bab ii pengulangan
TRANSCRIPT
BAB II
LANDSAN TEORI
2.1 Pengertian Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu (time study) adalah suatu usaha untuk menentukan
lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang
normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.
Teknik pengukuran waktu kerja dibagi 2 yaitu:
1. Pengukuran kerja secara langsung
a. Pengukuran jam henti (stopwatch time study)
b. Sampling pekerjaan (work sampling)
2. Pengukurankerja secara tidak langsung
a. Data waktu baku (standard data)
b. Data waktu gerakan (predetermined time system)
2.2 Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran
Menurut Sutalaksana (2006), untuk mendapatkan hasil yang baik yaitu
yang dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup sekedar melakukan
beberapa kali pengukuran dengan mengunakan jam henti. Banyak faktor yang
harus diperhatikan agar ahirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk
pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi keja, cara
pengukuran, jumlah pengukuran, dan lain-lain, dibawah adalah sebagian langkah
yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat tercapai. Berikut ini adalah langkah-
langkah sebelum melakukan pengukuran.
1. Penetapan tujuan pengukuran
Bertujuan untuk mengetahui kegunaan hasil pengukuran digunakan, dan
mengetahui berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan
dari hasil pengukuran.
3. Melakukan penelitian pendahuluan
Tujuannya adalah mempelajari kondisi kerja dan cara kerja sehingga
diperoleh usaha perbaikan, membakukan secara tertulis sistem kerja yang
dianggap baik, dan operator memerlukan pegangan baku.
4. Memilih operator
Tujuannya adalah agar operator dapat berkemampuan normal dan dapat
diajak bekerja sama.
5. Melatih operator
Bertujuan agar operator dapat terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang
telah ditetapkan perusahaan.
6. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
Bertujuan untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan,
memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen, untuk
memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin
dilakukan pekerja, dan mengembangkan data waktu baku standar setiap
tempat kerja yang bersangkutan.
7. Menyiapkan alat-alat pengukuran
Alat-alat yang digunakan antara lain:
a. Jam henti (stopwatch)
b. Lembar pengamatan
c. Alat tulis
d. Papan pengamatan
Sehubungan dengan langkah-langkah di atas, ada beberapa pedoman
pengukuran pekerjaan atas elemen-elemennya, yaitu:
1. Sesuai dengan ketelitian yang diinginkan, uraikan pekerjaan menjadi elemen-
elemennya serinci mungkin, tetapi masih dapat diamati oleh indera
pengukuran dan dapat direkam waktunya oleh jam henti yang digunakan.
2. Memudahkan, elemen-elemen pekerjaan hendaknya berupa satu atau
gabungan beberapa elemen gerakan
3. Jangan ada sampai ada elemen yang tertinggal, jumlah dari semua elemen
harus tepat sama dengan keseluruhan pekerjaan yang besangkutan.
4. Elemen yang satu hendaknya dapat dipisahkan dengan elemen yang lain
secara jelas.
2.3 Melakukan Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-
waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang
telah disiapkan. Tujuan utama yang harus dicapai oleh seorang pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Rumus untuk mencari kecukupan data dengan
tingkat ketelitian sebesar 5% dan tingkat keyakinan sebesar 95% adalah sebagai
berikut Sutalaksana (2006),:
N=(40√N .∑ xi2−(∑ xi2
∑ xi )Keterangan:
N : jumlah pengukuran yang dilakukan
N : jumlah pengukuran yang telah dilakukan.
Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan tujuan
melakukan pendahuluan ini ialah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistikal
dari banyaknya pengukuaran yang harus dilakukan untuk tingkat-tingkat
ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Kemudian mencatat semua data yang
didapat, yang dilanjutkan dengan proses perhitungan data. Rumus-rumus yang
digunakan, antara lain Sutalaksana (2006):
1. Rumus rata-rata dari harga rata-rata subgroup dengan
X__
=∑ x i
k
Keterangan :
X : Rata-rata
x i : harga rata-rata dari subgroup ke-1
k : harga banyaknya subgroup yang terbentuk.
