bab ii pembahasan a. sejarah mesir kuno (4000-1070...

52
27 BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM) Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua dan terbesar di benua Afrika yang berasal dari tahun 4000 SM. Hal ini diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh pasukan Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Batu tulis itu berhasil dibaca oleh orang Prancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800) sehingga sejak tahun itu terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 4000 SM. Gambar 1. Peta Peradaban Mesir Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/berkas:mesirkuno.gif Peradaban ini terpusat disepanjang hilir sungai Nil, hingga ke bagian selatan Mesir yang berbatasan dengan Sudan, peradaban ini selanjutnya

Upload: vannguyet

Post on 02-Mar-2019

281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

27

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)

Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua dan terbesar di

benua Afrika yang berasal dari tahun 4000 SM. Hal ini diketahui melalui

penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh pasukan Prancis yang

dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Batu tulis itu berhasil dibaca oleh orang

Prancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800) sehingga sejak

tahun itu terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 4000

SM.

Gambar 1. Peta Peradaban Mesir

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/berkas:mesirkuno.gif

Peradaban ini terpusat disepanjang hilir sungai Nil, hingga ke bagian

selatan Mesir yang berbatasan dengan Sudan, peradaban ini selanjutnya

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

28

berkembang selama kurang lebih tiga millenium. Sejarahnya mengalir

melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing diantarai oleh

periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai periode menengah. Mesir Kuno

mencapai puncak kejayaan pada masa kerajaan baru. Selanjutnya, peradaban

ini mulai mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan

asing pada periode akhir. Kekuasaan Fir’aun secara resmi dianggap berakhir

pada sekitar 3100 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukan dan

menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian provinsi Romawi.

Meskipun ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, Periode

kekuasan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara

bertahap dilembah sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya

perkembangan peradaban independen Mesir.

Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

antara daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh :

a. Irigasi teratur terhadap lembah Nil.

b. Eksplorasi mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya.

c. Perkembangan awal sistem tulisan dan sastra independen.

d. Organisasi proyek kolektif.

e. Perdagangan dengan wilayah Afrika timur, tengah, serta mediterania

timur.

f. Aktifitas masyarakat yang menunjukkan karakteristik kuat hegomoni

kerajaan dan dominasi wilayah terhadap kebudayaan Negara lain.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

29

1) Periode Zaman Purba dan pra sejarah (sebelum mengenal tulisan)

Riset arkeologis intensif setelah bertahun-tahun, membuka banyak

rahasia tentang Mesir zaman purba dan prasejarah. Pemahaman kita atas

peradaban Mesir kini bisa ditelusuri melewati perkembangan yang panjang

hingga tahun 5000 SM dan lebih awal, hampir 2000 tahun sebelum Dinasti

ke-1 Mesir. Kita telah menemukan, bahkan sebelum 5000 SM, bukti tentang

komunitas awal kaum pemburu/pengumpul di sepanjang Lembah Nil dan di

pesisir Danau Qarun di Fayoum, serta tentang penduduk paleolithik yang

hidup sekitar 300.000 tahun lalu.

2) Periode Zaman Sejarah (Telah mengenal tulisan)

Proses tersebut berawal dari tahun 4000 SM namun pada tahun 3400

SM seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan Mesir

Hilir dan Mesir Hulu menjadi satu kerajaan Mesir yang besar. Mesir

merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Fir’aun.

Ia berkuasa secara mutlak. Fir’aun dianggap dewa dan dipercaya sebagai

putra Dewa Osiris. Seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer

maupun agama. Sejak tahun 3400 SM sejarah Mesir diperintah oleh 30

dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga jaman yaitu Kerajaan Mesir Tua

yang berpusat di Memphis, Kerajaan Tengah di Awaris dan Mesir Baru di

Thebe. Pada masa ini masyarakat sudah dapat mengenal tulisan, berupa

tulisan hieroglyph (huruf gambar).

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

30

3) Pembagian Kerajaan Mesir Tua, Tengah, dan Mesir Baru :

a. Kerajaan Mesir Tua (2660-2180 SM)

Kerajaan Mesir Tua disebut jaman piramida karena pada masa inilah

dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Fir’aun

Joser. Piramida di Giza adalah makam Fir’aun Cheops, Chifren dan

Menkawa. Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil

mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari

Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota kembar.

Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM

pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari

Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang

melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah

perpecahan antara Mesir Hilir dan Mesir Hulu.

b. Kerajaan Mesir Tengah (1640-1570 SM)

Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia

berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakannya

antara lain membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan

waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan serta membuka hubungan

dagang dengan Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil

memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia). Sejak tahun

1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa

Hyksos.

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

31

Setelah zaman Kerajaan tengah, Mesir melemah dan terpecah belah

dikuasai selama 100 tahun oleh bangsa Hyksos dari Kanaan. Mereka

menguasai Mesir Bawah di bagaian utara. Sekitar 1550 SM, satu keluarga

bangsa Mesir Atas bangkit dan mengusir bangsa Hyksos serta menyatukan

kembali seluruh negeri. Pada 1532 SM, mereka mencatat keberhasilan.

Ahmose mendirikan dinasti ke-18 dan menjadi fir’aun pertama di Kerajaan

Baru, yaitu zaman keemasan Mesir.

c. Kerajaan Mesir Baru (1570-1070 SM)

Salah satu fir’aun pertama, Thutmosis I, menaklukan Palestina dan

daerah Di sebelah barat Eufrat sekitar tahun 1500 SM. Selama pemerintahan

Amenhotep III, Kerajaan Baru dengan ibukota Thebes, mencapai zaman

kemakmuran.

d. Periode Peralihan Pertama

Pada kira-kira tahun 2134-2040 SM yang digolongkan sebagai

Periode Peralihan Pertama, kekuasaan para fir’aun mengalami penurunan.

Runtuhnya kerajaan Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM

pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari

Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang

melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya, terjadilah

perpecahan antara Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Mungkin karena selama

puluhan tahun aliran sungai Nil amat berkurang dan terjadi bencana lapar.

Dan sekali lagi Mesir dibagi menjadi dua kerajaan.

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

32

e. Periode Peralihan Kedua

Kira-kira tahun 1640-1532 SM yang disebut Periode Peralihan Kedua,

kekuasaan dialihkan ke beberapa raja lokal. Dan Mesir dijajah oleh orang

Hyksos dari Timur Tengah. Pada akhir periode ini, Hyksos dikalahkan dan

diusir oleh fir’aun Thebes. Sekali lagi Mesir menyatu.

f. Periode Peralihan Ketiga

Selama hampir tiga abad Mesir lumpuh tidak berdaya menghadapi

serbuan-serbuan dari Asia, pada tahun 800 SM, Mesir terpaksa harus

membayar upeti kepada raja-raja Assyiria. Selanjutnya, pada abad ke-6 SM,

Mesir ditaklukkan oleh Persia.

g. Periode Akhir

Kekuatan Mesir tidak disegani lagi oleh bangsa-bangsa lain. Bahkan

Mesir berhasil dijajah dan dikuasai oleh beberapa bangsa; Nubia, Assyria,

Persia, dan Yunani (Macedonia).

Tahun 332 SM, Raja Macedonia, Alexander Agung menaklukkan

Mesir dan memasukannya ke dalam Kerajaan Hellenistiknya. Ketika

Alexander meninggal tahun 332 SM, temannya, Jendral Ptolemeus menjadi

gubernur Mesir. Pada 305 SM, ia menjadi Raja Mesir, dengan begitu

didirikanlah dinasti fir’aun Ptolemeus. Para penguasa Hellenistik memegang

kekuasaan di Mesir selama hampir 300 tahun. Pada masa terakhir

pemerintahan dinasti Ptolemeus, Mesir diperintah oleh seorang fir’aun

perempuan, Cleopatra VII.

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

33

Tabel tentang Peradaban Masyarakat Mesir Kuno (6000-1070 SM) :

Waktu Peradaban

6000 SM Pertanian dimulai di Lembah Sungai

Nil

3300-3100 SM Berkembang kota pertama

3000 SM Mesir Atas dan Mesir Bawah disatukan

menjadi satu kerajaan

2630 SM Zaman Piramida, piramida didirikan

untuk pertama kalinya

Kerajaan Tua (2649-2134

SM)

2575-2465 SM

2134-2040 SM

Selama pemerintahan dinasti keempat,

kekuasaan Mesir meningkat dramatis

Periode Pertengahan Pertama

Mesir terbagi menjadi dua kerajaan

Kerajaan Tengah (2040-1640

SM)

2040 SM

1640-1532 SM

Sesotris III menyatukan Mesir kembali

Periode Pertengahan Kedua

Bangsa Hyksos menduduki Mesir

Bawah

Kerajaan Baru (1532-1070

SM)

1504-1492 SM

1285 SM

1070-712 SM

Kekaisaran Mesir mencapai puncak

kejayaannya di bawah Tuthmosis I

Ramses menyatakan kemenangan di

Qadesh melawan bangsa Hittites

Periode Pertengahan Ketiga

Kekuatan Mesir menurun drastis

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

34

924 SM Shosenq I menyerang Israel dan Yudah

828-712 SM Mesir dibagi menjadi lima kerajaan

Periode Akhir 712-332 SM

712 SM

671 SM

525 SM

332 SM

Mesir diperintah oleh raja dari Nubia

Bangsa Assyria menaklukkan Mesir

Bangsa Persia menaklukkan Mesir

Mesir dikalahkan oleh Alexander

Agung

Sumber: www.wikipedia.org/wiki/periode_dinasti_awal_mesir

Para petani dan pekerja hidup sederhana, sedangkan kaum bangsawan

hidup mewah. Menurut hukum, pria dan wanita berkedudukan setara. Kaum

wanita juga boleh memiliki harta benda. Kaum wanita boleh menekuni satu

dari empat profesi: pendeta wanita, dukun beranak, penari, atau peratap.

