara tanggal 8 Mei

2017) juga menyebutkan bahwa sejarah desa Sudagaran belum ditemukan serta

data mengenai desa Sudagaran juga tidak ada, tetapi Hadi Mulyono menyebutkan

bahwa bangunan kuno yang masih asli sampai sekarang walaupun sudah sedikit

ada renovasi adalah bangunan Masjid Nur Sulaiman. Bangunan kuno lain yang

ada di Desa Sudagaran seperti Pendopo Si Panji, Puskesmas, Pangeranan,

Kepatihan, bangunan di dekat pasar yang sekarang dihuni oleh orang Tionghoa

masih ada, tetapi sekarang sudah beralih fungsi kegunaannya.

Menurut Gito Sewoyo (wawancara tanggal 16 Juni 2017) Sudagaran

berasal dari kata sudagar yang artinya pedagang. Sudagar dan an menunjukkan

bahwa tempat itu banyak dihuni oleh para pedagang. Para sudagar layak sekali

tinggal di sana karena dekat dengan jalan raya yang dibuat oleh Belanda.

Sebagaimana konsep tata letak bangunan pada masa itu, maka pasar di tempatkan

di utara pusat kota yang masih masuk desa Sudagaran. Di situ merupakan tempat

yang ramai maka jadi incaran para pedagang.

Pendapat lain menurut Darkam Anom Sugito (wawancara tanggal 17 Juni

2017), Sudagaran sudah ada pada zaman Belanda tetapi tidak tahu pastinya tahun

berapa. Sudagaran berasal dari kata sudagar yang artinya pedagang. Jadi

Sudagaran merupakan tempat berdagang orang Jawa sekaligus menetap di situ.

Seperti di Rw 3 desa Sudagaran terdapat Pecinanan (kelompok orang cina) yang

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

26

terletak di dekat pasar sampai sekarang masih ada. Di samping seni pertunjukkan,

ada pula seni Batik Banyumasan (Batik Hului di Jalan Mruyung). Batik tersebut

sudah sampai Internasional sejak zaman Belanda turun-temurun sampai sekarang.

Dengan adanya usaha batik tersebut, merupakan keuntungan tersendiri karena

dapat menyerap tenaga kerja orang Jawa semua pegawainya.

Kemudian menurut Indra (wawancara tanggal 5 Juli 2017) bahwa dahulu

ada suatu perkelahian dengan menggunakan pusaka/ keris tetapi garan atau

tempat yang untuk berpegangan pusaka/ keris itu lepas, sehingga dinamakan

Sudagaran. Dari berbagai versi tersebut belum ada bukti tertulis, hanya dari

bentuk lisan saja.

Di desa Sudagaran juga terdapat beberapa makam yang berkaitan dengan

desa Sudagaran dan kebudayaannya yaitu makam Eyang Driya di sepanjang jalan

Rt 1-5. Konon dahulu Eyang Driya juga merupakan seorang tabib yang ampuh

dari masa kerajaan. Pembangunannya menjadi tanggungan Kabupaten Banyumas.

Eyang Driya konon merupakan tokoh yang ikut membangun Sudagaran tersebut.

Pada setiap bulan Suran diadakan slametan yang tempatnya berpusat di balai desa

Sudagaran.

Di Sudagaran ada lima orang yang pernah menjabat sebagai kepala desa

itu yang diketahui oleh Hadi Mulyono yaitu pertama Singa Wikarya (tahun 1945-

1972); kedua Akbar Sumarkus (tahun 1974-1976); ketiga Suharto (tahun 1981-

1999), keempat Riswanto (tahun 1999-2007), dan kelima Hadi Mulyono Putro,

SE. (tahun 2007 sampai sekarang). Kelima kepala desa tersebut yang telah

memajukan desa Sudagaran menjadi seperti sekarang ini didukung juga dengan

letak desa Sudagaran yang terdapat di jantung kota lama Banyumas sehingga desa

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

27

Sudagaran semakin pesat mengalami kemajuan (wawancara Kepala Desa Hadi

Mulyono tanggal 5 Mei 2017).

Desa Sudagaran memiliki konfigurasi berupa dataran dengan ketinggian

antara 30-150 m di atas permukaan laut (dpl), sehingga tergolong dataran sedang.