2. Rumus standar deviasi:
σ=√∑ x j− x__
N−1
Keterangan:
N : jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
x j : waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang telah
dilakukan.
3. Rumus standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgroup:
σx__=
σ
√n
4. Rumus batas kendali atas (BAK) dan batas kendali bawah(BKB) adalah:
BAK= X___
+3 σ x__
BKB=X__
+3 σ x__
2.4 Tingkat Ketelitian, Tingkat Keyakinan, dan Pengujian Keseragaman
Data
Tingkat ketelitian adalah penyimpangan meksimum hasil pengukuran dari
waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan adalah besarnya
keyakinan pengukur bahwa hasil yang didapat memenuhi syarat ketelitian.
Misalnya “tingkat ketelitian 10% tingkat kayakinan 99%” artinya:
Pengukur memperoleh rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10%
dari rata-rata sebenarnya dan kemungkinan barhasil memperolehnya adalah 99%.
Semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, semakin
banyak pengukuran diperlukan. (Ainul.staff.gunadarma.ac.id, senin/05/11/2014)
Pengujian keseragaman data dengan menggunakan batas-batas kontrol (BKA dan
BKB) untuk menentukan apakah data yang didapat seragam atau tidak. Data
dikatakan seragam yaitu berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara
kedua batas kontrol. Sedangkan data dikatakan tidak seragam yaitu berasal dari
sistem sebab yang berbeda, bila berada diluar batas kontrol. (Sutalaksana,2006)
2.5 Melakukan Perhitungan Waktu Baku
Data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan
jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang
diinginkan. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga
memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang
terkumpul itu adalah sebagai berikut:
1. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan
baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Hitung waktu siklus,
yaitu tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran:
W s=∑ x i
N
2. Waktu norman adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh
pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Hitung waktu normal
ialah:
W n=W s+ p
3. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal
untuk menyelesaikan pekerjaannya yang diselesaikan dalam sistem kerja
terbaik pada saat itu. Hitung waktu baku ialah:
W b=W n+(1+ I )
Dimana l adalah kelonggaran atau allowance. (Sritomo, 1992)
2.6 Penyesuaian Waktu Dengan Rating Performance Kerja
Kecepatan, usaha, tempo ataupun performance kerja semuanya akan
menunjukkan kecepatan gerakan operator pada saat bekerja. Aktivitas untuk
menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini yang dikenal sebagai
“Rating Performance”.Secara umum kegiatan rating ini dapat didefiniskan
sebagai “a process during which the time study analyst compare the performance
(speed of tempo) of the operator under observation with the observer’s own
concept of normal performance”.Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu
kerja yang diukur bisa “dinormalkan” kembali.Ketidak normalan dari waktu kerja
ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja
dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana mestinya.Berikut adalah
beberapa cara untuk menentukan penyesuaian.
1. Skill And Effort Rating
Bedaux menetapkan angka 60 Bs sebagai performance standard yang harus
dicapai oleh seorang operator. Dengan lain perkataan, seorang operator yang
bekerja dengan kecepatan yang normal diharapkan akan mampu mencapai
angka 60 Bs per-jam. Dengan menganalisa dari data waktu yang diperoleh
dari pengukuran stop-watch, sehingga apabila seorang operator bekerja
dengan tempo yang cepat, maka waktu kerjanya akan tercatat diatas waktu
rata-rata yang ada dan sebaliknya.
2. Westing House System’s Rating
Westing House System’s Ratingterdapat kecakapan (skill) dan usaha (effort)
yang telah dinyatakan oleh bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi
performance manusia, maka Westing House menambahkan lagi dengan
kondisi kerja (working condition) dan keajegan (consistency) dari operator
didalam melakukan kerja. Untuk ini Westing House telah berhasil membuat
suatu tabel performance rating yang berisikan nilai-nilai angka yang
berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut.