Selain kaum bangsawan, para juru tulis dan pendeta adalah jabatan terpenting

dalam masyarakat Mesir. Adapula penguasa yang paling unik adalah

Amenhotep IV (1353-35 SM). Ia menjadikan Aten, sang Matahari, sebagai

dewa tunggal Mesir, dan berusaha mengubah agama orang Mesir dengan

menyingkirkan banyak dewa lain dan tradisinya yang rumit.

Amenhotep IV mengubah namanya menjadi Akhenaten dan

membangun ibukota baru di El-Amarna guna menghormati Dewa Aten.

Pemaisurinya, Nefertiti, bukan keturunan bangsawan, dan bisa jadi bukan

orang Mesir. Ketika Akhenaten wafat, para pendeta dewa lama kembali

berkuasa, dan melarang penyembahan atas Aten. Nama Akhenaten

disingkirkan dari semua monumen dan catatan. Kota baru yang dibangunnya

ditinggalkan dan Akhenaten dianggap seolah tidak pernah ada. Setelah

Akhenaten wafat kesuasaan kota baru digantikan oleh raja Tutankhamun.

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

35

Gambar 2. Tutankhamun.

Sumber: Microsoft Encarta 2008.

Kebanyakan penguasa kerajaan baru dimakamkan di lembah raja-raja,

di makam batu yang di pahat dalam. Namun, makam-makam ini telah dijarah

banyak penjahat. Hanya satu makam yang selamat hingga zaman modern,

yaitu makam Raja Tutankhamun, pengganti Akhenaten yang wafat sebelum

usia 20 tahun. Mesir tetap kuat, khususnya dibawah pemerintahan Seti I dan

anaknya Ramesses II yang agung dari dinasti ke-19 (1307-1196 SM). Namun,

setelah diperintah oleh sejumlah penguasa lemah, para pendeta mengambil

alih kekuasaan, dan Mesir jatuh ke tangan banyak penguasa asing. Bangsa

Yunani menaklukan Mesir dan berkuasa hingga 300 tahun. Lalu, Mesir

menjadi wilayah Romawi. Akibatnya, sejarah dan tulisan Mesir terlupakan.

4) Sistem Kepercayaan Masyarakat Mesir Kuno

Agama pada awal masa Mesir Kuno menganut kepercayaan

Politeisme yaitu menyembah kepada dewa-dewa. Agama atau kepercayaan

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

36

dari bangsa Mesir kuno dibagi ke dalam cabang-cabang, yang paling utama

menjadi resmi Negara adalah kepercayaan terhadap orang-orang dan adanya

kehidupan setelah kematian.

Masyarakat mesir mengenal terhadap dewa-dewa yang bersifat

nasional yaitu “Ra” (Dewa Matahari), “Amon” (Dewa Bulan) kemudian

menjadi “Amon Ra”, sebagai lambing pemujaan kepada “Ra” didirikanlah

obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai sebagai

tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra

dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.

Selain dewa nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada

daerah-daerah tertentu seperti Dewa Osiris yaitu dewa tertinggi atau dewa

kesuburan, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan dan juga istri dari Dewa Osiris,

Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan Dewa Anubis yaitu dewa kematian.

Jadi dengan taat masyarakat Mesir Kuno menyembah para dewa tersebut dan

masyarakat lembah sungai Nil mengharap agar tidak menjadi sasaran maut.

Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan jenazah yang disebut mumi.

Dasarnya membuat mumi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindari

dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi, agar roh tetap

hidup maka jasad sebagai lambing roh harus tetap utuh.

Menurut agama resmi Negara, Fir’aun (Pharaoh) adalah makhluk suci,

dia adalah pengejawantahan dari tuhan-tuhan mereka di muka bumi dan

tujuanya adalah untuk menyelenggarakan keadilan dan melindungi mereka di

dunia.

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

37

Dewa-dewa pada masa Mesir Kuno diantaranya memiliki perannya masing-

masing yaitu:

1. Horus adalah dewa langit dan rohnya mendiami fir’aun yang hidup.

Matanya adalah matahari dan bulan.

2. Ptah, dewa pencipta, pencipta kesenian. Ia merupakan dewa lokal di

ibukota, Memphis.

3. Hathor, dewi cinta dan kecantikan. Tanduknya mengangkat sang

matahari ke surga.

4. Isis, saudari dan istri Osiris, adalah ibu dari Horus. Ia memiliki

kekuatan sihir hebat.

5. Re-Horakhty, gabungan dari dewa matahari dan Horus, ditunjukan

dengan matahari berkepala elang.

6. Osiris adalah dewa maut. Kerajaannya terdapat di barat. Ia

menghakimi jiwa manusia menurut pahala yang mereka kumpulkan.

Pada kekuasaan Amenhotep IV (1353-35 SM). Ia menjadikan Aten,

sang Matahari, sebagai dewa tunggal Mesir, dan berusaha mengubah agama

orang Mesir dengan menyingkirkan banyak dewa lain dan besistem

kepercayaan Monoteisme menyembah kepada satu dewa. Lalu setelah ia

meninggal para pendeta mengambil alih kekuasaan dan kembali pada

kepercayaan Politeisme.

1. Keadaan Geografis

Daerah Mesir terletak di bagian utara benua Afrika. Disebelah utara

berbatasan dengan Laut Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan laut

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

38

Merah, di sebelah selatan berbatasan dengan Sudan dan di sebelah barat

berbatasan dengan Libya.

Keberadaan Mesir di benua Afrika merupakan berkah tersendiri.

Wilayah Mesir yang dilalui oleh Sungai Nil memiliki tanah yang relatif

subur. Sungai Nil bersumber dari suatu mata air yang terletak jauh di tanah

tinggi Afrika timur. Banjir yang mengalir ke utara dan setiap tahun

mendatangkan banjir inilah yang mengubah padang pasir menjadi lembah-

lembah yang subur. Lebar lembah itu antara 15 kilometer sampai 50

kilometer. Oleh karena itu, sektor pertanian berkembang pesat di wilayah

Mesir. Banyak sejarawan diantaranya adalah Herodotus (ahli sejarah Yunani)

menjuluki Mesir sebagai the Give of the Nile dengan melihat potensi alam

yang dimiliki Mesir.

Letak geografis Mesir terletak di Afrika Utara, dibagian barat daya

terdapat Semenanjung Sinai atau Bukit Sinai. Negara ini mempunyai pesisir

pantai yaitu Laut Mediterranean dan Laut Merah. berbatasan dengan Libya

bagian barat, Sudan dibagian selatan, Semenanjung Gaza, Palestina dan Israel

bagian timur. Mesir Kuno terbagi atas dua kerajaan, yang dikenal sebagai

Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Berlainan dengan kebiasaan, Mesir Hulu (Upper

Egypt) terletak di selatan dan Mesir Hilir (Lower Egypt) di utara, dinamakan

sungai Nil. Sungai Nil mengalir ke arah utara dari titik selatan ke laut

Mediteranian.

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

39

2. Kondisi Masyarakat

Masyarakat Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi dan status

sosial yang dimiliki seseorang ditampilkan secara terang-terangan. Sebagian

besar masyarakat bekerja sebagai petani, namun demikian hasil pertanian

dimiliki dan dikelolah oleh negara, kuil, atau keluarga ningrat yang memiliki

tanah. Petani juga dikenai pajak tenaga kerja dan dipaksa bekerja membuat

irigasi atau proyek konstruksi menggunakan sistem corvée. Seniman dan

pengrajin memunyai status yang lebih tinggi dari petani, namun mereka juga

berada di bawah kendali negara, bekerja di toko-toko yang terletak di kuil dan

dibayar langsung dari kas negara. Juru tulis dan pejabat menempati strata

tertinggi di Mesir Kuno, dan biasa disebut "kelas kulit putih" karena

menggunakan linen berwarna putih yang menandai status mereka.

Perbudakan telah dikenal, namun bagaimana bentuknya belum jelas

diketahui.

Dalam sektor pertanian kondisi geografi yang mendukung dan tanah

di tepi sungai Nil yang subur membuat bangsa Mesir mampu memproduksi

banyak makanan, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya

dalam pencapaian budaya, teknologi, dan artistik. Pengaturan tanah sangat

penting di Mesir Kuno karena pajak dinilai berdasarkan jumlah tanah yang

dimiliki seseorang. Pertanian di Mesir sangat bergantung kepada siklus

sungai Nil. Bangsa Mesir mengenal tiga musim: Akhet (banjir), Peret

(tanam), dan Shemu (panen). Musim banjir berlangsung dari Juni hingga

September, menumpuk lanau kaya mineral yang ideal untuk pertanian di tepi

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

40

sungai. Setelah banjir surut, musim tanam berlangsung dari Oktober hingga

Februari. Petani membajak dan menanam bibit di ladang. Irigasi dibuat

dengan parit dan kanal.