Suhu di daerah desa Sudagaran masih dalam batasan normal. Di desa Sudagaran

sebagaian tanahnya adalah berupa tanah pekarangan kendati juga daerah

sawahnya juga cukup. Ada beberapa sungai yang mengalir di desa Sudagaran

yaitu sungai Serayu yang merupakan batas desa Sudagaran di sebelah utara,

sungai Gawe yang merupakan batas di sebelah barat antara desa Sudagaran

dengan desa Pakunden, sungai Sadak, sungai Tembelang, dan sungai Peguyangan.

Iklim suatu daerah sangat berpengaruh dalam kehidupan, utamanya untuk

pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup binatang baik ternak maupun

binatang yang masih liar. Bersamaan dengan iklim di suatu tempat makhluk

hidup (manusia, tumbuhan, dan binatang) akan saling berinteraksi, yang dalam

kurun waktu tertentu akan menentukan kondisi di suatu wilayah. Curah hujan

rata-rata adalah 2000 mm dengan nilai Q adalah 71,4 %.

C. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan, karena

dilihat dari perannya, maka penduduk merupakan sumber daya manusia yang

memiliki peran sebagai pelaku utama sekaligus sebagai pemanfaat hasil

pembangunan. Desa Sudagaran pada tahun 2016 memiliki 1.433 Kepala Keluarga

(KK) dengan jumlah penduduk 4.175 Jiwa yang terdiri atas 2.088 laki-laki dan

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

28

2.087 perempuan. Rata-rata setiap keluarga terdiri dari tiga anggota keluarga.

Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1

berikut :

Tabel 1

Klasifikasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok

Umur (th) Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 107 orang 89 orang 196 orang

5-9 128 orang 128 orang 256 orang

10-14 152 orang 124 orang 276 orang

15-19 158 orang 131 orang 289 orang

20-24 136 orang 123 orang 259 orang

25-29 165 orang 129 orang 294 orang

30-34 180 orang 172 orang 352 orang

35-39 179 orang 158 orang 337 orang

40-44 135 orang 141 orang 276 orang

45-49 135 orang 157 orang 292 orang

50-54 132 orang 149 orang 281 orang

55-59 120 orang 156 orang 276 orang

60-64 100 orang 99 orang 199 orang

65-69 89 orang 99 orang 188 orang

70-74 56 orang 58 orang 114 orang

>=75 115 orang 175 orang 290 orang

(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran Bulan Desember 2016)

Tabel 2 Jumlah KK per Rukun Tetangga ( RT )

NO. RT JUMLAH

KK

NAMA KETUA

RT KET.

I. RW. 01 532

RT. 01 92 SOENARYO

RT. 02 53 AGUS DANAWU

RT. 03 67 HERI SUPRIYANTO

RT. 04 77 MARGO RAHARJO

RT. 05 91 EDI SAPTONO

RT. 06 107 ARINDI

RT. 07 45 BANGUN SANTOSA

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

29

NO. RT JUMLAH

KK

NAMA KETUA

RT KET.

II. RW. 02 442

RT. 01 62 ANDI SUPRIYADI

RT. 02 74 SRI WAHYUDI

RT. 03 50 LATIJAN

RT. 04 58 SUDIRMAN

RT. 05 77 NORAH WIDYATMOKO

RT. 06 54 DJOHAN ASHARI

RT. 07 67 JOKO SEMBODO

III. RW. 03 456

RT. 01 66 PERMADI

RT. 02 76 TOTO HARYANTO

RT. 03 58 RAKUM

RT. 04 45 VICTOR WIBIANTO

RT. 05 78 SUPRIHATIN MARTIN

RT. 06 62 BUDIONO

RT. 07 71 SUSILO HARTONO

Ketersediaan tenaga kerja suatu daerah dapat dilihat dari jumlah penduduk

menurut umur. Tenaga kerja yang kurang menyebabkan pelaksanaan

pembangunan mengalami pemborosan biaya pengadaan tenaga kerja dan

sebaliknya bila tenaga kerja berlebih akan menimbulkan hambatan dalam

memperoleh pekerjaan. Jumlah angkatan kerja dapat digunakan untuk menyusun

rencana pembangunan wilayah. Usia yang kerja dibagi dalam beberapa kelompok,

yaitu angkatan kerja muda (15-24 th), angkatan kerja produktif (25-44), dan

angkatan kerja tua (45-59 th).