3. Synthetic Rating
Synthetic Rating adalah metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator
berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.Prosedur yang
dilakukan adalah dengan melaksanakan pengukuran kerja seperti biasanya dan
kemudian membandingkan waktu yang diukur ini dengan waktu penyelesaian
elemen kerja yang sebelumnya sudah diketahui data waktunya. Rasio untuk
menghitung indeksperformance atau rating factor ini dapat dirumuskan
sebagai:
R= PA
Waktu normal = waktu pengamatan x
rating factor (%)100
Keterangan:
R = indeks performans atau, rating faktor.
P = predetermined time untuk elemen kerja yang diamati (menit).
A = rata-rata waktu dari elemen, kerja yang diukur (menit).
4. Performance Rating Atau Speed Rating
Sistem ini dikenal sebagai “performance rating” atau “speed rating”.Faktor
ini umumnya dinyatakan dalam persentase (%) atau decimal, dimana
performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1.00. waktu normal
dapat diperoleh dari rumus berikut:
Nilai waktu yang diperoleh masih belum bisa ditetapkan sebagai waktu baku
untuk penyelesaian suatu operasi kerja, karena faktor-faktor yang berkaitan
dengan kelonggaran waktu (allowance time) agar operator bisa bekerja dengan
sebaik-baiknya yang belum dikaitkan.
2.7 Kelonggaran
Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan menginterupsi proses produksi
ini bisa diklasifikasi menjadi personal allowance, fatigue allowance, dan delay
allowance. Waktu baku yang akan ditetapkan harus mencakup semua elemen-
elemen kerja dan ditambah dengan kelonggaran-kelonggaran (allowance) yang
perlu. Dengan demikian maka waktu baku adalah sama dengan waktu normal
kerja di tambah dengan waktu longgar (Sritomo,1992).
1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Personal (Personal allowance)
Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu yang
bersifat kebutuhan pribadi (personal needs). Jumlah wakyu longgar untuk
kebutuhan personil dapat di tetepkan dengan jalan melaksanakan aktifitas time
study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Untuk
pekerjaan-pekerjaan yang relatif ringan dimana operator bekerja selama 8 jam
per hari tanpa jam istirahat yang resmi sekitar 2 sampai 5% (atau 10 sampai 24
menit) setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat personil ini. Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan
personil yang diperlukan ini akan bervariasi tergantung pada individu
pekerjaannya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
Allowance untuk hal tersebut bisa lebih besar dari 5%.
2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah (Fatique allowance)
Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyabab diantaranya
adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik.
Masalah yang di hadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk
istirahat ini sangat sulit dan kompleks sekali. Disini waktu yang dibutuhkan
untuk keprluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang
bersangkutan, interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul
beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-
faktor lainnya.
3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan (Dellay allowance)
Keterlambatan bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk dihindari
(unavoidable delay), tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor yang
sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Keterlambatan yang terlalu besar tidak
akan dipertimbangkan sebagai dasar untuk menetapkan waktu baku.
Unavoidable delay disini terjadi dari saat ke saat yang umumnya disebabkan
oleh mesin, operator, ataupun hal-hal lain yang diluar kontrol. Mesin pada
peralatan kerja lainnya selalu diharapkan pada tetap pada kondisi siap pakai
atau kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan berat terpaksa harus
dilaksanakan, operator biasanya akan ditarik dari syasiun kerja ini sehingga
delay yang terjadi akan dikeluarkan dari pertimbangan-pertimbangan untuk
menetapkan waktu baku untuk proses kerja tersebut.Dengan demikian waktu
baku tersebut dapat diperoleh dengan mengaplikasikan rumus tersebut:
Standard Time = Normal Time + (Normal Time x % Allowance)
atau:
Standard Time = Normal Time x
100 %100 % Allowance
Rumus (1) merupakan rumus yang secara umum lebih banyak dipakai
menghitung waktu baku, meskipun sebenarnya rumus tersebut kurang teliti
bilamana di bandingkan dengan rumus (2).