Mesir hanya mendapat sedikit hujan, sehingga petani sangat

bergantung dengan sungai Nil dalam pengairan tanaman. Dari Maret hingga

Mei, petani menggunakan sabit untuk memanen. Selanjutnya, hasil panen

dibersihkan dan diirik untuk memisahkan jerami dari gandum. Proses

penampian menghilangkan sekam dari gandum, lalu gandum ditumbuk

menjadi tepung, diseduh untuk membuat bir, atau disimpian untuk kegunaan

lain. Bangsa Mesir menanam gandum emmer dan barley, serta beberapa

gandum sereal lain, sebagai bahan roti dan bir. Tanaman-tanaman Flax

ditanam dan diambil batangnya sebagai serat. Serat-serat tersebut dipisahkan

dan dipintal menjadi benang, yang selanjutnya digunakan untuk menenun

linen dan membuat pakaian. Papirus ditanam untuk pembuatan kertas. Sayur-

sayuran dan buah-buahan dikembangkan di petak-petak perkebunan, dekat

dengan permukiman, dan berada di permukaan tinggi. Tanaman sayur dan

buah tersebut harus diairi dengan tangan. Sayur-sayuran meliputi bawang

perai, bawang putih, melon, squash, kacang, selada, dan tanaman-tanaman

lain. Anggur juga ditanam untuk diolah menjadi wine.

Mesir Kuno memandang pria dan wanita, dari kelas sosial apapun

kecuali budak, sama di mata hukum. Baik pria maupun wanita memiliki hak

untuk memiliki dan menjual properti, membuat kontrak, menikah dan

bercerai, serta melindungi diri mereka dari perceraian dengan menyetujui

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

41

kontrak pernikahan, yang dapat menjatuhkan denda pada pasangannya bila

terjadi perceraian. Dibandingkan bangsa lainnya di Yunani, Roma, dan

bahkan tempat-tempat lainnya di dunia, wanita di Mesir Kuno memiliki

kesempatan memilih dan meraih sukses yang lebih luas. Wanita seperti

Hatshepsut dan Celopatra bahkan bisa menjadi fir’aun. Namun, wanita di

Mesir Kuno tidak dapat mengambil alih urusan administrasi dan jarang yang

berpendidikan.

Raja yang memerintah pada masa pemerintahan masyarakat Mesir

Kuno yaitu Raja Menes dikenal sebagai pharaoh Mesir pertama yang

menyatukan seluruh Mesir kuno untuk pertama kalinya dalam sejarah. Dalam

sebuah Negara persatuan kurang lebih pada tahun 3000 SM. Asal usulnya

istilah “Pharaoh” merujuk pada istana dimana Raja Mesir berada, namun pada

saat itu menjadi gelar dari raja-raja Mesir. Inilah sebabnya mengapa raja yang

memerintah Mesir Kuno mulai disebut “Pharaoh”.

Sebagai pemilik, pengatur dan penguasa dari seluruh Negara dan

wilayah-wilayahnya, maka Pharaoh diterima sebagai pengejawantahan dari

dewa yang terbesar dalam kepercayaan Mesir kuno yang Politheistik dan

menyimpang. Administrasi dari wilayah Mesir, pembagian mereka,

pendapatan mereka, singkatnya, seluruh pertanian, jasa dan produksi dalam

batas-batas wilayah Negara dikelola dalam kekuasaan Pharaoh.

Absolutisme dalam masa kepemimpinannya telah melengkapi

penguasannya terhadap Negara dengan kekuasaan yang dapat melakukan

semua hal sesuai dengan keinginannya. Tepat pada dinasti pertama kekuasaan

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

42

Raja Menes yang menjadi raja Mesir yang berhasil menyatukan Hulu dan

Hilir Mesir, sungai Nil deserahkan kepada publik dengan menggunakan

saluran-saluran air. Disamping itu seluruh produksi berada dibawah

penguasaan dan seluruh produksi barang dan jasa diberikan untuk

kepentingan sang raja.

Rajalah yang mendistribusikan dan membagi barang dan jasa dalam

proporsi yang diinginkan oleh rakyat. Hal ini tidaklah sulit bagi raja yang

telah memiliki suatu kekuasaan di daerah tersebut untuk menempatkan rakyat

dalam kepatuhan Raja Mesir atau yang nantinya bernama Pharaoh dan dia

mengaku dirinya sebagai makhluk suci yang memegang kekuasaan yang

besar dan mencakupi semua kebutuhan rakyatnya dan ia mengubah dirinya

menjadi tuhan. Para Pharaoh benar-benar percaya bahwa diri mereka adalah

tuhan.

Bangsa Mesir kuno sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan alam

dimana mereka hidup. Keadaan alam Mesir menjaga Negara tersebut

terhadap serangan dari luar secara sempurna. Mesir dikelilingi oleh gurun

pasir, pegunungan dan lautan disemua sisi. Serangan mungkin dilakukan

terhadap Negara tersebut hanya dengan kemungkinan dua jalan, namun

mereka dapat dengan mudah untuk mempertahankan diri. Bangsa Mesir

menjadi terisolasi dari dunia luar berkat faktor-faktor alam tersebut.

Masyarakat Mesir Kuno percaya dan memuja dewa “polytheism”.

Dewa yang dipuja itu ada yang khusus milik masyarakat desa, daerah atau

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

43

kota, bahkan ada dewa yang dihormati oleh seluruh bangsa Mesir. Dewa-

dewa yang dipuja bangsa Mesir di antaranya:

a) Dewa Osiris sebagai dewa tertinggi atau dewa kesuburan.

b) Dewa Thot (dewa pengetahuan).

c) Dewa Anubis (dewa berkepala anjing) sebagai dewa kematian.

d) Dewa Apis berwujud sapi.

e) Dewa Ra (Dewa Matahari) dan kemudian mnjadi Dewa Amon-Ra

(dewa bulan matahari).

Akhenaton dan istrinya pernah berupaya menjadikan Amon Ra

sebagai satu-satunya dewa yang harus disembah “monotheisme”, tetapi upaya

ini tidak berhasil karena bertentangan dengan kepercayaan masyarakat.

3. Hasil Kebudayaan

Hasil kebudayaan Mesir Kuno lebih banyak dalam bidang arsitektur

dan seni, diantaranya yaitu huruf hieroglyph, piramida, ilmu hitung. Sphink,

Obelisk, Mumi. Selain itu terdapat hasil kebudayaan dari generasi ke

generasi. Berikut dijelaskan secara rinci hasil-hasil kebudayaan di Mesir

Kuno :

a. Tulisan Hieroglyph

Huruf Hieroglyph merupakan huruf gambar. Dari huruf Hieroglyph

muncul tulisan baru yang disebut Hierotis yang dipergunakan oleh para

pendeta Mesir untuk keperluan keagamaan. Sedangkan huruf demotis yang

dipergunakan oleh rakyat.

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

44

Huruf hieroglyph itu dipergunakan terus-menerus hingga sampai

abad ke-5 sesudah Masehi. Akan tetapi, karena kepercayaan masyarakat

Mesir ditindas bangsa Romawi, maka para pendeta tidak sempat lagi

mempelajari huruf hieroglyph sehingga akhirnya dilupakan oleh orang

Mesir.

b. Piramida

Diperkirakan pada tahun 3000 SM, Raja-raja Mesir mulai

membangun Piramida-piramida. Piramida yang paling besar adalah piramida

Raja Khufu (Cheops). Tinggi piramida mencapai 137 meter dan pada bagian

depan terdapat patung Sphinx. Dalam proses pembangunan Piramida ini tidak

banyak yang dapat diketahui, kemungkinannya dilakukan dengan cara kerja

paksa.

c. Ilmu Hitung

Pada awalnya masyarakat Mesir menggunakan ilmu hitung yang

sangat sederhana, khususnya penambahan dan pengurangan. Selanjutnya,

dikembangkan perkalian dan pembagian. Pengetahuan ilmu ukur (geometri)

mereka telah mencapai tingkat keahlian yang cukup mengagumkan. Mereka

sudah mampu mengukur dan menghitung dengan tepat luas segitiga, segi

empat, segi lima dan seterusnya. Bahkan mereka telah dapat membuat

rumusan untuk mencapai diameter lingkaran. Kepandaian mereka dapat

digunakan untuk menghitung isi piramida, silinder dan bahkan isi dari

belahan bumi ini.

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

45

d. Sphinx

Sphinx adalah patung seekor singa yang berkepala manusia yang

didirikan didepan sebuah piramida. Sphinx merupakan lambang kekuasaan

dan pemerintahan dari seorang raja Mesir yang dimakamkan pada Piramida

tersebut. Kepala Sphinx merupakan lambang kebijaksanaan dan lambang

kekuatan dari raja yang memerintah.

e. Obelisk

Obelisk adalah sebuah tugu batu yang didirikan oleh masyarakat

Mesir untuk memuja Dewa Amon-Ra (Bulan-Matahari). Obelisk berbentuk

monumen batu ramping yang memiliki empat sisi lancip mengarah ke atas

berbentuk piramida. Monumen obelisk pertama dan paling terkenal dibuat di

Mesir kuno. Bagi masyarakat Mesir Kuno, obelisk merupakan simbol dewa

matahari. Obelisk biasanya dibuat berpasangan dan ditempatkan di pintu

masuk kuil dan makam. Puncaknya sering dilapisi emas atau logam lain yang

cerah untuk memantulkan sinar matahari. Prasasti hieroglif (tulisan gambar)

pada empat sisi obelisk bertuliskan nama-nama fir’aun atau penguasa lain

yang memerintahkan pembangunan obelisk.

f. Mummi

Mumi adalah jenazah para raja atau bangsawan yang diawetkan.

Pembuatan Mumi ini didasarkan pada kepercayaan masyarakat Mesir bahwa

jiwa orang yang telah meninggal akan tetap hidup terus dan berada pada

badan dan jasmaninya apabila badan jasmaninya tidak rusak.

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

46

g. Pengawetan Mayat (Ilmu Forensik)

Pada zaman Mesir Kuno, jenazah dibuat mumi dengan cara dibalsem.

Dengan cara ini, orang yang telah meninggal dipercaya hidup selamanya.