Dengan melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa golongan angkatan

kerja produktif berjumlah 1.259, angkatan kerja muda 548, angkatan kerja tua

849, hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang tersedia di Desa Sudagaran

bisa untuk mengisi peluang kerja. Sebenarnya keadaan tanah pertanian cukup baik

dan subur namun sebagian besar penduduk tidak memiliki lahan tersebut dan

hanya sebagai buruh tani atau petani penggarap dengan sistem bagi hasil atau

sewa tanah sawah.

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

30

2. Tingkat Pendidikan

Tabel 3

Komposisi Penduduk Desa Sudagaran Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 S3 1

2 S2 19

3 DIV/S1 303

4 D3 163

5 D1/D2 46

6 Tamat SLTA 1.424

7 Tamat SLTP 579

8 Tamat SD 730

9 Belum Tamat SD 277

10 Tidak/Belum Sekolah 633

Jumlah 4.175

(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016 )

Tingkat pendidikan di desa Sudagaran tergolong sedang, hal ini didukung

adanya fasilitas pendidikan di Desa Sudagaran yaitu diantaranya telah tersedianya

3 Taman Kanak-kanak, 3 Sekolah Dasar, 2 Sekolah Menengah Pertama, 1 SMA

dan 2 SMK. Sebagian besar penduduk desa Sudagaran adalah tamatan SLTA

yaitu sekitar 1.424 orang, disusul tamatan SLTP 579 orang, 730 tamatan SD,

sebanyak 277 belum menyelesaikan tingkat SD, dan yang telah mengenyam

pendidikan di akademi atau perguruan tinggi adalah 532 orang.

3. Mata Pencaharian

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bagi manusia adalah sangat

dibutuhkan makanan. Untuk memperoleh makanan tersebut manusia berjuang

demi kelangsungannya itu, usaha tersebut dilihat dari kegiatan manusia itu dalam

kehidupannya sehari-hari, setiap manusia mempunyai usaha yang berbeda-beda

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

31

menurut kemampuan mereka. Kegiatan sehari-hari dalam mencari makanan

tersebut sangat menentukan pola hidup diri manusia itu beserta keluarganya.

Mata pencaharian sebagian besar keluarga di desa Sudagaran adalah

Pensiunan, PNS, TNI / POLRI, Karyawan Swasta, Wiraswasta dan Buruh Harian

Lepas. Mata pencaharian yang lain dapat sebagai berikut :

Tabel 4

Komposisi Desa Sudagaran Menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan

1 Belum/Tidak Bekerja 914

2 Mengurus Rumah Tangga 705

3 Pelajar/Mahasiswa 680

4 Pensiunan 212

5 Pegawai Negeri Sipil 156

6 Tentara Nasional Indonesia 13

7 Kepolisian RI 8

8 Perdagangan 61

9 Petani/Pekebun 21

10 Peternak -

11 Nelayan/Perikanan 1

12 Industri 2

13 Konstruksi 1

14 Transportasi 3

15 Karyawan Swasta 522

16 Karyawan BUMN 16

17 Karyawan BUMD 1

18 Karyawan Honorer 26

19 Buruh Harian Lepas 243

20 Buruh Tani/Perkebunan 16

21 Buruh Nelayan/Perikanan 1

22 Buruh Peternakan -

23 Pembantu Rumah Tangga 5

24 Tukang Cukur 1

25 Tukang Listrik 1

26 Tukang Batu 6

27 Tukang Kayu 3

28 Tukang Sol Sepatu -

29 Tukang Las/Pandai Besi -

30 Tukang Jahit 4

31 Tukang Gigi -

32 Penata Rias 1

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

32

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan

33 Penata Busana -

34 Penata Rambut 1

35 Mekanik 10

36 Seniman 2

37 Tabib -

38 Paraji -

39 Perangcang Busana -

40 Penterjemah -

41 Imam Mesjid -

42 Pendeta 1

43 Pastor -

44 Wartawan 1

45 Ustadz/Mubaligh -

46 Juru Masak 2

47 Promotor Acara -

48 Anggota DPR-RI -

49 Anggota DPD -

50 Anggota BPK -

51 Presiden -

52 Wakil Presiden -

53 Anggota Makamah Konstitusi -

54 Anggota Kabinet/Kementrian -

55 Duta Besar -

56 Gubernur -

57 Wakil Gubernur -

58 Bupati -

59 Wakil Bupati -

60 Walikota -

61 Wakil Walikota -

62 Anggota DPRD Provinsi -

63 Anggota DPRD

Kabupaten/Kota

-

64 Dosen 4

65 Guru 57

66 Pilot -

67 Pengacara 1

68 Notaris -

69 Arsitek -

70 Akuntan -

71 Konsultan 2

72 Dokter 9

73 Bidan 3

74 Perawat 13

75 Apoteker 1

76 Psikiater/Psikolog 1

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 14: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

33

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan

77 Penyiar Televisi -

78 Penyiar Radio -

79 Pelaut 4

80 Peneliti -

81 Sopir 19

82 Pialang -

83 Paranormal -

84 Pedagang 141

85 Perangkat Desa 12

86 Kepala Desa -

87 Biarawati -

88 Wiraswasta 269

89 Lainnya -

(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016)

4. Sarana Prasarana

Prasarana jalan angkutan merupakan salah satu penunjang tercapainya

pemerataan pembangunan. Adapun pemerataan pembangunan dilaksanakan untuk

mencapai terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, pertumbuhan

ekonomi yang sangat baik serta stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.

Lalu lintas perhubungan dengan kecamatan dan Purwokerto sebagai

ibukota Kabupaten dihubungkan dengan jalan darat dengan konstruksi jalan

beraspal. Sedangkan dari pusat desa menuju ke seluruh dusun dihubungkan

dengan jalan yang diaspal dan sebagian diperkeras dengan plesteran. Bagi

penduduk desa Sudagaran jalan beraspal sangat membantu proses kehidupannya

terutama bagi pedagang dan para pekerja yang mempunyai pekerjaan di luar desa

Sudagaran. Hal itu juga mendorong proses produksi dari hasil penduduk.

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 15: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

34

5. Kelembagaan Desa

Dalam hal ini kelembagaan desa diartikan organisasi dan aturan main yang

menentukan ruang gerak organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Aturan

main yang memberikan gerak berjalannya suatu organisasi itu diantaranya

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah

serta Keputusan Kepala Daerah, sedangkan lembaga masyarakat adalah suatu

himpunan yang mengatur norma-norma dari tingkatan yang berkisar pada suatu

kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat, di mana wujud konkritnya

adalah asosiasi.

Lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa Sudagaran adalah sebagai

berikut:

Tabel 5

Kelembagaan Desa Sudagaran

No Jenis Kelembagaan Desa Jumlah

Pengurus/Kader

1 BPD 9 orang

2 LKMD 3 orang

3 PKK 22 orang/4 Pokja

4 Kelompok Tani 12 orang

5 Koperasi 63 orang

6 RT 63 orang

7 RW 15 orang

8 Kelompok Kesenian 3 orang

Pendidikan

1 TK 3

2 SD 3

3 SMP 2

4 SMA 1

5 SMK 2

(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016)

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 16: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

35

6. Pola Penggunaan Lahan

Tabel 6

Luas dan Penggunaan lahan Desa Sudagaran 2016

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Tanah sawah 33

2 Tanah pemukiman 26,28

3 Tanah pekarangan 37,76

4 Perkantoran 12,92

5 Prasarana Umum lainnya 5,73

Total Luas 115,69

(Sumber : Data Monografi Desa Sudagaran 2016)

Luas Desa Sudagaran seluruhnya sebesar 115,69 Ha, mayoritas penduduk

desa Sudagaran mempunyai pekerjaan sebagai Pensiunan, PNS, Petani dan lain-

lain. Di bidang pertanian memiliki lahan 33 Ha tanah sawah, 26,28 Ha tanah

pemukiman. Tanah pekarangan 37,76 Ha, dan sisanya adalah tanah untuk tempat

pendidikan, perkantoran, sungai, lapangan, jalan dan lain-lain.