Mumi dimasukan ke sebuah peti mati yang biasanya dihiasi mewah. Sampai

sekarang metode pengawetan mayat masih digunakan untuk membuat mayat

tidak cepat busuk. Seperti di rumah sakit, adat masyarakat, dan sebagai tradisi

turun temurun masih digunakan sampai sekarang.

h. Sistem Kalender

Masyarakat Mesir mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan

siklus (peredaran) bulan selama 291/2 hari. Karena dianggap kurang tetap

kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang

anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun

adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan lamanya setahun adalah 365 hari yaitu

12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat.

Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang

disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar). Penghitungan kalender Mesir dengan

sistem Solar kemudian diadopsi (diambil alih) oleh bangsa Romawi menjadi

kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno

mengambil alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarikh

Hijriah.

i. Seni Arsitektur

Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa disaksikan

sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

47

kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan

arsitektur. Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan

kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Piramida dibangun

untuk tempat pemakaman Fir’aun. Arsitek terkenal pembuat piramida adalah

Imhotep. Ilmu arsiterkur sampai sekarang masih digunakan seperti gedung

perkantoran, geding pencakar langit, dan bangunan-bangunan lain yang

memiliki pondasi yang hebat.

B. BUDAYA PEMAKAMAN MESIR KUNO

1. Definisi Budaya

Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar

budaya berasal dari bahasa sangsakerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari

buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan

budaya sebagai daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan

kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Koentjaraningrat juga

menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara

budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk

budi daya, yang berati daya dari budi.

Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan

singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi,

kebudayaan atau disingkat budaya menurut Koentjaraningrat merupakan

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

48

Untuk lebih jelasnya mengenai teori budaya, Koentjaraningrat

membedakan adanya tiga wujud dari kebudayaan yaitu: (1) Wujud

kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya. (2) Wujud kebudayaan sebagai

suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam suatu

masyrakat. (3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Menurut Liliweri (2002:89) kebudayaan merupakan pandangan hidup

dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan

simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan

melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Lebih lanjut, Taylor dalam Liliweri (2002:62) mendefinisikan

kebudayaan tersusun oleh kategori-kategori kesamaan gejala umum yang

disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional dan kemampuan-kemampuan

serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota

masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua yang didapatkan

atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Hawkins (2012:9) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks

yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta

kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian

masyarakat. Lalu, dilain pihak Clifford Geertz mengatakan bahwa

kebudayaan merupakan sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan

dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi,

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

49

melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap

kehidupan (Abdullah, 2006:1). Kebudayaan merupakan cara hidup dari

masyarakat yang manapun dan tidak mengenai cara hidup saja (Linton,

2006:18).

Budaya pemakaman adalah tata cara ataupun proses dalam

memakamkan jenazah yang didasari pada nilai-nilai atau adat didalam daerah

tertentu. Sedangkan pada budaya pemakaman masyarakat Mesir Kuno yaitu

dengan cara di mumifikasi atau diawetkan. Berbagai kegiatan dalam adat ini

adalah: proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman,

tempat pemakaman untuk si mayat dan penguburan mayat bersama barang-

barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat.

Dari berbagai definisi diatas, maka penulis menarik kesimpulan

bahwa kebudayaan atau budaya merupakan sebuah sistem, dimana sistem itu

terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Hal ini

berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang

dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan

ataupun sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat.

2. Definisi Ritual

Ritual merupakan tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan

keramat yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama. Hal ini ditandai

dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu adanya waktu,

tempat-tempat dimana upacara dilakukan, alat-alat dalam upacara, serta

orang-orang yang menjalankan upacara (Koentjaraningrat, 1985:56).

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

50

Pada dasarnya ritual adalah rangkaian kata, tindakan pemeluk agama

dengan menggunakan benda-benda, peralatan dan perlengkapan tertentu,

ditempat tertentu dan memakai pakaian tertentu pula (Suprayugo, 2001:41).

Begitu halnya dalam ritual upacara kematian, banyak perlengkapan,

benda-benda yang harus dipersiapkan dan dipakai. Ritual atau ritus dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu

pekerjaan. Seperti upacara menolak balak dan upacara karena perubahan atau

siklus dalam kehidupan manusia seperti kelahiran, pernikahan dan kematian

(Bustanuddin, 2007:95).

Ritual bukan saja meliputi kegiatan keagamaan, tetapi juga meliputi

tata upacara peralihan masyarakat. Ritual dapat dilaksanakan baik dalam

lingkup terkecil, yaitu individu, maupun lingkup besar, yaitu kelompok dan

masyarakat sosial. Jika dilihat secara umum, pelaksanaan ritual tersebut

mempunyai fungsi dan tujuan tertentu, misalnya sebagai wujud dari

kewajiban agama dan pendidikan moral sosial, kebutuhan emosional, penguat

ikatan sosial, perwujudan rasa hormat, persetujuan dalam suatu acara, atau

dapat pula sebagai wujud kesengan pribadi.

Sejak zaman prasejarah, manusia percaya tentang adanya kehidupan

lain sesudah kematian. Upacara pemakaman dilakukan sebagai simbol

masuknya orang mati ke dalam suatu kehidupan dan tempat tinggal yang

baru. Dalam upacara tersebut terdapat kepercayaan universal yang diwarnai

oleh beberapa ciri khas. Seringkali manusia terikat pada ide-ide religius,

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

51

seperti pertemuan dengan dewa, atau pemasukan diri ke dalam suatu dunia

ilahi. Akhirnya, keseluruhan kepercayaan, upacara, dan implikasi moral itu

mengakibatkan suatu keyakinan lain bahwa hidup ini bersifat signifikan atau

berarti (Leahy, 1996:13-14).

Beberapa kajian menyatakan bahwa pemakaman merupakan ritual

yang sangat sederhana. Akan tetapi, pemakaman merupakan suatu ritual yang

paling mencolok dalam siklus kehidupan manusia sebagai bagian dari fase

pemisahan, berbeda dengan fase peralihan dan penggabungan. Pemakaman

yang merupakan penggabungan antara kematian dan dunia setelah kematian,

merupakan ritual yang paling banyak dijabarkan sehingga dianggap sebagai

ritual yang paling penting (Gennep, 1960:146).

3. Upacara Pemakaman

Upacara kematian atau pemakaman merupakan warisan budaya nenek

moyang. Setiap orang atau keluarga/rumah tangga pasti pernah atau akan

mengalami kematian, yang oleh masyarakat disebutnya “kesripahan”. Mereka

melaksanakan upacara kematian jika ada salah satu anggota keluarga atau

warga desa yang meninggal dunia, dikatakan sebagai naluri dan merupakan

kewajiban tradisi masyarakat. Sudah barang tentu karena sebagai tradisi,

maka dilakukannya upacara kematian juga berdasarkan pada aturan-aturan

atau norma-norma tertentu. Sebab pada prinsipnya tradisi adalah suatu

kebiasaan yang berlakunya berdasarkan norma-norma tertentu.

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

52

Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan,

yang tidak mungkin dihindari. Kematian pasti akan dialami setiap manusia.

Kematian begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras, ekonomi, usia,

jabatan, dan Agama. Bruce Milne (1982:16) mengatakan “kematian

merupakan salah satu bentuk hukuman ilahi”. Menurut alkitab firman Tuhan,

walaupun kematian tidak terelakkan, bukan merupakan akhir dari segala

sesuatu. Itu sebabnya manusia yang di beri kesempatan untuk hidup haruslah

mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dilaksanakannya upacara kematian adalah untuk

menghormati orang yang mati. Menurut kepercayaan masyarakat, orang mati

hanyalah mati raganya atau fisiknya, sedang jiwa atau nyawa atau roh tetap

terus hidup. Roh orang yang telah mati mempunyai kemampuan dan kekuatan

yang luar biasa, jauh di luar kemampuan dan kekuatan orang yang masih

hidup.

Masyarakat juga percaya bahwa perjalanan roh menuju ke alam baka

yang disebutnya alam akhirat, merupakan perjalanan jauh, perjalanan berat

yang penuh gangguan dan risiko, perjalanan yang lama, yang semuanya ia tak

dapat dibandingkan dengan dunia ini. Semuanya bersifat gaib. Meskipun

demikian jika “bekal” yang dibawa cukup, semuanya akan dapat dihadapi

dengan baik. Hal ini dikaitkan dengan perbuatan orang sewaktu masih hidup,

yang mana perbuatan baik kelak akan menerima pahala dan sebaliknya

perbuatan jahat akan menerima hukuman (Mulyadi dkk, 1983:93).

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

53

Menurut Hertz tentang upacara kematian adalah upacara kematian

selalu dilakukan manusia dalam rangka adat istiadat dan struktur sosial dari

masyarakatnya yang berwujud sebagai gagasan kolektif (Koentjaraningrat,

1987:71) Upacara kematian juga mengandung nilai-nilai budaya yang dapat

dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bersama dan bekal kehidupan di

kemudian hari. Nilai-nilai itu antara lain kegotong-royongan, kemanusiaan,

dan religius. Upacara yang bernada kesedihan adalah upacara kematian, yang

terkadang menghabiskan uang, terutama di kalangan orang kaya, sebab

memberi pesangon atau disebut salawat kepada semua yang hadir di upacara

kematian, ada serangkai upacara disini yaitu upacara 3 hari, 7 hari, 40 hari,

100 hari, 1000 hari.

Upacara kematian merupakan masalah yang sosial karena ia tidak

hanya melibatkan anggota keluarganya tetapi juga masyarakatnya. Maka dari

itu jika ada kematian seluruh warga datang membantu keluarga yang sedang

berkabung. Biasanya salah seorang perempuan dari setiap keluarga yang

sedang berduka cita sambil membawa sejumlah beras. Sementara itu para

lelakinya disamping membantu dalam persiapan penguburan juga

mempersiapkan kayu-kayu yang diperlukan untuk masak dalam rangka

keselamatan.

Bahwa berkaitan dengan konsep kematian mengatakan bahwa

kematian adalah sebagai proses penyucian terhadap dosa-dosa yang tidak bisa

kita bersihkan sepanjang hidup kita (Jalaluddin, 2006:15). Maksudnya dengan

adanya kematian tersebut manusia akan kembali lagi pada proses pensucian.

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

54

Dan hasilnya setelah kita meninggal dunia, masih banyak dosa-dosa kita yang

belum terputihkan ketika didunia, baik oleh taubat maupun musibah. Karena

itu dari kasih sayang Allah SWT maka Tuhan melakukan lagi proses

pembersihan, hanya saja proses pembersihan itu tidak lagi berasal dari amal

kita. Sebab setelah mati, putuslah segala amalnya. Menurut Ibnu Qayyim,

pada waktu mati ada proses pembersihan terhadap diri kita. Ialah, sakitnya

pada saat sakaratul maut. Ia menjadi penebus dari beberapa dosa. Perbuatan

dosa yang paling besar pada sakitnya sakaratul maut adalah berbuat dzalim

terhadap sesama hamba Allah dan menyakiti hati orang lain (Ibid, 2006:22).

Kemudian menurut Ibnu Qayyim, yang menghapus dosa setelah kita

meninggal adalah istighfar dari saudara-saudaranya kaum muslimin. Istighfar

yang kita kirimkan untuk saudara-saudara kita yang meninggal dunia,

menjadi penghapus dosa-dosanya. Dan itulah arti firman Allah: “Ta’aawanu

‘alal birri wattaqwa” yang artinya “Hendaknya kamu saling membantu dalam

kebajikan dan ketakwaan. Bantulah orang-orang yang sudah mati itu dengan

kebajikan kita. Antara lain dengan istighfar. Doa-doa dari orang sholeh juga

dapat menjadi pembersih dosa.

Kematian adalah salah satu dari dua hal yang di benci umat manusia.

Padahal, seandainya manusia tahu, mati itu lebih baik daripada fitnah. Selain

mati, hal lain yang dibenci manusia adalah miskin harta. Padahal dengan

harta yang sedikit, di akhirat manusia akan lebih mudah di hisab. Orang yang

senantiasa melaksanakan perbuatan baik akan terhindar dari segala bahaya

dan kesusahan yang akan menimpa dirinya, hal ini karena perbuatan baik

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

55

itulah yang melindungi mereka, begitulah sebaliknya. Segala kesenangan,

kebahagiaan dan segala apapun yang tak ternilai harganya akan dimiliki oleh

orang yang berbuat kebajikan.Orang yang mengejar hawa nafsu hanya untuk

kepuasan pribadi adalah orang yang mempunyai pandangan rendah dan

nilainya sangat hina. Kalau ia memiliki sifat jahat maka pusat segala kegiatan

hidupnya terletak pada kepentingan dirinya belaka yang akibatnya membawa

ia tenggelam kedalam neraka.

Anggapan bahwa roh itu bersifat abadi, tetap hidup selama-lamanya

adalah ajaran seluruh agama dunia (Halimuddin, 1992:37). Diakui oleh ahli

filsafat dan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Didalam Al-qur’an

dan hadist, masalah roh di barzah ini diuraikan dengan lengkap dan terperinci.

Firman Allah (Qs: Al-Isra’:85)

ا ويسألونك عن الروح قل الروح من أمر رب وما أوتيتم من العلم ا قلي

Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:

"Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan

melainkan sedikit".” (Qs. Al-Isra’: 85).

Masalah roh tidak terjangkau oleh ilmu. Tidak tembus oleh

kemampuan berfikir, dalam masalah arwah yang penting adalah iman, bukan

rasio, rasio ini kadang berbahaya. Dari sinilah bertolaknya orang yang

berpendapat bahwa arwah orang meninggal itu bertempat tinggal di gunung-

gunung, di atas bukit batu karang, di atas pohon-pohon kayu besar. Dari

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

56

sinilah berasalnya anggapan bahwa kayu besar itu sakti, batu basar itu sakti,

mata air itu sakti.

4. Prosesi Pemakaman Masyarakat Mesir Kuno

Orang Mesir Kuno mempertahankan adat pemakaman yang diyakini

sebagai kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai

kegiatan dalam adat ini adalah: proses mengawetkan tubuh melalui

mumifikasi, upacara pemakaman, dan penguburan mayat bersama barang-

barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat.

Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam

lubang gurun, cara ini secara alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui

proses pengeringan. Kegersangan dan kondisi gurun telah menjadi

keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin yang tidak

mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya. Orang

kaya mulai menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka

memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal,

membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam

Sarkofagus berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada

permulaan dinasti keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara

terpisah dalam toples kanopik. Pada periode Kerajaan Baru, orang Mesir

Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik terbaik pengawetan

mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut

secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

57

otak melalui hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam

yang disebut natron.

Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan

kain tersebut disisipkan jimat pelindung, mayat kemudian diletakkan pada

peti mati yang disebut antropoid. Mumi periode akhir diletakkan pada laci

besar cartonnage yang telah dicat. Praktik pengawetan mayat asli mulai

menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat

Mesir Kuno lebih menitikberatkan pada tampilan luar mumi.

Orang kaya Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang

lebih banyak. Tradisi penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai

bekal almarhum juga berlaku pada semua masyarakat tanpa memandang

status sosial. Pada permulaan kerajaan baru, buku kematian ikut disertakan di

kuburan, bersamaan dengan patung Shabati yang dipercaya akan membantu

pekerjaan mereka di akhirat. Setelah pemakaman, kerabat yang masih hidup

diharapkan untuk sesekali membawa makanan ke makam dan mengucapkan

do’a atas nama si mayat.

Menurut penulis Mesir sekarang sudah menjadi peradaban budaya

yang sudah berkembang pesat, kita bisa lihat sekarang ini kota Kairo yang

sudah sangat modern . Jadi sepertinya kuburan untuk orang-orang Mesir yang

berupa piramida yang hanya ada pada dahulu kala, karena sekarang,

mayoritas masyarakat Mesir memeluk agama Islam.

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

58

C. BENTUK-BENTUK MAKAM DI MESIR KUNO

Bentuk makam pada strata sosial di Mesir Kuno diantaranya ada dua

bentuk yaitu piramida (Makam para Raja) dan Mastaba (Makam bangsawan

dan rakyat biasa). Penulis akan sedikit menjelaskan tentang pengertian

piramida dan Mastaba dibawah ini.

Bangunan makam merupakan bangunan yang dibuat secara bertahap

mulai dari bentuk yang sederhana sampai mencapai bentuk yang sempurna.

Bentuk makam tersebut adalah: Mastaba, piramida, Tangga, piramida

bengkok dan akhirnya piramida sempurna.

Pada awalnya, wangsa-wangsa pertama orang Mesir membuat

bangunan makamnya dengan suatu bentuk yang sederhana, yaitu bentuk yang

datar dibagian atasnya dan miring pada sisinya yang terbuat dari bahan batu

bata yang dinamakan “Mastaba”, kata dalam bahasa Arab yang berarti

‘bangku’, yang pada mulanya tingginya ± 5,00 m. Mastaba tersebut dihias

bata bagian luarnya menurut pola yang geometrik. Didalam Mastaba,

biasanya dibawah tanah terdapat beberapa kamar, satu untuk jenazah dan

yang lain untuk barang-barang milik orang yang meninggal tersebut.

Pada wangsa kedua, kamar yang dibangun semakin banyak, ada yang

mencapai 30 buah kamar, dan dinding makamnya dilapis batu gamping. Pada

masa wangsa ketiga, bangunan yang terbuat dari bahan batu seluruhnya

dibuat dan ini merupakan bentuk piramida Tangga yang pertama. Piramida ini

sebetulnya terdiri dari tumpukan Mastaba, sehingga tingginya mencapai ±

60,00 m. Kurang dari 2 abad selanjutnya bentuk piramida menjadi sempurna,

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

59

bangunan masif yang terbuat dari balok-balok batu besar yang ditata

menjulang menuju satu titik dengan kemiringan yang sebanding.

1. Makam Piramida (Makam Raja)

Piramida adalah monumen yang terkenal di Mesir Kuno. Piramida

telah dibangun oleh para raja Mesir pada zaman Kerajaan Tua dan Kerajaan

Tengah sebagai simbol kerajaan yang megah.

Piramida terdiri atas susunan batu raksasa (sampai 15.000 kg per batu)

yang harus dibawa dari jauh. Pembangunan piramida memerlukan banyak

tenaga (ahli bangunan, pemahat, pelukis, arsitek dan budak). Piramida

yang paling besar adalah piramida Raja Khufu yang dikerjakan oleh 20.000

pekerja selama puluhan tahun. Piramida Khufuter bentuk dari 2 juta batu

(masing-masing beratnya 15.000 kg). Piramida berfungsi sebagai kuburan

raja Mesir yang sangat megah, mewah, mahal dan rumit secara ilmu

arsitektur.

Pada zaman ketika pembangunan piramida-piramida, logam perak dan

emas sudah dapat dicairkan (Zaman Logam). Emas dan perak tersebut diolah

menjadi perhiasan-perhiasan serta patung-patung. Di dalam piramida berisi

banyak perhiasan dan patung-patung dari emas, perak, dan permata sehingga

menjadi incaran para perampok dan para penjajah. Biasanya para fir’aun dan

keluarganya sudah mulai membangun piramida pada saat mereka sudah

dewasa. Semua dinding dihias dengan gambar dan tulisan yang mengagung-

agungkan diri mereka sendiri.