D. Sejarah Perkembangan Berdirinya Masjid Nur Sulaiman

Untuk mengetahui berdirinya Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas

merupakan hal yang sangat sulit karena tidak ada bukti tertulis tentang pendirian

masjid tersebut. Menurut Babad Banyumas yang dihimpun oleh Oemarmadi dan

Poerbosewojo dikatakan bahwa Balai Si Panji yang merupakan pendopo

Kabupaten Banyumas dibangun oleh Raden Tumenggung Yudanegara II (Bupati

Banyumas yang ke VII) yakni pengganti Tumenggung Yudanegara III karena

diminta oleh Sultan Hamengku Buwana I sebagai Pepatih Dalem Kesultanan

Yogyakarta dengan gelar Kanjeng Raden Adipati Danuredja I. Kemudian yang

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 17: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

36

menggantikannya sebagai bupati Banyumas adalah Yudanegara IV (Priyadi, 2015:

141). Yang akhirnya Tumenggung Yudanegara II wafat di pendopo tersebut pada

tahun 1743. Apabila cerita tersebut benar berarti pendopo Balai Si Panji didirikan

sebelum tahun 1743. Hal ini sesuai dengan data yang menunjukkan bahwa

pendirian sebuah keraton diikuti pula dengan pendirian tempat ibadah yaitu

masjid. Sebagai contoh Keraton Surakarta didirikan pada tahun 1746, sedangkan

masjidnya didirikan pada tahun 1763 karena pada zaman Kerajaan Islam di Jawa

dahulu apabila ada sebuah keraton maka di situ akan didirikan sebuah masjid

(Romli dkk, 1998: 9).

Sedangkan menurut riwayat, Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas

didirikan kurang lebih setelah pendirian rumah kabupaten dengan pendopo Balai

Si Panji -nya. Jadi kemungkinan Masjid Nur Sulaiman didirikan setelah pendopo

Si Panji berdiri (Wawancara dengan Muhammad Ilyas tanggal 26 Desember

2016).

Pada masa pemerintahan Raffles (1811-1816) kemungkinan tata kota

Banyumas sudah mendekati bentuk yang sekarang ini. Pada saat itu Bupati

Banyumas yang ke X memohon kepada Raffles agar wilayah Kabupaten

Banyumas di lepaskan dari Keraton Surakarta, dan dirinya ditetapkan sebagai

Sultan. Kemudian pada tahun 1825-1830 di Jawa terjadi Perang Diponegoro.

Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh

Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belanda

di bawah pimpinan Jenderal De Kock yang berusaha meredam perlawanan

penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Akibat perang ini,

penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 18: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

37

pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Akhir

perang ini menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.

Pada tahun 1831 Gubernur Jenderal Belanda De kock menguasai pulau

Jawa termasuk wilayah Banyumas dan beliau membangun sebuah Rumah Sakit

Banyumas (sekarang RSUD Banyumas), karsidenan, serta menguasai daerah

Banyumas. Jenderal De kock juga mengangkat residen, asisten residen, bupati,

penghulu (pemuka agama), mentri polisi, mentri jaksa, dan mentri cacar.

Sementara pada masa itu seorang penghulu diangkat dan diberhentikan oleh

Gubernur Jenderal De Kock bahkan kegiatan di masjid-masjid selalu dikontrol

oleh pemerintah Belanda karena dijadikan lambang kekuasaan feodalisme sebagai

alat pemerintahan kolonial di daerah.

Pada saat Kabupaten Banyumas dikuasai oleh Belanda tepatnya pada

tanggal 21-23 Februari 1861 terjadi bencana banjir besar sampai Rumah sakit,

karsidenan dan rumah residen tenggelam hingga 3,5 meter. Tanda bukti

ketinggian air ketika banjir sampai sekarang masih ada bekasnya yang terdapat di

Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.