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

60

Bentuk piramida yang melancip melambangkan sinar matahari yang

menyorot, sehingga fir’aun yang dikubur disana dipercaya dapat naik ke

surga. Kompleks pengkuburan besar ini menyediakan sangat banyak

informasi tentang masyarakat dan kebudayaan Mesir Kuno. Pembangunan

piramida tidak dilakukan lagi setelah ujung Kerajaan Tengah. Para raja Mesir

selanjutnya menunjukkan kekuatan mereka dengan membangun kuil, yang

mereka tunjukan dengan pahatan dan ukiran monumental.

Hal lain yang menarik di Mesir adalah mumi (mayat yang

diawetkan). Ketika raja meninggal, badannya dimumikan. Segala organ tubuh

bagian dalam dikeluarkan termasuk otak (kecuali hati). Sesudah itu bahan-

bahan kimia dan alami digunakan untuk mengawetkan tubuh kosong fir’aun.

Proses pengawetanmemerlukan waktu 70 hari. Tubuh dibungkus dengan

kain-kain yang berisi jimat sebagai benda kramat yang dapat menghindari

segala peristiwa buruk. Sesudah diupacarai oleh para pendeta Mesir, mumi

ditempatkan dalam satu peti mayat yang biasanya berisi ukiran emas dan

permata. Ini memastikan bahwa badan raja yang utuh berlanjut sebagai

sebuah rumah untuk jiwanya.

Mayat raja dengan khidmat dikebumikan di kamar penguburan, tepat

di pusat piramida. Dinding bagian dalam piramida telah diukir dengan tulisan

suci dan mantra, dan kamar telah dilengkapi dengan harta yang mewah

untuk digunakan oleh raja dialam baka gerobak perang, makanan,

minuman, emas, permata, pakaian. Setelah pemakaman raja, jalan lintasan

pintu masuk ke kamar disegel dengan batu untuk melindunginya dari

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

61

perampok. Pada masa ini, Mesir sudah mengenal kepercayaan yaitu “ada

kehidupan setelah mati”. Kepercayaan ini dapat diteliti berkat peninggalan

berbentuk batu-batu dan lukisan di dinding piramida yang berisi huruf

hieroglif. Ternyata mereka percaya pada istilah surga sebagai wilayah yang

mirip dengan keadaan tepi sungai Nil, disebut “Ladang-ladang berpapirus

(Fields of Reeds)”, yang segala tanaman tumbuh berlimpah. Dewa Osiris

menjaga pintu masuk surga dan hanya mengizinkan masuk roh-roh yang

sepanjang hidupnya berkelakuan baik. Sebelum roh-roh mendapat izin masuk

surga mereka harus melewati perjalanan dan siksaan yang dahsyat di neraka.

Untuk memungkinkan perjalanan ini dapat dilewati dengan baik, banyak

upacara dan mantra-mantra harus dikumandangkan.

Orang Mesir percaya hidup setelah mati. Awalnya, hanya Fir’aun dan

keluarga dekatnya saja yang dianggap dapat hidup abadi. Tetapi dalam

perkembangan selanjutnya semua orang dapat hidup abadi setelah mati.

Masyarakat Mesir menyembah banyak dewa-dewi (politeisme). Dewa-

dewi Mesir kebanyakan merupakan manifestasi dari alam.

Tetapi terkadang memiliki kepercayaan animisme, dan kadang-kadang

totemisme, yaitu memuja dewa-dewa, roh-roh, dan binatang yang dianggap

suci. Bangsa Mesir Kuno sangat memuliakan matahari yang disebut dewa Ra.

Matahari dipandang dewa yang sangat berkuasa yang menentukan nasib

bangsa Mesir pada masa itu.

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

62

Dibawah ini adalah gambar dan penjelasan didalam piramida :

Gambar 3. Piramida Khufu

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Piramida

Penjelasan pada piramida khufu :

a. Jalan masuk

b. Jalanan menurun

c. Ruang bawah tanah

d. Tempat layanan

e. Jalanan naik

f. Kamar ratu

g. Keluar masuknya udara

h. Galeri besar

i. Ruang depan

j. Ruang raja

k. Ruang peletakan mumi

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

63

1.1 Makam Raja Awal

Makam raja awal yaitu mastaba yang ditemukan di saqqara. Mastaba

adalah awal terbentuknya piramida, piramida mencerminkan rumah sesudah

kematian, replika istana dan menjadi panggung pemujaan bagi raja. piramida

dilengkapi dengan :

a) Tempat pemujaan

b) Patung penjaga (Sphinx)

c) Monumen 20 – 30 m (obelisk)

d) Pintu-pintu palsu (13 diantara 14)

e) Dipenuhi dengan lorong-lorong jebakan yang beracun

f) Dilengkapi tangga dan lorong sebagai simbol menuju langit

dimana Paraoh bergabung dengan Dewa

Piramida yang terkenal pada masa Kerajaan Tua di Giza yaitu :

a) Piramida Khufu (Cheops)

b) Piramida Khafre (Chepren)

c) Piramida Menkure (Mycherinus)

1.2 Makam Raja Pertengahan

Makam yang muncul ke atas tanah mulai dihilangkan. Dikembangkan

makam di tepi tebing sungai nil di atas gunung karang”system hollow out”.

Muka bangunan disebut ”grotto” dengan cara memotong gunung karang

Disusun dalam tiga elemen :

a. Kolom-kolom portiko untuk publik

b. Kapel untuk pemujaan

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

64

c. Ruang makam

Komplek makam yang terkenal pada makam raja pertengahan adalah

makam Mentuhotep.

1.3 Makam Raja Baru

Makam berupa kuil yang terdiri dari :

a. Denah panjang dengan susunan kolom

b. Terdapat inner court

c. Pencahayaan kurang

d. Ruang-ruang terikat oleh sirkulasi dan struktur linier

e. Kuil yang terkenal ditemukan di thebes yang disebut kuil Theban

f. Kuil sengaja dirancang dengan sistem serial pengalaman melewati

ruang

g. Ruang luar terbuka dan terang

h. Ruang dalam tertutup dan gelap

i. Secara psikologis akses begini sebagai bentuk penjabaran ”ruang

masuk selektif

j. Hanya raja yang layak berd’oa dan berjumpa dengan Tuhan

k. Kuil Thebes disebut kuil seratus pintu yang sekarang dikenal

dengan nama : Karanak dan Luxor

l. Dilengkapi dengan Obelisk : menara yang dipahat dengan tulisan:

Hieroglyph riwayat raja

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

65

2. Makam Mastaba

Mastaba adalah bangunan yang beratap datar, berbentuk balok dengan

sisi-sisi yang miring. Bangunan ini terbuat dari batuan tanah liat. Mastaba

menandai situs pemakaman banyak tokoh Mesir Kuno terkenal.

Gambar 4. Makam Mastaba

Sumber: Microsoft Encarta 2008.

Kata mastaba berasal dari bahasa Arab untuk menyebut bangku,

karena jika dilihat dari kejauhan mastaba terlihat seperti bangku tanah liat. Di

dalam mastaba, sebuah ruangan yang digali ke dalam tanah dilapisi dengan

batu dan tanah liat. Tubuh jenazah akan diletakkan di dalam ruangan ini. Di

bagian atas, lumpur ditumpukkan pada mastaba untuk menandai makam dan

menghindari pencurian, dibentuk bujur dengan panjang kira-kira empat kali

lebarnya. Walaupun makam ini cukup luas, makam ini terasa sejuk. Hal ini

membuat para pemuka agama awal sedikit terganggu karena mastaba

memungkinkan jenazah membusuk karena air tidak lagi menguap,

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

66

mencegah pengawetan jenazah. Mastaba adalah tipe kuburan standar pada

masa awal Mesir (Periode Predinastik dan Periode Dinasti Awal Mesir).

Ketika sebuah mastaba dibangun untuk pemakaman Raja Dinasti

Ketiga, Djoser, sang arsitek Imhotep memperluas struktur dasar menjadi

berbentuk bujur sangkar, lalu membangun struktur yang mirip dengan

mastaba, tapi lebih kecil yang berbentuk bujur sangkar di atasnya, dan

kemudian menambahkan struktur bujur sangkar keempat, kelima, dan keenam

di atasnya lagi. Bangunan ini adalah Piramida Bertingkat, kuburan berbentuk

piramida pertama. Karena itu, mastaba adalah cikal bakal dari Piramida yang

terkenal.

D. PROSES MENGAWETKAN JENAZAH

1. Mummifikasi

Mumi adalah sebuah mayat yang diawetkan, dikarenakan

perlindungan dari dekomposisi oleh cara alami atau buatan, sehingga bentuk

awalnya tetap terjaga. Ini dapat dicapai dengan menaruh tubuh tersebut di

tempat yang sangat kering atau sangat dingin, atau ketiadaan oksigen, atau

penggunaan bahan kimiawi. Mumi paling terkenal adalah mumi yang

dibalsam dengan tujuan pengawetan tertentu, terutama dalam Mesir Kuno.

Orang Mesir percaya bahwa badan adalah tempat “Ka” (Sang Ruh) seseorang

yang sangat penting dalam masa setelah hidup.