Kemudian pada tahun 1891 zaman pemerintahan Adipati Mertadiredja III

dibangun jembatan sungai Serayu di kota Banyumas sepanjang kurang lebih 115

meter. Pada saat itu transportasi masih sulit, belum ada dokar (delman) dan

kendaraan umum yang disewakan. Pada saat itu pejabat berkendaraan kereta kuda,

sedangkan beberapa saudagar menggunakan pit (sepeda). Kemudian pemerintah

Belanda membangun jalan kereta api Staats Spoorwegen (SS) di wilayah

Banyumas. Yang pertama dibuat adalah jalur lintas Yogyakarta-Cilacap yang

pengoperasiannya diresmikan pada tanggal 20 Juli 1884. Disusul dengan

perusahaan kereta api swasta (SDS) yang membangun sepanjang aliran sungai

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 19: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

38

Serayu pada tahun 1896 yaitu lintas Maos-Gambarsari-Patikraja-Purwokerto-

Sokaraja-Banjarsari dan seterusnya. Tahun 1896 juga pertama kali di Purwokerto

didirikan semacam Bank perkreditan yang diurus oleh R.A. Wiriatmadja Patih

Purwokerto karena Patih Purwokerto merasa prihatin dengan kehidupan rakyat

kecil yang banyak terlilit oleh rentenir, kemudian beliau mendirikan semacam

badan yang bisa digunakan untuk simpan pinjam (Wawancara dengan Gito

Sewodjo tanggal 4 Juli 2017).

Di samping banyak pembangunan yang positif di daerah Banyumas pada

tahun itu, di Banyumas juga ada hal buruk seperti masyarakatnya sering terjangkit

wabah penyakit menular, terjadi bencana alam hujan abu, gempa bumi, paceklik,

dan banjir besar. Tetapi dengan terjadinya bencana alam seperti banjir besar ada

hal positifnya yakni, keberadaan Masjid Nur Sulaiman semakin tampak karena

banyak penduduk yang mengungsi ke pendopo Balai Si Panji dan Masjid Nur

Sulaiman. Kemungkinan dahulu Masjid Nur Sulaiman dan Bale Si Panji

bangunannya masih menjulang tinggi dibandingkan daerah di sekitarnya tidak

seperti sekarang.

Oleh karena itu Banyumas merupakan satu-satunya kabupaten di Indonesia

yang mempunyai dua lembaga pemerintahan karena dulu waktu dikuasai Belanda

terjadi bencana banjir yang menyebabkan banyak kerusakan sehingga kabupaten

dipindahkan ke Purwokerto. Menurut data pada buku proyek proposal, Masjid

Nur Sulaiman didirikan pada tahun 1899 tepatnya pada hari Selasa Pon atau 18

Jumadil akhir (1317 Hijriyah atau 24 Oktober 1899). Data ini merupakan data

yang oleh cagar budaya diketahui sedangkan data berdirinya masjid yang sudah

dijelaskan tadi di atas merupakan data secara keseluruhan tentang Masjid Nur

Sulaiman.

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 20: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

39

Pada kayu penggantung bedug terdapat prasasti berhuruf Arab yang

menunjukkan angka 1312. Menurut sejarawan Suwedi Montana angka tahun

tersebut sama dengan 1890 Masehi. Selain itu pada gapura sisi barat pernah

ditemukan prasasti yang berangka tahun 1889. Pada tembok tempat wudhu

wanita, yaitu di sebelah selatan masjid terdapat prasasti yang berbunyi “Dipugar

Ke I 1889 dan Ke II 1980”. Kemudian pada tahun 1980 dilakukan pemugaran

yang meliputi pembongkaran pagar tembok di serambi; atap seng diganti dengan

yang baru sekaligus di cat; perubahan emper serambi; usuk serambi diganti kayu

baru; tempat wudhu utara diperbaiki; pagar tembok sisi barat dan selatan

diperbaiki; pengecatan dinding dan tiang-tiang masjid; dan pemugaran dilakukan

oleh PT. Serayu (Romli dkk, 1998: 10).

Pembangunan Masjid Nur Sulaiman ini diarsiteki oleh Nurdaiman yang

merupakan Demang Gumelem (Susukan) II sekaligus sebagai Penghulu Masjid

yang pertama yang konon dulu merupakan orang yang sakti. Silsilahnya desa

Perdikan Gumelem mempunyai tujuh demang, yakni Kiai Ageng Gumelem (Kiai

Ageng Chasanbesari); Kiai Wirareja; Kiai Ciptasuta; Kiai Prajasuta I; Kiai

Prajasuta II; Kiai Prasuta I; dan Kiai Prasuta II. Setelah Kiai Prasuta II, Gumelem

dibagi menjadi dua, Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon. Demang-demang

Gumelem Wetan meliputi Kiai Nurdaiman I; Kiai Nurdaiman II; Raden

Mertadipa; Raden Dipadipura; Raden Imanwireja; dan Raden Iman Sumbadi.