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

67

Gambar 5. Proses Mumifikasi

Sumber:http://5besar.blogspot.co.id/2012/11/5-besar-tahapanmumifikasi-

mesir-kuno.html

Mumi sering kita artikan dengan hantu ataupun setan mengerikan

yang seluruh tubuhnya dibalut dengan kain putih, tapi tahukah kalian

bagaimana makhluk yang telah mati tersebut tidak mengeluarkan bau ataupun

badannya menjadi busuk, maka agar tidak mengeluarkan bau dan tidak

membusuk maka seorang mumi harus diawetkan. Penulis akan sedikit

menjelaskan seberapa pintarnya orang Mesir zaman dulu sehingga dapat

membuat mayat yang tidak dapat membusuk.

Menurut sejarah, tradisi mengawetkan orang yang sudah meninggal

itu sudah dilakukan bangsa Mesir Kuno sejak 3000 tahun SM. Pemakaman di

Mesir Kuno tidak dengan cara dikuburkan melainkan hanya dengan

diawetkan, karena didaerah Mesir sulit untuk menggali tanah. Tetapi orang

Mesir Kuno mempercayai bahwa jiwa orang yang telah mati suatu hari akan

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

68

kembali pada jasadnya sehingga mereka mengawetkan jasad orang yang telah

meninggal dan memberikan mereka perhiasan berupa emas dan yang lain

lain. Tidak heran banyak penjarah makam raja-raja Mesir zaman dulu.

Lalu bagaimana orang Mesir Kuno dapat mengawetkan mayat

sehingga tidak berbau dan tidak dapat hancur jasadnya. Yaitu diolesi dengan

balsem yang digunakan saat mengawetkan mumi tersebut. Konon mereka

menggunakan ramuan berupa kapur yang ternyata didapat dari Kalimantan.

Karena jaman dahulu belum ada negara penghasil kapur sehingga orang

Mesir Kuno rela jauh-jauh datang ke Indonesia tepatnya di Kalimantan hanya

untuk mendapatkan kapur. Ada juga yang menggunakan getah pohon Pinus

Salju. Setelah ditemukan oleh para ilmuan. Serta pengawetan jenazah ini juga

dapat terjadi karena faktor suhu. suhu yang bertempat panas akan lebih

memudahkan mumi terdehidrasi dengan cepat. selain dari beberapa faktor

sebelumnya, ternyata faktor udara juga mempengaruhi. Piramida tempat

menyimpan mumi memiliki kerapatan yang sangat erat, sehingga

memungkinkan tidak adanya udara yang keluar masuk piramida, hal tersebut

membuat mumi dapat awet hingga puluhan abad lamanya. Sama halnya

dengan makanan kaleng yang tempatnya didesain kedap udara.

Kutukan pada jasad yang telah mati merupakan hal yang sangat tidak

mungkin. Banyak orang yang percaya bahwa siapa saja yang berani

membongkar kuburan para raja mesir tersebut akan mendapat kutukan berupa

kematian. Sesungguhnya hal tersebut hanya terjadi karena setiap makhluk

Page 43: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

69

hidup yang mati akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap bersamaan

dengan lepasnya bermacam-macam virus pada mayat tersebut. Mumi yang

terdapat pada piramida membuat udara didalam piramida berisikan berbagai

virus yang mematikan. Pada zaman dahulu teknologi dalam bidang

kedokteran belum terlalu canggih sehingga membuat orang percaya tahayul

seperti kutukan. Karena hal tersebutlah mayat harus dikubur dalam tanah

sesegera mungkin agar tidak terjadi pencemaran udara dan bau yang tidak

sedap.

Pembuatan mumi merupakan bentuk kegiatan keagamaan bangsa

Mesir. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Mesir Kuno, orang yang sudah

meninggal akan dibangkitkan kembali suatu saat nanti untuk menempuh

perjalanan ke dunia yang lain. Untuk itulah mengapa tubuh orang yang

meninggal harus diawetkan. Tidak hanya itu, benda-benda milik jenazah juga

ikut dikuburkan sebagai perbekalan menuju kehidupan setelah mati.

Proses pembuatan mumi memakan waktu paling tidak dua bulan sejak

kematian. Upacara kematian, mulai dari pembuatan mumi sampai

pemakaman dipimpin oleh seorang pendeta Anubis (dewa maut bangsa

Mesir).

Apabila seseorang meninggal dunia, maka jasadnya akan dibawa ke

rumah pendeta Anubis untuk dibersihkan. Jasadnya pun diberi wewangian

dan ramuan tertentu yang dapat menunda pembusukan untuk beberapa waktu.

Setelah itu, dimulailah proses yang mengerikan. Beberapa petugas

rumah duka akan menyayat bagian perut orang yang meninggal itu, lalu

Page 44: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

70

mengeluarkan isinya, meliputi usus, hati, lambung, dan sebagainya. Semua isi

perut itu juga diawetkan di dalam guci.

Pada proses selanjutnya, tulang hidung jenazah dihancurkan. Mengapa

harus dihancurkan? Karena bagian dalam kepala, yaitu otak juga harus

dikeluarkan. Caranya, penjepit dimasukkan melalui hidung untuk mengorek

otak dan menariknya keluar. Otak yang sudah dikeluarkan juga diawetkan

dalam guci. Mengapa bagian dalam tubuh harus dikeluarkan? Karena bagian

dalam tubuh akan cepat membusuk jika tidak dikeluarkan. Bila bagian dalam

tubuh membusuk, jasad bagian luar pun ikut membusuk. Oleh karenanya,

tubuh orang yang akan dijadikan mumi harus dikosongkan.

Setelah jasad benar-benar kosong, tubuh dilumuri balsam dan natron

dimasukkan ke bagian dalam jasad, semacam cairan soda untuk

mengeringkan dan mengawetkan bagian dalam tubuh. Setelah diisi bahan

pengawet, jenazah didiamkan beberapa minggu agar bahan pengawet bekerja.

Apabila proses pengawetan berhasil dan jenazah tidak membusuk, barulah

jasad dibalut kain linen yang panjang, lalu dimasukkan ke dalam peti mati.

Peti mati dibuat sesuai dengan bentuk tubuh jenazah yang dimumifikasi.

Wajahnya pun dibuat mirip dengan wajah orang yang akan dimakamkan.

Mumi yang sudah dibalut kain berarti siap untuk dimakamkan. Cara

pemakaman mumi tidak dengan menguburnya di dalam tanah atau melakukan

kremasi, tetapi dengan menyimpannya di dalam piramida. Namun sebelum

dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya, terlebih dahulu dilakukan

upacara pemakaman. Upacara diselenggarakan di kuil Osiris. Dari kuil osiris,

Page 45: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

71

mumi dibawa ke dalam piramida bersama benda-benda peninggalannya.

Bahkan, beberapa pemakaman Pharaoh (Fir’aun/raja Mesir) juga

mengikutsertakan pengawal-pengawalnya. Para pengawal pun harus rela

dimakamkan hidup-hidup di dalam piramida agar dapat mengawal raja pada

kehidupan lain.

Adapun cara-cara mengawetkan Mummi :

a. Pengeluaran Otak

Mula-mula, orang Mesir mengeluarkan otak mayat terlebih dahulu.

Saat itu, orang Mesir belum mengetahui betapa pentingnya fungsi otak. Cara

pengeluarannya bermacam-macam. Salah satu caranya adalah membuka

lempengan tengkorak mayat, mengeluarkan otaknya, lalu menutupnya

kembali. Cara ini agak berbahaya karena mereka harus memasang lempengan

tengkorak sesuai tempatnya sebelumnya.

Cara lain yang tak lazim dipakai adalah memakai semacam kawat

dengan ujung mirip kail yang bengkok di ujungnya. Kawat itu dimasukkan ke

dalam hidung dan masuk ke otak menembus langit-langit hidung dan syaraf

penciuman. Bila sudah sampai ke otak, mereka akan menarik ulur kawat itu

maju mundur, seperti orang yang mengaduk adonan. Karena otak itu hancur

akibat gerakan kawat, maka otak itupun akan mengalir ke luar tubuh melalui

lubang hidung. Untuk memudahkan proses pengaliran keluar cairan otak,

mereka membaringkan mayat dalam posisi tengkurap. Untuk mengambil

cairan yang masih tersisa di hidung, mereka menggunakan semacam sendok

untuk mengambil cairan otak.

Page 46: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

72

Proses pengeluaran otak biasanya memakan waktu sampai 2 hari. Jika

sudah, maka para embalmers (pembuat mumi) memasukkan kain linen ke

dalam rongga otak mayat melalui lubang yang sudah ada. Mereka juga

memasukkan semacam resin/getah (biasanya damar) ke dalam rongga otak

untuk mencegah rusaknya linen di dalam (Charlotte, 2007:195).

b. Pengeluaran Organ Tubuh

Para embalmers (Orang yang membalsemi mayat) akan membuat

sayatan di tubuh calon mumi, biasanya di daerah perut sebelah kiri. Mereka

kemudian mengeluarkan organ-organ dalam tubuh seperti usus, hati, paru-

paru, dan lambung. Sebabnya adalah karena organ-organ tersebut merupakan

organ-organ yang mudah membusuk. Akan tetapi, mereka tidak

mengeluarkan jantung jenazah. Hal ini karena orang Mesir percaya jantung

merupakan sumber nyawa bagi manusia dan jiwa seseorang masih tinggal di

badannya walaupun ia sudah mati. Karena itu mereka berpikir jantung

penting bagi orang Mesir untuk kehidupan sesudah kematian.

c. Pengawetan

Fase selanjutnya setelah mengeluarkan organ-organ tubuh kecuali

jantung dari tubuh jenazah adalah mengawetkan bagian dalam tubuh. Untuk

melakukannya, mereka akan mencuci/membasuh isi tubuh sang jenazah

dengan cairan natron dan anggur. Natron adalah nama semacam senyawa

campuran garam dan soda yang biasa ditemukan di oasis Natrun, dekat Kairo.

Jika sudah dibasuh, maka tubuh yang sudah dibersihkan dengan natron ini

akan diberi natron padat. Tujuannya adalah agar tubuh jenazah mengering

Page 47: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

73

dan siap untuk diawetkan lebih lanjut. Untuk mengawetkan bagian luar tubuh

jenazah, mereka akan menaburinya dengan bubuk natron. Jika tidak ada

natron, maka embalmers akan menggantinya dengan garam (Charlotte, 2007:

197).

Usai pengawetan tahap pertama, embalmers akan mendiamkan

jenazah selama 40 hari di atas semacam meja batu. Tujuannya adalah agar

seluruh cairan dalam tubuh jenazah mengering akibat pengaruh natron.

Terkadang, selama proses ini ada bagian tubuh dari jenazah, semisal jari

tangan, yang terlepas akibat proses pembusukan yang sudah lama sejak

sebelum pengawetan. Bila bagian tubuh tersebut tidak bisa lagi

“dipertahankan”, embalmers akan menggantinya dengan benda-benda lain

semisal kain linen, kayu, atau emas sebagai pengganti bagian tubuh yang

hilang. Yang terpenting, tubuh jenazah yang akan diawetkan harus memiliki

anggota tubuh lengkap.

d. Pemumian/Pembalutan

Setelah melalui fase pengeringan, tubuh jenazah tidak langsung

dibalut. Tubuh jenazah akan dibersihkan lagi dan melalui lubang sayatan tadi,

tubuh jenazah akan diisi dengan lebih banyak natron, kain linen, rempah-

rempah, dan lain sebagainya. Jika sudah, perut jenazah kemudian akan dijahit

kembali agar tertutup. Tubuh mumi selanjutnya akan dibaluri dengan getah

damar dan minyak wangi. Setelah itu, barulah tubuh mumi dibalut dengan

kain linen yang amat panjang. Jimat-jimat pelindung juga disisipi ke dalam

Page 48: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

74

balutan-balutan tersebut. Embalmers juga membuatkan semacam mahkota

dan topeng yang mirip dengan wajah jenazah semasa masih hidup untuk

mumi.

Setelah itu, tubuh jenazah dilumuri garam Natron untuk proses

pengeringan selama 40 hari. Rongga perut yang sudah kosong, diisi kapas

atau kain. Dan, selanjutnya jenazah dilumuri lagi dengan “The Seven Secret

Oil” serta cairan khusus, wewangian Lotus, resin, dan lain-lain sampai sekitar

70 hari. Setelah selesai, jenazah dibalut dengan kain kafan, dengan posisi

tangan menyilang didepan dada, juga diselipkan berbagai jimat untuk

melindunginya selama perjalanan menuju alam keabadian. Setelah itu, tubuh

jenazah dilumuri garam Natron untuk proses pengeringan selama 40 hari.

Rongga perut yang sudah kosong, diisi kapas atau kain. Dan, selanjutnya

jenazah dilumuri lagi dengan “The Seven Secret Oil” serta cairan khusus,

wewangian Lotus, resin, dan lain-lain sampai sekitar 70 hari. Setelah selesai,

jenazah dibalut dengan kain kafan, dengan posisi tangan menyilang didepan

dada. Juga diselipkan berbagai jimat untuk melindunginya selama perjalanan

menuju alam keabadian.

Terakhir, wajah sang mumi ditutupi dengan topeng yang dibuat persis

dengan wajah aslinya. Agar, ’Ka’, (sang ruh) mengenalinya kembali saat

memasuki jasadnya. Seperti Fir’aun Tutankhamun, topengnya terbuat dari

emas yang bertahtakan batu mulia. Kemudian jenazah dimasukkan ke dalam

peti mati belapis-lapis agar tidak terganggu oleh binatang di dalam tanah, atau

pun manusia yang bermaksud jahat. Di sepanjang dinding makamnya,

Page 49: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

75

dipahatkan sejumlah gambar untuk memandu orang yang mati itu agar tidak

’tersesat’ menuju alam keabadian, dalam bentuk Kitab Kematian.

Topeng ini dibuat dari semacam bahan yang disebut papier marche,

namun ada juga yang terbuat dari lempengan emas murni, seperti topeng

Fir’aun Tutankhamun.

2. Proses Pembalseman

Proses pengawetan mayat atau bangkai dengan zat-zat seperti minyak

yang wangi untuk mencegah pembusukan. Seni pembalsaman ini telah

dipraktekkan oleh orang Mesir pada masa yang sangat awal, walaupun

mungkin bukan mereka yang memulainya. Mayat atau bangkai yang telah

diawetkan dengan metode pembalsaman Mesir kuno atau metode lainnya

disebut mumi. Pembalsaman manusia tidak hanya dipraktekkan oleh orang

Mesir tetapi juga oleh bangsa-bangsa kuno seperti Asiria, Persia, dan Skit.

Pengolesan mayat dengan Balsem digunakan agar Mayat tidak cepat

membusuk dan mengeluarkan bau. Pengolesan balsam pada mayat dilakukan

sebelum mayat ataupun mumi dimasukakan kedalam peti. Kegunaan balsam

itu sendiri untuk mengawetkan mayat hingga beratus-ratus bahkan beribu-

ribu tahaun lamanya. Selain dengan balsem agar tetap awet hingga beribu-

ribu tahun, Mumi diletakan pada tempat yang terhindar dari udara atau kedap

udara.

Page 50: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

76

3. Peletakan Mayat Kedalam Peti

a. Pemetian dan penguburan

Mumi yang sudah jadi akan dimasukkan ke dalam peti mati.

Terkadang, peti yang dipakai bisa sampai beberapa buah dengan ukuran

berbeda-beda untuk satu mumi, sehingga mumi seolah-olah seperti masuk

dalam peti yang berlapis-lapis. Peti ini biasa terbuat dari batu. Mumi yang

sudah dimasukkan ke dalam peti kemudian dimasukkan ke dalam sarkofagus,

yaitu semacam peti mati khusus yang dihiasi ukiran-ukiran dan seingkali

terbuat dari emas murni. Proses pembuatan mumi seperti ini hanya bisa

dilakukan oleh raja-raja, bangsawan, atau orang kaya. Untuk orang biasa,

proses pembuatan mumi sama seperti di atas, namun mereka tidak

mengeluarkan isi perut mereka dan tanpa memakai rempah-rempah atau

minyak wangi yang mahal. Mumi orang biasa juga tidak dimasukkan ke

dalam sarkofagus atau peti yang banyak, namun hanya dengan peti kayu

sederhana (Charlotte, 2007:193).

b. Peletakan ke dalam Piramida

Pada raja-raja, sarkofagus ini selanjutnya akan dikuburkan ke dalam

piramida. Dalam ruangan tempat menyimpan sarkofagus juga dilengkapi

dengan perhiasan atau benda-benda berharga yang amat mahal semisal emas,

karena mereka percaya jiwa orang mati tetap berada di dalam mumi dan

mereka akan senang bila ada benda-benda kesenangan mereka di dekatnya.

Karena itulah, ada banyak pemburu harta karun yang mengincar harta mumi

ini (rata-rata para pemburu harta ini justru adalah orang yang ikut terlibat

Page 51: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

77

dalam pembuatan mumi dan piramida karena didalam piramida itu dilengkapi

labirin yang rumit dan tidak sembarangan orang bisa masuk dan keluar

dengan selamat tanpa terjebak).

Pada orang biasa, peti berisi mumi hanya dikuburkan begitu saja

seperti prosesi penguburan biasa dan pada orang-orang kaya/bangsawan, peti

berisi mumi itu akan dikuburkan secara biasa, namun di atas kuburannya

diberi semacam kubah besar. Sebelum pembuatan mumi dikenal, orang Mesir

hanya menguburkan jenazah begitu saja ke dalam lubang di gurun. Kondisi

gurun di Mesir yang amat panas dan kering menyebabkan terjadinya proses

pengawetan secara alamiah.

Sedikit tambahan, para ahli percaya bahwa bentuk geometris piramida

berupa limas yang mengerucut di atasnya memiliki kemampuan untuk

mengumpulkan semacam gelombang-gelombang elektromagnetik yang

membantu proses pengawetan benda-benda organik di alamnya dan menjaga

kestabilan metabolisme makhluk hidup. Seorang ahli konon pernah mencoba

menaruh daging ke dalam miniatur piramida dan setelah beberapa hari,

daging tersebut tidak membusuk. Hal lain seputar piramida yang masih

menjadi misteri adalah pada Piramida Giza, piramida terbesar di dunia, setiap

sudut di pondasi piramida menghadap ke 4 penjuru mata angin yang berbeda

secara tepat alias tanpa melenceng.

Peletakan mayat ke dalam peti dilihat juga dari siapa status si mayat

apakah seorang raja ataukah seorang bangsawan atau rakyat biasa, apabila

yang meninggal seorang raja maka dimasukan ke dalam piramida, apabila

Page 52: BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH MESIR KUNO (4000-1070 SM)abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011033_bab2.pdf · Peradaban Mesir Kuno didasari atas kontrol keseimbangan yang baik

78

seorang bangsawan maka diletakan ke mastaba dan apabila rakyat biasa maka

diletakan dimakam tebing. Yang mana telah dijelaskan penulis diatas.

Menurut para ahli, total waktu pembuatan mumi pada raja-raja atau

orang-orang elit memakan waktu 70 hari, yaitu 40 hari untuk pengeringan

tubuh mumi dan 30 hari untuk membungkusnya. Begitulah tata cara atau

proses pemakaman di mesir kuno, butuh waktu yang cukup lama dalam

proses mengawetkan dan memumikan jenazah (Assmann, 2002:230).