Demang-demang Gumelem Kulon meliputi Kiai Reksadipa I; Kiai Reksadipa II;

Kiai Reksadipa III; Mas Reksadikara; Raden Reksadipura; Raden Reksasudarma;

Raden Sukirna; Raden Subadi; dan Raden Sugadi.

Raden Nurdaiman I, Raden Reksadipa I, dan Nurdaiman II adalah putra

Kiai Ditajaya (Kiai Prigi). Kiai Ditajaya keturunan Gumelem juga, silsilahnya

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 21: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

40

adalah Kiai Ageng Gumelem; Kiai Wirareja; Kiai Sutajaya; Kiai Sutamerta; Kiai

Kartinaya; Ditajaya (Kiai Prigi). Silsilah Nyai Ditajaya adalah Kiai Ageng

Gumelem; Raden Wirakusuma II; Kiai Jebeng; Kiai Sutapatra; Kiai Sutajaya; Kiai

Danatruna; Nyai Ditajaya. Dengan demikian, demang Gumelem Wetan dan

demang Gumelem Kulon masih keturunan Kiai Ageng Gumelem juga. Kiai

Nurdaiman I menjadi Kliwon Suranatan di Keraton Surakarta dan kedudukan

demang digantikan oleh Kiai Nurdaiman II yang sebelumnya menjadi demang di

Pasiraman (Priyadi, 2015: 48).

Nurdaiman tidak hanya membuat masjid di Kabupaten Banyumas saja,

tetapi di daerah lain beliau juga ikut membangun masjid seperti di Kabupaten

Purbalingga Masjid Agung Darussalam dan di Kabupaten Cilacap Masjid Agung

Darussalam Cilacap. Dari ketiga masjid itu arsitekturnya satu orang yakni

Nurdaiman.

Pada suatu hari tokoh-tokoh Banyumas berkumpul untuk mendiskusikan

mengenai pembentukan nama masjid. Akhirnya diambil dengan nama Masjid

Agung Nur Sulaiman. Kata Nur diambil dari nama depan arsitekturnya yakni

Nurdaiman yang Pesareannya terdapat di atas Masjid Dawuhan di sebelah kiri

jalan dibawah Pesareannya Joko Kaiman (Bupati pertama Banyumas), sedangkan

Sulaiman diambil dari seorang mubaligh (penyiar agama) yang merupakan orang

pertama berdakwah di Masjid Nur Sulaiman yakni Ki Sulaiman yang Pesareannya

di Desa Dawuhan, Kecamatan Banyumas, sehingga masjid tersebut bernama

Masjid Agung Nur Sulaiman. Beberapa orang ada yang meyakini bahwa di dekat

pengimaman Masjid Nur Sulaiman terdapat sebuah makam, tetapi takmir masjid

mengatakan bahwa tidak ada tandanya. Berbeda dengan takmir masjid, pendapat

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 22: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

41

orang sepuh dahulu yang sering beribadah di masjid meyakini bahwa memang ada

makam di daerah pengimaman.

Sebagaimana konsep tata letak bangunan pada masa pemerintahan

kerajaan di Jawa, posisi masjid selalu berada di sebelah barat alun-alun sebagai

simbol kebaikan, berseberangan dengan letak penjara sebagai simbol kejahatan di

sebelah timur alun-alun. Masjid Nur Sulaiman di bangun di atas tanah seluas

4.950 m². Di halaman masjid terdapat sebuah pohon gedang lanang (pisang

berbentuk seperti kipas) yang sekarang termasuk tumbuhan langka. Konon, akar

pohon gedang lanang ini dapat digunakan untuk obat menyembuhkan

kemandulan.

Secara administrasi masjid ini berada dalam wilayah desa Sudagaran,

Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah kurang lebih

25 km dari kota Purwokerto. Di sebelah timur berbatasan dengan alun-alun, di

sebelah selatan berbatasan dengan jalan Serayu, di sebelah barat berbatasan

dengan jalan Kauman belakang masjid, sedangkan di sebelah utara masjid

terdapat rumah dinas kepala/ kantor KUA tetapi sekarang digunakan untuk

sekretariat masjid dan kegiatan-kegiatan sosial sekitar masjid serta terdapat juga

rumah juru pengelola masjid yaitu Joni yang sekaligus berbatasan dengan jalan

sekolahan (Wawancara dengan Muhammad Ilyas, tanggal 6 Maret 2017).

Masjid Nur Sulaiman merupakan satu-satunya masjid yang sudah

bersertifikat Nasional di Kabupaten Banyumas. Jika ingin memperbaiki atau

merehab harus koordinasi dulu dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya

Jawa Tengah yang kantornya di Prambanan karena Masjid Nur Sulaiman telah

masuk daftar inventarisasi Benda Cagar Budaya Kabupaten Banyumas oleh Balai

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 23: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

42

Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah (BP3 Jateng) tahun 2004 Nomor

: 11-12/ Bas/ 44/ TB/ 04. Hal ini berbeda dengan alun-alun yang bisa direhab

tanpa harus izin dari pihak cagar budaya. Bangunan masjid merupakan perpaduan

antara kebudayaan tradisional dan kebudayaan barat (kolonial). Pada bagian

depan masjid tepatnya di emperan masjid ada satu saka yang sudah pernah diganti

yang terletak di sebelah utara bagian emperan. Dahulu juga bagian emperan

berbeda dengan yang sekarang. Masjid Nur Sulaiman juga dapat menampung

sekitar 750 orang untuk shalat berjamaah, sekitar 500 orang di tempatkan di ruang

utama masjid sedangkan 250 orang di tempatkan di bagian serambi masjid.

Rencana masjid ini akan dikembalikan ke dalam bentuk masjid aslinya,

sudah diizinkan oleh pihak kantor Prambanan yang mengelola cagar budaya. Hal

ini belum dimulai karena menunggu bahan matrial yang masih didiskusikan oleh

takmir dan warga sekitar. Sebenarnya banyak orang yang ingin menyumbangkan

kayu untuk merenovasi masjid tetapi belum ada keputusannya. Dana untuk

merehab masjid sudah disediakan dari takmir masjid karena sanggup untuk

membiayainya, sedangkan dari pemerintah tidak ada karena memang keinginan

dari masyarakat sendiri dan pihak dari kantor Prambanan sudah mengizinkan dan

ada bukti fisik, asalkan dibiayai sendiri.

Dari dahulu apabila mau merenovasi Masjid Nur Sulaiman tidak boleh

menerima sumbangan dari orang non-muslim walaupun sumbangan tersebut

sangatlah besar tetap tidak diperbolehkan karena itu merupakan suatu pantangan.

Hal tersebut masih berlaku sampai sekarang, harus dari bantuan orang-orang

muslim, alasannya apabila menerima bantuan tersebut untuk menghindari

terjadinya timbal balik antara non-muslim yang menyumbangkan dana tersebut

dengan orang muslim yang menerima dana tersebut.

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017

Page 24: BAB II PERKEMBANGAN BERDIRINYA MASJID NUR SULAIMAN A ...repository.ump.ac.id/3680/3/BAB II.pdf · Soesilo Soedarman, dan lain-lain pada masa pemerintahan Bupati Banyumas KOL. INF

43

Pada waktu dahulu sebelum tempat wudhu dibongkar ada sebuah prasasti

yang menunjukkan tahun pemugaran, kemudian tempat wudlu tersebut direhab

sehingga prasasti itu hilang dengan sendirinya sekarang sudah tidak ada. Waktu

itu mungkin prasasti tersebut belum dianggap penting dan juga masjid Nur

Sulaiman belum masuk cagar budaya sehingga prasasti yang bertuliskan masa

pemugaran masjid tersebut sudah tidak ada. Tempat wudhu di Masjid Nur

Sulaiman sekarang memiliki total 40 kran, 30 kran untuk tempat wudhu pria dan

10 kran untuk tempat wudhu wanita. Kemudian apabila masjid mengalami

kerusakan yang besar atau parah memang ditanggung oleh pemerintah terutama

Dinas dibawah Kementrian Kebudayaan, dana juga seluruhnya dari kementrian

tersebut (Wawancara dengan Joni, tanggal 8 Maret 2017).

Sejarah Dan Arsitektur Masjid…, Feriyan Pradinata, FKIP, UMP, 2017